BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Teori Produksi
Suparmoko (1994) mengatakan bahwa produksi adalah tranasformasi atau
pengubahan faktor produksi menjadi barang produksi, atau suatu proses input
(masukan) diubah menjadi output (keluaran). Efesiensi produksi tercipta pada saat
output dihasilkan dengan biaya paling rendah untuk suatu jangka waktu tertentu. Oleh
karena itu,efesiensi produksi tergantung proporsi dari input yang digunakan
diterjemahkan dalam biaya produksi.
Produksi adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan manfaat dengan cara
mengkombinasikan
faktor-faktor
produksi
kapital,
tenaga
kerja,
teknologi,
managerial skill. Produksi atau memproduksi adalah menambah kegunaan (nilai
guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila diberikan manfaat
baru atau lebih dari bentuk semula. Fungsi produksi adalah hubungan teknis antara
input dan output. Produksi merupakan usaha untuk meningkatkan manfaat dengan
cara mengubah bentuk (form utility), memidahkan tempat (place utility), dan
menyimpan (store utility), dan hubungan teknis yang dimaksud adalah bahwa
produksi hanya bisa dilakukan dengan menggunakan faktor produksi yang dimaksud.
Untuk memproduksi dibutuhkan faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang
10
dihasilkan. Faktor-faktor produksi dikenal juga dengan istilah input dan jumlah
produksi selalu dengan output. Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk
rumus, yaitu seperti berikut :
Q = f (K,L,R,T)
Dimana K adalah jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja yang
meliputi tenaga kerja dan keahlian keusahawan, R adalah kekayaan alam dan T
adalah tingkat teknologi yang digunakan. Q adalah jumlah produksi yang dihasilkan
oleh berbagai jenis faktor-faktor produksi tersebut, yaitu secara bersama digunakan
untuk memproduksi barang yang sedang di analisis sifat produksi.
Persamaan tersebut merupakan suatu pernyataan matematik yang pada
dasaranya bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung kepada jumlah modal,
jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam dan tingkat teknologi yang digunakan.
Jumlah produksi yang berbeda-beda dengan sendirinya akan memerlukan berbagai
faktor produksi tersebut dalam jumlah yang berbeda-beda juga. Di samping itu, untuk
tingkat produksi tertentu, dapat digunakan gabungan faktor produksi yang berbeda
(Sadono Sukirno, 2006).
Law of diminishing return yang menyatakan “ bila satu macam input (labor)
penggunanya terus ditambah sebanyak satu unit, sedangkan input-input yang lain
konstan, pada mulanya produksi total semakin banyak bertambahnya. Tetapi sudah
mencapai suatu tingkat tertentu produksi tambahan tersebut semakin menurun dan
11
akhirnya mencapai nilai negatif. Keadaan ini akan menyebabkan produksi total
semakin lambat bertambahnya, akhirnya mencapai tingkat maksimum dan kemudian
menurun.
1. Marginal Produck (MP) of labor (MPL) = extra output perunit change in labor
used , MPL = DTP/DL
2. Average produck AP of labor (APL) = total product divede by the quantity of
labor used . APL = TP
Hubungan antara total product (TP), marginal product (MP) dan average
product AP dapat digambarkan secara grafik seperti pada gambar berikut ini:
TP
Sumbu horizontal
Tahap I
Tahap II
tahap III
TPL
APL
0
(K,L)
MPL
12
Gambar 2.1
Kurva Law Of Diminishing Return
Gambar di atas menjelaskan bahwa antara titik A, dan C adalah pertambahan
produksi. Titik C adalah Total Produksi mencapai maksimum artinya tambahan input
tidak lagi menyebabkan tambahan output atau produksi yang semakin berkurang
(Law of diminishing marginal productivity) marjinal (MP) adalah nol (C’).
Sedangkan AP mencapai maksimum adalah pada saat elastisitas sama dengan 1 dan
AP berpotongan dengan MP artinya rata-rata sama dengan tambahan output akibat
tambahan 1 unit input produksi, dengan asumsi faktor produksi lain dianggap
konstan.
2.1.2
Tahap-Tahap Produksi
Pada hakikatnya the law of diminishing return menyatakan bahwa hubungan
antara tingkat produksi dan jumlah input tenaga kerja yang digunakan dapat
dibedakan menjadi 3 tahap
Tahap Pertama, Produksi total (total product) mengalami pertambahan yang
semakin cepat. Tahap ini dimulai dari titik origin semakin kesatu titik pada kurva
total product dimana AP (produksi rata-rata) maksimum pada titik in AP=MP
(marginal product)
13
Tahap Kedua, Produksi total (total product) pertambahanya semakin lama semakin
kecil. Tahap II ini dimulai dari titik AP maksimum sampai titik dimana MP=0 atau
TP maksimum
Tahap Ketiga, Produksi total (total product) semakin lama semakin menurun. Tahap
III ini meliputi daerah dimana MP negatif : Inflection point (titik belok) : yaitu titk
dimana slope (lereng kurva total product (TP) mulai berubah .
