faktor-faktor penguat perilaku yang berhubungan dengan

advertisement
FAKTOR-FAKTOR PENGUAT PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEPATUHAN PERAWAT GIGI DALAM PENERAPAN STANDART
PRECAUTION DI POLIKLINIK GIGI DAN MULUT DI RUMAH SAKIT KOTA
MANADO
REINFORCING BEHAVIORAL FACTORS ASSOCIATED WITH ADHERENCE
DENTAL NURESES IN THE APPLICATION OF STANDARD PRECAUTIONS AT
TEHE DENTAL POLYCLINIC HOSPITAL IN MANADO CITY
Aditya Christian Hutagaol*, Hesti Lestari*, Jootje. M. L. Umboh**
*Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi
**Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
ABSTRAK
Kewaspadaan Standar (Standard Precaution) adalah seperangkat pedoman yang
direkomendasikan untuk diterapkan dalam setiap praktek kerja untuk melindungi petugas
kesehatan dari pajanan penyakit infeksi yang menular lewat darah (blood-borne pathogen).
Pedoman tersebut meliputi kebersihan tangan, pemakaian Alat Pelindung Diri (APD),
pengelolaan benda tajam, dan lain-lain. Namun pada kenyataannya,penerapan kepatuhan masih
rendah. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor penguat perilaku apa saja yang
berhubungan dengan kepatuhan penerapan Standard Precaution oleh perawat gigi di Poliklinik
Gigi dan Mulut Rumah Sakit Kota Manado. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan
kuantitatif. Jenis penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Penelitian dilakukan pada
11 Rumah Sakit Kota Manado yang aktif menyelenggarakan pelayanan poliklinik gigi dan mulut
pada bulan September - November 2016. Teknik penentuan sampel digunakan teknik Sampling
Jenuh yang berjumlah 36 orang yang sesuai kriteria inklusi. Variabel penelitian terdiri dari
variabel bebas yaitu motivasi, kompetensi, supervisi, dan beban kerja ; dan variabel terikat yaitu
kepatuhan penerapan standard precaution oleh perawat gigi di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah
Sakit Kota Manado. Data diperoleh melalui kuesioner yang telah divalidasi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kompetensi dan beban kerja dengan
kepatuhan penerapan standard precaution oleh perawat gigi, terdapat hubungan antara motivasi
dan supervisi dengan kepatuhan penerapan standard precaution oleh perawat gigi. Analisis
multivariat dengan metode regresi logistik menunjukkan variabel supervisi yang paling dominan
berhubungan dengan kepatuhan penerapan standard precaution oleh perawat gigi di Poliklinik
Gigi dan Mulut Rumah Sakit Kota Manado. Sebagai kesimpulan, terdapat hubungan yang
signifikan antara supervisi dengan kepatuhan penerapan standard precaution oleh perawat gigi
di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Kota Manado.
Kata Kunci: Faktor-Faktor Penguat Perilaku, Kepatuhan Perawat Gigi, Standart Precaution
ABSRACT
Standard Precautions is a set of recommended guidelines to be applied in any working practices to
protect healthcare workers from exposure to infectious diseases spread by blood (blood-borne
pathogen). These guidelines include hand hygiene, use of Personal Protective Equipment (PPE),
management of sharps, and others. But in fact, the implementation of compliance is still low. The
purpose of this study to analyze the factors associated with compliance of the application of
Standard Precaution by Dental Nurses in the Dental Polyclinic Hospital of the city of Manado.
This study uses a quantitative approach. Descriptive research with cross sectional design. The
study was conducted on 11th Hospital Manado City actively organizing service dental clinic in the
month of September to November 2016. The sampling technique used saturated sampling
technique which totaled 36 people who fit the inclusion criteria. The research variables consist of
independent variables such as motivasion, competen, supervision and workload; and the
dependent variable is the application of standard precautions compliance by dental nurses in the
Dental Polyclinic Hospital of the city of Manado. Data obtained through questionnaires that have
been validated. The results of this study indicate that there relationship between competen and
workload adherence application of standard precaution by the dental nurses, there correlation
between motivsion and supervision of the application of a standard precaution by the dental nurse.
47
Multivariate analysis with logistic regression method showed variable availability of the most
dominan is supervision with the application of standard precaution by a dentist in the Dental
Polyclinic Hospital of the city of Manado. In conclusion, there is a significant correlation between
the availability of the compliance of the application of standard precaution by a dental nurses in
the Dental Polyclinic Hospital of the city of Manado.
Key Words: Reinforcing Behavioral Factors, Adherence Dental Nureses, Standard Precautions
PENDAHULUAN
maupun airbone, dan dengan kontak
Rumah sakit institusi yang melakukan
langsung. Interaksi yang menyebabkan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat
infeksi dapat terjadi antar pasien, dari
terutama untuk masyarakat yang sedang
pasien ke petugas, dari petugas ke
sakit. Rumah sakit memiliki tujuan
petugas, dari petugas ke pasien dan antar
utama untuk memberikan pelayanan
petugas. Infeksi di rumah sakit lebih
berkualitas demi tercapainya kepuasan
umum disebut infeksi nosokomial.
pasien sebagai konsumen yang ditandai
dengan
berkurangnya
keluhan
Infeksi ditinjau yang berasal dari
dari
komunitas
(community
acquired
pasien, sehingga menunjukkan kinerja
infection) atau berasal dari lingkungan
perusahaan yang bermutu. Pelayanan
rumah sakit (hospital acquired infection)
rumah sakit saat ini tidak terbatas pada
yang sebelumnya dikenal dengan istilah
fungsi kuratif (penyembuhan) tetapi juga
infeksi nosokomial (Anonim, 2008).
fungsi pemulihan (rehabilitatif). Oleh
Istilah infeksi nosokomial yang diakui
karena itu, harapan utama masyarakat
secara internasional awalnya disebut
datang ke rumah sakit adalah untuk
dengan hospital acquired infection,
mencapai kesehatan dan keseimbangan
namun karena seringkali asal infeksi
(Juwita, 2008).
tidak selalu datang dari rumah sakit
Orang yang berkunjung di rumah
sakit
sebagian
besar
tetapi juga dapat muncul dari tempat
mempunyai
pelayanan
kesehatan
istilah
berpeluang besar terpapar kemudian
healthcare-associated infections (HAIs)
mengalami infeksi (Adisaputra, 2009).
