01 LAYOUT A - HAL 1 - 19 - PEBRUARI 2013.pmd

advertisement
KOMITMEN dan TOLERANSI
Ketika rombongan Nasrani Habsyah (dari negeri Habsyi) tiba, Nabi
Muhammad Saw menempatkan mereka
di masjid seraya menjamu dan melayani mereka. Waktu itu beliau bersabda: “Mereka adalah orang-orang
yang dulu telah memuliakan sahabat-sahabat kita. Maka, aku juga
ingin diriku sendiri yang memuliakan
mereka” (Musthafa as-Siba’i, Min
Rawa’i Hadharatina, h.82 ).
Nabi Saw, juga senantiasa melakukan komunikasi dengan ahlul kitab, membuat perjanjian dengan mereka, serta saling bertukar hadiah dengan mereka. Sampai-sampai seorang
perempuan Yahudi memanfaatkan
peluang untuk menaburkan racun di
paha kambing yang ia hadiahkan kepada Nabi Saw. Ketika ia meletakkannya di hadapan Nabi Saw, beliaupun
menyantap paha kambing tersebut.
Namun kemudian beliaupun memuntahkan kembali segumpal daging darinya yang belum beliau kunyah. Lalu
beliau berkata: “Tulang ini memberitahukan kepadaku bahwa ia sudah
diberi racun”. Kemudian beliaupun
memanggil perempuan tersebut dan
ia pun mengakui perbuatannya. Nabi
bertanya,: ”Apa yang mendorongmu
melakukan hal ini?” Ia menjawab,
”Jika Rasul adalah seorang malaikat,
maka aku pasti selamat. Namun jika
beliau seorang Nabi, maka pasti beliau akan diberitahu”. Nabi Saw kemudian memaafkan itu. Tetapi ketika
beliau bersama Biysr bin al-Barra bin
Ma’rur, yang mengambil makanan tersebut lalu menyantapnya sehingga
ia tewas. Maka terdapat berbagai riwayat yang berbeda tentang sikap
Nabi Saw, apakah memaafkan atau
membunuhnya. Namun para ulama
sepakat bahwa Nabi saw membiarkannya dulu, baru kemudian ketika
Biysr meninggal, maka kemudian perempuan itu di eksekusi sebagai (pelaksanaan) qishash (Fath al-Bari
7:497, al-Kamil fi ath-Tharikh 2:84
dan Zad al-Ma’ad 2:140).
Para penerus Nabi saw meneladani akhlak beliau yang mulia dalam
“ber- hablun min an-Naas”, dan menunjukkan kedekatan dengan mereka
termasuk ahlul kitab. Dalam surat Abu
Bakar Ra, yang ditujukan kepada kaum Nasrani Najran sebagaimana yang
terdapat dalam bab tentang kharaj/
pajak (Abu Yusuf dlm Kitab al-Kha-
raj, h.73), dinyatakan: “Bismillaahirrahmaanirrahiim. Surat ini ditulis
oleh Abu Bakar, pengganti Nabi Muhammad Saw untuk kaum Najran. Dengan penjagaan Allah Swt dan Nabi
Muhammad Saw, semoga mereka
mendapat perlindungan atas diri mereka, tanah mereka, kaum mereka, hewan piaraan mereka, ibadah mereka,
yang tiada dan hadir dari mereka, pendeta-pendeta mereka, pastur-pastur
mereka, tempat ibadah mereka, serta
seluruh yang ada pada mereka sedikit
maupun banyak; tanpa merugi dan
mendapat kesulitan, tanpa ada salah
satu dari keuskupan dan kependetaannya yang jatuh”.
Kaum Muslimin, juga tidak mau
memaksa pemeluk agama lain untuk
masuk kedalam agama Islam. Walaupun mereka berada dalam kekuasaannya. Umar bin Khattab Ra, pernah
memiliki budak bernama “Asbaq”. Ia
mengakui perlakuan Umar yang mulia
kepadanya dalam hal ini, dengan berkata, “Saya adalah budak milik Umar.
