Komentar Reksadana Saham - PT. Panin Asset Management

advertisement
Desember 2013
Komentar Reksadana Saham
Keadaan Pasar 2013
Pasar saham Indonesia ditutup di level yang kurang
memuaskan di akhir tahun setelah mengalami penurunan
sebanyak 18% dari puncaknya di bulan Mei.
Pembalikan arah secara cepat di pasar saham Indonesia terjadi
setelah adanya pidato keterangan Bank Sentral AS (The Fed)
pada tanggal 22 Mei yang memberikan sinyal bahwa AS sudah
siap untuk mengurangi program pembelian obligasi. Untuk
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), ini adalah pertama
kalinya sejak tahun 2008 dimana indeks komposit mengalami
tingkat imbal hasil negative, ditutup di level 4,271 pada akhir
tahun atau tingkat imbal hasil -1.0%.
Grafik 1: Indeks Harga Saham Gabungan
5,500
5,200
4,900
4,600
4,300
4,000
JCI Index
Grafik 2: Kinerja Pasar Saham Global 2013
Indeks
Nilai Domestik
dalam US$
ASEAN
Indonesia
-1.0%
-22.0%
Pasar saham di kawasan ASEAN yang merupakan salah satu
tempat favorit para investor di awal tahun, menutup tahun
2013 dengan return yang cukup mengecewakan.Total rata-rata
imbal hasil saham di kawasan jauh dibawah apa yang dicapai di
AS dan beberapa pasar negara maju lainnya (Grafik 2). Dalam
mata uang US Dollar, Indonesia adalah negara yang terburuk di
kawasan ASEAN atau turun sebanyak 22% dari awal tahun.
Thailand
-6.7%
-13.1%
1.3%
-6.3%
Malaysia
11.6%
3.8%
Singapore
0.0%
-3.2%
22.0%
20.5%
Ini bukanlah yang pertama kalinya kami melihat bagaimana
pasar saham Indonesia dapat berbalik arah begitu cepat dalam
satu kuarter. Hal ini menggarisbawahi kekuatan investor asing
terhadap pasar modal Indonesia. Aliran modal yang masuk ke
pasar saham Indonesia dengan cepat mulai berbalik arah sejak
akhir Mei 2013, sehingga total aliran modal keluar oleh asing
diperkirakan sebesar 1,8 milyar Rupiah sepanjang 2013.
Selanjutnya, volume rata-rata perdagangan harian juga
mengalami penurunan dalam beberapa bulan terakhir,
menyoroti berkurangnya minat investor terhadap saham
Indonesia, serta pasar saham negara berkembang secara
keseluruhan. Untuk Indonesia, pasar saham tidak terlalu
banyak berkontribusi di tahun 2013 terutama karena
menurunnya kepercayaan investor terhadap pasar negara
berkembang, serta melemahnya kondisi makroekonomi
domestik.
PASAR NEGARA BERKEMBANG
Philippines
Vietnam
India
9.0%
-3.5%
Brazil
-15.5%
-26.8%
China
-6.7%
-3.9%
Jepang
56.7%
28.4%
Amerika Serikat
29.6%
29.6%
Jerman
25.5%
31.0%
MSCI Indonesia
-5.3%
-25.3%
PASAR NEGARA MAJU
Dec-13
Nov-13
Oct-13
Sep-13
Aug-13
Jul-13
Jun-13
May-13
Apr-13
Mar-13
Feb-13
Jan-13
3,700
Dec-12
Pasar negara berkembang termasuk Indonesia menghadapi
tantangan di tahun 2013 dengan beberapa pihak menyarankan
bahwa berakhirnya easy money berarti berpindahnya aliran
aru suang dari pasar negara berkembang kembali ke pasar
negara maju. Kita melihat tren ini terjadi pada tahun 2013,
terutama pada paruh kedua dimana pasar modal AS dan
beberapa negara maju mengalami aliran masuk arus saham
yangcukup besar. Terpisah dari pergerakan ini, kami melihat
momentum yang terjadi pada pasar modal negara maju di
tahun 2013 lebih mengarah kepada adanya tanda-tanda
pengetatan di AS, yang mengindikasikan bahwa sedang
terjadinya rotasi dari pasar obligasi ke pasar saham.