(Anonim, 2008). Infeksi nosokomial
Infeksi pada hakekatnya merupakan
terdapat di seluruh dunia baik itu negara
interaksi antara agen penyakit dengan
perkembang
pejamu rentan yang terjadi melalui kode
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang
transmisi kuman yang tertentu. Cara
terjadi di rumah sakit dan menyerang
transmisi
trutama
penderita-penderita yang sedang dalam
mikroorganisme penyebab infeksi dapat
proses asuhan keperawatan (Darmadi,
terjadi melalui darah, udara baik droplet
2008). Wabah infeksi nosokomial terjadi
penyakit
48
diganti
maka
gangguan sistem pertahanan tubuh dan
agen
tersebut
lainnya
ataupun
negara
dengan
maju.
di
lingkungan
dan
kasus. Jenis penyakit infeksi nosokomial
pasien, pengunjung,
yang diteliti di rumah sakit tersebut
maupun staf rumah sakit. Beberapa jenis
adalah ISK, ILO (Infeksi Luka Operasi),
penyakit yang biasa timbul karena
pneumonia,
infeksi nosokomial adalah Severe Acute
phlebitis. Prosentase angka kejadian
Respiratory Syndrome (SARS), demam
infeksi
hemoragik, flu burung, dan jenis flu
Pringadi
berat
sebesar 32,16% yang mencakup infeksi
ditularkan
dari
lainnya
pengontrolan
rumah
yang
sakit
membutuhkan
penularan
infeksi
di
nosokomial
Medan
dekubitus,dan
di
pada
RSUD
tahun
Dr.
2006
penggunaan jarum infus 10%, akibat
tataran klinis.
transfusi darah 10,16%, dan luka operasi
Indonesia sebagai negara miskin dan
berkembang
sepsis,
masuk
dalam
12% (Nasution, 2008). Kejadian infeksi
kategori
nosokomial lain ditemukan di Rumah
Kasus infeksi nosokomial yang besar
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
setiap tahunnya dan hal ini terjadi
Medan pada tahun 2010 yaitu sebanyak
hampir di seluruh negara. Diperkirakan
5,6%
di seluruh dunia kasus infeksi ini rata-
nosokomial
karena
rata menimpa 9% dari 1,4 juta pasien
(Jeyamohan,
2010).
rawat inap. Di negara maju
seperti
yang didapat dari orang lain (cross
yang telah
infection) atau disebabkan oleh flora
Amerika Serikat saja
pasien
luka
infeksi
operasi
Mikroorganisme
berkembang dalam hal penanggulangan
normal
infeksi, terdapat 48.000 orang setiap
(endogenous infection) menimbulkan
tahun meninggal karena infeksi di
Infeksi di rumah sakit. Bakteri ini
rumah sakit, umumnya karena penyakit
berkembang di lingkungan rumah sakit
pneumonia (Laxminarayan, 2010).
yang berasal dari air, udara, lantai,
Kasus infeksi nosokomial yang
terjadi
di
Indonesia
maupun
dari
menderita
pasien
itu
sendiri
makanan serta alat-alat medis maupun
luar
non medis. Sumber penularan bisa
Indonesia. Beberapa contoh rumah sakit
melalui tangan petugas kesehatan, jarum
yang terdapat kasus infeksi noskomial
injeksi, kateter, kasa pembalut atau
adalah RSUD Setjonegoro, RSUP Haji
perban dan karena penanganan yang
Adam Malik Medan, dan RSUD Dr
kurang tepat dalam menangani luka.
Pringadi Medan. RSUD Setjonegoro
Selain pasien, infeksi nosokomial ini
Kabupaten Wonosobo, rumah sakit ini
juga dapat mengenai petugas rumah
mengalami peningkatan angka infeksi
sakit
nosokomial dari tahun 2010 ke tahun
dengan pasien maupun penunggu dan
2011 yaitu dari 0,37% menjadi 1,48%
para pengunjung pasien (Bararah, 2016).
49
yang
berhubungan
langsung
Tantangan yang serius bagi rumah
tenaga kesehatan di rumah sakit adalah
sakit dalam menghadapi infeksi terkait
perawat.
sarana pelayanan kesehatan, karena hal
Standard
precaution
berperan
tersebut dapat menyebabkan kematian,
penting
di
rumah
sakit
dalam
baik langsung maupun tidak langsung
pengontrolan
infeksi
untuk
pasien,
serta memperpanjang masa rawat pasien
tenaga profesional, dan mahasiswa yang
dan
ketidakefisienan
sedang praktik (Nagliate et al., 2013).
biaya. Semakin tingginya kasus infeksi
Prosedur standard precaution secara
yang didapat dari rumah sakit setiap
umum meliputi bagaimana menjaga
tahunnya, hendaknya mendorong pihak
kebersihan tangan, penggunaan sarung
rumah sakit menyusun program upaya
tangan medis, pemakaian baju yang
pengendalian infeksi yang serius. Salah
aman, pemakaian masker, perlindungan
satu strategi yang bermanfaat dalam
terhadap mata, perlindungan terhadap
pengendalian infeksi nosokomial adalah
kepala dan perlakuan injeksi yang aman
peningkatan
(Harding et al, 2011). Tujuan ditetapkan
menimbulkan
kesehatan
kemampuan
dalam
metode
petugas
universal
standard
precaution (Anonim, 2010).
precaution
adalah
untuk
mencegah transmisi silang (Anonim,
Perilaku keselamatan atau safety
2008). Perawat merupakan salah satu
merupakan salah satu hal penting yang
tenaga
perlu
guna
langsung dengan pasien di tataran klinis.
melindungi perawat dalam memberikan
Sebagai salah satu professional yang
palayanan dan pasien selaku pengguna
bertugas
pelayanan.
kesehatan, perawat mempunyai peranan
infeksi
untuk
diperhatikan
Masih
nosocomial
kecelakaan
kerja
maraknya
kasus
pasien
atau
pada
kesehatan
penting
yang
berhadapan
meningkatkan
untuk
kualitas
mencegah
serta
perawat
mengurangi
penularan
menunjukan masih kurangnya budaya
nosokomial
dengan
mematuhi
safety yang dilakukan perawat. Angka
pelaksanaan
standard
precaution.
