upaya meningkatkan interaksi sosial melalui metode bermain peran

advertisement
UPAYA MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL MELALUI METODE
BERMAIN PERAN PADA ANAK TK PERTIWI PABLENGAN
MATESIH KARANGANYAR TAHUN 2012
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1
Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini
Diajukan Oleh :
WAHYU KUSUMA DEWI
A520080069
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
1
ABSTRAK
UPAYA MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL MELALUI METODE
BERMAIN PERAN PADA ANAK TK PERTIWI PABLENGAN MATESIH
KARANGANYAR TAHUN 2012
Wahyu Kusuma Dewi, A520080069, Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2012, 71 halaman
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatkan kemampuan interaksi sosial
anak melalui metode bermain peran. Penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas (PTK) terdiri dari 2 siklus yang pada setiap siklusnya terdiri dari
“perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengumpulan data (observing),
refleksi (reflecting)”.
Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumenter. Subyek
penelitian ini adalah anak dan guru TK Pertiwi Pablengan Matesih Karanganyar.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan interaksi sosial
anak melalui metode bermain peran. Pada siklus I peningkatan nilai rata-rata awal
2,0 menjadi 2,8 dengan prosentase kenaikan 20% dan diperoleh rata-rata penilaian
anak dalam pembelajaran interaksi sosial sebesar 70 %”. Pada siklus II
peningkatan mencapai nilai 3,8 dengan prosentase kenaikan 26% dan diperoleh
rata-rata hasil penilaian pembelajaran kemampuan interaksi sosial anak sebesar
96 %”. Hal ini dapat dilihat dari prosentase rata-rata hasil pembelajaran interaksi
sosial anak dalam satu kelas sebelum tindakan adalah 50%, siklus I mencapai 70
%, siklus II mencapai 96 %. Kesimpulan dari peneltian ini bahwa metode bermain
peran dapat meningkatkan interaksi sosial anak kelompok B TK Pertiwi
Pablengan Matesih Karanganyar.
Kata kunci : Interaksi Sosial, Metode Bermain Peran
2
Pendahuluan
Anak usia Taman Kanak-kanak adalah sosok individu yang sedang berada dalam
proses perkembangan. Pada usia Taman Kanak-kanak dimana mereka mengalami
perubahan tata pergaulan sosial secara formal yang pertama, yaitu dari tata
pergaulan lingkungan keluarga menuju tata pergaulan lingkungan sekolah.
Perkembangan anak usia Taman Kanak-kank merupakan proses perubahan
perilaku dari tidak formal menjadi formal, dari tata pergaulan sederhana menjadi
kompleks, suatu proses evolusi perkembangan manusia dari ketergantungan
menuju mandiri yang diproyeksikan akan menjadi orang dewasa.
Setiap individu pada setiap bangsa pasti menginginkan pendidikan. Dalam
pendidikan formal yang biasanya memegang peranan utama ialah guru yaitu
mengontrol reaksi dan respons murid. Anak-anak biasanya belajar di bawah
tekanan dan bila perlu dengan paksaan tertentu, kelakuannya dikuasai dan diatur
dengan berbagai aturan. Kurikulum juga ditentukan oleh petugas pendidikan,
bukan oleh murid sendiri, sehingga tidak selalu bahan itu menarik minat anak atau
fungsional dalam kehidupan anak. Karena itu guru berusaha menarik minat anak,
menggunakan paksaan atau macam-macam motivasi ekstrinsik.
Guru diharuskan mengganti metode dalam mengajar untuk mengatasi kejenuhan
ketika proses belajar mengajar akan berlangsung. Beberapa metode mengajar
yang dapat dipilih oleh guru antara lain: metode ceramah, metode diskusi, metode
kerja kelompok, metode tanya jawab, metode karyawisata, metode sosio drama
serta metode demonstrasi. Pemilihan metode ini harus disesuaikan dengan materi
yang akan disampaikan, karena salah satu penunjang keberhasilan pendidikan
adalah penggunaan metode mengajar yang tepat. Sebagai upaya mengembangkan
ketrampilan sosial anak TK, guru dapat menggunakan metode bermain peran.
Dengan metode bermain peran diharapkan dapat mengembangkan ketrampilan
3
sosial anak tentunya dengan menggunakan strategi, materi dan media yang
menarik sehingga mudah diikuti oleh anak, karena dengan bermain peran anak
akan memiliki kesempatan menjadi pribadi yang lain dari dirinya, maupun tokoh
yang diinginkan.
