DINI LISTIA-FUF

advertisement
MEDITASI DALAM PANDANGAN ANAND KRISHNA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
untuk memenuhi syarat-syarat Mencapai
Gelar Sarjana Theologi Islam
Oleh
Dini Listia
102032124623
Jurusan Perbandingan Agama
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
U I N Syarif Hidayatullah
Jakarta
2008
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang................................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah…………………………………………………………. 7
C. Metode Penelitian …………………………………………………………... 7
D. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 8
E.
Sistematika Pembahasan ................................................................................ 9
BAB II BIOGRAFI ANAND KRISHNA ............................................................ 10
A. Riwayat Hidup Anand Krishna ..................................................................... 10
B.
Karya-karya Anand Krishna ............................................................. ......... 20
BAB III MEDITASI DAN AGAMA …………….............................................. 24
A. Pengertian Meditasi ...................................................................................... 24
B.
Tujuan Meditasi ............................................................................................ 26
C.
Meditasi: Pandangan Beberapa Agama.........................................................
BAB IV MEDITASI DALAM PANDANGAN ANAND KRISHNA ................
A. Pengertian Meditasi ........................................................................................
B. Tujuan Meditasi ..............................................................................................
C. Manfaat Meditasi ...........................................................................................
D. Macam-macam Meditasi ...............................................................................
E.
Praktik Meditasi ............................................................................................
31
39
39
43
56
58
60
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 69
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 69
B. Saran-saran ..................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 73
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi kehidupan modern cenderung mendekatkan manusia pada kekuatan di
luar dirinya. Kekuatan tersebut adalah sekumpulan materi yang diusung oleh kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebahagian hidup diukur dari sejauh mana
penguasaan manusia atas materi. Setiap individu cenderung memiliki hasrat untuk
memuaskan kehidupan materialnya. Dalam kondisi tersebut, suasana kompetisi tidak
bisa dihindarkan. Pada kenyataannya, yang menang berujung pada kepuasan, sementara
kondisi yang kalah selalu berujung pada kegelisahan dan keputusasaan hidup.
Tidak hanya itu, kebahagiaan yang diukur oleh pemenuhan hasrat material
terkadang juga luput dari ukuran kepuasaan. Tidak sedikit manusia merasakan
kehampaan di tengah gelimang nikmat materi. Bagi kaum agamawan dan kaum
spiritual, penyebab utama kondisi tersebut adalah kebahagiaan yang tidak bersumber
dari dalam diri manusia sendiri. Kebahagiaan yang dicari dan diperoleh bersumber dari
luar dirinya. Sementara segala sesuatu yang bersumber dari luar dirinya tidak bersifat
permanen. Mereka mencari kebahagiaan abadi dari benda-benda yang tidak abadi.
Tidak sedikit manusia menyadari dirinya ibarat mesin di alam modern. Mereka
beraktivitas dan bertindak layaknya mesin yang telah dirancang sedimikian rupa. Hidup
mereka telah terjadual sesuai tuntutan aktivitas yang memungkinkan untuk memperoleh
kebahagiaan materi. Tujuan utama adalah untuk meraih kebahagiaan. Namun
kebahagiaan yang diperoleh bersifat temporal, sebab diperoleh tidak atas dasar
kesadaran individu itu sendiri. Mereka memperoleh kebahagiaan dari kondisi hidup
layaknya seorang robot yang memiliki kesadaran.1
Menurut Anand Krishna, semua persoalan tersebut besumber dari ketidasadaran.
Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebebasan untuk memilih jalan hidup, namun
untuk bebas memilih tersebut diperlukan kesadaran. Memilih atas dasar kesadaran
seperti halnya bertindak dan berperilaku atas dasar kesadaran. Dengan demikian
manusia mengenal dan menemukan jati dirinya, sebab tidak bersandar pada kekuatan di
luar dirinya.2
Banyak di antara manusia yang merasa tidak merasa puas dengan kebahagiaan
yang bersifat materi dan yang mengalami kekalahan dalam persaingan hidup melarikan
diri dari kehidupan dengan stres dan putus asa. Mereka yang telah begelimang nikmat
materi merasa hampa dan stres, sementara yang kalah merasa putus asa dan hendak
melarikan diri dari kehidupan dunia.
Di samping dua hal itu, aneka ragam persoalan juga tidak lepas dari cerita hidup
setiap orang. Beban kerja yang berat, persaingan bisnis yang ketat, lalu lintas yang
padat, ataupun persoalan keluarga yang bikin penat dapat memicu timbulnya stres dan
putus asa. Konsekuensi dari kondisi tersebut adalah munculnya perasaan tertekan,
marah, frustrasi, atau sedih.3
Secara medis, kondisi stres dan putus asa berdampak buruk, merugikan.
Pendekatan medis memiliki alternatif jalan keluar, seperti dengan pengendalian melalui
pertahanan fisik. Pertahanan fisik bisa ditempuh dengan cara meningkatkan kesehatan
(olahraga), menikmati hidup (cukup tidur dan santai), serta merawat diri. Meski
demikian, pendekatan medis tidak cukup menyelesaikan persoalan tersebut, sebab
1
Anand Krishna, Ilmu Medis dan Meditasi, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002), h. 38.
Krishna, Ilmu Medis dan Meditasi, h. 39.
3
http://www.srcm.org/centers/as/id/MEDITASI.htm
2
tekanan hidup yang bisa memunculkan stres dan putus asa juga tidak lepas dari
persoalan batin dan mental. Karena itu, pendekatan mental juga diperlukan. Dalam
konteks inilah meditasi merupakan alternatif pilihan bagi mereka yang hendak
menyelesaikan persoalan hidup yang menghimpit pikiran, memberikan tekanan,
memunculkan stres dan menghadirkan putus asa.4
Alternatif meditas juga menunjukkan bahwa upaya penyelesaian tersebut
diperlukan sebagai bentuk pencarian hakikat dan inti kehidupan dengan merujuk pada
potensi diri sendiri. Bagi Anand Krishna, meditasi merupakan jalan menuju ke diri
sendiri yang memungkinkan manusia memperoleh kebahagiaan yang bersumber dari
dalam diri. Dengan meditas, seseorang bisa belajar menjalani hidup dengan baik atas
dasar keinginannya sendiri dan mencoba mengatasi masalah yang dihadapi. Apa pun
yang terjadi selalu diterima dan disyukuri. Perasaan inilah yang menimbulkan keinginan
untuk menikmati hidup dari sisi baiknya.
Terdapat kenderungan orang yang mengalami kondisi stres dan putus asa akibat
memisahkan dimensi kehidupan materi dan batin. Menurut Anand Krishna konsep ini
seperti halnya memisahkan antara mind dan body. Meditasi merupakan upaya penyatuan
dua dimensi dalam diri manusia itu. Kembali pada potensi diri sendiri ini juga dilakukan
dalam tradisi “Yoga” yang berarti sebuah bentuk latihan yang dilakukan untuk
mencapai integralitas dan keutuhan ruhani. Potensi diri sendir pada yoga berbentuk
pemaksimalan potensi batin. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tradisi yoga
adalah mendengar suara batin yang memuat saripati moral dasar kehidupan, berpikir,
serta merefleksikan suara batin yang memuat inti kehidupan. Sementara langkah utama
yoga adalah mengalihkan diri dari kehidupan temporer menuju kehidupan abadi, di
4
Herbert Benzon dan Miriam Z. Klipper, Respon Relaksasi, (Bandung: Kaifa, 2000), h. 28.
mana kebahagiaan yang hendak diperoleh tidak bersifat semu, namun mampu
merangkai kebahagiaan materi sekaligus kebahagiaan batin.5
Dengan demikian, meditasi dipandang sebagai upaya mengatasi kekeliruan
dalam cara pandang manusia atas alam kehidupan, seperti terhadap alam modern.
Kekeliruan itu berasal dari cara pandang manusia atas diri, lingkungan, bahkan atas
Tuhannya. Manusia tidak mampu menyeimbangkan elemen-elemen dasar yang
mengitari hidupnya. Lebih jauh manusia tidak mampu lagi menjadikan dimensi spritual
sebagai media untuk memahami kehidupan. Alam modern yang seharusnya
menghadirkan kesenangan, kebahagiaan dan kenikmatan hidup, malah menimbulkan
tekanan, stres dan putus asa yang bisa merugikan kehidupan manusia itu sendiri.
Manusia kini terperangkap dalam dunia citraan meterialistis dan bersifat fisikal.
Segala hal yang berada di balik yang nampak dianggap tidak ada. Penampakan lebih
penting dari kebenaran. Tidak ada waktu bagi manusia untuk merenungkan makna dan
memandang apa yang berada di balik segala yang nampak. Saat itulah, cara pandang
atas kehidupan mesti berubah, jika manusia ingin tetap berjalan harmonis di permukaan
bumi ini.6 Saat itulah manusia membutuhkan metode baru yang mampu mengontrol diri
mereka. Metode itu sendiri tidak lagi diupayakan berasal dari sains dan teknologi yang
terbukti rapuh dalam memayungi realitas hidup manusia.7
Dunia yang didominasi oleh kebudayaan yang berpusat pada materi cenderung
membakar-bakar keinginan. Kecukupan materi, bukan hanya harta, namun juga
kedudukan dan kekuasaan yang dijadikan parameter keberhasilan. Itulah paradigma
dunia modern tentang sukses dan bahagia. Sehingga semangat hidup adalah semangat
5
Budhy Munawar Rachman, Islam Pluralis, (Jakarta: Paramadina, 2001), h. 148-149.
Sukidi, New Age: Wisata Spiritual Lintas Agama, (Jakarta: PT. Gramedia, 2001), h. 173.
7
Michael S. Northcott, "Sociological Approaches", dalam, Peter Connolly (ed.), Approaches to Study of
Religion, (London: Cassel, 1999), h. 204.
6
kerakusan dalam persaingan. Manusia tidak melihat dimensi internal sebagai faktor
terpenting keberhasilan.
Menurut Sri Pannyavaro Mahathera, salah seorang pemikir Buddhisme, sumber
dari kondisi ini adalah ketidakpedulian manusia pada kecenderungan negatif pada
dirinya sendiri. Nafsu keserakahan ada dalam diri setiap orang.8 Keserakahan tak
memiliki batas kepuasan, tidak mengenal pertimbangan, kepedulian, dan saat untuk
berhenti. Nafsu serakah mudah berubah menjadi kebencian dan menjadi benih
kehancuran. Bila suatu saat keserakahan tak mampu memberikan kepuasan sesaat,
kebencian
muncul
ke
permukaan,
melahirkan
kemarahan,
keinginan
untuk
menghancurkan, permusuhan, balas dendam, bahkan pembunuhan. Karena itu,
diperlukan upaya untuk mengintropeksi diri, dengan berusaha memasuki relung diri
yang terdalam dengan jalan meditasi.
Meditasi bukan berarti upaya melarikan diri dari kenyataan hidup yang tidak
sesuai harapan individu, melainkan upaya mencari jalan yang lain dari apa yang
biasanya dilalui. Jika modernitas menghadirkan realitas seperti yang tampak di depan
mata, maka meditasi menghadirkan jalan di balik itu. Kalangan yang mengangungkan
meditasi sebagai sebuah jalan menganggap bahwa modernitas telah mengabaikan
universalitas dalam kesadaran kosmis. Pikiran mereka tercarai-berai pada dimensi
tertentu yang bersifat lahiriah. Meditasi merupakan salah satu cara untuk menjawab
beberapa tantangan dan kekacauan modernitas, karena meditasi juag juga memiliki
dimensi spiritualitas, sementara spiritualitas hampir dimiliki setiap agama sebagai
nilainya.
8
Maria Hartiningsih dan Hariadi Saptono, “Renungan dari Mendut”, dalam Harian Kompas, edisi 18
Desember 2005.
Di tengah kondisi ketika manusia menjauh dari kesadaran sejatinya, meditasi
justru mampu menuntun untuk menelusuri kembali tiap lapis kesadaran itu dengan
melakukan perjalanan ke dalam diri untuk mencapai puncak pemekaran potensi diri
manusia. Oleh karena itu, dari beberapa permasalahan yang telah dikemukakan di atas,
maka penulis akan membahas Meditasi dalam pandangan Anand Krishna, salah satu
tokoh yang akhir-akhir ini mengkampanyekan meditasi. Meditasi yang dimaksud di sini
adalah meditasi yang dimaksudkan dalam karya-karya Anand Krishna.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas muncullah masalah yang akan dibahas dalam skripsi
ini bahwa meditasi adalah salah satu cara untuk mengantisipasi dampak modernitas.
Upaya ini dipakai sebagai pendekatan utama dalam pemikiran Anand Krishna. Adapun
masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah meditasi, tujuan dan manfaat
meditasi, macam-macam dan praktik meditasi dalam pandangan Anand Krishna.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library Research).
dengan
menggunakan sumber primer dan sekunder. Sumber primer adalah: Atisha-Melampaui
Meditasi, Ilmu Medis & Meditasi, Meditasi & Neo Zen Reiki: Seni Memberdayakan Diri
1, Meditasi & Neo Zen Reiki: Seni Memberdayakan Diri 2, Meditasi & Neo Zen Reiki:
Seni Memberdayakan Diri 3, Renungan Harian, Sehat Dalam Sekejap, Fiqr: Memasuki
Alam Meditasi, dan Soul Quest. Adapun sumber sekunder adalah: Sudirman Tebba,
Meditasi Sufistik, (Bandung : Pustaka Hidayah, 2004), Herbert Benson M. D & Mirian
Z. Klipper, Respon Relaksasi, Teknik Meditasi Sederhana untuk Mengatsi Tekanan
Hidup, (Bandung: Kaifa, 2000), Sutradharma TJ Sudarman, Menjalani Kehidupan
Budhisme, Confusianisme, dan Taoisme (Jakarta: Sunyata, 1998). Adapun metode
pembahasan menggunakan tiga metode, yakni deskriptif, komparatif, dan analitis.
Ketiganya bersamaan membangun isi skripsi.
Metode deskriptif dimaksudkan untuk melukiskan keadaan objek semata-mata
apa adanya (objektif). Langkah ini diambil sebagai awal yang sangat penting karena ia
adalah dasar bagi penelitian selanjutnya. Sebagai suatu Pemikiran, Meditasi
sebagaimana yang dikemukakan oleh Anand Krishna tentu tidaklah lahir dari ruang
hampa secara sosio-historis, dan kondisi tersebut sekaligus menjadi latar belakang
kemunculan serta motif-motif pemikiran Anand tentang meditasi.
Metode perbandingan diketengahkan untuk melihat pemikiran Anand tentang
meditasi dengan mengurai beberapa pandangan agama sekaligus diletakkan dalam
konteks wacana keberagamaan. Secara dialektis pemikiran Anans tentang meditasi
memiliki hubungan dengan pola-pola keberagamaan maupun praktik lainnya.
Metode analitis dianggap perlu karena menghasilkan penelitian yang bersifat
aposeteriori. Dengan memakai metode ini, diharapkan tersingkap pengaruh pemikiran
Anand tentang meditasi dengan realitas kehidupan keberagamaan di sekitarnya, sikap
dan tanggapannya dalam menatap nilai-nilai keberagamaan yang berlaku pada
zamannya, serta pandangannya terhadap dunia modern. Metode penulisan skripsi ini
mengacu pada pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan oleh UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pandangan Anand
Krishna tentang meditasi. Selain itu tentu saja penelitian ini juga sebagai skripsi untuk
memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana di bidang teologi Islam.
E. Sistematika Pembahasan
Mengacu pada metode penelitian di atas, pembahasan dalam penelitian ini
disistematisasikan sebagai berikut. Pembahasan diawali dengan pendahuluan yang
menguraikan argumentasi seputar signifikansi studi ini. Selain itu, dalam pendahuluan
dijelaskan latar belakang masalah, perumusan masalah, metodologi penelitian, tujuan
penelitian, dan sistematika pembahasan.
Selanjutnya, pada Bab II, akan dibahas Riwayat Hidup Anand Krishna dan
karya-karyanya
Pada bab III akan dipaparkan tentang Meditasi dan spiritualitas Agama.
Pembahasan diawali dengan pengertian meditasi, tujuan dan fungsi meditasi secara
umum, serta meditasi dan spiritualitas ; pandangan beberapa agama.
Bab IV merupakan bab pokok dari penelitian, yang berisi tentang pandangan Anand Krishna tentang meditasi, yang meliputi
pengertian meditasi Pengertian Meditasi, Tujuan Meditasi, Fungsi dan Manfaat Meditasi, Macam-Macam Meditasi, dan Praktik
Meditasi
Bab V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
BIOGRAFI ANAND KRISHNA
A. Riwayat Hidup Anand Krishna
Anand Krishna (selanjutnya disebut Anand), lahir di kota Solo pada tanggal 1
September 1956, dari seorang ayah bernama Tolaram dan seorang Ibu bernama
Shamibai. Anand merupakan anak kedua dari dua bersaudara, kakaknya yang bernama
Devi, enam belas tahun lebih tua dari Anand.9
Ayah Anand adalah kelahiran Shind, salah satu propinsi di Pakistan, sehingga
Anand Krishna adalah keturunan dari bangsa Shind. Sang ayah, Tolaram, berasal dari
keluarga pegawai negeri dan tuan tanah. Sementara kakek Anand adalah seorang
District Collector untuk sebuah daerah yang bernama Badaain di Shind. Dari segi
pekerjaan, Tolaram merupakan sosok yang mampu mendobrak tradisi keluarga dengan
memasuki dunia bisnis dengan berdagang kecil-kecilan.10 Sebelum Anand lahir,
Tolaram sudah memikirkan untuk memberikan nama Krishna. Nama tersebut
didasarkan atas perhitungan horoskop India yang begitu rumit dengan memperhatikan
detik, dan jam lahir sang anak, yang kemudian diberi nama berawalan “K” yaitu
Krishna.
