BAB I PENDAHULUAN Pada masa kehamilan kadang ibu

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada masa kehamilan kadang ibu merasakan ketidaknyamanan, antara lain
sering kencing, cloasma gravidarum, diare, odema, gatal-gatal, gusi berdarah,
hemoroid, mengidam, kram pada kaki, konstipasi dan lain-lain. Pada bulan pertama
kehamilan timbul gejala mual (nausea). Mual muntah dalam kehamilan diakibatkan
peningkatan hormon estrogen dan Human Chorionik Gonadrotropin (HCG). Mual
muntah dijumpai pada bulan-bulan pertama kehamilan yang diikuti dengan timbulnya
muntah (emesis). Mual muntah pada wanita hamil terjadi pada pagi hari dikenal
dangan morning siknes.
(Winkjosastro, 2007).
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan
sering terdapat pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari,
tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejalagejala ini kurang lebih
terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terahir dan berlangsung selama kurang
lebih 10 minggu (Winkjosastro, 2007). Mual muntah yang berlebihan menyebabkan
cairan tubuh berkurang, sehingga darah menjadi kental (hemokonsentrasi) dan
sirkulasi darah kejaringan terlambat. Jika hal itu terjadi, maka konsumsi oksigen dan
makanan ke jaringan juga ikut barkurang. Kekurangan oksigen dan makanan ke
jaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat mengurangi kesehatan ibu
2
dan perkembangan janin yang dikandungnya. Kasus semacam ini memerlukan
penanganan yang serius (Hidayati, 2009).
Hiperemesis gravidarum dapat menimbulkan dampak psikologis berupa
kecemasan, rasa bersalah dan marah jika gejala mual dan muntah semakin memberat.
Selain itu dapat terjadi konflik antara ketergantungan terhadap pasangan dan
kehilangan kontrol jika wanita sampai berhenti bekerja. Kontak dengan orang lain
juga berubah karena wanita mengalami perubahan yang sangat kompleks terhadap
kehamilannya. Hal ini dapat menimbulkan perasaan terisolasi dan kesendirian.
Pernyataan ini di dukung oleh studi yang dilakukan oleh Steele, et al. (dalam Runiari,
2010 hal 61) yang menyatakan bahwa satu dari tiga wanita dengan mual dan muntah
mengalami stres dan perpecahan dalam keluarga, gangguan emosional dan gangguan
fungsi sosial. Hal ini terjadi pada wanita yang bekerja di mana hampir 50%
mengalami penurunan efisiensi kerja dan 25% membutuhkan waktu untuk istirahat
bekerja.
Stres dianggap sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya hiperemesis
gravidarum dimana stres ini merupakan bentuk psikologik yang memegang peranan
yang penting pada penyakit ini walaupun hubungannya dengan terjadinya
hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Kondisi rumah tangga yang
retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat
memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan
menjadi hamil atau sebagai pelarian karena kesukaran hidup (Mitayani, 2009).
3
Berdasarkan
perkiraan
organisasi
kesehataan
dunia
World
Health
Organization (WHO) hampir semua (98%) dari Lima juta kematian neonatal terjadi
di Negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada priode
neonatal dini. Umumnya terjadi karena Hiperemesis Gravidarum yang menyebabkan
Berat Badan lahir kurang dari 2500 gram. Menurut WHO 17% dari 25 juta persalinan
pertahun adalah Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan hampir semua terjadi di
Negara berkembang (Dinkes, 2009).
Angka kematian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah denan
daerah yang lain, yaitu berkisar antara 9-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter
diperoleh angka BBLR dengan target rentang 2,1-17,2%. Angka ini lebih besar dari
target BBLR yang di tetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia
sehat 2010 yakni maksimal 7% (Pantiawati, 2010).
Salah satu dampak dari Hiperemesis Gravidarum di Provinsi Aceh pada tahun
2009 adalah BBLR dengan presentase 0,56% dari jumlah kelahiran hidup yang
ditimbang sedangkan pada tahun 2008 adalah 0,49%. Kehamilan merupakan hal
yang fisiologi. Namun kehamilan yang normal dapat berubah menjadi patologi. Salah
satu asuhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menapis adanya resiko ini
yaitu melakukan pendeteksi dini adanya komplikasi/penyakit yang mungkin hamil
muda. Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah gejala yang menunjukkan bahwa ibu
dan bayi dalam keadaaan bahaya (Kusmiyati, 2008).
Pada ibu hamil, terutama pada trimester I sering timbul gejala mual (nausea)
dan muntah (emesis gravidarum) merupakan gejala yang wajar. Biasanya terjadi pada
4
pagi hari (morning sickness), tetapi dapat pula timbul pada saat siang dan malam.
Perasaan mual terjadi karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam
serum. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid
terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah ini
terjadi 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida. Satu dari seribu wanita hamil
gejala-gejala ini menjadi lebih berat yang disebut hipermesis gravidarum
(Prawirohardjo, 2007).
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada
wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya
menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Manuaba, 2004). Hiperemesis gravidarum
yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus
menerus dapat menyebabkan dehidras. sehingga cadangan karbohidrat dan lemak
habis terpakai untuk keperluan energi. Mual dan muntah yang terus menerus tanpa
pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim. Pada
tingkat yang lebih berat hiperemesis dapat mengancam jiwa ibu dan janin sehingga
pengobatan perlu segera diberikan. (Winkjasastro, 2005).
Hiperemesis gravidarum dapat dideteksi dan dicegah pada masa kehamilan
dengan cara pemeriksaan kehamilan secara teratur dengan penanganan yang baik
hiperemesis dapat teratasi dengan memuaskan. (Prawirohardjo, 2007). Penyebab
hiperemesis gravidum belum diketahui secara pasti, perubahan-perubahan anatonik
pada anak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan oleh kekuranagan vitamin.
Beberapa faktor predisposisi yang sering terjadi pada mola hidatidosa, diabetes dan
5
kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG, faktor organik karena masuknya
villi khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahaan metabolik, faktor psikologis
keretakkan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap kehamilan dan
persalinan, takut memikul tanggung jawab dan faktor endoktrin lainnya. Gejala yang
sering terjadi pagi 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida. Mual muntah
biasanya terjadi pada pagi hari. Rasa mual biasanya mulai pada minggu-minggu
pertama kehamilan dan berakhir pada bulan ke empat, namun sekitar 12% ibu hamil
masih mengalaminya sampai 9 bulan (Khaidirmuhaj, 2009).
Beberapa dampak lain dari terjaadinya kondisi hiperemesis gravidarum pada
wanita hamil menurut Mochtar (2001) yaitu dapat terjadi pendarahan berupa bercak
pada otak, pendarahan sub endokardial pada jantung, pucat-degenerasi pada tubuli
kontorti ginjal dan kemungkinan adanya hepar pada tingkat ringan. Penanganan yang
dapat dilakukan pada kondisi tersebut salah satunya dengan cara memberikan
informasi dan edukasi tentang kehamilan kepada ibu-ibu dengan maksud
menghilangkan rasa takut dan menghilangkan faktor psikis.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Desa Pasar Matador
Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara diketahui bahwa jumlah
ibu hamil sebanyak 42 orang dan mengalami hiperemesis sebanyak 14 orang (33,3).
Ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum rata-rata tidak mengetahui
tentang hiperemesis dan memiliki sikap yang berbeda-beda tentang hiperemesis
garavidarum. Berdasarkan hasil wawancara kepada 5 orang terdapat 2 diantaranya
6
mengalami hiperemesis gravidarum dan 3 diantaranya tidak mengalami hiperemesis.
Keadaan hiperemesis terkait dengan pengetahuan dari ibu hamil.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik ingin meneliti dengan
judul “Hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu hamil dengan kejadian
hiperemesis di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang
Lawas Utara”.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah hubungan antara
pengetahuan dan sikap ibu hamil dengan kejadian hiperemesis di Desa Pasar Matador
Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara.?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu hamil dengan
kejadian hiperemesis di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten
Padang Lawas Utara.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan kejadian hiperemesis di Desa
Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara.
2. Hubungan antara sikap ibu hamil dengan kejadian hiperemesis di Desa Pasar
Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara.
7
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a.
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah wawasan dan
pengetahuan tentang kejadian hiperemesis gravidarum.
b.
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan pada penulisan yang akan
datang tentang hal-hal yang berkaitan dengan hiperemesis gravidarum
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran.
Pengetahuan merupakan dasar untuk terbentuknya sikap dan tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara
orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan
yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena
adanya pemahaman-pemahaman baru.
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan
diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum
pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi
masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk,
rasa, dan aroma masakan tersebut.
9
2.1.2. Kategori Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu:
a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76-100% dari seluruh
petanyaan
b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56-75% dari seluruh
pertanyaan
c. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40-55% dari seluruh
pertanyaan
2.1.3. Tingkat Pengetahuan dalam Domain Kognitif
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengatahuan yang
paling rendah
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang telah faham terhadap objek atau materi harus dapat
10
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis
Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menyambungkan
bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain
sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada.
f. Evaluasi
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek
2.2. Sikap
2.2.1. Pengertian
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau obyek, sehingga manifestasi sikap tidak langsung dapat
11
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan (Notoadmojo, 2003). Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu, dalam
kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus
sosial.
2.2.2. Tingkatan Sikap
1. Menerima (receiving).
Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan.
2. Merespons (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi sikap tingkat dua.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala risiko
merupakan sikap yang paling tinggi (Azwar, 2005).
2.2.3. Komponen Pokok Sikap
Mengikuti skema triadik, struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling
menunjang, yaitu komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (Affective) dan
komponen konatif (conative). Komponen kognitif merupakan representasi apa yang
dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang
12
menyangkut aspek emosional dan komponen konatif yang merupakan aspek
kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang
(Azwar, 2005).
2.2.4. Interaksi Komponen-Komponen Sikap
Menurut Azwar (2005), para ahli psikologi sosial banyak yang beranggapan
bahwa ketiga komponen adalah selaras dan konsisten, dikarenakan apabila dihadapan
dengan satu obyek sikap yang sama maka ketiga komponen itu harus mempolakan
sikap yang beragam. Dan apabila salah satu saja diantara komponen sikap (cognitive,
affective, conative) tidak konsisten dengan yang lain, maka akan terjadi
ketidakselarasan yang menyebabkan timbulnya perubahan sikap sedemikian rupa
sehingga konsistensi itu tercapai kembali. Prinsip ini banyak dimanfaatkan dalam
manipulasi sikap guna mengalihkan bentuk sikap tertentu menjadi bentuk yang lain,
yaitu dengan memberikan informasi berbeda mengenai objek sikap yang dapat
menimbulkan inkonsistensi antara komponen-komponen sikap pada diri seseorang.
2.2.5. Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap, sebagaimana
yang diungkapkan oleh Azwar (2005) dalam bukunya Sikap Manusia, Teori dan
Pengukurannya yaitu dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola
sikap tertentu terhadap berbagai obyek psikologis yang dihadapinya. Berbagai faktor
yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap antara lain :
13
1. Pengalaman pribadi
Hal-hal yang telah dan sedang dialami akan ikut membentuk dan mempengaruhi
penghayatan terhadap stimulus. Pengalaman pribadi yang memberik kesan kuat
merupakan dasar pembentukan sikap (Azwar, 2005).
2. Pengaruh lingkungan sosial
Individu cenderung untuk memiliki sikap searah dengan orang-orang yang
berpengaruh terhadap dirinya, hal ini dimotivasi oleh keinginan untuk bergabung
dan menghindari konflik dengan orang yang di anggap penting (Azwar, 2005).
3. Pengaruh kebudayaan
Pengaruh kebudayaan dimana individu hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar (Azwar, 2005).
4. Media massa
Media massa sebagai sarana komunikasi mempunyai pengaruh besar dalam
pembentukan dan kepercayaan individu. Informasi baru yang disampaikan
memberi landasan kognitif baru, pesan sugestif yang kuat akan memberi dasar
afektif dalam menilai suatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu (Azwar,
2005). Media audiovisual secara psikis dapat menggelorakan dorongan seksual
(Sakti dan Kusuma, 2006).
5. Institusi, atau lembaga pendidikan dan lembaga agama
Di dalam kedua lembaga tersebut meletakkan dasar pengertian dan konsep moral
dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara
14
sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan
pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya (Azwar, 2005).
6. Jenis kelamin
Jenis kelamin akan menentukan sikap seseorang, karena reproduksi dan hormonal
berbeda, yang diikuti perbedaan proses fisiologi tubuh. Kadar hormon testosteron
laki-laki lebih tinggi dibanding wanita, tetapi wanita lebih sensitif terhadap
hormon testosteron (Sakti dan Kusuma, 2006).
7. Pengetahuan
Sikap seseorang terhadap suatu obyek menunjukkan pengetahuan orang tersebut
terhadap objek yang bersangkutan (Walgito, 2003).
8. Faktor emosi dalam individu (Azwar, 2005).
2.2.6. Ciri-ciri Sikap
1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari.
2. Sikap dapat berubah-rubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat
berubah bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu.
3. Sikap tidak berdiri sendiri, tapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap
suatu objek.
4. Objek sikap merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan
suatu hal.
5. Sikap mempunyai segi-Segi motivasi dan segi-segi perasaan (Azwar, 2005).
15
2.2.7. Sifat Sikap
Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Azwar, 2005).
1. Sikap
positif
kecenderungan
tindakan
adalah
mendekati,
menyenangi,
mengharapkan obyek tertentu.
2. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci,
tidak menyukai obyek tertentu.
2.2.8. Cara Pengukuran Sikap.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat dan pernyataan responden
terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataanpernyataan hipotesis kemudian dinyatakan pendapat responden melalui kuesioner
(Notoadmojo, 2003).
2.3. Hiperemesis Gravidarum
2.3.1. Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita
hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari sehingga keadaan umumnya
menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Mochtar, 2008).