2.1.3
Teori Produksi Dengan 2 Variabel
Teori produksi dengan menggunakan dua variabel adalah kombinasi antara
faktor produksi tenaga kerja denga modal. Dalam berproduksi, seorang produsen
tentu saja diperhadapkan pada bagian menggunakan faktor produksi secara efesien
untuk hasil yang maksimum. Oleh karena itu, produsen akan berusaha mencari
kombinasi terbaik antara dua faktor input tersebut. Hasil produksi dalam teori ini
akan ditunjukan oleh suatu kurva yang diberi nama isoquaant curve (biasanya disebut
isoquant sisi, sedangkan biaya yang digunakan dalam rangka menghasilkan produk
tersebut isocost (biaya sama). Berikut adalah gambar dan penjelasan isoquant isocost
curve :
14
K
K*
Isoquant
Isocost
0
L*
L
Gambar 2.2
Kurva Isoquant Dan Isocost
Sumber : Miller dan Roger E Meiners, 2000
a.
Isoquant (kurva produksi sama)
Isoquant adalah kurva yang menggambarkan kombinasi dua macam input
(faktor produksi) untuk menghasilkan output/produksi yang sama jumlahnya. Bentuk
kurva isoquant bermacam-macam, bisa linier apabila kombinasi antar input tersebut
memberikan perubahan yang proposional bila salah satunya berubah, dan dapat juga
cembung dari titik orgin (seperti kurva indifference). Yang terpenting adalah bahwa
isoquant tidak berupa garis lurus vertical maupun horizontal, karena lazimnya tidak
untuk menghasilkan barang dalam jumlah tak hingga atau nol dengan menggunakan
jumlah faktor produksi terbatas. Oleh karena itu, kurva isoquant akan terbatas batas
atas, yaitu titik merupakan kombinasi input dalam jumlah tidak atau 0 dan batas
bawah yang merupakan kombinasi tak hingga dari input.
15
Cirri-ciri isoquant :
1. Memunyai kemiringan negatif
2. Semakin kekanan kedudukan isoquant menunjukan semakin tinggi jumlah
output.
3. Isoquant tidak pernah berpotongan dengan isoquant yang lainnya.
4. Isoquant cembung ketitik orgin.
a.
Isocost
Isocost adalah salah satu kurva yang menggambarkan biaya yang dikeluarkan
oleh produsen dalam rangka berproduksi dengan menggunakan beberapa faktor input
tertentu. Isocost membatasi dan membedakan kemampuan produksi dan produsen.
Semakin besar isocostnya, maka semakin besar pula hasil yang dapat diperoleh.
Sebaliknya, semakin kecil isocost semakin kecil juga hasilnya.
Kurva isocost dapat berslope negatif dan positif. Negatif apabila ada penambahan
satu unit input maka menyebabkan penurunan pemakai input. Sebaliknya bila input
lain dikurangi maka akan menyebabkan input yang satunya akan bertambah.
Kemudian kurva isocost berslope positif, yaitu hanya sebagai pemuasan kebutuhan
yang dipetakan oleh kurva indifference sifatnya tidak efesien, karena bila produsen
menambah input yang satu, maka input yang lainnya juga bertambah, dan begitu juga
sebaliknya.
16
2.1.4
Kegiatan produksi
Merupakan salah satu aktivitas ekonomi yang sangat menunjang selain
kegiatan konsumsi. Tanpa adanya kegiatan produksi, konsumen tidak dapat
mengkonsumsi barang dimana jasa yang dibutuhkannya. Kegiatan produksi dan
kegiatan konsumsi adalah mata rantai yang saling berkaitan dan tidak bisa dilepaskan.
Dalam kehidupan sehari-hari, apabila kita mendengar kata produksi, maka
yang terbayang di fikiran kita adalah suatu kegiatan besar yang memerlukan peralatan
yang canggih dan menggunakan ribuan tenaga kerja untuk mengerjakannya.
Sebenarnya perkiraan tersebut tidak benar. Produksi adalah kegiatan menambah nilai
guna suatu barang atau jasa untuk keperluan orang banyak, jadi tidak semua kegiatan
menambah nilai guna suatu barang dapat dikatakan proses produksi. Pada saat
kebutuhan manusia masih sedikit dan sederhana, kegiatan produksi dan konsumsi
seringkali dilakukan sendiri, yaitu seseorang memproduksi untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri. Namun, seiring dengan semakin beragamnya kebutuhan dan
keterbatasan sumber daya, sehingga seseorang tidak dapat lagi memproduksi sendiri
barang dan jasa yang dibutuhkannya, sehingga ia membutuhkan pihak lain untuk
memproduksi apa yang menjadi kebutuhannya tersebut. Secara teknis produksi dapat
diartikan sebagai suatu proses mentransformasikan input menjadi output, tetapi
pengertian produksi dalam ilmu ekonomi mencakup tujuan kegiatan menghasilkan
output serta karakter yang melekat padanya.
17
2.1.4.1 Tenaga Kerja
Menurut Mulyadi (2003), tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja
(berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu Negara yang dapat
memproduksi barang dan jasa jika permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika
mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Sedangkan menurut Rosyidi
(2004:57) bahwa tenaga kerja menunjukan pada kemampuan manusiawi yang dapat
disumbangkan untuk memungkinkan dilakukannya produksi barang-barang dan jasajasa sehingga dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja adalah penduduk dalam usia
kerja (berusia 15-64 Tahun) atau tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan. Baik
didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003, tenaga
kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun
diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang
ketenaga kerjaan ketetapan batas usia kerja penduduk Indonesia adalah 15 tahun.
Badan Pusat Statistik membagi tenaga kerja menjadi 3 (tiga) macam yaitu :
1. Tenaga kerja penuh (full employed), adalah tenaga kerja yang mempunyai
jumlah jam kerja > 35 jam dalam seminggu dengan hasil kerja tertentu sesuai
dengan uraian tugas.