Peristiwa yang patut dicatat dalam proses kelahiran Anand adalah ketika
Tolaram bertemu dan memberikan bantuan kepada seorang
janda yang ditinggal
suaminya karena kecelakaan mobil, sementara janda tersebut harus membiayai enam
orang anaknya. Setelah menerima bantuan, janda tersebut mendoakan kepada Tolaram
9
Anand Krishna, Melampaui Kelahiran dan Kematian : Reinkarnas hidu tak pernah berakhir. (Jakarta :
Gramedia Pustaka, 1998) h.14
10
Anand Krishna, Soul Quest: Pengemberaan Jiwa, dari Kematian menuju Keabadian, (Jakarta :
Gramedia Pustaka, 2004) h. 4-5.
bahwa ia akan akan memiliki seorang Putra yang akan lahir di tengah-tengah keluarga,
dan akan membawa tanda dipunggungnya dalam bentuk tanda Shiva.11
Ketika Anand lahir dan menangis, orang-orang disekelilingnya pun gembira
bahkan ada yang berteriak dengan keras dengan ungkapan “bayi laki-laki, seorang bayi
laki-laki..!”. Tolaram pun datang sambil berlari-lari. Sebagaimana ramalan seorang
perempuan janda yang pernah di bantu olehnya, Anand lahir ke dunia dengan memiliki
tanda yang berwarna putih di punggungnya. Tanda yang dimaksud adalah Trisula Shiva,
yang dalam pandangan orang Hindu simbol tersebut memrupakan simbol kekuasaan
Tuhan akan masa lalu, masa kini dan masa depan. Dalam pandangan seorang Muslim,
tanda itu jelas berbentuk Bulan Sabit dan Bintang. Tanda itu adalah bukti kelemahan,
keanggunan dan kemurahan Allah. Tolaram tidak mempersalahkan perbedaan tersebut,
karena Allah tidak berbeda dengan Shiva. Bedanya hanya seperti memanggil satu orang
dengan nama yang berbeda.
Semasa kecil, Tolaram sering menyanyikan Sufi Kalaam, lagu-agu persembahan
mistik Sindhi, Shah Abdul Latif, seorang Sufi besar yang dipuja-pujanya yang tidak
pernah memandang perbedaan satu jalan dengan jalan yang lainnya, karena semua jalan
dengan jalan lainnya, sama-sama menuju kebenaran. Saat usia Anand 3 tahun, ia
seringkali diberi buku-buku bergambar oleh Ibu Naniek. Bagi keluarga Anand, Ibu
Naniek adalah Guru, karena telah mengajarkan bahasa Indonesia kepada Ibu dan Kakak
perempuannya.12
Saat Anand berusia 4-5 tahun ini, keluarga Anand bermukim di Solo, tepatnya di
jalan Coyudon di sebuah rumah toko dengan penataan ruang bawah dijadikan toko,
11
12
Krishna, Soul Quest, h.14-15
Krishna, Soul Quest, h.21-22
sementara ruang atas dijadikan tempat tinggal. Di ruang atas inilah Anand sering
bermain sendirian dan membolak-balik koleksi buku ayahnya.
Saat berusia 6-7 tahunan, Anand untuk pertama kalinya menyaksikan
kematian nenek dari pihak Ayah. Neneknya meninggal di rumah dalam keadaan tenang
dan seluruh keluarga berkumpul mengelilingi ranjangnya. Pada hari itu juga jasadnya
diperabukan ke tepi Bengawan Solo yang sudah dipersiapkan tumpukkan kayu bakar,
kemudian diletakkan di atas tumpukkan kayu lalu dibakar. Sesekali Anand menengok
kebelakang untuk melihat kobaran api yang menghanguskan tubuh neneknya yang
sudah tidak berdaya.13 Ayah Anand mengundang seorang biarawan Budha dan seorang
muslim untuk membacakan do’a, lalu ada doa-doa itu dibacakan menurut tradisi Sindhi.
Anand memasuki bangku sekolah (waktu itu masih SR-Sekolah Rakyat) pada
usia yang kelima di tahun 1961. Namun karena situasi yang sangat genting dengan
pemberontakan G/30/S/PKI pada tahun 1965, ia belajar di Indonesia hanya empat
tahun, karena waktu peristiwa itu. Saat usianya sembilan tahun, ia terpaksa
meninggalkan Indonesia bersama Ayahnya ke India. Selama belajar di India, Anand
dapat menyelesaikan pendidikan secara cepat, dan pada usia empat belas (14) tahun
telah dapat menyelesaikan jenjang pendidikannya sampai lulus dari SMA (Sekolah
Menengah Atas).14
13
Krishna, Melampaui Kelahiran dan Kematian, h. 40
Selama belajar di India, Anand seringkali mengalami lompatan kelas, sehingga Anand terhitung sangat
cepat dalam menyelesaikan pendidikannya sampai SMA. Di India, karena Anand berbadan tinggi besar
maka langsung naik kekelas VII Yunior High School di Lucknow, negara bagian utara Pradesh. Hal ini
atas saran dokter yang juga om-nya yang cukup terkenal di Kota Babaratna. Bahwasannya bila Anand
masuk kelas V maka akan mengalami mentally down (turun mental), karena anak-anak dikelas V ukuran
badannya setengah dari badan Anand.kemudian untuk mendongkrak pengetahuan Anand, om-nya
tersebut mengusulkan untuk mengundang guru les. Dari bulan November 1965-Mei 1966 Anand belajar
bahasa, sejarah India dan lain-lain.akhirnya pada bulan mei tahun 1966, atas`saran guru les, Anand
memasuki kelas VII hanya dengan diuji tanpa mengikutsertakan raport sekolah sebelumnya. Dikelas VII
Anand mempunyai nilai yang amat baik sehingga naik tingkat langsung ke kelas IX, melompati satu
tingkat.
14
Selama belajar di sekolah, Anand termasuk anak yang tekun membaca buku
pelajaran dan mengerjakan pekerjaan rumah (PR) yang ditugaskan gurunya disekolah,
sehingga pulang sekolah ia tidak perlu belajar lagi. Setelah pulang sekolah, Anand
menghabiskan waktunya dengan membaca buku-buku spiritual koleksi ayahnya serta
membaca novel. Dengan ketekunan tersebut, ia bisa memasuki Universitas pada usia 15
tahun, tepatnya tahun 1971, pada jurusan kedokteran, di salah satu Universitas di India.
Namun hanya enam bulan Anand kuliah, ia keluar dan kembali ke Indonesia.
Sewaktu di India, Anand bertemu dan berguru dengan seorang mistikus sufi
Sheikh Baba yang juga penjual (atau dengan sebutan lain: tukang) es balok. Sheikh
Baba mengantarkan Anand berkenalan dengan dunia tasawuf pada usia yang masih
belia. Perkenalan Anand dengan Sheikh Baba melalui Nagma, keponakan Sheikh yang
membantu berjualan es balok.15 Melalui Sheikh Baba inilah Anand mengenal latihanlatihan Sufi, mengenal Jalaludin Rumi, seorang mistik sufi pengarang Matsnawi.16
Melalui Sheikh Baba pula, Anand mengenal Islam.17 Pada usia 15 tahun, Anand
mendalami ajaran Yesus secara serius dan sering ke Gereja, baik Katolik maupun
Protestan.18 Ia pun mengenal dan memahami beberapa ajaran Agama.
Sejak tahun 1973, Anand, yang waktu itu berusia 17 tahun, aktif dalam
organisasi masyarakat pada Yayasan Sri Satya Sai milik Sri Satya Sai Baba. Menurut
penuturan Anand, Sai Baba berbeda dengan Sheikh Baba yang memerkenalkannya
dengan dunia tasawuf. Sai Baba adalah guru spiritual Anand. Sai Baba sangat terkenal
karena mukjizat-mukjizatnya dan pemenuhan kebutuhan masyarakat bawah, seperti
15
Anand Krishna, 99 Nama bagi Orang Modern (Jakarta : Gramedia, 1999) h. 8
Anand Krishna, Matsnawi, Bersama Jalaludin Rumi Menggapai Langit Biru tak Berbingkai (Jakarta :
Gramedia Pustaka, 2000), h.3
17
Di sampaikan Anand Krishna dalam Diskusi Klub Kajian Agama (KKA) Paramdina di Hotel Reagent
pada tanggal 22 september 2000.
18
Anand Krishna, Sabda pencerahan, Ulasan Khotbah Yesus di atas Bukit bagi Orang Modern, (Jakarta :
Gramedia Pustaka, 1998) h. 4
16
sekolah dan politekhnik, bahkan sampai rumah sakit dan perguruan tinggi. Pengikut Sai
Baba lebih dari 100 juta, baik yang berbeda di India maupun yang di luar India.19 Anand
menjadikan Sai Baba sebagai guru spiritual karena ia tertarik dengan ajaran cinta dan
kasih.20
Semasa di India, Anand sebenarnya tidak pernah mendengar tentang Sai Baba.
Anand tertarik dengan Sai Baba karena mengkonfirmasi keyakinannya tentang cinta
kasih. Pada tahun 1975, Anand pergi ke India bertemu dengan Sai Baba. Semenjak itu,
sepulang dari India, Anand lebih apresiatif terhadapnya, dan mulai aktif di
organisasinya di Indonesia sampai posisi Sekretaris Nasional. Selama 11-12 tahun
lamanya Anand aktif dan total di organisasi tersebut dan mengundurkan diri pada tahun
1986. Meskipun aktif di Yayasan Sai Baba, Anand tidak menutup kehadiran guru-guru
yang lain, termasuk Krishna Mukti (yang bertemu di Southerland, Swiss dan India),
Antony de Mello (yang bertemu di India) dan lain sebagainya. Sai Baba pula yang
memperkenalkan dan mengajarkan Anand tentang Meditasi.
Di usia ke-21 (1977),
Anand melangsungkan pernikahan dengan Rani dan
selang dua tahun dikaruniai anak laki-laki yang bernama Prashant. Prashant mempunyai
adik perempuan yang hanya berbeda satu tahun bernama Pooja. Sejak umur lima tahun,
anak-anak ini diberi kesempatan oleh Anand untuk memperoleh pendidikan dasar di
sekolah Baba.21 Setelah menikah, Anand pergi ke Jepang untuk bekerja sambil belajar.
Di negeri Jepang ini Anand mengenal sekaligus mendalami ajaran Tao teh Ching.22
Anand tinggal di Jepang sampai tahun 1979.
19
Anand Krishna, Seni Memberdayakan Diri I : Meditasi untuk Management Stres dan Neo Zen Reiki
untuk Kesehatan jasmani dan Rohani (Jakarta : Gramedia Pustaka, 1999), h. 10
20
Krishna, Seni Memberdayakan Diri I, h. 10
21
Krishna, Seni Memberdayakan Diri I, h. 13
22
Indrawati, Tao dalam Tao the Cing ( Suatu kajian atas Penafsiran Anand Krishna), (IAIN Syahid
Jakarta : Skripsi, 2001) h. 8-9
Setelah dari Jepang, Anand pergi ke Amerika untuk menyelesaikan dan
memperoleh gelar MBA dari Pasific Southern University di kota Hawai. Dengan modal
gelar MBA, Anand berkutat dalam dunia bisnis modern sebagai marketing Director
(Sainth Group of Companies, Indonesia, tahun 1979-1986) CEO (D’Jar Inc, USA tahun
1986-1989) dan Director/Shareholder (Svarna Artha Interbuana, Jakarta, 1989-1991).23
klimak dari karir pekerjaannya, setelah bekerja selama 19 tahun, dari juru ketik sebuah
perusahaan yang hanya memiliki dua staf hingga menjadi direktur pemasaran pada
perusahaan besar. Anand mendirikan pabrik garmen, pakaian jadi untuk di ekspor ke
Bekasi. Belum sampai setahun, Anand terkena penyakit Leukimia, Kanker Darah.
Penyakit tersebut disebabkan terlalu capek, keletihan dan kesehatan yang terabaikan,
atau dalam bahasa Anand sendiri, yaitu Interfensi keberadaan, bahasa lain dari takdir.
Penyakit yang diderita Anand ini termasuk penyakit yang berbahaya dan kemudian
menjadi sejarah tersendiri bagi kehidupannya, di mana ia nyaris putus asa dengan
penyakit tersebut.
Sebetulnya Anand mulai merasa terserang penyakit sejak sekitar bulan Oktober
hingga November 1990, namun ia tetap tidak mau ke dokter. Penyakit Anand terdeteksi
oleh dokter pada bulan Maret 1991, ketika ia terjatuh di kamar mandi saat menggosok
gigi. Sejak itu Anand mesti berurusan dengan rumah sakit. Anand kekurangan sel-sel
darah merah dan harus segera ditransfusi darah segar. Penyakit ini merupakan keanehan
bagi Anand, karena enam bulan yang lalu ia menjadi donor darah. Namun sejak 5-6
bulan terakhir Anand merasa lesu, cepat capek, dan itu tidak begitu dirasa dan
diperhatikan. Anand berurusan dengan rumah sakit selama beberapa bulan, namun tidak
ada kemajuan dari penyakitnya.
23
Diambil dari setiap Cover buku Anand Krishna terbitan Gramedia Pustaka
Anand mencari jalan lain dengan mencari mukjizat agar sembuh dari
penyakitnya meskipun kemungkinan kecil. Bersama sang istri dan seorang sahabat dari
kalangan organisasi Sai, Anand berangkat ke India untuk menemui Sri Satya Sai Baba
yang merupakan guru spiritualnya. Namun Sai Baba tidak menemui Anand sama sekali.
Dengan penuh keyakinan, setelah Baba mengatakan kepada anaknya bahwa ‘Ayahmu
tidak sakit’, Anand merasa Baba sudah menyembuhkannya. Anand pun kembali ke
Indonesia. Setelah sampai di Indonesia, karena persoalan menumpuk baik dari
perusahaan maupun keluarga, Anand yang pada awalnya menikmati kehidupan tenang
selama satu bulan, penyakitnya kambuh kembali sehingga sempat berpikir untuk bunuh
diri. Anand kembali ke India untuk menemui Sang Guru. Meski demikian, Sang Guru
tetap tidak mau menemuinya. Akhirnya Anand pergi ke kota Bangalore, India Selatan.
Di Bangalore, Anand bertemu dengan Bapak Shastry, seorang mistikus yang
juga menguasai astrologi kuno berdasarkan lontar-lontar yang ia miliki. Anand
mapointment (petunjuk atau janji) dari “Buku Kehidupan” yang dibacakannya, bahwa
yang menyembuhkan penyakitnya adalah dirinya sendiri. Hasilnya tetap nihil,
penyakitnya tidak dapat disembuhkan. Anand pun pergi ke berbagai negara, hingga ke
dukun dan paranormal. Ia mencari ketenangan dengan mengunjungi tempat-tempat
ibadah (Gereja, Mesjid, Wihara, Candi, dan tempat-tempat ibadah lainnya) yang pada
akhirnya menuntunnya bertemu dengan Lama, seorang Bikshu (Bikku) dari pegunungan
Himalaya di Leh (laddakh-India) yang kebetulan mengunjungi Daratan India. Sang
Lama menawarkan kepada Anand untuk menuju ke Leh. Anand menuju ke Leh
menemui Sang Bikshu tersebut. Di Leh inilah Anand menemui kehidupannya dan
sembuh dari penyakitnya yang mematikan. Kesembuhan ini terjadi tepatnya pada bulan
november 1991.24 Proses penyembuhan penyakit inilah yang menjadi inspirasi untuk
menekuni meditasi. Setelah sembuh, Anand kemudian berkonsentrasi untuk mendirikan
Padepokan Anand Ashram di kantornya jalan Sunter Mas Barat II-E, Blok H-10/1
Jakarta-14350. Tempat inilah yang kemudian beralih fungsi menjadi tempat pelatihan
meditasi.
Untuk menelusuri dan memahami pemikiran Anand bukanlah hal yang mudah,
karena
dalam menyampaikan pemikirannya, ia cenderung mengalir, bahkan tidak
nampak teori yang melandasi pemikirannya. Namun, dalam buku-buku yang ditulis
olehnya, dapat ditemukaan satu hal yang selalu menjadi pembahasaannya yaitu tentang
meditasi. Meditasi inilah yang dapat dibaca dan dianalisa serta dipraktikan dari apa
yang disampaikan oleh Anand.
