Teknologi Informasi Keperawatan Pertemuan 13

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia pada era keterbukaan ini, masyarakat mempunyai kebebasan
untuk mengemukakan pendapatnya, sehingga apabila masyarakat mendapatkan
pelayanan kesehatan yang tidak bermutu maka masyarakat berhak menuntut pada
pemberi pelayanan kesehatan. Namun kondisi keterbukaan pada masyarakat saat ini
sepertinya belum didukung dengan kesiapan pelayanan kesehatan, salah satunya
dalam memenuhi ketersediaan dokumentasi yang lengkap di pelayanan kesehatan,
khususnya rumah sakit. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa
ini di Indonesia belum secara luas dimanfaatkan dengan baik khususnya di pelayanan
rumah sakit, terutama pelayanan keperawatan.
Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar
bagi pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, seorang
perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu dari
mulai pengkajian sampai dengan evaluasi dan yang sangat penting adalah disertai
dengan sistem pendokumentasian yang baik. Namun pada realitanya di lapangan,
asuhan keperawatan yang dilakukan belum disertai dengan sistem pendokumentasian
yang baik, sehingga perawat mempunyai potensi yang besar terhadap proses
terjadinya kelalaian dalam praktek. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi, maka sangat dimungkinkan bagi perawat untuk memiliki sistem
1
pendokumentasian asuhan keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan Sistem
Informasi Manajemen.
Isu yang berkembang di Indonesia saat ini, terutama di area pelayanan
kesehatan rumah sakit adalah apabila Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
sudah dipergunakan apakah akan menyebabkan biaya yang dikeluarkan menjadi lebih
besar atau berkurang, apakah sistem ini membantu mencapai tujuan yang diharapkan,
apakah jumlah SDM keperawatan dapat dikurangi serta apakah sistem ini akan
berkesinambungan dan secara terus-menerus akan dipergunakan, bagaimana kalau
terjadi kerusakan sistem yang fatal. Isu ini sepertinya sangat mempengaruhi pihak
manajemen rumah sakit dalam memutuskan dilaksanakannya pemanfaatan dan
pengembangan sistem tersebut. Sebagai gambaran ada beberapa rumah sakit yang
bidang
perawatannya
sudah
mempersiapkan
Sistem
Informasi
Manajemen
keperawatan, namun belum bisa dilaksanakan, salah satu penyebabnya karena pihak
manajemen rumah sakit merasa belum siap dalam menyediakan dana untuk
pengembangan
program
ini,
dan
mungkin
ada
faktor-faktor
lain
yang
mempengaruhinya.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Memperoleh
Pengetahuan
Tentang
Sisitem
Informatika
Keperawatan yang berhubungan dengan mutu di RSUD Cengkareng.
2
2. Tujuann Khusus
a. Melakukan penelitian tentang Sisitem Informatika Keperawatan
yang berhubungan dengan mutu di RSUD Cengkareng.
b. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan
dilapangan.
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah serangkaian sub-sistem
informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang
mampu mentransformasi data sehingga menjadi sebuah informasi lewat
serangkaian cara, guna meningkatkan produktivitas sesuai dengan gaya sifat
manajer atas dasar kriteria mutu yang telah ditetapkan
Sistem Informasi Manajemen(SIM) Menggunakan kriteria Mutu Yang
telah ditetapkan harus dirancang agar sesuai dengan toleransi terhadap
kecepatan , relevansi dan ketetapan informasi. Toleransi ini bervariasi dari satu
tugas ketugas yang lainnya dan dari satu lapis kelapis yang lain di dalam
organisasi.
Sebuah sistem informasi harus mampu memberikan suatu informasi
yang relevan saja. Menetapkan mana informasi yang relevan mungkin sulit
disaat analisis sedang berlangsung dengan sangat bervariasi untuk swetiap
manajer yang berbeda, atau yang sesuai dengan keadaan seperti dalam dunia
keperawatan sistem informasi manajemen akan sangat diperlukan pada Asuhan
Keperawatan yaitu proses pendokumentasian perawatan pasien.
