ANALISIS KUALITAS AIR TANAH MASYARAKAT DI SEKITAR

advertisement
ANALISIS KUALITAS AIR TANAH MASYARAKAT DI SEKITAR TEMPAT
PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH KELURAHAN SUMUR BATU
BANTAR GEBANG, BEKASI TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
DosenPembimbing :
OLEH :
SRIKANDI FAJARINI
109101000072
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M/ 1435 H
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Skripsi, Maret 2014
Srikandi Fajarini, NIM : 109101000072
Analisis Kualitas Air Tanah Masyarakat Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Sampah Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang, Bekasi 2013
(xv+ 63hal+ 6tabel+1gambar+2 bagan+ 9lampiran)
ABSTRAK
Air merupakan salah satu kekayaan alam yang paling sering digunakan
makhluk hidup untuk kehidupan sehari-hari. Sumber air yang digunakan bisa berasal
dari sumur gali, PAM dan sumur pompa. Kualitas dari sumber air yang digunakan
harus sesuai dengan baku mutu yang yang telah ditentukan.
Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Penelitian
dilakukan pada bulan Oktober - Desember 2013. Sampel pada penelitian ini sebanyak
72 sampel air tanah di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang. Tujuannya
untuk mengetahui kualitas air tanah masyarakat di sekitar TPA sampah Kelurahan
Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi. Variabel dalam penelitian ini adalah kualitas air
tanah yang terdiri dari kualitas fisik dan kualitas kimia. Penentuan variabel fisik dan
kimia dilakukan berdasarkan uji laboratorium dan observasi. Data yang diperoleh
kemudian dilakukan uji statistik yaitu uji univariat.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari variabel kualitas fisik air
tanah, parameter yang paling tinggi tidak memenuhi syarat baku mutu adalah
parameter rasa yaitu sebanyak 30,6%. Sedangkan untuk kualitas kimia air tanah,
parameter yang paling tinggi tidak memenuhi syarat baku mutu adalah parameter
nitrat yaitu sebanyak 23,6% dan parameter klorida dengan jumlah sebanyak 68,1%.
Disarankan kepada masyarakat di Kelurahan Sumur Batu untuk lebih memperhatikan
kondisi kualitas air tanahnya.
i
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH
MAJOR OF ENVIRONMENTAL HEALTH
Paper, March 2013
Srikandi Fajarini, NIM : 109101000072
Analisis of Groundwater Quality In People Around Final Disposal (TPA) Waste
at Sumur Batu Bantar Gebang, Bekasi in 2013.
(xv+ 63pages+ 6tables+1pict+2 charts+ 9attachments)
ABSTRACT
Water is one of the natural wealth of the most commonly used of living things
for daily life. The source of water can be derived from dug wells , PAM and well
pump. The quality of the source water used must comply with the quality standards
that have been determined.
This study was an analytical cross-sectional approach. The study was
conducted in October-December 2013. The sample in this study, 72 samples of
ground water in Sumur Batu Bantar Gebang subdistrict. The goal is to determine the
quality of ground water in communities around the landfill Sumur Batu Bantar
Gebang Bekasi. The variable in this study is the quality of ground water that consists
of physical quality and chemical quality. Determination of physical and chemical
variables is done based on laboratory testing and observation. The data obtained is
then performed univariate statistical test.
The results of this study indicate that the variable physical quality of ground
water, the parameters of the most high quality standards do not qualify is a parameter
that is as much as 30.6% sense. As for the chemical quality of ground water, the
parameters of the highest quality standards are not eligible is a parameter that is as
much as 23.6% nitrate and chloride parameters with a total of 68.1%. It is
recommended to the people in the Sumur Batu for more attention to the condition of
groundwater quality.
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama / Name
: Srikandi Fajarini
Alamat/ Address
: Singayudha IV Street Complex Pemda,
Sungailiat Bangka
Telepon/ Phone
: 085780126642
E-mail
: [email protected]
Jenis Kelamin / Gender
: Perempuan/Female
Tanggal Kelahiran / Date of Birth
: Sungailiat, 24 Mei 1991
Status Marital / Marital Status
: Sendiri/Single
Warga Negara / Nationality
: Indonesia
Agama / Religion
: Islam /Moslem
JENJANG PENDIDIKAN/EDUCATIONAL BACKGROUND
2009 – 2014
Environmental Health, Public Health, State Islamic University (UIN)
SyarifHidayatullah Jakarta
2006 – 2009
High School 1, Sungailiat, Bangka
2003 – 2006
Junior High School 2 , Sungailiat, Bangka
1997 – 2003
Elementary School 366 , Sungailiat, Bangka
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat serta
ridho-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa shalawat serta salam
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan ke
zaman yang terang saat ini. Penulisan skripsi ini dilakukan sebagai syarat untuk
mendapat gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya menyadari
bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah sulit bagi saya
untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Kedua Orang Tua saya Syam Ahmad Zamahsyari, SH dan Listiana yang selalu
memberikan doa dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini serta kepada
Adik-adik saya Abu Raihan Alfarabi, Erika Anastasia dan Muhammad Daffa
Maulana yang selalu memacu saya sehingga memberikan semangat untuk
menyelesaikan skripsi.
2. Bapak Arif Sumantri sebagai Penanggung Jawab Peminatan Kesehatan
Lingkungan serta selaku disen pembimbing saya yang selalu membimbing saya
selama proses penyelesaian skripsi dan memberikan saran serta dukungan kepada
jamaah kesehatan lingkungan untuk segera menyelesaikan skripsi tepat pada
waktunya beserta Dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama
iv
proses belajar dikampus serta kepada seluruh karyawan di lingkungan civitas
akademika Fakultas Kesehatan Masyarakat.
3. Ibu Dewi Utami Iriani, SKM, MKM, PhD selalu pembimbing utama saya yang
telah membimbing saya selama proses penyelesaian skripsi sekaligus memberikan
masukan yang berharga dalam penyelesaian dan penyempurnaan penulisan skripsi
ini.
4. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi yang telah memberikan izin untuk
mengambil data dan izin penelitian.
5. Kepala Puskesmas Bantar Gebang Bekasi beserta staf atas bantuan dan
kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian di wilayah
kerjanya,
6. Kepada Bapak dan Ibu lurah beserta Kader di Kelurahan Sumur Batu yang telah
memberikan bantuan serta fasilitas unutk menunjang menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepada seluruh masyarakat Kelurahan Sumur Batu sebagai responden dalam
penelitian ini yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk mengambil
sampel serta membantu mengisi kuisioner sebagai data penting untuk menunjang
menyelesaikan skripsi ini.
8. Kepada teman-teman Kesehatan Lingkungan khususnya angkatan 2009 atas
kebersamaan, kerjasama, dukungan, support dalam membantu menyelesaikan
penulisan skripsi ini serta 4 sahabat terbaik sekaligus temen seperjuangan mulai
dari semester awal hingga akhir kepada Rahmayatul Fillacano, Ardilla Wasiah,
v
Roya Selaras Cita dan Rahmi Hidayati atas kebersamaan kita selama di bangku
kuliah.
9. Kepada abang Yudhi Indrawan yang selalu memberikan support dan semangat
kepada penulis serta selalu mendengarkan keluh kesah dan memberikan energi
positif, memotivasi penulis hingga menyelesaikan skripsi ini.
10. Kepada Fauziah dan Yenny Faridawati yang membantu dan menemani saat
pengmabilan data di lapangan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis
berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan penelitian selanjutnya
yang ingin mengkaji lebih dalam mengenai topik tersebut. Semoga Allah SWT
memberikan kemuliaan dan kelancaran serta kemampuan berpikir untuk mengejar
masa depan yang lebih cerah bagi kita semua. Amin ya Rabb.
Ciputat, April 2014
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Abstrak.................................................................................................................. i
Abstract................................................................................................................. ii
Riwayat Hidup...................................................................................................... iii
Kata Pengantar...................................................................................................... iv
Daftar Isi............................................................................................................... vii
Daftar Tabel.......................................................................................................... xi
Daftar Lampiran................................................................................................... xii
Daftar Bagan......................................................................................................... xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 6
C. Pertanyaan Penelitian........................................................................................ 7
D. Tujuan Penelitian............................................................................................... 8
1. Tujuan Umum................................................................................................ 8
2. Tujuan Khusus............................................................................................... 8
E. Manfaat Penelitian............................................................................................. 8
1. Bagi Peneliti.................................................................................................. 8
2. Bagi Prodi Kesehatan Masyarakat................................................................ 9
3. Bagi Masyarakat........................................................................................... 9
F. Ruang Lingkup Penelitian................................................................................ 9
vii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Air
1. Definisi Air.............................................................................................. 10
2. Karakteristik Air...................................................................................... 11
3. Sumber Air.............................................................................................. 12
B. Kualitas Air
1. Kualitas Fisik........................................................................................... 14
2. Kualitas Kimia......................................................................................... 17
3. Kualitas Bakteriologi............................................................................... 23
C. Peranan Air Dalam Penyebaran Penyakit.................................................... 23
D. Tempat Pembuangan Akhir Sampah
1. Persyaratan Umum Lokasi TPA.............................................................. 25
2. Metode TPA............................................................................................. 26
3. Gambaran Umum TPA Sampah Bantar Gebang..................................... 27
E. Kerangka Teori............................................................................................ 29
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep........................................................................................ 30
B. Definisi Operasional.................................................................................... 31
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian...........................................................................................
35
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian..................................................................................... 35
2. Waktu Penelitian...................................................................................... 36
viii
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian................................................................................ 36
2. Sampel Penelitian.................................................................................. 36
D. Pengumpulan Data...................................................................................... 37
E. Pengolahan Data
1. Coding Data..........................................................................................
39
2. Editing Data..........................................................................................
39
3. Entry Data............................................................................................
39
4. Cleaning Data.......................................................................................
40
F. Analisis Data............................................................................................
40
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Kelurahan Sumur Batu............................................ 41
2. Gambaran Umum Puskesmas Bantargebang I...................................... 43
B. Analisis Univariat
1. Gambaran Kualitas Fisik Air Tanah..................................................... 44
2. Gambaran Kualitas Kimia Air Tanah.................................................... 46
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian............................................................................. 47
B. Kualitas Air Tanah secara Fisik
1.Warna.................................................................................................... 48
2. Bau.......................................................................................................
49
3. Rasa.....................................................................................................
50
4. Zat Padatan Terlarut (TDS).................................................................. 51
5. Kekeruhan ............................................................................................. 52
ix
C. Kualitas Ait Tanah secara Kimia
1. pH ......................................................................................................
53
2. Besi...................................................................................................... 55
3. Nitrat.................................................................................................... 56
4. Klorida ................................................................................................ 57
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................. 59
B. Saran
1. Masyarakat.........................................................................................
59
2. Dinkes dan Puskesmas.......................................................................
60
3. Peneliti selanjutnya............................................................................
60
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
61
.
x
DAFTAR TABEL
No
Judul Tabel
Hal
2.1
Daftar Persyaratan Kualitas Air bersih secara Fisik.............................
