Keefektifan bakteri endofit dan plant growth

advertisement
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2010 – Maret 2011.
Penelitian
dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi
Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan di Rumah Kaca serta
di Kebun Percobaan, University Farm, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bakteri endofit yang digunakan diperoleh dari penelitian sebelumnya yang
diisolasi dari batang tanaman tomat sehat di wilayah Bogor, Cipanas, dan
Lembang yaitu isolat dengan kode BL10, BC4, dan BC10 (Damayanti 2010).
Bakteri PGPR yang digunakan yaitu Pseudomonas fluorescens RH4003 dan
Bacillus subtilis AB89 yang merupakan koleksi Laboratorium Bakteriologi
Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB (Nawangsih
2006).
Bakteri Ralstonia solanacearum diisolasi dari tanaman tomat yang
terserang layu bakteri, tanaman sampel berasal dari Lembang, Bandung. Dalam
penelitian digunakan pula tanah dari lapangan yang telah mengandung bakteri R.
solanacearum yang diambil di sekitar pertanaman tomat yang terserang layu
bakteri dan tanah steril. Digunakan pula pupuk kandang untuk menambah unsur
hara tanah. Bahan-bahan kimia yang digunakan terdiri dari media TZC, King’s B
Agar (KBA), media cair 523, nutrient agar dan nutrient broth. Benih tomat yang
digunakan dalam pengujian adalah varietas Arthaloka.
Pot tray dan polybag
digunakan dalam pembibitan dan pengujian tanaman tomat di rumah kaca.
Metode Penelitian
Penyiapan tanaman uji
Varietas tomat yang digunakan dalam pengujian yaitu varietas Arthaloka.
Media tanam yang digunakan dalam pembibitan yaitu kompos dan sekam dengan
perbandingan 1:1. Benih tomat disemai pada pot tray dengan dua benih tiap
lubang. Setelah disemai, benih disiram secukupnya kemudian pot tray ditutup
menggunakan koran selama dua hari untuk menjaga kelembaban. Bibit disiram
13
setiap dua hari sekali. Setelah berumur tiga minggu bibit tomat dipindah tanam
pada polybag untuk aplikasi di rumah kaca dan dipindah tanam ke lahan untuk
aplikasi di lapangan. Polybag yang digunakan berdiameter 20 cm dengan media
tanam yang terdiri dari tanah, kompos, dan tanah yang telah terinfestasi bakteri R.
solanacearum.
Tanah dan kompos dicampur lalu disterilkan.
Tanah yang
terinfestasi bakteri patogen berasal dari lapangan di sekitar pertanaman tomat
yang terserang layu bakteri dan ditambah dengan biakan bakteri patogen yang
telah diisolasi dari tanaman tomat yang terserang layu bakteri. Suspensi bakteri
patogen yang digunakan sebanyak 600 ml dalam media cair 523. Kemudian
suspensi terebut dilarutkan dalam 2 liter air. Media tanam tersebut dimasukkan ke
dalam polybag dengan susunan dari bawah yang terdiri dari tanah steril ± 6 cm,
tanah terinfestasi bakteri patogen ± 9 cm, lalu ditutup lagi dengan tanah steril ± 10
cm.
Isolasi bakteri R. solanacearum
Isolasi
bakteri
patogen
dilakukan
di
Laboratorium
Bakteriologi
Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB. Tanaman
sampel diperoleh dari Lembang, Bandung.
Tanaman dicuci lalu batangnya
dipotong melintang. Potongan batang tersebut dicelupkan ke dalam air steril
dalam tabung reaksi. Massa bakteri (oose) yang mirip dengan benang-benang
putih halus akan keluar dari potongan batang selama beberapa menit. Batang
dibiarkan tercelup beberapa saat sampai air steril menjadi keruh. Massa bakteri
(oose) patogen dari hasil isolasi diambil sebanyak 100 µl dengan pipet volumetrik
dan disebar pada media TZC, kemudian diinkubasikan pada suhu ruang selama
24-48 jam. Setelah 24-48 jam akan terlihat koloni bakteri patogen seperti pada
Gambar 1. Koloni yang digunakan untuk infestasi tanah adalah yang virulen
ditandai dengan bentuk koloni berlendir (fluidal) dan dibagian tengah berwarna
merah muda.
