BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi Listrik telah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Energi Listrik telah menjadi salah satu kebutuhan penting bagi
masyarakat, sejalan dengan semakin meningkatnya laju pertumbuhan penduduk
dan kegiatan pembangunan di segala bidang. Menurut Undang - Undang Republik
Indonesia Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi, bahwa peranan energi sangat
penting artinya bagi peningkatan kegiatan ekonomi dan ketahanan nasional,
sehingga pengelolaan energi yang meliputi penyediaan, pemanfaatan, dan
pengusahaannya harus dilaksanakan secara berkeadilan, berkelanjutan, rasional,
optimal dan terpadu. Untuk memenuhi kebutuhan listrik yang semakin meningkat
tersebut, maka pemerintah terus meningkatkan program pembangunan prasarana
dan sarana tenaga listrik untuk menjangkau wilayah yang lebih luas. Akan tetapi,
dengan kondisi geografis wilayah Bali yang penyebaran penduduknya tidak
merata merupakan kendala utama untuk menambah jaringan distribusi listrik PLN
ke setiap pelosok daerah. Selain faktor geografis, kendala lainnya adalah investasi
jaringan listrik yang mahal, daya beli masyarakat yang rendah dan kapasitas
sistem kelistrikan yang terbatas. Oleh karena itu, masih banyak dijumpai
masyarakat di pedesaan, khususnya yang tinggal di daerah terpencil belum dapat
terlayani listrik.
Daerah yang belum dapat terlayani listrik salah satunya adalah di Dusun
Yeh Mampeh Kabupaten Bangli, hal ini terjadi karena sebagian penduduk di
1
2
dusun ini tinggal dengan jarak yang berjauhan sehingga jauh dari jaringan listrik
PLN. Kabupaten Bangli terdiri dari empat kecamatan, yaitu Kecamatan Bangli,
Tembuku, Susut, dan Kintamani. Lokasi penelitian di Dusun Yeh Mampeh Desa
Batur Selatan ini berada pada kaki Gunung Batur, berada di dekat galian C dari
kawasan terlindungi kaldera gunung batur ketinggian 900 s.d. 1.550 meter,
dengan kondisi topografi landai hingga berbukit. Tingkat kemiringan lahan pada
daerah penelitian berada pada kondisi datar hingga kemiringan, dengan sebagian
besar wilayah Kecamatan Kintamani merupakan pedesaan.
Menyadari hal itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) memanfaatkan energi terbarukan yaitu energi matahari sebagai sumber
pembangkit tenaga listrik. Energi listrik yang dihasilkan oleh PLTS sangat
dipengaruhi oleh intensitas radiasi cahaya matahari yang diterima oleh sistem
solar panel. PLTS di Dusun Yeh Mampeh, Desa Batur Selatan, Kecamatan
Kintamani, Kabupaten Bangli, Propinsi Bali beroperasi mulai bulan Pebruari 2013
dengan luas lahan 3 are yang memiliki 150 unit solar modul yang mampu
menghasilkan daya listrik sebesar 15 kWp. Tujuan pembangunan PLTS Yeh
Mampeh ini adalah untuk memberikan pelayanan kepada konsumen energi listrik
di Dusun Yeh Mampeh kepada 150 pelanggan yang belum terlayani listrik PLN,
tetapi saat ini kondisi terpasang hanya pada 47 pelanggan. PLTS ini dirancang
beroperasi mandiri tanpa bantuan pasokan dari sumber energi listrik PLN atau
disebut dengan sistem stand alone. Untuk dapat memberikan pelayanan secara
optimal dan berkelanjutan digunakan baterai sebanyak 72 buah yang berfungsi
sebagai alat untuk menyimpan energli listrik yang dihasilkan oleh PLTS ini.
3
Proyek ini merupakan percontohan bahwa tenaga surya adalah energi alternatif
yang sangat baik dikembangkan saat ini dan masa yang akan datang untuk
memenuhi kebutuhan energi listrik. Masyarakat dan Kementerian ESDM berharap
PLTS ini dapat secara optimal dan berkelanjutan melayani kebutuhan energi
listrik masyarakat di Dusun Yeh Mampeh. Untuk melayani energi listrik secara
berkelanjutan perlu adanya SOP sebagai acuan pengelolaan PLTS, namun saat ini
belum ada SOP ataupun metode untuk pengelolaan PLTS, sumbangan biaya dari
pelanggan PLTS hanya berdasarkan kesukarelaan sebesar Rp. 10.000 setiap bulan
setiap pelanggan. Perawataan dan pengelolaan dilakukan secara individu dan tidak
ada acuan untuk mendapatkan biaya dari pelanggan PLTS tersebut, dimana biaya
tersebut sangat penting untuk repair komponen yang rusak agar PLTS dapat
melayani energi listrik secara berkelanjutan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penelitian ini akan membahas
mengenai sistem pengelolaan PLTS di Dusun yeh Mampeh sesuai dengan
keinginan dan kemampuan masyarakat, sehingga harapan warga masyarakat untuk
dapat terlayani listrik PLTS secara optimal dan berkelanjutan dapat terpenuhi dan
mampu membiayai biaya operasional PLTS agar energi listriknya dapat
berkelanjutan melayani kebutuhan energi listrik masyarakat. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kano. Metode ini digunakan untuk
dapat mengetahui harapan dan kepuasan masyarakat terhadap PLTS serta apa
yang tidak diharapkan dan menjadi kekecewaan masyarakat secara bersamaan.
Penelitian ini dilakukan terhadap masyarakat Dusun Yeh Mampeh dengan
menggunakan kuisioner. Dengan ini harapan penelitian ini adalah masyarakat
4
memiliki SOP dengan mempertimbangkan harapan dan kekecewaan pelanggan
sehingga PLTS dapat dikelola dengan baik dan mampu melayani energi listrik
secara berkelanjutan.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas dapat ditarik masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sistem pengelolaan PLTS yang diharapkan masyarakat Dusun
Yeh mampeh?
2. Bagaimana sistem pengelolaan agar PLTS dapat dimanfaatkan secara
optimal dan berkelanjutan oleh masyarakat Dusun Yeh Mampeh ?
1.3
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui harapan masyarakat terhadap sistem pengelolaan PLTS Dusun
Yeh Mampeh.
2. Merencanakan sistem pengelolaan untuk PLTS, untuk memenuhi biaya
operasional PLTS dengan mempertimbangkan harapan masyarakat.
3. Memberikan pengetahuan pada masyarakat agar bijaksana menggunakan
dan memanfaatkan PLTS sebagai sumber energi listriknya.
1.4
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Membantu merencanakan pengelolaan PLTS Dusun Yeh Mampeh.
5
2. Memberikan pengetahuan tentang teknologi sistem PLTS terhadap
masyarakat untuk lebih bijaksana menggunakan dan memanfaatkan PLTS
sebagai sumber energi listriknya.
3. Memberikan sumbangan pemikiran berupa aplikasi dari teori dalam
memperkaya wawasan pengembangan pembangkit energi listrik dari
energi terbarukan.
4. Memberikan informasi dan pengetahuan tentang teknologi sistem
pembangkitan energi terbarukan kepada masyarakat luas dan terutama
mahasiswa Pasca Sarjana Jurusan Teknik Elektro.
1.5
Batasan Masalah
Ada beberapa batasan yang dipergunakan untuk penyelesaian masalah
dalam penelitian ini, antara lain :
1.
Pembahasan yang dilakukan sebatas pada besar daya dan energi listrik
yang dihasilkan PLTS di Dusun Yeh Mampeh.
2.
Besar energi listrik masyarakat yang dibahas meliputi kebutuhan listrik
terhadap penerangan.
3.
Data pengukuran di lapangan dicatat melalu alat pencatat hasil energi
listrik yang dihasilkan oleh PLTS pada sistem charge control.
4.
Pembahasan yang dilakukan sebatas pada hubungan peranan penggunaan
PLTS terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat di dusun yeh
mampeh.
6
5.
Peranan penggunaan PLTS yang dibahas dari segi teknis terdiri dari empat
indikator, yaitu: daya listrik PLTS, pengetahuan tentang PLTS,
kemampuan memperbaiki PLTS, dan pengelolaan PLTS.
6.
Responden dalam penelitian adalah penduduk di dusun yeh mampeh yang
menerima bantuan PLTS dari Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM).
7.
Biaya investasi sama dengan nol karena PLTS dalam bentuk hibah dari
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
8.
Biaya operasional dihitung dari gaji teknisi dan pengurus PLTS
9.
Kebutuhan kas masuk untuk keberlangsungan peralatan PLTS dihitung
dari biaya penyusutan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
State of The Art Review
Analisis Keekonomian Kompleks Perumahan Berbasis Energi Sel Surya
oleh Patricia Hanna J (2012), melakukan penelitian tentang pemanfaatan
teknologi sel surya sebagai sumber energi listrik di Indonsia masih belum
berkembang baik padahal Indonesia terletak di garis khatulistiwa sehingga
mendapat sinar matahari yang melimpah. Hal ini sangat disayangkan mengingat
tingkat kebutuhan listrik yang terus meningkat terutama dari konsumen rumah
tagga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknis penggunaan panel sel
surya sebagai sumber energi dan tingkat kelayakan untuk diimplementasikan di
perumahan tipe menengah. Ada dua jenis sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya
yang ditinjau dalam penelitian ini yaitu sistem PLTS menggunakan baterai dan
tanpa baterai. Hasil penelitian menunjukkan untuk saat ini penggunaan sistem
PLTS di perumahan untuk memenuhi kebutuhan listriknya tidak menguntungkan
secara ekonomis. Hal ini karena tingginya biaya investasi sistem PLTS
dibandingkan dengan biaya listrik yang dibeli dari sumber konvensional. Namun
analisis sensitivitas yang dilakukan menunjukkan sistem PLTS menjadi layak
pada beberapa kondisi.
An Economic Analysis of Solar PV Micro-Utility in Rural Areas of
Bangladesh oleh Faisal Ahammed dan Abdullahil Azeem (2009), melakukan
penelitian tentang menganalisis kelayakan ekonomi PV Micro-Utility di
8
Manikgang Bazaar Bangladesh, dengan menggunakan Net Present Value (NPV),
Benefit Cost Ratio (BCR), Internal Rate of Return (IRR) dan Discounted Pay
Back Period (DPP). Untuk mengatasi biaya investasi awal PV yang relatif mahal
maka diperlakukan konsep pembayaran tarif harian untuk setiap pelanggan yang
terhubung ke Utility. Diasumsikan discount rate sebesar 10% untuk pertimbangan
nilai waktu uang. Hasil analisis menunjukkan bahwa NPV lebih besar dari 0 (nol),
sedangkan untuk BCR menunjukkan nilai lebih besar dari 1 (satu). Discount
payback period pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa pada tahun ke-11,
biaya investasi proyek akan kembali. Dari tingkat diskonto terlihat bahwa IRR
proyek lebih besar, adalah sebesar 14%, nilai lebih besar dari nilai biaya modal
(10%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proyek PV Micro-Utility telah
layak secara ekonomi.
Design and Economic Analysis of a Stand-Alone PV System to Electricity
a Remote Area Household in Egypt dilakukan oleh Abd El-Shafy A. Nafeh
(2009). Penelitian ini menyajikan sebuah design lengkap dan analisis biaya siklus
hidup untuk sistem Photovoltaic (PV) stand-alone, yang dilakukan untuk satu
rumah tangga di kota rudies abu semenajung Sinai mesir, yang letaknya terisolasi
dan terpencil serta jauh dari jaringan listrik nasional. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sistem PV yang dikembangkan untuk isolasi terpencil yang
jauh dari jaringan listrik mesir, berada pada kisaran harga $ 0,74/kWh. Harga ini
sangat tinggia bila dibandingkan dengan biaya listrik mesir % 0,1/kWh. Akan
tetapi pada penelitian ini juga dinyatakan bahwa harga sistem PV dapat turun
menjadi $ 0,49/kWh jika biaya awal modul PV turun $ 0,1/Wp. Pada saat yang
9
sama, karena peningkatan dalam harga bahan bakar konvensional maka biaya
listrik di mesir menjadi lima kali nilai saat ini. Hal ini menunjukkna bahwa
pembangkit sistem PV bermafaat dan cocok untuk investasi jangka panjang,
terutama jika harga awal sistem PV mengalami penurun serta didukung oleh
peningkatan efisiensi komponennya.