Lebih jauh harus dirujuk pula dari latar belakang kehidupan dan orang-orang
yang mempengaruhi pemikiran Anand. Ia selalu mengalami pengalaman spiritual,
bahkan sejak dalam kandungan sampai ia menderita penyakit Leukimia. Penyakit
Leukimia inilah yang menjadi pelajaran sekaligus renungan serta perubahan besar
dalam dirinya. Oleh karena itu, secara umum, pemikiran Anand sangat dipengaruhi oleh
perjalanan spiritual dalam hidupnya.
Pemikiran Anand juga dipengaruhi oleh beberapa orang yang sangat dekat
dalam hidupnya, di antaranya Ibu Naniek, seorang yang sejak usia belia mengingatkan
dan mengajarkan Anand tentang semua pelajaran kehidupan di masa lalu serta
memberikan buku-buku dan komik. Melalui buku dan komik itulah Anand mempelajari
legenda Jawa yang diinspirasi oleh cerita besar Ramayana dan Mahabarata dari India.
24
Krishna, Seni Memberdayakan Diri I, h. 3-40
Anand juga belajar Injil bergambar yang saat Anand masih belia tidak terlalu banyak
buku tentang nabi-nabi Muslim dan tokoh-tokohnya.
Kedua adalah Sheikh Baba, seorang penjual es balok yang juga seorang sufi.
Sheikh Babalah yang mengantarkan Anand berkenalan dengan dunai tasawuf pada usia
yang masih belia. Melalui Baba inilah Anand mengenal latihan-latihan Sufi dan
mengenal Jalaludin Rumi. Ketiga adalah Sri Satya Sai Baba saat ia aktif di organisasi
masyarakat Yayasan Sri Satya Sai milik Sri satya Sai Baba. Baginya, Sai Baba adalah
guru spiritual. Ia terkenal karena mukjizat-mukjizatnya dan pemenuhan kebutuhan
masyarakat bawah, seperti sekolah dan politeknik, bahkan sampai rumah sakit dan
perguruan tinggi. Anand menjadikan Baba sebagai guru spiritual karena tertarik dengan
ajaran cinta dan kasih. Melalui perkenalan dengan Baba, Anand mempelajari meditasi
yang selanjutnya dikembangkannya
Ketiga orang di atas sangat mempengaruhi pemikiran Anand dalam mempelajari
dan mengembangkan meditasi. Selain ketiga orang tersebut, patut juga di catat beberapa
orang yang bersentuhan secara spiritual dengan Anand, yaitu Krishna Mukti, Antony de
Mello, Bapak Shastry. Melaui Bapak Shastry, Anand mendapatkan apointment
(petunjuk atau janji) dari “Buku Kehidupan”
yang dibacakannya, yang ketika Anand
menderita Leukimia Bapak Shastry inilah yang mengatakan bahwa menyembuhkan
penyakitnya adalah diri Anand sendiri. Pernyataan inilah yang direnunginya dan
membawa keyakinan akan kesembuhan penyakitnya. Perjalanan dan perjumpaan
dengan beberapa tokoh serta ragam tradisi yang ditemui membuatnya mencapai
kematangan berpikir seperti saat ini.
Pengalaman dan perjalanan yang panjang membentuk konstruksi pemikiran
Anand yang didirikan atas dasar perbedaan agama yang tidak dapat dihindari. Sejak
kecil ia telah diajarakan untuk menerima perbedaan dari kedua orang tuanya serta tradisi
dan pertemuannya dengan beberapa tokoh. Pengalaman meditasi yang diperoleh Anand
dari berbagai guru juga memberi sumbangan atas bangunan pemikiran tersebut.
Meditasi inilah yang kemudian ia kembangkan dengan memadukan tradis-tradisi yang
ia temukan dari berbagai agama dan negara.
B. Karya-Karya Anand Krishna
Karya-karya Anand berawal ketika ia sering memberikan ceramah-ceramah
tentang kesadaran, baik di dalam maupun di luar negeri. Ceramah-ceramah tersebut
direkam
dan menghasilkan beberapa buah kaset. Dari ceramah-ceramah tersebut
banyak usulan dan harapan dari banyak pihak terutama yang sering mendengar
ceramah-ceramahnya,
agar
ceramah-ceramahnya
dibukukan.
Anand
kemudian
menyetujui usulan tersebut, dengan syarat isi buku tersebut tidak diedit isinya dan harus
sama dengan isi rekaman ceramahnya. Dari terbitan buku pertama, banyak sekali orang
yang berminat terhadap buku tersebut. Banyaknya permintaan untuk menerbitkan bukubukunya, menjadikan pihak PT. Gramedia Pustaka menawarkan untuk bekerja sama
dalam penerbitan, termasuk juga dalam hal penjualannya. Sampai disinilah Anand
kemudian secara produktif menulis buku.
Dalam setiap penulisan buku-bukunya, Anand tidak pernah memikirkan terlebih dahulu apa yang akan ditulis untuk bukunya,
semuanya mengalir begitu saja. Anand sering mengemukakan bahwa dalam setiap penulisan buku-bukunya tak pernah
terpikirkan hal-hal yang bersifat komersial apalagi untuk mencari popularitas. Tidak ada satu pun buku yang ditulisnya
berdasarkan pesanan atau desakan pihak penerbit. Anand menulis buku mengalir saja, dan apa yang saat itu ada dipikirannya
maka saat itu pula langsung menulis. Dalam karya-karyanya, Anand juga nampaknya tidak diawali oleh salah satu metodologi
ilmiah.
Karya-karya Anand Krishna berupa buku telah berjumlah lebih dari 100 buah
dengan jumlah buku yang terkait dengan sipiritualitas berjumlah lebih dari 50 buku.
Sebahagian dari karya-karya tersebut, Anand memiliki perhatian
untuk membahas
meditasi, baik secara teoritis maupun praktis. Namun dari karya-karya yang ada, Anand
lebih banyak membahas meditasi dalam kerangka praktis, atau
tuntunan
untuk
melakukan meditasi25. Secara umum terdapat beberapa buku yang secara spesifik
membahas tentang meditasi, yaitu :
1. Seni Memberdayakan Diri 1 : Meditasi & Neo Zen Reiki.
Buku ini merupakan buku panduan pertama tentang Seni memberdayakan diri,
yang berisi tentang tuntunan untuk melakukan meditasi. Dalam buku ini,
Anand memadukan meditasi dengan Neo Zen Reiki. Neo Zen Reiki
merupakan
penemuan Sensei Usui yang sudah diimprovisasi dan
dikembangkan setelah terapan intensif dan penggalian lebih jauh dari berbagai
manuskrip kuno dalam bahasa Sansekerta.
2. Seni Memberdayakan Diri 2 : Meditasi untuk Peningkatan Kesadaran.
Buku ini merupakan buku panduan kedua tentang seni memberdayakan diri,
yang membahas tentang meditasi. Sebagai buku panduan kedua, buku ini
merupakan kelanjutan dari buku yang pertama
yang membahas tentang
tuntunan untuk melakukan meditasi. Kelebihan dari buku yang kedua ini
adalah merupakan tuntunan lebih lanjut tentang
tekhnik meditasi yang
diarahkan untuk meningkatkan kesadaran dan memajamklan konsentrasi,
sehingga meditasi dapat tercapai secara maksimal.
3. Seni Memberdayakan Diri 3: Athisa, Melampaui Meditasi untuk Hidup
Meditatif.
Buku ini merupakan buku panduang ketiga tentang seni memberdayakan diri
yang membahas tentang meditasi. Sebagai buku panduan ketiga, buku ini
merupakan kelanjutan dari buku panduan yang pertama dan kedua, sekaligus
25
http://www.akcbali.org/tulisan/Radar230407.htm
sebagai penyempurna dari kedua buku diatas. Kelebihan dari buku ketiga ini
adalah merupakan panduan dan tuntunan untuk dapat melakukan meditasi
secara maksimal. Akan tetapi tidak cukup sekedar melakukan meditasi,
melainkan praktik meditasi tersebut harus berimbas kepada praktik
klehidupan. Sehingga seorang yang melakukan praktik meditasi, maka dalam
kehidupannya akan nampak sebagai seorang yang meditative, yang pada
akhirnya meditasi dapat dijadikan sebagai gaya hidup.
4. Renungan Harian: Sarana Penunjang Meditasi.
Dalam buku ini, Anand lebih banyak membahas tentang fenomena kehidupan
yang patut menjadi renungan bahkan menjadi pelajaran dan dapat menjadi
sumber inspirasi untuk melakukan meditasi. Buku ini mengurai tuntutan
meditasi yang bersumber fenomena kehidupan yang telah diamati dan
renungkan. Renungan inilah yang kemudian dijadikan sebagai sarana
penunjang meditasi.
5. Ilmu Medis & Meditasi.
Buku ini merupakan buku yang membahas beberapa prinsip- prinsip dasar
tentang meditasi. Di samping itu buku ini membahas tentang ilmu medis yang
terkait dengan teori dan tekhnik meditasi. Dalam buku ini, Anand melakukan
dialog dengan Dr. B. Setiawan yang membahas tentang meditasi dalam
tinjauan medis. Lebih jauh, buku ini menguraikan tentang kesesuaian pralktik
meditasi dalam tinjauan ilmu Medis.
6. Fiqr , Memasuki Alam Meditasi Lewat Gerbang Sufi
Dalam buku ini dikemukakan bahwa ditengah aksi kekerasan yang terjadi di
berbagai belahan dunia, semakin mengantarkan ajaran sufi menjadi sangat
relevan. Lewat buku ini, Anand mengajak berenang dalam kolam kasih, dan
memasuki pencerahan para sufi melalui proses Takhali (pembersihan diri),
Tahalli (pembenahan diri), dan Tajalli (pencerahan). Lebih jauh buku ini
membahas tahap-tahap meditasi melalui proses pencerahan sufi tersebut.
BAB III
MEDITASI DAN AGAMA
A. Pengertian Meditasi
Meditasi seringkali dipakai bergantian dengan kontemplasi.26 Meditasi
dipandang sebagai tahap persiapan untuk meraih tingkat kontemplasi. Meditasi
melibatkan konsentrasi dan memfokuskan kesadaran pada satu titik, atau symbol-simbol
tertentu. Meditasi terkait dengan agama, sedang kontemplasi terkait dengan hal yang
lebih umum. Meditasi berasal dari bahasa latin Meditari, yang berarti refleksi atau
konsentrasi. Sedang kontempalasi itu diambil dari bahasa latin Cum, yang berarti With
dan Templum yang berarti ruang atau tempat kontemplasi. Kontemplasi merupakan
kondisi spiritual yang mengarah kepada praktek asketisme. Hal ini didapati dari budaya
Yudaisme, Kristen dan Islam.
Meditasi adalah pemusatan pikiran dan perasaan untuk mencapai sesuatu. Hal
yang senada juga dikemukakan oleh Moeslim Dalid dari
Yayasan Krishnamurti
Indonesia, yang mendefinisikan meditasi sebagai suatu cara, metode, dan latihan yang
dilakukan untuk mencapai suatu tujuan.27
Perlu diperhatikan, dalam melakukan meditasi setiap orang akan memiliki
pengalaman yang unik, dan tidak ada keseragaman. Setiap orang akan mengalami
pengalaman yang berbeda tergantung potensi diri yang dimiliki sang meditator.
Meditasi juga dapat dipahami
sebagai suatu aktivitas yang mengakibatkan
hubungan erat sang meditator dengan Tuhan ; meditasi pada yang abstrak, tidak
berbentuk, dan tidak bernama. Karena Yang Tertinggi tidak mempunyai bentuk dan
26
Winston L King, “Meditation”, dalam Mircea Eliade (ed. in Chief) The Encyclopedia of Religion, Vol.
9 (New York : Mac Millan Library Reference USA), h. 325
27
Sudirman Tebba, Meditasi Sufistik, (Bandung : Pustaka Hidayah, 2004), h. 11
tidak mempunyai nama, tidak juga mempunyai kwalitas atau lambang-lambang. Oleh
karena itu, satu hal yang penting adalah bahwa Tuhan hanya bisa dirasakan dengan
kehadirannya, dan kehadirannya tersebut yang coba untuk dirasakan selama meditasi.
Dalam meditasi, sang meditator juga dapat merasakan lahirnya suatu cahaya.
Lahirnya cahaya di dalam hati adalah konsep yang paling abstrak yang dapat diterima,
yang tidak mempunyai bentuk, tidak mempunyai bahan-bahan, dan tidak mempunyai
berat. Jadi itulah sebagai titik permulaan, setelah meditasi berlangsung khusu dan lebih
khusu, maka akan terungkap setiap diri dari dalam diri pelaku meditasi. Dan pasti ada
saatnya, pada suatu ketika akan mendapat pengalaman yang sangat berharga, seperti
dalam bentuk mempunyai suatu persangkaan tentang sesuatu, bukan karena pernah
melihatnya atau merabanya tetapi karena
sudah merasakannya, dan
pengalaman
tersebut akan sangat sukar untuk dipahami.28
Penting untuk diperhatikan, bahwa banyak orang melakukan meditasi, tapi
banyak dari mereka tidak tahu apa yang sedang berlangsung dalam sistem selama
meditasi, karena mereka tidak memperhatikan untuk apa ini terjadi. Seseorang harus
siap siaga untuk sebuah transmisi dan tindakannya menurut sistem. Baru kesenangan
atas meditasi yang sesungguhnya dimulai. Apakah seseorang mempunyai pengalaman
atau tidak, transmisi akan bekerja dan melengkapi tugasnya. Tetapi kegembiraan yang
sesungguhnya datang adalah saat mengetahui apa yang telah diperoleh.29
B. Tujuan Meditasi
Di zaman modern saat ini, yang sarat dengan tantangan eksistensi kemanusiaan
banyak orang yang masih mencari makna hidupnya, yaitu suatu kehidupan yang sesuai
28
29
Diurai dan disedrhanakan dari www.srcm.org/centers/as/id/meditasi.htm
www.srcm.org/centers/as/id/meditasi.htm
dengan fitrah manusia dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Tidak dapat dipungkiri,
bahwa banyak manusia terjebak dengan permainan kehidupan dunia semata yang pada
akhirnya mengantarkan kepada suatu ruang kosong dalam kehidupan. Kehidupan
ekonomi mereka makmur, akan tetapi benyak diantara mereka yang merasa hidupnya
hampa.30
Di era modern ini, banyak manusia mengalami problem yang akut, seperti
kehilangan identitas diri dan teralienasi dari dirnya sendiri. Kemodernan telah menyeret
manusia dalam kehidupan material matematis yang dangkal dan kering sehingga timbul
kegersangan, kalau tidak kekeringan, dalam
kehidupan manusia. Manusia modern
diarahkan kepada pemenuhan kehidupan materiil dengan hitungan matematis, semua
tingkah laku dan perbuatan dihitung dengan untung brugi. Orientasi manusia dalam
kehidupan modern ini diarahkan sedemikian rupa bahwa hidup ini adalah pemenuhan
kepuasan materi an sich, tidak lebih dari itu.31
Manusia modern dicekoki dengan berbagai iming-iming bahwa kepuasan hanya
diperoleh setelah memiliki hal-hal yang bersifat materi. Dengan keterpenuhan atas halhal tersebut seakan-akan kebahagaian serta-merta dapat diraih dan dinikmati.
Penciptaan image disebar lewat berbagai jalur yang mampu menyentuh segala penjuru
kehidupan manusia dari kamar tidur, rumah, perkampungan, ruas-ruas jalan sampai
perkantoran dan kembali ke rumah lagi – sehingga kalau bisa manusia bermimpi pun
memimpikan hal itu. Gaya hidup direkayasa sedemikian rupa dengan pesan “inilah
hidup masa kini”, “inilah citra manusia modern”, dan slogan-slogan lain lain yang
30
31
www.srcm.org/centers/as/id/meditasi.htm
www.srcm.org/centers/as/id/meditasi.htm
murni pemenuhan kebutuhan hidup yang materailistik semata. Sehingga yang terjadi
pada manusia modern saat ini adalah suatu sikap kehampaan.32
Untuk mengatasi hidup yang hampa ini, banyak orang yang menempuh jalan
untuk melakukan meditasi. Meditasi merupakan suatu proses, dimana setiap orang akan
menjalankannya untuk mencapai sebuah tujuan yang ingin dicapai, yaitu suatu tujuan
yang sudah ditetapkan sebelumnya atau sudah dikodratkan.