18
2. Tenaga kerja tidak penuh atau setengah pengangguran (under employed),
adalah tenaga kerja dengan jam kerja < 35 jam dalam seminggu.
3. Tenaga
kerja
yang
belum
bekerja
atau
sementara
tidak
bekerja
(unemployement), adalah tenaga kerja dengan jam kerja < 1 jam per-minggu.
Setiap produksi yang akan dilaksanankan pasti akan memerlukan tenaga kerja.
Tenaga kerja bukan saja berarti buruh yang terdapat dalam perekonomian. Arti tenaga
kerja meliputi juga keahlian dan keterampilan yang mereka miliki. Dari segi keahlian
dan pendidikan tenaga kerja dibedakan kepada tiga golongan :
a. Tenaga kerja kasar, yaitu tenaga kerja yang tidak berpendidikan atau
berpendidikan rendah dan tidak mempunyai keahlian dalam suatu bidang
pekerjaan.
b. Tenaga kerja terampil, yaitu tenaga kerja yang memiliki keahlian dari
pendidikan dan pengalaman kerja.
c. Tenaga kerja terdidik, yaitu tenaga kerja yang mempunyai pendidikan yang
tinggi dan ahli dalam bidang-bidang tertentu.
Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor yang terpenting dan perlu
diperhitungkan dalam proses produksi, bukan hanya dilihat dari ketersediaannya
tenaga kerja tetapi kualitas dan macam tenaga kerja. Spesialisasi dan pembagian kerja
menimbulkan peningkatan produktivitas. Keduanya membawa kearah ekonomi
produksi skala besar yang selanjutnya membantu perkembangan industri, pembagian
19
kerja menghasilkan pembagian kemampuan produksi para pekerja, setiap pekerjaan
menjadi lebih efesien dari sebelumnya (Simanjuntak,1995).
2.1.4.2 Bahan Baku
Pengertian bahan baku menurut Zaki Badriwan (2008 : 150) adalah, “barangbarang yang akan menjadi bagian dari produk jadi yang akan mudah dapat diikuti
biayanya”. Adapun jenis-jenis bahan baku menurut Gunawan Adisaputro dan
Marwan Asri (2011 : 185) :
1. Bahan Baku Langsung
Bahan baku langsung atau direct material adalah bahan baku yang dihasilkan.
Biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku langsung ini mempunyai
hubungan yang erat dan sebanding dengan jumlah barang jadi yang dihasilkan.
2. Bahan Baku Tidak Langsung
Bahan baku tidak langsung atau disebut juga dengan indirect material adalah
bahan baku yang ikut berperan dalam proses produksi tetapi todak secara langsung
pada barang jadi yang dihasilkan.
Dalam penelitian ini, yang dimaksud adalah bahan baku langsung, yaitu bahan
baku yang merupakan bagaian dari barang jadi yang mempunyai hubungan erat dan
sebandung dengan jumlah barang jadi yang dihasilkan.
20
Bahan baku rotan yang digunakan oleh industry-industri rotan Kabupaten
Cirebon berbagai macam jenisnya, diantaranya Core 13, rotan CL asalan, fitrit
2,8mm, manao assalan, sembabo asalan dan lain sebagainya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa “pasokan bahan baku
adalah sejumlah material yang disimpan dan dirawat oleh perusahaan yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan industri dalam rangka memperlancar proses produksi”.
Tujuan dari diadakannya pasokan bahan baku rotan adalah agar tersedianya bahan
baku yang diperlukan untuk kegiatan produksi pengolahan rotan. Dengan
tercukupinya pasokan bahan baku yang diperlukan maka akan memperlancar proses
produksi pengolahan rotan.
2.1.4.3 Rantai Distribusi Bahan Baku Rotan
Rantai distribusi pasokan rotan terdiri dari beberapa pelaku yaitu petani
pemungut rotan, pengumpul besar lokal, pedagang antar pulau, industri rotan,
eksportir rotan seperti tampak pada gambar 1.1 di bawah ini. Jaringan rantai pasokan
rotan pada gambar 1.1 menunjukan adanya keterkaitan antara pelaku dalam jaringan
rantai pasokan rotan.
Petani/Pemungut Rotan
Petani/Pemungut Rotan
21
Pengumpul
Pengumpul besar
lokal
Pedagang antar
pulau
Pemasok Lokal
Pengrajin rotan
Pengrajin rotan
Industri Rotan
Eksportir Barang Jadi
Rotan
Konsumen Domestik
Gambar 2.3
Rantai Pasokan Bahan Baku Rotan
Petani/pemungut rotan mentah mendistribusikan rotan tersebut kepada
pengumpul. Biasanya dari beberapa kelompok petani/pemungut rotan diserahkan
kepada pengumpul diwilayah tertentu pengumpul-pengumpul ini akan menyerahkan
22
kepada pengumpul besar lokal di wilayah dalam pulau tersebut terutama di masingmasing pulau yaitu Kalimantan dan Sulawesi. Pengumpul besar lokal akan
mendistribusikan rotan mentah ini langsung kepada pedagang antar pulau namun ada
juga pengumpuk besar ini yang melakukan proses pengolahan rotan mentah terlebih
dahulu baru mendistribusikan kepada pedagang antar pulau.