Perencanaan Pembangkit
Listrik Tenaga Surya
(PLTS) Terpadu
Menggunakan Software PVSYST Pada Komplek Perumahan di Banda Aceh oleh
Suriadi dan Mahdi Syukri melakukan penelitian tentang perencanaan sebuah
pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) pada perumahan. Dalam perencanaan ini
dilakukan perhitungan untuk kebutuhan distribusi listrik rumah tangga sebesar
26,927 kWh perharinya dengan menggunakan sofware PVsyst. Karakteristik
modul surya yang digunakan berkapasitas 200 Wp baterai sebanyak 30 unit
dengan kapasitas 100 Ah, baterai charge regulator (BCR) dengan kapasitas
arusnya sebesar 500 A dan inverter dengan kapasitas daya 12 kW. Apabila setiap
komponen terpasang telah memenuhi spesifikasi, maka sistem PLTS ini akan
mampu melayani 10 rumah dengan daya sambung 6 A. Hasil dari penelitian ini
adalah kapasitas masing-masing komponen PLTS telah dihitung dan telah
memenuhi spesifikasi dalam perhitungan, maka kontinuitas PLTS pada rumah
tangga dapat terpenuhi.
Pemanfaatan Sel Surya Sebagai Catu Daya Sistem Pendingin Mekanis
pada Kapal Ikan oleh Ir. Sardono Sarwito, M.Sc, Eddy Setyo, ST, MSc dan
Rahadian Muda melakukan penelitian tentang Sumber energy terbesar yang
selama ini tidak di sadari adalah energy matahari. Matahari menyediakan energi
10
sekitar 100.000 terawatt ke bumi yang sekitar 10.000 kali lebih banyak dari pada
energi yang dikonsumsi bumi saat ini. Pada tugas akhir ini di analisa pemakaian
solar cell pada kapal ikan yang dimanfaatkan untuk supplay daya dari compressor
yang di gunakan untuk system pendingin ruang muat kapal di KM. Samodra-46.
Berdasarkan perhitungan data kapal diperolehlah 36 buah solar modul yang dapat
mensupply daya selama 10 jam (07.00 – 17.00) dan dengan 2 buah battery untuk
supply daya selama satu jam. Daya tersebut untuk mengatasi daya compressor
sebesar 5.700 Watt dari total beban 21.763 Watt. Pemakaian solarcell ini akan
mengurangi pembebanan generator sebesar 26,19%. Diharapkan pemakaian
energy matahari ini dapat mengurangi pemakaian minyak bakar dari fossil dan
dapat menghemat biaya operasional kapal.
Pemetaan preferensi konsumen supermarket dengan metode kano
berdasarkan dimensi servqual oleh Kriswanto Widiawan pada tahun 2004
melakukan penelitian tentang manajemen supermarket. Managemen supermarket
pada umumnya memiliki asumsi-asumsi mengenai harapan konsumen yang belum
tentu sama dengan harapan konsumen sesungguhnya. Akibat ketidaktahuan
informasi penting tersebut, tidak sedikit supermarket yang mengalami kerugian
atau kinerjanya tidak efisien. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui harapan
konsumen tentang fasilitas dan layanan supermarket menurut dimensi servqual
yang dipetakan ke dalam kategori Kano. Penelitian dilakukan terhadap konsumen
dan manajer dengan cara memberikan kuesioner. Menurut responden konsumen
supermarket, dimensi servqual yang tergolong kategori one dimensional adalah
tangible, reliability dan assurance. Sedangkan dimensi responsiveness dan
11
emphaty termasuk kategori indifferent. Sementara itu, responden manajer
supermarket berpendapat semua dimensi servqual termasuk kategori one
dimensional. Dari empat supermarket yang diteliti, diketahui ada tiga supermarket
yang cocok persepsinya antara manajer dengan konsumennya.
2.2
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
PLTS memanfaatkan cahaya matahari untuk menghasilkan listrik DC,
yang dapat diubah menjadi listrik AC, konversi energi ini terjadi pada panel surya
yang terdiri dari sel-sel Photovoltaic (Patricia Hanna,2012)
Gambar 2.1 PLTS
PLTS pada dasarnya adalah catu daya dan dapat dirancang untuk mencatu
kebutuhan listrik yang kecil sampai dengan besar, baik secara mandiri, maupun
hibrid. Dengan metode desentralisasi (satu rumah satu pembangkit) maupun
dengan metoda sentralisasi.
12
2.2.1
Pembagian sistem kelistrikan PLTS
Secara garis besar sistem kelistrikan tenaga surya dapat dibagi menjadi :
2.2.1.1 Sistem Terintegrasi
Energi listrik yang dihasilkan oleh array dirubah menjadi listrik AC
melalui power conditioner, lalu dialirkan ke AC load. AC load disini dapat berupa
listrik yang diperlukan di perumahan atau kantor. Yang menjadi ciri utama dari
sistem ini adalah dihubungkannya AC load ke jaringan distribusi listrik yang
dimiliki oleh perusahaan listrik. Jadi apabila listrik yang dihasilkan oleh solar
panel cukup banyak melebihi yang dibutuhkan oleh AC load maka listrik tersebut
dapat dialirkan ke jaringan distribusi yang ada. Sebaliknya apabila listrik yang
dihasilkan solar panel sedikit kurang dari kebutuhan AC load maka kekurangan
itu dapat diambil dari listrik yang dihasilkan perusahaan listrik. Hal ini di banyak
negara-negara industri maju secara peraturan telah memungkinkan (patricia,2012).
Keuntungan dari sistem ini adalah tidak diperlukan lagi baterai. Biaya
baterai dapat dikurangi. Selain dari itu bagi rumah atau kantor yang memasang
solar panel, mereka akan mendapatkan keuntungan dengan penjualan listrik.
Persoalan yang dihadapi sekarang adalah soal teknis. Karena terhubungi dengan
sistem distribusi, maka masalah keselamatan menjadi perhatian yang utama. Salah
satu dari pemecahannya adalah membuat power conditioner yang mampu
mendeteksi apabila terjadi kecelakaan dan mampu mengkontrol tegangan apabila
terjadi perubahan tegangan di AC load dan beberapa soal teknis yang lain.
13
2.2.1.2 Sistem Independensi
Sistem independensi dapat dibagi lagi yaitu yang dihubungkan dengan DC
load dan yang dihubungkan dengan AC load. Contoh dari sistem yang
dihubungkan dengan DC load adalah pembangkit listrik untuk peralatan
komunikasi. Misalnya peralatan komunikasi yang dipasang di pegunungan.
Sedangkan yang dihubungakan dengan AC load adalah sistem pembangkit listrik
untuk pulau-pulau yang terpencil. Dalam sistem ini, baterai memainkan peranan
yang sangat vital. Bila ada kelebihan listrik yang dihasilkan, misalnya pada siang
hari, listrik ini disimpan di baterai. Pada malam hari listrik yang disimpan ini
dialirkan ke beban (mulyanto,2000).
2.2.2
Cara Kerja Solar Sel/Sel Fotovoltaik
Proses pengubahan atau konversi cahaya matahari menjadi listrik ini
dimungkinkan karena bahan material yang menyusun sel surya fotovoltaik berupa
semikonduktor. Lebih tepatnya tersusun atas dua jenis semikonduktor; yakni jenis
n dan jenis p. Semikonduktor jenis n merupakan semikonduktor yang memiliki
kelebihan elektron, sehingga kelebihan muatan negatif, (n = negatif). Sedangkan
semikonduktor jenis p memiliki kelebihan hole, sehingga disebut dengan p ( p =
positif) karena kelebihan muatan positif (Ebd El shafy,2009). Caranya, dengan
menambahkan unsur lain ke dalam semkonduktor, maka kita dapat mengontrol
jenis semikonduktor tersebut, sebagaimana diilustrasikan pada gambar di bawah
ini.
14
Gambar 2.2 Ilustrasi Proses Terjadinya Listrik Pada Sel Surya Fotovoltaik
Pada awalnya, pembuatan dua jenis semikonduktor ini dimaksudkan untuk
meningkatkan tingkat konduktifitas atau tingkat kemampuan daya hantar listrik
dan panas semikonduktor alami. Di dalam semikonduktor alami (disebut dengan
semikonduktor intrinsik) ini, elektron maupun hole memiliki jumlah yang sama.
Kelebihan elektron atau hole dapat meningkatkan daya hantar listrik maupun
panas dari sebuah semikoduktor. Misal semikonduktor intrinsik yang dimaksud
ialah silikon (Si). Semikonduktor jenis p, biasanya dibuat dengan menambahkan
unsur boron (B), aluminum (Al), gallium (Ga) atau Indium (In) ke dalam Si.
Unsur-unsur
tambahan
ini
akan
menambah
jumlah
hole.
Sedangkan
semikonduktor jenis n dibuat dengan menambahkan nitrogen (N), fosfor (P) atau
arsen (As) ke dalam Si. Dari sini, tambahan elektron dapat diperoleh. Sedangkan,
Si intrinsik sendiri tidak mengandung unsur tambahan. Usaha menambahkan
unsur tambahan ini disebut dengan doping yang jumlahnya tidak lebih dari 1 %
dibandingkan dengan berat Si yang hendak di-doping. Untuk keperluan sel surya,
semikonduktor n berada pada lapisan atas sambungan p yang menghadap kearah
datangnya cahaya matahari, dan dibuat jauh lebih tipis dari semikonduktor p,
15
sehingga cahaya matahari yang jatuh ke permukaan sel surya dapat terus terserap
dan masuk ke daerah deplesi dan semikonduktor p ( Ebd El Shafy, 2009).
Ketika sambungan semikonduktor ini terkena cahaya matahari, maka
elektron mendapat energi dari cahaya matahari untuk melepaskan dirinya dari
semikonduktor n, daerah deplesi maupun semikonduktor. Terlepasnya elektron ini
meninggalkan hole pada daerah yang ditinggalkan oleh elektron yang disebut
dengan fotogenerasi elektron-hole yakni, terbentuknya pasangan elektron dan hole
akibat cahaya matahari. Selanjutnya, dikarenakan pada sambungan pn terdapat
medan listrik E, elektron hasil fotogenerasi tertarik ke arah semikonduktor n,
begitu pula dengan hole yang tertarik ke arah semikonduktor p. Apabila rangkaian
kabel dihubungkan ke dua bagian semikonduktor, maka elektron akan mengalir
melalui kabel. Jika sebuah lampu kecil dihubungkan ke kabel, lampu tersebut
menyala dikarenakan mendapat arus listrik, dimana arus listrik ini timbul akibat
pergerakan elektron.
2.2.3
Karakteristik Sel Surya
Total output dari sel surya adalah sama denga tegangan (V) operasi
dikalikan arus (I) operasi. Tegangan serta arus keluaran yang dihasilkan ketika sel
surya memperoleh penyinaran merupakan karakteristik yang disajikan dalam
bentuk kurva I-V pada gambar 2.5. Kurva ini menunjukkan bahwa pada saat arus
dan tegangan berada pada titik kerja maksimal (Maximum Power Point) maka
akan menghasilkan daya keluaran maksimum (PMPP). Tegangan di maximum
16
power point (MPP) VMPP, lebih kecil dari tegangan rangkaian terbuka (Voc) dan
arus saat MPP (Isc) (Quaschning, 2005).
a) Short circuit current (Isc), terjadi pada suatu titik dimana arusnya adalah
nol sehingga pada saat ini, daya keluaran adalah nol.
b) Open circuit voltage (Voc), terjadi pada suatu titik dimana tegangannya
adalah nol, sehingga pada saat ini pun daya keluaran adalah nol.
c) Maximum power point (MPP) adalah titik daya ouput maksimum, yang
sering dinyatakan sebagai “knee” dari kurva I-V.
