6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kedelai Varietas

advertisement
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kedelai Varietas Detam-1
Kegunaan utama kedelai hitam di Indonesia yaitu sebagai bahan baku
industri kecap. Keuntungannya selain meningkatkan kualitas kecap, juga
berpotensi meningkatkan nilai gizi terutama kandungan proteinnya. Kulitnya
yang berwarna hitam memiliki prospektif sebagai antioksidan, karenanya di
negara lain seperti Jepang, Korea, Taiwan, olahan makanan berasal kedelai
hitam sangat banyak dan sangat populer. Selama 94 tahun (1918 – September
2012) sejarah pemuliaan kedelai di Indonesia, Kementerian Pertanian telah
melepas 73 varietas kedelai, tujuh diantaranya yaitu varietas kedelai hitam.
Varietas Otau, No. 27 dan Merapi dilepas pada periode awal kegiatan pemuliaan
di Indonesia (1918 – 1938).
Pada tahun 2008, dilepas 2 varietas kedelai hitam yakni Detam 1 dan
Detam 2 (dapat dilihat pada Lampiran I). Verietas kedelai ini potensial
dikembangkan secara komersial oleh industri benih dan pangan sebagai bahan
baku pembuatan kecap. Varietas unggul kedelai hitam Detam-1 merupakan hasil
seleksi persilangan galur introduksi 9837 dengan kawi yang dilepas pada tahun
2008. Kedelai varietas Detam 1 memiliki kandungan protein tinggi yaitu
45,36% dengan potensi hasil 3,45 ton/ha. Umur panen kedelai varietas Detam-1
yaitu 84 hari. Salah satu ciri dari kedelai varietas Detam-1 yakni memiliki
ukuran biji yang tergolong biji besar dengan bobot 100 biji mencapai 14,8 gr
(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008).
6
7
Kedelai varietas Detam-1 dapat dibudidayakan pada lahan sawah bekas
tanaman padi maupun di lahan tegalan (lahan kering). Pada lahan
berkelembaban tinggi dan kondisi tanah agak kering, hasil yang dicapai kurang
optimal. Sehingga, pemeliharaan saluran drainase harus diperhatikan agar
memperoleh hasil yang optimal. Pada lahan sawah bekas tanaman padi dengan
kelembaban tanah relatif tinggi, kedelai varietas Detam-1 cenderung berumur di
atas 85 hari.
B. Jamur MVA
Mikoriza adalah suatu struktur sistem perakaran yang terbentuk karena
adanya simbiosis mutualisme antara cendawan (myces) dan perakaran (rhiza)
tumbuhan tingkat tinggi. Berdasarkan struktur tumbuh dan cara infeksinya,
mikoriza dikelompokkan menjadi tiga golongan besar yakni ektomikoriza,
endomikoriza dan ektendomikoriza. Cendawan mikoriza memberikan manfaat
penting terhadap tanaman inangnya berupa meningkatkan penyerapan air dan
unsur hara tanaman terutama fosfat. Selain fosfat, hifa eksternal mikoriza juga
dapat menyerap dan mengangkut unsur hara makro (N, K, Mg, S dan Ca) dan
unsur mikro (Cu, Zn, Mn dan Mo) (Oktaviani, 2012). Manfaat lain dari mikoriza
di dalam akar tanaman yaitu dapat menghasilkan hormon seperti auksin,
giberelin dan sitokinin. Selain itu, mikoriza dapat meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap cekaman lingkungan seperti kekeringan dan serangan patogen
(Mawardi, 2004). Tanaman yang bermikoriza tumbuh lebih baik daripada
tanaman tanpa bermikoriza. Hal ini dikarenakan mikoriza secara efektif dapat
meningkatkan penyerapan unsur hara baik unsur hara makro maupun mikro.
8
Selain itu, akar yang bermikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat
dan yang tidak tersedia bagi tanaman (Anas, 1997).
Selain membentuk hifa internal, mikoriza juga membentuk hifa eksternal.
Pada hifa eksternal akan terbentuk spora, yang merupakan bagian penting bagi
mikoriza yang berada di luar akar. Fungsi utama dari hifa ini yaitu untuk
menyerap fosfor dalam tanah yang akan diubah menjadi senyawa polifosfat.
Senyawa polifosfat ini kemudian dipindahkan ke dalam hifa internal dan arbuskul.
Di dalam arbuskul, senyawa polifosfat dipecah menjadi fosfat organik yang
kemudian dilepaskan ke sel tanaman inang. Dengan adanya hifa eksternal ini
penyerapan hara terutama fosfor menjadi besar dibandingkan tanaman yang tidak
terinfeksi dengan mikoriza. Peningkatan serapan fosfor juga disebabkan oleh
semakin meluasnya daerah penyerapan, dan kemampuan untuk mengeluarkan
suatu enzim yang diserap oleh tanaman (Anas, 1997).
Perbaikan pertumbuhan tanaman dengan mikoriza bergantung pada jumlah
fosfor yang tersedia di dalam tanah dan jenis tanamannya. Pengaruh yang
mencolok dari mikoriza sering terjadi pada tanah yang kekurangan fosfor.
Efisiensi pemupukan P sangat jelas meningkat dengan penggunaan mikoriza.
Hasil penelitian Mosse (1981) menunjukkan bahwa tanpa pemupukan TSP,
produksi singkong pada tanaman yang tidak bermikoriza kurang dari 2 g,
sedangkan ditambahkan TSP pada takaran setara dengan 400-kg P/ha, masih
belum ada peningkatan hasil singkong pada perlakuan tanpa mikoriza.