Saya seorang Nasrani. Beliau pernah
menawarkan kapada saya untuk masuk Islam, dengan berujar, ’Bila engkau masuk Islam, aku akan meminta
bantuanmu untuk mewujudkan amanatku’. Namun aku menolak. Maka
beliau mengatakan, ’Tak ada paksaan
dalam hal beragama’. Ketika menjelang ajalnya, beliau membebaskan
saya yang masih beragama Nasrani.
Beliau berkata, ’Pergilah kemana saja
engkau suka” (Al-Jassah, Ahkaam
al-Quran, 3:37).
Sikap diatas, telah menjadi sebuah model yang selalu diikuti. Siapapun yang memegang urusan kaum
Muslimin, dia selalu berusaha menjaganya dan tidak keluar dari koridornya. Hal itu jelas terlihat dengan jelas
dalam surat khalifah keempat, Ali bin
Abi Thalib Ra, kepada kaum Najran.
Didalamnya disebutkan, “Aku telah
memenuhi apa yang telah ditulis oleh
Nabi Saw, Abu Bakar, dan Umar untuk
kalian, lewat kaum Muslimin yang datang. Karena itu, bersikap baiklah kepada mereka. Jangan sampai mereka
disakiti, didzalimi, serta dikurangi
haknya” (Abu Yusuf,dlm Kitab alKharaj,h.74).
Yang perlu dicermati adalah,
bahwa perlakuan baik kaum Muslimin, terhadap ahlul kitab telah menjadikan banyak diantara mereka yang
menerima dan menyambut perluasan
Islam. Bahkan mereka menggapnya
sebagai jalan keluar dari kezaliman
dan penindasan dari penguasa yang
seagama dengan mereka. Mereka lebih memilih pemerintahan Islam daripada pemerintahan Masehi. Bahkan
sebagian mereka akhirnya dengan
ikhlas memeluk agama Islam.
Sikap dan perlakuan yang mulia
ini belum pernah dilakukan oleh kalangan Non-Muslim dalam seluruh
rentetan perjalanan sejarah manusia.
Sebagaimana kesaksian Prof. Edmond
Robert dengan pernyataannya, “Untuk pertama kali dalam sejarah muncul
sebuah kekuasaan yang religius dilihat
dari sisi prinsip, sebab eksistensi, dan
tujuannya. Ia adalah penyebaran Islam, yang terwujud lewat jalan jihad
dengan bentuknya yang beragam; mulai dari yang bersifat militeristik dan
misionaris, hingga sampai pada sebuah
pengakuan bahwa masyarakat yang
tunduk pada penguasa (Islam) berhak
untuk dilindungi keyakinan, tradisi,
dan tatanan hidupnya. Hal itu(tidak
mungkin) terjadi pada (penguasa nonMuslim, bahkan saat mereka berkuasa
biasanya mereka malah), memaksakan
agamanya kepada rakyat dan bahkan
untuk berafiliasi kepada simbol khusus
yang dimiliki agama tersebut”(Fahmi
Huwaidi, Muwathinun, la Dzimmiyyun,h.65).
Toleransi, adalah bersifat atau
bersikap toleran, yaitu menenggang
(menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dst), yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Sedangkan komitmen, adalah perjanjian/keterikatan untuk melakukan sesuatu (KBBI,2001). Perlindungan terhadap keyakinan, tradisi, tatanan hidup, serta tidak ada paksaan dalam
memeluk agama, tetapi juga tegas dalam penegakan hukum untuk menjamin keadilan dan kepastian/perlindungan hukum dalam kehidupan masarakat yang majemuk/plularistic society (sebagaimana dalam riwayat diatas); adalah sebagian wujud toleransi yang berkomitmen terhadap nilai
dan ajaran Islam yang telah dicontohkan Nabi Saw, serta para sahabatnya, sebagai refleksi dari nilai dan
ajaran Islam”rahmatan lil ’alamin”
(QS,21:107).z (diolah dari kerukunan bermasyarakat dlm tuntunan
syariat,surahman hidayat 2012, dan
sumber lain) Ahar
MPA 317 / Pebruari 2013
01 LAYOUT A - HAL 1 - 19 - PEBRUARI 2013.pmd
19
1/28/2013, 12:17 PM
19
Download