Distribusi rotan mentah di Pulau Jawa selanjutnya diterima oleh pemasok
lokal. Pemasok lokal ini lah yang mendistribusikan rotan mentah maupun rotan
setengah jadi kepada pengrajin rotan ataupun langsung ke industri besar penghasil
barang jadi rotan. Pengrajin rotan merupakan pelaku dalam jaringan rantai pasokan
rotan yang mengolah rotan mentah da rotan setengah jadi hingga menjadi produkproduk berupa furniture. Barang kerajinan dan barang-barang ekspor lainnya,
beberapa pengrajin rotan merupakan pengrajin independen yang dapat langsung
menjual produk hasil olahannya kepada konsumen domestik. Namun beberapa
pengrajin merupakan pemasok utama bahan baku untuk produk-produk ekspor
industri rotan. Biasanya dilakukan dalam sub kontrak dengan industri besar penghasil
barang jadi rotan.
Distribusi produk selanjutnya dilakukan kepada eksportir barang barang jadi
rotan dan kepada konsumen domestik. Beberapa industri besar penghasil barang jadi
rotan juga merangkap sebagai eksportir barang jadi. Sehingga tidak melalui perantara
dalam perdagangan ekspor. Namun sebagaian menggunakan jasa eksportir rotan.
Gambaran jaringan pasokan rotan diatas melibatkan beberapa asosiasi pengusaha.
23
Asosiasi tersebut yaitu Asosiasi Pengusaha Rotan Indonesia (APRI), Asosiasi
Pengusaha Eksportir Rotan Indonesia (ASPERI), Asosiasi Pengusaha Mebeul
Indonesia (ASMINDO). Dukungan jaringan transportasi sangat diperlukan dalam
jaringan pasokan ini.
Jenis-jenis rotan yang banyak digunakan adalah sebagai berikut :
1.
Rotan batangan, digunakan untuk rangka dan siku
2.
Core (diameter 5mm-16mm) rotan batangan diameter kecil, digunakan
untuk jari-jari
3.
Pitrit (diameter 1mm-5mm) berasal dari rotan batangan yang diolah
menjadi berdiameter kecil. Digunakan untuk anyaman mebel dan
keranjang.
4.
Lasio/ikatan, berasal dari sayatan kulit luar rotan batangan digunakan
untuk ikatan.
Anatomi rotan selain batangan, kulitnya yang sudah kering, juga dapat
digunakan sebagai pengikat antara potongan batang-batang rotan yang sudah
dibentuk dan menjadi rangka dasar pembuatan mebel.
1.
Rotan taman/rotan sega/rotan poei (calamus caessius BI)
2.
Rotan irit/rotan jahab/rotan jahab palari (calamus thracycileus becc)
3.
Rotan sembabu/rotan bayung/rotan kertas (calamus spicionum bacc)
4.
Rotan tohirit/rotan Tahiti (colomus inop becc).
24
2.1.5
5.
Rotan manau/rotan moring (colomus manau Riq).
6.
Rotan koobo (farayeinetia javanesis).
Teori Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional adalah pertukaran barang dan jasa yang dilakukan
oleh penduduk suatu Negara dengan penduduk Negara lain berdasarkan atas
kehendak sukarela anatara penjual dan pembeli sehingga diantara keduanya mendapat
manfaat yang dapat dirasakan oleh masing-masing pihak. (Michael P. Todaro,2002)
Pengertian penting dalam perdagangan inetrnasional adalah gagasan tentang
adanya keuntungan perdagangan, yaitu apabila suatu Negara menjual suatu barang
dan jasa kepada Negara lain maka masing-masing Negara akan memperoleh
keuntungan akan perdagangan tersebut. Spesialisasi internasional yang dapat
memberikan manfaat perdagangan (gains from trade) dapat berupa kenaikan produksi
serta konsumsi barang-barang dan jasa. Dengan melakukan spesialisasi perdagangan
internasional masing-masing Negara akan berusaha melakukan produksinya pada
barang-barang tertentu yang sesuai dengan keuntungan yang dimilikinya, baik
keuntungan ilmiah (natural advantage) atau keuntungan yang diperkembangkan
(acquired advantage), keuntungan ilmiah adalah keuntungan yang diperoleh karena
suatu Negara memiliki sumber daya alam yang tidak dimiliki oleh Negara lain, baik
dalam segi kualitas maupun kuantitas. Sedangkan keuntungan yang dikembangkan
adalah
keuntungan
yang
diperoleh
karena
suatu
Negara
telah
mampu
25
mengembangkan kemampuan dan keterampilan dalam menghasilkan produkproduknya yang diperdagangkan yang belum dimiliki oleh Negara lain (Soelistyo,
1993).
Terbukanya sistem perekonomian suatu Negara sangat ditentukan oleh
kontribusi perdagangan dengan Negara lain berupa ekspor dan impor dalam
pendapatan nasional (PDB). Oleh karena itu komponen ekspor dan impor dimasukan
kedalam perhitungan pendapatan nasional didalam perekonomian terbuka. (Olivier
Blachard, 1996).
2.1.5.1 Teori Keunggulan Absolut
Teori keunggulan absolut adalah dari Adam Smith sering disebut sebagai teori
murni perdagangan internasioanl. Dasar pemikiran dari teori ini adalah bahwa semua
Negara akan melakukan spesialisasi dan suatu jenis barang tertentu mana Negara
tersebut memiliki keunggulan absolut ( absolute advantage) dan tidak memproduksi
atau akan memlakukan impor jenis barang lain mana di Negara-negara tersebut tidak
mempunyai keunggulan absolut (absolute disadvantage) terhadap Negara lain yang
memproduksi barang jenis.