17
2.2
Persyaratan Kualitas Air secara Kimia................................................
22
5.1
Distribusi Tingkat Pendidikan Penduduk di Kelurahan Sumur Batu
Tahun 2013.............................................................................................
42
Distribusi Jenis Mata Pencaharian Penduduk di Kelurahan Sumur
Batu Tahun 2013....................................................................................
43
5.2
5.3
Gambaran Kualitas Fisik Air Tanah Masyarakat di Kelurahan SumurBatu
Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013...............................................
45
5.4
Gambaran Kualitas Kimia Air Tanah Masyarakat di Kelurahan SumurBatu
Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013...............................................
46
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Hasil Uji Kuisioner
xii
DAFTAR BAGAN
Judul Bagan
Hal
2.1 Kerangka Teori................................................................................
29
3.1 Kerangka Konsep............................................................................
30
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan salah satu kekayaan alam yang mutlak dibutuhkan oleh
setiap makhluk hidup di dunia, baik manusia, hewan maupun tumbuhan.
Disamping itu, air juga sangat diperlukan bagi kegiatan-kegiatan industri.
Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 yang berisi “ Bumi, air
dan kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat secara adil dan
merata”. Oleh karena itu, air beserta sumber-sumbernya harus dilindungi dan
dijaga kelestariannya, agar pemanfaatannya dapat dipakai untuk kepentingan dan
kesejahteraan rakyat.
Air tanah merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi manusia.
Menurut UU No.7 tahun 2004, air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan
tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Definisi lain menyebutkan air
tanah adalah sejumlah air di bawah pemukaan bumi yang dapat dikumpulkan
dengan sumur-sumur, terowongan atau sistem drainase atau dengan pemompaan.
Dapat juga disebut aliran yang secara alami mengalir ke permukaan tanah
melalui pancaran atau rembesan (Kodoatie dkk, 2008).
1
Air tanah memiliki peranan penting bagi manusia. Manusia memanfaatkan
air tanah sebagai sumber air untuk kehidupan sehari-hari. Hasil Riskesdas 2010
menunjukkan bahwa jenis sumber utama air untuk seluruh keperluan rumah
tangga pada umumnya menggunakan sumur gali terlindung (27,9%) dan sumur
bor/pompa (22,2%) dan air ledeng/PAM (19,5%).
Berdasarkan karakteristik tempat tinggal, terdapat perbedaan jenis
penggunaan sumber utama air untuk keperluan rumah tangga. Di perkotaan, pada
umumnya rumah tangga menggunakan sumur bor/pompa (30,3%), sedangkan di
perdesaan lebih banyak menggunakan sumur gali terlindung (29,6%) (Riskesdas
2010).
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah merupakan tempat dimana
sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di
sumber,
pengumpulan,
pemindahan/pengangkutan,
pengolahan
dan
pembuangan.TPA merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar
tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya
diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut
dapat dicapai dengan baik (Pardebaste, 2005).
TPA sampah harus direncanakan dengan baik, dilihat aspek ketersediaan
lahan, pembiayaan, operasional dan pemeliharaan serta dampak terhadap
lingkungan. Sampah yang tidak terdekomposisi dengan baik akan menghasilkan
2
gas dan cairan yang dikenal dengan istilah leachate (air lindi). Gas hasil
dekomposisi dapat menyebabkan bau dan gangguan pernafasan bagi penduduk
sekitar lokasi tersebut (Pardebaste, 2005).
Zat pencemar dalam air lindi seperti kesadahan, mangan, nitrit, besi dan
logam berat akan mengalir meninggalkan timbunan sampah yang menyebabkan
pencemaran pada air permukaan maupun air tanah (Pardebaste, 2005). Tidak
tersedianya pengolahan air lindi, yaitu suatu unsur yang dapat mengakibatkan
pencemaran air tanah dan penyebaran penyakit akan dapat mengakibatkan
kerusakan lingkungan hidup (Menneg Lingkungan Hidup, 1997).
Dampak yang ditimbulkan dari kualitas air yang tidak memenuhi baku
mutu air bersih adalah terjadinya berbagai penyakit. Menurut Soemirat (2009)
bahaya atau resiko kesehatan yang berhubungan dengan pencemaran air secara
umum dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni bahaya langsung dan bahaya tak
langsung. Bahaya langsung terhadap kesehatan manusia/masyarakat dapat terjadi
akibat mengkonsumsi air yang tercemar atau air dengan kualitas yang buruk,
baik secara langsung diminum atau melalui makanan, dan akibat penggunaan air
yang tercemar untuk berbagai kegiatan sehari-hari.
Kemungkinan tercemarnya air tanah sangat besar terutama jika terjadi
infiltrasi dari air limpasan dan limbah dari hasil kegiatan manusia. Salah satu
contohnya adalah lokasi pembuangan sampah yang tidak terkelola dengan baik.
3
Penelitian Konsukartha dkk (2007), bahwa pencemaran air tanah dapat
diakibatkan oleh pembuangan limbah domestik di lingkungan kumuh di Banjar,
kekeruhannya air sumur penduduk mencapai 12,5 Nepnelometrik Turbidity Unit
(NTU), bakteri E. coli mencapai 28/100 mL dan bakteri Coliforms mencapai
1100/l00 mL yang melebihi standar baku mutu kualitas air.
Selanjutnya di TPA Bantar Gebang sendiri, menurut penelitian yang
dilakukan oleh Ahadis (2005) terkait penurunan kualitas air tanah masyarakat
sekitar TPA Bantar Gebang menunjukkan konsentrasi nitrat di sumur dekat TPA
melewati standar baku mutu air golongan A maksimum yang diperbolehkan
berdasarkan MENKLH No. KEP. 02/ MEN-KLH/1998. Sedangkan kandungan
nitrat di sumur yang jauh dari TPA masih di bawah standar yang diizinkan.
Beberapa penelitian lain juga menunjukkan bahwa letak sumur gali yang
dekat dengan TPA mempunyai kualitas yang buruk. Penelitian Ompusunggu
(2009) tentang analisa kandungsn nitrat air sumur gali masyarakat di sekitar
tempat pembuangan (TPA) sampah di Desa Namo Bintang Kecamatan Pacur
Batu Kabupaten Deli Serdang tahun 2009 menunjukkan adanya kandungan nitrat
yang melebihi batas baku mutu dalam air sumur gali masyarakat.
Penelitian Kurniawan (2006) tentang analisis kualitas air sumur sekitar
wilayah tempat pembuangan akhir sampah, studi kasus di TPA Gabuga
Cibungbulong Bogor menunjukkan hasil pengukuran parameter fisik, kimia, dan
4
mikrobiologi air sumur di wilayah sekitar TPA Galuga telah melampaui ambang
batas maksimum yang diperbolehkan. Terdapat
11 parameter yang telah
melampaui ambang batas maksimum yang diperbolehkan menurut persyaratan
Baku Mutu air kelas I, yaitu: bau, rasa, pH, DO, BOD5, COD, amonia, nitrit,
seng, bakteri coliform dan fecal coli (E. coli).
Penelitian Arbain dkk, (2008) tentang pengaruh air lindi tempat
pembuangan akhir sampah TPA Suwung terhadap kualitas air tanah dangkal
sekitarnya di Kota Denpasar, menunjukkan beberapa parameter melebihi ambang
batas, yaitu: TDS, BOD, COD, DO, PO4, NO3, NO2,NH3, Besi, H2S, Fenol, dan
Cl.
Puskesmas Bantar Gebang mempunyai 4 kelurahan yaitu Kelurahan Bantar
Gebang, Kelurahan Cikiwul, Kelurahan Ciketing Udik, dan Kelurahan Sumur
Batu. Kelurahan Sumur Batu merupakan kelurahan terbesar di Kecamatan Bantar
Gebang Bekasi TPA sampah terbesar juga terdapat di Kelurahan Sumur Batu.
Oleh karena itu, peneliti melakukan studi pendahuluan dengan mengambil
sampel di Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang Bekasi.
Dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti mengenai kualitas air
tanah terhadap sampel air tanah, ditemukan beberapa parameter fisik dan kimia
yang melebihi batas ambang baku mutu kualitas air bersih berdasarkan
Permenkes RI No. 416 Tahun 1990 tentang Daftar Persyaratan Kualitas Air
Bersih. Parameter fisik yang melewati baku mutu adalah yaitu parameter jumlah
5
zat padat terlarut atau (TDS) dengan hasil 5700 mg/L (baku mutu 1500 mg/L).
Sedangkan dari parameter kimia didapatkan hasil pH sebesar 5,11 yaitu
menunjukkan bahwa air tanah tersebut bersifat asam sedangkan baku mutu
pesyaratan pH adalah antara 6,5 – 9,0. Selain itu juga didapatkan kandungan
nitrat sebesar 220 mg/L yang melewati batas ambang baku yaitu 10 mg/L. Jadi
dapat disimpulkan bahwa hal ini menunjukkan adanya masalah terkait
kandungan air tanah di lokasi Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang Bekasi.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin mengetahui kualitas air
tanah masyarakat di Sekitar TPA sampah Kelurahan Sumur Batu sehingga
penulis memilih judul penelitian Analisis Kualitas Air Tanah Masyarakat di
Sekitar Tempat Pembuangan Sampah (TPA) Sampah Kelurahan Sumur Batu,
Bantar Gebang, Bekasi Tahun 2013.
B. Rumusan Masalah
Air merupakan kebutuhan sangat vital bagi mahkluk hidup. Air yang
dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi syarat kesehatan baik
secara fisik maupun kimia. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti
terhadap 10 sampel air tanah dan setelah dilakukan pengujian sampel di
laboratorium menunjukkan bahwa ada beberapa parameter fisik dan kimia air
tanah yang melebihi ambang batas baku mutu kualitas air tanah berdasarkan
6
Permenkes RI No. 416 Tahun 1990 tentang Daftar Pesyaratan Kualitas Air
Bersih.
Parameter fisik yang melewati baku mutu adalah yaitu parameter jumlah
zat padat terlarut atau (TDS) dengan hasil 5700 mg/L (baku mutu 1500 mg/L).
Sedangkan dari parameter kimia didapatkan hasil pH sebesar 5,11 yaitu
menunjukkan bahwa air tanah tersebut bersifat asam sedangkan baku mutu
pesyaratan pH adalah antara 6,5 – 9,0. Selain itu juga didapatkan kandungan
nitrat sebesar 220 mg/L yang melewati batas ambang baku yaitu 10 mg/L. Oleh
karena itu, peneliti ingin mengetahui kualitas air tanah masyarakat di Kelurahan
Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran kualitas fisik air tanah (warna, bau, rasa, zat padatan
terlarut, dan kekeruhan) masyarakat di Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang
tahun 2013?
2. Bagaimana gambaran kualitas kimia air tanah (pH, besi, nitrat, dan klorida)
masyarakat di Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang tahun 2013?