Hiperemesis Gravidarum adalah keadaan dimana wanita tidak dapat
menyesuaikan dengan keadaan mual dan muntah yang wajar dan sering kedapatan
pada kehamilan trimester I, sehingga pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan
keadaan umum menjadi buruk (Prawirohardjo, 2005).
Hiperemesis Gravidarum
16
adalah keadaan dimana seorang ibu memuntahkan segala apa yang dimakan dan yang
diminum sehingga berat badan sangat turun, turgor kulit kurang, timbul aseton dalam
kencing (Manuaba, 2008).
2.3.2. Etiologi
Penyebab Hiperemesis Gravidarum belum diketahui secara pasti. Beberapa
faktor yang telah ditemukan yaitu :
a. Faktor presdisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola
hidatidosa dan kehamilan ganda.
b. Masuknya vili kharialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolic akibat
hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan, ini
merupakan faktor organik
c. Alergi sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak.
d. Faktor psikologi memegang peranan penting pada penyakit ini, rumah tangga
retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, serta takut
terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang
dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap
keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
2.3.3. Patologi
a. Hati
Pada hiperemesis gravidarum tanpa komplikasi hanya ditemukan degenerasi
lemak tanpa nekronis, degenerasi lemak tersebut terletak sentrilobuler.
17
b. Jantung
Jantung menjadi lebih kecil dari pada biasanya dan beratnya atrofi, ini sejalan
dengan lamanya penyakit.
c. Otak
Ada kalanya terdapat bercak-bercak pendarahan pada otak dan kelainan seperti
pada ensefalopati wernicle dapat dijumpai.
d. Ginjal
Ginjal tampak pucat dan generasi lemak dapat ditemukan pada tabulikonturti.
2.3.4. Tanda dan Gejala
Hiperemesis Gravidarum, menurut berat ringannya dapat dibagi kedalam 3
(tiga) tingkatan, yaitu :
a. Tingkat I
Mual terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa
lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada
epigastrium, nadi meningkat sekitar 100/menit, tekanan darah sistolik menurun,
turgor kulit mengurang, lidah mengering dan mata cekung.
b. Tingkat II
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit mengurang, lidah
mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan
mata sedikit ikterik, berat badan turun dan mata menjadi cekung, tekanan darah
turun, hemokonsentrasi, oligouria dan konstipasi. Aseton tercium dalam hawa
18
pernafasan karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam
kencing.
c. Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen
sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat tensi menurun, komplikasi
fatal terjadi pada susunan syaraf yang dikenal sebagai ensefalopati werniele,
dengan gejala : nistagmus, dipolpia dan perubahan mental, keadaan ini adalah
akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks, timbulnya
ikterus menunjukkan adanya payah hati.
2.3.5. Diagnosa
Diagnosas Hiperemesis Gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan
adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi
keadaan umum. Hiperemesis Gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan
kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga
pengobatan perlu segera diberikan.
2.3.6. Penatalaksanaan
a. Obat-obatan
Sedativa yang siring diberikan adalah phenobarbital, vitamin yang dianjurkan
adalah vitamin B1 dan B6. Anti histamika juga dianjurkan seperti dramamin,
ovamin pada keadaan lebih kuat diberikan antimetik seperti disiklomin
hidrokhloride atau khlorpromasin.
19
b. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran
udara baik. Catat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang
boleh masuk ke dalam kamar penderita. Sampai muntah berhenti dan penderita
mau makan, tidak diberikan makan atau minum selama 24 jam. Kadang-kadang
dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
c. Terapi Psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan
rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah
dan konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
d. Cairan Parenteral
Berikan cairan parental yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu
dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin
C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara
intravena.
e. Penghentian kehamilan
Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan medik dan psikiatrik, manifestasi
komplikasi organis adalah delirium, kebutuhan, takikardi, ikterus, anuria dan
perdarahan dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan
diantaranya :
keadaan
yang
memerlukan
pertimbangan
gugur
kandungan
20
1. Gangguan kejiwaan
a. Delirium
b. Apatis, nsomnolen nsampai koma
c. Terjadi gangguan jiwa ensepalopati wernicle
2. Ganggua penglihatan
a. Pendarahan retina
b. Kemunduran penglihatan
3. Gangguan fatal
a. Hati dalam bentu ikterus
b. Ginjal dalam bentuk anuria
c.
Jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat
d. Tekanan darah menurun
2.3.7. Diet Hiperemesis Gravidarum
a. Tujuan
Diet pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk mengganti persediaan
glikogen tubuh dan mengontrol asidosis secara berangsur memberikan makanan
berenergi dan zat gizi yang cukup.
b. Syarat
Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranya adalah:
1. Karbohidrat tinggi, yaitu 75-80% dari kebutuhan energi total
2. Lemak rendah, yaitu < 10% dari kebutuhan energi total
3. Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
21
4. Makanan diberikan dalam bentuk kering, pemberian cairan disesuaikan
dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari
5. Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan, dan diberikan
sering dalam porsi kecil
6. Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada
makan malam dan selingan malam
7. Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien
c. Macam-macam Diet
Ada 3 macam diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu:
1. Diet Hiperemesis I
Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum
berat. Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi
bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan
tetapi 1-2 jam sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di
dalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama.
2. Diet Hiperemesis II
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan
secara berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang
bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan.
Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi
kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.
22
3. Diet Hiperemesis III
Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan.
Diet diberikan sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan
bersama makanan. Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan
semua zat.
a. Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah :
1. Roti panggang, biskuit, crackers
2. Buah segar dan sari buah
3. Minuman botol ringan (coca cola, fanta, limun), sirup, kaldu tidak
berlemak, teh dan kopi encer
b. Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III adalah
makanan yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu
tajam. Bahan makanan yang mengandung alkohol, kopi, dan yang
mengadung zat tambahan (pengawet, pewarna, dan bahan penyedap) juga
tidak dianjurkan.
2.4. Kerangka Konsep
Variabel Independent
Variabel Dependent
Pengetahuan
Kejadian Hiperemesis
Sikap
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
23
2.4. Hipotesis Penelitian
1. Terdapat hubungan pengetahuan ibu hamil dengan kejadian hiperemesis di Desa
Pasar Matador Kecamatan Batang Onang Kabupaten Padang Lawas Utara.
2. Terdapat hubungan sikap ibu hamil dengan kejadian hiperemesis di Desa Pasar
Matador Kecamatan Batang Onang Kabupaten Padang Lawas Utara.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik dengan
pendekatan cross sectional
yang diarahkan untuk menjelaskan hubungan antara
pengetahuan dan sikap ibu hamil dengan kejadian hiperemesis di Desa Pasar Matador
Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan
Kabupaten Padang Lawas Utara.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bulan Juni sampai Juli 2015 yaitu mulai
melakukan penelusuran kepustakaan, penyusunan proposal, seminar proposal,
penelitian, analisis data dan penyusunan laporan akhir.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil trimester I Desa Pasar
Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara yang berjumlah
42 orang.
24
25
3.3.2. Sampel
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan menjadi
sampel yaitu sebesar 42 orang.