Kinerja Reksadana
Pada tahun 2013, reksadana saham Panin Asset Management,
kecuali reksadana Panin Dana Syariah Saham, berhasil
mengungguli benchmark dengan beberapa poin. Reksadana
saham kami sedikit kehilangan momentum setelah Bank
Indonesia (BI) mulai menaikkan suku bunga BI. Kami tidak
mengantisipasi skala reaksi yang dipicu oleh rencana the Fed,
yang akan mengurangi program stimulus moneternya.
Guncangan eksternal ini membuat Bank Indonesia untuk
menaikkan tingkat suku bunga pada level yang lebih tinggi. Ini
mengakibatkan hasil yang kurang baik terhadap beberapa
saham di portfolio kami yang sensitif terhadap peningkatan
suku bunga.
Outlook
Melihat kembali, tahun 2013 merupakan tahun yang menantang
bagi sebagian besar investor di pasar negara berkembang
termasuk Indonesia. IHSG merupakan kedua yang terburuk di
kawasan ASEAN, dan dalam mata uang USD menjadi yang
terburuk (Grafik 2). Imbal hasil IHSG jauh berada dibawah potensi
meskipun banyak perusahaan yang masih memiliki performance
yang cukup baik. Kekhawatiran investor bertambah setelah
keluarnya data transaksi berjalan yang defisit pada kuartal kedua
dan mencapai 4.4%. Ini tidak hanya berdampak negatif terhadap
pasar saham Indonesia seperti yang dilihat dari dampak arus
keluar dana investor asing, tetapi juga terhadap mata uang
rupiah.
Strategi kami dalam memilih saham yang terfokus kepada value
stocks tidak bekerja sebagaimana yang kami harapkan pada
tahun 2013. Kami melihat khususnya di semester kedua tahun
2013 bahwa perubahan harga saham lebih didorong oleh alur
berita yang beredar daripada fundamental perusahaan. Ini
terbukti dari penjualan secara menyeluruh pada semua sektor
oleh investor asing tidak lama setelah pengumuman
pengurangan stimulus AS dan keluarnya data-data
makroekonomi Indonesia yang cukup mengecewakan. Dalam
pandangan kami, kegiatan penjualan ini tidak selalu didukung
oleh kualitas dasar asset dan dengan demikian, kami
menggunakan beberapa kesempatan ini untuk melakukan
pembelian di pasar. Meski peluang semacam ini berada di
pasar, sayangnya reksadana saham kami hanya mampu
menghasilkan alpha dibawah potensinya, mengingat masih
terlalu banyak sentimen negatif yang berada di pasar.
Memasuki tahun 2014, kami melihat jelas bahwa beberapa
tantangan makroekonomi domestik masih akan tetap menghantui
khususnya defisit transaksi berjalan. Namun, penting untuk
ditekankan bahwa karakteristik makroekonomi tidak selalu
berhubungan dengan potensi imbal hasil investasi. Kami melihat
lebih banyak peluang postif terhadap pasar saham Indonesia di 12
bulan mendatang, terutama ditopang pertumbuhan pendapatan
yang masih cukup kuat dan yang lebih penting lagi, kekuatan
ekonomi negara kami didukung oleh neraca pemerintahaan yang
masih terlihat sehat. Lebih lanjut, dengan sikap pemerintah yang
mengambil inisiatif secara perlahan dalam menghadapi tantangan
makro ekonomi, kami berpandangan bahwa pertumbuhan
ekonomi yang melambat tidak seharusnya membuat investor
berhenti berinvestasi di pasar Indonesia. Kami percaya bahwa
stabilisasi mata uang dan proses pemilu yang lancar adalah faktorfaktor yang lebih penting di tahun 2014.
Untuk tahun 2013, Panin Dana Maksima, Panin Dana Prima,
dan Panin Dana Syariah Saham mencapai total imbal hasil
masing-masing sebanyak -0.4%, 2.9%, dan -6.9%.
Dengan pertumbuhan pendapatan perusahaan yang terlihat
cukup utuh, kami percaya bahwa pasar saham Indonesia
berpotensi menguat dengan cepat seiring dengan adanya
sentimen positif. Namun demikian, investor harus menghadapi
lingkungan dimana volatilitas akan tetap berada di level yang
cukup tinggi mengingat kondisi makro ekonomi domestik yang
sedikit melemah.
Download