7
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kualitas air tanah masyarakat di sekitar Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) sampah Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang,
Bekasi tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran kualitas fisik air tanah (warna, bau, rasa, zat
padatan terlarut, dan kekeruhan) masyarakat di Kelurahan Sumur Batu,
Bantar Gebang tahun 2013.
2. Mengetahui gambaran kualitas kimia air tanah (pH, besi, nitrat, dan
klorida) masyarakat di Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang tahun
2013.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama
kuliah, di bidang Kesehatan Lingkungan dalam bentuk penelitian ilmiah
mengenai kualitas air tanah pada masyarakat sekitar Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) sampah Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang, Bekasi tahun
2013.
8
2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan
referensi untuk penelitian yang lebih lanjut dan dapat menambah wacana
dalam kajian sanitasi dan kesehatan lingkungan dalam pengelolaan sampah di
TPA.
3. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi terkait kualitas air tanah kepada masyarakat di
Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang Bekasi serta memberikan informasi
tentang bahaya yang ditimbulkan dari pencemaran air tanah terhadap
kesehatan
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menganalisis kualitas air tanah masyarakat di sekitar Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang
tahun 2013. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross
sectional yang dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Desember tahun 2013
oleh mahasiswa peminatan Kesehatan Lingkungan. Pengambilan data dilakukan
dengan pengambilan sampel air tanah dan melalui kuisioner. Responden
penelitian ini adalah sampel air tanah dan masyarakat Kelurahan Sumur Batu,
Bantar Gebang Bekasi.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Air
1. Definisi Air
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat
manusia dan makhluk lainnya dengan fungsi yang tidak akan dapat digantikan
oleh senyawa lain. Hampir seluruh kegiatan yang dilakukan manusia
membutuhkan air, mulai dari membersihkan diri, membersihkan ktempat
tinggalnya, menyiapkan makanan dan minuman sampai dengan aktivitasaktivitas lainnya (Achmad, 2004).
Menurut Peraturan Pemerintah no 82 tahun 2001 tentang pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air bahwa yang dimaksud dengan
air adalah semua air yang terdapat pada, diatas, ataupun di bawah permukaan
tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan
air laut yang berada di darat.
Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air), air
merupakan satu-satunya zat secara alami terdapat di permukaan bumi dalam
ketiga wujudnya tersebut. Air adalah substansi kimia dengan rumus H2O yaitu
satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen
10
pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak
berbau pada kondisi standar (Allafa, 2008).
Keberadaan air tanah sangat tergantung besarnya curah hujan dan
besarnya air yang dapat meresap ke dalam tanah. Kondisi tanah yang berpasir
lepas atau batuan yang permeabilitasnya tinggi akan mempermudah infiltrasi
air hujan ke dalam formasi batuan. Dan sebaliknya, batuan dengan
sedimentasi kuat dan kompak memiliki kemampuan untuk meresapkan air
kecil. Dalam hal ini hampir semua curah hujan akan mengalir sebagai
limpasan (runoff) dan terus ke laut. Faktor lainnya adalah perubahan lahanlahan terbuka menjadi pemukiman dan industri, serta penebangan hutan tanpa
kontrol. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi infiltrasi terutama bila terjadi
pada daerah resapan (recharge area) (Usmar dkk, 2006).
2. Karakteristik Air
Menurut Effendi (2003), air memiliki karakteristik yang tidak dimiliki
oleh senyawa kimia lain, karakteristik tersebut antara lain :
a) Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0 0C (320F) – 1000C,
air berwujud cair.
b) Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat
sebagai penyimpan panas yang sangat baik.
c) Air memerlukan panas yang tinggi pada proses penguapan. Penguapan
adalah proses perubahan air menjadi uap air.
11
d) Air merupakan pelarut yang baik.
e) Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi.
f)
Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika membeku.
Bagi kehidupan makhluk, air bukanlah merupakan hal yang baru, karena
kita ketahui bersama tidak satupun kehidupan di bumi ini dapat berlangsung
tanpa air. Oleh sebab itu air dikatakan sebagai benda mutlak yang harus ada
dalam kehidupan manusia. Tubuh manusia mengandung 60% - 70% air dari
seluruh berat badan, air di daerah jaringan lemak terdapat kira-kira 90%
(Soemirat, 2001).
Masyarakat selalu mempergunakan air untuk keperluan dalam
kehidupan sehari-hari, air juga digunakan untuk produksi pangan yang
meliputi perairan irigasi, pertanian, mengairi tanaman, kolam ikan dan untuk
minum ternak. Banyaknya pemakaian air tergantung kepada kegiatan yang
dilakukan sehari-hari, rata-rata pemakaian air di Indonesia 100 liter / orang /
hari dengan perincian 5 liter untuk air minum, 5 liter untuk air masak, 15 liter
untuk mencuci, 30 liter untuk mandi dan 45 liter digunakan untuk jamban
(Wardhana, 2001).
3. Sumber Air
Air dapat bersumber dari air hujan yaitu air yang berasal dari proses
evaporasi, kondensasi, dan presipitasi, sehingga air tersebut benar-benar
murni sebagai H2O, dengan demikian tidak terlarut sebagai mineral. Sifat air
12
yang demikian itu, disebut dengan air lunak (soft water) dan bila di minum
rasanya relatif kurang segar. Penggunaan air hujan sebagai sumber air minum
dalam masyarakat maupun secara perorangan adalah merupakan jalan
terakhir, apabila sumber air lain tidak bisa dimanfaatkan (Sanropie, 1984).
Air juga dapat bersumber dari air tanah yaitu air yang tersimpan/
terperangkap di dalam lapisan batuan yang mengalami pengisian/penambahan
secara terus menerus oleh alam. Menurut Sanropie (1984), keuntungan
penggunaan air tanah adalah (1) pada umumnya dapat dipakai tanpa
pengolahan
lebih
lanjut,
(2)
paling
praktis
dan
ekonomis
untuk
mendapatkannya dan membaginya, (3) lapisan tanah yang menampung air
dari mana air itu di ambil biasanya merupakan pengumpulan air alamiah.
Sedangkan kerugian penggunaan air tanah adalah seringkali mengandung
banyak mineral Fe (besi), Mn (mangan), Ca (calsium), dan sebagainya, dan
biasanya membutuhkan pemompaan
B. Kualitas Air
Syarat kualitas air bersih dapat diartikan sebagai ketentuan-ketentuan
berdasarkan Permenkes RI No. 416/ MENKES/ PER/ IX/ 1990 yang biasanya
dituangkan dalam bentuk pernyataan atau angka yang menunjukkkan
persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi. Kualitas air adalah sifat air dan
kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain dalam air yang
mencakup kualitas fisik, kimia, dan biologis (Effendi, 2003).
13
1.
Kualitas Fisik
Menurut Kusnaedi (2010), syarat-syarat sumber mata air yang bisa
digunakan sebagai air bersih adalah sebagai berikut :
a. Tidak berwarna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna
berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan,
artinya sebaiknya air minum tidak berwarna untuk alasan estetis dan
untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun
mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat disebabkan tanin dan
asam humat atau zat organik, sehingga bila terbentuk bersama klor
dapat membentuk senyawa kloroform yang beracun, sehingga
berdampak terhadap kesehatan pengguna air (Slamet, 2004).
b. Tidak berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh
maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik
yang sedang mengalami penguraian oleh mikroorganisme air.
c. Rasanya tawar
Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam,
manis, pahit, atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak
baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut
dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik
maupun asam anorganik. Air dengan rasa yang tidak tawar dapat
14
menunjukkan kehadiran berbagai zat yang membahayakan kesehatan,
seperti rasa logam (Slamet, 2004).
d. Kekeruhan
Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan fisik seperti
berikut jernih atau tidak keruh. Air yang keruh disebabkan
mengandung partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan
warna/rupa yang berlumpur dan kotor. Untuk standar air bersih
ditetapkan oleh Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990, yaitu
kekeruhan yang dianjurkan maksimum 25 NTU (Depkes RI, 1995).
Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik
yang bersifat organik, maupun anorganik. Zat anorganik biasanya
berasal dari lapukan tanaman atau hewan, dan buangan industri juga
berdampak terhadap kekeruhan air, sedangkan zat organik dapat
menjadi makanan bakteri, sehingga mendukung pembiakkannya dan
dapat tersuspensi dan menambah kekeruhan air. Air yang keruh sulit
didisinfeksi karena mikroba terlindung oleh zat tersuspensi tersebut,
sehingga berdampak terhadap kesehatan, bila mikroba terlindung
menjadi patogen (Soemirat, 2009).
15
e. Temperaturnya normal
Air yang baik harus memiliki temperatur sama dengan
temperatur udara (± 30C). Air yang secara mencolok mempunyai
temperatur di atas atau di bawah temperatur udara berarti mengandung
zat-zat tertentu yang mengeluarkan atau menyerap energi dalam air.
Berdasarkan aspek suhu air, diketahui bahwa suhu air yang tidak sejuk
atau berlebihan dari suhu air yang normal akan mempermudah reaksi
zat kimia, sehingga secara tidak langsung berimplikasi terhadap
keadaan kesehatan pengguna air (Slamet, 2004).
f. Tidak mengandung zat padatan
Bahan padat adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada
penguapan dan pengeringan pada suhu 103-1050C.
Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 416/ MENKES/ PER/ IX/ 1990, persyaratan fisika air bersih adalah
sebagai berikut :
16
Tabel 2.1 Daftar Persyaratan Kualitas Air Bersih secara Fisik
Kadar Maksimum
No.
PARAMETER
Satuan
Keterangan
yang diperbolehkan
1
Bau
-
-
Tidak berbau
mg/L
1500
-
Skala NTU
25
-
-
-
Tidak berasa
C
Suhu udara ± 30C
-
Skala TCU
-
-
Jumlah zat
2
padat terlarut
(TDS)
3.
Kekeruhan
4.
Rasa
5.
Suhu
6.
Warna
0
Sumber : Permenkes RI, 1990
2.
Kualitas Kimia
Kualitas air tergolong bak bila memenuhi persyaratan kimia sebagai
berikut :
a. pH netral
pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan
intensitas keadaan asam atau basa sesuatu larutan (Sutrisno, 2004).
Skala pH diukur dengan pH meter atau lakmus. Air murni mempunyai
pH 7. Apabila pH dibawah 7 berarti air bersifat asam, sedangkan bila di
atas 7 bersifat basa (rasanya pahit) (Kusnaedi, 2010).
17
b. Tidak mengandung bahan kimia beracun
Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun
seperti sianida sulfida, fenolik (Kusnaedi, 2010).
c. Tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam
Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion-ion
logam (Kusnaedi, 2010) :
1) Besi (Fe)
Besi atau Ferrum (Fe) adalah metal berwarna abu-abu, liat,
dan dapat di bentuk. Besi merupakan elemen kimiawi yang dapat
ditemukan hampir di setiap tempat di bumi pada semua lapisanlapisan geologis, namun besi juga merupakan salah satu logam
berat yang berbahaya apabila kadarnya melebihi ambang batas
(Soemirat, 2009). Besi dapat larut pada pH rendah. Kadar besi
dalam air tidak boleh melebihi 1,0 mg/L, karena dapat
menimbulkan rasa, bau dan dapat menyebabkan air yang berwarna
kekuningan, menimbulkan noda pakaian dan tempat biaknya
bakteri Creonothrinx yaitu bakteri besi (Soemirat, 2009).