kejadian infeksi di rumah sakit di
Menurut
Indonesia masih cukup tinggi dan
dilakukan di Hong Kong, beberapa
diperkirakan sekitar 38% - 73% perawat
perawat dapat menggunakan masker
pelaksana pernah mengalamai Needle
dengan
Stick Injury (NSI). Padahal perawat
menggunakan
memiliki peran penting dalam budaya
sebelum
safety, terbukti dengan 56% - 60%
mengganti
sebuah
penelitian
teknik
sarung
menyentuh
sarung
infeksi
yang
tangan
pasien,
tangan
yang
benar,
medis
dan
ketika
menangani pasien yang berbeda, akan
50
tetapi masih terdapat sekitar 30%-40%
terbuka dapat juga menjadi sumber
perawat yang tidak mematuhi standard
infeksi atau kontaminasi. Oleh karena
precaution dalam hal membuang benda-
itu, instrumen dan perlengkapan praktek
benda tajam, mencuci tangan dengan
harus senantiasa dijaga sterilitas dan
cara
kebersihannya
yang
alcoholic
aseptik,
hand
menggunakan
rubs,
dan
tidak
untuk
mencegah
terjadinya infeksi.
dalam
Penelitian dengan judul “Factors
memandikan pasien di bak yang besar
Influencing Nurses’ Compliance with
(Lam et al., 2012).
Standard Precautions in Order to Avoid
melaksanakan
secara
tepat
Berdasarkan hasil penelitian tersebut
Occupational
Exposure
to
dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
Microorganism: A Focus Group Study”
standard
precaution
tidak
dipatuhi
oleh Efstathiou et al., pada tahun 2011
beberapa
perawat
di Cyprus (n=30). Persamaan penelitian
sehingga hal tersebut membahayakan
ini adalah membahas mengenai perawat
bagi kesehatan perawat, pasien, maupun
dalam pelaksanaan standard precaution.
orang lain yang berinteraksi dengan
Hasil dari penelitian ini menunjukkan
keduanya.
kesimpulan
bahwa
pernyataan
mempengaruhi perawat dalam mematuhi
Perhimpunan
standard precaution adalah manfaat,
sepenuhnya
tersebut
oleh
Penarikan
sejalan
Ketua
dengan
Umum
faktor-faktor
Pengendalian Infeksi Indonesia dalam
halangan,
sambutan peresmian Buku Pedoman
pengawas dalam melaksanakan, dan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
efikasi diri. Penelitian yang dilakukan
Rumah Sakit yang mengatakan bahwa
oleh Handayani (2012) dengan judul
masih banyak rumah sakit, sarana
“Pelaksanaan Universal Precaution oleh
kesehatan, dan tenaga kesehatan di
Perawat di RSUD Sleman” (n=77).
Indonesia yang belum menjalankan
Hasil dari penelitian ini menunjukkan
program pencegahan dan pengendalian
bahwa secara umum kepatuhan perawat
infeksi dengan baik (Anonim, 2008).
terhadap universal precaution sudah
Menurut
Azmi
(2011),
sumber
kemampuan,
yang
kerentanan,
cukup baik.
Penelitian dengan judul “Faktor-
infeksi pada praktek kedokteran gigi
meliputi tangan, saliva, darah, sekresi
Faktor
hidung dan sekresi paru. Udara, air,
Perilaku
debu, aerosol, percikan atau tetesan,
Universal Precaution di RSUD Prof. Dr.
plak, kalkulus, bahan tumpatan gigi dan
R. D. Kandou, Manado” oleh Runtu
debris dari rongga mulut atau luka
(2012) (n=100). Hasil dari penelitian ini
51
yang
Berhubungan
Perawat
dalam
dengan
Penerapan
menunjukkan
bahwa
pendidikan
berhubungan dengan perilaku perawat
HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam penerapan universal precaution
Kepatuhan
sedangkan umur, lama kerja sebagai
Menerapkan Standard Precautions di
perawat,
Poliklinik Gigi Rumah Sakit di Kota
dan
pelatihan
tidak
berhubungan dengan perilaku perawat
Manado
dalam penerapan universal precaution.
Kepatuhan
Hal ini menjadi alasan kebutuhan
perawat
Perawat
perawat
terhadap
Gigi
dalam
adalah
perilaku
suatu
anjuran,
suatu tindakan pencegahan universal
prosedur atau peraturan yang harus
bagi petugas yang bekerja di poliklinik
dilakukan atau ditaati. Pada penelitian
gigi dan mulut. Oleh karena itu, peneliti
ini kepatuhan perawat yang diteliti yaitu
tertarik untuk melakukan penelitian
dalam menerapkan standard precaution
dengan judul : Hubungan Faktor-Faktor
di Poliklinik Gigi Rumah Sakit di Kota
Penguat Perilaku Terhadap Kepatuhan
Manado. Hal ini bertujuan agar resiko
Perawat
Penerapan
infeksi terhadap pasien yang dilayani
Standard Precaution di Poliklinik Gigi
ataupun terhadap perawat itu sendiri
Rumah Sakit di Kota Manado.
menjadi tidak ada atau minimal dan hal
Gigi
Dalam
ini merupakan salah satu standar wajib
METODE PENELITIAN
yang
Jenis penelitian yang digunakan adalah
pelayanan medis.
metode
penelitian
harus
dilaksanakan
dalam
survey
dengan
Penilaian kepatuhan perawat dalam
sectional
study.
penelitian ini menggunakan pertanyaan-
Penelitian ini akan dilaksanakan di
pertanyaan yang berhubungan dengan
seluruh Poliklinik Gigi Rumah Sakit
pelaksanakan standard precaution yang
Kota Manado pada bulan September
dilakukan perawat tersebut pada saat
sampai November 2016. Populasi dalam
melayani
penelitian ini adalah seluruh perawat di
menunjukkan bahwa perawat gigi di
Poliklinik Gigi Rumah Sakit di Kota
Poliklinik Gigi Rumah Sakit di Kota
Manado yang berjumlah 36 orang.
Manado sebagian besar atau 83,3%
Sampel dalam penelitian ini adalah total
sudah menerapkan standard precaution
populasi seluruh perawat di Poliklinik
dalam melakukan pelayanan.
pendekatan
cross
pasien.
Hasil
penelitian
Gigi Sakit di Kota Manado yang
berjumlah 36 orang. Penelitian ini
Hubungan
menggunakan
kepatuhan
analisis
univariat,
bivariat, multivariat.
motivasi
perawat
dengan
gigi
dalam
menerapkan Standard Precaution di
52
Poliklinik Gigi Rumah Sakit di Kota
kepatuhan yang baik sebesar 90,00%.