Meditasi merupakan aktivitas yang paling penting, kalau orang ingin membuat
disiplin diri atas dirinya sendiri. Karena pada awalnya hal ini akan memungkinkan
terjadinya disiplin mental, kemudian hal ini akan memungkinkan terjadinya disiplin
fisik, mengatur kehidupan, memberi ketentraman di dalamnya, menghasilkan disiplin
mental yang lebih besar dan lebih besar, lalu menghasilkan dukungan terhadap diri
seseorang , semacam perputaran yang menopang diri untuk membuat tujuan dapat
dicapai. Oleh karena itu tanpa sedikit kedisiplinan tujuan tidak dapat dicapai. Jadi suatu
tujuan memungkinkan untuk dicapai selama mempunyai kedisiplinan diri.33
Jika tidak ada disiplin mental, maka disiplin fisik tidak dapat terjadi. Itulah
mengapa bermeditasi. Untuk memperoleh pengaturan terhadap pikiran, membuatnya
menjadi disiplin, membuatnya memungkinkan bagi seseorang untuk menggunakan
pikiran kemanapun
memilihnya, biasanya dalam bentuk proses berikut ; -
menggunakan pikiran, tidak menggunakan pikiran, dan selanjutnya menggunakan
pikiran kembali - dengan demikian mencapai 100 % kekuatan pikiran, sehingga
memungkinkan apa yang sudah dijanjikan dari suatu meditasi akan menjadi mahir
dalam hal apapun yang dikerjakannya.34
32
www.srcm.org/centers/as/id/meditasi.htm
www.srcm.org/centers/as/id/meditasi.htm
34
diurai dan disedrhanakan dari www.srcm.org/centers/as/id/meditasi.htm
33
Ketika orang melakukan meditasi, maka terdapat beberapa tujuan yang ingin
diraihnya. Tujuan meditasi sendiri bermaca-macam, tergantung pada masing-masing
orang yang melakukannya. Akan tetapi, secara umum dapat dirumuskan bahwa tujuan
melakukan meditasi adalah
1. Mencari makna hidup. Hal ini dilakukan, karena dengan meditasi setiap
orang akan dapat merenungkan proses kehidupan sehingga mampu menjadi
refleksi untuk memaknai kehidupan. Tujuan yang pertama ini merupakan
tujuan yang yang cukup berat untuk diraih. Oleh karena itu, meditasi harus
dilakukan secara terus menerus dan dengan penuh kesungguhan. Tujuan
yang pertama ini lebih diarahkan untuk menjawab rasa dan kondisi
kehampaan dalam kehidupan manusia.
2. Mecari ketenangan pikiran dan perasaan. Dengan mencapai ketenangan
pikiran dan perasaan, orang akan terhindar dari penyakit-penyakit yang
muncul dari gangguan jiwa, seperti stres. Sehingga bisa hidup sehat dan
bahagia.35 Tujuan yang kedua ini, secara praktis lebih diarahkan untuk
menjawab beberpa kebutuhan fisik yang sering mengganggu aktivitas
kehidupan manusia, sehingga manusia dapat menajalankan kehidupannya
lebih memiliki masa depan.
Dalam agama Budha, apapun alirannya, semua meditasi memiliki tujuan yang
sama, yaitu untuk mancapai Nibbana. Hal ini dikarenakan, tidak seorang pun dapat
mencapai Nibbana atau keselamatan tanpa mengembangkan pikiran memalui
meditasi.36 Di samping itu, menurut ajaran Budha, pelatihan-pelatihan meditasi akan
35
36
Tebba, Meditasi Sufistik, h. 11-12
Sri Dhammananda, Keyakinan Ummat Budha, (Jakarta : Yayasan Penerbit Karaniya, 2002), h. 256
membantu seseorang menyadari dan mengalami keutuhan-diri total (perfected
selflessness) yang menyebabkan hilangnya kesedihan dan menuju suatu keadaan
damai.37
Secara praktis, meditasi juga memiliki manfaat dan berfungsi terhadap
kesehatan.
Berbagai eksperimen memperlihatkan, sebagaimana penelitian yang
dilakukan oleh Herbert Benson M.D dan Miriam Z. Klipper bahwa selama melakukan
meditasi terdapat penurunan nyata konsumsi oksigen tubuh. Setiap sel menggunakan
energi yang ada dalam bahan makanan dengan membakar sari-sari makanan secara
perlahan-lahan. Agar dapat membakar bahan tersebut, sel biasanya memanfaatkan
oksigen yang diangkut melalui aliran darah. Jumlah metabolisme tunggal dari setiap sel
yang menggunakan oksigen merupakan jumlah konsumsi oksigen, total tubuh.
Perubahan fisiologis utama yang dikaitkan dengan meditasi adalah penurunan laju
metabolisme. Penurunan metabolisme semacam itu, yang disebut hipometabolisme,
merupakan
keadaan tenang. Sehingga dengan bermeditasi akan menyebabkan
pengurangan penggunaan sumber energi tubuh.38
Meditasi adalah sebuah pelatihan yang menggunakan pikiran untuk tujuan
mengatur pikiran dengan usaha manusia. Mungkin akan timbul pertanyaan, jika pikiran
seseorang dapat secara otomatis mengatur sendiri, mengapa
harus bermeditasi ?.
Seluruh tujuan meditasi adalah untuk mengadakan pemutaran dari kenyataan hidup ini
bahwa pikiran adalah master/tuan setiap orang. Setiap diri harus menjadi tuan atas
pikirannya. Hanya sebatas ini, maka tugas selanjutnya adalah hanya membalikkannya
saja. Pikiran harus diatur, dan ini dapat dimungkinkan hanya dengan disiplin awal yang
digunakan untuk meditasi. Ini berarti bahwa sedikit kedisiplinan adalah hal pertama
37
Herbert Benson M.D & Mirian Z. Klipper, Respon Relaksasi: Teknik Meditasi Sederhana untuk
Mengatsi Tekanan Hidup, terj : Nurhasan (Bandung : Kaifa, 2000), h.125
38
Benson M.D & Mirian Z. Klipper, Respon Relaksasi, h. 104-105.
yang dibutuhkan untuk menghasilkan disiplin yang lebih besar dan yang paling besar.
Jadi adanya sedikit kedisiplinan ini lah yang dibutuhkan, pertama secara fisik bahwa
sedikit kedisiplinan digunakan untuk meditasi dulu. Secara mental sedikit kedisiplinan
digunakan untuk mencoba meditasi terhadap apa yang harus dimeditasikan.
Selanjutnya, orang yang terlatih melakukan meditasi, maka akan dapat mengetahui apa
yang akan dilakukannya kedepan.
C. Meditasi: Pandangan Beberapa Agama
Hampir dapat dipastikan bahwa meditasi memiliki relasi yang sangat kuat
dengan meditasi. Bahkan lebih jauh dapat dikemukakan bahwa meditasi tidak dapat
dipisahkan dari aspek spritualitas, dan dapat menjadi implementasi dari spiritualitas
agama. Artinya bahwa meditasi dapat menjadi wujud dari spiritualitas agama. Sampai
disini yang menjadi titik temu untuk menjelaskan meditasi dan spiritualitas adalah
agama itu sendiri. Hal ini dapat dijelaskan antara lain dengan mengemukakan bahwa
meditasi terdapat dalam berbagai agama dan budaya. Setiap agama dapat dipastikan
memiliki dimensi spiritualitas, meskipun dengan cara dan praktik yang berbeda-beda.
Berikut akan diurai pandangan beberapa agama tentang meditasi dan spiritualitas :
a. Islam
Dalam Islam, meditasi diajarkan dan sangat terkait dengan dunia tasawuf. Jika
diidentifikasi secara serius, maka ada beberapa kegiatan spiritual yang dapat
dikategorikan sebagai
muraqabah,
sebagai praktek meditasi dalam tasawuf, antara lain :
muhasabah, wirid, tafakur, dzikir, do’a. ‘uzlah, dan i’tikaf.39
Untuk
memahami lebih lanjut tentang kegiatan-kegiatan spiritual ini, berikut akan diurai
penjelasannya:
a. Muraqabah ; konsentrasi penuh waspada dengan segenap kekuatan jiwa,
pikiran dan imajinasi serta pemeriksaan yang dengannya sang hamba
mengawasi dirinya sendiri secara cermat. Selama muraqabah berlangsung,
sang mengamati bagaimana Allah mewujud dengan jelas dalam kosmos dan
dalam dirinya sendiri. Muraqabah ada kaitannnya dengan mujahadah, yaitu
39
Tebba, Meditasi Sufistik, h. 12
perjuangan dan upaya spiritual melawan hawa nafsu dan berbagai
kecenderungan jiwa rendah.
b. Muhasabah ; analisis terus menerus terhadap hati berikut keadaannya yang
selalu berubah. Selama muhasabah, orang yang merenung pun memeriksa
gerakan hati yang paling tersembunyi dan rahasia. Dengan kata lain, dia
menghisab dirinya sendiri tanpa menunggu hari kebangkitan diakhirat kelak.
c. Wirid ; latihan spiritual denagn menyebut nama-nama Tuhan, biasanya AlAsma al-Husna, yang jumlahnya 99 nama. Wirid juga adalah tafakur,
mengerjakan shalat sunat, membaca al-Quran, zikir dan do’a. Dalam tarekat,
pengamalan wirid melahirkan transformasi batin secara bertahap. Namun
kadar transformasi spiritual ini tergantung pada rahmat Tuhan dan juga pada
kesucian niat serta ketulusan.
d. Tafakur ; merenungkan ciptaan Allah SWT, kekuasaannya yang nyata dan
tersembunyi serta kebesarannya diseluruh langit dan bumi. Tafakur sebaiknya
dilakukan setiap hari, terutama pada tengah malam. Karena saat tengah malam
adalah saat yang paling baik, lengang, jernih dan tepat untuk penyucian jiwa.
Selain istilah tafakur, dalam tasawuf juga ada istilah tadzakur. Kedua istilah
ini memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah bahwa kedua
istilah tersebut berarti perenungan. Sementara perbedaannya adalah, menurut
sebagian ulama, tafakur merupakan cara tadzakur, sedangkan tadzakur adalah
wujud nyata tafakur itu sendiri.
e. Dzikir ; berarti mengingat, menyebut atau mengagungkan Allah dengan
mengulang-ulang salah satu namanya atau kalimat keagungannya. Dzikir yang
hakiki adalah sebuah keadaan spiritual di mana seseorang yang mengingat
Alla memusatkan segenap kekuatan fisik dan spiritualnya kepada Allah,
sehingga seluruh wujudnya bisa bersatudengan yang Maha Mutlak.
f.
Do’a ; berarti permintaan atau permohonan. Yang dimaksud adalah
permohonan manusia kepada Allah untuk mendapatkan kebaikan di dunia dan
keselamatan di akhirat. Kebaikan di dunia adalah kesehatan, kemakmuran,
pengetahuan dan kedudukan yang tinggi serta terhindar dari musibah. Sesang
keselamatan diakhirat adalah masuk surga dan terhindar dari api neraka. Doa
merupakan kesempatan yang dimiliki manusia untuk mencurahklan keinginan
hationya kepada Tuhan, menyatakan kerinduan, ketakutan dan kebutuhan
manusia kepada Tuhan.
g. Uzlah ; berarti mengasingkan diri. Yang dimaksud dalam hal ini adalah
mengasingkan diri dari pergaulan
maksiat dan kejahatan
dengan masyarakat untuk menghindari
serta melatih jiwa dengan melakukan ibadah, dzikir,
doa dan tafakur tentang kebesaran Allah dalam mendekatkan diri kepada-Nya.
h. I’tikaf ; berdiam diri atau melazimkan sesuatu yang baik atau buruk. Akan
tetapi, i’tikaf yang dimaksud dalam konteks meditasi adalah berdiam diri di
dalam mesjid dengan niat beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah.40
Meditasi dan kontemplasi terkait dengan tradisi Islam Ortodoks, khususnya
tradisi sufistik yang bertujuan untuk menghadirkan kondisi kesatuan antara hamba
dengan Tuhan melalui proses transendensi diri. Meditasi juga sering dikaitkan dengan
40
Tebba, Meditasi Sufistik, h.12-16
praktik zikir.41 Kegiatan-kegiatan spiritual sebagaimana telah dikemukakan di atas,
dalam Islam khususnya dunia tasawuf dapat dikatakan sebagai bentuk-betuk meditasi.
Dengan demikian, meditasi dapat diidentikkan sebagai suatu kegiatan spiritual. Dalam
praktik sufisme (tasawuf), suatu aliran mistisisme Islam,
meditasi juga dapat
menimbulkan pengalaman transendental.42
b. Budha
Meditasi merupakan salah satu tahapan dalam Budhisme untuk pengembangan
diri, sehingga bisa mencapai pencerahan dengan kebijaksanaan yang tinggi di dalam
dharma dan hidup secara bahagia. Kegiatan meditasi selalu dilakukan oleh ummat
Budha dari berbagai aliran Budhisme yang ada, khususnya pada saat melakukan puja
bhakti. Meskipun metode atau tahapan meditasi sebagaimana yang diajarkan oleh sang
Budha telah mengalami berbagai perkembangan. Sesuai kebudayaan masing-masing
negara dan aliran Budhisme yang di anut.43
Di antara aliran dalam agama Budha terdapat aliran aliran Theravada. Aliran ini
juga memiliki konsep dan tata cara melakukan meditasi sebagai upaya pendakiann
spiritual. Dalam aliran Theravada metode meditasinya menggunakan 2 (dua) latihan,
yang diajarkan oleh Sang Budha, yaitu Samatha dan Vipassana.44 Karena dalam
meditasi tanpa Samatha dan Vipassana, tidak ada kebersihan batin, karena untuk
bahagia mencapai nibbana batin harus bersih dan bebas dari noda-noda kotoran, maka
antara Samatha dan Vipassana terkait antara keduanya.45 Dua metode yang digunakan
41
King, “Meditation”, dalam Mircea Eliade (ed. in Chief), The Encyclopedia of Religion, h. 327.
King, “Meditation”, dalam Mircea Eliade (ed. in Chief), The Encyclopedia of Religion, h. 327
43
Sutradharma TJ Sudarman, Menjalani Kehidupan Budhisme, Confusianisme, dan Taoisme (Jakarta:
Sunyata, 1998), h. 80
44
Sutradharma TJ Sudarman, Menjalani Kehidupan Budhisme, Confusianisme, dan Taoisme, h. 90
45
Natani, Indahnya Meditasi, (Jakarta : Yayasan Kusalayani, 1995), h.8
42
dalam latihan meditasi, yaitu: pertama, Samantha Bhavana: menditasi pengembangan
ketenangan batin; kedua, Vipassana Bhavana: meditasi pengembangan pandangan
terang.46
c. Yudaisme
Meditasi merupakan gagasan sentral dan otoritas tradisi Yahudi. Tradisi ini biasa
ditemukan dalam Mishnah dan Talmud.
Meditasi dalam perspektif Yahudi ini
dipengaruhi oleh Gnostisisme dan Helenisme, yang merujuk kepada mistisime
Heikhalot. Meditasi juga merujuk pada tradisi Hasidic, bersumber dari pengaruh dari
fiosof Yahudi bernama Philo Judaeus. Dalam kontemplasi ala Hasidic transendensi
ketuhanan diraih dengan menjadikan obyek kontemplasi berupa Shekhinah
atau
semangat ketuhanan. Tuhan hanya bisa dikontemplasi atau direnungi secara langsung
dengan menempatkan sebagai tujuan dunia. Kontemplasi dalam tradisi yahudi itu
dengan menempatkan jarak antara hamba dengan Tuhan. Dan jarak tersebut merupakan
kesatuan yang erat antara Tuhan dengan hamba.47
Dalam tradisi Yahudi, meditasi juga terkait dengan tindakan asketis yang
mengarah pada praktik kontemplasi yang dilakukan oleh jiwa (soul) melalui tujuh
tahapan menuju karakter perilaku yang baik. Kondisi tersebut dipandang sebagai
pengalaman mistik seseorang yang mendengar dan melihat secara langsung kepada
Tuhannya. Meski demikian, tidak ada bentuk kesatuan mistik di dalam kondisi tersebut,
sebab Tuhan hanya bersifat meliputu segalanya atau yang lain (wholly other).48
d. Kristen
46
Oka Diputhera, et al., Kuliah Agama Budaha untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta : Yasadari, 1997), h. 98
King, “Meditation”, dalam Mircea Eliade (ed. in Chief), The Encyclopedia of Religion, h. 325
48
King, “Meditation”, dalam Mircea Eliade (ed. in Chief), The Encyclopedia of Religion, h. 325
47
Meditasi dan kontemplasi merupakan lingkaran monastik yang dianggap sebagai
tingkatan tertinggi dalam tradisi Kristen. Dalam agama Kristen, tradisi meditasi dan
kontempalssi dipengaruhi oleh literatur Hermetic dan filsafat Neo-platonisme. Bukubuku Hermetic mengetengahkan tema tentang kesatuan mistik yang mengarah kepada
pengetahuan tentang Tuhan. Sementara plotinus menggambarkan empat tahap dalam
memperoleh pengetahuan ilahiah : 1) tahap keutamaan; 2) perkembangan pemikiran
yang melampaui persepsi indrawi; 3) trasendesnsi pikiran dalam meraih kesatuan; 4)
bersatu dengan yang satu.