Besi dibutuhkan tubuh dalam pembentukan Hemoglobin.
Banyaknya Fe didalam tubuh dikendalikan pada fase absorbsi.
Tubuh manusia tidak dapat mengekresikan Fe. Karenanya mereka
18
yang sering mendapat tranfusi darah, warna kulitnya menjadi
hitam karena akumulasi Fe. Sekalipun Fe itu diperlukan tubuh,
tetapi dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian
seringkali disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini (Soemirat,
2009).
Kelebihan logam besi dalam tubuh dapat menimbulkan efekefek kesehatan seperti serangan jantung, gangguan pembuluh
darah bahkan kanker hati. Logam ini bersifat akumulatif terutama
di organ penyaringan sehingga dapat mengganggu fungsi
fisiologis tunuh. Nilai estetika juga dapat dirusak oleh keberadaan
logam-logami ini karena dapat menimbulkan bercak-bercak hitam
pada pakaian. Air yang tercemar oleh logam ini biasanya nampak
pada intensitas warna yang tinggi pada air, berwarna kunimg
bahkan berwarna merah kecoklatan, dan terasa pahit atau masam
(Wardhana, 2004).
2) Nitrat, nitrit
Nitrat dan nitrit dalam jumlah besar dapat menyebabkan
gangguan GI (Gastro Intestinal), diare campur darah, disusul oleh
konvulsi, koma, dan bila tidak tertolong akan meningggal.
Keracunan kronis menyebabkan depresi umum, sakit kepala, dan
gangguan mental. Nitrit terutama bereaksi dengan haemoglobin
dan membentuk Methemoglobin (metHb). Dalam jumlah melebihi
19
normal Methemoglobin akan menimbulkan Methemoglobinemia.
Pada
bayi
Methemoglobinemia
sering
dijumpai
karena
pembentukan enzim untuk mengurai Methemoglobinemia menjadi
Haemoglobin
masih
belum
Methemoglobinemia, bayi
sempurna.
Sebagai
akibat
akan kekurangan oxigen, maka
mukanya akan tampak biru, karenanya penyakit ini juga dikenal
sebagai penyakit ‘blue babies (Wardhana, 2004).
Salah satu contoh sumber pencemaran nitrat terhadap air
minum yakni akibat kegiatan pertanian. Meskipun pencemaran
nitrat juga dapat terjadi secara alami, tetapi yang paling sering
yakni akibat pencemaran yang berasal dari air limbah pertanian
yang banyak mengandung senyawa nitrat akibat pemakaian pupuk
nitrogen (urea) (Wardhana, 2004)..
Senyawa nitrat dalam air minum dalam jumlah yang besar
dapat menyebabkan methaemoglobinemia, yakni kondisi dimana
hemoglobin di dalam darah berubah menjadi methaemoglobin
sehingga darah menjadi kekurangan oksigen. Hal ini dapat
mengakibatkan pengaruh yang fatal, serta dapat mengakibatkan
kematian khususnya pada bayi (Wardhana, 2004).
3) Klorida
Klorida adalah senyawa hologen Klor (CL). Toksisitasnya
tergantung pada gugus senyawanya. Misalnya NaCL sangat tidak
20
beracun, tetapi karboksil klorida sangat beracun. Di Indonesia,
Klor digunakan sebagai desinfektan dalam penyediaan air minum.
Dalam jumlah banyak, klorida akan menimbulkan rasa asin,
korosif pada\ pipa sistem penyediaan air panas. Sebagai
desinfektan, sisa klor didalam penyediaan air sengaja di
dipertahankan dengan konsentrasi sekitar 0,1 mg/l untuk
mencegah terjadinya rekontaminasi oleh mikroorganisme patogen,
tetapi klor ini dapat terikat senyawa organik berbentuk hologenhidrokarbon (Cl-HC) banyak diantaranya dikenal sebagai senyawa
Karsinogenik. Oleh karena itu, di berbagai negara maju sekarang
ini, klorinisasi sebagai proses desinfektan tidak lagi digunakan
(Soemirat, 2009)
d. Kesadahan rendah
Kesadahan adalah sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion
(kation) logam valensi dua (Sutrisno, 2004). Tingginya kesadahan
berhubungan dengan garam-garam yang terlarut di dalam air terutama
garam Ca dan Mg (Kusnaedi, 2010).
e. Tidak mengandung bahan organik
21
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
416/ MENKES/ PER/ IX/ 1990, persyaratan kimia air bersih adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.2 Persyaratan Kualitas Air secara Kimia
No.
PARAMETER
Satuan
Kadar Maksimum yang
diperbolehkan
1.
Air raksa
mg/L
0,001
2.
Arsen
mg/L
0,05
3.
Besi
mg/L
1,0
4.
Fluorida
mg/L
1,5
5.
Kadnium
mg/L
0,005
6.
Kesadahan (CaCO3)
mg/L
500
7.
Klorida
mg/L
600
8.
Kromium, valensi 6
mg/L
0,05
9.
Mangan
mg/L
0,5
10.
Nitrat
mg/L
10
11.
Nitrit
mg/L
1,0
12.
pH
mg/L
6,5-9,0
13.
Selenium
mg/L
0,01
14.
Seng
mg/L
15
15.
Sianida
mg/L
0,1
16.
Sulfat
mg/L
400
17.
Timbal
mg/L
0,05
Sumber : Permenkes RI, 1990
22
3.
Kualitas Bakteriologis
Air tidak boleh mengandung Coliform. Air yang mengandung
golongan Coli dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia
(Sutrisno,2004).
Berdasarkan
Permenkes
RI
Nomor
416/
MENKES/PER/IX/1990, persyaratan bakteriologis air bersih adalah dilihat
dari total Coliform per 100 ml sampel air dengan kadar maksimum yang
diperbolehkan adalah 50 pada bukan air perpipaan dan total Coliform per
100 ml dengan kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 10 pada air
perpipaan.
C. Peranan Air Dalam Penyebaran Penyakit
Air adalah salah satu di antara pembawa penyakit yang berasal dari tinja
untuk sampai kepada manusia. Supaya air yang masuk ketubuh manusia baik
berupa makanan dan minuman tidak menyebabkan penyakit, maka pengolahan
air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi adalah mutlak
diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber
penyakit dengan air yang diperlukan (Sutrisno, 2004).
Disamping air merupakan suatu bahan yang sangat dibutuhkan oleh
manusia juga dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan terhadap
pemakainnya kafena mengandung mineral atau zat-zat yang tidak sesuai untuk
dikonsumsu sehingga air dapat menjadi media penular penyakit. Adapun
23
penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air maupun yang berasal dari air dapat
dibagi menjadi 4 bagian menurut agen penularannya (Koesnoputranto 1983):
A. Water Borne Disease, terjadi apabila kuman penyebab penyakit berada di
dalam air. Jika air yang mengandung kuman tersebut terminum, maka
dapat terjadi penjangkitan penyakit pada yang bersangkutan. Penyakit
menular yang disebarkan oleh air secara langsung ini seringkali dinyatakan
sebagai penyakit bawaan air atau “Water Borne Disease”. Penyakitpenyakit tersebut diantaranya kolera, thypoid, hepatitis infecsia, disentri
gastroentritis. Penyakit-penyakit ini hanya dapat menyebar apabila
mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai oleh
masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari.
B. Water Washed Disease, cara penularan penyakit ini berkaitan erat dengan
air bagi kebersihan umum, terutama alat-alat dapur, makanan dan
kebersihan perorangan. Kelompok penyakit ini adalah penyakit menular
saluran pencernaan, kulit dan mata. Hal ini dapat diatasi dengan
terjaminnya kebersihan, yaitu tersedianya air yang cukup untuk mencuci,
mandi dan kebersihan perorangan. Kelompok-kelompok penyakit ini
banyak terdapat di daerah tropis. Peranan terbesar air bersih dalam
penularan cara water washed terutama berada di bidang hygiene sanitasi.
Mutu air yang diperlukan tidak seketat mutu air bersih untuk diminum,
yang lebih menentukan dalam hal ini adalah banyaknya air yang tersedia.
24
C. Water Based Disease, dalam siklus penyakit ini memerlukan pejamu
sementara (Intermediate Host) yang hidup di dalam air.
D. Water Related Insect Vector, air merupakan salah satu unsur alam yang
harus asda di lingkungan manusia. Selain itu juga dapat dijadikan sebagai
tempat perindukan dan perkembangbiakkan bagi beberapa Insecta sebagai
vektor penyebar penyakit, seperti malaria, dengue, dan tripanosomiasis.
D. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah
1. Persyaratan Umum Lokasi TPA
Penetapan lokasi TPA harus tepat dan penataan kawasan di sekitarnya
juga dilakukan secara seksama agar tidak menimbulkan permasalahan di
kemudian hari, terutama masalah sosial dan lingkungan. Keberadaan sampah
juga dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat karena sampah merupakan
sarana dan sumber penularan penyakit.
Berdasarkan SNI 03-3241-1997 Tahun 1997 tentang Tata Cara
pemilihan lokasi TPA sampah yang diterbitkan Badan Standarisasi Nasional,
ketentuan pemilihan lokasi TPA sampah diuraikan sebagai berikut :
a. TPA sampah tidak boleh berlokasi di danau, sungai, dan laut
b. Disusun berdasarkan 3 tahapan yaitu :
25
1) Tahap regional yang merupakan tahapan untuk menghasilkan peta berisi
daerah atau tempat dalam wilayah tersebut yang terbagi menjadi
beberapa zona kelayakan.
2) Tahap penyisih yang merupakan tahapan untuk menghasilkan satu atau
dua lokasi terbaik di antara beberapa lokasi yang dipilih dari zona-zona
kelayakan pada tahap regional.
3) Tahap penetapan yang merupakan tahap penentuan lokasi terpilih oleh
instansi yang berwenang.
c. Dalam hal suatu wilayah belum bisa memenuhi tahapan regional,
pemilihan lokasi TPA sampah ditentukan berdasarkan skema pemulihan
lokasi TPA sampah ini dapat dilihat pada lampiran kriteria yang berlaku
pada tahap penyisih.
2. Metode TPA
Pembuangan akhir sampah merupakan proses terakhir dalam siklus
pengelolaan persampahan formal. Fase ini dapat menggunakan berbagai
metode dari yang sederhana hingga tingkat teknologi tinggi. Metode
pembuangan akhir yang banyak dikenal adalah (Chandra, 2007) :
a. Open dumping, metode ini merupakan cara pembuangan akhir yang
sederhana karena sampah hanya ditumpuk di lokasi tertentu tanpa
perlakuan khusus.
