PRESEPSI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA DPR

advertisement
PRESEPSI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA DPR KABUPATEN
(STUDI KASUS KOMUNIKASI POLITIK DAPIL 1 KABUPATEN BUTON UTARA)
* Klison ** La Ode Muh. Umran *** Marsia Sumule G
Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UNIVERSITAS HALU OLEO
Email :[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis presepsi masyarakat terhadap kinerja Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Dapil Satu Kabupaten Buton Utara. Penelitian ini dilatar belakangi
oleh fakta bahwa kinerja dewan perwakilan rakayat daerah sangat berpengaruh terhadap
kesejahteraan rakyat. Dalam hal ini kinerja DPRD sebagai penanpung aspirasi masyarakat,
pengawasan pembangunan dan kesejahteraan rakayat.
Penelitian ini menggunakan pendekatakan kualitatif deskriptif, sumber data dalam
penelitian ini adalah masyarakat yang paham dengan apa yang peneliti teliti, dengan pemilihan
informan peneliti sebagai informan kunci dengan menggunakan metode snowbool. Adapun yang
menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah satu orang kontraktor, satu orang guru
honorer, dua orang petani, satu orang wiraswasta, satu orang pengusah dan satu orang mantan
anggota DPRD, tehnik penentuan lokasi Penentuan wilayah sebuah penelitian yang peneliti
lakukakan adalah dengan menggunakan area sampling yaitu Kelurahan Bonegunu dan Desa
Buranga, sumber daya yaitu data primeer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yaitu
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dapil
satu Kabupaten Buton Utara Dilihat dari hasil-hasil kinerja dilapangan yang terjadi masi sangat
kurang, baik dari segi pembangunan, proses penyerapan masyarkat serta perhatian anggota
DPRD terhadap kesejahteraan masyarakat masi sangat minim. Kinerja DPRD tidak berjalan
dengan baik, tidak responsif dan tidak transparan.
ABSTRACT
This study aims to analyze public perception of the performance of the Regional
Representatives Council Dapil One North Buton. This research was motivated by the fact that
the performance of the local legislative influence on people's welfare. In this case the
performance of Parliament as a container for the aspirations of the people, monitoring the
development and welfare rakayat
This study used descriptive qualitative approach, the source of the data in this study is
that people understand what meticulous researcher, with the selection of informants researchers
as key informants using methods snowbool. As for the key informants in this study is one
contractor, one temporary teacher, two farmers, a self-employed people, one person the
employer and one former member of parliament, the technique of determining the location
determination of the area to a study researcher pleased to be is to use area Bonegunu sampling
Village and Village Buranga, resources are primary data and secondary data. Data collection
techniques are interviews, observation, and documentation.
These results indicate that the performance of the regional council of the North Buton
dapil Judging from the results of field performance that occurs still remain very less, both in
terms of development, the process of absorption of the community as well as the attention of
legislators to the welfare of society still remain very minimal. Parliament's performance did not
go well, unresponsive and not transparent.
I. PENDAHULUAN
Sebelum Buton Utara menjadi salah satu daerah otonom, pembangunan di wilayah tersebut
masih sangat kurang, akan tetapi setelah wilayah Buton Utara menjadi salah satu daerah otonom
sebagai hasil pemekaran dari kabupaten Muna maka pembangunan suda mulai nampak, secara
menyeluruh, pelaksanaan pembangunan telah menunjukan kinerja yang cukup berarti, akan
tetapi terkhusus wilayah
dapil satu yang meliputi Kecamatan Bonegunu dan Kecamatan
Kambowa masih sangat kurang di bandingkan dengan wilayah dapil dua maupun dapil tiga.
Padahal ibu kota Kabupaten Buton Utara terletak di wilayah dapil satu dalam hal ini di
Kecamatan Bonegunu yaitu Buranga. Perlu disadari bahwa setiap pelaksanaan pembangunan
tidak akan terlepas dari persetujuan dan pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Merujuk pada system demokrasi, maka sebagai anggota DPRD akan menunjukan
kedekatannya kepada masyarakat termaksud DPRD yang ada di Kabupaten Buton Utara.