Menurut Adam Smith, perdagangan antara dua Negara didasarkan pada
keunggulan absolut (absolute advantage). Jika sebuah Negara lebih efesien daripada
(atau memiliki keunggulan absolut terhadap) Negara lain dengan memproduksi
komoditi lainnya, maka kedua negara tersebut akan memperoleh keuntungan dengan
26
cara masing-masing melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang
dimiliki keunggulan absolut, dan menukarnya dengan komoditi yang lain memiliki
kerugian absolut. Melalui proses ini, sumber daya kedua Negara dapat digunakan
dengan cara yang paling efesien. Output kedua komoditi yang diproduksikan akan
meningkat. Peningkatan dalam output ini akan mengukur keuntungan dari spesialisasi
produksi untuk kedua Negara yang melakukan perdagangan (Salvatore, 1997:25).
2.1.5.2 Teori Keunggulan Komperativ David Ricardo
Menurut Hukum Keunggulan Komparativ yang dikemukan oleh David
Ricado, meskipun sebuah Negara kurang efesien disbanding (atau yang memiliki
kerugian absolut terhadap) Negara lain dalam memproduksi kedua komoditi, namun
mesih tetap terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua
belah pihak, maka Negara pertama harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi
dan mengekspor komoditi yang dimiliki. kerugian absolut lebih kecil (ini merupakan
komoditi dengan unggulan komparativ) dan mengimpor dengan komoditi yang
memiliki kerugian absolut lebih besar (komoditi ini memiliki kerugian komperativ.
(Salvatore, 1997:15).
David Ricardo mendasarkan hukum keunggulan komparativnya pada
sejumlah asumsi yang disederhanakan, yaitu : (1). Hanya terdapat dua Negara dan
dua komoditi, (2). Perdagangan bersifat bebas, (3). Terdapat mobilitas tenaga kerja
yang sempurna didalam Negara namun tidak ada mobilitas antar dua Negara, (4).
27
Biaya produksi konstan, (5). Tidak terdapat biaya transportasi, (6). Tidak ada
perubahan teknologi, dan (7). Menggunakan teori tenaga kerja. Sementara asumsi
yang ke tujuh (yaitu teori nilai tenaga kerja) tidaklah berlaku seharusnya tidak
menggunakan untuk menjelaskan keunggulan komparativ.
Manurut teori nilai tenaga kerja, nilai atau harga suatu komoditi tergantung
dari jumlah tenaga kerja yang dipergunakan untuk komoditi tersebut. Pertanyaan ini
membawa implikasi bahwa (1). Setiap tenaga kerja satu-satunya faktor produksi,
atau tenaga kerja digunakan dalam proporsi dan tetap dan sama jumlahnya dalam
membuat sama komoditi, dan (2). Tenaga kerja bersifat homogen (yakni satu jenis).
Karena kedua asumsi ini tidak benar, atau tidak dapat mendasrkan penjelasan
mengenai keunggulan komparatif pada teori nilai tenaga kerja.
2.1.6
Manfaat Perdagangan Internasional
Manfaat perdagangan internasional menurut Boediono (1991:135) adalah
sebagai berikut :
1.
Produksi
a. Dapat meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan dari luar
negeri, dan memungkinkan mangadakan spesialisasi.
b. Dengan meningkatnya produksi maka pendapatan akan meningkatkan
sehingga kemungkinan untuk meningkatkan investasi juga.
28
c. Dengan
meningkatnya
pemanfaatan
sumber
investasi
daya
secara
maka
akan
optimal,
meningkatkan
sebagai
tingkat
produktivitas dan efesiensi produksin meningkat.
d. Adanya pengalihan teknologi terutama dari barang-barang yang
diperdagangkan yang berasal dari Negara lain.
2.
Konsumsi
a. Jumlah barang dan jenis barang yang diperdagangkan semakin
bertambah sehingga akan meningkatkan konsumsi dalam negeri.
b. Adnya pengaruh Demonstration Effect (Efek Demonstrasi)
Pengaruh positif
Terjadi apabila peningkatan barang-barang yang dikonsumsi akan
mendorong peningkatan barang-barang yang diproduksi didalam
negeri.
Pengaruh negatif
Kecenderungan untuk mengikuti kebiasaan konsumsi orang-orang luar
negeri yang belum tentu sesuai dengan perkembangan ekonomi di
Negara yang bersangkutan terutama pendapatannya.
3.
Harga
a. Bagi Negara pengekspor, harga barang jadi meningkat sehingga
keuntungan meningkat dan akhirnya pendapatan akan meningkat.
29
b. Bagi Negara pengimpor, harga yang mengalami penurunan sehingga
daya beli akan meningkat.
Sebagian kesimpulan, menurut teori klasik Adam Smith, suatu Negara
memperoleh manfaat dari perdagngan internasional (gain from trade) dan
meningkatkan kemakmurannya bila (a). terdapat free trade (perdagangan bebas), dan
(b). melakukan spesialisai berdasarkan keunggulan absolute (absolute advantage)
yang dimiliki.
2.1.7
Pengertian Ekspor
Ekspor adalah kegiatan pengiriman barang keluar negeri yang disertai
dokumen-dokumen resmi (Soediyono,1989). Penentuan barang ekspor itu tergantung
dari sistem yang dilakukan oleh Negara yang bersangkutan, ada yang berdasarkan
free on borrad (f.o.b) yaitu barang yang di ekspor dihitung sampai kapal pada
pelabuhan Negara pengekspor dengan pelabuhan Negara pengimpor dan biaya
asuransi, maka nilai ekspor disebut nilai ekspor cost insurance freight (c.i.f).
Ekspor merupakan suatu barang, jasa atau asset modal fisik yang dijual keluar
negeri. (Bryan,1997 : 218-219).