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Jenis Data
a. Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner.
b. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data-data dari
dokumen atau catatan yang diperoleh dari Desa Pasar Matador Kecamatan Batang
Onan Kabupaten Padang Lawas Utara.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu hamil tentang
hiperemesis di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang
Lawas Utara tentang hiperemesis gravidarum.
Kategori Tingkat Pengetahuan : 0. Baik
1. Buruk
Pengukuran variabel tingkat pengetahuan disusun 10 pertanyaan yang diajukan
dengan jawaban ”ya (bobot nilai 1 )” dan ”tidak (bobot nilai 0)”, dan
dikategorikan menjadi 2, yaitu:
0. Baik, jika responden memperoleh skor > 50% dari total yaitu 6-10
26
1. Buruk, jika responden memperoleh skor ≤ 50% dari total yaitu 1-5
2. Sikap adalah suatu reaksi atau tanggapan ibu hamil terhadap hiperemesis
gravidarum.
Kategori Sikap :
0. Positif
1. Negatif
Pengukuran variabel dikap disusun 6 pertanyaan yang diajukan dengan
jawaban ”ya (bobot nilai 1 )” dan ” tidak (bobot nilai 0)”, dan dikategorikan
menjadi 2, yaitu:
0. Positif, jika responden memperoleh skor > 50% dari total yaitu 4-6
1. Negatif, jika responden memperoleh skor ≤ 50% dari total yaitu 1-3
3.6. Metode Pengukuran
Tabel 3.1. Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur
Variabel
Pengetahuan
Sikap
Hiperemesis gravidarum
Cara dan
Alat Ukur
Wawancara
(kuesioner)
Wawancara
(kuesioner)
Wawancara
(kuesioner)
Skala
Ukur
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Hasil Ukur
0.
1.
0.
1.
0.
1.
Baik
Tidak baik
Positif
Negatif
Tidak Hiperemesis
Hiperemesis
27
3.7. Metode Analisis Data
3.7.1. Analisis Univariat
Analisis data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran
distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran
variabel pengetahuan, sikap dan kejadian hiperemesis.
3.7.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan hubungan
antara pengetahuan dan sikap ibu hamil dengan kejadian hiperemesis di Desa Pasar
Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara dengan
menggunakan statistik uji chi-square kemudian hasilnya dinarasikan.
.
.
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Pasar Matador terletak di Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang
Lawas Utara. Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang
Lawas Utara memiliki areal perkebunan dan pertanian. Desa Pasar Matador
Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara memili luas 22.229 m2.
4.2. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur dan pendidikan
dan dapat dilihat dibawah ini :
4.2.1. Umur Responden di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan
Kabupaten Padang Lawas Utara
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden di Desa Pasar Matador
Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara
No Umur
1 < 20 tahun dan > 35 tahun
2 20-35 tahun
Jumlah
f
19
23
42
%
45,2
54,8
100,0
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa umur responden mayoritas
dengan umur 20-35 tahun sebanyak 23 orang (54,8%) dan minoritas dengan umur <
2o tahun dan > 35 tahun sebanyak 19 orang (45,2%).
29
4.2.2. Pendidikan Responden di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan
Kabupaten Padang Lawas Utara
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Desa Pasar Matador
Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara
No Pendidikan
1 SMP
2 SMA
Jumlah
f
18
24
42
%
42,9
57,1
100,0
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pendidikan responden
mayoritas dengan pendidikan SMA sebanyak 23 orang (54,8%) dan minoritas dengan
pendidikan SMP sebanyak 24 orang (45,2%).
4.3. Analisis Univariat
Analisis univariat yang diteliti dalam penelitian ini meliputi: pengetahuan,
sikap dan hiperemesis gravidarum.
4.3.1. Pengetahuan Ibu Hamil tentang Hiperemesis Gravidarum
Untuk melihat pengetahuan ibu hamil tentang hiperemis gravidarum di Desa
Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara dapat dilihat
pada Tabel 4.3 :
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil tentang Hiperemis
Gravidarum di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan
Kabupaten Padang Lawas Utara
No Pengetahuan
1 Baik
2 Buruk
Jumlah
f
21
21
42
%
50,0
50,0
100,0
30
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pengetahuan ibu hamil
tentang hiperemis gravidarum di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan
Kabupaten Padang Lawas mayoritas dengan baik sebanyak 21 orang (50,0%) dan
minoritas buruk sebanyak 21 orang (50,0%).
4.3.2. Sikap Ibu Hamil tentang Hiperemesis Gravidarum
Untuk melihat sikap ibu hamil tentang hiperemis gravidarum di Desa Pasar
Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara dapat dilihat pada
Tabel 4.4 :
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Hamil tentang Hiperemis Gravidarum
di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten
Padang Lawas Utara
No Sikap
1 Positif
2 Negatif
Jumlah
f
26
16
42
%
61,9
38,1
100,0
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sikap ibu hamil tentang
hiperemis gravidarum di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten
Padang Lawas Utara mayoritas dengan positif sebanyak 26 orang (50,0%) dan
minoritas negatif sebanyak 16 orang (38,1%).
4.3.3. Kejadian Hiperemesis Gravidarum
Untuk melihat kejadian hiperemis gravidarum di Desa Pasar Matador
Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara dapat dilihat pada Tabel
4.5 :
31
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Kejadian Hiperemis Gravidarum di Desa Pasar
Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara
No Kejadian
1 Tidak Hiperemesis
2 Hiperemesis
Jumlah
f
28
14
42
%
66,7
33,3
100,0
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa kejadian hiperemis
gravidarum di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang
Lawas Utara mayoritas dengan tidak hiperemesis sebanyak 28 orang (50,0%) dan
minoritas hiperemesis sebanyak 14 orang (33,3%).
4.4. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan pengetahuan dan sikap
ibu hamil dengan kejadian hiperemesis gravidarum dapat dilihat dibawah ini :
4.4.1. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Hiperemis Gravidarum
Dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Desa Pasar Matador
Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara
Untuk melihat hubungan pengetahuan ibu hamil dengan hiperemis
gravidarum di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang
Lawas Utara dapat dilihat pada Tabel 4.6 :
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil dengan
Kejadian Hiperemis Gravidarum di Desa Pasar Matador
Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara
No
Pengetahuan
Baik
Buruk
Hiperemesis
Tidak
Hiperemesis
Hiperemesis
n
%
n
%
19
90,5
2
9,5
9
42,9
12
57,1
Total
N
21
21
%
100,0
100,0
P value
0,003
32
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 21 orang dengan
pengetahuan ibu hamil tentang hiperemis gravidarum dengan kategori baik di Desa
Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara terdapat
tidak hiperemesis sebanyak 19 orang (90,5%) dan hiperemesis sebanyak 2 orang
(9,5%). Sedangkan dari 21 orang dengan pengetahuan ibu hamil tentang hiperemis
gravidarum kategori buruk di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan
Kabupaten Padang Lawas Utara terdapat tidak hiperemesis sebanyak 9 orang (42,9%)
dan hiperemesis sebanyak 12 orang (57,1%).