26
b. Control landfill, metode ini merupakan peralihan antara teknik open
dumping dan sanitary landfill. Pasda metode ini sampah ditimbun dan
diratakan. Pipa-pia ditanam pada dasar lahan untuk mengalirkan air lindi
(leachete) dan ditanam secara vertikal untuk mengeluarkan metan ke udara.
Setelah timbunan sampah penuh lalu dilakukan penutupan terhadap
hamparan sampah tersebut dengan tanah dan dipadatkan.
c. Sanitary landfill, teknik sanitary landfill adalah cara penimbunan sampah
padat pada suatu hamparan lahan dengan memperhatikan keamanan
lingkungan karena telah ada perlakuan terhadap sampah. Pada teknik ini,
sampah dihamparkan hingga mencapai ketebalan tertentu lalu dipadatkan,
kemudian dilapisi tanah dan dipadatkan kembali, di atas lapisan tanah
penutup tadi dapat dihamparkan lagi sampah yang kemudian ditimbun lagi
dengan tanah. Demikian seterusnya berselang-seling antara lapisan tanah
dan sampah. Metode ini lebih baik dari metode lainnya. Konsekuensi dari
pembuangan sampah di TPA sampah ini adalah dibutuhkannya lahan yang
luas serta biaya pengelolaan yang besar. Konsekuensi dari pembuangan
sampah di tempat pembuangan akhir sampah ini adalah dibutuhkannya
lahan yang luas serta biaya pengelolaan yang besar.
3. Gambaran Umum TPA Sampah Bantar Gebang
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Bantar Gebang terletak di
Bekasi, Jawa Barat. TPA yang mempunyai luas 108 ha ini mulai dioperasikan
27
pada bulan Agustus tahun 1989. TPA Bantar Gebang merupakan salah satu
aset yang dimiliki oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang seharusnya
tidak hanya memberikan manfaat (benefit) sebagai tempat pembuangan akhir
sampah, akan tetapi juga memberikan nilai tambah (added value) bagi
pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai pemilik aset dan pihak-pihak lain
(stakeholder) yang terlibat dalam pengelolaan TPA tersebut (A. Dasuki,
2008).
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah membutuhkan ruang/tempat
yang luas dan disyaratkan jauh dari pemukiman penduduk. Dengan adanya
keterbatasan lahan di berbagai kota besar, maka tempat penampungan akhir
sampah lambat laun menjadi masalah. Oleh karena itu, adanya upaya
mengurangi beban penumpukan sampah di TPA dengan berbagai metode
pengelolaan sampah yang lebih baik merupakan langkah yang perlu terus
dikembangkan agar tidak menimbulkan banyak masalah. Lahan untuk untuk
TPA harus memiliki kesesuaian dengan sifat lahan tersebut, sehingga dapat
meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkannya.
28
E. Kerangka Teori
Sumber
Cemaran
- Kualitas Air Tanah
secara Fisik
- Kualitas Air Tanah
secara Kimia
- Kualitas Air Tanah
secara Biologi
29
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep ini mengacu kepada teori yang ada dimana variabel yang
diteliti terdiri dari variabel kualitas air tanah secara fisik yang terdiri dari
parameter warna, bau, rasa, zat padatan terlarut (TDS) dan keekruhan serta
variabel kualitas air tanah secara kimia yang terdiri dari parameter pH, besi,
nitrat dan klorida.
Kualitas Air Tanah
secara Fisik :
-
Warna
Bau
Rasa
Zat Padat terlarut
(TDS)
- Kekeruhan
Sumber
Cemaran
Kualitas Air Tanah
secara Kimia :
-
30
pH
Besi
Nitrat
Klorida
A. Definisi Operasional
Definisi Operasional ini mengacu pada Permenkes RI No. 416 tahun1990.
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No.
1.
Variabel Penelitian
Warna
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Kondisi warna pada air
In Situ
Lembar
0 = berwarna
Ordinal
Observasi
(TMS)
yang
diperiksa
menggunakan
dengan
indera
penglihatan (mata)
1= tidak berwarna
(MS)
2.
Bau
Kondisi bau pada air yang
diperiksa
menggunakan
In Situ
dengan
indera
31
Lembar
0 = berbau
Observasi
(TMS)
Ordinal
penciuman (hidung)
1= tidak berbau
(MS)
3.
Rasa
Kondisi rasa pada air yang
diperiksa
In Situ
dengan
menggunakan
Lembar
0 = berasa
Observasi
(TMS)
Ordinal
indera
perasa (lidah)
1= tidak berasa
(MS)
4.
Zat Padatan
Jumlah zat padatan yang
Uji
Terlarut (TDS)
terlarut di dalam air yaitu Laboratorium
Water Quality
0 = tidak memenuhi
Checker (WQC)
syarat (TMS)
1500 mg/L (Permenkes RI
No. 416 tahun 1990)
1= memenuhi syarat
(MS)
32
Ordinal
5.
Kekeruhan
Standar
baku
mutu
Uji
kekeruhan pada air yaitu Laboratorium
Water Quality
0 = t idak memenuhi
Checker (WQC)
syarat (TMS)
Ordinal
25 skala NTU (Permenkes
RI No. 416 tahun 1990)
1= memenuhi syarat
(MS)
6.
pH
pH merupakan intensitas
In Situ
Kertas Lakmus
keadaan asam atau basa.
0 = tidak memenuhi
Ordinal
syarat (TMS)
pH normal berkisar antara
6,5 – 9,0 (Permenkes RI
1= memenuhi syarat
No. 416 tahun 1990)
7.
Besi
(MS)
Jumlah kadar besi yang
Uji
terlarut dalam air yaitu 1,0 Laboratorium
mg/L (Permenkes RI No.
Atomic
0 = tidak memenuhi
Absorption
syarat (TMS)
Spectrophotome
416 tahun 1990)
ter (AAS)
33
1= memenuhi syarat
Ordinal
(MS)
8.
Nitrat
Jumlah kadar nitrat yang
Uji
terlarut dalam air yaitu 10 Laboratorium
Water Quality
0 = tidak memenuhi
Checker (WQC)
syarat (TMS)
Ordinal
mg/L (Permenkes RI No.
416 tahun 1990)
1= memenuhi syarat
(MS)
9.
Klorida
Jumlah kadar klorida yang
Uji
terlarut dalam air yaitu 600 Laboratorium
Water Quality
0 = tidak memenuhi
Checker (WQC)
syarat (TMS)
mg/L (Permenkes RI No.
416 tahun 1990)
1= memenuhi syarat
(MS)
34
Ordinal
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah potong silang (cross sectional). Survey cross
sectional merupakan suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi
antara faktor-faktor risiko efek, dengan cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat dalam waktu yang bersamaan (point
time approach). Artinya, subjek penelitian ini hanya akan diobservasi sekali saja
dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat
pemeriksaan (Notoatmojo, 2010).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitan ini dilakukan di daerah sekitar lokasi Tempat Pembuangan
Akhir Sampah (TPA) Bantar Gebang, Kecamatan Bekasi. Pemilihan Bantar
Gebang sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan karena Bantar Gebang
adalah Tempat Pembuangan Akhir Sampah yang dikelola secara sanitary
landfil. Selain itu keberadaan Bantar Gebang sebagai TPA sampah juga sudah
lama sekitar 22 tahun.
Kelurahan yang terpilih untuk dijadikan tempat
penelitian adalah Kelurahan Sumur Batu berdasarkan studi pendahuluan yang
telah dilakukan ditemukan beberapa masalah terkait kandungan air tanah di
35
wilayah tersebut.
Selain itu, kelurahan sumur batu merupakan kelurahan
dengan jumlah kasus penyakit kulit tertinggi dibandingkan 3 kelurahan
lainnya.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai bulan Desember
2013.
C. Populasi dan Sampel
1.
Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian adalah
air tanah pada sumur gali yang
digunakan masyarakat di Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantar Gebang
Bekasi.
2.
Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan cluster
sampling yaitu pengambilan sampel secara gugus. Suatu teknik pengambilan
sampel dimana pemilihannya mengacu pada kelompok. Gugusan atau
kelompok yang diambil sebagai sampel adalah berdasarkan banyaknya Rukun
Warga (RW) yang ada di Kelurahan Sumur Batu yaitu sebesar 7 kluster
(gugus). Sampel yang ada di setiap kluster dipilih secara acak dengan
menggunakan teknik simple random sampling. Pengambilan sampel dan
penyebaran kuisioner dilakukan bersamaan, maksudnya ketika peneliti
36
mengambil sampel air tanah maka pengisian kuisioner pun diberikan kepada
pemilik air tanah tersebut. Jumlah
sampel yang akan diambil adalah 72
sampel air tanah.
D. Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dimana pengumpulan data
dilakukan dengan melakukan pemeriksaan laboratorium terhadap parameter
kandungan air tanah. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
a. Lembar Observasi
Lembar observasi untuk mengetahui kualitas air tanah secara fisik yaitu
warna, bau, dan rasa yang dilihat langsung saat di lapangan dengan
menggunakan indera penglihatan, penciuman dan perasa.
b. Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS)
AAS digunakan pada saat pengujian sampel air tanah di laboratorium
untuk mengetahui kandungan kimia air tanah yaitu Besi (Fe).
c. Water Quality Checker (WQC)
WQC digunakan pada saat pengujian sampel air tanah di laboratorium
untuk mengetahui kandungan air tanah secara fisik dan kimia diantaranya
suhu, zat padatan terlarut (TDS), kekeruhan, klorida, dan nitrat.
37
d. Kertas pH
Kertas pH digunakan untuk mengetahui kandungan pH air tanah.
Sedangkan prosedur pemeriksaan laboratorium terdiri dari :
a. Pemeriksaan secara fisik
1) Warna diukur langsung pada sampel air dengan menggunakan indera
penglihatan.
2) Bau diukur langsung pada sampel air tanah dengan menggunakan
indera penciuman.
3) Rasa diukur langsung pada sampel air tanah dengan menggunakan
indera perasa.
4) Zat padatan terlarut (TDS) diukur dengan menggunakan alat WQC.
5) Kekeruhan diukur dengan menggunakan alat WQC.
b. Pemeriksaan secara kimia
1) pH diukur langsung pada sampel air dengan menggunakan kertas ukur
pH.
2) Besi diukur dengan menggunakan alat AAS.
3) Klorida diukur langsung dengan menggunakan alat WQC.
4) Nitrat diukur langsung dengan menggunakan alat WQC.
38
E. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara manual kemudian dilanjutkan dengan
menggunakan program komputer. Semua data yang telah terkumpul akan akan
diolah melalui tahapan sebagai berikut :
1. Coding Data
Coding Data merupakan kegiatan mengklasifikasikan data dan memberikan
kode untuk masing-masing kelas sesuai dengan dikumpulkannya data.
2. Editing Data
Editing Data merupakan kegiatan penyuntingan data sebelum proses
memasukkan
data.
