Penyimpangan Semu dalam Hukum Mendel http://fales.co/blog

advertisement
Penyimpangan Semu dalam Hukum Mendel
Ditulis pada Jumat, 3 Juli 2009 15:19 WIB oleh fatima dalam katergori Biology tag
http://fales.co/blog/penyimpangansemudalamhukummendel.html
Dalam beberapa kasus, persilangan dengan sifat beda lebih dari satu kadang menghasilkan keturunan
dengan perbandingan yang berbeda dengan hukum Mendel. Semisal, dalam suatu persilangan
monohibrida (dominan resesif), secara teori, akan didapatkan perbandingan 3:1, sedangakan pada
dihibrida didapatkan perbandingan, 9:3:3:1. Namun pada kasus tertentu, hasilnya bisa lain, misal untuk
monohibrida bukan 3:1 tapi 1:2:1. Dan pada dihibrida, mungkin kombinasi yang mucul adalah, 9:6:1 atau
15:1. Munculnya perbandingan yang tidak sesuai dengan hukum Mendel ini disebut "Penyimpangan
Semu Hukum Mendel", kenapa "Semu", karena prinsip segregasi bebas tetap berlaku, hal ini disebabkan
oleh gen-gen yang membawa sifat memiliki ciri tertentu. Penyimpangan hukum Mendel dibagi menjadi
tiga; epistasis-hipostasis, kriptomeri, dan polimeri.
Epstasis-Hipostasis
Ketika gandum berkulit hitam disilangkan dengan gandum berkulit kuning, muncul F1 gandum berkulit
hitam. Kita dapat menduga bahwa faktor hitam dominan terhadap kuning. Namun pada F2 dihasilkan
keturunan dengan perbandingan 12 hitam : 3 kuning : 1 putih. Perbandingan ini berbeda dengan hukum
Mendel.
Sebenarnya perbandingan tersebut berasal dari (9+3):3:1. Dari perbandingan ini tampak bahwa
persilangan tersebut merupakan persilangan dihibrida. Faktor yang dominan tidak tidak hanya faktor
hitam, melainkan juga faktor kuning yang memiliki angka perbandingan 3.
Dengan demikian faktor warna tidak ditentukan oleh satu gen, melainkan oleh dua gen yang lokusnya
berbeda. Artinya, gen penentu warna hitam yang dominan berada terpisah dari gen penentu warna kuning
yang juga dominan. Tiap-tiap warna memiliki alel tersendiri.
Jika kedua gen yang tidak sealel itu hadir bersama dalam satu individu, maka akan menampilkan fenotipe
gen yang menutupi atau menghalangi, yang dikenal sebagai gen epistasis. Jadi, jika faktor hitam dan
kuning hadir bersama, fenotipe yang muncul adalah fenotipe hitam. Maka, hitam epistatik terhadap
kuning, dan kuning hipostatik terhadap hitam.
Jika di dalam individu hanya ada gen yang ditutup atau dihalangi, maka fenotipe yang muncul adalah
fenotipe dari gen yang dihalangi tersebut. Gen ini disebut gen hipostasis. Tak adanya gen dominan dalam
pada individu akan memunculkan sifat baru, dalam contoh ini putih.
Kesimpulan mengenai epistasis dan hipostasis adalah sebagai berikut:
Ada dua gen sama-sama dominan dan terletak pada lokus yang berbeda.
Ada gen yang bersifat hipostasis maupun epistasis.
Kehadiran kedua gen dominan tersebut akan memunculkan fenotipe dari gen yang epistasis biasa, dalam
contoh diatas hitam.
Kehadiran gen yang hipostasis akan memunculkan fenotipe dari gen hipostasis.
Ketidakhadiran dari kedua gen dominan akan memunculkan fenotipe baru, tidak tampak pada
parentalnya.
Contoh:
P : HHkk X hhKK
Gamet : Hk, hK
F1 : HhKk
F1XF1 : HhKk X HhKk
Gamet : HK, Hk, hK, hk
F2 :
Gamet
HK
Hk
hK
hk
HK
HHKK HHKk HhKK HhKk
Hk
HHKk HHkk HhKk Hhkk
hK
HhKK HhKk hhKK hhKk
hk
HhKk Hhkk hhKk hhkk
Download