Dalam tradisi kristen juga dikenal 3 tahap meditasi : 1) menempatkan subyek
(diri) dalam kehadiran Tuhan, 2) menyembah sesuatu diluar kehadiran Tuhan, sebagai
wasilah, dan 3) membayangkan segala sesuatu ini sebagai kehidupan Yesus. Menurut
Ignatius Loyola (1495-1956), salah seorang pendiri Jesuit, yang menggagas praktek
meditasi secara progresif, ia menganggap bahwa meditasi tidak bisa diwakili oleh
orang lain, melainkan harus keterlibatan subyek secara langsung. Caranya adalah
subyek itu harus membayangkan gambaran tertentu seperti kebangkitan Yesus.49
e. Taoisme
Taoisme-satu dari sistem filosofis berpengaruh dalam sejarah dan pemikiran
Cina- bermula pada abad keenam SM, melalui Chuang Tzu yang mengelaborasi ajaran
Lao Tzu mengemukakan konsep Taoisme dan memberikan penakanan kuat pada
individu. Untuk memparktekkan Taoisme, menurut Chuang Tzu, berarti “menganggap
yang fundamental sebagai esensi, menggangap berbagai hal sebagai yang tidak halus,
menganggap akumulasi sebagai kekurangan, dan mendiami sendiri dalam keheningan
49
King, “Meditation”, dalam Mircea Eliade (ed. in Chief), The Encyclopedia of Religion, h. 326
yang spiritual dan akal. Melelui ketenangan pikiran, dalam hal ini juga termasuk praktik
meditasi, seseorang mencapai keserasian dengan alam dan kemudian dengan Tao yang
tunggal. Chuang Tzu mengatakan bahwa berdiam diri dalam keheningan dengan jiwa
dan akal berarti melaupakan segalanya.50
Di samping agama, dari aspek kebudayaan juga dapat ditemukan Praktik
meditasi, seperti dalam kebudayaan Shamanisme. Shamanisme merupakan salah satu
bentuk mistisisme, yaitu kidung atau lagu yang disuarakan oleh seorang Shaman, atau
orang suci, menimbulkan perasaan “terasuki” atau ndadi (trance). Shamanisme
dipraktikan bersama-sama dengan agama-agama suku di Amerika Utara dan Selatan,
Indonesia, Afrika, Siberia dan Jepang.51 Selain Shamanisme, tidak menutup
kemungkinan masih banyak kebudayaan lain di dunia yang juga mempraktekkan
meditasi, baik sebagai ritual semata atau menjadi proses pendakian spiritual.
Dengan memperhatikan dan menganalisa beberapa praktek keagamaan dan
kebudayaan sebagaimana telah dijelaskan di atas, dapat dikemukakan bahwa meditasi
dan spiritualitas, atau meditasi sebagai upaya spiritual ditemukan dalam beberapa
agama dan budaya.
50
51
Benson M.D & Mirian Z. Klipper, Respon Relaksasi, h. 148-149
Benson M.D & Mirian Z. Klipper, Respon Relaksasi, 151
BAB IV
MEDITASI DALAM PANDANGAN ANAND KRISHNA
A. Pengertian Meditasi
Pandangan tentang meditasi dalam pemikiran Anand Krishna terkait dengan
tradisi sufistik dan spiritualitas. Hal ini disebabkan perjalanan hidup Anand yang sarat
dengan pengalaman sufistik dan dunia spiritual serta intensitas pertemuannya dengan
tokoh-tokoh dan guru-guru spiritualnya. Secara khusus, ia mempelajari berbagai macam
aliran dan ajaran beberapa agama seperti pemikiran Jalaludin Rumi, seorang tokoh Sufi
besar yang sangat berpengaruh dalam tradisi sufi di dunia Islam.
Menurut Anand, meditas terkait dengan proses pembersihan diri (cleansing)
yang bisa dilihat dari sudut pandang tradisi sufisme Islam seperti proses takhalli, atau
pembersihan jiwa. Metode ini, bagi Anand, sering dilupakan oleh berbagai agama.54
Atas dasar itu, proses pembersihan diri dikaitkan dengan tahap-tahap meditasi
menurut para sufi, yakni takhali, tahalli, tajalli.
Pertama,
takhalli atau tahap pembersihan. Tahap ini adalah pembersihan
pikiran. Hasilnya adalah pikiran menjadi bersih, tidak kotor, jinak, tidak liar, tenang dan
tidak bergejolak. Pikiran yang demikian sesungguhnya sudah bukan pikiran lagi. Ia
sudah mengalami proses daur ulang dan berubah menjadi kesadaran.
Kedua, tahalli atau tahap pembenahan. Anand menyebutnya dengan tahap
pembentukan ulang (creation of new mind). Ketiga, tajalli atau tahap pencerahan.
Inilah tahap terakhir di mana pelaku meditasi bisa memilih duduk diam, hening atau
54
Wawancara Anand Krisna, yang dimuat dalam Majalah Panjimas, September 2003, No 16, h. 33
berdansa dan menari untuk mengungkapkan ketenangan dan kebahagiaan55. Sangat jelas
pengaruh sufi mewarnai pemikiran meditasi Anand. Berbagai buku yang ditulisnya
tentang tuntunan parktik meditasi sangat kental dipengaruhi dan diwarnai tradisi sufi
melalui spiritualitas. Dalam konteks ini, meditasi bukanlah suatu kegiatan yang instan,
melainkan sebuah proses dengan tahao-tahap tertentu.
Anand Krishna memandang meditasi sebagai gaya hidup yang terserap dalam
perilaku dan tindakan manusia dalam hidup kesehariannya. Karena itu, meditasi bukan
sekedar konsentrasi yang tercipta pada momen-momen tertentu. Konsentrasi hanya
sekedar anak tangga menuju meditasi. Meditasi juga tidak dapat didefinisikan sebagai
’semedi’, sebagaimana banyak dipahami. Duduk dan diam selama beberapa menit atau
beberapa jam yang disebut semedi, pada dasarnya bukan maditasi. Meditasi harus
menjadi dasar kehidupan seseorang, dan apabila sudah melakukan hal yang terakhir ini
maka seseorang tersebut dapat dikatakan sebagai seorang meditator56. Penjelasan Anand
ini mengisyaratkan bahwa meditasi bukanlah kegiatan yang instan dan untuk
kepentingan sesaat, melainkan harus dilakukan secara terus-menerus hingga
berimplikasi pada gaya hidup.
Ketika seseorang mengawali meditasi, mungkin tidak mampu untuk benarbenar bermeditasi, bahkan untuk satu menit dalam waktu 1 jam sekalipun. Namun, lama
kelamaan seseorang akan mampu melakukan meditasi untuk waktu yang lebih lama.
Saat baru memulai, biasanya banyak waktu yang terbuang untuk menyesuaikan diri
dengan situasi meditasi, mencoba untuk mengontrol pikiran, menempatkannya dan
menyimpannya dalam obyek dari meditasi.52
55
Anand Krishna, Fiqr : Memasuki Alam Meditasi Lewat Gerbang Sufi. (Jakarta : Gramedia Pustaka,
2002), h. 11-12
56
Krishna, Seni Memberdayakan Diri 1, h. 51
52
Krishna, Seni Memberdayakan Diri 1, h. 52.
Berdasarkan penjelasan tersebut, menurut penulis, dalam proses menunju
kehidupan yang meditatif, praktik-praktik yang merupakan tahapannya harus dilakukan.
Tahapan-tahapan itulah yang mengandung momen-momen tertentu sebagai bagian dari
praktik meditasi. Saat itu tubuh hendaknya dalam kondisi yang nyaman, karena tidak
semua orang yang mampu melakukan meditasi dalam seluruh prosesnya, sehingga
memperoleh hasil yang diharapkan. Menggeliat-geliat, berputar dan mencoba
menemukan posisi yang menyenangkan. Setelah itu
harus segera dimulai dengan
menyusun kekuatan pikiran dan perasaan.
Jadi jika memperhatikan hal-hal tersebut dengan baik, maka seseorang akan
benar-benar menghargai bahwa untuk meditasi secara pantas memerlukan banyak sekali
waktu. Hanya pada waktu memulai meditasi, akan ditemukan
perkembangannya.
Meditasi menyediakan janji yang sangat banyak sesuai dengan kemampaun orang yang
melakukannya. Oleh karena itu, dengan melakukan meditasi secara kontinyu, lambat
laun akan menambah kemampuan untuk menerima perintah atas situasi yang ada.
Meditasi yang dilakukan secara kontinyu menjadikan pikiran terbiasa pada apa
yang harus dikerjakan. Jadi meditasi sebaiknya dipraktekkan seperti yang diperintahkan
dan dalam sikap yang sudah diatur, karena dengan demikian pelaku meditasi secara
otomatis masuk ke dalam keadaan meditasi pada waktu yang tepat.
Dengan demikian, meditasi meniscayakan kontinuitas. Sebab meditasi bukanlah
kegiatan sekedarnya yang hanya bertujuan untuk kepentingan sesaat seperti untuk
menyembuhkan penyakit atau untuk kesehatan. Namun lebih sebagai landasan dan
dasar hidup seseorang. Saat sampai pada titik, meditasi dapat dikatakan sebagai gaya
hidup bagi seseorang yang melakukannya.
Dengan melakukan meditasi setiap orang akan mampu menyerap lebih banyak
intisari dari Tuhan yang di cita-citakan dan menaikkan setiap diri secara perlahan-lahan
sampai saatnya tiba, dengan keagungan-Nya dan berkat-Nya. Dengan demikian,
meditasi dapat mengantarkan manusia untuk berjumpa dan merasakan kehadiran Tuhan,
yang senantiasa mewarnai gerak hidup bagi sang meditator.
Menurut Anand, meditasi bukanlah gerakan atau bagian dari gerakan New Age.
Meditasi lebih diasumsikan dari ajaran tarekat Qadariyah dan tarekat Chistiyyah, yang
menimbulkan kecintaan kepada Allah.57
Terkait dengan agama dan spiritualitas, Anand berpandangan bahwa kedua hal
tersebut memiliki posisi yang sama-sama penting. Meskipun meditasi dan pemikirannya
sangat dipengaruhi tradisi sufi, akan tetap ia berpandangan bahwa ‘religion yes,
spiritualitas yes’. Agama, dalam pengertian ritus keagamaan, sangat dibutuhkan untuk
kelembutan jiwa. Menolak satu bentuk ritus akan berdampak kepada pencarian ritusritus yang lain, seperti yang terjadi di Amerika sekarang. Satu bentuk ritus keagamaan
ditolak, tetapi kemudian mereka mencari ritus-ritus yang lain. Kalau seseorang telah
memeluk agama tertentu sejak kecil, akan lebih bagus dia melanjutkan dengan
agamanya itu.58
B. Tujuan Meditasi
Anand tidak secara spesifik menulis tentang tujuan meditasi. Namun dalam
beberapa bukunya dapat disebutkan dua hal yang menjadi tujuan Meditasi, yaitu
meditasi untuk keseimbangan dan meditasi untuk pencerahan hidup.
57
58
Wawancara Anand Krishna dalam majalah Panjimas, September 2003, No. 16, h. 32
Wawancara Anand Krishna dalam majalah Panjimas, September 2003, No. 16, h.33
a. Meditasi untuk Keseimbangan
Menurut Anand Krishna, meditasi sama dengan perluasan kesadaran. Tujuan
atau hasil akhir dari meditasi adalah samadhi atau keseimbangan. Setelah mencapai
keseimbangan, diharapkan tidak ada lagi rasa takut, rasa khawatir, rasa gelisah dan
cemas, serta perasaan lainnya yang menjadikan hidup tidak bersemangat dan pesimis.
Dalam proses mencapai keseimbangan diri, Anand mengemukakan beberapa hal dalam
diri manusia yang harus diketahui dan dipahami, dalam bentuk lima lapisan kesadaran,
yaitu :
Lapisan
Fisik. Lapisan ini yang ditentukan oleh makanan. Makanan yang
dikonsumsi menentukan kesehatan fisik, karena untuk kegiatan manusia sehari-harinya
menggunakan fisik, dan lapisan fisik ini dikendalikan oleh lapisan berikutnya.
Lapisan Energi atau Psikis. Lapisan ini diperoleh dari alam sekitar lewat
pernapasan dan sebagainya. Setiap manusia mungkin dapat hidup tanpa makan dan air
untuk beberapa hari, akan tetapi dapat dipastikan bahwa manusia tidak akan dapat
mempertahankan kehidupannya tanpa napas, tanpa energi.
Fisik hanya merupakan
salah satu dari sekian banyak lapisan kesadaran yang membentuk kepribadian manusia.
Apabila setiap manusia menginginkan kesehatan secara menyeluruh, maka lapisanlapisan lain juga harus diolah, termasuk lapisan Energi. Lapisan energi sendiri
dikendalikan oleh lapisan berikutnya.
Lapisan Mental atau Emosional. Lapisan ini meperbudak manusia. pikiran yang
kacau akan membuat napas juga kacau. Sebagai contoh, dalam keadaan marah maka
napas akan ngos-ngosan, namun sebaliknya apabila keadaan tenang maka napas juga
akan tenang. Seluruh kepribadian manusia selama ini dikendalikan oleh lapisan
mental/emosional.
Lapisan Inteligensia. Lapisan ini bukan lapisan intelek. Inetelegensia dan
intelektualitas harus dibedakan. Intelek dapat diperoleh dari sumber-sumber di luar
manusia. setiap manusia dapat menguasai teknologi dan menjadi teknokrat, serta dapat
menguasai berbagai macam ilmu dan menjadi intelektual. Akan tetapi, setiap manusia
belum tentu memiliki intelegensia. Inteligensia merupakan nurani, sesuatu yang tak
terpisahkan dari kepribadian setiap manusia. salah satu contoh intelegensia adalah
ketika manusia diajarkan bagaimana cara mendapatkan air susu dari Ibu. Alam sudah
menempatkan intelegensia dalam diri manusia sejak lahir. Inetelegensia ini mungkin
dapat diterjemahkan sebagai “budi pekerti”, yang tidak sama dengan moral.
Intelegensia membuat seseorang menjadi bijak. Pendidikan dalam bentu apapun,
formal akademis atau informal non akademis hanya dapat menjadikan manusia sebagai
intelektual. Sementara intelegensia berkembang berdasarkan pengalaman-pengalaman
yang diperoleh dalam kehidupan. Semakin terbuka manusia, maka akan semakin banyak
pengalaman ayang akan diperoleh. Ajaran-ajaran agama bertujuan untuk mengantarkan
manusia mencapai tingkatan ini. Pemekaran setiap lapisan kesadaran di atas, melahirkan
fenomena baru, yaitu : Kesadaran Spiritual atau yang disebut dengan Kesadaran Murni
Lapisan Kesadaran Murni. Lapisan ini merupakan hasil akhir pemekaran
kepribadian manusia. Manusia melihat bahwa kelahiran dan kematian hanyalah dua sisi
kehidupan. Kehidupan meliputi kedua-duanya. Tidak ada yang dapat membuat manusia
gelisah lagi. Manusia melamapaui dua-duanya. Dengan demikian maka setiap manusia
dapat menjadi sehat secara keseluruhan.
Menjalani kehidupan dengan
seperti ini baru dapat disebut hidup meditatif.59
59
Disarikan dari Krishna, Seni Memberdayakan Diri 1, h. 52-60
kesadaran
Kelima lapisan kesadaran ini merupakan sebuah proses bagi sang meditator agar
memperoleh keseimbangan, karena meditasi merupakan perluasan kesadaran untuk
memahami diri dan kecenderungannya. Hasil akhir dari meditasi adalah samadhi atau
keseimbangan. Keseimbangan yang dimaksud dalam hal ini adalah
keseimbangan
antara kebutuhan jasmaniah dan ruhaniah. Keseimbangan merupakan prasyarat bagi
individu agar tidak larut dalam kebiasan sikap yang cenderung mengedepankan materi,
ataupun sebaliknya, karena materi bukanlah tujuan dan kebutuhan hidup yang utama,
demikian juga ruhaniah atau spiritualitas. Dengan kata lain keduanya harus terpenuhi
secara seiring dan seimbang. 60
Meditasi menghadirkan sebuah alam baru dalam renungan individu. Manusia
menghayalkan sebuah ketenangan dan ketentraman hidup, meski dalam realitas tidak
mereka alami. Karena itu, dalam tradisi Timur, guru-guru kuno mengajarkan bahwa
sebagai apa seseorang meditasi, dia akan menjadi seperti yang dimeditasikan. Individu
memperoleh kondisi apa yang ia meditasikan. Subjek bermeditasi atas sebuah keinginan
dengan tujuan mencapai kenyataan atau menginginkan hasil yang dicapai.
Meditasi berpusat pada hati, karena hati adalah tempat duduknya Tuhan. Ketika
subjek hendak mendekati Tuhan, ia mendekatinya dengan merasakan kehadiran-Nya
dalam hati. Hati adalah tempat dimana kehidupan manusia serta karakternya di
tentukan. Hati adalah tempat dimana sirkulasi darah dimulai dan berhenti. Darah adalah
unsur pokok yang paling penting bagi sistem hidup manusia, karena darahlah yang
membawa zat makanan kepada setiap bagian tubuh, membawa kembali produk-produk
sisa dari kehidupan, mengalirkannya ke dalam paru-paru, menjernihkan dan kemudian
mengalirkan kembali kepada seluruh bagian melalui sistem tubuh.