Data
yang
telah
dikumpulkan
dan
diperiksa
kelengkapannya terlebih dahulu, yaitu kelengkapan jawaban kuisioner,
konsistensi atas jawaban dan kesalahan jawaban pada kuisioner. Data ini
merupakan data input utama untuk penelitian ini.
3. Entry Data
Entry Data merupakan proses memasukkan data ke dalam program software
atau fasilitas analisis data statistik. Data dimasukkan ke dalam software
statistik untuk dilakukan analisis univariat (untuk mengetahui gambaran
secara umum) dan analisis bivariat (untuk mengetahui variabel yang
berhubungan).
39
4. Cleaning Data
Cleaning Data merupakan proses pembersihan data setelah dilakukan
pengentrian data. Hal ini dilakukan supaya data yang telah dimasukkan tidak
ada yang salah sehingga data tersebut telah siap untuk dianalisis.
F. Analisis Data
Analisis pada air dilakukan secara in situ dan laboratorium. Analisis in situ
meliputi warna, bau, rasa dan pH. Analisis laboratorium meliputi parameter
fisika terdiri dari TDS, kekeruhan dan parameter kimia yang terdiri dari besi,
klorida, nitrat dan flourida. Jadi analisis data yang digunakan pada penelitian ini
adalah analisis univariat. Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan
terhadap tiap variabel dan hasil penelitian pada umumnya. Dalam analisis ini
hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel.
Analisis univariat dalam penelitian ini untuk semua variabel, meliputi hasil
secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi, mean, standar
deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum.
40
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Kelurahan Sumur Batu
a) Data Geografis
Kelurahan Sumur Batu merupakan salah satu dari delapan kelurahan
yang ada di Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi Provinsi Jawa Barat.
Kelurahan ini terdiri dari 7 Rukun warga dan 41 Rukun tetangga dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut:
1) Sebelah Utara
: Kelurahan Padurenan Kecamatan Mustikajaya
2) Sebelah Timur
: Desa Burangkeng kabupaten Bekasi
3) Sebelah Selatan : Desa Taman Rahayu Kabupaten Bekasi
4) Sebelah Barat
: Kelurahan Cikiwul Kecamatan Bantar Gebang
Letak kota pemerintahan Kelurahan Sumur Batu berada di sebelah
Tenggara dari kota pemerintahan Kecamatan Bantar Gebang, dengan luas ±
568,995 ha. Dari luas ± 56,995 ha areal yang ada, sekitar 318 ha
dipergunakan untuk pemukiman penduduk dan pertanian, sedangkan
sisanya digunakan untuk sarana gedung perkantoran dan prasarana
pendidikan serta tempat penampungan akhir (TPA) pemerintah DKI
Jakarta ± 22,5 ha.
41
b) Data Demografi
Kelurahan Sumur Batu terdiri dari 3.966 kepala keluarga dengan
jumlah penduduk sebanyak 13.721 jiwa. Jumlah penduduk dengan jenis
kelamin laki-laki sebanyak 6.993 jiwa dan jumlah penduduk perempuan
sebanyak 6.728 jiwa. Data mengenai penduduk berdasarkan tingkat
pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.1
Distribusi Tingkat Pendidikan Penduduk di
Kelurahan Sumur Batu Tahun 2013
No.
Tingkat Pendidikan
Jumlah (Orang)
Presentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tidak tamat SD
Sedang sekolah di SD
Tamat SD/sederajat
Tamat SLTP/sederajat
Tamat SMA/sederajat
Akademi D1-D2
Universitas
Jumlah
686
1.023
987
726
598
45
686
4112
16,68
24,88
24
17,66
14,54
1,09
16,68
100
Sumber: Data Demografi Kelurahan Sumur Batu
Adapun data mengenai mata pencaharian penduduk di Kelurahan
Sumur Batu dapat dilihat pada tabel berikut ini :
42
Tabel 5.2
Distribusi Jenis Mata Pencaharian Penduduk di
Kelurahan Sumur Batu Tahun 2013
No.
Jenis Mata Pencaharian
Jumlah (Orang)
Presentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Pegawai Negeri Sipil
Pegawai swasta / karyawan
Petani
Pertukangan
Pemulung
Buruh tidak tetap
TNI / POLRI
Pensiunan ABRI / Sipil
Pedagang
Jasa angkutan
Jumlah
387
674
1.156
218
419
597
29
71
418
287
4256
9,09
15,84
27,16
5,12
9,85
14,03
0,68
1,67
9,82
6,74
100
Sumber: Data Demografi Kelurahan Sumur Batu
2. Gambaran Umum Puskesmas Bantargebang I
a) Geografis Puskesmas Bantargebang I
Puskesmas Bantargebang I terletak di Jalan Naronggong Raya Km 10
No. 75 Kelurahan Bantargebang. Batas-batas wilayah Puskesmas
Bantargebang I adalah :
1) Sebelah Utara
:
Kelurahan
Padurenan
Kecamatan
Bantargebang
2) Sebelah Timur
: Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi
3) Sebelah Selatan : Kecamatan Cilengsi Kabupaten Bekasi
43
4) Sebelah Barat
: Desa Mustikasari dan Kelurahan Bojong
Menteng
Luas wilayah kerja Puskesmas Bantargebang I adalah 18,54 km 2.
Puskesmas Bantargebang I mempunyai wilayah kerja 4 kelurahan, yaitu :
1) Kelurahan Bantar Gebang
2) Kelurahan Cikiwul
3) Kelurahan Ciketing Udik
4) Kelurahan Sumur Batu
44
B. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan kualitas air tanah secara
fisik yang terdiri dari parameter warna, bau, rasa, zat padatan terlarut (TDS), dan
kekeruhan serta kualitas air tanah secara kimia yang terdiri dari parameter pH,
besi, nitrat dan klorida.
1. Gambaran Kualitas Fisik Air Tanah
Hasil penelitian mengenai gambaran parameter air tanah secara fisik
terdiri dari parameter warna, bau, rasa, zat padatan terlarut (TDS), dan
kekeruhan pada air tanah masyarakat di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan
Bantar Gebang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.3
Gambaran Kualitas Fisik Air Tanah Masyarakat di Kelurahan
Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013
Parameter
Fisik Air
Tanah
Warna
Bau
Rasa
TDS
Kekeruhan
Memenuhi Syarat
Frekuensi
59
54
50
67
68
Presentase
(%)
81,9
75,0
69,4
93,1
94,4
Tidak Memenuhi Syarat
Frekuensi
13
18
22
5
4
Presentase
(%)
18,1
25,0
30,6
6,9
5,6
Berdasarkan tabel 5.4 diperoleh hasil analisis bahwa dari diantara
parameter fisik air tanah, parameter yang paling banyak tidak memenuhi
45
syarat baku mutu adalah parameter rasa yaitu dengan hasil sebanyak 22
(30,6%) sampel dari 72 sampel.
2. Gambaran Kualitas Kimia Air Tanah
Hasil penelitian mengenai gambaran parameter air tanah secara kimia
terdiri dari parameter pH, besi, nitrat dan klorida pada air tanah masyarakat di
Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 5.4
Gambaran Kualitas Kimia Air Tanah Masyarakat di Kelurahan
Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013
Parameter
Kimia Air
Tanah
Memenuhi Syarat
Frekuensi
pH
Besi
Nitrat
Klorida
55
69
49
23
Presentase
(%)
76,4
95,8
68,1
31,9
Tidak Memenuhi Syarat
Frekuensi
17
3
23
49
Presentase
(%)
23,6
4,2
31,9
68,1
Berdasarkan tabel 5.4 diperoleh hasil analisis bahwa dari
diantara parameter kimia air tanah, parameter yang paling banyak
tidak memenuhi syarat baku mutu adalah parameter nitrat dengan hasil
sebanyak 23 (31,9%) sampel dari 72 sampel dan parameter klorida
dengan hasil sebanyak 49(68,1%) sampel tidak memenuhi syarat baku
mutu dari 72 sampel.
46
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Pada tahap pelaksanaan penelitian ini ada keterbatasan-keterbatasan serta
kemungkinan bias yang tidak dapat dihindari, walaupun telah diupayakan
untuk mengatasinya. Keterbatasan ini adalah pada variabel yang diteliti yang
terdiri dari kualitas air tanah secara fisik dan kimia. Dari variabel kimia, tidak
dilakukan pengujian terhadap semua parameter kimia air tanah dikarenakan
keterbatasan alat laboratorium sehingga hasil yang diperoleh belum
menunjukkan kualitas kimia air tanah secara keseluruhan.
47
B. Kualitas Air Tanah secara Fisik
Kualitas fisik air tanah dapat dilihat dari indikator warna, bau, rasa,
jumlah zat padat terlarut (TDS) dan kekeruhan. Gambaran parameter air tanah
secara fisik di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Bekasi
menunjukkan hasil sebagai berikut :
1. Warna
Menurut Soemirat (2009), air yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari harus jernih dan tidak berwarna. Dari hasil uji
statistik diketahui sebanyak 13 (18,1%) sampel yang tidak memenuhi
syarat baku mutu kualitas air tanah secara fisik pada parameter warna dari
72 sampel yang ada. Artinya, kualitas air tanah secara fisik dari
pemeriksaan parameter warna masih dikatakan baik karena hasil
menunjukkan hasil menunjukkan sampel yang tidak memenuhi syarat
tidak mencapai 20%.
Warna yang terdapat pada air biasanya disebabkan oleh adanya
kandungan bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan (Effendi,
2003). Bahan yang menimbulkan warna dihasilkan dari kontak antara air
dengan reruntuhan organis seperti daun dan kayu, yang semuanya dalam
tingkat-tingkat pembusukan. Warna juga dapat disebabkan adanya tanin
dan asam humat, sehingga bila terbentuk bersama klor dapat membentuk
48
senyawa kloroform yang beracun, sehingga berdampak terhadap keadaan
kesehatan pengguna air (Slamet, 2001).
Saran yang dapat diberikan kepada masyarakat Kelurahan Sumur
Batu terhadap kandungan warna yang terdapat pada air yaitu dengan
melakukan pengolahan pada air tanah seperti melakukan penyaringan
atau pengendapan terhadap air tanah sebelum dikonsumsi.
2. Bau
Berdasarkan Permenkes RI tahun 2002, syarat air minum yang layak
untuk dikonsumsi manusia adalah yang tidak berbau. Dari hasil uji
statistik diketahui sebanyak 18 (25%) sampel yang tidak memenuhi syarat
baku mutu kualitas air tanah secara fisik pada parameter bau dari 72
sampel yang ada. Artinya, kualitas air tanah secara fisik dari pemeriksaan
parameter bau masih dikatakan cukup baik.
Menurut Effendi (2003), air yang baik dan aman untuk dikonsumsi
adalah air yang memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun
dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang
sedang mengalami penguraian oleh mikroorganisme air.