14
Gambar 1 Hasil isolasi patogen; R. solanacearum pada media TZC
Peremajaan bakteri endofit, PGPR, dan bakteri patogen (R. solanacearum)
Bakteri endofit yang digunakan diperoleh dari penelitian sebelumnya yang
diisolasi dari batang tanaman tomat sehat yang dipilih diantara tanaman tomat
yang terserang parah oleh layu bakteri (Damayanti 2010). Sumber bakteri endofit
tersebut diisolasi dari pertanaman tomat di daerah Bogor, Lembang, dan Cipanas.
Kode isolat yang digunakan dalam penelitian yaitu BL10, BC4, dan BC10.
Bakteri endofit hasil isolasi pada penelian sebelumnya dan bakteri PGPR yang
ada di laboratorium disimpan dalam media cair yang mengandung gliserol 20%
pada suhu -20 0C. Bakteri endofit dan PGPR diremajakan terlebih dulu pada
media nutrient agar dalam cawan petri (Gambar 2). Sebelum digunakan untuk
pengujian, bakteri patogen diremajakan pada media King’s B Agar (KBA) dan
diinkubasikan selama 24-48 jam pada suhu kamar (Gambar 2). Bakteri patogen
diremajakan pada media King’s B untuk dilihat koloni tunggalnya.
15
a
b
c
d
e
f
Gambar 2 Hasil peremajaan bakteri endofit, PGPR, dan R. solanacearum; bakteri
endofit Bacillus amyloliquefaciens (BL10) a), bakteri endofit
Staphylococcus epidermidis (BC4) b), bakteri endofit isolat BC10 c),
bakteri PGPR B. subtilis AB89 (B12) d), bakteri PGPR P. fluorescens
RH4003 (P1) e), R. solanacearum pada media King’s B f)
Penyiapan suspensi bakteri patogen, endofit, dan PGPR
Permukaan media King’s B Agar yang telah ditumbuhi bakteri patogen
disiram dengan 6 ml air steril dan digosok menggunakan jarum ose hingga bakteri
terlepas dari media dan membentuk suspensi. Suspensi tersebut diambil sebanyak
6 ml menggunakan pipet volumetrik lalu diinokulasikan ke dalam media cair 523
yang ditambah dengan supernatan daun tomat sebanyak 100 µl. Kemudian
16
suspensi tersebut dikocok menggunakan shaker selama 24-48 jam. Supernatan
dibuat dengan cara mencampur 0,5 gram daun tomat dengan air steril 10 ml lalu
ditumbuk dan diambil ekstraknya sebanyak 1 ml kemudian dimasukkan ke dalam
Eppendorf.
Eppendorf yang berisi ekstrak daun tomat disentrifugasi dengan
kecepatan 10.000 rpm pada suhu 25 0C selama lima menit. Suspensi bakteri
patogen tersebut disiapkan sebanyak 600 ml.
Bakteri endofit dan PGPR yang digunakan diambil dari stok yang
disimpan pada suhu -20 0C. Bakteri tersebut didiamkan beberapa saat sampai
mencair.
Setelah mencair, suspensi bakteri diambil sebanyak 100 µl
menggunakan pipet volumetrik dan masing-masing bakteri disebar pada
permukaan media nutrient agar dalam cawan petri. Cawan yang telah diinokulasi
bakteri endofit dan PGPR kemudian diinkubasikan pada suhu ruang selama 24-48
jam. Pada permukaan media yang telah ditumbuhi bakteri endofit dan PGPR
selanjutnya disiram dengan 5 ml air steril dan digosok menggunakan jarum ose
hingga bakteri terlepas dari media agar dan membentuk suspensi.
Selanjutnya
suspensi tersebut diambil sebanyak 1 ml menggunakan pipet volumetrik dan
diinokulasikan ke dalam media cair nutrient broth 250 ml, lalu dikocok
menggunakan shaker selama 24-48 jam. Kerapatan bakteri yang digunakan yaitu
108-109 cfu/ml.