4
B. Kecenderungan dan Isu dalam Bidang Sistem Informasi Manajemen
Keperawatan di Indonesia
Sistem informasi manajemen berbasis komputer dapat menjadi pendukung
pedoman bagi pengambil kebijakan/keputusan di keperawatan /Decision support
system dan Executive information system (Eko, 2001). Informasi asuhan keperawatan
dalam sistem informasi manajemen yang berbasis komputer dapat digunakan dalam
menghitung pemakaian tempat tidur, BOR pasien, angka nosokomial, penghitungan
budget keperawatan . Data yang akurat pada keperawatan dapat digunakan untuk
informasi bagi tim kesehatan yang lain. Sistem informasi asuhan keperawatan juga
dapat menjadi sumber dalam pelaksanaan riset keperawatan secara khusus dan riset
kesehatan pada umumnya.
Sistem informasi manajemen asuhan keperawatan sudah berkembang di luar negeri
sekitar tahun 1992. Pada bulan September, sistem informasi diterapkan pada sistem
pelayanan kesehatan Australia khususnya pada pencatatan pasien (Liaw, 1993).
Trend/Kecenderungan yang sedang berkembang tentang SIM keperawatan di
Indonesia adalah :
1. Semakin tingginya beban kerja perawat di rumah sakit menuntut adanya suatu
sistem teknologi informasi yang mampu mengatasinya. Tuntutan adanya
dokumentasi keperawatan yang lengkap dengan hanya menggunakan cara
manual tulisan tangan selama ini hanya menambah beban kerja perawat dan
semakin mengurangi jumlah waktu perawat bersama pasien. Sangat tepat
apabila SIM keperawatan bisa diaplikaskan.
5
2. Sistem informasi keperawatan di luar negeri sudah modern dan canggih dengan
memanfaatkan sistem teknologi informatika, sehingga perawat di luar negeri
mampu bekerja secara efisien dan dan berkualitas tinggi. Kondisi tersebut
diharapkan mampu diikuti oleh perawat di Indonesia.
3. Perlunya keperawatan di Indonesia memiliki sistem informasi manajemen
keperawatan dalam melakukan pelayanan kepada pasien di rumah sakit,
sehingga perawat bisa bekerja lebih efektif dan efisien.
4. Pelaksanaan proses asuhan keperawatan akan lebih cepat, efektif dan efisien
dengan menggunakan SIM.
5. Diharapkan hari rawat pasien lebih cepat karena interaksi pasien-perawat lebih
banyak sehingga tujuan asuhan keperawatan lebih cepat tercapai
6. Profesionalisme perawat akan semakin meningkat dan pengakuan kesetaraan
antara profesi perawat dengan medis akan lebih baik.
7. Citra perawat di masyarakat dan diantara profesi lain akan semakin baik.
8. Penggunaan SIM keperawatan akan meningkatkan kualitas pelayanan rumah
sakit
9. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI) mulai tahun 2001
telah mengembangkan suatu sistem asuhan keperawatan yang berbasis dengan
komputer. Sampai saat ini sistem ini baru digunakan untuk proses akademik
pembelajaran komputer keperawatan. Sistem informasi asuhan keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan masih dalam tahap awal dan masih memerlukan
penyempurnaan (Haryati, 2001). Diharapkan sistem informasi asuhan
keperawatan FIK-UI di masa datang dapat mempercepat perkembangan sistem
6
informasi yang dapat diaplikasikan di rumah sakit maupun pelayanan
keperawatan yang lain.
Sedangkan isu tentang SIM keperawatan di Indonesia sampai saat ini adalah :
1. Perawat di Indonesia memiliki keinginan yang tinggi untuk memiliki program
SIM keperawatan
2. Belum dilaksanakannya SIM keperawatan di Indoneisa berdampak terhadap
semakin tingginya beban kerja perawat. Sehingga perawat berharap pihak
manajemen RS segera mengaplikasikan program SIM keperawatan.
3. Beberapa rumah sakit di Indonesia, sampai saat ini yang berkembang adalah
Sistem Informasi Rumah Sakit yang baru berupa billing system.
4. Rumah Sakit di Indonesia 99% masih melaksanakan pendokumentasian
keperawatan secara manual .
5. Untuk aplikasi sistem informasi manajemen asuhan keperawatan baru beberapa
rumah sakit saja yang sudah menerapkan dan itu pun masih terbatas, seperti
Rumah Sakit Fatmawati Jakarta dan rumah sakit Charitas Palembang. Di RS
Fatmawati Jakarta, sejak tahun 2002 mulai mengembangkan sistem
pendokumentasian
keperawatan
berupa
pendokumentasian
keperawatan
yang
terkomputerisasi
diimplementasikan
sejak
2004.