Anggota DPRD Buton Utara
harus dekat dan memperjuangkan aspirasi masyarakat
pemilihnya secara maksimal. Hal ini berangkat dari pemikiran system demokrasi khususnya
mengenai sistem pemilu yang telah berhasil mengantarkan anggota DPRD duduk sebagai
wakil rakyat berdasarkan suara terbanyak. Realita ini dengan sendirinya akan merubah
fungsi keterwakilan DPRD dalam menyuarakan dan memperjuangkan aspirasi masyarakat.
Lebih khusus lagi konstituen masing-masing yang diwakilinya.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai salah satu lembaga kontrol terhadap kinerja
pemerintahan
daerah yang keanggotaannya mencerminkan atau merepresentasikan kondisi
perwakilan rakyat daerah. Sebagai wakil rakyat di daerah, DPRD mempunyai tanggung jawab
yang besar dalam mengemban aspirasi rakyat yang diwakilinya melalui berbagai fungsi yang
dimilikinya yaitu fungsi perundang-undangan dan pengawasan.
Pada tatanan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Buton Utara masih perlu dikaji
secara mendalam, mengingat bahwa kinerja anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam
penyerapan setiap aspirasi pelaksanaan tanggung jawab yang di amanahkan oleh rakyat, olehnya
itu, menjalankan fungsi dalam mengawal pelaksanaan pembangunan yang di jalankan
pemerintah..
Sebagai salah satu bagian wakil rakyat daerah Kabupaten Buton Utara, berkewajiban untuk
memberikan pelayanan publik yang maksimal, apa lagi perannya yang mengurusi bidang sosial
kemasyarakatan dan pembinaan masyarakat maka pelayanan daerah
yang diberikan
berhubungan langsung kepada masyarakat. Dengan memberikan pelayanan yang baik maka akan
berimbas pada penilaian dan persepsi masyarakat terhadap kinerja DPRD dapil 1 (satu)
Kabupaten Buton Utara secara keseluruhan. .
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Dimensi Dasar Komunikasi.
Ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner, tidak bisa
menghindari perspektif dari beberapa ahli yang
tertarik pada kajian komunikasi, sehingga
definisi dan pengertian komunikasi menjadi semakin banyak dan beragam. Masing-masing
mempunyai penekanan arti, cakupan, konteks yang berbeda satu sama lain, tetapi pada dasarnya
saling melengkapi dan menyempurnakan makna komunikasi sejalan dengan perkembangan ilmu
komunikasi.
Menurut Frank E.X. Dance dalam bukunya Human Communication Theory terdapat 126
buah definisi tentang komunikasi yang diberikan oleh beberapa ahli dan dalam buku Sasa
Djuarsa Sendjaja Pengantar Ilmu Komunikasi dijabarkan tujuh buah definisi yang dapat
mewakili sudut pandang dan konteks pengertian komunikasi. Definisi-definisi tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan
stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk
perilaku orang-orang lainnya (khalayak) Hovland, Janis & Kelley, (1953)
2. Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lainlain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka
dan lain-lain. Berelson dan Stainer, (1964)
3. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan
apa, dengan saluran apa, kepada siapa? Dengan akibat apa atau hasil apa? (Who? Says
what? In which channel? To whom?With what effect?) Lasswell, ( 1960)
4. Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh
seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih. Gode, (1959)
5. Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa
ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego.
Barnlund,(1964)
6. Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian
lainnya dalam kehidupan. Ruesch,(1957).
7. Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat
mempengaruhi pikiran orang lainnya. Weaver, (1949).
2. Memahami Komunikasi Politik
komunikasi politik sebenarnya sudah dipelajari sejak lama bahkan ketika manusia masih
hidup dalam negara-kota (polis). Pada 350 SM, filsuf Yunani kuno bernama Aristoteles mengkaji
bagaimana sebuah pesan politik disampaikan kepada publik. Dalam bukunya berjudul Rhetoric,
Aristoteles membahas secara sistematis seni berpidato. Ketika itu, pidato merupakan bagian
penting untuk memengaruhi pendengarnya (publik) secara politis. Aristoteles mengulas
bagaimana seseorang menjadi orator yang baik serta apa cara yang harus dilakukan untuk
mengatasi problema berpidato. Tidak berhenti sampai di situ, pendiri sekolah Lyceum itu juga
sampai ke tingkat yang lebih tinggi yakni menganalisis suatu retorika.