60
www. anandkrishna.org
Meditasi merupakan aktivitas yang mengakibatkan hubungan erat beberapa
orang dengan Tuhan. Subjek bermeditasi pada yang abstrak, tidak berbentuk, tidak
bernama. Karena Yang Tertinggi tidak mempunyai bentuk dan tidak mempunyai nama,
tidak juga mempunyai kwalitas atau lambang-lambang. Oleh karena itu satu ajaran yang
penting dalam meditasi adalah Tuhan hanya bisa dirasakan dengan kehadirannya.
Kehadiran Tuhan tersebut yang dicoba untuk dirasakan selama meditasi.
Saat manusia melakukan meditasi dengan mata tertutup, ia mampu menyerap
lebih dan lebih banyak intisari dari Tuhan yang kita cita-citakan dan menaikkan diri kita
perlahan-lahan sampai saatnya tiba, dengan keagungan-Nya dan berkat-Nya subjek
hampir serupa dengan Dia.61 Menyerap lebih banyak intisari Tuhan, dan mengharapkan
mampu bersandingan dengan-Nya merupakan salah satu upaya agar memperoleh tujuan
meditasi, yaitu keseimbangan.
b. Meditasi untuk Pencerahan Hidup
Anand memiliki perhatian dan pengamatan serius tentang kehidupan saat ini.
Tema kehidupan menjadi salah satu kerangka pemikirannya. Kehidupan dalam arti
bagaimana manusia bisa menjalani hidup ini mengalir bagaikan air sesuai perjalanan
hidup manusia (mati, lahir, hidup, dimatikan kembali dan berakhir menuju kehadiran
Tuhan), selain mengisi kehidupan-agar bermakna- sesuai dengan nilai-nilai ketuhanan.
62
Perhatian Anand pada tema kehidupan ini dilandasi oleh keprihatinan yang
mendalam bahwa manusia sekarang ini (manusia modern) mengalami problem yang
61
www. anandkrishna.org
Kehidupan ini menjadi judul buku Anand Krishna tersendiri “Kehidupan, Panduan untuk Meniti jalan
ke dalam Diri” yang dicetak pertama kali pada bulan september 1997, dan dicetak untuk ketiga kalinya
pada bulan juni 2000.
62
akut, yakni cenderung kehilangan identitas diri dan teralienasi dari dirinya sendiri.
Kemodernan telah menyeret manusia dalam kehidupan material yang matematis,
dangkal serta kering, sehingga menimbulkan kegersangan dan kekeringan. Manusia
modern diarahkan kepada pemenuhan kehidupan materiil dengan hitungan matematis,
semua tingkah laku dan perbuatan dihitung dengan untung rugi secara materi. Orientasi
manusia dalam kehidupan modern diarahkan sedemikian rupa dalam pola hidup yang
dilandasi adalah pemenuhan kepuasan materi an sich.
Manusia modern dicekoki dengan berbagai iming-iming bahwa kepuasan hanya
diperoleh setelah memiliki hal-hal yang bersifat materi. Dengan keterpenuhan atas halhal tersebut, seakan-akan kebahagiaan serta merta dapat diraih dan dinikmati.
Penciptaan image disebar lewat berbagai jalur yang mampu menyentuh segala
penjuru kehidupan manusia dari kamar tidur, rumah, perkampungan, ruas-ruas jalan
sampai perkantoran dan kembali ke rumah lagi-sehingga kalu bisa manusia bermimpi
pun memimpikan hal itu. Gaya hidup (life style) direkayasa sedemikian rupa dengan
makna ”inilah hidup masa kini”, “inilah citra manusia modern”, “selera anda ditentukan
dengan ini”, dan slogan-slogan yang murni pemenuhan kebutuhan hidup yang
materialistik sifatnya.
Tema kehidupan pada masa modern ini telah disulap dengan kehidupan yang
materialistis dan kapitalistik. Semua hal ditentukan dengan kapital suatu barang.
Manusia dengan teknologi yang serba canggih-yang itu dipercayai sebagai langkah
kemajuan-, Erick Fromm menyebutnya dengan “megamachine” tidak malah
terbebaskan, manusia menjadi bagian dari dominasi mesin tersebut-manusia diatur dan
dikendalikan olehnya. Dengan teknologi maju, produksi meningkat dan manusia
menjadi penyanggah utama. Dengan produksi meningkat, manusia diarahkan menjadi
konsumerisme dengan segala macam rekayasa. Demikian manusia menjadi robot yang
telah diprogram untuk target-target produksi, dan manusia menjadi target distribusi dari
produkasi tersebut. Akhirnya manusia menjadi hilang kemanusiaannya; manusia
kehilangan hubungan dengan dirinya sendiri dan kehidupan. 63
Gambaran manusia modern seperti tersebut diatas menginspirasikan itikad yang
kuat bagi Anand untuk mengembalikan kedirian manusia pada kehidupan yang lebih
bermakna (spirit kehidupan). Anand memimpikan manusia modern bisa kembali
mendapatkan identitas dirinya dan tidak lagi teralienasi dari diri dan kehidupannya.
Anand mengusung tema kehidupan untuk meluruskan dan mengantarkan mansuia
modern kepada kesadaran akan diri dan kehidupannya.53
Kehidupan yang merupakan tema pemikiran Anand ini adalah perjalanan
mengikuti alur yang sudah “ditentukan” dalam kembali kedalam diri, kepada Tuhan
Yang Esa. Ia merumuskan perjalanan ini sesuai dengan alur kehidupan, yakni kelahiran,
kehidupan dan kematian. Jalan kehidupan tersebut mesti dilalui oleh setiap manusia
dengan dirinya sendiri tidak boleh tidak; tidak bisa tergantung pada orang lain-semisal :
nabi, guru, orang tua, ustadz, ulama, pastor, pendeta, resi dan sebagainya-dan sesuatu
yang lain-misalnya : agama, kepercayaan, patung, dan lain-lainnya.64
Bukan berarti nabi dan agama tidak penting, nabi adalah pemandu jalan
manusia, sedangkan agama adalah rakit yang membawa manusia menyeberangi laut
kehidupan.65 Sementara bekal-atau bahasa Anand koper perjalanan-adalah kasih.66
63
Erich Fromm, Revolusi Harapan Menuju Masyarakat Teknologi yang Manusiawi, terj : Kamdani
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999), h. 2
53
Krishna, Seni Memberdayakan Diri 1, h. 61-62
64
yang tergabung dalam kelompok ini adalah Muhammad, Yesusu, Musa, Budha, Lao Tze, Zarathustra,
Krishna, Nanak dan yang lainnya yang merupakan pemandu manusia terus sampai kepada Tuhan (Anand
Krishna, Kehidupan, Panduan untuk Meniti Jalan ke dalam Diri (Jakarta : Gramedia Pustaka, 2000), hal.
13
65
Anand Krishna, Kehidupan: Panduan untuk Meniti Jalan ke Dalam Diri (Jakarta : Gramedia Pustaka,
2000), h. 11-15
Anand menekankan bahwa jalan tersebut tidak bisa dihindari dengan melarikan diri atau
berhenti pada satu titik tertentu. 67
Menurut Anand, perjalanan hidup tidaklah linear, tapi berbentuk siklus dalam
bentuk siklus kehidupan. Kelahiran bukanlah awal dan kematian bukan pula akhir
kehidupan. Kehidupan ini merupakan siklus yang berakhir pada “kesatuan” kepada
Tuhan. Kehidupan ini berawal dari Tuhan dan berakhir pula kepada-Nya. Kelahiran
merupakan proses kesadaran manusia, kehidupan adalah perjalanan (penempaan)
kesadaran, sedangkan kematian adalah perolehan (hasil dari) kesadaran tersebut. 68
Kehidupan digambarkan oleh Anand dengan sebuah perjalanan, yaitu perjalanan
kesadaran atau bisa disebut transformasi kesadaran, yang diri merupakan pusatnya. Bayi
kesadaran yang telah dititipkan kepada manusia sejak lahir mesti dipelihara, dibina dan
dikembangkan atau diperluas. Jangan sampai kesadaran yang sudah ada dalam diri
manusia menjadi terdesak-untuk tidak mengatakan hilang-dibawah pikiran, amarah,
ambisi, dan nafsu. Kesadaran ini mesti ditingkatkan dari hari kehari hingga sampai
kepada pencerahan diri manusia.69
Pencerahan adalah puncak kesadaran dimana manusia mampu berdialog dan
menyatu dengan Tuhan, yang dalam tradisi tasawuf dikenal dengan khulul atau ittihad,
dalam Budha dikenal dengan Nirwana, atau Moksa dan lain sebagainya.
Bagi Anand, kesadaran hanya bisa digapai dengan memberikan waktu pada
pikiran untuk bermeditasi tentang kehidupan, sekaligus melatih diri menyadari bahwa
66
Anand Krishna, Kehidupan, Panduan untuk Meniti Jalan ke dalam Diri (Jakarta : Gramedia Pustaka,
2000), h. v
67
Melarikan diri berarti lari dari fitrah atau dalam bahasa Anand kepolosan, tantang kepolosan ini baca
Anand Krishna, Zen Bagi Orang Modern (Jakarta : Gramedia Pustaka, 1998), h. 109-117
68
Baca Anand Krishna, Reinkarnasi, Hidup tak Pernah Berakhir (Jakarta : Gramedia Pustaka, 1998)
69
Dalam Islam kesadaran dasar yang dibawa manusia sejak lahir adalah fitrah. Fitrah ini merupakan
naluri ketuhanan yang ada sejak manusia lahir, dan itu merupakan perjanjian suci atau perjanjian
primordial antara Tuhan dengan makhluknya (manusia) untuk selalu mengesakan Tuhan (Yasien
Muhammed, Insan Yang Suci, Konsep Fitrah dalam Islam (Bandung: Mizan,1997), h. 19-25
dalam kehidupan senantiasa diselingi oleh kematian. Dalam menjalani kehidupan,
Anand mengingatkan untuk senantiasa mengingat kematian. Kematian selalu ada tanpa
perlu mengadakan tindakan khusus untuk menerima atau melawannya. Boleh jadi
kematian lebih indah dari kehidupan itu sendiri, meski sulit dibuktikan sebab kita
sendiri tidak pernah mengalami kematian dalam hidup ini. Pada prinsipnya kematian
bukanlah lawan dari kehidupan. Ia hanya serangkaian aktivitas lainnya, seperti halnya
makan, minum, berjalan, tidur, bercinta. Kematian adalah sebuah pengalaman.70
Kesadaran akan kematian ini merupakan langkah penting untuk meraih
kesuksesan maditasi. Menurut Anand, setiap meditasi adalah sebuah pelatihan untuk
mati, karena saat manusia mengunjungi dan masuk ke dalam dirinya dan setelah itu
keluar dan berkata: “Saya sudah terserap” dan saya tidak tahu dimana saya. Saya
bahkan tidak tahu apakah saya sedang tidur atau sedang meditasi.54
Bagi Anand, manusia sungguh -sungguh tidak di sana, dalam arti ia mati di
dalam kehidupan ini. Dengan demikian, meditasi adalah latihan di dalam kematian, dan
jika telah melakukan ini dengan benar, manusia seharusnya menjadi tuan dari kematian,
tuan atas tindakan kematian, seseorang dapat mati ketika dia menginginkannya,
seseorang dapat mati ketika dia memilihnya, kembali lagi dan kembali lagi jika dia
menginginkannya. Jadi kematiannya bukanlah benar-benar sebuah kematian.71
Dalam konteks ini, salah satu dimensi yang mampu menhidupkan ajaran
kematian adalah ajaran keagamaan. Agama dapat dijadikan media yang mampu
mengantarkan kesadaran manusia dari pembinaan kesadaran awal sampai pada tingkat
pencerahan. Agama sekaligus sebagai wahana yang mengantarkan manusia dari
70
Krishna, Soul Quest, h. 233-234.
Krishna, Soul Quest, h. 233-234
71
Krishna, Soul Quest, h. 234-235.
54
kesadaran yang rendah menuju kesadaran yang tinggi, yaitu suatu kesadaran
kemanusiaan menuju kesadaran ketuhanan.
Agama adalah jalan menuju kepada penghampiran yang Maha Kuasa, sementara
nabi-yang di antaranya Muhammad, Musa, Yesus, Budha, Zarathustra, Krishna, Lao
Tze dan lain sebagainya-adalah penuntun manusia menuju jalan kepada-Nya. Mereka
yang memberikan arahan, petunjuk atas marka jalan yang mesti dilalui oleh manusia
untuk sampai kepadaNya. Dengan agama dan nabi-nabi ini, Anand mengingatkan
jangan sampai manusia tergantung dan terikat olehnya sehingga tidak bisa mencapai
pencerahan pada diri sendiri. Agama adalah jalan, dan nabi adalah pemandunya72
Dengan kesadaran dasar yang ada pada diri setiap manusia, dan dengan agama
dan nabi yang mengantarkan kesadaran tersebut-menuju kepada Yang Satu-, dalam
kehidupan ini, diperlukan perluasan kesadaran yaitu ditempuh dengan konsep meditasi.
Meditasi ini selain menggali kesadaran kemanusiaan juga merupakan perluasan
kesadaran ketuhanan bahwa Tuhan pada dasarnya tidak jauh, Dia bersemayam pada diri
manusia. Meditasi bagi dan menurut Anand tidak untuk menyaingi agama atau
menggantikan agama, tapi merupakan suplemen vitamin tambahan yang melengkapi
agama dalam rangka menuju pantai ilahiyah kehadiran Tuhan Yang Kuasa73.
Atas dasar kondisi perluasan kesadaran tersebut, manusia bisa sampai kepada
kesadaran tinggi, yang dalam konsep Anand digambarkan dengan “kasih”. Kasih ini
merupakan nilai yang paling inti dari setiap agama tersebut. Kesadaran inilah yang
72
Anand Krishna, Kehidupan, Panduan untuk Meniti Jalan kedalam Diri (Jakarta : Gramedia Pustaka,
2000), h. 11-15
73
Pertanyaan perbedaan antara meditasi dan agama sama dengan pertanyaan perbedaan agama (Islam)
dengan Tarekat atau tasawuf. Dalam islam, tasawuf adalah jalan, metode, jalan yang ditempuh untuk
mencapai derajat hakekat, makrifat dan seterusnya setelah syareat. Meditasi dalam pengertian Anand
tidaklah jauh berbeda dengan hal ini, ia adalah “perluasan kedaran” atas kesadaran yang telah ada pada
diri manusia, yang merupakan perjanjian primordial manusia untuk selalu tunduk kepadaTuhan dengan
tidak mnyekutukannya, yang agama sebagai rakit jalan, atau kereta pengantarnya menuju kesadaran
tinggi yang merupakan puncak kesadaran, kesadaran ini dalam tasawuf adalah setelah menemukan
kebenaran atau bertemunyan dengan sang khalik.
dimiliki para nabi seperti Musa, Yesus, Muhammad, Krishna, Zarathustra. Lao Tze, dan
lain sebagainya yang digunakan untuk menuntun manusia sampai pada kehadiran,
kebersatuan dengan Tuhan. Dengan kasih inilah manusia mampu meyeberangi lautan
kehidupan dengan selamat, tahan diterjang ombak dan angin yang menenggelamkan,
dan sampai kepada pantai ilahiyah74. Kalau manusia sudah sampai pada pantai tersebut,
maka akan memperoleh dan menikmati hidup yang harmonis dalam pengertian yang
seluas-luasnya.75
Meditasi sebagai bentuk perluasan kesadaran, dalam beberapa kondisi tidak bisa
meninggalkan peran agama di dalamnya, karena agama juga merupakan salah satu
komponen pengantar kesadaran mencapai pencerahan hidup menuju kehadirat yang
suci. Menurut Anand, meditasi dan agama merupakan dua hal yang saling melengkapi
dan meyempurnakan.55
Dari dan dengan agamalah meditasi mampu mengantarkan manusia pada
perluasan kesadaran dan pencerahan hidup. Melalui meditasi, agama bisa dinikmati
dengan indah dan damai. Meditasi merupakan salah satu cara memahami agama dan
menginterpretasikan sesuai dengan kehidupan manusia. Tradisi agama yang terbentuk
dengan konteks dimana agama diturunkan sesuai dengan kondisi sosial historis kultural
masyarakat yang bersangkutan mesti diinterpretasikan kembali dengan konteks zaman
sekarang ini, tanpa menghilangakan esensi dari agama tersebut. Seperti inilah yang kirakira hendak dilakukan oleh Anand Krishna. Penjelasan agama dikaitkan dengan
meditasi, tidak lain hanya sebagai penunjang untuk mencapai tujuan meditasi
sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, yaitu mencapai pencerahan hidup.
74
Kasih yang menjadi sifat Tuhan tidak hanya untuk diagung-agungkan dan dipuji tapi untuk dihayati
dalam kehidupan sehari-hari, maka kasih akan mewarnai hidup anda (Anand Krishna, Surat al-Fatihah
Bagi Orang Modern (Jakarta : Gramedia Pustaka, 1999), h. 32
75
Anand Krishna, Surat-Surat Terakhir bagi Orang Modern (Jakarta : Gramedia Pustaka, 2000), h. 8
55
Krishna, Surat-Surat Terakhir bagi Orang Modern, h. 9-10.