Kemudian berdasarkan hasil uji statistik chi square diperoleh bahwa nilai
p=0,003 < α= 0,05 berarti Ho ditolak, artinya ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan ibu hamil dengan hiperemis gravidarum di Desa Pasar Matador
Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara.
4.4.2. Hubungan Sikap Ibu Hamil tentang Hiperemis Gravidarum Dengan
Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Desa Pasar Matador Kecamatan
Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara
Untuk melihat hubungan sikap ibu hamil dengan hiperemis gravidarum di
Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara dapat
dilihat pada Tabel 4.7 :
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Hubungan Sikap Ibu Hamil dengan Kejadian
Hiperemis Gravidarum di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang
Onan Kabupaten Padang Lawas Utara
No Sikap
1
2
Positif
Negatif
Hiperemesis
Tidak Hiperemesis
Hiperemesis
n
%
n
%
23
88,5
3
11,5
5
31,2
11
68,8
Total
N
%
26
100,0
16
100,0
P value
0,000
33
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 26 orang dengan sikap
ibu hamil tentang hiperemis gravidarum dengan kategori positif di Desa Pasar
Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara terdapat tidak
hiperemesis sebanyak 23 orang (88,5%) dan hiperemesis sebanyak 3 orang (11,5%).
Sedangkan dari 16 orang dengan sikap ibu hamil tentang hiperemis gravidarum
kategori negatif di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang
Lawas Utara terdapat tidak hiperemesis sebanyak 5 orang (31,2%) dan hiperemesis
sebanyak 11 orang (68,8%).
Kemudian berdasarkan hasil uji statistik chi square diperoleh bahwa nilai
p=0,001 < α= 0,05 berarti Ho ditolak, artinya ada hubungan yang signifikan antara
sikap ibu hamil dengan hiperemis gravidarum di Desa Pasar Matador Kecamatan
Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara.
34
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Hiperemis Gravidarum dengan
Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Desa Pasar Matador Kecamatan
Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara
Hasil penelitian diperoleh bahwa bahwa dari 21 orang dengan pengetahuan
ibu hamil tentang hiperemis gravidarum dengan kategori baik di Desa Pasar Matador
Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara terdapat tidak hiperemesis
sebanyak 19 orang (90,5%) dan hiperemesis sebanyak 2 orang (9,5%). Sedangkan
dari 21 orang dengan pengetahuan ibu hamil tentang hiperemis gravidarum kategori
buruk di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas
Utara terdapat tidak hiperemesis sebanyak 9 orang (42,9%) dan hiperemesis sebanyak
12 orang (57,1%).
Kemudian berdasarkan hasil uji statistik chi square diperoleh bahwa nilai
p=0,003 < α= 0,05 berarti Ho ditolak, artinya ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan ibu hamil dengan hiperemis gravidarum di Desa Pasar Matador
Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara. Mengacu pada hasil
tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi pengetahuan hiperemesis gravidarum
akan semakin menurunkan kejadian hiperemesis gravidarum.
Pengetahuan ibu hamil perlu ditingkatkan lagi tentang hiperemesis
gravidarum dan yang haus perlu diketahui bahwa salah satu perubahan fisiologis
selama kehamilan adalah perubahan hormonal, pada trimester pertama segera setelah
35
konsepsi kadar hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh meningkat, kondisi
tersebut dapat menyebabkan mual muntah yang disebut dengan emesis gravidarum.
Mual muntah ini umumnya timbul pada pagi hari sehingga sering disebut morning
sicknes. Hal ini ditandai dengan munculnya rasa mual berlebihan yang kemudian
menyebabkan ibu tak mampu melawan rasa mual tersebut lalu dimuntahkan.
Sebagian keluhan mual-mual dan muntah-muntah ini sangat wajar sehingga
gangguan selama kehamilan ini dianggap sangat normal bahkan ada yang menjuluki
sebagai “bawaan si bayi”. Walaupun ketidaknyamanan yang umum seperti mual
muntah dalam kehamilan tidak mengancam keselamatan jiwa namun hal ini sangat
tidak nyaman dan menyulitkan bagi ibu dan kalau terjadi berlebihan akan
mengganggu aktivitas ibu dan bisa menimbulkan kekurangan cairan dan elektrolit
yang disebut dengan hiperemesis gravidarum.
Menurut Surono (1997) pengetahuan yang setengah-setengah justru lebih
berbahaya ketimbang tidak tahu sama sekali, tetapi ketidak tahuan juga
membahayakan. Pengetahuan tentang penyimpangan perilaku seksual yang hanya
setengah-setengah tidak hanya mendorong remaja untuk mencoba-coba, tapi juga bisa
menimbulkan salah persepsi.
Hal ini sesuai dengan penelitian Triasdespiona (2013) menunjukkan bahwa
pengetahuan dalam kategori baik 46% (14 orang), 32% (10 orang) dalam kategori
cukup, 19% (6 orang) pengetahuannya kurang dan pengetahuannya tidak baik 3% (1
orang). Dari hasil analisis Spearman rank, didapatkan t hitung > harga t tabel, artinya ada
hubungan pengetahuan dengan sikap ibu hamil tentang cara mengatasi mual muntah
36
pada kehamilan. Untuk itu disarankan pada intitusi rumah sakit agar tetap
memberikan penyuluhan tentang cara mengatasi mual muntah pada kehamilan.
5.2. Hubungan Sikap Ibu Hamil dengan Kejadian Hiperemis Gravidarum di
Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas
Utara
Hasil penelitian diperoleh bahwa dari 26 orang dengan sikap ibu hamil
tentang hiperemis gravidarum dengan kategori positif di Desa Pasar Matador
Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara terdapat tidak hiperemesis
sebanyak 23 orang (88,5%) dan hiperemesis sebanyak 3 orang (11,5%). Sedangkan
dari 16 orang dengan sikap ibu hamil tentang hiperemis gravidarum kategori negatif
di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara
terdapat tidak hiperemesis sebanyak 5 orang (31,2%) dan hiperemesis sebanyak 11
orang (68,8%). Kemudian berdasarkan hasil uji statistik chi square diperoleh bahwa
nilai p=0,001 < α= 0,05 berarti Ho ditolak, artinya ada hubungan yang signifikan
antara sikap ibu hamil dengan hiperemis gravidarum di Desa Pasar Matador
Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara.
Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa responden yang
berikap negatif perlu meingkatkan sikap kearah yang positif sehingga responden
dapat mengatasi hiperemesis gravidarum. Pada penelitian ini perlu pelaksanaan
penyuluhan kepada ibu hamil bahwa perlu bersikap positif terhadap kejadian
hiperemesis gravidarum.
37
Ibu hamil yang sudah bersikap positif, harus dipertahankan sikap positif
tersebut agar tercermin pada perilaku yang baik. Sedangkan ibu hamil yang negatif
perlu di antisipasi, agar masalah hiperemesis tidak berakibat lebih buruk. Oleh karena
itu ibu hamil perlu disadarkan akan pentingnya bersikap positif terhadap hiperemesis
sehingga kehamilannya bertumbuh dan berkembang dengan sehat.