Manado
Sedangkan berdasarkan uji Chi Square
Motivasi merupakan faktor pendorong
dengan nilai r (koeffisien korelasi)
dalam
adalah
melaksanakan
kegiatan
dari
0,477
sedangkan
nilai
seseorang untuk mencapai suatu tujuan
signifikansinya adalah 0,001 (<0,05),
institusi dengan berusaha ketingkat yang
yang berarti bahwa perawat yang tingkat
lebih
tidak
motivasinya
untuk
memberikan kinerja yang baik sebesar
didalam
45,0 kali dibandingkan dengan yang
tinggi,
mengabaikan
dengan
syarat
kemampuannya
memperoleh
kepuasan
memenuhi
kebutuhan-kebutuhan
tingkat
baik
akan
berpotensi
motivasinya
kurang.
pribadi. (Nursalam, 2008). Motivasi
Berdasarkan data tersebut maka dapat
(motivation)
disimpulkan
dalam
manajemen
bahwa
motivasi
ditujukan untuk meningkatkan semangat
berpengaruh secara bermakna terhadap
bekerja pegawai, supaya kinerjanya
kepatuhan perawat di Poliklinik Gigi
meningkat
dengan
segala
Rumah Sakit di Kota Manado. Hal ini
kemampuannya
untuk
mewujudkan
menunjukkan semakin baik motivasi
organisasi.
Motivasi
kerja perawat semakin baik pula tingkat
tujuan
mengupayakan cara mengoptimalkan
kepatuhannya.
potensi pegawai untuk dapat bekerja
menyatakan adanya “Terdapat hubungan
dengan baik, mau bekerjasama untuk
motivasi dengan kepatuhan penerapan
mendorong
kinerja
Standard Precaution perawat gigi di
pegawai, sehingga berhasil mencapai
Poliklinik Gigi Rumah Sakit di Kota
dan mewujudkan tujuan yang telah
Manado” diterima.
peningkatan
ditentukan (Mangkunegara, 2007).
Hipotesis
pertama
Hasil penelitian ini sesuai dengan
Motivasi merupakan dorongan yang
penelitian yang dilakukan oleh Devi dkk
timbul dari penilaian perawat terhadap
(2013)
organisasi dalam pemenuhan kebutuhan.
mempunyai
Dari distribusi responden terbanyak
kepatuhan perawat yang melakukan
untuk variabel motivasi adalah dalam
perawatan luka post operasi di RSUD
kategori baik yakni sebesar 77,82 % (28
Batang, yang ditunjukkan oleh hasil uji
orang) dan kategori kurang sebanyak
Chi Square dengan signifikansi adalah
22,2% (8 orang). Hasil analisis data
0,009. Penelitian lainnya oleh Setyowati
secara statistik menunjukkan hasil uji
(2015)
secara linier berdasarkan tabulasi silang
motivasi berhubungan signifikan dengan
bahwa motivasi yang baik memberikan
kepatuhan perawat dalam pelaksanaan
53
didapatkan
hasil
hubungan
mendapatkan
hasil
motivasi
dengan
faktor
prosedur tetap pemasangan infus di
kondisi
stamina,
kekuatan
instalasi gawat darurat dan instalasi
karakteristik biologis, (2) Kemampuan
rawat inap RSUD Cideres Kabupaten
intelektual yaitu kemampuan dalam
Majalengka Tahun 2015 (p=0,025).
kegiatan yang berhubungan dengan
Penelitian Natasia dkk (2013) dengan
aktivitas mental (Kurniadi A, 2013).
hasil motivasi berhubungan signifikan
Hasil uji analisis univariat menunjukkan
dengan kepatuhan pelaksanaan SOP
bahwa distribusi responden menyatakan
Asuhan Keperawatan di ICU-ICCU
sebagian
RSUD Gambiran Kota Kediri (t = 2,831
mempunyai kompetensi baik berjumlah
; p = 0,045).
33 orang (91,7 %) dan sebagaian kecil 3
besar
dengan
dan
katagori
orang (8,3 %) dengan katagori kurang.
dengan
Pengetahuan penerapan universal
dalam
precaution merupakan hasil dari tahu,
menerapkan Standard Precaution di
dan ini terjadi setelah orangmelakukan
Poliklinik Gigi Rumah Sakit di Kota
penginderaan terhadap objek tertentu.
Manado
Penginderaan
Hubungan
kepatuhan
Kompetensi
kompetensi
perawat
gigi
merupakan
kemampuan
pancaindera
terjadi
manusia,
melalui
yakni
indera
melaksanakan pekerjaan atau tugas yang
penglihatan, pendengaran, penciuman,
didasari
rasa danraba. (Notoatmodjo, 2003).
ketrampilan
maupun
pengetahuan dan didukung oleh sikap
Menurut
kerja yang ditetapkan oleh pekerjaan.
kesehatan,
Kompetensi menunjukkan pengetahuan,
perubahan perilaku tergantung kepada
ketrampilan dan sikap tertentu dari suatu
kualitas
profesi dalam ciri keahlian tertentu,
berkomunikasi
yang
seorang
Perilaku dapat berubah hanya apabila
2012).
stimulus yang diberikan benar-benar
kemampuan
melebihi dari stimulus semula (mampu
intelektual, fisik dan hubungan antar
meyakinkan). Karena itu kualitas dari
manusia yang mendasari perawat dalam
sumber komunikasi sangat menentukan
melaksanakan
keberhasilan
menjadi
profesional
Kompetensi
ciri
dari
(Wibowo,
merupakan
asuhan
keperawatan.
Kompetensi diukur dengan sub variabel
teori
perubahan
penyebab
rangsang
perilaku
terjadinya
(stimulus)
dengan
yang
organisme.
perubahan
perilaku
penerapan universal precaution.
intelektual, fisik dan human relation.
Penelitian
yang
dilakukan
oleh
Faktor-faktor dari kemampuan ada dua,
Askarian dan Assadian tahun 2009
yaitu: (1) Kemampuan fisik yakni
untuk
kemampuan dalam beraktivitas menurut
sikap dan perilaku terhadap universal
54
menilai
tingkat
pengetahuan,
precaution di kalangan dokter gigi dan
perawat pelaksana di Instalasi Bedah
mahasiswa
Sentral RSUP Dr. Kariadi Semarang.
kepaniteraan
klinik,
menunjukkan bahwa skor pengetahuan
Tingginya frekuensi kontak darah
responden 6,71 ± 0,99 dari skor
antara pasien dengan perawat saat
maksimal 9. Hal ini menunjukkan
tindakan invasif akan meningkatkan
bahwa, tingkat pengetahuan responden
risiko terjadinya infeksi nosokomial
memuaskan, tetapi perilaku penerapan
pada perawat. Oleh karena itu perlu
Universal
adanya penerapan universal precaution
precaution
mereka
tidak
mencapai tahap yang diharapkan. Di
infeksi
samping itu, dijumpai suatu hubungan
tentang
linear positif antara pengetahuan dan
penting untuk petugas kesehatan di
perilaku(r=0,394, p<0,001). Ini berarti
rumah
walaupun pengetahuan responden baik
lainnya yang merupakan sarana yang
berpengaruh
rawan
terhadap
perilaku
responden.
nosokomial.
pencegahan
sakit
dan
terhadap
Pengetahuan
infeksi
sarana
sangat
kesehatan
terjadinya
infeksi.
