Contemporary Report

advertisement
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Bank Dunia, Juli 2012
Ringkasan Eksekutif:
Mengatasi tantangan
saat ini dan ke depan
Prospek pertumbuhan
global masih tetap lemah
dan pasar keuangan tetap
bergejolak
Prospek perekonomian dunia dalam jangka pendek masih rapuh dan perekonomian
negara-negara berkembang (emerging economy), termasuk Indonesia, sekali lagi
menghadapi risiko potensi krisis yang berasal dari negara lain. Proyeksi pertumbuhan
ekonomi negara mitra dagang utama Indonesia, sebesar 3,3 persen pada tahun 2012,
masih relatif lemah dengan peningkatan ketidakpastian zona Euro menjadi faktor
tambahan terhadap penurunan pertumbuhan global dari pemotongan anggaran dan
perlambatan pertumbuhan kredit di negara maju, hingga keterbatasan kapasitas di
beberapa ekonomi negara berkembang. Gejolak pasar keuangan internasional
tampaknya akan berlanjut dalam jangka pendek dan skenario dasar (baseline) ini tetap
menjadi skenario yang paling mungkin terjadi, sentimen dan aliran modal ke negara
berkembang tampaknya akan tetap bergejolak. Dengan demikian, terus meningkatkan
persiapan menghadapi krisis merupakan prioritas kebijakan bagi negara-negara seperti
Indonesia, bersamaan dengan itu, juga penting untuk terus mendorong reformasi dan
investasi untuk mendukung pertumbuhan jangka menengah di tengah perekonomian
dunia yang tampaknya akan melemah.
Akan tetapi, kinerja
pertumbuhan ekonomi
Indonesia hingga kini
masih tetap kuat
Pertumbuhan PDB Indonesia masih tetap kuat pada 6,3 persen tahun-ke-tahun pada
kuartal pertama tahun 2012, sedikit turun dari rata-rata 6,5 persen di tahun 2011.
Pertumbuhan dengan penyesuaian musiman (seasionally adjusted) turun dari tingkat
yang cukup tinggi pada kuartal akhir tahun 2011 tetapi konsumsi masih bertahan kuat.
Akan tetapi pertumbuhan investasi mengalami penurunan dan, mencerminkan kelemahan
relatif dari permintaan luar negeri, ekspor netto kembali memberikan kontribusi yang
negatif kepada pertumbuhan. Walaupun sedikit meningkat, inflasi tetap rendah dan
harapan inflasi (inflation expectation) menurun dengan berkurangnya kemungkinan
peningkatan harga BBM bersubsidi pada tahun 2012 dengan turunnya harga minyak
internasional.
Perekonomian Indonesia
tidak kebal dari pengaruh
perkembangan dunia
internasional melalui jalur
perdagangan…
Harga komoditas bukan-minyak Tabel 1: Harga beberapa komoditas ekspor utama
juga mencatat penurunan yang Indonesia telah turun pada beberapa bulan terakhir
cukup besar pada beberapa
Perubahan harga
Proporsi
bulan terakhir termasuk hargakomoditas internasional
nilai ekspor
barang
harga dari beberapa komoditas
Tiga bulan
Tahun
Indonesia
ekspor utama Indonesia seperti
ke Juni
berjalan ke pada 2011
batu bara dan karet, minyak
2012
Juni 2012
(persen)
sawit dan tembaga (Tabel 1).
-19,4
-29,0
13,4
Batu
Bara
Penurunan harga komoditas
-13,4
-11,9
8,5
internasional, dan volume yang
M. sawit
turun, berkontribusi terhadap
-18,6
-35,2
5,8
Karet
penurunan pertumbuhan ekspor
-12,4
-18,1
4,1
Tembaga
pada beberapa bulan terakhir.
Catatan: Harga komoditas internasional dalam dolar AS
Dengan pertumbuhan impor Sumber: BPS dan Bank Dunia
yang masih tetap kuat, neraca
perdagangan bergeser ke defisit pada bulan April dan Mei. Kecenderungan ini
mendorong neraca berjalan turut bergeser ke defisit yang, sementara konsisten dengan
kinerja ekonomi dalam negeri yang lebih kuat relatif terhadap keadaan luar negeri,
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Bank Dunia, Juli 2012
semakin meningkatkan pentingnya keberlanjutan aliran modal yang kuat dan stabil,
seperti FDI, untuk memenuhi kebutuhan pendanaan eksternal Indonesia.
…dan jalur keuangan,
terutama dengan pekanya
aliran modal portofolio
terhadap perubahan
sentimen investor
Gambar 1: Rupiah secara bertahap terus
melemah di tengah gejolak pasar ekuitas
Tingginya
penghindaran
risiko
internasional pada bulan Mei juga
(Indeks ekuitas Indonesi 1 Aug 2011=100; disertai oleh aliran keluar kepemilikan
Rupiah per dolar AS)
aset dalam negeri oleh investor luar
negeri di Indonesia (walaupun dengan
1 Agu 2011=100
Rp per dolar AS
nilai 1,5 miliar dolar Amerika aliran ini
105
10,500
berada jauh di bawah angka yang dicatat
Ekuitas IHSG
100
10,000
(LHS)
pada gejolak pasar bulan September
2011 dan Mei 2010). Seperti pada
95
9,500
ekonomi berkembang lainnya, pasar
90
9,000
ekuitas mencatat penurunan yang tajam
sebelum kembali naik. Aliran keluar
85
8,500
portofolio, ditambah neraca perdagangan
Rp per dolar AS
yang melemah, menekan Rupiah yang
80
8,000
(RHS)
terus mencatatkan depresiasi terhadap
75
7,500
dolar AS, dengan penurunan sebesar 9,8
persen sejak bulan Agustus 2011
(Gambar 1). Juga terjadi pengetatan
likuiditas dolar AS di dalam negeri,
terutama pada akhir bulan Mei. Dengan
Sumber: CEIC
intervensi Bank Indonesia, cadangan
devisa turun sekitar 5 miliar dolar Amerika pada bulan Mei dan Juni dengan sisa
cadangan sebesar 106,5 miliar dolar Amerika pada akhir bulan Juni.