Hal ini sesuai dengan penelitian Triasdespiona (2013) menunjukkan bahwa
sikap ibu hamil sebagian besar 58% (18 orang) ibu hamil memiliki sikap positif
tentang cara mengatasi mual muntah pada kehamilan, dan sisanya 42% (13 orang)
memiliki sikap negatif. Dari hasil analisis Spearman rank, didapatkan t hitung > harga
t tabel, artinya ada hubungan pengetahuan dengan sikap ibu hamil tentang cara
mengatasi mual muntah pada kehamilan. Untuk itu disarankan pada intitusi rumah
sakit agar tetap memberikan penyuluhan tentang cara mengatasi mual muntah pada
kehamilan.
38
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Terdapat hubungan pengetahuan ibu hamil dengan kejadian hiperemis gravidarum
di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara.
2. Terdapat hubungan sikap ibu hamil dengan kejadian hiperemis gravidarum di
Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara.
6.2. Saran
1.
Kepada Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas
Utara untuk meningkatkan pengetahuan tentang hiperemesis gravidarum.
2.
Kepada Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas
Utara untuk meningkatkan sikap tentang hiperemesis gravidarum.
39
DAFTAR PUSTAKA
Bearinger, L. H., Sieving, R. F., Ferguson, J., & Sharma, V. Global perspective on
the sexual and reproductive health of adolescent: Patterns, prevention, and
potensial. Lancet 2007.
Burgess V, Dziegielewski SF, Green CE. Improving Comfort about Sex
Communication between Parents and Their Adolescents: Practice-Based
Research within A Teen Sexuality Group. Brief Treatment and Crisis
Intervention. 2005; 5:379-390.
Calhoun, Acocella. 1995. Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan
Kemanusiaan. Terjemahan oleh Satmoko. Semarang: IKIP Semarang.
Dariyo, Agoes. 2004. Perkembangan Remaja. Bogor. PT. Ghalia Indonesia.
Daryanto, Tiffany. 2009. Hubungan antara Religius dengan Perilaku Seks Pranikah
pada Mahasiswa Indekost di Malang. Skripsi (tidak diterbitkan). Malang:
Universitas Negeri Malang.
Departemen Kesehatan RI. Asuhan kesehatan reproduksi pada remaja.Jakarta:Buletin
Departemen Kesehatan RI; 2003
Desmita. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Effendy, Onong Uchjana. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Eisenberg, M. E., Sieving, R. E., Bearinger, L. H., Swain, C., & Resnick, M. D.
Parents’ communication with adolescents about sexual behavior: A missed
opportunity for prevention? J Youth Adolescence 2006.
Erwin J., Skripsiadi. 2005. Pendidikan Dasar Seks untuk Anak. Yogyakarta:
Curiosita.
Gunarsa, Singgih. 2004. Dari Anak Sampai Usia Lanjut: Bunga Rampai Psikologi
Perkembangan. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
Hurlock. E. B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
39
40
Hurlock. E. B. 1993. Perkembangan Anak: Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
http://tumplung.blogspot.com/2009/02/sungguh-mencengangkan-dan
html di akses tanggal 12 April 2010
mengerikan.
http://news.okezone.com/read/2009/12/29/340/289247/340/video-mesum-di-tengahladang-goyang-blitar. Diakses 24 Maret 2010
Ira Titisari, 2013, Hubungan Pengetahuan Remaja Usia 17-20 Tahun Tentang
Kesehatan Reproduksi Terhadap Sikap Berpacaran Sehat Di Kelas Iii Smk 2
Pawyatan Dhaha Kediri, Prodi Kebidanan Kediri.
Kartono, Kartini. 1995. Psikologi Remaja. Bandung. PT. Bandar Maju.
Kirby D, Miller BC. Intervention Designed to Promote Parent-Teen Communication
about Sexuality. New Direction for Child and Adolescent Development. 2002;
97.
Marcovitz, H. The gallup youth survey. In Mayor issues and trends teens & sex.
Stockton, New Jersey 2007: Mason Crest Publisher.
Manuaba,IBG. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arca; 2002
Martino, S. C., Elliott, M.N., Corona, R., Kanouse, D.E. & Schuster, M.A. Beyond
the “big talk’: The roles of breadth and repetition in parent-adolescent
communication about sexual. Pediatrics 2008, 121, 612
Mufidah, Lilik. 2008. Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Perilaku Seks Pranikah
Siswa SMKN 2 di Kota Malang. Skripsi (tidak diterbitkan). Malang: UIN
Malang.
Nasria. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi di SMA Negeri 1 Mojogedang [Skripsi]. Semarang: Universitas
Diponegoro; 2002.
Notoadmodjo, S. 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
____________ , 2005, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta, Jakarta.
Nuranti Alifah, 2, Hubungan antara Komunikasi Orangtua – Remaja dengan Sikap
Remaja Terhadap Hubungan Seksual Pranikah di SMA Kabupaten Purworejo,
Tesis, Program Pascasarjana, FK UGM, Yogyakarta.
41
Papalia, Diane E, Sally Wendkos & Ruth Duskin F. 2008. Human Development
(Psikologi Perkembangan): Edisi Kesembilan. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Putri F.A, 2012, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Seks Pranikah Pada Remaja
SMA di Rengat Kabupaten Indragiri Hulu.
Qomariah,dkk. Infeksi Saluran Reproduksi Pada Wanita. Jakarta : BKKBN; 2001.
Rabita. Tingkat pengetahuan remaja putri tentang perawatan alat genitalia eksterna.
(skripsi). Medan; 2010.
Rachman W.A, 2008, Analisis Ketahanan Keluarga dalam Perilaku Seks Pranikah
Remaja (Studi Kasus di Kota Ambon), Dosen FKM Universitas Hasanuddin
Makassar, Jurnal Ilmiah Sinergi IPTEKS, LP3M Universitas Islam Makassar.
Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Safarino. 1997. Biofeedback
interactionivrea. it/thesis.
in
Education
Entertainment,
http://www.
Safitri Erlina, 2007, Hubungan Kontrol Diri Dengan Perilaku Seksual Remaja,
Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya,
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Sarwono, Sarlito. W & Ami Siamsidar. 1986. Peranan Orang Tua dalam Pendidikan
Seks, Jakarta: CV Rajawali.
Sarwono. 1991. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Press.
Setiawati, Dermawan, 2008. Pendidikan Kesehatan. Trans info Media, Jakarta.
Selvia Febriani, 2013, Kesehatan Reproduksi Remaja, Media Belajar Kesehatan
Reproduksi Remaja SMA. Diundah dari : //kesehatanreproduksiremaja.
wordpress.com/category/kegiatan-belajar-3/c-perilaku-seksual-menyimpang.
Tanggal 12-10-2015.
Simanjuntak, B & Pasaribu, L.I. 1986. Pengantar Psikologi Perkembangan. Bandung:
Tarsito.
42
Supratiknya, A. 1995. Komunikasi Antar Pribadi Tinjauan Psikologis. Yogyakarta:
Kanisius.