1.
Suatu barang yang diproduksi dan secara fisik diangkut dan dijual
dipasar luar negeri, kemudian diperoleh penerimaan dalam mata uang
asing. Ekspor ini yang disebut ekspor yang dapat dilihat (visible
exsport).
30
2.
Suatu jasa yang disediakan bagi orang asing baik dalam negeri (sebagai
contoh, perbankan dan asuransi) yang keduanya mata uang asing.
Ekspor ini yang disebut ekspor yang tidak dapat dilihat (invisible
exsport).
3.
Modal yang ditempatkan diluar negeri dalam bentuk portofolio,
investasi asing luar negeri dalam bentuk asset fisik dan deposito bank
disebut ekspor modal (capital exsport).
Berdasarkan model spesifikasi yang telah dibuat Rana dan Dowling
memperluas persamaan dengan memasukkan variabel ekspor. Alasan memasukan
variabel ekspor adalah:
1.
Ekspor mendorong pemerintah untuk memproduksi barang-barang
tertentu yang ada nilai keunggulan komparatifnya. Hasil yang diperoleh
dari ekspor dapat digunakan untuk investasi dan sumberdaya yang
dapat dihemat dari proses keunggulan komparativnya, hal ini dapat
digunakan untuk investasi.
2.
Ekspor memberikan jalan keluar atas surplus barang yang tidak
dikonsumsi di dalam negeri.
3.
Ekspor memperluas kemungkinan produksi melalui kompetisi,
pemasukan teknologi dan ilmu pengetahuan baru sehingga diperoleh
keuntungan dari perdagangan.
31
4.
Ekspor memungkinkan pemerintah membeli barang dan jasa dari luar
negeri karena dalam kondisi tidak ada barang subtitusi domestik maka
impor dapat mengatasi masalah dalam produksi dan pertumbuhan
ekonomi.
Keunggulan komparatif menjelaskan 3 (tiga) keuntumgan perdagangan yaitu,
(1) Negara manapun dapat meningkatkan pendapatan dengan adanya perdagangan,
sebab pasar dunia menyediakan kesempatan untuk membeli barang-barang yang
harganya relatif lebih rendah dibandingkan harga dalam negeri jika tidak ada
perdagangan. (2) Negara berpotensi mendapat keuntungan yang besar dari
perdagangan. (3) suatu negara akan mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dari
komoditi ekspor yang diproduksi, dengan menggunakan faktor-faktor produksi secara
intensif, sementara untuk mengimpor barang-barang yang relatif lebih banyak
memerlukan faktor-faktor produksi langka. (Malcom Gillis, 1992: 413-414).
Hubungan ekspor dengan pembangunan juga bisa dijelaskan secara tidak
langsung melalui hubungan antara pendapatan dan permintaan untuk barang
konsumsi. Permintaan ekspor naik akan menyebabkan peningkatan produk dalam
negeri yang pada gilirannya akan membuka lapangan pekerjaan yang cukup banyak,
sehingga angkatan kerja yang tertampung dan secara tidak langsung akan
meningkatkan pendapatan. Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat,
maka
tingkat konsumsi masyarakat akan meningkat sehingga pada gilirannya akan
32
mengimpor barang-barang konsumsi seperti makanan, pakaian, sepatu, furniture,
radio dan lain-lain.
2.1.7.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Ekspor
1.
Kebijakan Pemerintah di Bidang Perdagangan Luar Negeri
Apabila pemerintah memberikan kemudahan kepada Negara eksportir,
ekspor terdorong untuk meningkatkan ekspor. Kemudahan-kemudahan
tersebut antara lain penyederhanaan prosedur ekspor, penghapusan
berbagai biaya ekspor, pemberian fasilitas produksi barang-barang ekspor,
penyediaan sarana ekspor.
2.
Keadaan Pasar di Luar Negeri Dan Dalam Negeri
Kekuatan permintaan dan penawaran dan berbagai Negara dapat
mempengaruhi harga di pasar dunia. Apabila jumlah barang yang diminta
dipasar dunia lebih banyak dari pada jumlah yang di tawarkan, maka
harga cenderung naik. Keadaan ini akan mendorong para eksportir untuk
meningkatkan ekspor.
3.
Kelincahan Ekspor untuk Memanfaatkan Peluang Pasar
Eksportir harus pandai mencari dan memanfaatkan peluang pasar. Dengan
kepandaian tersebut, mereka dapat memeroleh wilayah pemasaran yang
luas. Oleh karena itu, para eksportir harus ahli di bidang strategi
pemasaran.
33
2.1.7.2 Manfaat Kegiatan Ekspor
Kegiatan eksor membawa banyak manfaat bagi masyarakat. Berikut ini
manfaat kegiatan ekspor sebagai berikut :
a.
Memperluas Pasar Bagi Produk Indonesia
kegiatan ekspor merupakan salah satu cara untuk memasarkan produk
Indonesia ke luar negeri.
Misalnya, pakaian batik merupakan salah satu produk Indonesia nyang
dikenal oleh masyarakat dunia. Apabila permintaan terhadap pakaian batik
buatan Indonesia semakin meningkat, pendapatan para produsen batik
semakin besar.
Dengan demikian, kegiatan batik di Indonesia akan semakin berkembang.
b.
Menambah Devisa Negara
perdagangan antar Negara memungkinkan eksportir Indonesia untuk
menjual barang kepada masyarakat luar negeri. Transaksi ini dapat
menambah penerimaan devisa Negara. Dengan demikian, kekayaan
Negara akan bertambah karena devisa merupakan salah satu sumber
penerimaan Negara.
c.