Sistem
tahun
SIM
keperawatan.
sudah
Informasi
Sistem
mulai
Manajemen
keperawatan ini baru sebatas menentukan rencana keperawatan. Di RS Charitas
Palembang,
sistem
dikembangkan
sejak
dokumentasi
tahun
keperawatan
2002.
7
Di
terkomputerisasi
RSUD
Banyumas
mulai
sistem
pendokumentasian ini baru menerapkan dengan sistem NIC-NOC. Di RSUD
Cengkareng Jakarta baru sebatas pelaksanaan Clinical pathway.
6. Pihak manajemen rumah sakit masih memandang SIM keperawatan belum
menjadi suatu prioritas utama untuk diaplikasikan karena salah satu
penyebabnya adalah membutuhkan biaya yang cukup besar, masih belum
memilki pemahaman yang baik tentang dampak apabila program ini
diberlakukan terhadap kualitas pelayanan keperawatan dan rumah sakit secara
umum, adanya pemikiran bahwa pekerjaan perawat tidak memerlukan bantuan
teknologi/alat yang canggih. Pihak manajemen juga masih khawatir tentang
kemampuan SDM keperawatan dalam pemanfaatan tekonolgi ini.
7. Masih banyak perawat yang tidak mengenal apa sistem informasi manajemen
keperawatan yang berbasis komputer tersebut. Kondisi ini karena sangat
bervariasinya tingkat pendidikan keperawatan.
8. Belum adanya aspek legal/UU tentang praktek keperawatan.
C. Faktor
Pendukung
dan
Penghambat
dalam
Pelaksanaan
SIM
Keperawatan di Indonesia
1. Faktor Pendukung Pelaksanaan SIM di Indonesia
a. Saat ini sudah mulai ada perusahaan (yang dikelola oleh profesi
keperawatan) yang menawarkan produk SIM keperawatan yang siap
pakai untuk diterapkan di rumah sakit. Sekalipun memiliki harga yang
cukup tinggi tetapi keberadaan perusahaan ini dapat mendukung
8
pelaksanaan SIM keperawatan di beberapa rumah sakit yang memiliki
dana cukup untuk membeli produk tersebut.
b. Semakin mudahnya akses informasi tentang pelaksanaan SIM
keperawatan juga memudahkan rumah sakit dalam memilih SIM yang
tepat.
c. Adanya UU No 8 tahun 1997 yang mengatur tentang keamanan terhadap
dokumentasi yang berupa lembaran kertas. Undang-undang ini
merupakan bentuk perlindungan hukum atas dokumen yang dimiliki
pusat pelayanan kesehatan, perusahaan atau organisasi.
d. Aspek etik juga dapat menjadi salah satu faktor pendukung karena
sistem ini semaksimal mungkin dirancang untuk menjaga kerahasiaan
data pasien. Hanya orang-orang tertentu saja yang boleh mengakses data
melalui SIM ini, misalnya dokter, perawat, pasien sendiri.
2. Faktor Penghambat Pelakasanaan SIM Keperawatan di Indonesia
a. Pihak manajemen harus memperhatikan beberapa aspek yaitu struktur
organisasi
keperawatan di Indonesia, sebagai contoh
pengambil
keputusan/kebijakan bukan dari profesi perawat, sehingga seringkali
keputusan tentang pelaksanaan SIM yang sudah disepakati oleh tim
keperawatan dimentahkan lagi karena tidak sesuai dengan keinginan
pengambil kebijakan. Pihak manajemen rumah sakit masih banyak yang
mempertanyakan apakah SIM keperawatan ini akan berdampak
9
langsung terhadap kualitas pelayanan keperawatan dan kualitas
pelayanan rumah sakit secara keseluruhan.
b. Kemampuan sumber daya keperawatan, ada banyak sumber daya
manusia di institusi pelayanan kesehatan yang belum siap menghadapi
sistem komputerisasi, hal ini dapat disebabkan karena ketidaktahuan dan
ketidakmampuan mereka terhadap sistem informasi teknologi yang
sedang berkembang.
c. faktor sumber dana. Sebagaimana kita tahu bahwa untuk mendapatkan
sistem informasi manajemen keperawatan yang sudah siap diterapkan di
rumah sakit, membutuhkan biaya yang cukup besar . Masalahnya
sekarang, tidak setiap rumah sakit memiliki dana operasional yang
cukup besar, sehingga seringkali SIM keperawatan gagal diterapkan
karena tidak ada sumber dana yang cukup. Aspek keempat adalah
kurangnya
Pelaksanaan
fasilitas
SIM
Information
keperawatan
technology
tentunya
yang
mendukung.
membutuhkan
banyak
perangkat keras atau unit komputer untuk mengimplementasikan
program tersebut.
d. Kekahawatiran hilangnya data dalam satu hard-disk. Pada kondisi
tersebut hilangnya data telah diantisipasi sebagai perlindungan hukum
atas dokumen perusahaan yang diatur dalam UU No. 8 Tahun 1997.