Bermain peran mulai tampak sejalan dengan tumbuhnya kemampuan anak untuk
berpikir simbiolik. Dalam bermain peran bersama teman-teman sebaya akan
menjadi tonggak penting dalam perkembangan sosial anak. Melalui kegiatan
bermain sosial diharapkan sifat egosentrisme anak akan semakin berkurang, dan
anak secara bertahap berkembang menjadi mahkluk sosial yang dapat bergaul dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Kegiatan bermain peran ditandai
dengan adanya interaksi dengan orang di sekeliling anak, sehingga akhirnya anak
mampu terlibat dalam kerjasama dalam bermain.
Seorang guru yang baik harus dapat menciptakan iklim belajar dan mengajar yang
sehat dan menyenangkan dikelasnya sehingga bisa memberikan dorongan kepada
para anak didik agar mempunyai motivasi yang tinggi dan memberikan dorongan
yang positif, karenanya guru harus mengetahui metode pembelajaran yang tepat
dalam perencanaan mengajarnya, agar supaya anak dapat memahami apa yang
diberikan oleh gurunya secara seksama.
Landasan Teori
Menurut Hizyam Zaini (2009:98) role play adalah suatu aktivitas pembelajaran
terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik.
Sedangkan menurut syaiful sagala (2005: 213) metode role playing merupakan
cara menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukan dan mempertontonkan
atau mendramatisasikan cara tingkah laku dalam hubungan sosial.
Menurut Djamarah Zain dalam Nuri W.H(2011: 25) role playing mempunyai
kelebihan dan kelamahan. Kelebihan strategi role playing meliputi:
4
1)Siswa melatih dirinya untuk memahami dan mengingat isi bahan yang akan
diperankan. Sebagai pemain harus memahhami, menghayati isi cerita secara
keseluruhan, terutama untuk materi yang akan diperankan . dengan demikian daya
ingatan siswa harus tajam dan tahan lama. 2)Siswa akan berlatih untuk berinisiatif
dan berkreatif. Pada waktu bermain peran dituntut untuk mengemukakan
pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia 3)Bakat yang terdapat pada siswa
dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama
di sekolah 4)Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan di bina dengan baik
5)Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggunga jawab
dengan sesamanya. 6)Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang lebih
baik agar lebih mudah di pahami orang lain.
Sedangkan kelemahan-kelamahan strategi role playing meliputi: 1)Sebagian anak
yang tidak ikut bermain peran menjadi kurang aktif 2)Banyak memakan waktu
3)Memerlukan tempat yang cukup luas 4)Kelas lain merasa terganggu oleh suara
para pemaindan tepuk tangan pemain atau pengamat.
Menurut Bonner dalam Gerungan (1991: 56) Interaksi Sosial adalah suatu
hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana perilaku individu yang
satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perilaku individu yang lain atau
sebaliknya
Astrid S, Susanto (1983: 31) mengemukakan bahwa interaksi merupakan suatu
proses perubahan yang diatur sebagai akibat dari proses pengaruh mempengaruhi.
Dalam kehidupan sehari-hari pasti terjadi interaksi antara individu satu dengan
individu yang lain, dan di dalam interaksi tentunya tidak lepas dari saling
mempengaruhi.
5
Slamet Santoso (1999: 15) menjelaskan tentang aspek-aspek interaksi sosial
adalah sebagai berikut:1)Adanya hubungan Setiap interaksi sudah barang tentu
terjadi karena adanya hubungan baik antara individu dengan individu maupun
antar individu dalam hubungan kelompok.2)Ada individu Setiap interaksi sosial
menurut tampilnya individu-individu yang melaksanakan hubungan.3)Ada tujuan
Setiap interaksi sosila memiliki tujuan tertentu seperti mempengaruhi individu
lain.4)Adanya hubungan dengan struktur dan fungsi kelompok Interaksi sosial
yang ada hubungannya dengan struktur dan fungsi kelompok ini terjadi karena
individu dalam hidupnya tidak berpisah dari kelompok disamping itu tiap-tiap
individu fungsi di dalam kelompoknya.
Kerangka Pemikiran
Kehidupan anak tidak dapat lepas dari kreativitas dan aktivitas sosial. Oleh karena
itu, hendaknya guru dapat menstimulasi anak dengan berbagai kegiatan yang
terkait interaksi sosial. Untuk itu, seorang guru perlu mempelajari konsep-konsep
keilmuan dan cara pengajarannya.
Penelitian ini diperlukan evaluasi dan observasi awal untuk mengetahui penyebab
dan upaya untuk menemukan fakta-fakta yang dapat digunakan untuk melengkapi
kajian teori yang ada dan untuk menyusun perencanaan tindakan yang tepat dalam
upaya meningkatkan interaksi sosial. Tujuan penelitian ini dalam menggunakan
metode bermain peran adalah meningkatkan interaksi sosial anak. Interaksi sosial
untuk anak TK lebih ditekankan pada proses berkomunikasi dalam kehidupan
sehari-hari.