Cell
Current
Cell
in A
Power
in W
Cell Voltage in V
Gambar 2.3 Kurva I - V
2.2.4
Komponen-komponen PLTS
2.2.4.1 Solar Panel
Sebelum membahas sistem pembangkit listrik tenaga surya, akan
dijelaskan secara singkat komponen penting dalam sistem ini yang berfungsi
sebagai perubah energi cahaya matahari menjadi energi listrik. Listrik tenaga
matahari dibangkitkan oleh komponen yang disebut solar panel yang besarnya
sekitar 10 - 15 cm persegi. Komponen ini mengkonversikan energi dari cahaya
17
matahari menjadi energi listrik. Solar panel merupakan komponen vital yang
umumnya terbuat dari bahan semikonduktor. Ada beberapa tipe solar panel yaitu :
a. Monokristal Silikon (Mono-crystalline Silicon), merupakan panel (modul)
yang paling effisien mencapai 16-25%.
b. Polikristal Silikon (Poly-crystalline Silicon), merupakan panel surya yang
memiliki kristal acak yang memiliki effisien mencapai 14-16%.
c. Amorphous Silicon, merupakan tipe panel dengan harga yang paling
murah akan tetapi efisiensinya paling rendah, yaitu antara 9-10,4%.
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh satu solar panel sangat kecil maka
beberapa solar panel harus digabungkan sehingga terbentuklah satuan komponen
yang disebut module. Solar panel yang digunakan di PLTS dusun yeh mampeh
Bangli adalah isolar-1 dengan spesifikasi sebagai berikut :
Spesifikasi :
Output power(Pmax)
Short cicuit current (Isc)
Open cicuit voltage (Voc)
Eficiency
Weight
: 100 Wp ο‚³ 3%
: 6,15 A
: 21,6 V
: 15 %
: 15 kg
Produk yang dikeluarkan oleh industri-industri solar panel adalah dalam
bentuk module. Pada applikasinya, karena tenaga listrik yang dihasilkan oleh satu
module masih cukup kecil, maka dalam pemanfaatannya beberapa module
digabungkan dan terbentuklah apa yang disebut array.
18
Gambar 2.4 Hirarki Module
2.2.4.2 Charger Controller
Charger controller adalah peralatan elektronik yang digunakan untuk
mengatur arus searah yang diisi ke baterai dan diambil dari baterai ke beban.
Charger controller mempunyai kemampuan untuk mendeteksi kapasitas baterai.
Bila baterai sudah terisi penuh maka secara otomatis pengisian arus dari panel
surya berhenti. Cara deteksi adalah melalui monitor level tegangan baterai,
kelebihan pengisian akan mengurangi umur baterai. Fungsi solar charger
controller adalah sebagai berikut:
ο‚·
Mengatur arus untuk pengisian ke baterai, menghindari overcharging, dan
overvoltage.
ο‚·
Mengartur arus yang dibebaskan/ diambil dari baterai agar baterai tidak
'full discharge', dan overloading.
ο‚·
Monitoring temperatur baterai
Charger controller yang digunakan di PLTS dusun yeh mampeh Bangli
adalah LEONICS solarcon SCB-48120 dengan spesifikasi sebagai berikut :
19
Spesifikasi :
Vmp of PV
: 64 - 116 Vdc
Voc of PV
: ≤ 145 Vdc
Max PV power
: 6,6 kWp
Nominal Batt Volt
: 48 Vdc
Type
: Deep cycle lead acid
Charg peak efficiency : 98 %
Dimension
: 50x64x26,6
Weight
: 42 Kg
2.2.4.3 Inverter
Inverter adalah perangkat yang digunakan untuk mengubah arus listrik
searah (DC) menjadi arus listrik dua arah (AC). Inverter mengkonversi DC dari
perangkat seperti baterai dan solar panel DC menjadi AC. Penggunaan inverter
dalam Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah untuk mengubah arus
listrik DC yang dihasilkan PLTS menjadi arus listrik AC sehingga dapat
memenuhi kebutuhan energi listrik AC 220 Volt.
Inverter yang digunakan di PLTS dusun yeh mampeh Bangli adalah
LEONICS Apollo S-219 C ia dengan spesifikasi sebagai berikut :
Spesifikasi :
PV Input
AC Output
Nominal Batt Volt
Efficiency
Dimension
Weight
: 5.7 kWp
: 5.0 kW
: 48 Vdc
: 98 %
: 60x105x46
: 45 Kg
20
2.2.4.4 Baterai / Aki
Baterai / Aki pertama kali diperkenalkan oleh Benjamin Franklin pada
tahun 1748, merupakan kombinasi dari dua atau lebihsel elektrokimia yang
digunakan untuk mengkonversi energi kimia disimpan menjadi enrgi listrik.
Baterai/Aki adalah alat yang digunakan untuk menyimpan tenaga listrik arus
searah ( DC ).
Secara
garis
besar, baterai
dibedakan
berdasarkan
aplikasi
dan
konstruksinya. Berdasarkan aplikasi maka baterai dibedakan untuk automotif,
marine dan deep cycle. Deep cycle itu meliputi baterai yang biasa digunakan
untuk PV (PhotoVoltaic) dan back up power. Sedangkan secara konstruksi maka
baterai dibedakan menjadi type basah, gel dan AGM (Absorbed Glass Mat).
Baterai jenis AGM biasanya juga dikenal dengan VRLA (Valve Regulated Lead
Acid). Baterai kering Deep Cycle juga dirancang untuk menghasilkan tegangan
yang stabil. Penurunan kemampuannya tidak lebih dari 1-2% per bulan tanpa
perlu dicharge.
Konsekuensinya untuk pengisian arus ke dalam baterai Deep Cycle harus
lebih kecil dibandingkan baterai konvensional sehingga butuh waktu yang lebih
lama untuk mengisi muatannya. Antara tipe gel dan AGM hampir mirip hanya
saja baterai AGM mempunyai semua kelebihan yang dimiliki tipe gel tanpa
memiliki kekurangannya. Kekurangan tipe Gel adalah pada waktu dicharge maka
tegangannya harus 20% lebih rendah dari baterai tipe AGM ataupun basah. Bila
overcharged maka akan timbul rongga di dalam gelnya yg sulit diperbaiki
sehingga berkurang kapasitas muatannya, karena tidak ada cairan yang dapat
21
membeku maupun mengembang, membuat baterai Deep Cycle tahan terhadap
cuaca ekstrim yang membekukan.
Baterai/aki yang digunakan di PLTS dusun yeh mampeh Bangli adalah
SHOTO GFMJ-1000 Solar Deep Cycle dengan spesifikasi sebagai berikut :
Spesifikasi :
Rated Voltage
:2V
Capacity
: 1000 Ah
Max charge current : 200 A
Max discharge current : 3000 A
Dimension
: 64x21x23
Weight
: 80 Kg
2.2.5
Sistem PLTS
Umumnya diklasifikasikan menurut konfigurasi komponennya. Pada
prinsipnya ada dua klasifikasi sistem PLTS, yaitu PLTS yang berdiri sendiri
(Stand Alone) dan PLTS yang terhubung dengan jaringan listrik (PLTS Grid
Connected) sebagai berikut :
2.2.5.1 PLTS berdiri sendiri (stand alone)
Sistem ini dirancang beroperasi mandiri untuk memasok beban DC atau
AC. Jenis sistem ini dapat diaktifkan oleh array photovoltaic saja, atau dapat
menggunakan sumber tambahan energi lain, seperti air angin dan mesin diesel.
Baterai digunakan pada kebanyakn sistem PLTS ini.
22
Gambar 2.5 Diargam sistem PLTS stand alone dengan baterai
Dari gambar diagram stand alone diatas dapat dilihat daya DC yang
dihasilkan oleh PV array PLTS dikirim ke charger controller untuk melakukan
charging ke baterai dan melayani beban DC, charger controller juga mengatur
overcharging atau kelebihan pengisian karena baterai sudah penuh. Untuk
memenuhi kebutuhan beban AC digunakan baterai yang telah di charge oleh PV
array, dan arus searah DC yang berasal dari baterai telah dikonversi oleh inverter
menjadi arus listrik bolak balik (AC) sehingga dapat memenuhi kebutuhan beban
AC.
2.2.5.2 PLTS Grid Connected
PLTS grid connected pada dasarnya adalah menggabungkan PLTS dengan
jaringan listrik PLN. Komponen utama dalam sistem ini adalah inverter atau
power conditioning unit (PCU). Inverter inilah yang berfungsi untuk mengubah
daya DC yang dihasilkan oleh PLTS menjadi daya AC sesuai dengan persyaratan
dari jaringan listrik yang terhubung (Utility Grid)
23
Gambar 2.6 Diagram sistem PLTS grid connected
Dari gambar diagram grid connected diatas dapat dilihat daya DC yang
dihasilkan oleh PV array PLTS dikirim ke inverter atau power conditioning unit
(PCU) untuk untuk mengubah daya DC yang dihasilkan oleh PLTS menjadi daya
AC, sehingga distribution panel dapat mengirim daya ke jaringan listrik (Electric
utility) dan dapat memenuhi kebutuhan beban AC.
2.2.6
Faktor pengoperasian maksimum solar panel
Faktor pengoperasian maksimum solar panel tergantung pada Temperatur,
Intensitas Radiasi Matahari, Kecepatan angin bertiup, Keadaan atmosfir bumi,
Orientasi panel kearah matahari secara optimum sebagai berikut :
2.2.6.1 Temperatur
Sebuah sel surya dapat beroperasi secara maksimum jika temperature sel
tetap normal pada 25 derajat Celsius. Kenaikan temperature lebih tinggi dari
temperature normal pada sel surya akan melemahkan tegangan Voc. Setiap
kenaikan temperature sel surya 10 derajat celcius dari 25 derajat celsius akan
24
berkurang sekitar 0,4 % pada total tenaga yang di hasilkan atau akan melemah dua
kali lipat untuk kenaikan temperature sel per 10 derajat Celsius (Foster dkk.2010).
Gambar 2.7 Karakteristik penurunan voltage terhadap kenaikan temperature
2.2.6.2 Intensitas Radiasi Matahari
Radiasi matahari di bumi pada lokasi yang berbeda akan bervariable dan
sangat tergantung dengan keadaan sepektrum matahari ke bumi. Matahari akan
banyak berpengaruh terhadap arus (I) dan sedikit terhadap tegangan (v).
2.2.6.3 Kecepatan Angin Bertiup
Kecepatan tiupan angin disekitar lokasi sel surya akan sangat membantu
terhadap pendinginan temperature permukaan sel surya sehingga temperature
dapat terjaga dikisaran 25 derajat Celsius.
2.2.6.4 Keadaan Atmosfir Bumi
Keadaan atmosfir bumi berawan, mendung, jenis partikel debu udara,
asap, uap air udara, kabut dan polusi sangat menentukan hasil maksimum arus
listrik dari sel surya.
25
2.2.6.5 Orientasi Panel Kearah Matahari
Orintasi dari rangkaian panel kearah matahari secara optimum adalah
sangat penting untuk menghasilkan energi yang maksimum. Selain arah orientasi
sudut orientasi ( tilt engle ) dari panel juga sangat mempengaruhi hasil energi
yang maksimum. Misalnya, untuk lokasi yang terletak di belahan bumi utara
maka panel surya (array) sebaiknya diorientasikan ke selatan. Begitu pula untuk
lokasi yang terletak di belahan bumi selatan maka panel surya (array)
diorientasikan ke utara (Foster.2010).