Memperluas Lapangan Kerja
Kegiatan ekspor akan membuka lapangan kerja bagi masyarkat. Dengan
semakin luasnya pasar bagi produk Indonesia, kegiatan produksi didalam
34
negeri akan meningkat. Semakin banyak pula tenaga kerja yang
dibutuhkan sehingga lapangan kerja semakin luas.
2.2
Penelitian Terdahulu
2.2.1
Yayat Nurhayati dan H. Asep Komar
Judul “ Pengaruh pasokan bahan baku terhadap proses produksi dan tingkat
penjualan pada industri rotan kabupaten Cirebon” oleh Yayat Nurhayati dan H. Asep
Komar. Mengatakan bahwa indutsri secara umum dapat diartikan sebagai kelompok
bisnis tertentu yang memiliki teknik dan model yang sama dalam menghasilkan laba.
Di industri-industri Rotan dikabupaten mengalami penurunan bahkan kebangkrutan
dikarenakan tidak terpenuhinya pasokan bahan baku rotan sehingga proses produksi
tidak lancar. Populasi dalam penelitian ini adalah industri-industri rotan yang
bergabung dalam asmindo komisariat daerah Cirebon. Pemilihan daerah obyek ini
adalah karena didasari bahwa Cirebon merupakan sentar industri pengelolahan rotan
di Indonesia, dan asmindo merupakan salah satu asosiasi yang mewadahi industri
rotan yang ada di Cirebon.
2.2.2
Lalan Gugus Aditma, Edi Yuliyanto dan Wilpop
Judul “Pengaruh Produksi dan nilai tukar terhadap volume ekspor” oleh Lalan
gugus aditama dan Wilpop. Perdagangan internasional itu sendiri mempunyai
peranan yang sangat penting baik di negara maju maupun di negara berkembang.
Pada umumnya negara berkembang seperti Indonesia, dengan melakukan
35
perdagangan internasional khususnya ekspor diharapkan dapat menjadi motor
penggerak ekonomi nasional serta meningkatkan arus pendapatan devisa Negara.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian penjelasan atau
explanatory research dengan pendekatan kuantitatif dan dengan menggunakan
metode analisis regresi liniear berganda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh dua variabel bebas yaitu Produksi (X1) dan Nilai Tukar (X2) terhadap satu
variabel terikat yaitu Volume Ekspor (Y).
2.2.3
Rahardian Prinata dan ketut suardhika pranata
Judul “Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja, Bahan Baku dan Teknologi terhadap
produksi furniture di kota denpasar” oleh Rahardian Prinata dan ketut suardhika
pranata. Membahas tentang sektor industri mempunyai peranan cukup penting
sebagai penunjang perekonomian adalah industri furniture. Dalam perluasaan
lapangan pekerjaan serta mampu memberikan pendapat yang cukup kepada tenaga
kerja. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kuantitatif berupa angka-angka dengan satuan hitung dimana dalam
penelitian ini meliputi jumlah data PDRB dan jumlah industri furniture serta produksi
kursi kayu angka, melainkan meliputi penjelasan-penjelasan teori mengenai jumlah
tenaga kerja, bahan baku dan teknologi dan lain-lainnya. Dan berbagai literature dan
instansi yang terkait seperti BPS, Dinas perindustrian dan perdagangan.
2.2.4
Dermanto Subianto, Kadarisman Hidayat, Sunarti
36
Judul penelitian “pengaruh harga gula internasional dan produksi gula
domestik terhadap volume ekspor gula di Indonesia”. Penelitian ini untuk mengetahui
harga gula internasional dan produksi gula domestik terhadap volume ekspor gula di
Indonesia. Jenis penelitian yang digunaka yaitu penelitian penjelasan dengan
pendekatan kuantitatif. Fokus penelitian ini adalah analisis regersi linier berganda
dengan menggunakan program SPSS 21.0. hasil uji simultan (uji F) menunjukan
bahwa harga gula internasional, produksi gula domestik secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap volume ekspor gula di Indonesia. Sedangkan hasil uji parsial
(uji t), menunjukan bahwa variabel harga gula internasional dan produksi gula
domestik berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor gula di Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian tersbebut. Maka disarankan kepada eksportir gula baik
perusahaan swasta maupun milik pemerintah untuk dapat mempertahankan serta
meningkatkan mutu dan produksi gula domestik.
2.3
Kerangka Pemikiran
Bicara tentang perdagangan internasional maka salah satunya adalah tentang
aktivitas ekspor. Aktivitas ini sangat penting karena ekspor merupakan motor
penggerak perekonomian suatu Negara. “dilakasankannya perdagangan internasional
adalah adanya kemungkinan diperolehnya manfaat tambahan yang disebut gain from
trade” (Soelistyo, 1981 :71)
Ekspor dapat diartikan keluarnya barang dan jasa dari suatu Negara ke Negara
lain. Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) ekspor adalah perdagangan dengan cara
37
mengeluarkan barang dari dalam ke luar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi
ketentuan yang berlaku.
Dengan semakin dinamisnya persaingan pasar global, pemerintah bersama
para pelaku usaha perlu mengupayakan berbagai langkah strategis untuk
mengidentifikasi produk ekspor dan meningkatkan daya saing nasional. Oleh karena
itu langkah nyata yang diwujudkan suatu industri kerajinan rotan untuk
mengembangkan produk ekonomi kreatif berorientasi ekspor adalah dengan cara
strategi pemasaran yang mempunyai peranan yang sangat penting untuk keberhasilan
perusahaan.