3. Teori Presepsi
Presepsi merupakan suatu kata atau istilah yang tidak asing lagi bagi kalangan mahasiswa
maupun masyarakat, sesuai dengan judul penelitian ini masyarakat berhak berpresepsi atau
berpendapat tentang apa yang di lihat atau pun yang dirasakan langsung dalam segi kinerja DPR
untuk kesejahteraan masyarakat.
Persepsi, menurut Jalaludin Rakhmat (1998), adalah pengalaman tentang objek, peristiwa,
atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan. Persepsi didapatkan dari simpulan informasi dan tafsiran pesan yang disampaikan orang
lain mengenai suatu obyek.
Menurut Ruch (1967), persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk – petunjuk
inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk
memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu.
Persepsi datang secara tidak sadar melalui sensor pancaindera manusia sehingga didapatkan
gambaran yang benar-benar sesuai dengan situasi yang ada..
4 Tinjauan Tentang Aspirasi
Aspirasi berasal dari kata aspire, yang artinya bercita-cita atau menginginkan. Pengertian
aspirasi menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah harapan dan tujuan untuk keberhasilan di
masa yang akan datang. Slameto (2003 : 53) mendefinisikan aspirasi sebagai harapan atau
keinginan individu akan suatu keberhasilan atau prestasi. Aspirasi mengarahkan aktivitas
individu untuk mencapai tujuan-tujuan yang ingin dicapai.
Menurut Hurlock (1979 : 264) aspirasi didefinisikan sebagai keinginan yang kuat dan
usaha yang dilakukan untuk meraih sesuatu yang lebih tinggi dari keadaan sekarang. Keinginan
tersebut dapat berupa keinginan meningkatkan status individu, maupun keinginan yang tidak
wajar dan terlalu berani.
5 Teori Kesejahteraan sosial dan ekonomi
Teori kesejahteraan secara umum dapat diklasifikasi menjadi tiga macam, yaitu classical
utilitarian, neoclassical welfare theory dan new contractarian approach (Albert dan Hahnel dalam
Darussalam 2005:77). Pendekatan classical utillatarial menekankan bahwa kesenangan (pleasur)
atau kepuasan(utility) seseoarang dapat diukur dan bertambah. Berdasarkan pada beberapa
pandangan diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat kesejahteraan seseorang dapat terkait dengan
tingkat kepuasan (utility) dan kesenangan (pleasure) yang dapat diraih dalam kehidupannya guna
mencapai tingkat kesejahteraannya yang diinginkan. Maka dibutuhkan suatu prilaku yang dapat
memaksimalkan tingkat kepuasa sesuai dengan sumberdaya yang tersedia.
6 Teori Pengawasan.
Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang dimaksudkan untuk mengetahui apakah
pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, dalam artian pengawasan
membandingkan antara kenyataan dengan standar yang telah ditentukan sebelumnya.
Pengawasan juga dimaksudkan untuk mencegah dan mengadakan koreksi atau pembetulan
apabila pelaksanaan menyimpang dari rencana yang telah disusun. Terdapat berbagai definisi
pengawasan yang diberikan oleh para ahli, menurut Siagian dalam syafiie dkk (1999) bahhwa
pengawasan merupakan proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk
menjamin agar seluruh pekerjaan yang diaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya. Sementara menurut Siswanto Sastrohadiwiryo ( 2003) pengawasan merupakan
suatu proses dan rangkaian kegiatan untuk mengusahakan agar suatu pekerjaan dapat
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan tahapan yang harus dilalui.
7 Definisi Kinerja
Kinerja merupakan kata ataupun istilah yang tidak asing lagi di kalangan masyarakat,
mulai dari anak-anak, orang dewasa maupun orang tua. Kinerja merupakan hasil-hasil dalam
melakukan pekerjaan. sesuai dengan judul peneliti maka yang akan dikaji dalam penelitian ini
adalah hasil-hasil kinerja DPR dalam menyejahterakan masyarakat .