2.2.7
Daya dan Efesiensi Solar Cell
Sebelum mengetahui berapa nilai daya sesaat yang dihasilkan kita harus
mengetahui daya yang dihasilkan (daya output), daya tersebut adalah perkalian
antara intensitas radiasi matahari yang diterima dengan luas area PV module
dengan persamaan sebagai berikut (Mulyatno,2000):
Daya yang dapat diperoleh dari konversi sinar matahari secara umum
dirumus kan sebagai berikut:
𝑃𝑖𝑛𝑝𝑒𝑑 = I x A (watt) ………………………………………………. ( 2.1 )
dengan:
I = intensitas radiasi matahari (w/π‘š2 )
A= luas permukaan PV module (π‘š2 )
Daya keluaran yang dikeluarkan sel fotovoltaik dengan rumus :
π‘ƒπ‘œπ‘’π‘‘ = I x A x πœ‚ (watt) ..…………………………………….………. ( 2.2 )
dengan :
πœ‚ = efisiensi sel fotovoltaik (%)
26
Besarnya energi radiasi matahari yang dapat diserap oleh sel fotovoltaik :
𝐸𝑠𝑒𝑙 = π‘ƒπ‘œπ‘’π‘‘ x t (watt/hour) …..………………………………………. ( 2.3 )
dengan :
π‘ƒπ‘œπ‘’π‘‘ = daya keluaran sel fotovoltaik (watt)
t
= lamanya penyinaran efektif rata-rata matahari yang mengenai
permukaan
Efesiensi yang terjadi pada sel fotovoltaik adalah merupakan perbandingan
dari daya output yang dapat dibandingkan oleh sel surya dengan daya yang
diperoleh dari konversi sinar matahari sebagai daya input, dapat ditentukan
dengan :
πœ‚=
π‘ƒπ‘œπ‘’π‘‘π‘π‘’π‘‘
πœ‚ =
𝐼.𝐴
π‘ƒπ‘œπ‘’π‘‘π‘π‘’π‘‘
𝑃𝑖𝑛𝑝𝑒𝑑
……………………………………………. ( 2.4 )
..……………………….………….………. ( 2.5 )
dengan :
π‘ƒπ‘œπ‘’π‘‘π‘π‘’π‘‘ = daya output sel fotovoltaik (watt)
𝑃𝑖𝑛𝑝𝑒𝑑 = daya yang diperoleh dari konveri radiasi sinar matahari (watt)
2.3
Metode kuisioner
Kuisioner adalah salah satu cara untuk mendapatkan pendapat dan
keinginan masyarakat terhadap sesuatu . Metode yang digunakan untuk
mendapatkan keinginan atau harapan pelanggan atau masyarakat dalam sebuah
atribut salah satunya adalah metode servqual dan metode kano.
27
2.3.1
Metode Servqual
Salah astu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan dan kualitas
perusahaan adalah kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggan. Keberhasilan perusahaan dalam memberikan pelayanan yang bermutu
kepada para pelanggannya, pencapaian pangsa pasar yang tinggi, serta
peningkatan profit perusahaan sangat ditentukan oleh pendekatan yang digunakan
(Parasuraman et.al., 1990).
Salah satu pendekatan pengukuran kualitas pelayanan yang banyak
dijadikan acuan dalam riset pemasaran adalah metode SERVQUAL (Service
Quality) yang dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithml, dan Berry dalam
serangkaian penelitian yang mereka lakukan terhadap enem sector jasa, yakni
peralatan rumah tangga, kartu kredit, asuransi, sambungan telepon jarak jauh,
perbankan, ritel, dan pialang sekuritas. Pengukuran dengan metode SERQUAL
merupakan pendekatan user-based approach (pendekatan berbasis pengguna).
Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang
yang memandangnya sehingga produk yang paling memuaskan preferensi
seseorang merupakan produk yang berkualitas paling tinggi. Adapun kelebihan
dan kekurangan metode ini, yaitu :
1. Dapat diketahui nilai gap dari setiap atribut.
2. Dapat diketahui bagaimana
3. Dapat diketahui atribut mana yang harus menjadi fokus untuk perbaikan
4. selanjutnya.
28
5. Metode Sevqual telah menjadi standart penilaian atas berbagai dimensi
kulaitas pelayanan.
6. Berbagi riset menunjukkan bahwa Metode Servqual valid untuk
berbagai konteks layanan.
7. Kuesioner Servqual adalah reliabel, artinya pertanyan - pertanyaan
dipersepsikan sama oleh responden yang berbeda
Kekurangan metode serqual adalah penilaiannya Subyektif.
2.3.2
Metode Kano
Metode Kano dikembangkan oleh Noriaki Kano (Kano, 1984). Model
Kano adalah model yang bertujuan untuk mengkategorikan atribut-atribut dari
produk maupun jasa berdasarkan seberapa baik produk atau jasa tersebut mampu
memuaskan kebutuhan pelanggan. Atribut-atribut layanan dapat dibedakan
menjadi beberapa kategori. Dalam merencanakan suatu produk atau layanan, kita
dapat membuat suatu daftar kebutuhan yang dapat membuat produk atau layanan
tersebut sebisanya memuaskan calon pelanggan (customer). Menemui secara
langsung pelanggan yang sudah ada atau mereka yang berpotensi untuk menjadi
pelanggan, adalah cara yang baik untuk memperoleh masukan tentang hal apa saja
yang harus ada di dalam daftar keperluan dari pelanggan yang potensial tadi.
Untuk mengetahuinya, kita harus melakukan penyelidikan terhadap setiap daftar
kebutuhan yang dibuat sedetail mungkin untuk lebih memahami persyaratan apa
yang benar-benar perlu ada dalam produk atau layanan akhir.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis tersebut
adalah metode kano yang ditemukan oleh Profesor Noriaki kano dari Tokyo Rika
29
University. Metode Kano membedakan antara tiga tipe dari persyaratan produk
yang mempengaruhi kepuasan pelanggan seperti pada gambar 2.8, yaitu
(kriswanto,2004):
1. Persyaratan yang Bersifat Must-Be (Harus Ada). Persyaratan yang bersifat
must-be adalah kriteria dasar dari suatu produk. Pemenuhannya hanya
akan mencapai pernyataan “tidak mengecewakan”. Persyaratan ini dalam
beberapa kasus justru menentukan faktor kompetitif, dimana pelanggan
menjadi tidak tertarik akan produk tersebut jika persyaratan ini tidak
dipenuhi. Jika persyaratan ini tidak dipenuhi, pelanggan akan sangat
kecewa. Tapi di sisi lain, saat pelanggan memerlukan kebutuhan ini untuk
kesenangannya, ternyata pemenuhan persyaratan ini tidak menaikkan
kepuasan mereka.
2. Persyaratan yang Bersifat One-Dimensional (satu dimensi). Karena
menghargai
persyaratan ini,
kepuasan pelanggan pada tingkatan
pemenuhannya bersifat proporsional. Artinya, semakin tinggi tingkat
pemenuhannya, maka kepuasan pelanggan pun akan semakin tinggi,
begitu pula sebaliknya, semakin rendah pemenuhannya maka kepuasan
pun akan semakin menurun. Persyaratan onedimensional ini biasanya
secara eksplisit diminta oleh pelanggan.
3. Persyaratan yang Bersifat Attractive (Menarik). Persyaratan ini adalah
kriteria produk yang memiliki pengaruh yang besar pada bagaimana
produk tersebut dapat memuaskan pelanggan. Persyaratan attractive tidak
diungkapkan secara eksplisit dan tidak pula diharapkan oleh pelanggan.
30
Pemenuhan persyaratan ini mengantarkan pada lebih dari kepuasan yang
proporsional. Tetapi jika tidak ada, ternyata, tidak membuat pelanggan
merasa kecewa.
Gambar 2.8 Penggolongan Tipe Metode Kano
4. Persyaratan yang bersifat Indifference adalah kriteria produk yang tidak
akan menimbulkan reaksi apapun pada konsumen. Kriteria ini biasanya
adalah kretiria yang bersifat netral.
5. Persyaratan yang bersifat Reverse adalah kreteria yang bahkan akan
menimbulkan ketidakpuasan pada konsumen apabila dikembangkan dalam
produk.
31
Keuntungan
dari
pengklasifkasian
kebutuhan
pelanggan
dengan
menggunakan metode kano ini diantaranya adalah :
1. Prioritas pada pengembangan produk. Sebagai contoh, tidak banyak
keuntungannya jika kita menginvestasikan pada perbaikan persyaratan
must-be yang memang sudah ada pada tingkat kepuasan, tetapi lebih baik
meningkatkan persyaratan onedimensional atau attractive yang memang
jelas berpengaruh pada kualitas produk dan juga mempengaruhi tingkat
kepuasan pelanggan.
2. Syarat produk lebih dimengerti. Kriteria produk yang memiliki
pengaruh terbesar pada kepuasan pelanggan dapat diidentifikasi.
Penggolongan
persyaratan
produk
ke
dalam
dimensi
must-be,
onedimensional, dan attractive dapat digunakan untuk lebih fokus pada
sesuatu.
3. Kepuasan pelanggan menggunakan model kano dapat secara optimal
dikombinasikan dengan penyebaran fungsi kualitas. Suatu prasyarat
mengidentifikasi kebutuhan, hirarki dan prioritas pelanggan. Model Kano
digunakan untuk menetapkan pentingnya fitur produk untuk kepuasan
pelanggan dan itu dapat menciptakan prasarat yang optimal pada kegiatan
pengembangan produk berorientasi proses.
Kekurangan dari metode kano adalah kurang mampu menangkap seluruh
suara dari konsumen.
Sehingga dalam penelitian ini, untuk mengetahui harapan masyarakat
digunakan kuisioner dengan metode kano karena dapat memprioritaskan
32
pengembangan
atribut
,
kebutuhan
produk
mudah
dipahami,
dapat
mengindentifikasi atribut yang paling mempengaruhi kepuasan masyarakat atau
pelanggan.
2.4
Analisis Kebutuhan
Menganalisa kebutuhan dan kemauan masyarakat/konsumen dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu (Sri nurhayati, 2011) :
1. Identifikasi Pengguna
Tahapan ini akan menganalisis siapa saja pengguna dari proses bisnis dari
sistem disebuah perusahaan. Perlu juga di analisis apakah produk dan layanan
memang dibutuhkan atau tidak oleh pengguna sistem.
2. Metode Penelitian
Metode
penelitian
yang
digunakan
untuk
metode
kano
adalah
menggunakan survey dengan cara mengambil sampel dari suatu populasi dan
menggunakan kuisoner. Keseluruhan pengamatan yang ingin kita teliti, berhingga
atau tidak, membentuk apa yang disebut populasi. Agar inferensi dari sampel pada
populasi tersebut meyakinkan, maka sampel haruslah diambil sehingga mewakili
populasi.
Kuesioner yang akan disebarkan memiliki bentuk yang khusus. Bentuk ini
disesuaikan dengan metode yang diperkenalkan oleh Kano, dimana setiap
pertanyaan mengandung komponen pilihan jawaban yang sama terlihat pada tabel
2.1 dibawah ini.
33
Tabel 2.1 Tabel Evaluasi Metode kano
KEBUTUHAN
PERTANYAAN DISFUNGSIONAL (NEGATIF)
PELANGGAN
SUKA
HARUS
NETRAL
BOLEH
TIDAK SUKA
Pertanyan
Suka
Q
A
A
A
O
Fungsional
Harus
R
I
I
I
M
(positif)
Netral
R
I
I
I
M
Boleh
R
I
I
I
M
Tidak Suka
R
R
R
R
Q
Setiap pertanyaan ditanyakan dua kali kepada responden, dimana
pertanyaan
pertama
bersifat
positif
dan
yang
kedua
bersifat
negatif
(kebalikannya). Contohnya:
ο‚·
Positif: Bagaimana seandainya jika terdapat fasilitas A?