Dalam ajaran Islam dijelaskan bahwa spiritualitas, termasuk dalam hal ini
adalah meditasi, merupakan nilai terbesar yang terkandung dalam agama, bahkan
puncak tertinggi sikap beragama dapat ditempuh dan dicapai melalui kegiatan spiritual.
Dalam pandangan Taoisme Esoterik dijelaskan bahwa meditasi merupakan serangkaian
pengalaman mistik dengan jalan perenungan (tafakur) untuk memperoleh pencerahan
batin, yang berujung kepada pencerahan hidup. Kondisi kehidupan modern saat ini
membutuhkan suasana hidup yang reflektif dan intuitif dengan menyatukan diri bersama
alam semesta.76
Perenungan yang reflektif membawa manusia pada kepasrahan dari sikap awal
yang angkuh. Manusia seringkali memaksakan apa yang ia pikirkan untuk terjadi.
Padahal tidak semua yang diharapkan bisa terjadi. Dalam suasana tersebut terkadang
suasana yang tidak seimbang seringkali menghampiri manusia dan berimbas pada pola
kehidupan yang jauh dari tuntunan Ilahi.77 Dalam kondisi inilah diperlukan state of
mind (kondisi pikiran) yang sesuai dengan kehendak semua elemen dalam kehidupan.
State of mind adalah keadaan hening (semacam “puasa pikiran” atau
kekeosongan atau silence). Dan itu semua dapat ditemukan dan dirasakan melalui
meditasi. Sehingga pada akhirnya, meditasi dapat menjadi jalan bagi upaya pencapaian
pencerahan hidup.
Keterikatan pada kekosongan pada dasarnya bukan sekedar keterikatan, namun
merupakan cinta yang murni dan melampaui apa yang bisa dipikirkan oleh manusia.
Mencintai kekosongan, menjadi satu dengan kekosongan, maka diri menjadi
kekosongan itu sendiri. Saat itulah efek meditasi memberi harapan pencerahan, di mana
76
77
Huston Smith, Agama-agama Manusia, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1990) h. 43.
Smith, Agama-agama Manusia, h. 44.
segala sesuatu tampak bermanfaat, indah, damai dan tentram. Semua bersumber dari
subjek yang tentram, damai dan indah dengan meditasi.78
C. Manfaat Meditasi
Terkait dengan manfaat meditasi berarti membicarakan suatu hal yang praktis
dapat dirasakan oleh orang yang melakukan meditasi. Secara khusus, Anand tidak
membahas tentang manfaat meditasi. Akan tetapi ketika melakukan wawancara dengan
Dr. Setiawan dalam bukunya “Ilmu Medis dan Meditasi” akan nampak beberapa
manfaat dari meditasi. Anand sendiri memang tidak pernah melebih-lebihkan dan
mengagung-agungkan meditasi sebagai kegiatan spiritual serta untuk memahami dan
menjalani hidup dengan damai, dan juga sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada
Tuhan. Anand hanya sebatas memberikan tuntunan dan mengajarkan
serta tidak
memaksakan setiap orang untuk melakukan meditasi. Karena kelebihan, keuntungan
dan manfaat meditasi hanya dapat dirasakan oleh orang yang telah melaksanakannya.
Ketika memasuki alam meditasi, setiap individu akan memiliki pengalaman
yang unik dan tidak seragam. Oleh karena itu, Anand tidak pernah menjelaskan apa
yang terjadi dalam alam meditasi karena setiap orang akan memiliki pengalaman yang
berbeda., tergantung potensi diri yang dimiliki oleh orang yang melakukan meditasi.
Mengenai tidak adanya keseragaman dalam pengalaman meditasi ini, dapat juga
dijelaskan secara medis, karena pengalaman setiap orang bersifat khas. Hal itu terjadi
karena irama simfoni getaran medan energi bio-electric pada level conscious mind tiap
orang berbeda satu dengan lainnya. Irama simfoni pada level ini sudah bisa dilihat
dengan menggunakan alat EEG (Electro Encephalo Graphy). Biasanya akan tampak
78
Krishna, Soul Quest, h. 256-257.
gelombang yang amplitudo dan frekuensinya kacau tak teratur. Gambaran disetiap
lokus otak saja tidak seragam. Gelombang dan frekuensi yang kacau dan tidak sinkron
ini melemahkan energi manusia. Oleh karena itu, setiap orang harus mengenali irama
simfoninya yang kacau itu agar dapat menemukan cara yang khas untuk membuatnya
menjadi sinkron. Tentu saja tidak bisa seketika, melainkan harus bertahap. Semakin
sinkron gelombang serta frekuensi manusia, semakin tinggi pula kewaspadaannya.79
Karena itu, meditasi dipandang sebagai proses peningkatan kesadaran. Suatu
proses yang berlangsung dan bergulir terus-menerus. Iramanya menjadi semakin indah
dan semakin indah80. Oleh karena itu, meditasi harus dilakukan secara terus-menerus
untuk dilatih sehingga keseimbangan diri benar-benar dapat dirasakan.
Latihan-latihan untuk memasuki alam meditasi, pada prinsipnya adalah seni
memberdayakan diri, seperti badan yang diberdayakan untuk melawan berbagai
penyakit. Akan tetapi, hal terakhir ini bukanlah tujuan meditasi, melainkan hanya
sebatas efek samping. Kesehatan raga merupakan efek samping” dari meditasi.81
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa efek samping meditasi
dapat dikatakan sebagai manfaat meditasi, yaitu untuk melawan penyakit dan menjaga
kesehatan. Meskipun kesehatan dikatakan Anand sebagai efek samping, akan tetapi
dalam kerangka praktis, maka kesehatan raga dapat diposisikan sebagai manfaat dari
meditasi.
D. Macam-macam Meditasi
Anand juga tidak secara spesifik membahas tentang jenis atau macam meditasi. Namun secara implisit paling tidak akan
ditemukan dua macam meditasi, yaitu Meditasi Sufistik dan Meditasi non-Sufistik. Kedua istilah ini tidak disebut secara
eksplisit oleh Anand, dengan kata lain ia tidak mengemukakan sebagai istilah tersendiri. Kedua istilah ini muncul dari hasil
pembacaan penulis terhadap beberapa buku Anand.
79
Krishna bersama Dr. B. Setiawan, Ilmu Medis & Meditasi, h. 103-104
Krishna bersama Dr. B. Setiawan, Ilmu Medis & Meditasi, h. 104
81
Krishna bersama Dr. B. Setiawan, Ilmu Medis & Meditasi, h. 107
80
a. Meditasi Sufistik
Meditasi sufistik adalah meditasi yang dilandasi oleh tradisi-tradisi sufi, khususnya dalam agama Islam, yang bertujuan untuk
mengenal dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Anand terinspirasi pemikiran Jalaluddin Rumi serta beberapa tokoh sufi
lainnya yang menjadi guru spiritualnya.
Anand secara panjang lebar membahas meditasi sufistik ini dalam buku “Fiqr:
Memasuki Alam Meditasi Lewat Gerbang Sufi”. Dalam buku ini dikemukakan bahwa
konteks saat ini menjadikan ajaran sufi menjadi suatu kebutuhan dan sangat relevan.
Melalui buku ini, Anand mengemukakan pencerahan yang dilakukan oleh para sufi
melalui proses takhalli (pembersihan diri), tahalli (pembenahan diri), dan tajalli
(pencerahan).56
b. Meditasi Non-Sufistik
Yang dimaksud meditasi non-sufistik adalah meditasi dengan didasari oleh potensi fisik yang ada dalam diri seseorang, yang
bertujuan untuk menyembuhkan penyakit dan untuk menjaga kesehatan. Anand secara panjang lebar menjelaskan dalam
bukunya “Seni Memberdayakan Diri 1: Meditasi untuk Management Stres dan Neo Zen Reiki untuk Kesehatan Jasmani dan
Rohani”. Dalam buku ini dikemukakan panduan dan tuntunan untuk melakukan meditasi, yang secara praktis bertujuan untuk
menghilangkan stress. Meditasi dalam hal ini kemudian dipadukan dengan ajaran Neo Zen Reiki.
Dalam prakteknya kedua meditasi tersebut di atas, hampir tidak dapat dibedakan. Pembedaan dan macam-macam meditasi
tersebut, hanya untuk membedakan dari segi tujuannya secara praktis.
56
Lihat penejelasan tahap-tahap ini pada halaman 38-39 dan 65-66.
E. Praktek Meditasi
Anand menyadari bahwa meditasi tidak bisa diajarkan. Seorang master hanya bisa menunjukkan jalan menuju meditasi.
Meditasi adalah sebuah “kejadian”, tetapi seseorang bisa mempercepatnya dengan mempersiapkan lahan yang akan menunjang
terjadinya meditasi. Dan lahan itu adalah hati seseorang, diri seseorang, jiwa seseorang. Teknik-teknik meditasi yang diberikan
oleh seorang master adalah alat untuk membersihkan lahan dalam diri seseorang. Tetapi, alat tak lebih dari alat, semua dibuat
dari bahan yang sama. Sebelum seseorang benar-benar menggunakannya, mereka bisa saja kelihatan sama. Sekali digunakan,
seseorang akan menyadari bahwa alat-alat tertentu memberikan jalan untuk terjadinya meditasi. Alat-alat itu sesungguhnya tak
cukup. Seseorang yang telah mempersiapkan alat-alat ituyang sebenarnya sangat menentukan.82
Dengan demikian, keberhasilan meditasi sangat tergantung kepada kesiapan yang melakukannya, diri seseorang dan jiwa
seseorang. Teknik-teknik dan latihan-latihan hanya sekedar alat untuk menunjang keberhasilan meditasi. Anand
mengembangkan teknik-teknik dan latihan-latihan meditasi berdasarkan pengalamannya. Ia tidak menciptakan latihan-latihan
meditasinya tertentu melainkan diperoleh dari master yang mengajarkannya. Akan tetapi, Anand juga mengemukakan bahwa
para master tersebut juga tidak menciptakannya. Para master tidak mengklaim keasliannya. Mereka tidak pernah melakukan hal
itu. Masing-masing dari mereka punya keunikan dalam dalam hal memberikan ajaran-ajaran itu, seperti uniknya terbitnya
matahari. Kendati matahari yang sama, terbitnya matahari pagi ini berbeda dari terbitnya matahari kemarin.83
Bagi Anand, latihan meditasi dibagi atas enam latihan yang berbeda, yakni:
1.
Latihan relaksasi atau memberikan stimulus pada saraf otak.
2.
Latihan pernapasan atau melepaskan rasa cemas.
3.
Latihan membudayakan emosi.
4.
Latihan membudayakan suara.
5.
Latihan membudayakan penglihatan.
6.
Latihan mengendalikan pikiran.
Setiap latihan melalui beberapa tahap. Latihan-latihan tadi juga berlaku seperti terapi. Dalam latihan melepaskan rasa cemas
misalnya, ada tahapan di mana individu diminta berbaring. Dalam posisi itu, individu bisa mencapai tahap meditatif atau tingkat
relaksasi tertentu. Kelenjar hipofisa bekerja mengeluarkan melatonin, suatu hormon yang membuat si pelaku sangat rileks.
Setelah keluar dari efek melatonin, kita akan mencapai kesadaran yang indah sekali. Kejadiannya mungkin cuma setengah atau
satu menit, bahkan beberapa detik. Namun, waktu secepat itu sudah cukup. Terapi selama 20 menit hanya untuk mencapai yang
beberapa detik tadi. Meditator duduk dalam posisi yang nyaman dengan mata tertutup dan mendengarkan bimbingan diiringi
musik istrumentalia lembut. Posisi bermeditasi dipilih senyaman mungkin. Boleh duduk bersila, atau duduk di kursi.84
Meditator berlatih bernapas seperti kelinci (napas dada) selama 10 menit. Mulut dibuka sedikit, ujung lidah dikeluarkan sedikit,
dan bernapas lewat mulut. Teknik bernapas ini diperlukan untuk memancing emosi. Setelah itu, meditator diminta
membayangkan segala pikiran yang negatif. Lalu pikiran negatif itu—atau juga rasa cemas—kita keluarkan dengan cara
berteriak atau memukul lantai. Ambil contoh, kalau punya masalah dengan bos di kantor, kita bayangkan wajahnya sembari
berteriak atau memukul lantai. Latihan tahap ini dilakukan selama 10 menit.85
Pada tahap berikutnya, pernapasan diatur kembali lalu tubuh rebahan dalam keadaan rileks dan mata terpejam. Mata tertutup
penting sekali, karena bisa menunjang keluarnya melatonin. Saat ini meditator akan merasakan relaksasiyang berlangsung
selama 10 menit. Setelah itu meditator duduk kembali dengan mata tetap terpejam. Sekitar lima menit kemudian, maditator
berdiri dengan mata masih tertutup, untuk bernyanyi "la-la-la" dengan irama yang makin lama makin cepat sambil bertepuk
tangan. Tujuannya untuk menyebarkan energi yang kita peroleh selama berbaring ke seluruh badan.86
Pada seluruh rangkaian latihan meditasi menurut Anand, latihan konsentrasi justru di-bypass. Kalaupun ada, hanya merupakan
bagian dari latihan memberikan stimulasi pada saraf otak. Objek untuk membantu konsentrasi dipilih lilin yang menyala dan
lamanya sekitar 10 menit. Dari enam kali pertemuan, masing-masing 1,5 jam, hanya 10 menit untuk latihan konsentrasi.
Menurut Anand, orang baru dikatakan berhasil melakukan meditasi bila sudah terbebas dari latihan. Jika seumur hidup masih
berlatih terus, itu belum berhasil. Keberhasilan justru bila hidup kita menjadi meditatif. Dengan demikian, meditator tak berlu
lagi melakukan ritual seperti saat latihan untuk melepaskan kecemasan. Mereka bisa melakukan meditasi di mana saja, kapan
saja, dan dalam kondisi apa saja.87
Berikut ini adalah diberikan beberapa contoh teknik-teknik dan latihan-latihan meditasi sebagaimana yang telah dipraktekkan
oleh Anand.
a. Stretch to Relax Technique-SRT
Lepaskan ketegangan tubuh Anda—dengan penuh kesadaran periksalah ketegangan dibagian-bagian tubuh anda, dan kendurkan
semua bagian itu. Latihan ini lebih baik dilakukan sambil berdiri, tapi anda juga bisa melakukannya sambil duduk di atas kursi
atau sofa. Tujuannya adalah untuk membuat nyaman. Selanjutnya lakukan hal berikut:
82
Krishna, Soul Quest, h. 236
Krishna, Soul Quest, h. 274-275
84
Krishna, Seni Memberdayakan Diri 1 : Meditasi dan Neo Zen Reiki, h. 60
85
Krishna, Seni Memberdayakan Diri 1 : Meditasi dan Neo Zen Reiki, h. 61
86
Krishna, Seni Memberdayakan Diri 1 : Meditasi dan Neo Zen Reiki, h. 62.
87
I
Gede
Agung
Yudana,
“Kendalikan
Stres
dengan
http://www.indomedia.com/intisari/1999/maret/stres.htm
83
Meditasi”,
dalam
1.
Dengan mata tertutup, kencangkan semua otot-otot tubuh anda, angkat lengan anda dan tegangkan semaksimal
mungkin sambil mengeluarkan suara “Aaaaahhhhhh…”
2.
Kemudian lepaskan. Turunkan lengan dan kepala anda. Kendurkan semua otot-otot anda dari kaki hingga kepala,
dan tetaplah dalam postur itu selama kurang lebih 1 menit. Mata tetap tertutup.
3.
Bila anda berdiri, sekarang anda bisa duduk dengan nyaman di atas kursi atau sofa. Mulailah bernapas dengan
penuh kesadaran dengan mata tetap dalam keadaan tertutup. Ambil napas panjang, perlahan dan isilah diafragma
dan paru-paru anda dengan udara yang segar. Rasakan energi mengalir ke dalam tubuh anda dan biarkan perut
anda mengembang. Lalu hembuskan napas perlahan, sampai napas habis, melalui lubang hidung---dan biarkan
perut anda mengempis. Jangan menghitung napas anda, hal itu akan mengaktifkan otak anda. Lakukan latihan ini
selama selama kira-kira 10 menit, kemudian berkatalah pada diri anda : saya tenang, dan perlahan bukalah mata
anda.
Semua orang mengenal peregangan semacam ini. Anak-anak kecil melakukannya dengan dara yang lebih ekspresif. Mereka
bahkan berteriak dengan bebas untuk melepaskan segala ketegangan. Latihan ini mirip dengan itu, namun dlakukan dengan
kesadaran.
Setiap orang bisa melakukan latihan ini sberapa banyak setiap orang suka dalam satu hari. Yang paling penting adalah
memahami bahasa tubuh anda dan mendengarkan apa yang hendak ia sampaikan kepada anda. Bila tubuh anda
membutuhkannya sekali dalam sehari, jangan melakukannya 2 kali, tapi jika tubuh membutuhkan ini 4 kali, jangan hanya
melakukannya sekali.
b. Speedy Emotion Culturing Technique-SPECT
Pilihalah posisi duduk yang nyaman. Bila Anda biasa bersila di atas lantai, silahkan duduk bersila. Akan membantu bila anda
memakai bantal meditasi atau sebuah matras. Bila tidak, anda juga bisa melakukan latihan ini sambil duduk di atas kursi atau
sofa. Selanjutnya lakukan hal berikut:
1.