Bernardin dan Russel (dalam Ruky, 2002) memberikan pengertian atau kinerja
sebagai berikut : “performance is defined as the record of outcomes produced on a specified job
function or activity during time period. Prestasi atau kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil
yang di peroleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama kurung waktu tertentu.
8 Pengertian Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Dewan Perwakilan Rakyat sebagai lembaga negara yang menjalankan sistem
pemerintahan negara memiliki tugas dan wewenang tersendiri yang bertujuan agar dalam
pelaksanaannya tidak mengalami ketidak jelasan atau tumpang tindih dengan lembaga negara
lainnya.
Berdasarkan Pasal 1 angka1Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 yang dimaksudkan
dengan DPR adalah lembaga perwakilan Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Berkaitan dengan pengertian DPR, B.N. Marbun (1982) mengutip pendapat Mh. Isnaeni
mengemukakan bahwa dewan perwakilan rakyat adalah suatu lembaga kenegaraan yang
berfungsi sebagai penyalur aspirasi rakyat mengenai penyelenggaraan pemerintahan sehari-hari.
III METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatakan kualitatif deskriptif, sumber data dalam penelitian ini
adalah masyarakat yang paham dengan apa yang peneliti teliti, dengan pemilihan informan
peneliti sebagai informan kunci dengan menggunakan metode snowbool. Adapun yang menjadi
informan kunci dalam penelitian ini adalah satu orang kontraktor, satu orang guru honorer, dua
orang petani, satu orang wiraswasta, satu orang pengusah dan satu orang mantan anggota DPRD,
tehnik penentuan lokasi Penentuan wilayah sebuah penelitian yang peneliti lakukakan adalah
dengan menggunakan area sampling yaitu Kelurahan Bonegunu dan Desa Buranga, sumber daya
yaitu data primeer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi, dan
dokumentasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Penampung Aspirasi Masyarakat
Mencermati jawaban-jawaban informan dari hasil penelitian yang di lakukan mengenai
perhatian DPRD dalam melakukan kunjungan kerja atau reses, semua jawan mereka hampir
sama bahwa anggota legislatif jarang melakukan kunjungan kedaerah dapil satu Kabupaten
Buton Utara. Hungan komunikasi antara DPRD dengan masyarakat tidak berjalan normal
sepertia apa yang di harapkan oleh masyarakat, dan kepentingan kelompok masih nampak jelas
terlihat di tengah kalangan masyarakat dapil satu Kabupaten Buton Utara. Pola komunikasi
antara “wakil rakyat” dengan “terwakil” dapat dilihat dari dua aspek, yaitu kesinambungan
komunikasi antara wakil dengan pihak terwakil, dan langsung tidaknya hubungan antara kedua
pihak. Komunikasi antara wakil dengan terwakil di DPRD Buton Utara cenderung dilakukan
melalui media partai politik. Komunikasi yang cenderung dilakukan secara bertahap tersebut
kurang efektif, karena dengan demikian wakil kurang mengenali konstituen, demikian pula
sebaliknya konstituen tidak mengenal wakilnya, hasil penelitian ini sejalan dengan pemikiran
Menurut Hurlock (1979 : 264) sebagai keinginan yang kuat dan usaha yang dilakukan untuk
meraih sesuatu yang lebih tinggi dari keadaan sekarang. Keinginan tersebut dapat berupa
keinginan meningkatkan status individu, maupun keinginan yang tidak wajar dan terlalu berani.
2.Pengawasan Pembangunan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah salah satu lembaga yang mewakili seluruh
lapisan masyarakat dalam pemerintahan. Namun dalam realitanya selama ini, dalam menjalankan
peran dan fungsi sebagai wakil rakyat belum bisa memberikan sumbangsih yang begitu
maksimal terhadap kepentingan masyarakat. Hal ini dapat kita lihat, dimana seringnya
kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan/di putuskan oleh pemerintah sama sekali tidak
memihak tehadap kepentingan masyarakat ataupun tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat.
Menguatnya peran DPRD (lembaga legislatif) di era reformasi dan otonomi daerah saat
ini, yang mana peran DPRD sebagai posisi sentral yang biasanya tercermin dalam doktrin
kedaulatan rakyat di era otonomi daerah ini, merupakan fenomena yang cukup menarik.