ο‚·
Negatif: Bagaimana seandainya jika tidak terdapat fasilitas A?
Dua jawaban dari pertanyaan positif dan negatif ini kemudian
dikombinasikan dalam tabel evaluasi sehingga fitur produk dapat digolongkan.
Dari tabel ini dapat disimpulkan apakah kebutuhan pelanggan ini termasuk:
A = Attractive (Menarik)
M = Must-be (Harus Ada)
O = One-Dimensional (Satu Dimensi)
R = Reverse (Kebalikan)
I = Indifferent (Biasa Saja)
Dari semua responden yang ada dihitung hasil pengisian kuesioner
tersebut untuk setiap pertanyaan. Kesimpulan diambil dari mayoritas jawaban
yang dipilih.
34
3. Daftar Pertanyaan
Daftar pertanyaan yang dimasukkan ke dalam kuesioner didasarkan pada
komponen-komponen fitur yang sudah ada sebelumnya pada system di sebuah
perusahaan ditambah komponen lain yang kira-kira diperlukan oleh pengguna
model bisnisnya. Komponen e-bisnis yang telah ada pun perlu dievaluasi apakah
memang diperlukan atau tidak. Jika tidak diperlukan sebaiknya dihilangkan dan
diganti dengan fitur lain yang lebih memuaskan pengguna. masing-masing
jawaban pertanyaan dikonversi ke dalam bentuk AMORI, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan penghitungan jumlah masing-masing komponen A,
M, O, R, , dan I untuk setiap pertanyaan. Dari hasil yang telah kita peroleh ini,
dapat pula kita hitung koefisien kepuasan konsumen dengan rumusan, yaitu
koefisian tingkat kepuasan berkisar antara 0 sampai dengan 1, semakin dekat
dengan nilai 1 maka semakin mempengaruhi kepuasan konsumen, sebaliknya jika
nilai mendekati ke 0 maka dikatakan tidak begitu mempengaruhi kepuasan
konsumen.
A+O
………………………………………………………………………(2.6)
A+O+M+I
Tingkat kekecewaan, yaitu jika nilai semakin mendekati angka -1 maka pengaruh
terhadap kekecewaan konsumen semakin kuat, sebaliknya jika nilainya 0 maka
tidak mempengaruhi kekecewaan konsumen.
A+O
(A+O+M+I)x(−1)
………………………………………………………………(2.7)
35
Tanda minus yang disimpan di depan koefisien tingkat kekecewaan
konsumen adalah untuk menegaskan pengaruh negatif dari kepuasan konsumen
pada kualitas produk yang tidak dipenuhi.
2.5
Biaya Tahunan
Biaya tahunan adalah biaya yang harus ditanggung oleh proyek selama
umur proyek , yang termasuk biaya tahunan adalah :
2.5.1
Biaya Penyusutan
Suatu alat hanya dapat dipakai selama selang waktu tertentu. Biaya
investasi akan habis (tersisa sedikit) setelah selang waktu tersebut. Oleh sebab itu,
kalau dilihat dari waktu ke waktu selama selang waktu tersebut, nilai mesin telah
berkurang/menyusut. Biaya penyusutan dapat diperoleh dari metode garis lurus,
yaitu:
𝐷=
𝑃−𝑆
𝑁
………………………………………………..………………………(2.8)
Dimana :
D : biaya penyusutan per tahun (Rp./tahun)
S : harga akhir mesin (Rp.)
2.5.2
P : harga awal mesin (Rp.)
N : perkiraan umur ekonomis (tahun)
Biaya Operasi dan Pemeliharaan
Biaya operasi dan pemeliharaan (O&M Cost) merupakan biaya yang
dibutuhkan untuk menjalankan operasi rutin pembangkit listrik. Biaya O&M
besarnya bergantung pada teknologi dan kapasitas daya yang terpasang. Biaya
O&M dibedakan menjadi dua, yaitu biaya tetap O&M dan biaya variabel O&M.
36
Biaya tetap O&M merupakan biaya operasional rutin yang antara lain meliputi
biaya pegawai, property tax, plant insurance,dan life cycle maintenance .
37
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian tentang Studi Sistem Pengelolaan PLTS 15 KW Stand Alone di
Dusun Yeh Mampeh Kabupaten Bangli, dilakukan di PLTS Dusun Yeh Mampeh,
Kabupaten Bangli. Waktu dilakukanya penelitian dari bulan Nopember 2013
sampai dengan Oktober 2014.
3.2
Metode Pengumpulan Data
Sistem PLTS ini menggambarkan suatu proses pemanfaatan energi yang
terbarukan secara maksimum. Metode pengumpulan data dilakukan sebagai
berikut:
1. Metode Observasi, yaitu pengumpulan data dengan mengadakan
penelitian secara langsung di PLTS Dusun Yeh Mampeh, Kabupaten
Bangli. Dalam penelitian ini data yang akan di kumpulkan adalah :
a. Foto - foto sistem dan komponen - komponen PLTS
b. One Line Diagram PLTS.
c. Kapasitas PLTS yang terpasang.
d. Data teknis solar panel.
e. Pencatatan produksi energi PLTS
f. Jumlah modul yang digunakan pada PLTS
g. Kapasitas dan jumlah baterai yang terpasang.
38
h. Hasil kuisioner pada masyarakat Dusun Yeh Mampeh
2. Studi Literatur, yaitu mengumpulkan data dari buku-buku referensi, jurnal
- jurnal yang relevan dengan topik penelitian.
3. Kuesioner
pada responden, yaitu data diperoleh dari hasil kuisioner
dengan masyarakat Dusun Yeh Mampeh dan wawancara pada pihak
pengelola atau perusahaan yang menjual sistem tersebut secara langsung.
Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyan-pertanyaan secara
lisan maupun tulisan.
3.3
Jenis Data
Data - data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu :
3.3.1
Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh berdasarkan survei langsung
ke lokasi penelitian. Data - data tersebut adalah data produksi PLTS Dusun Yeh
Mampeh yang telah dikembangkan oleh Kementrian ESDM dari bulan Pebruari
tahun 2013.
3.3.2
Data sekunder
Data sekunder
yaitu data yang diperoleh berdasarkan data-data yang
sudah ada di lapangan. Data Sekunder tersebut adalah data yang diperoleh melalui
literatur dan jurnal - jurnal yang berkaitan dengan sistem pambangkit listrik
tenaga surya, spesifikasi dari komponen PLTS .
39
3.4
Tahapan Penelitian
Penelitian tentang Studi pemanfaatan pembangkit listrik tenaaga surya di
Dusun Yeh Mampeh Kabupaten Bangli, dilaksanakan dengan tahapan
penelitiannya sebagai berikut :
1. Pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan peninjauan yang
berhubungan dengan penggunaan energi listrik yang bersumber dari PLTS
dan pengelolaan PLTS di Dusun Yeh Mampeh Kabupaten Bangli.
2. Pengumpulan data harga dan life time seluruh komponen PLTS
3. Pengumpulan data kuesioner dan wawancara dilakukan dengan pertanyaan
atau pernyataan tertulis kepada masyarakat untuk mengetahui hal-hal dari
responden secara lebih mendalam, mengenai harapan, kemauan dan
kemampuan masyarakat terhadap PLTS.
40
3.5
Alur Analisis Usulan penelitian
Secara sistematik, prosedur perencanaan alur analisis usulan penelitian
dari laporan penelitian di atas dapat dilihat di bawah ini :
START
Observasi Lapangan
1.
2.
3.
4.
5.
Pengambilan data-data :
Data karakteristik komponen PLTS
Data produksi energi listrik yang dihasilkan PLTS
Data pelanggan yg menggunakan energi listrik PLTS
Koesioner dan Wawancara
Analisis Data :
1. Analisa kuisioner dengan metode kano untuk mendapatkan harapan dan kemampuan
masyarakat dalam sistem pengelolaan PLTS
2. Analisa karakteristik dari komponen peralatan yang digunakan pada sistem PLTS
3. Analisa penyusutan peralatan sistem PLTS
4. Analisa sistem pengelolaan PLTS yang berkelanjutan
Kesimpulan antara harapan masyarakat dengan sistem pengelolaan PLTS
dengan memperhitungkan life time.
STOP
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian
41
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Statistik Dusun Yeh Mampeh, Desa Batur Selatan, Kecamatan
Kintamani, Kabupaten Bangli.
PLTS 15 kW yang dibangun oleh Kementrian Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) terletak di Dusun Yeh Mampeh, Desa Batur Selatan, Kecamatan
Kintamani, Kabupaten Bangli. Adapun data statistik dari Dusun Yeh Mampeh,
Desa Batur Selatan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli adalah sebagai
berikut :
4.1.1
Keadaan Geografis
Kabupaten Bangli terletak diantara 115o 13’ 48’’ sampai 115o 27’ 24”
Bujur Timur dan 8o 8’ 30” sampai 8o 31’ 87” Lintang Selatan. Posisinya berada di
tengah - tengah Pulau Bali, sehingga meupakan satu - satunya Kabupaten yang
tidak memiliki pantai / laut.
Gambar 4.1 Keadaan Geografis Kabupaten Bangli
42
Kecamatan kintamani merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di
kabupaten bangli yang mempunyai luas wilayah sebesar 366,92 km2. Sedangkan
luas wilayah kecamatan kintamani menurut jenis penggunaan tanah pada tahun
2012, digunakan untuk sawah seluas 123 Ha, Perkebunan 6.138 Ha, Tegal 15.672
Ha.
4.1.2
Jumlah Penduduk
Sensus penduduk merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data
kependudukan yang pelaksanaannya dilakukan 10 tahun sekali. Berdasarkan hasil
sementara sensus penduduk tahun 2010, penduduk Kecamatan Kintamani
sebanyak 94.218 jiwa. Sedangkan dari hasil registrasi penduduk keadaan akhir
tahun 2012 penduduk Kecamatan Kintamani tercatat jumlahnya 92.669 jiwa
dengan kepadatan rata - rata 253 jiwa/km2 dan rata - rata 3 jiwa per kepala
keluarga.
Desa Batur Selatan yang memiliki luas 13,86 km2 dengan penduduk 5.181
jiwa, 1.665 kepala keluarga terdiri dari laki - laki 2.471 jiwa dan perempuan 2.710
jiwa dengan kepadatan rata - rata penduduk 374 jiwa/km2 dan rata - rata 3 jiwa per
kepala keluarga.
4.1.3
Pertanian
Melihat dari keadaan geografisnya, Kecamatan Kintamani merupakan
daerah pertanian. Cakupan pertanian disini adalah pertanian dalam arti luas.
Masing - masing sub sektor pertanian harus dikembangkan dengan tujuan untuk
meningkatkan hasil pertanian, memperluas lapangan kerja dan kesempatan
berusaha yang pada akhirnya akan dapat mendukung pembangunan daerah.
43
Peningkatan produksi tanaman pangan baik beras maupun non beras tetap
diupayakan untuk memantapkan swasembada pangan dan seiring dengan
peningkatan kebutuhan terhadap pangan sabagai akibat meningkatnya jumlah
penduduk.
Namun data produksi pertanian sesuai Badan Pusat Statistik Kabupaten
Bangli untuk tanaman padi di kecamatan kintamani tahun 2012 mengalami
peningkatan menjadi sebesar 556,48 ton dibandingkan pada tahun sebelumnya
yaitu sebesar 529,96 ton.
4.1.4
Peternakan
Perkembangan peternakan diarahkan untuk meningkatkan populasi dan
produksi melalui diversifikasi dan intensifikasi untuk memenuhi kebutuhan gizi
masyarakat.