Peningkatan hasil singkong terjadi saat dilakukan penambahan TSP 800 kg P/ha.
Sementara, pada tanaman yang diinfeksi mikoriza, penambahan TSP setara
9
dengan 200 kg P/ha saja telah cukup meningkatkan hasil hampir 5 g. penambahan
pupuk selanjutnya tidak begitu nyata meningkatkan hasil.
C. Pupuk Kandang
Menurut Roesmaskam dan Yuwono (2002), pada dasarnya tanaman
menyerap makanan dari dalam tanah dalam bentuk ion-ion. Kebanyakan ion-ion
tersebut berada dalam senyawa kompleks yang tidak dapat langsung diserap oleh
tanaman. Oleh karena itu, diperlukan sumber bahan organik untuk membantu
proses perbaikan tanah, sehingga proses penyerapan unsur hara dalam tanah dapat
dilakukan dengan baik oleh tanaman. Bahan organik berperan memperbaiki daya
mengikat air tanah, merangsang granulasi agregat tanah, menurunkan plastisitas,
kohesi dan sifat buruk tanah lainnya serta sebagai sumber hara bagi tanaman.
Tanah dengan bahan organik yang cukup banyak merupakan syarat penting dalam
pembentukan struktur mikro atau struktur kersai tanah karena tingkat agregasi
tanah sangat dipengaruhi oleh pemberian bahan organik. Perbaikan struktur tanah
akan mengakibatkan naiknya porositas total dan menimbulkan perubahan
distribusi pori .
Salah satu sumber bahan organik yang dapat diaplikasikan yaitu pupuk
kandang. Pupuk kandang merupakan pupuk organik yang berasal dari kotoran
ternak atau hewan (Nurlisan et al., 2016). Adapun macam-macam jenis pupuk
kandang yaitu pupuk kandang puyuh, pupuk kandang sapi, pupuk kandang
kambing, pupuk kandang ayam dan lain-lain.
10
Pupuk kandang puyuh merupakan pupuk organik yang mempunyai
kandungan hara seperti N, P dan K cukup tinggi (Anonim, 2008). Dari data
analisis laboratorium pupuk kandang puyuh mempunyai C/N rasio < 20 yaitu
5,96. Selain itu, pupuk kandang puyuh juga mengandung beberapa unsur yang
diperlukan tanaman seperti N total 1,35%, C-organik 8,04%, P total 1,52%, K
total 1,64% dan BO 13,86%, sehingga pupuk ini dapat langsung dimanfaatkan
oleh tanaman. Kandungan unsur hara pupuk kandang kambing N 2,10 %, P2O5
0,66 %, K2O 1,97 %, Ca 1,64 %, Mg 0,60 %, Mn 233 ppm dan Zn 90,8 ppm
(Samekto, 2006). Kandungan pupuk kandang sapi C 20,10%, N 1,62%, P 0,28%,
K 0,29%, Ca 0,53%, Mg 0,96% (Suntoro, et al 2001).
Berdasarkan penelitian Tawakkal (2009) pemberian pupuk kandang sapi
akan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Selain dapat
meningkatkan kandungan unsur hara seperti N, P dan K, pupuk kandang juga
mampu memperbaiki sifat biologi tanah karena dapat meningkatkan populasi
biota dalam tanah. Selain itu, pupuk kandang mampu memperbaiki sifat fisika
tanah seperti struktur tanah menjadi lebih gembur dan memperbaiki aerasi serta
drainase tanah. Sementara, pemberian pupuk kandang kotoran burung puyuh 15
ton/ha memberikan variabel tertinggi terhadap panjang tanaman umur 24 dan 31
hst sedangkan pemberian pupuk kandang kotoran burung puyuh 20 ton/ha
memberikan variabel tertinggi terhadap panjang tanaman (umur 10 hst dan 17
hst), luas daun, bobot kotor tanaman, bobot bersih tanaman dan bobot kering
tanaman (Kusuma, 2012).
11
D. Tanah Regosol
Salah satu jenis tanah marjinal di daerah beriklim tropika basah yang
mempunyai produktivitas rendah tetapi masih dapat dikelola dan digunakan untuk
usaha pertanian adalah Regosol (Psamment). Luas lahan Sub Ordo Psamment di
Indonesia sekitar 1,28 juta hektar (Hakim et al., 1986). Penggunaan Regosol
sebagai lahan pertanian dapat dilakukan, jika terlebih dahulu diperbaiki sifat
fisika, kimia dan biologinya. Sifat fisika yang menjadi penghambat adalah
drainase dan porositas serta belum membentuk agregat sehingga peka terhadap
erosi (De La Cruz, 1996). Hal ini menyebabkan tingkat produktivitas tanah
Regosol rendah sehingga diperlukan perbaikan secara fisika, kimia dan biologi.
Perbaikan Regosol perlu dilakukan untuk memperkecil faktor pembatas yang ada
pada tanah tersebut sehingga mempunyai tingkat kesesuaian yang lebih baik untuk
lahan pertanian. Untuk menghindari kerusakan tanah lebih lanjut dan meluas
diperlukan usaha konservasi tanah dan air yang lebih mantap. Salah satu upaya
pengelolaan untuk peningkatan produktivitas sumberdaya lahan, perlu diberikan
energi kepada lahan-lahan pertanian, antara lain dengan penambahan bahan
amelioran, bahan organik dan pemupukan. (Munir, 1996)
E. Hipotesis
Pemberian pupuk kandang kotoran puyuh dengan inokulasi MVA akan
memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai
varietas Detam-1.
Download