Dengan mata tertutup, putarlah leher anda searah dengan arah jarum jam. Cukup sembilan putaran untuk setiap
sesi, dan anda bisa menghitungnya. Kecepatan yang paling efektif adalah sekitar 3 putaran tiap menit, jadi tidak
terlalu pelan dan tidakl terlalu cepat. Tapi jangan buka mata anda untuk melihat jam. Sambil memutar leher anda,
jagalah kenyamanan tubuh anda, biarkan hanya leher yang berputar. Ulangi jumlah utaran yang sama,kali ini
dengan arah putaran yang berlawanan. Bila dilakukan dengan sadar, putaran-putaran ini akan menegndurkan
banyak titik stress disekitar leher.
2.
Ambil napas perut…..sambil menghembuskan napas perlahan lakukan humming dengan mengeluarkan suara
“mmmmmmm” sampai napas habis dan biarkan paru-paru anda kosong. Ulangi kira-kira 3-10 menit. Ini akan
secara langsung mempengaruhi gelombang otak yang menimbulkan relaksasi penuh.
3.
Bernapas normal kembali. Selanjutnya, mulailah teknik pembersihan energi dengan mengibaskan kedua tangan
anda sebanyak 3 kali masing-masing disekitar kepala, dada dan perut anda. Telapak tangan anda harus menghadap
ke bawah. Hal ini untuk membersihkan daerah elektromagnetik disekitar anda, yang dikenal dengan aura tubuh.
Anda tidak harus melakukan visualisasi apapun, yang dibutuhkan hanyalah niat untuk melakukan eksplorasi
kedalam diri.
4.
Akhirilah sesi ini dengan afirmasi : saya damai. Kemudian perlahan bukalah mata anda, amati apa yang anda
rasakan.
5.
Bila Anda menderita ketidakseimbangan emosi, lakukan latihan ini sekali dalams ehari selama 7-21 hari secara
berturut-turut. Dalam keadaan biasa, sekali atau 2 kali seminggusudah cukup88.
Selain kedua latihan tersebut, masih banyak latihan-latihan yang disampaikan oleh Anand. Anand juga menyampaikan latihanlatihan para sufi dalam melakukan meditasi, yang terdiri dari tiga tahap, yaitu :
1.
Takhali
Duduk santai dengan mata tertutup. Ucapkan Bismillah dalam hati. Jangan terjebak dalam permainan kata dan bahasa.
Yang dimaksud adalah Asma Allah. “Nama” Allah, “sebutan” bagi keberadaan sesuai dengan kepercayaan anda. Tarik
napas pelan-pelan lewat hidung. Berhenti sebentar, dan betul-betul sebentar saja. Kemudian , mulut dibuka sedikit seperti
untuk bersiul dan pelan-pelan., pelan-pelan sekali, buang napas lewat mulut. Berhenti sebentar dan tarik napas lagi
seperti tadi. Lakukan selama 2-3 menit.
88
Krishna, Soul Quest, h. 278-281
2. Tahalli
Dalam tahap ini, dalam buku Fiqr, Memasuki Alam Meditasio Lewat Gerbang Sufi, Anand memberikan 52 renungan .
Gunakan satu renungan selama atu minggu penuh. Kemudian, renungan berikutnya untuk satu minggu berikutnya.
Sambil menarik napas, ucapkan bagian pertama dari renungan itu. Dan, sambil membuang napas, ucapkan bagian kedua.
Pelan-pelan dan dalam hati. Lakukan pernapasan semacam ini selama 10-15 menit dengan mata tertyutup. Tidak perlu
konsentrasi. Bila ada pikiran yang melintas, biarkan saja. Jangan gelisah. Jangan pula melawannya. Biarkan ia lewat.
3. Tajalli
Dengan mata tetap tertutup, duduk diam selama 2-3 menit. Atau menari, berdansa bebas. Anda bisa menggunakan musik
halus ataus ebuah lagu lembut sebagai pengiring. Kemudian ucapkan Alhamdulillah---terima kasih kepada Sang
Keberadaan atas pengalaman meditasi yang baru saja anda peroleh. Setelah itu baru membuka mata.
Keberhasilan seseorang memasuki alam meditasi terbukti ketika ia sudah tidak lagi memikirkan keberhasilan dan kegagalan. Ia
tidak mengharapkan sesuatu dari meditasi, karena hidup meditatif, hidup dengan kesadaran itu sendiri sudah merupakan sebuah
hasil.89 Di sinilah letak keberhasilan suatu meditasi.
Praktik meditasi yang dijelaskan oleh Anand memerlukan sebuah momen-momen tertentu yang lepas dari kesibukan
keseharian. Momen-momen tersebut diperlukan sebagai wadah pemberhentian seseorang dari berbagai rutinitas duniawi.
Kondisi ini pada dasarnya berbenturan dengan suasana kehidupan modern yang serba kompleks dan membutuhkan kerja keras.
Momen-momen meditasi yang identik dengan perenungan tentu saja berpotensi menguras waktu tertentu, sementara aktivitas
kehidupan duniawi harus terus berjalan.
Pada dasarnya, dalam tradisi Islam suasana meditasi telah terkandung dalam ibadah-ibadah yang merupakan kewajiban setiap
individu, seperti shalat dan ibadah haji. Ibadah shalat menuntut konsentrasi vertikal seorang hamba di hadapan Tuhannya.
Demikian pula ibadah haji yang disertai dengan perenungan akan kelemahan manusia dan kemahakuasaan Tuhan serta
perenungan akan kemahabesaran Tuhan dengan segala ciptaannya.
Oleh karena itu, praktik meditasi seperti yang digagas oleh Anand Krishna pada dasarnya hanyalah sebuah alternatif pendekatan
kepada Tuhan yang bisa dilakukan oleh seseorang, meski pada dasarnya telah memiliki tradisi tersendiri dalam ajaran Islam.
Puncak kesukesan meditasi dalam pemikiran Anand Krishna berada pada gaya hidup seseorang, di mana suasan ketenangan,
keseimbangan dan pencerahan hidup telah mendarahdaging dalam setiap gerak-gerik dan tingkah-laku individu. Demikian pula
kewajiban shalat dan haji yang tidak sekedar berlangsung pada tataran praktis dengan berbagai ritual khusus, tapi lebih kepada
gaya hidup seorang Muslim yang merepresentasikan tujuan shalat dan haji.
89
Krishna, Fiqr, Memasuki Alam Meditasi Lewat Gerbang Sufi, h. 12-14
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dijelaskan di atas, terdapat beberapa kesimpulan yang dapat dikemukakan, yaitu :
Dalam pandangan Anand Krishna, meditasi merupakan praktik yang terserap dalam pola hidup keseharian manusia daripada
sekedar sebagai praktik dengan latihan tertentu. Praktik dan latihan meditasi yang dilakukan oleh seroang yang mengikuti
praktik meditasi hanyalah sebuah tahap yang dilalui untuk menyerap inti dari meditasi terrsebut ke dalam pola atau gaya hidup.
Sebagai pola hidup, meditasi menuntut praktik setiap saat. Meditasi bukanlah kegiatan yang instan dan untuk kepentingan
sesaat, melainkan harus dilakukan secara kontinu sehingga berimplikasi kepada gaya hidup.
Terkait dengan akar tradisi meditasi, Anand menjelaskan meditasi sebagai bagian dari proses pemebrsihan diri (cleansing),
yang juga memiliki latar belakang dalam tradisi sufistik Islam, seperti proses takhalli atau pembersihan jiwa. Dalam proses
menuju kehidupan yang meditatif, praktik-praktik dan latihan adalah momen-momen yang mengarah pada tujuan penemuan jati
diri sekaligus inti sari ketuhanan. Kondisi meditatif akan membawa manusia merasakan kehadiran Tuhan yang mewarnai gerak
dan tingkah laku kesehariannya.
Saat manusia mampu meraih kondisi meditatif dan merasakan kehadiran Tuhan, maka saat itulah tujuan meditasi
tercapai. Secara khusus tujuan tersebut tampak dalam kehidupan yang seimbang dan tercerahkan. Menurut Anand, kehidupan
yang seimbang ditandai dengan kondisi seseorang yang lepas dari rasa khawatir, gundah, gelisah dan cemas dalam menjalani
kehidupan. Suasana seimbang mengandikan adanya keseimbangan lapisan-lapisan dari diri manusia, yakni lapisan fisik yang
dikendalikan oleh energi psikis.
Keseimbangan lapisan fisik dengan energi psikis menunjukkan bahwa manusia mampu menyeimbangkan
pemenuhan kebutuhan jasmani sekaligus ruhani. Energi yang diperoleh lewat makanan diseimbangkan dengan energi yang
diperoleh malalui kesadaran yang membentuk kepribadian.
Suasana seimbang juga tampak dalam kemampuan manusia menyeimbangkan potensi mental dan emosionalnya
yang cenderung tidak terkontrol dengan potensi yang terdapat dalam lapisan intelegensia. Intelegensia bersumber dari hati
nurani yang tertuang dalam budi pekerti. Intelegensi mengandung sifat bijak dan arif dalam bertindak. Ketika seluruh lapisan
individu tersebut asling mengendalikan satu sama lain sehingga membentuk suasana seimbang, maka lapisan kesadaran murni
akn hadir dengan sendirinya sebagai bagian dari kehidupan meditatif.
Tujuan meditasi juga hendak menghadirkan suasana hidup yang tercerahkan dengan sebuah kesadaran bahwa
hidup mengikuti alur yang telah ditentukan oleh Tuhan, yakni kembali kepada diri atau kembali kepada Tuhan. Hidup yang
cerah adalah hidup yang bersumber dari hati nurani individu sebagai potensi yang dianugerahkan oleh Tuhan. Hidup tidak
bersumber dari realitas di luar individu seperti objek-objek semu yang cenderung memperdaya dan menjadi objek
ketergantungan, seperti materi.
Sementara itu, manfaat dan fungsi meditasi bisa dirasakan secara sufistik maupun non-sufistik. Secara umum,
Anand menegaskan bahwa manfaat dan fungsi meditasi sangat variatif, di mana setiap individu yang melakukan meditasi
merasakan manfaat yang berbeda-beda tergantung pada proses latihan dan praktik yang dilakukan. Sementara manfaat dan
fungsi yang bisa dilihat dengan kasat mata adalah manfaat medis, seperti melawan penyakit dan menjaga kesehatan.
Terkait dengan macam-macam meditasi serta praktiknya, Anand menjelaskan adanya jenis meditasi sufistik yang
dilandasi oleh tradisi-tradisi sufi, khususnya dalam agama Islam, yang bertujuan untuk mengenal dan lebih mendekatkan diri
kepada Tuhan. Jenis meditasi yang kedua adalah meditasi non-sufistik dengan didasari oleh potensi fisik yang ada dalam diri
seseorang, yang bertujuan untuk menyembuhkan penyakit dan untuk menjaga kesehatan.
Anand Krishna juga mengajarkan tentang teknik dan praktek meditasi, antara lain Stretch to Relax TechniqueSRT, yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan diri dan menghilangkan ketegangan, serta Speedy Emotion Culturing
Technique-SPECT keseimbangan emosi. Praktik-praktik lainnya merupakan adaptasi dari tekniik-teknik sufistik, seperti proses
takhalli, tahalli dan tajalli.
B.
Saran-saran
Selama melakukan penelitian tentang meditasi dalam perspektif Anand Krishna ini, penulis ingin mengemukakan beberapa
saran yang dianggap penting untuk penelitioan selanjutnya, yaitu :
a.
Penelitian ini merupakan langkah awal untuk meneliti tentang meditasi dalam perspektif Anand Krishna. Dan
untuk selanjutnya diharapkan semoga dapat dilakukan penelitian lebih mendalam tentang meditasi dalam
perspektif Anand Krishna, terutama terkait hal-hal yang belum terungkap dalam penelitian.
b.
Mengingat bahwa Anand Krishna telah menjadi fenomena yang menarik di Indonesia dan memiliki pemikiran
yang luas, maka kedepan diharapkan ada penelitian yang membahas secara spesifik tentang dampak atau
pengaruh pemikiran Anand Krishna terhadap pemikiraan keagamaan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Bastaman, Hanna Djumhana, Makna Hidup bagi Manusia Modern: Tinjuan Psikologis,
dalam Muhammad Wahyuni Nafis (ed.), Rekomendasi dan Renungan Religius
Islam, (Jakarta: Paramadina, 1996)
Benson M.D, Herbert & Mirian Z. Klipper, Respon Relaksasi, Teknik Meditasi
Sederhana untuk Mengatasi Tekanan Hidup, terj : Nurhasan, (Bandung : Kaifa,
2000).
Diputhera, Oka, et al., Kuliah Agama Budaha untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta :
Yasadari, 1997).
Dhammananda, Sri, Keyakinan Ummat Budha, (Jakarta: Yayasan Penerbit Karaniya,
2002).
Fromm, Erich, Revolusi Harapan Menuju Masyarakat Teknologi yang Manusiawi, terj :
Kamdani (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999).
Hartiningsih, Maria dan Hariadi Saptono, Renungan dari Mendut, dalam Harian
Kompas, edisi 18 Desember 2005.
Indrawati, Tao dalam Tao the Cing (Suatu kajian atas Penafsiran Anand Krishna), IAIN
Syahid Jakarta (Jakarta, IAIN Syahid, 2001).
J.A. Buddhasa, Mahathera, Vipassana-Dhura, (Jakarta: P.C. Mapanbudhi, 1982).
King, Wilston L. “Meditation”, dalam Eliade, Mircea, (ed. in Chief), The Encyclopedia
of Religion, Vol. 9, (New York: Mac Millan Library Reference USA, 1985).
Krishna, Anand, Atisha-Melampaui Meditasi, (Jakarta: PT Gramedia, 2002).
_______, Ilmu Medis & Meditasi, (Jakarta: PT. Gramedia, 2002).
_______, Renungan Harian, (Jakarta: PT. Gramedia, 2002).
_______, Sehat Dalam Sekejap, (Jakarta: PT. Gramedia, 2002).
_______, Kehidupan, Panduan untuk Meniti Jalan kedalam Diri, (Jakarta: Gramedia
Pustaka, 2000).
_______, Surat al-Fatihah Bagi Orang Modern, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 1999).
_______, Surat-Surat Terakhir bagi Orang Modern,
(Jakarta: Gramedia Pustaka,
2000).
_______, dan B. Setiawan, Ilmu Medis & Meditasi, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2002).
_______, Soul Quest, Pengembaraan Jiwa dari Kematian Menuju Keabadian, terj:
Meidyna Arrisandi, (Jakarta : Gramedia Pustaka, 2004).
_______, Melampaui Kelahiran dan Kematian : Reinkarnas hidu tak pernah berakhir,
(Jakarta : Gramedia Pustaka, 1998).
_______, Zen Bagi Orang Modern, (Jakarta : Gramedia Pustaka, 1998).
_______, Reinkarnasi, Hidup tak Pernah Berakhir, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 1998).
_______, Fiqr : Memasuki Alam Meditasi Lewat Gerbang Sufi, (Jakarta: Gramedia
Pustaka, 2002).
_______, 99 Nama bagi Orang Modern, (Jakarta : Gramedia Pustaka, 1999).
_______, Matsnawi, Bersama Jalaludin Rumi Menggapai Langit Biru tak Berbingkai,
(Jakarta : Gramedia Pustaka, 2000).
_______, Seni Memberdayakan Diri I : Meditasi untuk Management Stres dan Neo Zen
Reiki untuk Kesehatan jasmani dan Rohani, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2006).
Mattdewi W, Bhavana, Pengembangan Batin, (Jakarta: Graha Metta Sejahtera, 2002).
Muhammed, Yasien, Insan Yang Suci, Konsep Fitrah dalam Islam, (Bandung: Mizan,
1997).
Natani, Indahnya Meditasi, (Jakarta : Yayasan Kusalayani, 1995).
Northcott, Michael S., “Sociological Approaches”, dalam, Peter Connolly (ed.),
Approaches to Study of Religion, (London: Cassel, 1999).
Rahmawati, Konsep Reinkarnasi Menurut Anand Krishna (Telaah atas ayat-ayat
Esoteris), IAIN Syahid Jakarta, Skripsi, (Jakarta: IAIN Syahid, 2001).
Smith, Huston, Agama-agama Manusia, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1990).
Sukidi, New Age: Wisata Spiritual Lintas Agama, (Jakarta: PT. Gramedia, 2001).
TJ Sudarman, Sutradharma Menjalani Kehidupan Budhisme, Confusianisme, dan
Taoisme, (Jakarta: Sunyata, 1998).
Tebba, Sudirman, Meditasi Sufistik, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2004).
Majalah dan Website
Majalah Panjimas, September 2003, No 16.
www. anandkrishna.org
http://www.srcm.org/centers/as/id/MEDITASI.htm
http://www.indomedia.com/intisari/1999/maret/stres.htm
Download