Perkembangan ternak terbesar di Kecamatan Kintamani adalah pada sektor
peternakan sapi pada tahun 2012 sebanyak 57.790 ekor sedangkan untuk Desa
Batur Selatan populasi peternakan sapi pada tahun 2012 menghasilkan 1.816 ekor,
kambing 57 ekor dan babi 514 ekor dan untuk Populasi unggas pada tahun 2012
menghasilkan ayam ras petelur 3.800 ekor dan ayam buras 10.088 ekor.
4.2
PLTS 15 kW di Dusun Yeh Mampeh
PLTS 15 kW yang dihibahkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) terletak di Dusun Yeh Mampeh, Desa Batur Selatan, Kecamatan
Kintamani, Kabupaten Bangli, Propinsi Bali. Beroperasi sejak bulan Pebruari
2013 yang mampu menghasilkan daya listrik sebesar 15 kW.
44
4.2.1
Existing PLTS 15 kW di Dusun Yeh Mampeh
PLTS 15 kW di Dusun Yeh Mampeh dibangun diatas lahan seluas 3 are
dengan solar panel terpasang sebanyak 150 unit. Solar panel yang digunakan di
PLTS dusun yeh mampeh Bangli adalah merk isolar-1 dengan spesifikasi yaitu
Output power (Pmax) : 100 Wp ο‚³ 3%, Short cicuit current (Isc) : 6,15 A, Open
cicuit voltage (Voc) : 21,6 V, Eficiency : 15 % dan Weight : 15 kg.
Gambar 4.2 Solar Panel terpasang di PLTS 15 kW di Dusun Yeh Mampeh
PLTS ini dirancang beroperasi mandiri tanpa bantuan pasokan dari sumber
energi listrik PLN atau disebut dengan sistem Stand Alone. PLTS 15 kW
memberikan pelayanan kepada konsumen energi listrik di Dusun Yeh Mampeh
kepada 50 pelanggan yang belum terlayani listrik PLN. PLTS ini telah melayani
pelanggan sejak bulan Pebruari 2013. Pelanggan selama ini dibebani iuran sebesar
Rp.10.000 setiap bulan untuk digunakan sebagai biaya pembelian material seperti
kabel, fiting lampu, lampu LED dll bagi pelanggan baru yang ingin menikmati
45
energi listrik dari PLTS. Penggunaan daya untuk setiap pelanggan dibatasi sebesar
100 WH setiap hari.
Gambar 4.3 Rumah pelanggan PLTS
PLTS memiliki 2 teknisi sekaligus sebagai pengurus untuk melayani
pelanggan tetapi mereka melayani pelanggan tanpa imbalan. Untuk perawatan
mereka hanya melakukan pembersihan di lokasi sekitar PLTS, pembersihan di
ruang sistem kontrol dan ruang baterai PLTS. Jadwal pembersihan ditentukan
oleh pengurus sendiri.
Untuk dapat memberikan pelayanan secara optimal dan berkelanjutan
digunakan baterai sebanyak 72 unit yang berfungsi sebagai alat untuk menyimpan
energli listrik yang dihasilkan oleh PLTS ini. Baterai atau aki yang digunakan di
PLTS Dusun Yeh Mampeh Bangli adalah merk SHOTO GFMJ-1000 Solar Deep
Cycle dengan spesifikasi Rated Voltage : 2 V, Capacity : 1000 Ah, Max charge
current : 200 A, Dimension : 64x21x23 cm, Weight : 80 Kg.
46
Gambar 4.4 Baterai PLTS 72 unit
Untuk mengatur tegangan yang dihasilkan oleh solar panel digunakanlah
alat Charger controller, selain itu charger controller mempunyai kemampuan
untuk mendeteksi kapasitas baterai. Bila baterai sudah terisi penuh maka secara
otomatis pengisian arus dari solar panel berhenti. Charger controller yang
digunakan di PLTS dusun yeh mampeh Bangli adalah LEONICS solarcon SCB48120 sebanyak 3 unit dengan Max PV power 6,6 kWp dan efisiensi 98%.
Gambar 4.5 Solar charger controller 3 unit
47
Tegangan yang dihasilkan oleh solar panel adalah arus listrik searah DC
sehingga untuk mengubah arus listrik DC menjadi arus listrik AC digunakan alat
Inverter, sehingga dapat melayani kebutuhan energi listrik pelanggan PLTS.
Inverter yang digunakan di PLTS adalah LEONICS Apollo S-219 C sebanyak 3
unit dengan PV Input = 5.7 kWp, AC Output = 5.0 kW dan efisiensi 98 %.
Gambar 4.6 Inverter 3 unit
4.3
Pengelolaan PLTS 15 kW di Dusun Yeh Mampeh
Pengelolaan PLTS di Dusun Yeh Mampeh dapat mengacu dari hasil
kuisioner. Hasil kuisioner tersebut menjadi harapan masyarakat terhadap
bagaimana pengelolaan yang diinginkan masyarakat, namun harapan tersebut
belum sepenuhnya dapat menghasilkan hasil pengelolaan yg optimal untuk PLTS
sehingga dapat melayani kebutuhan energi listrik pelanggan secara terus menerus.
Pengeloaan PLTS agar dapat dirasakan maanfaatnya secara terus menerus dapat
48
dilakukan dengan mempertimbangkan karakteristik dan umur dari komponen
PLTS tersebut .
4.3.1
Hasil Kuesioner dengan Metode Kano
Menghitung jumlah atau nilai masing - masing kategori kano dalam tiap -
tiap atribut terhadap semua responden, kemudian setelah didapatkan jumlah atau
nilai kategori kano setiap atribut pada semua responden yaitu menentukan
kategori Kano tiap atribut dengan menggunakan Blauthβ€Ÿs formula sebagai berikut:
1. Jika jumlah nilai (one dimensional + attractive + must be) > jumlah nilai
(indiferent + reverse) maka grade diperoleh nilai paling maksimum dari
(one dimensional, attractive, must be).
2. Jika jumlah nilai (one dimensional + attractive + must be) < jumlah nilai
(indifferent + reverse) maka grade diperoleh yang paling maksimum dari
(indifferent, reverse).
3. Jika jumlah nilai (one dimensional + attractive + must be) = jumlah nilai
(indifferent + reverse) maka grade diperoleh yang paling maksimum
diantara semua kategori kano yaitu (one dimensional, attractive, must be
dan indifferent, reverse).
4. Dari kategori Kano berarti jawaban yaitu O (One dimensional) adalah
Suka, M (must be) adalah Harus, I (indifferent) adalah Netral, A
(attractive) adalah Boleh dan R (reverse) adalah Tidak suka,
Setelah dilakukan perhitungan dan analisa pengklasifikasian kategori kano
maka diperoleh jumlah/ nilai kategori kano tiap atribut terhadap semua responden
seperti pada Tabel 4.1.
49
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Metode Kano
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
FITUR
Pelayanan energi listrik PLTS secara
terus menerus
Keperluan memiliki teknis dan
pengurus untuk pemeliharaan PLTS
Keperluan penambahan teknisi dan
pengurus PLTS ( lebih dari 2 )
Kemampuan teknisi atau pengurus
tentang pengetahuan PLTS
Teknisi atau pengurus PLTS adalah
warga setempat
Teknisi atau pengurus PLTS diberi
gaji setiap bulan
Gaji setiap bulan untuk teknisi atau
pengurus 450rb/bln/org atau lebih.
Iuran setiap bulan kurang dari
150rb/bln
Keperluan untuk mengelola hasil
iuran bulanan.
pelayanan energi listrik dr PLTS
tidak dapat melayani terus menerus.
PLTS tidak memiliki teknisi atau
pengurus untuk pemeliharaan PLTS
jumlah teknisi atau pengurus PLTS
tidak ditambahkan ( sama dengan 2 )
teknisi atau pengurus PLTS tidak
memiliki Pengetahuan tentang PLTS
teknisi atau pengurus PLTS bukan
warga setempat
teknisi atau pengurus PLTS tidak
diberi gaji/bulan
Gaji setiap bulan teknisi atau
pengurus dibawah 450rb/bln/org
Iuran setiap bulan lebih 150rb/bulan
Hasil iuran bulanan tidak dikelola
O
31
Jumlah Responden
Kategori Kano
M
I
A
17
1
0
Total
Grade
R
1
50
O
28
18
0
4
0
50
O
1
3
4
37
5
50
A
14
4
3
26
3
50
A
23
22
2
3
0
50
O
4
21`
7
18
0
50
M
6
2
31
11
0
50
I
16
1
7
14
12
50
O
6
13
11
19
1
50
A
3
0
24
2
21
50
I
0
6
28
1
15
50
I
12
0
15
21
0
50
A
0
9
17
4
21
50
R
2
1
15
28
4
50
A
11
7
4
20
8
50
A
4
0
13
30
3
50
A
1
0
3
9
24
26
10
2
22
14
50
50
I
I
Setelah menentukan requirement tertinggi dari masing-masing item,
selanjutnya hitung presentase dan Extent Of Satisfaction / Disatisfaction dari tiap
item dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Persentase =
A+O
A+O+M+I
𝐺𝑅𝐴𝐷𝐸 𝑋 100 %
𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿
𝐸π‘₯𝑑𝑒𝑛𝑑 π‘œπ‘“ π‘ π‘Žπ‘‘π‘–π‘ π‘“π‘Žπ‘π‘‘π‘–π‘œπ‘› =
O+M
𝐸π‘₯𝑑𝑒𝑛𝑑 π‘œπ‘“ π‘‘π‘–π‘ π‘Žπ‘‘π‘–π‘ π‘“π‘Žπ‘π‘‘π‘–π‘œπ‘› = (A+O+M+I)x(−1)
50
4.3.2
Persentase dan Extent Of Satisfaction / Dissatisfaction
Tingkat kepuasan pengguna tergantung pada koefisian tingkat kepuasan
berkisar antara 0 sampai dengan 1, semakin dekat dengan nilai 1 maka semakin
mempengaruhi kepuasan konsumen, sebaliknya jika nilai mendekati ke 0 maka
dikatakan tidak begitu mempengaruhi kepuasan konsumen. Misalnya pada fitur
no.1, nilai extent of satisfaction (EOS) yaitu 0,62. Hal ini menunjukkan bahwa
jika fitur no.1 disediakan maka pengguna akan merasa puas.
Sedangkan, tingkat kekecewaan.dilihat dari nilai extent of dissatisfaction
(EOD). Jika nilai semakin mendekati angka -1 maka pengaruh terhadap
kekecewaan konsumen semakin kuat, sebaliknya jika nilainya 0 maka tidak
mempengaruhi kekecewaan konsumen. Misalnya pada fitur no.1, nilai extent of
dissatisfaction yaitu -0,98. Hal ini menunjukkan bahwa jika fitur ini tidak
disediakan maka pengguna akan merasa kecewa.
Perhitungan pada tabel 4.2 dibawah fitur no.1 yaitu pelayanan energi
listrik dari PLTS dapat melayani terus menerus adalah sbb :
Persentase =
31 𝑋 100 %
50
𝐸π‘₯𝑑𝑒𝑛𝑑 π‘œπ‘“ π‘ π‘Žπ‘‘π‘–π‘ π‘“π‘Žπ‘π‘‘π‘–π‘œπ‘› =
= 62%
0 + 31
= 0,63
0 + 31 + 17 + 1
𝐸π‘₯𝑑𝑒𝑛𝑑 π‘œπ‘“ π‘‘π‘–π‘ π‘Žπ‘‘π‘–π‘ π‘“π‘Žπ‘π‘‘π‘–π‘œπ‘› =
31 + 17
= −0,98
(0 + 31 + 17 + 1)x(−1)
Hal ini menunjukan bahwa jika pelayanan energi listrik dari PLTS
disediakan maka masyarakat akan merasa puas, dan jika pelayanan energi listrik
dari PLTS tidak disediakan maka masyarakat akan kecewa.