Undang-undang ini mengatur tentang keamanan terhadap dokumentasi
yang berupa lembaran kertas, namun sesuai perkembangan tehnologi,
lembaran yang sangat penting dapat dialihkan dalam Compact Disk
10
Read Only Memory (CD ROM). CD ROM dapat dibuat kopinya dan
disimpan di lain tempat yang aman . Pengalihan ke CD ROM ini
bertujuan untuk menghindari hilangnya dokumen karena peristiwa tidak
terduga seperti pencurian komputer, dan kebakaran.
D. Alternatif Pemecahan Masalah dalam Penerapan SIM Keperawatan di
Indonesia
Ada beberapa alternatif pemecahan masalah dalam penerapan SIM keperawatan di
Indonesia diantaranya;
1. Perlu adanya pemahaman yang sama diantara pihak manajemen rumah sakit
dengan tim keperawatan tentang pentingnya pelaksanaan SIM keperawatan di
rumah sakit yang diwujudkan dalam bentuk pengalokasian dana yang memadai
untuk implementasi SIM keperawatan, pemberian pelatihan bagi perawat
tentang pelaksanaan SIM keperawatan, pengadaan fasilitas informasi teknologi
yang memadai.
2. Perlu adanya integrasi program SIM dalam kurikulum pendidikan keperawatan.
3. Peningkatan standarisasi tingkat pendidikan perawat agar memiliki pemahaman
yang tepat tentang teknologi informasi dalam keperawatan.
4. Adanya aspek legal berupa Undang-undang praktek keperawatan
5. Perlu adanya penelitian yang lebih jauh terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan aplikasi SIM di Indonesia.
11
E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa terhadap perkembangan Sistem Informasi Manajemen
keperawatan di Indonesia, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan yaitu:
1. Perkembangan SIM keperawatan di Indonesia masih sangat minim dan
tampaknya belum menjadi suatu kebutuhan dan prioritas utama bagi pihak
manajemen rumah sakit.
2. Beberapa faktor penghambat dalam pelaksanaan SIM keperawatan di Indonesia
adalah
pengambil kebijakan
bukan dari
profesi keperawatan, SDM
keperawatan yang belum siap dengan sistem komputerisasi, Sedangkan faktor
pendukungnya adalah adanya kemudahan dalam mengakses informasi tentang
SIM keperawatan.
3. Beberapa alternatif yang dapat ditempuh untuk mengatasi permasalahan SIM
keperawatan di Indonesia diantaranya adalah; peningkatan alokasi dana,
peningkatan kualitas SDM keperawatan, pengadaan fasilitas teknologi
informasi yang lebih memadai dan terintegrasinya program SIM keperawatan
dalam kurikulum pendidikan keperawatan.
12
BAB III
PEMBAHASAN
Pada bab ini kelompok akan membandingkan antara teori dan kenyataan,
menganalisa faktor-faktor pendukung, penghambat serta alternatif dalam melakukan
Sistem Informatika Keperawatan dengan Mutu Rumah Sakit di RSUD Cengkareng.
Dalam Mutu Rumah Sakit, karyawan RSUD Cengkareng masih menggunakan cara
manual dalam sistem pendokumentasian.
1. Penghitungan BOR
Dalam penghitungan BOR dan pelaporanya masih dilakukan secara manual
oleh petugas rekam medis dimana total BOR yang ada di RSUD Cengkareng
dengan cara melihat laporan sensus harian pasien yang dilihat dari jam 00.00
s.d jam 24.00 wib. Belum semua bagian rekam medik menggunakan sistem
komputer.
2. Tingkat Kepuasan Pelanggan Terhadap Pelayanan.
Untuk mengetahui kepuasan pelanggan disediakan formulir Mr. Smile yang
diisi pada setiap kali kunjungan, dan setiap harinya diserahkan ke bagian mutu
pelayanan.