Kemampuan untuk mencegah transmisi
Demikian juga Gunawan (2012)
infeksi di rumah sakit dan upaya
yang menganalisis Faktor-faktor yang
pencegahan infeksi adalah tingkatan
berhubungan dengan perilaku universal
pertama dalam pemberian pelayanan
precaution Pada Perawat Pelaksana Di
yang bermutu oleh petugas kesehatan
Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr.
dalam pemberian pelayanan. Untuk
Kariadi Semarang. Sampel sebanyak 40
seorang perawat kemampuan mencegah
responden dengan hasil penelitian umur
infeksi memiliki keterkaitan yang tinggi
responden rata-rata 35,70 tahun dengan
dengan pekerjaan karena mencakup
umur responden paling muda adalah 25
setiap aspek penanganan pasien.
tahun dan paling tua adalah 43 tahun.
Hasil analisis data secara statistik
Pendidikan sebagian besar D3 sebanyak
menunjukkan hasil uji secara linier
36 orang (90,0%) dan S1 sebanyak 4
berdasarkan
orang (10,0%). Masa kerja responden
perawat dengan kompetensi yang baik
rata-rata 14,13 tahun masa kerja paling
memberikan
rendah adalah 3 tahun dan tertinggi
sebesar 90,00%. Sedangkan berdasarkan
adalah 22 tahun. Pengetahuan sebagian
uji Chi Square dengan nilai r (koeffisien
besar baik sebanyak 30 orang (75,0%).
korelasi) adalah 0,175 sedangkan nilai
Ada hubungan pengetahuan dengan
signifikansinya adalah 1,00 (<0,05),
perilaku
yang
universal
precaution
pada
tabulasi
silang
kepatuhan
berarti
yang
kompetensi
bahwa
baik
tidak
berhubungan secara bermakna terhadap
55
kepatuhan perawat dalam menerapkan
adanya
hubungan
antara
Standard Precautions di Poliklinik Gigi
kepala ruangan, sikap perawat dengan
Rumah Sakit di Kota Manado. Hal ini
kepatuhan pelaksanaan prosedur tetap
menunjukkan bahwa Hipotesis kedua
(Protap)
yang menyatakan adanya “Terdapat
signifikansi (P value: 0,000; α: 0,05).
hubungan kompetensi dengan kepatuhan
Penelitian lainnya oleh Setyowati (2015)
penerapan Standard Precaution perawat
mendapatkan
gigi di Poliklinik Gigi Rumah Sakit di
berhubungan
Kota Manado” ditolak.
kepatuhan perawat dalam pelaksanaan
pemasangan
hasil
infus
faktor
signifikan
supervisi
dengan
motivasi
dengan
prosedur tetap pemasangan infus di
dengan
instalasi gawat darurat dan instalasi
dalam
rawat inap RSUD Cideres Kabupaten
Menerapkan Standard Precaution di
Majalengka Tahun 2015 (p=0,025).
Poliklinik Gigi Rumah Sakit di Kota
Penelitian Natasia dkk (2013) dengan
Manado
hasil motivasi berhubungan signifikan
Hubungan
Supervisi
Kepatuhan
Perawat
Supervisi
dapat
pengawasan
atau
Gigi
memberikan
pemantauan
dengan kepatuhan pelaksanaan SOP
yang
Asuhan Keperawatan di ICU-ICCU
dapat membantu meningkatkan kinerja
RSUD Gambiran Kota Kediri (t = 2,831
bawahan untuk hasil yang maksimal
; p = 0,045).
dengan memberikan bantuan secara
langsung
ditempat
sesuai,
diperoleh hubungan yang signifikan
khususnya dalam pemasangan infus
antara supervise dengan pelaksanaan
sesuai SOP yang telah ditetapkan untuk
kewaspadaan
mengurangi berbagai dampak atau kesan
pelaksana dalam pencegahan infeksi
negatif tersebut tidak sampai muncul
nosokomial di ruang rawat inap RS
(Suarli & Bahtiar, 2009). Kegiatan
Stella Maris Makassar tahun 2014
supervisi
biasanya
oleh
dengan nilai p=0,012. Hasil penelitian
perawat
supervisor
berperan
ini sesuai dengan hasil penelitian yang
langsung mengamati kegiatan perawat
dilakukan oleh Sukriani (2013) yang
dan
menyatakan bahwa supervisi kepala
mengontrol
yang
Berdasarkan hasil uji chi square,
dilakukan
yang
kepatuhan
perawat
umum
perawat
dalam melakukan tindakan (Lynch,
ruangan
2008 dalam Sri Dani dkk, 2014).
kewaspadaan umum di rawat inap
Hasil penelitian ini sesuai dengan
RSUP.DR
penelitian yang dilakukan oleh Tri
Seseorang akan patuh bila masih dalam
(2012) hasil penelitian menunjukkan
tahap pengawasan, bila pengawasan
56
berhubungan
pada
Wahidin
pelaksanaan
Sudirohusodo.
mengendur
maka
perilaku
akan
pelaksanaan
kewaspadaan
universal
ditinggalkan artinya ketika pengawasan
sangat penting dilakukan apabila kepala
itu sudah mulai menurun maka perawat
ruangan
untuk melakukan pencegahan infeksi
kewajibannya untuk selalu melakukan
nosokomial semakin rendah, mereka
arahan
bekerja semau dengan yang mereka mau
bawahannya untuk dapat melaksanakan
bukan semesti yang telah ada dalam
kewaspadaan universal dengan sebaik
standart prosedur operasional (SOP)
mungkin sehingga bawahannya dalam
untuk melakukan pencegahan infeksi
melakukan pelayanan kepada pasien
nosokomial.
selalu
Sejalan
penelitian Qalbia
pula
yang
dengan
mengatakan
tersebut
dan
menyadari
bimbingan
dengan
akan
kepada
berdasarkan
akan
kewaspadaan universal.
bahwa ada hubungan yang signifikan
Hasil
penelitian
menunjukkan
antara supervisi dengan kinerja perawat
distribusi responden terbanyak untuk
pelaksana dalam menerapkan patient
variabel supervisi adalah dalam kategori
safety
baik yakni sebesar 80,6 % (29 orang)
di
ruang
rawat
inap
RS
Universitas Hasanuddin.