Bau air dapat memberikan petunjuk terhadap kualitas air, misalnya
bau amis dapat disebabkan oleh algae dalam air tanah tersebut. Selain itu
kandungan besi yang tinggi dalam air juga dapat menyebabkan kualitas
fisik air tanah sehingga tercium bau besi pada air tanah tersebut (Effendi
2003). Oleh karena itu, disarankan kepada masyarakat Kelurahan Sumur
49
Batu untuk rutin mengecek dan membersihkan saluran-saluran pipa air
yang digunakan.
3. Rasa
Parameter rasa merupakan parameter yang paling banyak tidak
memenuhi syarat baku mutu dibandingkan parameter lainnya. Dari hasil
uji statistik diketahui sebanyak 22 (30,6) sampel yang tidak memenuhi
syarat baku mutu kualitas air tanah secara fisik pada parameter rasa dari
72 sampel yang ada.
Air minum biasanya tidak memberikan rasa (tawar). Air yang beasa
menunjukkan adanya kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan
kesehatan. Berdasarkan Keputusan Menkes RI tahun 2002, diketahui
bahwa syarat air minum yang dapat dikonsumsi manusia adalah tidak
berasa.
Rasa pada air tanah berhubungan dengan adanya kandungan nitrat
pada air tanah tersebut artinya semakin tinggi nitrat pada air maka akan
mempengaruhi tingkat rasa yang terkandung pada air tersebut. Selain itu,
kandungan besi yang tinggi juga dapat mempengaruhi kualitas rasa pada
air sehingga air terasa pahit (Sudadi 2003).
Oleh karena itu, saran yang diberikan kepada masyarakat Kelurahan
Sumur Batu adalah jika air yang dikonsumsi memiliki rasa atau pahit
(tidak tawar) dapat melakukan pemeriksaan kandungan nitrat dan besi
yang terdapat pada air tersebut.
50
4. Zat padatan terlarut (TDS)
Zat padat adalah material yersuspensi atau terlarut dalam air yang
dapat mempengaruhi kualitas air (Djuhariningrum, 2005). Dari hasil uji
statistik diketahui sebanyak 5 (6,9%) sampel yang tidak memenuhi syarat
baku mutu kualitas air tanah secara fisik pada parameter zat padatan
terlarut (TDS) dari 72 sampel yang ada. Artinya, kualitas air tanah pada
parameter zat padatan terlarut dapat dikatakan baik karena 90% sampel
air tidak mengandung zat-zat padatan terlarut.
Total padatan terlarut merupakan bahan-bahan terlarut dalam air
yang tidak tersaring dengan kertas sari millipore dengan ukuran pori 0,45
μm. padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik yang
terlarut dalam air, mineral dan garam-garamnya (Soemirat, 2009). Air
dengan jumlah zat padat terlarut tinggi > 1500 mg/L mempunyai rasa
yang tidak enak, sehingga tidak layak untuk dkonsumsi sebagai air
minum (Djuhariningrum, 2005).
Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik pula. TDS akam
mempengaruhi daya hantar listrik. Semakin banyak ion bermuatan listrik
maka akan mempengaruhi dan mempermudah daya hantar listrik dan
selain itu TDS menyebabkan kekeruhan (turbidity) serta mempengaruhi
salinitas karena senyawa terlarut menyebabkan air menjadi asin
(djuhariningrum, 2005).
51
Penyebab utama terjadinya TDS adalah bahan anorganik berupa ionion yang umum dijumpai di perairan. Sebagai contoh di Kelurahan Sumur
batu sendiri, air buangan sering mengandung molekul sabun, deterjen dan
surfaktan yang larut air misalnya pada air buangan rumah tangga dan
industri pencucian.
Oleh karena itu, disarankan kepada masyarakat Kelurahan Sumur
Batu untuk membuat saluran tersendiri untuk penampungan air buangan
rumah tangga sehingga tidak mencemari lingkungan. Selain itu, perlu
dilakukan penyaringan dan pengendapan terhadap air tanah yang akan
digunakan sehingga aman untuk dikonsumsi.
5. Kekeruhan
Air yang aman untuk dikonsumsi sebaikanya berwarna bening atau
tidak keruh. Dari hasil uji statistik, diketahui sebanyak 4 (5,6%) sampel
yang tidak memenuhi syarat baku mutu kualitas air tanah secara fisik
pada parameter kekeruhan dari 72 sampel. Artinya, pada pemeriksaan
parameter kekeruhan dikatakan baik karena 90% sampel air yang
diperiksa hasilnya jernih atau tidak keruh.
Kekeruhan air biasanya disebabkan oleh adanya zat padat tersuspensi
baik bersifat organik maupun anorganik. Zat anorganik biasanya berasal
dari lapukan tanaman atau hewan, dan buangan industri yang berdampak
terhadap kekeruhan air, sedangkan zat organik dapat menjadi makanan
52
bakteri, sehingga mendukung pembiakannya dan dapat tersuspensi dan
menambah kekeruhan air (Soemirat, 2009).
Kekeruhan yang terkandung pada air tanah masyarakat Kelurahan
Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi mengandung zat padat tersuspensi
yang bersifat anorganik karena berasal dari logam dan buangan industri
mengingat lokasi lingkungan yang berdekatan dengan TPA sampah. Air
yang keruh sulit didisinfeksi, karena mikroba terlindung oleh zat
tersuspensi tersebut, sehingga berdampak tehadap kesehatan (Soemirat,
2009).
Disarankan kepada masyarakat Kelurahan Sumur Batu untuk dapat
melakukan pengolahan pada air tanah seperti melakukan penyaringan
atau pengendapan terhadap air tanah sebelum dikonsumsi.
C. Kualitas Air Tanah secara Kimia
Kualitas kimia air tanah terdiri dari parameter pH, besi, nitrat dan
klorida.. Gambaran parameter air tanah secara kimia di Kelurahan Sumur
Batu Kecamatan Bantar Gebang Bekasi menunjukkan hasil sebagai berikut :
1. pH
pH merupakan intensitas keadaan asam atau basa pada air. pH
dikatakan normal berkisar antara 6,5-9,0 (Permenkes RI no 416 tahun
1990). Dari hasil uji statistik diketahui sebanyak 17 (23,6%) sampel dari
72 sampel tidak memenuhi syarat kualitas kimia air tanah pada
53
pemeriksaan parameter pH. Artinya, lebih dari 75% sampel masih
memiliki pH yang normal sehingga aman untuk dikonsumsi.
Air merupakan pelarut yang baik dan sebiknya netral, tidak
asam/basa untuk pencegahan terjadinya pelarutan logam berat dan korosi
(Soemirat, 2009). Secara umum air tanah mempunyai pH berkisar dari 6
sampai 8,5. Sedangkan air yang tercemar oleh limbah tambang, industri,
dan pengaruh lingkungan alamnya dapat menyebabkan air bertambah
asam dengan pH lebih kecil dari 5. Hal ini dapat terjadi karena adanya
konsentrasi ion hidrogen yang tinggi antara lain berasal dari oksidasi
mineral sulfida, gas vulkanik yang mengandung hidrogen sulfida, gas
karbon dioksida, dan amoniak (Sudadi, 2003).
Tinggi rendahnya pH pada air tidak berpengaruh pada kesehatan akan
tetapi untuk air dengan pH lebih kecil dari 6,5 akan menyebabkan korosi
pada metal (pipa air) yang melarutkan unsur-unsur timbal, tembaga
kadmium dan sebaliknya jika pH lebih dari 8,5 dapat membentuk
endapan (kerak) pada pipa air yang kemudian dapat bersifat racun
(Sudadi 2003).
Oleh karena itu disarankan kepada masyarakat Kelurahan Sumur
Batu untuk dapat rutin melakukan pengecekan secara rutin terhadapt
saluran-saluran pipa air terutama pipa saluran air minum. Jika saluran
pipa sudah mengalami kerusakan atau korosi perlu dilakukan pergantian
pipa yang baru sehingga air tanah aman untuk dikonsumsi kembali
54
2. Besi
Besi merupakan elemen kimiawi yang dapat ditemukan hampir di
setiap tempat di bumi pada semua lapisan-lapisan geologis, namun besi
juga merupakan salah satu logam berat yang berbahaya apabila kadarnya
melebihi ambang batas (Soemirat, 2009). Dari hasil uji statistik diketahui
sebanyak 3 (4,2%) sampel dari 72 sampel tidak memenuhi syarat baku
mutu kualitas kimia air tanah pada pemeriksaan parameter besi. Artinya,
95% air tanah masyarakat Kelurahan Sumur Batu aman dari kandungan
besi.
Besi dapat larut pada pH rendah. Kadar besi dalam air tidak boleh
melebihi 1,0 mg/L, karena dapat menimbulkan rasa, bau, dapat
menyebabkan air yang berwarna kekuningan, menimbulkan noda
pakaian, menyebabkan terjadinya iritasi pada mata dan kulit, dan
menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru (Fakhreni, 2011). Air
minum yang mengandung besi akan cenderung menimbulkan rasa mual
apabila dikonsumsi dan dalam jumlah besar dapat merusak dinding usus
(Soemirat 2009).
Kandungan besi pada air juga dapat menyebabkan korosi pada
saluran pipa air sehingga disarankan kepada masyarakat Kelurahan
Sumur Batu untuk melakukan pengecekan secara rutin terhadap kondisi
saluran pipa air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, selain itu
55
perlu dilakukan pengolahan khusus terhadap air minum yang akan
dikonsumsi yang berasal dari air tanah.
3. Nitrat
Dari hasil uji statistik, diketahui sebanyak 23 (31,9%) sampel tidak
memenuhi kualtias kimia air tanah pada pemeriksaan parameter nitrat.
Hal ini menunjukkan bahwa kandungan nitrat pada air tanah masyarakat
Kelurahan Sumur Batu cukup tinggi. Nitrat tidak mudah masuk ke dalam
tubuh melalui kulit. Batas kadar baku mutu nitrat menurut Permenkes RI
no 416 tahun 1990 adalah 10 mg/L.
Senyawa nitrat dalam air minum dalam jumlah yang besar dapat
menyebabkan methamoglobinemia, yaitu kondisi dimana hemoglobin di
dalam darah berubah menjadi methamoglobin sehingga darah menjadi
kekurangan oksigen dan dikenal dengan penyakit “babie blues” pada
bayi. Hal ini dapat mengakibatkan pengaruh yang fatal serta dapat
mengakibatkan kematian khususnya pada bayi (Soemirat, 2009).
Selain itu, ketika senyawa nitrat berikatan dengan perak (argentum)
sebagai senyawa debu maka dapat menimbulkan iritasi kulit dan
menghitamkan kulit (argyria) karena ketika kedua senyawa ini saling
berikatan, argentum akan menjadi sangat korosif. Sehingga argyria dapat
56
terjadi karena senyawa ini diakumulasikan di dalam selaput lendir dan
kulit (Soemirat, 2009).