Hipotesis
Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan diatas, maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah” Melalui metode bermain peran dapat
6
meningkatkan interaksi sosial pada anak TK Pertiwi Pablengan matesih
Karanganyar”.
Metode Penelitian
Menurut Soedarsono, 1997: 6 Dengan demikian prosedur penelitian ini memiliki
siklus, yang meliputi rencana – tindakan – observasi – refleksi dan revisi
dan seterusnya sehingga tercapai tujuan yang diinginkan dengan tindakan yang
paling efektif. Menurut Arikunto (2005:27) Observasi adalah suatu teknik
yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta
mencatat secara sistematis. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data –
data untuk data rasa percaya diri anak dengan melakukan pengamatan secara
langsung. Observasi yang dilakukan untuk pencapaian indikator yang telah
ditetapkan dengan menggunakan metode bermain peran.
Instrumen Penelitian
Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data kemampuan interaksi
sosial
dan
data pelaksanaan
digunakan meliputi(1)pedoman
bermain
peran.
observasi
Adapun
instrumen
yang
kemampuan interaksi (2)pedoman
observasi pelaksanaan bermain peran
Indikator Pencapaian
Penelitian ini dianggap berhasil jika memenuhi indikator yang ditetapka. Adapun
indikator pencapaian setiap siklus adalah jika rata-rata kemampuan interaksi
sosial anak mencapai 60% pada siklus I,80 % pada siklus II.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adlah teknik analisis
komparatif
dan
analisis
interaktif.
Teknik
7
analisis
komparatif
yaitu
membandingkan rata-rata pencapaian kemampuan interaksi sosial anak persiklus
dengan indikator setiap siklus. Analisis interaktif yaitu mengambil kesimpulan
dari pelaksanaan bermain peran kemudian dilihat kekurangan dan kelebihan
dari pelaksanaan menggambar bebas tersebut. Adapun langkah-langkah untuk
mendapatkan data hasil observasi anak adalah (1)memberikan nilai atau skor
pada setiap diskriptor, (2)membuat
tabulasi
nilai
observasi
kemampuan
interaksi sosial anak melalui metode bermain peran, (3)menghitung prosentase
pencapaian kemampuan interaksi sosial setiap anak, (4)menghitung rata-rata
prosentase kemampuan interaksi sosial anak dalam satu kelas.
Hasil Penelitian
Sebelum tindakan peneliti melakukan observasi prasiklus yaitu dengan melakukan
pengamatan untuk
mengetahui kemampuan interaksi sosial anak sebelum
tindakan dengan menerapkan metode bermain peran. Hasil pengamatan sebelum
tindakan diperoleh rata-rata prosentase kemampuan interaksi sosial anak 50 %.
Hasil penelitian yang diperoleh selama proses pembelajaran pada siklus I adalah
masih ada beberapa anak yang belum mampu memainkan peran yang sudah
ditentukan.kreativitas yang diperoleh anak juga belum meningkat secara optimal
karena pada tindakan I hanya mencapai 70 % . Hasil penelitian yang
diperoleh pada siklus II mulai ada peningkatan yang signifikan yaitu mampu
memainkan peran masing-masing anak pada setiap cerita yang sudah ditentukan.
Secara garis besar pada tindakan II ini ada peningkatan yang signifikan yaitu
sudah mampu melaksanakan semua butir amatan dan sudah mencapai skor
sesuai yang ditargetkan peneliti yaitu 80%. Prosentase pembelajaran pada
siklus II ini sudah mengalami peningkatan mencapai 96% sehingga tidak
dilaksanakan siklus berikutnya. Hasil penelitian menjelaskan adanya peningkatan
dengan hipotesis yang berbunyi “Melalui metode bermain peran dapat
8
meningkatkan interaksi sosial pada anak TK Pertiwi Pablengan matesih
Karanganyar tahun 2012” diterima kebenarannya ”
Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada siklus I, siklus II, dapat
diketahui bahwa kemampuan interaksi sosial anak mengalami peningkatan pada
prasiklus 50%, pada siklus I mencapai 70%, pada siklus II mencapai 96%.
Berdasarkan hasil Prosentase kemampuan interaksi sosial anak dari prasiklus
mengalami peningkatan hanya sebesar 20%, hal ini dikarenakan pada siklus
I anak masih pertama kali melakukan kegitan bermain peran, masih kurang
berani bertanya ataupun menjawab pertanya dari guru, dan masih belum mengerti
peranya. Prosentase peningkatan kemampuan interaksi sosial anak siklus II
mengalami peningkatan yang signifikan yaitu 26%, hal ini dikarenakan anak
– anak sudah mengerti peranya, anak – anak mampu menjawab pertanya dari
guru, anak sudah mampu menyelesaikan tugas denga gembiran dan hasil yang
baik.