51
Tabel 4.2 Persentase dan Extent Of Satisfaction / Dissatisfaction
No
Fitur
1
pelayanan energi listrik PLTS secara terus menerus
2
Keperluan memiliki teknis dan pengurus untuk
pemeliharaan PLTS
Keperluan penambahan teknisi dan pengurrus
PLTS ( lebih dari 2 )
Kemampuan teknisi atau pengurus tentang
pengetahuan PLTS
Teknisi atau pengurus PLTS adalah warga setempat
Teknisi atau pengurus PLTS diberi gaji setiap
bulan
Gaji setiap bulan untuk teknisi atau pengurus
450rb/bln/org atau lebih.
Iuran setiap bulan kurang dari 150rb/bln
Keperluan untuk mengelola hasil iuran bulanan.
pelayanan energi listrik dr PLTS tidak dapat
melayani terus menerus.
PLTS tidak memiliki teknisi atau pengurus untuk
pemeliharaan PLTS
jumlah teknisi atau pengurus PLTS tidak
ditambahkan ( sama dengan 2 )
teknisi atau pengurus PLTS tidak memiliki
Pengetahuan tentang PLTS
teknisi atau pengurus PLTS bukan warga setempat
teknisi atau pengurus PLTS tidak diberi gaji/bulan
gaji setiap bulan teknisi atau pengurus dibawah
450rb/bln/org
Iuran setiap bulan lebih 150rb/bulan
hasil iuran bulanan tidak dikelola
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Persentase
EOS
EOD
62 %
0,63
-0,98
56%
0,64
-0,92
74%
0,84
-0,09
52%
44%
0,85
0,52
-0,38
-0,90
42%
0,44
-0,49
62%
32%
38%
0,34
0,55
0,51
-0,16
-0,21
-0,39
48%
0,14
-0,07
56%
0,03
-0,17
42%
0,69
-0,25
42%
56%
40%
0,13
0,46
0,74
-0,30
-0,07
-0,43
60%
48%
52%
0,72
0,29
0,05
-0,09
-0,11
-0,24
Dengan perhitungan extent of satisfaction/dissatisfaction pada tabel di
atas, maka dapat dilihat harapan masyarakat terhadap pengelolaan PLTS .
4.3.3
Pengelolaan Hasil Survey Kuesioner
Hasil survey yang diperoleh dari masyarakat Dusun Yeh Mampeh
menggunakan metode kano dapat diketahui kesimpulan sesuai dengan tabel 4.2
pada masing-masing fitur, sebagai berikut :
Pada fitur 1, pelanggan mengharapkan PLTS dapat melayani kebutuhan
listrik secara terus-menerus, kekecewaan akan dirasakan oleh pelanggan jika
52
PLTS tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan listriknya. Energi PLTS ini sangat
membatu masyarakat, khususnya dalam penerangan. Energi listrik yang
didapatkan tanpa mengeluarkan biaya yang mahal setiap bulannya menjadi
kepuasan untuk masyarakat.
Pada fitur 2, pelanggan ingin memiliki teknisi atau pengurus untuk dapat
melayani segala kebutuhan dan kerusakan PLTS yang akan mempengaruhi
pelayanan PLTS terhadap masyarakat. Kekecewaan pada masyarakat akan timbul
jika tidak ada teknisi yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap
PLTS.
Pada fitur 3, penambahan teknisi akan meningkatkan kepuasan bagi
pelanggan. Jika teknisi ditambahkan, maka semakin cepat penanganan dan
pelayanan terhadap pelanggan PLTS. Namun jika teknisi atau pengurus tidak
ditambahkan, tidak membuat pelanggan kecewa karena pelanggan menganggap
teknisi atau pengurus saat ini sudah cukup untuk menangani pelayanan PLTS
terhadap pelanggan.
Pada fitur 4, pelanggan mengharapkan pengurus dan teknisi sama-sama
memiliki pengetahuan tentang PLTS, namun jika pengurus dan teknisi tidak
memiliki pengetahuan tentang PLTS tidak membuat pelanggan kecewa.
Pelanggan hanya ingin pengurus maupun teknisi mampu melayani kebutuhan
pelanggan terhadap energi listrik PLTS.
Pada fitur 5, pelanggan mengharapkan teknisi dan pengurus adalah warga
setempat. Pelanggan lebih mempercayai teknisi dan pengurus dari warga
53
setempat. Jika teknisi dan pengurus tidak warga setempat, maka pelanggan akan
merasa kecewa . Tingkat kepercayaan terhadap warga luar sangat kecil.
Pada fitur 6, untuk gaji pengurus dan teknisi, masyarakat mengharapkan
keiklasan dari pengurus dan teknisi untuk bekerja secara sosial, namun jika
pengurus dan teknisi diberi gaji pelanggan tidak memiliki rasa kecewa terhadap
hal tersebut.
Pada fitur 7, gaji atau upah untuk pengurus dan teknisi tidak lebih dari
Rp.450.000. Masyarakat akan puas jika teknisi atau pengurus digaji dibawah
Rp.450.000, namun jika digaji Rp.450.000 tidak membuat masyarakat kecewa .
Pada fitur 8, masyarakat ingin iuran yang dibebankan kepada mereka
adalah sekecil mungkin. Masyarakat menginginkan iuran di bawah Rp.150.000.
Jika iuran di atas Rp.150.000, masyarakat akan merasa kecewa.
Pada fitur 9, untuk hasil iuran ini, masyarakat berharap dapat di kelola
oleh Banjar Yeh Mampeh.
Fitur 10 sampai dengan fitur 18 merupakan pertanyaan negative dari fitur
1 sampai 9. Pada Fitur 10, masyarakat akan kecewa bila energi listrik PLTS tidak
dapat melayani kebutuhan listrik secara terus menerus.
Pada fitur 11, pelanggan akan merasa kecewa jika tidak memiliki teknisi
atau pengurus untuk dapat melayani segala kebutuhan dan kerusakan PLTS yang
akan mempengaruhi pelayanan PLTS terhadap masyarakat. Kepuasan pada
masyarakat akan timbul jika ada teknisi yang mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat terhadap PLTS.
54
Pada fitur 12, pelanggan merasa puas jika teknisi atau pengurus tidak
ditambahkan. Pelanggan menganggap teknisi atau pengurus saat ini sudah cukup
untuk menangani pelayanan PLTS terhadap pelanggan. Jumlah teknisi sekaligus
pengurus saat ini adalah 2 orang. Kekecewaan akan timbul pada pelanggan jika
teknisi dan pengurus ditambahkan. Pelanggan beranggapan, jika teknisi dan
pengurus ditambahkan maka semakin banyak biaya yang akan menjadi beban
pelanggan.
Pada fitur 13, pelanggan akan merasa kecewa jika pengurus dan teknisi
tidak memiliki pengetahuan tentang PLTS. Pelanggan akan puas jika pengurus
dan teknisi memiliki pengetahuan tentang PLTS . Jika teknisi dan pengurus
memahami tentang PLTS maka tingkat kepercayaan pelanggan terhadap
kemampuan teknisi dalam melayani kebutuhan pelanggan terhadap PLTS akan
semakin meningkat.
Pada fitur 14, pelanggan merasa kecewa jika teknisi atau pengurus adalah
bukan warga setempat. Tingkat kepercayaan terhadap warga luar sangat kecil.
Jika teknisi dan pengurus adalah warga setempat, maka pelanggan akan merasa
puas . Pelanggan lebih mempercayai teknisi dan pengurus dari warga setempat .
Pada fitur 15, untuk gaji pengurus dan teknisi, masyarakat akan merasa
puas jika teknisi tidak diberikan gaji. Pelanggan mengharapkan keiklasan dari
teknisi dan pengurus untuk bekerja secara sosial, namun jika diberi gajipun
pelanggan tidak memiliki rasa kecewa terhadap hal tersebut.
55
Pada fitur 16, pelanggan akan puas jika teknisi atau pengurus digaji
dibawah Rp.450.000 , namun jika digaji Rp.450.000 tidak membuat masyarakat
kecewa .
Pada fitur 17, Jika iuran lebih dari Rp.150.000 maka masyarakat akan
merasa kecewa. Masyarakat akan merasa puas jika iuran di bawah Rp.150.000.
Pada fitur 18, untuk hasil iuran ini, jika iuran tidak dikelola maka
masyarakat akan kecewa dan jika iuran tersebut dikelola maka pelanggan akan
merasa puas.
4.3.4
Pengelolaan Studi Ekonomi PLTS
Setiap komponen PLTS memiliki karakteristik dan umur yang berbeda.
Untuk memperoleh biaya yang dibutuhkan PLTS untuk dapat melayani
masyarakat secara terus menerus, dapat dihitung dengan mengetahui harga
komponen - komponen utama PLTS dengan life time komponen tersebut.
Tabel 4.3 Biaya Komponen dan Life Time PLTS
Nama Komponen
Life Time
(Tahun)
1.
Solar Panel 100 Wp
2
No
Total Biaya
(Rp.)
Unit
25
Harga / unit
(Rp.)
1.500.000
150
225.000.000
Baterai 2V 1000 AH
15
4.432.500
72
319.140.000
3
Inverter 5 kW
5
22.670.000
3
68.010.000
4
C.Controller 6,6 kW
5
4.790.000
3
14.370.000
TOTAL BIAYA KOMPONEN PLTS
626.520.000
Dari total biaya dan life time setiap komponen, dapat diperhitungkan total
penyusutan setiap bulan, seperti tabel 4.4 dibawah ini.
56
Tabel 4.4 Penyusutan setiap bulan pada komponen PLTS
No
Nama Komponen
Harga
(Rp.)
225.000.000
Penyusutan/bulan
(Rp.)
1.
Solar Panel 100 Wp
Life time
(tahun)
25
2
Baterai 2V 1000 AH
15
319.140.000
1.773.000
3
Inverter 5 kW
5
68.010.000
1.133.500
4
C.Controller 6,6 kW
5
14.370.000
239.500
750.000
3.896.000
TOTAL BIAYA PENYUSUTAN
Biaya penyusutan tersebut dapat digunakan sebaagai acuan untuk iuran
yang di bebankan kepada masyarakat. Selain biaya penyusutan, harus dihitung
pula gaji dari pengurus dan teknisi PLTS untuk biaya pemeliharaan PLTS.
Adapun pemeliharaan rutin tersebut, yaitu pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Jadwal pemeliharan PLTS
No.
Bagian
Jenis
Pemeliharaan
Waktu
Pemeliharaan
1. Solar Panel
2. Charger
Controller
1.
PLTS
3. Inverter
4. Baterai
1. Lingkungan
2.
Bagian
Sipil
sekitar PLTS
2. Ruangan
sistem kontrol
1. Pembersihan permukaan solar
panel
1 minggu
2. Pemeriksaan pemasangan instalasi
2 minggu
1. Pembersihan permukaan charger
control.
1 minggu
2. Pemeriksaan pemasangan instalasi
2 minggu
3. Pemeriksaan pengaturan operasi.
2 minggu
1. Pembersihan permukaan Inverter
1 minggu
2. Pemeriksaan pemasangan instalasi
2 minggu
1. Pembersihan baterai
1 minggu
2. Pemeriksaan instalasi
1 bulan
3. Pemeriksaan Tegangan floating
chaging pada baterai
3 bulan
1. Pembersihan sampah organik dan
non organik
2 kali/
1. Pembersihan ruangan dari debu dll
minggu
2 kali/
minggu
57
Peralatan pada PLTS harus diperiksa dan dipelihara secara berkala untuk
memastikan life time pelayanannya. Pemeliharaan berkala meliputi pemeliharaan
mingguan, bulanan dan triwulanan. Tabel 4.5 menujukkan jadwal pemeliharaan
yang dilakukan oleh 2 orang teknisi yang rutin dilakukan setiap 1 minggu 2 kali.