Pengujian pengaruh aplikasi bakteri endofit dan PGPR terhadap penyakit
layu bakteri pada tomat
Percobaan di Rumah Kaca
Percobaan di rumah kaca dilakukan pada dua musim yaitu musim kemarau
(bulan September-November) dan musim penghujan (bulan Desember-Maret).
Bibit tomat yang telah berumur 3 minggu disiram akarnya dengan agens
biokontrol sesuai perlakuan.
Untuk perlakuan tunggal setiap bibit disiram
sebanyak 50 ml agens biokontrol dan untuk perlakuan kombinasi disiram
sebanyak 25 ml dari masing-masing agens biokontrol yang dikombinasikan.
Sebelumnya, agens biokontrol yang akan digunakan dilarutkan terlebih dulu.
Suspensi agens biokontrol dalam 250 ml media cair nutrient broth diambil
sebanyak 200 ml lalu dilarutkan dalam 1800 ml air.
Sehingga diperkirakan
17
populasi bakteri adalah 108-109 cfu/ml.
Untuk pelakuan kontrol, bibit tomat
disiram dengan air sebanyak 50 ml tanpa diberi perlakuan agens biokontrol.
Perlakuan yang diberikan terdiri dari 12 perlakuan termasuk kontrol dan
tiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali.
Perlakuan tersebut yaitu:
K
= perlakuan kontrol diberi patogen tetapi tanpa agens biokontrol
P1
= P. fluorescens RH4003
B12
= B. subtilis AB89
BC4
= bakteri endofit isolat BC4
BC10
= bakteri endofit isolat BC10
BL10
= bakteri endofit isolat BL10
P1 + BC4
= P. fluorescens RH4003 + bakteri endofit isolat BC4
P1 + BC10
= P. fluorescens RH4003 + bakteri endofit isolat BC10
P1 + BL10
= P. fluorescens RH4003 + bakteri endofit isolat BL10
B12 + BC4
= B. subtilis AB89 + bakteri endofit isolat BC4
B12 + BC10 = B. subtilis AB89 + bakteri endofit isolat BC10
B12 + BL10
= B. subtilis AB89 + bakteri endofit isolat BL10
Bibit tomat yang telah diberi perlakuan tersebut didiamkan selama satu
hari, selanjutnya bibit tomat dipindah tanam pada polybag. Media tanam terdiri
dari tanah yang telah mengandung R. solanacearum dari lapangan dan ditambah
dengan tanah yang telah terinfestasi patogen R. solanacearum (patogen tersebut
dibiakkan dalam media cair 523) serta tanaman tomat yang terserang layu bakteri.
Tanaman tomat yang terserang layu bakteri tersebut dipotong-potong dan
ditambah air. Potongan tanaman beserta airnya kemudian dicampur dengan tanah
yang mengandung R. solanaceaum. Sebanyak 600 ml suspensi biakan bakteri
patogen dilarutkan dalam 2 liter air lalu dicampur dengan tanah dari lapangan.
Lokasi untuk tiap perlakuan dilakukan secara acak. Setiap unit perlakuan di
rumah kaca terdiri dari lima tanaman.
Setiap ulangan terdiri dari 12 plot,
sehingga dalam satu lahan terdiri 36 plot/ petak.
Penyiraman dengan air dalam rangka pemeliharaan dilakukan setiap dua
hari sekali. Namun jika tanah masih cukup lembab, maka tanaman tidak disiram.
Tanaman tomat dipasang ajir setelah satu minggu dari waktu pindah tanam.