Susanti, Dini. 2002. Kontrol Diri dalam Perilaku Seks Pranikah MahasiswaUIIS
Malang, Skripsi (tidak diterbitkan). Malang: UIIS Malang.
Tanjung, A.et'al., 2001, Kebutuhan akan informasi dan pelayanan kesehatan
Reproduksi Remaja. (online), (http://www/pkbi.or.id diakses 6 Agustus 2006).
Triasdespiona, 2013. Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Hamil Tentang Cara
Mengatasi Mual Muntah Pada Kehamilan Di Poli Hamil Rsx
Uin, 2013, Hubungan antara Komunikasi Orang Tua-Anak Mengenai Seksualitas dan
Kontrol Diri dengan Perilaku Seks Pranikah, Tesis, UIN, Malang,
http://lib.uin-malang.ac.id /files /thesis/fullchapter/06410008.pdf
Walgito, B. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Widayanto, Arif. 2005. Studi Perilaku Seks Pra Nikah pada Siswa SMA Katolik
Diponegoro Blitar. Skripsi (tidak diterbitkan). Malang: UMM Malang
Wiendijarti I, 2011, Komunikasi Interpersonal Orang Tua-Anak dalam Pendidikan
Seksual Remaja, Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Pembangunan
Nasional ’Veteran’Yogyakarta, Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 9, Nomor
3, September-Desember 2011
Zulkifli, L. 1992. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
43
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL DENGAN
KEJADIAN HIPEREMESIS DI DESA PASAR MATADOR
KECAMATAN BATANG ONANG KABUPATEN
PADANG LAWAS UTARA
A. Indentitas Responden
1. Nomor
2. Umur
3. Jenis Kelamin
: …………….
: …………….
: …………….
B. Pengetahuan Tentang Hiperemesis
Berilah tanda (√) pada jawaban yang sesuai menurut saudara dibawah ini.
1. Ibu yang hamil muda sering mengalami keluhan?
a. Susah buang air kecil
b. Mual muntah pada pagi hari
c. Susah buang air besar
2.
Pengertian dari emesis gravidarum?
a. Mual muntah saat hamil
b. Mual dan muntah
c. Ngidadam
3.
Bagaimana cara mengatasi mual dan muntah pada istri yang sedang hamil?
a. Menyarankan istri untuk berolah raga setiap sore
b. Menyaran istri untuk melakukan pekerjaan rumah
c. Menyarankan istri saat bangun tidur untuk duduk sebentar
4.
Mual muntah pada ibu hamil biasanya terjadi pada kehamilan?
a. 7 bulan
b. 9 bulan
c. < 4 bulan
5.
Penyebab mual muntah pada ibu hamil?
a. Pengaruh perubahan hormonal pada ibu
b. Makan terlalu banyak
c. Terlalu capek
44
6.
Pola makan pada ibu hamil dengan mual muntah?
b. Sedikit tetapi sering
c. Banyak tetapi sering
d. Tidak ada aturan
7. Makanan bagaimana yang tidak dianjurkan pada ibu hamil yang mual muntah?
a. Makanan yang berlemak dan berminyak
b. Makanan yang segar
c. Makanan yang berasa
8. Pengobatan tradisional apakah yang dapat mengurangi mual muntah?
b. Minum kopi
c. Memakan jahe segar
d. Minum jamu
9. Jenis makanan apa saja yang dapat menghambat mual muntah?
a. Berminyak
b. Berlemak
c. Buah dan sayur yang segar
10. Kondisi ibu mual muntah yang seperti apakah yang harus rawat di rumah sakit
a. Nafsu makan berkurang
b. Muntah berlangsung terus menerus sampai lidah kering
c. Kesadarannya mulai terganggu
C. SIKAP
Pernyataan
1. Untuk mengatasi mual muntah, makan dengan porsi kecil
tapi sering.
2. Menghindari aroma yang menyengat seperti parfum,
makanan, asap rokok, dapat menghindari terjadinya mual
dan muntah.
3. Makan-makanan yang berlemak dapat mencegah mual
muntah yang berlebihan
4. Apabila mual muntah sebaiknya diberi minum kopi
5. Apabila mual muntah sebaiknya diberi minum air hangat
6. Apabila mual muntah harus sering di bawa berolah raga
Setuju
Tidak
Setuju
45
D. Hiperemesis Gravidarum
1. Apakah ibu mengalami hiperemesis?
a. Ya
b. Tidak
46
MASTER DATA PENELITIAN
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Umur
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
1
Pendidikan
1
0
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
0
1
0
1
1
0
2
0
0
1
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
1
1
0
0
1
3
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
1
0
0
1
0
1
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
1
1
Pengetahuan
4 5 6
0 1 0
1 0 1
1 0 0
0 1 1
1 0 1
1 0 1
0 1 0
0 1 1
1 0 1
0 1 0
1 1 0
0 0 1
1 1 0
0 1 1
0 0 1
1 1 0
0 0 1
1 0 0
0 1 1
0 1 1
1 0 0
1 1 1
0 1 1
1 0 0
1 0 0
0 1 1
1 0 1
0 1 0
1 0 1
0 0 1
1 1 0
1 0 1
0 1 0
1 1 0
7
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
8
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
9
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
0
1
0
1
1
0
10 PTOT
0
3
1
6
1
7
0
6
1
7
1
7
1
5
0
7
0
4
1
6
0
5
1
6
0
5
0
4
1
6
0
4
1
7
0
2
0
5
1
7
0
6
1
7
0
5
1
6
0
2
1
7
0
6
0
2
0
5
1
5
1
4
0
4
0
5
1
6
PK
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
47
35
36
37
38
39
40
41
42
1
1
0
1
0
0
1
1
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
1
0
0
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
2
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
Sikap
3
4
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
0
1
0
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
1
0
1
0
0
0
5
0
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
6
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
1
0
0
1
0
1
0
STOT
2
3
3
4
4
5
2
3
4
4
5
3
2
3
5
4
4
1
4
4
3
5
3
4
5
4
4
0
1
0
0
1
1
0
1
1
0
0
0
0
1
1
1
ST
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
1
0
1
0
0
0
6
6
6
2
7
6
2
5
Hiperemesis
Gravidarum
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
48
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
0
0
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
0
0
1
0
1
0
0
1
1
0
1
0
0
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
2
4
2
4
4
4
5
3
5
4
2
4
3
2
4
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
1
1
1
49
Frequencies
Umur
Valid < 20 tahun - > 35
tahun
20-35 tahun
Total
Frequency Percent
19
45.2
23
42
54.8
100.0
Valid
Percent
45.2