Tanggapan-tanggapan pesimis yang sebelumnya mengarah kepada institusi lembaga perwakilan
ini kini menjadi pembahasan yang cukup menarik. Pergeseran akan peran dan fungsi lembaga
legislatif di era otonomi daerah ini di tandai dengan penegasan akan peran tugas dan wewenang
DPRD, yakin selain menyerap dan menyalurkan aspirasi masyarakat menjadi sebuah kebijakan
pemerintah daerah juga melakukan fungsi pengawasan. Lebih tegas lagi dinyatakan dalam
penjelsan umum UU No 32 Tahun 2004, bahwa DPRD harus menyatu dengan masyarakat .
Pernyataan dari berbagai inforwan yang di wawancarai dalam penelitian yang dilakukan
bahwa pembangunan sangat di butuhkan oleh masyarakat Kabupaten Buton Utara dapil satu,
yang dimana pengawasan anggota legislatif sebagai wakil rakyat belum sesuai dengan yang di
harapkan oleh masyarakat Kabupaten Buton Utara dapil satu , di karenakan keberpihakan masih
sangat nampak jelas dilihat oleh masyarakat. Pengawasan dianggap sebagai bentuk pemeriksaan
atau pengontrolan dari pihak yang lebih atas kepada pihak di bawahnya. Hasil penelitian ini
sejalan dengan pemikiran Kusnadi, dkk (1999:265). yang menjelaskan bahwa Pengawasan
adalah memantau atau memonitor pelaksanaan rencana pakah telah dikerjakan dengan benar atau
tidak atau suatu proses yang menjamin bahwa tindakan telah sesuai dengan rencana. Pengawasan
tidak akan dapat dilakukan jika tidak ada rencana dan rencana akan menjadi kenyataan jika
ditindaklanjuti oleh pengawasan.
c. Kesejahteraan Rakyat
Berdasarkan temuan hasil penelitian Sangatlah disadari bahwa kebutuhan masyarakat
dalam menyejahterakan
bukan hal yang mudah sebab telah diketahui bahwa dapil satu
Kabupaten Buton Utara yang sebagian besar penduduknya berpendapatan per kapita rendah,
yang sangat membutuhkan dukungan kebutuhan masyarakat, lahan pertanian sebagaimana
dikehendaki oleh masyarakat dapil satu. Itulah sebabnya pada umumnya pembangunan daerah
berkembang merupakan gagasan yang bukan lahir dari pemikiran daerah-daerah berkembang
sendiri, akan tetapi pembangunan itu merupakan produk daerah untuk mendukung dan
menyuplai kebutuhan masyarakat, yang didukung oleh para elit politik daerah berkembang yang
pro rakyat. Pembangunan ekonomi daerah berkembang yang dianggap sebagai obat mujarab
untuk menyelesaikan persoalan keterbelakangan, semuanya disponsori oleh daerah- dengan pola
pengadaan kebutuhan masyarakat dapil satu. Institusi keuangan ini telah dipersiapkan oleh
lembaga keuangan daerah. DPRD merupakan perwakilan rakyat yang dipercaya oleh rakyat,
untuk mewakili masyarakat secara umum. Bukan hanya sponsor finansial saja, ilmu
pengetahuan, teknologi sampai dengan ukuran maju dan terbelakang, tradisional dan modern,
kaya dan miskin, dimana ukuran ini tidak lepas dari campur tangan pemerintah daerah.
Oleh sebab itu, setiap keperwakilan masyarakat dalam periode pembangunan,
kemungkinan besar tidak akan lepas dari campur tangan para DPRD untuk melapangkan
jalannya kesejahteraan masyarakat. Di daerah dapil satu Kabupaten Buton Utara, bawah siapa
pun kepemimpinan daerah terpilih, adalah sosok institusi yang tidak berdaya melawan DPRD
yang dipilih langsung oleh rakyat. Dengan demikian semua persoalan masyarakat daerah
berkembang ditentukan melalui sistem keuangan daerah,. Ketika semua aturan ditentukan oleh
lembaga DPRD maka lembaga keuangan tersebut akan mengontrol pemberlakuannya dan
penyeragamannya secara global tanpa peduli kondisi spesifik masyarakat.