13
3. PPI
Dalam melaporkan hasil surveilans petugas PPI masih melaporkan dengan
cara manual, yang mana setiap unit mengisi formulir surveilans PPI setip hari,
yang kemudian dikumpulkan oleh petugas PPI dan dibuat dalam satu laporan
bulalan, yang selanjutnya hasil laporan diserahkan ke bagian mutu pelayanan.
4. Penghitungan Budget Keperawatan
Untuk penghitungan budget keperawatan di RSUD Cengkareng yaitu dengan
membuat formulir amprahan secara manual sesuai dengan logistic yang dituju
setiap minggunya.
5. Patient Safety
Pelaporan patient safety dilakukan masih secara manual, dengan mengisi
formulir Laporan Kejadian KPRS oleh orang yang menemukan kejadian,
kemudian dilaporkan ke penanggung jawab KPRS dan dicari akar
permasalahannya.
Ada pun faktor pendukung dalam sistem informatika keperawatan dengan mutu
RSUD
Cengkareng
yaitu
sudah
diterapkannya
sistem
informatika
secara
komputerisasi walaupun hanya dibeberapa bagian. Adanya UU No 8 tahun 1997 yang
mengatur tentang keamanan terhadap dokumentasi yang berupa lembaran kertas,
karena sebagian besar pendokumentasian di RSUD Cengkareng masih mengguanakan
cara manual, adanya kerja sama yang baik di masing-masing bagian untuk
meningkatkan mutu pelayanan di RSUD Cengkareng.
14
Sedangkan faktor penghambat untuk dapat menggunakan sistem informatika
keperawatan dengan komputerisasi yaitu banyak sumber daya manusia diRSUD
Cengkareng yang belum siap menghadapi sistem komputerisasi, hal ini dapat
disebabkan karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan mereka terhadap sistem
informasi teknologi yang sedang berkembang.
Adapun alternatif yang harus dijalankan di RSUD Cengkareng yaitu perlu
adanya pemahaman yang sama diantara pihak manajemen rumah sakit dengan tim
keperawatan tentang pentingnya pelaksanaan SIM keperawatan di rumah sakit yang
diwujudkan dalam bentuk pengalokasian dana yang memadai untuk implementasi
SIM keperawatan, pemberian pelatihan bagi perawat tentang pelaksanaan SIM
keperawatan, pengadaan fasilitas informasi teknologi yang memadai.
15
BAB IV
PENUTUP
Setelah kelompok membahas tentang sistem informatika keperawatan dengan
mutu yang dijalankan di RSUD Cengkareng, maka pada BAB ini kelompok akan
menarik kesimpilan dan saran.
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil oleh kelompok yaitu, kurangnya sistem
informatika yang berbasis komputer di RSUD Cengkareng dalam upaya
meningkatkan mutu dan terlalu banyak formulir yang harus diisi untuk
pendokumentasian keperawatan, namun kerja sama antara tiap bagian di
RSUD Cengkareng sudah baik dalam sistem pendokumentasian.
B. Saran
1) Seluruh karyawan di RSUD Cengkarenng mempunyai pemahaman
yang sama diantara pihak manajemen rumah sakit dengan tim
keperawatan tentang pentingnya pelaksanaan SIM keperawatan di
rumah sakit yang diwujudkan dalam bentuk pengalokasian dana
16
yang memadai untuk implementasi SIM keperawatan, pemberian
pelatihan bagi perawat tentang pelaksanaan SIM keperawatan,
pengadaan fasilitas informasi teknologi yang memadai.
2) Kepada Direktur RSUD Cengkareng agar dapat mensosialisasikan
sistem
informatika
yang
berbasis
komputer
dalam
upaya
meningkatkan mutu pelayanan di RSUD Cenghkareng yang lebih
baik lagi.
17
DAFTAR PUSTAKA
Rideout, elizabeth. 2005. Pendidikan Keperawatan Berdasarkan ProblemBased Learning. Jakarta : EGC
Kozier, E. 1990. Fundamentals of Nursing. Addison Wesley Co., Redwood
City
M.Scott, George. 2004. Prinsip-Prinsip Sistem Informasi Manajemen.
Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Carpenito. 1985. Nursing diagnosis application to clinical practice. J.B.
Lippincott Co.,.
18
TEKNOLOGI INFORMASI KEPERAWATAN BERHUBUNGAN DENGAN
MUTU RUMAH SAKIT
DISSUSUN OLEH:
1. RISTIURIDA IBARANI
2. LIA PURWARINI
3. ICIH SUMACIH
19
Download