Untuk bagian Pemeliharaan pada PLTS dengan jenis peralatan pada solar panel
dilakukan dengan cara membersihkan permukaan solar panel dengan kain lembut,
dilakukan setiap minggu. Pembersihan ini
dilakukan untuk
mencegah
menumpuknya debu di permukaan solar panel karena dapat berpengaruh terhadap
hasil produksi energi listrik dari solar panel. Pemeriksaan pemasangan instalasi
atau sambungan listrik harus diperiksa secara berkala setiap 2 minggu oleh
teknisi, untuk memastikan bahwa sambungan tersebut bersih, aman dan dalam
keadaan baik.
Untuk bagian pemeliharaan pada PLTS dengan jenis peralatan pada
Charger Controller dilakukan dengan cara membersihkan permukaan Charger
Controller
dengan kain lembut dilakukan setiap minggu. Pemeriksaan
pemasangan instalasi atau sambungan listrik harus diperiksa secara berkala setiap
2 minggu oleh teknisi, untuk memastikan bahwa sambungan tersebut bersih, aman
dan dalam keadaan baik. Pemeriksaan pengaturan operasi dilakukan dengan cara
memeriksa control inverter set points, pengaturan alarm, pengaturan waktu dan
tanggal, menghapus records dan logs energi, pengaturan konfigurasi dan
pengaturan parameter baterai.
Pemeliharaan pada PLTS dengan jenis peralatan pada Inverter dilakukan
dengan cara membersihkan permukaan Inverter dengan kain lembut dilakukan
58
setiap minggu. Pemeriksaan pemasangan instalasi atau sambungan listrik harus
diperiksa secara berkala setiap 2 minggu oleh teknisi, untuk memastikan bahwa
sambungan tersebut bersih, aman dan dalam keadaan baik.
Pemeliharaan pada baterai dilakukan dengan cara membersihkan
permukaan Baterai dengan kain lembut dilakukan setiap minggu. Memeriksa
pembungkus baterai dan plat untuk keluarnya elektrolit, memeriksa rak instalasi
vertical, koneksi kabel, terminal positif dan negative dari karat, memeriksa baut
dan mur kencang, dilakukan setiap 1 bulan. Pemeriksaan tegangan floating
chaging pada baterai dilakukan untuk mendeteksi tegangan setiap satuan baterai
dengan persyaratan tegangan floating chaging kompensasi temperature ± 240 mV,
pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan.
Untuk bagian pemeliharaan pada bagian sipil PLTS dengan membersihkan
lingkungan sekitar PLTS dari sampah organik dan non organic, dilakukan setiap 2
kali setiap minggu. Pada ruangan sistem kontrol dilakukan pembersihan dari debu
yang dapat mengganggu kinerja peralatan PLTS.
Untuk perhitungan gaji teknisi dan pengurus, dapat di hitung dari upah
minimum regional Bangli. UMR Bangli adalah Rp. 1.500.000 yaitu 20 hari kerja
setiap bulan , dengan 8 jam kerja efektif setiap hari.
Dari penyusutan komponen dan gaji teknisi dan pengurus , maka total
biaya yang harus dikumpulkan oleh masyarakat Dusun Yeh Mampeh sbb :
Rp. 3.896.000 + Rp. 3.000.000 = Rp.6.896.000.
59
Iuaran setiap bulan yang dibebankan ke 50 pelanggan PLTS sesuai dengan
perhitungan penyusutan PLTS dan UMR Bangli sebagai upah dari pengurus dan
teknisi sbb :
Rp. 6.896.000 : 50 pelanggan = Rp. 138.000 / bulan / pelanggan.
4.4
Pengelolaan Harapan Masyarakat dan Ekonomi PLTS
Pengelolaan PLTS agar dapat melayani masyarakat secara terus menerus
harus
mempertimbangkan
apa
yang
menjadi
harapan
masyarakat
dan
mempertimbangkan juga perhitungan teknisnya, dengan demikian ada beberapa
model yang bisa digunakan di masyarakat Dusun Yeh Mampeh dan nantinya
masyarakat dapat menerima dan menerapkan salah satu model tersebut. Setiap
pelanggan menggunakan 3 lampu LED dengan penggunaan daya yang sudah
dibatasi 100 Wh .
4.4.1
Pengelolaan PLTS dengan model 1
Pengelolaan pada model 1, pekerja akan bekerja 2 kali dalam seminggu
dengan 4 jam kerja setiap hari kerjanya dengan 2 orang pekerja. Sesuai UMR
Bangli maka upah pegawai setiap orang setiap bulan yaitu Rp.300.000. Jumlah
pelanggan sesuai dengan yang terpasang saat ini yaitu 50 pelanggan.
Tabel 4.6 Pengelolaan PLTS dengan model 1
No
Jenis Biaya
Kebutuhan Biaya (Rp.)
1.
Penyusutan PLTS
3.896.000
2
Upah Pegawai (2 org)
600.000
Total kebutuhan biaya
4.196.000
Iuran/bulan/pelanggan
84.000
60
Dari tabel 4.6, Dengan jenis biaya penyusutan PLTS, upah pegawai dan
jumlah pelanggan 50 pelangan maka iuran yang dibebankan kepada masyarakat
setiap orang setiap bulannya adalah Rp.84.000.
4.4.2
Pengelolaan PLTS dengan model 2
Pada model 2 , pekerja akan bekerja 2 kali dalam seminggu dengan 4 jam
kerja setiap hari kerja dengan jumlah 2 orang pekerja. Jumlah pelanggan yang
terpasang saat ini yaitu 50 pelanggan dijumlah dengan penggunaan lampu jalan
sebanyak 25 pelanggan sosial sehingga menjadi 75 pelanggan.
Tabel 4.7 Pengelolaan PLTS dengan model 2
No
Jenis Biaya
Kebutuhan Biaya (Rp.)
1.
Penyusutan PLTS
3.896.000
2
Upah Pegawai (2 org)
600.000
Total kebutuhan biaya
4.196.000
Iuran/bulan/pelanggan
56.000
Dari tabel 4.7, Dengan jenis biaya penyusutan PLTS, upah pegawai dan
jumlah pelanggan total 75 pelangan maka iuran yang dibebankan kepada
masyarakat setiap orang setiap bulannya adalah Rp.56.000 , dimana 25 pelanggan
sosial dari penerangan lampu jalan akan dibebankan ke banjar setempat.
4.4.3
Pengelolaan PLTS dengan model 3
Pada model 3, pekerja akan bekerja 2 kali dalam seminggu dengan 4 jam
kerja setiap hari kerjanya dengan 2 orang pekerja. Jumlah pelanggan sesuai
dengan yang diharapkan terpasang yaitu 150 pelanggan.
61
Tabel 4.8 Pengelolaan PLTS dengan model 3
No
Jenis Biaya
Kebutuhan Biaya (Rp.)
1.
Penyusutan PLTS
3.896.000
2
Upah Pegawai (2 org)
600.000
Total kebutuhan biaya
4.196.000
Iuran/bulan/pelanggan
28.000
Dari tabel 4.8, dengan jumlah pelanggan 150 pelanggan maka iuran yang
dibebankan kemasyarakat setiap orang setiap bulannya adalah Rp. 28.000.
Pemasangan pelanggan baru, instalasi seperti kabel dapat di bebankan ke
pelanggan, kWh meter masih tersedia 75 buah sesuai rencana pemasangan PLTS.
Kelian Dusun Yeh Mampeh dapat mengajukan proposal donatur kabel ke
pemerintah pusat Bangli.
4.5
Rekomendasi Pengelolaan PLTS 15 kW di Dusun Yeh Mampeh
Masyarakat menginginkan energi listrik dari PLTS dapat melayani
masyarakat di Dusun Yeh Mampeh secara terus menerus, sehingga untuk
mencapai harapan tersebut membutuhkan iuran yang dibebankan pada pelanggan.
Mengacu kepada hasil perhitungan ekonomi komponen PLTS dan hasil kuesioner,
bahwa masyarakat menginginkan iuran yang dibebankan pada pelanggan PLTS
sekecil mungkin maka rekomendasi pengelolaan PLTS yaitu pada model 3. Iuran
yang dibebankan pada pelanggan yaitu minimal sebesar Rp.28.000, dengan 150
pelanggan PLTS yang terpasang, namun sampai saat ini jumlah pelanggan yang
terpasang hanya sebanyak 75 pelanggan. Pelanggan pribadi dan pelanggan sosial
diberlakukan iuran dan pelayanan yang sama. Untuk iuran dari 50 pelanggan
62
pribadi dibebankan pada warga masyarakat yang terlayani energi listrik PLTS dan
iuran dari 25 pelanggan sosial dibebankan pada Banjar Yeh Mampeh, iuran dari
penggunaan energi listrik dari PLTS ini diharapkan oleh masyarakat dapat
dikelola oleh Banjar Yeh Mampeh. Setiap pelanggan menggunakan 3 lampu LED
sebagai penerangan dengan penggunaan daya yang sudah dibatasi 100 Wh setiap
kWh pelanggan sehingga untuk memaksimalkan penggunaan energi listrik yg
diproduksi oleh PLTS sebesar 15 kW perlu mencari pelanggan baru sebanyak 75
pelanggan.
Pemeliharaan menjadi faktor penting dalam kinerja PLTS yang maksimal.
Pemeliharaan rutin setiap minggu, setiap bulan dan setiap triwulan sesuai jadwal
pemeliharaan yaitu 2 kali seminggu dengan 4 jam kerja setiap hari kerja, dimana
pemeliharaan ini dilakukan oleh 2 orang teknisi yang sekaligus menjadi pengurus
PLTS dan teknisi diharapkan berasal dari warga setempat yang diberi imbalan
sebagai gaji Rp.300.000 setiap bulan.
Jika seluruh komponen pada model 3 diatas terpenuhi, maka setiap
pelanggan hanya dibebankan iuran sebesar Rp.28.000 setiap bulan dengan kualitas
PLTS yang maksimal dan masyarakat dapat menikmati pelayanan PLTS secara
terus -menerus.
63
BAB V
PENUTUP
5.1
Simpulan
Setelah melakukan penelitian sistem pengelolaan PLTS 15 kW stand
alone dengan Metode Kano di Dusun Yeh Mampeh Kabupaten Bangli, maka
simpulannya adalah :
1. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan dengan kuesioner kepada
masyarakat Dusun Yeh Mampeh menggunakan metode kano dapat
diketahui sistem pengelolaan yang diharapkan oleh masyarakat yaitu
Pelanggan mengharapkan PLTS dapat melayani kebutuhan listrik secara
terus - menerus, energi PLTS ini sangat membatu masyarakat, khususnya
dalam penerangan. Energi listrik yang didapatkan tanpa mengeluarkan
biaya yang mahal setiap bulannya menjadi kepuasan untuk masyarakat.
Hasil iuran masyarakat di kelola oleh Banjar Yeh Mampeh.
2. Sistem
pengelolaan
yang
direkomendasikan
agar
PLTS
dapat
dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan oleh masyarakat Dusun
Yeh Mampeh adalah pengelolaan yang mengacu kepada hasil perhitungan
ekonomi komponen PLTS dan hasil kuesioner pada sistem pengelolaan
model 3, karena masyarakat menginginkan iuran yang dibebankan pada
pelanggan PLTS sekecil mungkin.
64
5.2
Saran
Saran yang dapat disampaikan dalam penelitian sistem pengelolaan PLTS
15 kW stand alone dengan Metode Kano di Dusun Yeh Mampeh Kabupaten
Bangli, adalah :
1. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya menggunakan sistem pengelolaan
yang memperhitungkan ekonomi yang berbeda dari setiap komponen
PLTS.
2. Melanjutkan penelitian tentang dampak sosial dan ekonomi tehadap
masyarakat Dusun Yeh Mampeh dengan adanya sumber energi listrik dari
PLTS.
3. Sebaiknya pemanfaantan pembangkitan produksi energi listrik dari PLTS
dioptimalkan penggunaanya dengan memeiliki 150 pelanggan.
Download