Adanya senyawa nitrat dalam air tanah menunjukkan bahwa
kemungkinan besar telah terjadi pencemaran terhadap air tanah. Dalam
kehidupan sehari-hai, air minum yang mengandung nitrat dalam jumlah
tinggi rasanya agak pahit (Sudadi 2003).
Oleh karena itu, disarankan kepada masyarakat Kelurahan Sumur
Batu untuk melakukan pengujian terhadap air tanah yang mengandung 510 mg/L nitrat setiap triwulan selama setidaknya satu tahun karena jika
melewati kadar baku mutu, nitrat dapat menimbulkan gangguan
kesehatan masyarakat. Tidak hanya itu, disarankan pula kepada
masyarakat untuk mengetahui jarak sumber air (sumur) sebaiknya
dijauhkan dari septic tank yaitu minimal berjarak 10 meter.
4. Klorida
Klorida merupakan senyawa halogen klor. Di Indonesia, klor
digunakan sebagai desinfektan dalam penyediaan air minum. Dari hasil
uji statistik diketahui sebanyak 49 (68,1%) sampel dari 72 sampel tidak
memenuhi syarat baku mutu kualitas kimia air tanah pada pemeriksaan
parameter klorida.
57
Klorida banyak ditemukan di alam hal ini karena sifatnya yang
mudah larut. Air buangan industri kebanyakan menaikkan kandungan
klorida demikian juga manusia dan hewan membuang material klorida
dan nitrogen yang tinggi. Kotoran manusia khususnya urine mengandung
klorida dalam jumlah yang kira-kira sama dengan klorida yang
dikonsumsi lewat makanan dan air (Sutrisno, 2004).
Dalam jumlah banyak, klorida akan menimbulkan rasa asin, korosif
pada pipa sistem penyediaan air panas (Soemirat, 2009). Selain itu, klor
yang sering digunakan sebagai desinfektan pada kolam renang
mempunyai pengaruh yang cukup tinggi terhadap terjadinya iritasi kulit
dan mata (Permana dkk, 2013).
Disarankan kepada masyarakat Kelurahan Sumur Batu untuk
melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap air tanah yang
mengandung klorida yang melebihi batas baku mutu. Selain itu, perlu
dilakukan pengecekan terhadap kondisi saluran pipa air yang digunakan.
Jika setelah melakukan pemeriksaan kandungan air tanah secara berkala
dan ditemukan hasil kandungan klorida yang tinggi maka disarankan
kepada masyarakat untuk tidak mengkonsumsi air tanah sebagai air
minum.
58
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Kualitas air tanah secara fisik terdiri dari : parameter warna sebesar 18,1%
tidak memenuhi syarat, parameter bau
sebesar 25% tidak meemnuhi
syarat, parameter rasa sebesar 30,6% tidak meemnuhi syarat, parameter
TDS sebesar 6,9% tidak meemnuhi syarat dan parameter kekeruhan sebesar
5,6% tidak meemnuhi syarat baku mutu.
2. Kualitas air tanah secara kimia terdiri dari : 23,6% parameter pH tidak
meemnuhi syarat, 4,2% sampel mengandung besi, 31,9% sampel
mengandung nitrat dan 68,1% mengandung klorida.
B. Saran
1. Masyarakat
Diharapkan masyarakat di Kelurahan Sumur Batu dapat memperhatikan
kondisi air tanah yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Hasil
penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa ada beberapa dari parameter
air tanah yang tidak memenuhi syarat baku mutu sehingga peneliti
menyarankan kepada masyarakat untuk melakukan pengolahan terlebih
dahulu terhadap air tanah yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
59
sehari-hari seperti melakukan penyaringan dan pengendapan terhadap air.
Selain itu, peneliti juga menyarankan kepada masyarakat untuk rutin
melakukan pengecekan dan membersihkan saluran-saluran pipa air yang
digunakan.
2. Dinas Kesehatan dan Puskesmas
Peneliti menyarankan kepada Dinas Kesehatan dan Pihak Puskesmas
setempat untuk memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat
di Kelurahan Sumur Batu mengenai perilaku hidup bersih dan sehat, serta
memberikan pengetahuan terkait perilaku hidup bersih dan sehat.
3. Peneliti selanjutnya
Perlu ada penelitian yang lebih lanjut mengenai kualitas air tanah.
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menambah variabel penelitian,
menggunakan alat dan metode yang lebih baik dari penelitian sebelumnya
sehingga ditemukan hasil yang lebih menunjukkan adanya faktor-faktor
yang berhubungan.
60
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, R. 2004. Kimia lingkungan. Edisi 1. Yogyakarta
Achmadi, Umar Fahmi. 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta :
Penerbit Buku Kompas
A. Dasuki. 2008. Strategi Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar
Gebang Sebagai Aset Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Program
Pascasarjana. Tesis. Universitas Indonesia
Arbain, dkk. 2008. Pengaruh Air Lindi Tempat Pembuangan Akhir Sampah Suwung
Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal di Sekitarnya di Kelurahan pedungan
Kota Denpasar. <URL:http://ejournal_unud.ac.id.htm>
Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Cetakan Pertama,
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Depkes RI, 2011. Laporan Kesehatan Lingkungan (Riskesdas) tahun 2010
Djuhariningrum, T. 2005. Penentuan Total Zat Padat Terlarut Dalam Memperediksi
Kualitas Air Tanah Dari Berbagai Contoh Air (Jurnal). Pusat Pengembangan
Geologi Nuklir Batan
Effendi H, 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Yogyakarta: Kanisius
Keputusan
Menteri
Negara
Kependudukan
dan
Lingkungan
Hidup
No.
02/MENKLH/1988 tentang Penetapan Baku Mutu Lingkungan
Konsukartha dkk, I.G.M, 2007. Pencemaran Air Tanah Akibat Pembuangan Limbah
Domestik Di Lingkungan Kumuh, Jurnal Pemukiman Natah Vol 5, No. 2,
pp:62-108
61
Kurniawan, Bambang. 2006. Analisis Kualitas Air Sumur Sekitar Wilayah Tempat
Pembuangan Akhir Sampah (Studi Kasus di TPA Galuga Cibungbulang
Bogor). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor
Kusnaedi, 2010. Mengolah Air Kotor Untuk Air Minum. Jakarta: Penerbit Swadaya
Kusnoputranto, Haryoto. 1986. Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. UI. Jakarta
Menneg Lingkungan Hidup. 1997. Kerusakan Lingkungan Hidup
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-Prinsip Dasar.
Jakarta : Penerbit Rineka Cipta
Ompusunggu, Henni. 2009. Analisa Kandungan Nitrat Air Sumur Gali Masyarakat
Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Di Desa Namo Bintang
Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Skripsi. Universutas
Sumatera Utara
Pardebaste, Erlina S. 2005. Teknik Pengelolaan Sampah. ITS. Surabaya
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 416 /MEN-KES/PER/XI/1990 Tentang Syaratsyarat Dan Pengawasan Kualitas Air
Peraturan Pemerintah no. 82 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Air
Permenkes RI Tahun 2002 Tentang Persyaratan Air Minum
Riset Kesehatan Daerah. 2010. Presentase Air Tanah Sebagai Sumber Air untuk
Kehidupan Manusia
Sanropie dkk, 1984. Pedoman Studi Penyediaan Air Bersih. Akademi Penilik
Kesehatan Teknologi Sanitasi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
62
Slamet, 2004. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Sudadi, P. 2003. Penentuan Kualitas Air Tanah Melalui Analisis Unsur Kimia
Terpilih (Jurnal). Sub Direktorat Pendayagunaan Air Tanah DTLGP.
Bandung.
Soemirat, 2009. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Sutrisno, 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineke Cipta, Jakarta
Wardhana, 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi
Undang-undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 tentang Kesejahteraan Sosial
Undang-undang Republik Indonesia nomor 7 tahun 2004 Tentang Sumber Daya
Alam
Usmar dkk, 2006. Deskripsi Air Tanah
63
HASIL UJI STATISTIK
Frequencies
Statistics
Warna
N
Valid
72
Missing
0
Mean
.82
Median
1.00
Std. Deviation
.387
Minimum
0
Maximum
1
Warna
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
TMS
13
18.1
18.1
18.1
MS
59
81.9
81.9
100.0
Total
72
100.0
100.0
Frequencies
Statistics
Bau
N
Valid
72
Missing
0
Mean
.75
Median
1.00
Std. Deviation
.436
Minimum
0
Maximum
1
Bau
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
TMS
18
25.0
25.0
25.0
MS
54
75.0
75.0
100.0
Bau
Frequency
Valid
Percent
TMS
18
25.0
25.0
25.0
MS
54
75.0
75.0
100.0
Total
72
100.0
100.0
Frequencies
Statistics
Rasa
N
Valid
Missing
Mean
Median
Valid Percent
Cumulative
Percent
72
0
.69
1.00
Std. Deviation
.464
Minimum
0
Maximum
1
Rasa
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
TMS
22
30.6
30.6
30.6
MS
50
69.4
69.4
100.0
Total
72
100.0
100.0
Frequencies
Statistics
TDS
N
Valid
72
Missing
0
Mean
.93
Median
1.00
Std. Deviation
.256
Minimum
0
Maximum
1
TDS
Frequency
Valid
TMS
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
5
6.9
6.9
6.9
MS
67
93.1
93.1
100.0
Total
72
100.0
100.0
Frequencies
Statistics
Kekeruhan
N
Valid
72
Missing
0
Mean
.94
Median
1.00
Std. Deviation
.231
Minimum
0
Maximum
1
Kekeruhan
Frequency
Valid
TMS
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
4
5.6
5.6
5.6
MS
68
94.4
94.4
100.0
Total
72
100.0
100.0
Frequencies
Statistics
pH
N
Valid
72
Missing
0
Mean
.76
Median
1.00
Std. Deviation
.428
Minimum
0
Maximum
1
pH
Frequency
Valid
TMS
17
Percent
23.6
Valid Percent
23.6
Cumulative
Percent
23.6
MS
55
76.4
76.4
Total
72
100.0
100.0
Frequencies
Statistics
Besi
N
Valid
Missing
Mean
72
0
.96
Median
1.00
Std. Deviation
.201
Minimum
0
Maximum
1
100.0
Besi
Frequency
Valid
TMS
Percent
3
4.2
4.2
4.2
MS
69
95.8
95.8
100.0
Total
72
100.0
100.0
Frequencies
Statistics
Nitrat
N
Valid
Missing
Mean
Median
Valid Percent
Cumulative
Percent
72
0
.68
1.00
Std. Deviation
.470
Minimum
0
Maximum
1
Nitrat
Frequency
Valid
Valid Percent
TMS
23
31.9
31.9
31.9
MS
49
68.1
68.1
100.0
Total
72
100.0
100.0
Frequencies
Statistics
Klorida
Percent
Cumulative
Percent
N
Valid
72
Missing
0
Mean
.32
Median
.00
Std. Deviation
.470
Minimum
0
Maximum
1
Klorida
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
TMS
49
68.1
68.1
68.1
MS
23
31.9
31.9
100.0
Total
72
100.0
100.0
Download