Supervisi
adalah
yang
dimaksud
kegiatan
membimbing,
memotivasi
dan kategori kurang sebanyak 19,4% (7
orang).
mengarahkan,
mendorong
perawat
disini
analisis
data
secara
statistik menunjukkan hasil uji secara
dan
untuk
Hasil
linier berdasarkan tabulasi silang bahwa
dapat
supervisi
yang
baik
memberikan
melaksanakan kewaspadaan universal.
kepatuhan yang baik sebesar 93,33%.
Penelitian ini didukung oleh penelitian
Sedangkan berdasarkan uji hi quare
Jayanti (2010) yang menyatakan ada
dengan nilai r (koeffisien korelasi)
hubungan
adalah
supervisi
dengan
kinerja
0,499
sedangkan
nilai
perawat dalam penerapan MPKP di
signifikansinya (p value) adalah 0,000
RSJD
(<0,05). Berdasarkan data tersebut maka
ruang
Surakarta
(p=0,024).
mempunyai
tugas
Kepala
untuk
dapat
disimpulkan
bahwa
supervisi
melakukan supervisi terhadap kinerja
berpengaruh secara bermakna terhadap
perawat. kepala ruangan bertanggung
kepatuhan
jawab
supervisi
menerapkan Standard Precaution di
pelayanan keperawatan yang diberikan
Poliklinik Gigi Rumah Sakit di Kota
pada pasien di ruang perawatan yang
Manado. Hal ini menunjukkan semakin
dipimpinnya (McGoven,2000). Peran
baik supervisi dilakukan kepada perawat
supervisi kepala ruangan sebagai yang
semakin baik pula tingkat kepatuhannya.
memimpin bawahannya dalam upaya
Oleh karena itu hipotesis ketiga yang
untuk
melakukan
57
perawat
gigi
dalam
menyatakan bahwa “Terdapat hubungan
adalah jumlah total waktu keperawatan
motivasi dengan kepatuhan penerapan
baik secara langsung/tidak langsung
Standard Precautions perawat gigi di
dalam
Poliklinik Gigi Rumah Sakit di Kota
keperawatan yang di perlukan oleh klien
Manado” diterima.
dan jumlah perawat yang di perlukan
memberikan
pelayanan
untuk memberikan pelayanan tersebut
dengan
(Gaudine, 2000). Hasil uji analisis
dalam
univariat menunjukkan bahwa distribusi
Menerapkan Standard Precautions di
responden menyatakan sebagian besar
Poliklinik Gigi Rumah Sakit di Kota
dengan beban kerja normal berjumlah
Manado
29 orang (80,6 %) dan sebagaian kecil 7
Beban kerja merupakan jumlah rata-rata
orang (19,4 %) dengan katagori beban
kegiatan kerja pada waktu tertentu, yang
kerja tinggi.
Hubungan
Beban
Kerja
Kepatuhan
Perawat
Gigi
terdiri dari beban kerja fisik, beban kerja
Hasil analisis data secara statistik
psikologis serta waktu kerja (Irwady,
menunjukkan hasil uji secara linier
2007). Beban kerja adalah besaran
berdasarkan
pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu
perawat dengan beban kerja normal
jabatan dalam suatu unit organisasi dan
memberikan
merupakan hasil kali antara jumlah
sebesar 80,00%. Sedangkan berdasarkan
pekerjaan dengan waktu. Untuk itu perlu
uji Korelasi Chi Square didapatkan nilai
dilakukan upaya penyerasian antara
r (koeffisien korelasi) adalah 0,175 dan
kapasitas
dan
nilai signifikansinya (p value) adalah
diperoleh
1,00 (< nilai α=0,05), yang berarti beban
kerja,
lingkungan
kerja
beban
kerja
agar
silang
kepatuhan
bahwa
yang
kerja
Kesehatan No 36 Tahun 2009).
bermakna dengan kepatuhan perawat
dan
Houston
(2000)
gigi
dalam
berhubungan
baik
produktivitas kerja yang optimal (UU
Marquis
tidak
tabulasi
menerapkan
secara
Standard
mendefenisikan beban kerja perawat
Precautions di Poliklinik Gigi Rumah
adalah seluruh kegiatan atau aktivitas
Sakit di Kota Manado.
yang dilakukan oleh seorang perawat
Hal
ini
menunjukkan
bahwa
selama bertugas di suatu unit pelayanan
Hipotesis keempat yang menyatakan
keperawatan. Beban kerja (work load)
bahwa “Terdapat hubungan beban kerja
biasanya diartikan sebagai patient days
dengan kepatuhan penerapan Standard
yang merujuk pada jumlah prosedur,
Precaution perawat gigi di Poliklinik
pemeriksaan kunjungan (visite) pada
Gigi Rumah Sakit di Kota Manado”
klien. Disebutkan pula beban kerja
ditolak. Hasil penelitian ini sesuai
58
dengan penelitian yang dilakukan oleh
yang diemban meskipun adanya beban
Budiawan (2015) didapatkan hasil beban
kerja yang tinggi namun perawat masih
kerja
signifikan
memiliki kemampuan yang maksimal
dengan kinerja perawat di ruang rawat
untuk tetap melaksanakan tugas dan
inap Rumah Sakit Jiwa Propinsi Bali (p
tanggung
value=0,94).
lainnya
tidak
berpengaruh
Penelitian lainnya yang dilakukan
jawab
oleh
mereka.Penelitian
Manuho
dkk
(2015)
mendapatkan hasil yng berbeda dimana
Satria dkk (2013) menunjukkan hal yang
beban
sama dimana tidak ada hubungan antara
signifikan dengan kinerja perawat dalam
beban kerja dengan kinerja perawat
pemberian
dalam
Rumah
mengimplementasikan
patient
kerja
perawat
asuhan
berhubungan
keperawatan
Sakit
di
Umum
safety di Rumah Sakit Universitas
Prof.Dr.R.D.Kandou Manado (p=0,035).