Cumulative
Percent
45.2
54.8
100.0
100.0
Pendidikan
Valid
SD
SMP
Total
Frequency
18
24
42
Percent
42.9
57.1
100.0
Valid Percent
42.9
57.1
100.0
Cumulative
Percent
42.9
100.0
p1
Valid
0
1
Total
Frequency
20
22
42
Percent
47.6
52.4
100.0
Valid Percent
47.6
52.4
100.0
Cumulative
Percent
47.6
100.0
p2
Valid
0
1
Total
Frequency
25
17
42
Percent
59.5
40.5
100.0
Valid Percent
59.5
40.5
100.0
Cumulative
Percent
59.5
100.0
50
p3
Valid
0
1
Total
Frequency
21
21
42
Percent
50.0
50.0
100.0
Valid Percent
50.0
50.0
100.0
Cumulative
Percent
50.0
100.0
p4
Valid
0
1
Total
Frequency
20
22
42
Percent
47.6
52.4
100.0
Valid Percent
47.6
52.4
100.0
Cumulative
Percent
47.6
100.0
p5
Valid
0
1
Total
Frequency
20
22
42
Percent
47.6
52.4
100.0
Valid Percent
47.6
52.4
100.0
Cumulative
Percent
47.6
100.0
p6
Valid
0
1
Total
Frequency
19
23
42
Percent
45.2
54.8
100.0
Valid Percent
45.2
54.8
100.0
Cumulative
Percent
45.2
100.0
p7
Valid
0
1
Total
Frequency
21
21
42
Percent
50.0
50.0
100.0
Valid Percent
50.0
50.0
100.0
Cumulative
Percent
50.0
100.0
51
p8
Valid
0
1
Total
Frequency
17
25
42
Percent
40.5
59.5
100.0
Valid Percent
40.5
59.5
100.0
Cumulative
Percent
40.5
100.0
p9
Valid
0
1
Total
Frequency
15
27
42
Percent
35.7
64.3
100.0
Valid Percent
35.7
64.3
100.0
Cumulative
Percent
35.7
100.0
p10
Valid
0
1
Total
Frequency
23
19
42
Percent
54.8
45.2
100.0
Valid Percent
54.8
45.2
100.0
Cumulative
Percent
54.8
100.0
Pengetahuan
Valid
Baik
Buruk
Total
Frequency
21
21
42
Percent
50.0
50.0
100.0
Valid Percent
50.0
50.0
100.0
Cumulative
Percent
50.0
100.0
s1
Valid
0
1
Total
Frequency
20
22
42
Percent
47.6
52.4
100.0
Valid Percent
47.6
52.4
100.0
Cumulative
Percent
47.6
100.0
52
s2
Valid
0
1
Total
Frequency
17
25
42
Percent
40.5
59.5
100.0
Valid Percent
40.5
59.5
100.0
Cumulative
Percent
40.5
100.0
s3
Valid
0
1
Total
Frequency
17
25
42
Percent
40.5
59.5
100.0
Valid Percent
40.5
59.5
100.0
Cumulative
Percent
40.5
100.0
s4
Valid
0
1
Total
Frequency
19
23
42
Percent
45.2
54.8
100.0
Valid Percent
45.2
54.8
100.0
Cumulative
Percent
45.2
100.0
s5
Valid
0
1
Total
Frequency
17
25
42
Percent
40.5
59.5
100.0
Valid Percent
40.5
59.5
100.0
Cumulative
Percent
40.5
100.0
s6
Valid
0
1
Total
Frequency
15
27
42
Percent
35.7
64.3
100.0
Valid Percent
35.7
64.3
100.0
Cumulative
Percent
35.7
100.0
53
Sikap
Valid
Positif
Negatif
Total
Frequency
26
16
42
Percent
61.9
38.1
100.0
Valid Percent
61.9
38.1
100.0
Cumulative
Percent
61.9
100.0
Hiperemesis
Valid Tidak Hiperemesis
Hiperemesis
Total
Frequency
28
14
42
Percent Valid Percent
66.7
66.7
33.3
33.3
100.0
100.0
Cumulative
Percent
66.7
100.0
54
Crosstabs
Pengetahuan * Hiperemesis
Crosstab
Pengetahuan Baik
Total
Count
Expected Count
% within
Pengetahuan
Buruk Count
Expected Count
% within
Pengetahuan
Count
Expected Count
% within
Pengetahuan
Hiperemesis
Tidak
Hiperemesis Hiperemesis
19
2
14.0
7.0
90.5%
9.5%
Total
21
21.0
100.0%
9
14.0
42.9%
12
7.0
57.1%
21
21.0
100.0%
28
28.0
66.7%
14
14.0
33.3%
42
42.0
100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value
df
(2-sided)
a
10.714
1
.001
8.679
1
.003
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square
Continuity
Correctionb
Likelihood Ratio
11.576
1
.001
Fisher's Exact Test
.003
.001
Linear-by-Linear
10.459
1
.001
Association
N of Valid Cases
42
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
7.00.
b. Computed only for a 2x2 table
55
Sikap * Hiperemesis
Crosstab
Sikap
Positif
Negatif
Total
Count
Expected Count
% within Sikap
Count
Expected Count
% within Sikap
Count
Expected Count
% within Sikap
Hiperemesis
Tidak
Hiperemesis
Hiperemesis
23
3
17.3
8.7
88.5%
11.5%
5
11
10.7
5.3
31.3%
68.8%
28
14
28.0
14.0
66.7%
33.3%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value
df
(2-sided)
a
14.589
1
.000
12.128
1
.000
Exact Sig.
(2-sided)
Total
26
26.0
100.0%
16
16.0
100.0%
42
42.0
100.0%
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square
Continuity
Correctionb
Likelihood Ratio
14.996
1
.000
Fisher's Exact Test
.000
.000
Linear-by-Linear
14.242
1
.000
Association
N of Valid Cases
42
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
5.33.
b. Computed only for a 2x2 table
56
ABSTRAK
Perilaku seks pranikah pada siswa SMA Negeri 2 Ketanjo Raya tergolong
tinggi sebesar 32,8%. Keadaan ini terkait dengan dan Kontrol diri yang lemah dan
gaya hidup berisiko siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kontrol diri dan gaya
hidup siswa dengan perilaku seks pranikah di SMA Negeri 2 Ketanjo Raya. Jenis
penelitian ini adalah survei yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SMA Negeri 2 Ketanjo Raya kelas
X yang berjumlah 106 orang. Sampel sebanyak 106 orang, diambil dengan teknik
total sampling. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis
dengan uji chi square pada α = 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan kontrol diri dengan
perilaku seks pranikah di SMA Negeri 2 Ketanjo Raya dan terdapat hubungan gaya
hidup siswa dengan perilaku seks pranikah di SMA Negeri 2 Ketanjo Raya
Disarankan kepada siswa SMA Negeri 2 Ketanjo Raya untuk meningkatkan
kontrol diri dan mampu menahan keinginan atau dorongan sesaat yang bertentangan
dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma sosial dan kepada siswa SMA
Negeri 2 Ketanjo Raya untuk meningkatkan gaya hidup tidak berisiko terhadap
perilaku seksual sehingga perilaku seksual pada siswa menurun.
\
Kata Kunci : Kontrol Diri, Gaya Hidup, Perilaku Seks
HUBUNGAN KOMUNIKASI ORANGTUA DAN ANAK SERTA KONTROL
DIRI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH
57
DI SMA PRAYATNA MEDAN
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh
RIA ANGGRAINI
1170321
AKADEMI KEBIDANAN AUDI HUSADA
MEDAN
2015
Download