Menganalisis pengakuan informan dari hasil penelitian yang di lakukan, memberikan
gambaran bahwa kesejateraan masyarakat akan dapat dilihat dari kehidupan keseharian
masyarakat. perekonomian masyarakat dapat berkembang jika pemerintah daerah dapat
menyalurkan berbagai macam bantuan dalam kebutuhan masyarakat dapil satu Kabupaten Buto
Utara, terutama bantuan pertanaian dan peternakan sebagai lapangan pekerjaan masyarakat.
Pernyatataan di atas sejalan dengan pemikiran Thomas dkk. (2005) menyampaikan bahwa
kesejahteraan masyarakat menengah ke bawah dapat di representasikan dari tingkat hidup
masyarakat ditandai oleh terentaskannya kemiskinan, tingkat kesehatan yang lebih baik,
perolehan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan peningkatan produktivitas masyarakat.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian kualitatif dengan teknik observasi, wawancaradan
dokumentasi yang dilaksanakan kabupaten buton utara dapil satu, tentang presepsi masyarakat
terhadap kinerja DPRD masih sangat jauh dari harapan masyarakat kabupaten buton utara dapil
satu. Dilihat dari hasil-hasil kinerja dilapangan yang terjadi masi sangat kurang, baik dari segi
pembangunan, proses penyerapan masyarkat serta perhatian anggota DPRD terhadap
kesejahteraan masyarakat masi sangat minim.
2. saran
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan beberapa permasalahan yang belum terpecahkan,
sehingga peneliti mengajukan beberapa saran. Saran tersebut
antara lain sebagai berikut.
1. Anggota legislatif harus memperhatikan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam
mensejahterakan masyarakat, dalam segi lapangan pekerjaan, seperti pertanian dan
peternakan.
2. Diharapkan kepada masyarakat Kabupaten Buron Utara dapil satu tetap menjaga
hubungan komunikasi yang baik dengan anggota legislatif demi kesejahteraan sosial,
hingga akan mempermuda tersalurkannya segala kebutuhan masyarakat secara
keseluruhan.
3. Diharapkan kepada pemerintah daearah agar memperhatikan wilayah dapil satu sebagai
ibu kota kabupaten , dan terus membangun fasilitas-fasilitas kantor sebagai pusat
pemerintahan, kebutuhan masarakat demi kesejahteraan masyarkat kabupaten buton
utara.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sumber pustaka
Abar, anadhya.2003. teknologi komunikasi perspektif ilmu komunikasi. Yogyakarta: LESFI
Affian. 1991. Komunikasi politik dan sistem politik di Indonesia. Cetakan pertama jakarta:
Pustaka Utama
Arifin, anwar. 2011. Sistem Komunikasi Indonesia. Bandung :Simbioka Rekatama Media
Cangara hafied, 2014.komunikasi politik: konsep, teori dan strategi. PT Raja Grafindo Persada
Crouch, haroul.1982. perkembangan politik dan modernisasi, yayasan perkhiyadarmata. jakarta
Efendi, onong uchjana. Dinamika komunikasi. PT Remaja Rosda Karya
Ibrahim, Subandi Idi Dan Bachrudin Ali Akhmad, 2014. Komunikasi Dan Komodifikasi.
Yayasan Pustaka Obral Indonesia
Jalaludin, Rakhmad. 2001.Komunikasi Politik, PT. Remaja Rosda Karya
Mahsyur, mohamad, 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. BPFE, Yogyakarta
Mcquail, Denis.1996. Teori Komunikasi Massa , PT. Gelora Aksara Pratama
Mulyani, Dedi .2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya Bandung
Sumadiria, haris .2014. sosiologi komunikasi massa. PT Remaja Rosdakarya Bandung
Udo, Irfan dan jumal shale.2013. Selamatkan Pemilu Indonesia. PT. Percetakan Sultra
2. Sumber Eletronik.
https://adityachandrasetiawan.wordpress.com/2013/05/08/teori-persepsi-perception-theory/
http://www.dpr.go.id/tentang/tugas-wewenang 2012/06/28
Download