Sementara,
pertumbuhan
output
tidak
hanya
mempengaruhi
oleh
perkembangan faktor produksi tradisional (tenaga kerja, bahan baku), tetapi juga
kebijakan pemerintah. Dimasukannya ekspor, disamping tenaga kerja dan capital
dalam fungsi produksi tersebut didasari pada beberapa alasan. Pertaman, ekspansi
ekspor telah memberikan kesempatan bagi terkonsentrasinya investasi pada sektorsektor yang memiliki keunggulan komperativ (comperative adventage). Kedua,
produksi pasar internasional lebih besar memungkuinkan realisasinya skala ekonomi
bagi sektor ekspor. Ketiga, makin luasnya pasar luar negeri maka memperbaiki
teknologi dalam rangka merespon persaingan dalam persaingan yang memungkinkan
mengurangi inefesiensi pada keseluruhan barang-barang yang diperdagangkan.
Keempat, ekspansi ekspor akan mempertinggi kemampuan suatu Negara untuk
mengimpor lebih banyak modal manusia dan modal fisik ( physical and human
38
capital), termasuk teknologi yang lebih maju (advance technology) dalam produksi
dan manajemen.
2.3.1
Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Produksi Kerajinan Rotan
Dalam rangka untuk meningkatkan produksi ekspor kerajinan rotan sangatlah
mempengaruhi kinerja tenaga kerja, yaitu merupakan hasil yang dihasilkan tenaga
kerja untuk mencapai target untuk ekspor barang tersebut sesuai dengan yang di yang
diinginkan barang sesuai barang yang akan diekspor ke Negara tujuan tersebut. Peran
tenaga kerja sangat penting bagi industri karena kinerja dari tenaga kerja tersebut
hasil. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan
dalam proses produksi tetapi kualitas macam tenaga kerja.
Spesialisasi
dalam
pembagian
tenaga
kerja
menimbulkan
tingkat
produktivitas. Keduanya mengarah ekonomi produksi skala besar yang selanjutnya
membantu perkembangan industri, pembagian kerja menghasilkan perbaikan
kemampuan produksi buruh, setiap buruh menjadi lebih efesien dari pada
sebelumnya. Akhirnya produksi meningkat berbagai hal. Jika skala produksi luas,
spesialisasi pembagian tenaga kerja juga luas sehingga akan mendorong produksi
naik, maka dalam proses selanjutnya laju pertumbuhan ekonomi akan naik.
2.3.2
Pengaruh Bahan Baku Terhadap Produksi Kerajinan Rotan
Bahan baku memang sangat penting guna berlangsungnya jumlah produksi.
Sehubungnya dengan menurunnya industri rotan adalah kurangnya pasokan bahan
39
baku yang merupakan bagian dari barang jadi yang mempunyai hubungan erat dan
sebanding dengan barang jadi yang dihasilkan. Sejumlah material yang dirawat oleh
perusahaan untuk memenuhi kebutuhan industri agar tersedianya bahan baku yang
diperlukan untuk kegiatan produksi pengelolahan rotan dengan tercukupinya pasokan
bahan baku yang diperlukan, maka untuk memperlancar jumlah produksi pengelolaan
rotan. Hal ini merupakan masalah yang perlu diperhatikan karena dapat menghambat
perkembangan usaha produk rotan olahan. Sebagaimana industri kecil atau industri
rumahan, usaha kerajinan pengolahan rotan merupakan usaha turun temurun, dengan
modal yang dimiliki relatif kecil yang berasal dari tabungan sendiri. Tenaga kerja
yang dimiliki juga sangat terbatas dan biasanya para pengrajin pengolahan rotan ini
memulai usahanya dari bawah sebagai buruh lalu menjadi pemilik usaha dengan
berbekal pengalaman dan kemampuan mereka. Selain itu manajemn pada usaha kecil
ini cenderung sederhana, pemilik usaha sekaligus merangkap sebagai manajer yang
mengatur jalannya usaha.
2.3.3
Pengaruh Produksi Terhadap Ekspor Kerajinan Rotan
Produksi merupakan suatu proses dimana mengolah barang mentah menjadi
barang jadi. Lindert (1998 : 24). Akibat suatu Negara yang produktif setiap Negara
berbeda apabila produksi domestik tinggi maka Negara tersebut akan melakukan
ekspor lebih banyak. Komalasari (2006 :65) peningkatan produksi berpengaruh
positif terhadap penawaran ekspor saat penawaran produksi mengalami peningkatan
maka ketersediaan kerajinan rotan meningkat. Sehingga penawaran didalam maupun
40
diluar negeri juga meningkat. Hal ini mengakibatkan apabila produski kerajinan rotan
meningkat maka volume ekspor kerajinan juga meningkat.
Berdasarkan uraian diatas maka hubungan variabel dependen dan variabel
independen dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Tenaga Kerja
Produksi
Ekspor Kerajinan
Rotan
Bahan Baku
Gambar 2.4
Kerangka Pemikiran
2.4
1.
Hipotesis
Diduga Ada pengaruh positif tenaga kerja dan bahan baku terhadap
produksi kerajinan rotan di Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon secara
parsial.
2.
Diduga Ada pengaruh positif tenaga kerja dan bahan baku terhadap
produksi kerajinan rotan di Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon secara
simultan.
3.
Diduga Ada pengaruh positif produksi terhadap ekspor kerajiinan rotam di
Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon.
41
Download