18
Peubah yang diamati yaitu kejadian penyakit, masa inkubasi, bobot kering, dan
tinggi tanaman. Pengamatan dilakukan selama 9 minggu dan data diambil setiap
dua hari sekali. Kejadian penyakit (Kp) dihitung menggunakan rumus:
Selain kejadian penyakit dihitung pula nilai AUHPGC (Area Under
Height of Plant Growth Curve) dengan rumus yang dinyatakan oleh Van der
Plank (1963 dalam Cooke 1998) sebagai berikut:
y = laju pertambahan tinggi tanaman
t = hari
Serta dihitung pula nilai AUDPC (Area Under Disease Progress Curve)
dengan rumus yang dinyatakan oleh Van der Plank (1963 dalam Cooke 1998)
sebagai berikut:
y = persentase kejadian penyakit
t = hari
Percobaan di Lapangan
Percobaan di lapangan dilakukan pada bulan Juli-Oktober 2010. Bibit
tomat yang telah berumur 3 minggu disiram dengan agens biokontrol. Perlakuan
yang diberikan sama dengan perlakuan di rumah kaca. Namun jumlah suspensi
agens biokontrol yang digunakan yaitu sebanyak 100 ml untuk aplikasi tunggal
dan 50 ml dari masing-masing agens biokontrol untuk aplikasi kombinasi.
Kontrol disiram dengan 100 ml air.
Setelah disiram, bibit akan dipindah tanam di lapangan pada plot
percobaan di luar rumah kaca yaitu di Kebun Percobaan, University Farm, IPB.
Media tanam di lapangan berbeda dengan media tanam untuk percobaan di rumah
kaca. Tanah di lapangan hanya ditambah dengan kompos karena tanah sudah
19
mengandung patogen R. solanacearum.
Kondisi lahan di lapangan berlereng
antara blok satu dengan blok yang lain.
Lahan yang digunakan dipersiapkan dengan membuat bedengan dan
dilakukan pemupukan pada setiap lubang tanam. Dalam satu blok terdiri dari 12
bedeng.
Dalam satu bedeng/ setiap unit perlakuan ditanam dengan 20 bibit
tomat, setiap lubang tanam terdiri dari satu bibit tomat.
Jarak tanam yang
digunakan yaitu 60 x 75 cm. Setiap ulangan terdiri dari 12 plot, sehingga dalam
satu lahan terdiri 36 plot/ petak.
Perawatan yang dilakukan di lapangan hanya mencakup penyiangan.
Pengamatan di lapangan dilakukan selama 9 minggu dan peubah yang diamati
yaitu kejadian penyakit layu bakteri. Pengamatan terhadap kejadian penyakit
dilakukan setiap satu minggu sekali.
Kejadian penyakit dihitung dengan
menggunakan rumus sama seperti di rumah kaca. Serta dilakukan perhitungan
terhadap nilai AUDPC menggunakan rumus sama seperti di rumah kaca.
Dilakukan pula perhitungan terhadap index penekanan penyakit (keefektifan
pengendalian) dengan rumus:
DIc = AUDPC pada kontrol
DIb = AUDPC pada perlakuan agens biokontrol
Untuk mengetahui tingkat sinergisme antara dua agens biokontrol diprediksi
menggunakan rumus Abbott’s (Guetsky et al. 2002 dalam Nawangsih 2006),
yaitu:
E(exp) = a + b ΜΆ a x b/ 100 dan SF (Synergy Factor) = E(obs)/E(exp)
a
= keefektifan pengendalian oleh agens biokontrol I
b
= keefektifan pengendalian oleh agens biokontrol II
E(exp)
= keefektifan pengendalian dugaan oleh campuran agens
biokontrol
E(obs)
= keefektifan pengendalian oleh campuran berdasarkan hasil
pengamatan
20
Nilai SF = 1 ; interaksi antar agens biokontrol bersifat additif
SF < 1 ; interaksi antar agens biokontrol bersifat antagonis
SF > 1 ; interaksi antar agens biokontrol bersifat sinergis
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok
(RAK) dengan kelompok sebagai ulangan.
Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan analisis ragam (anova) dengan menggunakan program Statistical
Analysis System (SAS) versi 9.1 dan dilanjutkan dengan uji Duncan dan Dunnett
masing-masing pada taraf 5% untuk pengujian di rumah kaca.
Pengujian di
lapangan menggunakan uji lanjut Duncan dan Dunnett masing-masing pada taraf
10%.
Download