Hasanuddin Makasar Tahun 2013. Hal
Oleh karena itu pihak rumh sakit juga
ini
bisa
karena
faktor
perlu mewaspadai beban kerja yang
dan
faktor
berlebihan untuk mencegah terjadinya
internal (pribadi) dari perawat itu sendiri
hal-hal yang tidak diinginkan dari
(Timpe, 1993 dalam Alimuddin 2012).
dampak beban kerja tinggi. Menurut
eksternal
disebabkan
(lingkungan)
Faktor eksternal di sini maksudnya
Hombergh et all (2009) apabila beban
bisa dikarenakan oleh adanya tuntutan
kerja yang diterima terlalu besar maka
dari
yang
akan dapat menimbulkan stress kerja
mengharuskan perawat/staff rumah sakit
yang bisa mempengaruhi motivasi kerja
untuk menerapkan standard precautions
dan menurunnya kinerja (Mudayana,
setiap saat dan sesuai prosedur sebab itu
2012). Menurut Gurses, 2008 (dalam
merupakan hal yang wajib dilakukan
Mudayana, 2012) menyatakan bahwa
pada
pelayanan
beban kerja dapat mempengaruhi stress
sebagai tindak lanjut keselamatan untuk
kerja karyawan perawat selain itu juga
pasien, keluarga pasien maupun perawat
dapat mempengaruhi pelayanan kepada
itu sendiri dan dalam rangka menjaga
pasien
mutu
sehingga
pihak
saat
rumah
sakit
memberikan
pelayanan
dari
rumah
sakit
tersebut.
serta
keselamatan
kinerja
perawat
rendah.
Faktor internal atau keadaan pribadi
perawat itu sendiri maksudnya adanya
KESIMPULAN
kemampuan yang tinggi, kerja keras
Dari penelitian ini dapat ditarik
serta motivasi seperti dalam peneltian
kesimpulan sebagai berikut:
ini dalam menjalankan tanggung jawab
59
pasien
menjadi
1. Terdapat
dengan
hubungan
kesehatan gigi di Rumah Sakit Kota
motivasi
kepatuhan
Manado
penerapan
melalui
pelatihan,
Standard Precaution perawat gigi
keikutsertaan dalam seminar tentang
di Poliklinik Gigi Rumah Sakit di
patient safety.
b. Sarana penunjang dalam mendukung
Kota Manado.
2. Tidak
hubungan
penerapan Standard Precaution oleh
dengan
kepatuhan
Poliklinik Gigi Rumah Sakit di Kota
Standard
Precaution
terdapat
kompetensi
penerapan
Manado
perlu
dilengkapi
dan
perawat gigi di Poliklinik Gigi
diadakan secara kontinu misalnya
Rumah Sakit di Kota Manado.
ketersediaan sabun, handschoen dll.
3. Terdapat
dengan
hubungan
c. Pelaksanaan
supervisi
kepatuhan
supervisi
tetap
dilakukann secara berkelanjutan dan
penerapan
Standard Precaution perawat gigi
konsisten
terhadap
di Poliklinik Gigi Rumah Sakit di
sehingga
Kota Manado.
mempertahankan kepatuhan dalam
tetap
menerapkan
4. Tidak terdapat hubungan beban
perawat
Standard
gigi
dapat
Precaution
kerja dengan kepatuhan penerapan
untuk meningkatkan mutu pelayanan
Standard Precaution perawat gigi
kesehatan gigi di di Poliklinik Gigi
di Poliklinik Gigi Rumah Sakit di
Rumah Sakit di Kota Manado
d. Secara
Kota Manado.
paling
penerapan
Precaution
perawat
diadakan
dengan
dengan studi banding di beberapa
Standard
rumah sakit rujukan yang memiliki
gigi
Standard precaution yang lebih baik.
dominan
kepatuhan
perlu
penyegaran kepada para perawat
5. Faktor supervisi merupakan faktor
yang
umum
di
Poliklinik Gigi Rumah Sakit di
2. Institusi Pendidikan
Kota Manado.
a. Diharapkan
mampu
bekerjasama
dengan pihak Pemerintah Daerah dan
SARAN
Dinas Kesehatan Kota/ Kabupaten
1. Rumah Sakit
untuk
a. Peningkatkan
ketrampilan
kompetensi
perawat
gigi
melakukan
pelatihan
dan
seminar terkait profesi perawat gigi
dan
yang
secara
bersertifikat
guna
berkelanjutan sehingga tetap dapat
meningkatkan mutu pelayanan dan
mempertahankan kepatuhan dalam
kinerja SDM perawat gigi.
menerapkan
Standard
Precaution
untuk meningkatkan mutu pelayanan
60
b. Penelitian
lanjutan
yang
lebih
tanggal
mendalam agar hasil penelitian lebih
25
Juni
2016.
Jurnal
Univeristas Sumatra Utara
maksimal.
Bararah,
R.
A.
2016.
Pengetahuan
Tingkat
Dokter
Standard
Gigi
DAFTAR PUSTAKA
Terhadap
Adisaputra. 2009. Pola kuman luka
Sebelum Perawatan Gigi pada
operasi di ruangan Intensive Care
Tempat
Unit
Medan Baru Periode 2016. Skripsi.
Rumah
Sudirohusodo
Sakit
Wahidin
Makassar.
The
Praktek
Fakultas
di
Precaution
Kecamatan
Kedokteran
Gigi
Indonesian Journal of Medical
Universitas Sumatera Utara Medan.
Science Volume 2 No.2 April-June
http://repository.usu.ac.id/handle/1
2009.
23456789/58343
Alimuddin, Ibriati Kartika. 2012.
Budiawan.
2015.
Hubungan
Pengaruh Motivasi Terhadap
Kompetensi, Motivasi Dan Beban
Produktivitas Kerja Karyawan
Kerja Perawat Pelaksana Dengan
Pada PT.Telkom Indonesia,Tbk
Kinerja Perawat Di Ruang Rawat
Cabang Makassar. Makassar:
Inap Rumah Sakit Jiwa Propinsi
Universitas Hasnuddin. (skripsi)
Bali. Jakarta : Penerbit Salemba
Anonim, 2008. Pedoman Pencegahan
Dan
Pengendalian
Rumah
Sakit
Pelayanan
Infeksi
Medika.
Di
Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial :
Dan
Fasilitas
Problematika
Kesehatan
Lainnya:
Pengendaliannya. Jakarta : Penerbit
Kesiapan Menghadapi Emerging
Dan
Salemba Medika.