Penelitian tersebut diatas maka penelitian ini telah mendukung adanya
penelitian yang dilakukan oleh Yulia Siska (2011) tentang “Penerapan metode
bermain peran (role playing) dalam meningkatkan ketrampilan sosial
dan
ketrampilan berbicara anak usia dini” (PTK di Kelas B Taman Kanak-kanak AlKautsar Bandarlampung Tahun Ajaran 2010-2011). Penelitian ini menyimpulkan
bahwa terdapat peningkatan ketrampilan sosial dan ketrampilan berbahasa anak
setelah diajar menggunakan metode bermain peran.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka
peneliti dapat mengambil kesimpulan penelitian sebagai berikut:
9
Tindakan perbaikan
menggunakan pembelajaran bermain peran
berhasil
meningkatkan keberanian anak dalam pembelajaran di kelas pada anak TK
Pertiwi Pablengan Matesih Karanganyar.
Tindakan perbaikan menggunakan pembelajaran
bermain peran
berhasil
meningkatkan keaktifan anak dalam pembelajaran di kelas pada anak TK Pertiwi
Pablengan Matesih Karanganyar.
Tindakan perbaikan menggunakan pembelajaran bermain peran
berhasil
meningkatkan interaksi sosial anak dalam pembelajaran di kelas pada anak TK
Pertiwi Pablengan Matesih Karanganyar.
Implikasi
Berdasarkan simpulan penelitian ini, maka implikasi penelitian ini adalah :Guru
harus menerapkan metode agar anak tidak jenuh dalam mengikuti pembelajaran.
Peningkatan pembelajaran interaksi sosial melalui metode bermain peran terbukti
dapat meningkatkan interaksi sosial anak kelompok B TK Pertiwi Pablengan
Matesih
Karanganyar
pada
lingkup perkembangan sosial.
Keberhasilan
penggunaan metode bermain peran telah mammpu mengubah paradigma tentang
peran guru dalam proses pembelajaran.
Penelitian ini memberikan suatau gambaran yang jelas bahwa keberhasilan
pembelajaran ditentukan beberapa faktor, yaitu faktor dari guru dan dari anak.
Faktor dari guru yaitu keammpuan guru dalam mengajar,memotivator dan
mendidika anak dalam belajar. Sedangkan faktor dari anak yaitu keterlibatan anak
tersebut dalam belajar.
10
Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini, maka peneliti
dapat memberikan saran-saran sebagai berikut:
Bagi Siswa adalah anak didik hendaknya meningkatkan keberanian dan keaktifan
mereka dalam proses belajar, sehingga anak mampu mengikuti pembelajaran di
kelas dengan baik.
Bagi Guru adalah hasil penelitian ini dapat menjadi acuan guru untuk dapat
menerapkan model pembelajaran bermain peran dalam rangka meningkatkan
interaksi sosial anak sehingga hasil pembelajaran yang lebih baik.
Bagi Sekolah adalah pihak sekolah hendaknya memberikan keleluasaan dan
dorongan kepada guru yang melakukan inovasi pembelajaran. Sekolah hendaknya
memfasilitasi guru yang ingin berinovasi dalam pembelajaran, sehingga pada
akhirnya diperoleh metode pembelajaran apa yang paling sesuai dengan
karakteristik anak, sehingga kemampuan interaksi anak didik dapat tercapai
dengan optimal.
11
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2000. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Berland, Arvin. 1999. Sosiologi. Jakarta: CV Rajawali.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.1989.Kamus Besar
Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. 2010. Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Kemendiknas.
Djamarah dan Zain. 1996. Stategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Gunawan, Ari. 2000. Sosiologi Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta.
Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press.
Hayati, Nur. 2005. ”Strategi Peningkatan Perilaku Asertif Anak Usia Dini
Melalui Pembelajaran Bermain Peran”. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
http://forum.dudung.net.index.php?topic=14147.15
Musfiroh, Tadkiroatun. 2005. Bermain Sambil Belajar Dan Mengasah
Kecerdasan. Jakarta: Dikti.
Riyanto, Theo FC dkk. 2004.
Grasinda.
Pendidikan Pada Anak Usia Dini. Jakarta:
Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Premada
Media Group.
12
Santi, Danar. 2009. Pendidikan Anak usia Dini Antara Teori Dan Praktek.
Jakarta: PT. Indeks.
Siska, Yulia. 2011. “Penerapan metode bermain peran (role playing) dalam
meningkatkan ketrampilan sosial dan ketrampilan berbicara anak usia
dini” (PTK di Kelas B Taman Kanak-kanak Al-Kautsar Bandarlampung
Tahun Ajaran 2010-2011). Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Suhardjono. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Kegiatan Pengembangan
Profesi Guru. Jakarta: Bumi Aksara.
Zaini, Hizyam dkk. 2009. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan
Madani.
13
Download