Infectious Disease cetakan kedua.
Devi dkk. 2013. Hubungan Motivasi
Jakarta.
dengan
Azmi, I. 2011. Hubungan Pengetahuna
Kepatuhan
Perawat
Pelaksana dalam Melaksanakan
Tentang Kesehatan Gigi dan Mulut
Perawatan
Dengan
Sesuai dengan SOP Di RSUD
Kebersihan.
Tindakan
Diunduh
Menjaga
dari
Batang.
Luka
Post
Pekalongan.
Jurnal
http://123dok.com/document/18483
Keperwatan
-hubungan-pengetahuan-tentang-
Medisina
kesehatan-gigi-dan-mulut-dengan-
Majalengka Volume II Nomor 3
tindakan-menjaga-kebersihan-gigi-
Februari 2016.
pada-tahun.htm?page=4
pada
dan
Operasi
AKPER
Kesehatan
YPIB
Efstathiou, G., E. Papastavrou., V.
Raftopoulos., and A. Merkouris.
61
2011. Factors Influencing Nurses
28 Juni 2016. Jurnal Universitas
Complience
Muhamadiah Semarang.
with
Standard
Precautions in Order to Avoid
Occupational
to
Infeksi Nosokomial Pada Pasien
Microorganisms: A focus group
Luka Operasi Pasca Bedah di
study. Journal Biomed Central
Bagian Bedah di Rumah Sakit
Nursing. 10 (1); 1-12
Umum Pusat Haji Adam Malik
Fatimah
dkk.
Exposure
Jeyamohan, D. 2010. Angka Prevalensi
2013.
Hubungan
Medan dari Bulan April Sampai
Kompetensi, Komitmen Organisasi
September 2010’, Skripsi Fakultas
Dan
Kedokteran Universitas Sumatera
Kepuasan
Kinerja
Kerja
Perawat
Labuang
Dengan
Di
Baji.
RSUD
Utara, Medan.
Universitas
Laxminarayan, R. 2007. Hospitalization
Hassanuddin, Makasar.
and Deaths Caused by Methicillin-
Gaudine, A. P. (2000). What do nurses
Resistant Staphylococcus aureus,
mean by workload and work
United
overload. Canadian Journal of
Emerging Infectious Diseases,13
Nursing Leadership, 13(2), 22-27.
(12): 1840-1846. Available from:
Handayani,
E.
Universal
2012.
Pelaksanaan
Precaution
Oleh
/12/pdfs/07-0629.pdf [Accessed 29
Juni 2016].
Program Pasca Sarjana Fakultas
Universitas
1999-2005.
http://wwwnc.cdc.gov/eid/article/13
Perawat di RSUD Sleman’, Tesis
Kedokteran
States,
Manuho dkk. 2015. Hubungan Beban
Gadjah
Kerja Dengan Kinerja Perawat
Mada, Yogyakarta.
Dalam
Pemberian
Asuhan
Harding, A.D., Almquist, L.J., Hashemi,
Keperawatan Di Instalasi Rawat
and S. Brockton.. 2011. ‘The Use
Inap C1 Rsup Prof. Dr. R. D.
and Need for Standard Precautions
Kandou
and
Keperawatan (E-Kep) Volume 3,
Precautions
Transmission-Based
in
the
Emergency
Marquis, B.L. dan Huston, C.J. (2000).
37 (4), p(367-373).
Leaderships roles and management
Juwita. 2008. Waspada Infeksi di Rumah
Diunduh
functions in nursing. (3rd ed)
Philadelphia: Lippincot –Raven
dari
http://digilib.unimus.ac.id/downloa
d.php?id=16883.pdfnpada
Ejournal
Nomor2, Mei 2015. Manado.
Department’, Clinical Notebook,
Sakit.
Manado,
Publisher.
tanggal
Mudayana, Ahmad Ahid. 2012.
“Hubungan Beban Kerja Dengan
62
Kinerja Karyawan di Rumah sakit
Sri Dani, A.A.A. 2014. Gambaran
Nur Hidayah Bantul”. Universitas
Supervisi Dan karakteristik dengan
Ahmad Dahlan. ISSN: 1978-0575
Kepatuhan
KESMAS Vol. 6 No.1, anuari
melakukan
2012: 1-74
Sesuai SOP di Ruang Interna Dan
Nasution, D.E. 2008. Pengaruh Motivasi
Perawat
Terhadap
Perawat
Dalam
Pemasangan
Infus
IGD pada RSUD Toto Kabila.
Tindakan
Universitas
Perawatan Pada Pasien Pasca
Gorontalo.
Bedah di Ruang Rawat Inap Rumah
Suarli, S. dan
Negeri
Gorontalo.
Y. Bachtiar. 2007.
Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota
Manajemen Keperawatan dengan
Medan. Diunduh tanggal 28 Juni
Pendekatan
2016
Pratama. Bandung
dari
http://www.repository.usu.ac.id/bits
Klinis.
Balatin
Sunarti, S.2015. Penerapan Universal
tream/123456789/6702/1/09E0017
Precaution
3 .pdf
Perawatan Di Kabupaten Bantul.
Natasia,
N.,
Loekqijana,
Kurniawati,
J.
A.
Faktor
Pada
Puskesmas
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”
&
Yang
Vol. 06 No. 01 Januari 2015.
Mempengaruhi Pelaksanaan SOP
Wa Satria dkk. 2013. Hubungan Beban
Asuhan Keperawatan di ICU-ICCU
Kerja Dengan Kinerja Perawat
RSUD Gambiran Kota Kediri.
Dalam
[Jurnal Kedokteran Brawijaya].
Vol. 28. Suplemen No. 1. 2014.
Nursalam.
2008.
Proses
Dan
Patient Safety Di Rumah Sakit
Universitas
Jakarta: Salemba Medika.
Pendidik
S.
2003.
dan
Pengantar
Ilmu
Kesehatan,
Perilaku
Andi
Offset.
Yogyakarta
Runtu, L. G. 2009. Faktor-Faktor yang
Berhubungan
Perawat
dengan
dalam
Perilaku
Penerapan
Universal Precautions di RSUP
Prof. Dr. R.D. Kandou Manado.
Tesis
Program
Pasca
Hasanuddin
2013. Unhas, Makasar.
Dokumentasi Keperawatan, ed I.
Notoatmodjo,
Mengimplementasikan
Sarjana
Fakultas Kedokteran, Yogyakarta.
63
Tahun
Download