Mencerminkan kinerja
yang relatif kuat hingga
saat ini, proyeksi dasar
(baseline) PDB Indonesia
adalah pertumbuhan
sebesar 6,0 persen di
tahun 2012 dan 6,4
persen di tahun 2013
Proyeksi dasar (baseline) dengan berlanjutnya gejolak pada pasar keuangan
internasional, lemahnya pertumbuhan dunia dan penurunan harga komoditas,
memperkirakan pertumbuhan Indonesia akan terus didukung oleh investasi dan konsumsi
dalam negeri. Akan tetapi, hal ini diperkirakan akan sedikit melemah selama tahun
berjalan, sejalan dengan indikator bulanan dan, terutama bagi indikator investasi,
mencerminkan ketidakpastian dalam ekonomi dunia. Pertumbuhan diperkirakan akan
kembali meningkat pada tahun 2013 dengan meningkatnya stabilitas internasional,
bergerak menjadi 6,4 persen dari 6,0 persen di tahun 2012 (Tabel 2).
Tabel 2: Berdsarkan skenario dasar (baseline) pertumbuhan diperkirakan 6,0 persen pada
tahun 2012
Produk domestik bruto
Indeks harga konsumen*
Defisit anggaran**
Pertumbuhan mitra
perdagangan utama
(persen perubahan
tahunan)
(persen perubahan
tahunan)
(Persen dari PDB)
(persen perubahan
tahunan)
2010
2011
2012
2013
6,1
6,5
6,0
6,4
6,3
4,1
5,0
5,1
-0,6
-1,2
-2,2
n,a,
6,8
3,1
3,3
3,7
Catatan: * tingkat inflasi Kuartal 4 pada Kuartal 4. ** Angka pemerintah untuk defisit APBN 2011 adalah angka awal dan angka 2012 adalah APBN-P
Sumber: Kemenkeu, BPS lewat CEIC, Consensus Forecasts Inc., dan staf Bank Dunia
Risiko pada lingkungan
internasional tetap tinggi,
dan diperkirakan akan
terus bertahan…
Dengan masih belum jelasnya penyelesaian krisis zona Euro, dan potensi yang masih
berlanjut terhadap tekanan lain yang dapat menurunkan proyeksi global, seperti
perkembangan di China atau dari negara berkembang utama lainnya, kemungkinan
skenario yang lebih buruk masih tetap ada bagi lingkungan eksternal jangka pendek
Indonesia. Dampak dari skenario-skenario tersebut, walaupun bila terjadi pada paruh
kedua tahun 2012, kemungkinan besar baru akan sepenuhnya dirasakan pada tahun
2013, walaupun dampak di sektor keuangan akan lebih cepat. Sesungguhnya risiko pada
tahun 2013 masih akan tetap tinggi dengan kemungkinan berlanjutnya masalah di zona
Euro ditambah dengan tidak berhentinya tantangan fiskal yang dihadapi oleh negaranegara seperti Amerika Serikat.
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
…dan jika perlambatan
perekonomian dunia yang
cukup parah terjadi, maka
pertumbuhan
perekonomian Indonesia
tahun 2013 dapat tertekan
menjadi sekitar 4 persen
Bank Dunia, Juli 2012
Dalam hal terjadi kebekuan parah di pasar keuangan internasional yang berkontribusi
terhadap penurunan pertumbuhan mitra perdagangan, penurunan komoditas dunia dan
turunnya tingkat kepercayaan investor, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan menjadi 4,7
persen di tahun 2013 (Tabel 3). Dalam skenario dimana krisis diatas disertai, atau bahkan
ditimbulkan oleh penurunan perekonomian global yang lebih parah dan panjang yang
berdampak pada ekonomi berkembang utama, maka pertumbuhan di Indonesia dapat
turun ke 3,8 persen, dengan dampak perlambatan yang lebih dirasakan pada kegiatan
dalam negeri oleh karena penurunan harga komoditas akan mengurangi pendapatan dan
investasi. Dalam keadaan krisis yang parah, ada kemungkinan bahwa sentimen dunia
usaha dan konsumen akan turun dengan drastis yang dapat, bersama-sama dengan
potensi tekanan parah di sektor keuangan, dapat menghasilkan penurunan yang lebih
dalam terhadap skenario-skenario pertumbuhan.
Tabel 3: Dampak penurunan perekonomian global terhadap pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 akan cukup besar
Skenario:
Hasil
Skenario 1
Skenario 2
Skenario 3
Berlanjutnya
gejolak
Seperti tahun
2009
Penurunan
global yang
parah
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2012
2013
2012
2013
6,0
4,6
6,2
6,5
6,0
6,4
5,8
4,7
5,7
3,8
23,7
23,4
23,9
24,4
25,3
26,1
25,1
25,1
25,0
24,1
2,1
-1,0
7,0
3,0
3,3
3,7
2,3
0,1
1,9
-1,8
Perubahan terms of trade (persen)
-18,1
-4,2
5,7
10,2
2,0
9,0
0,0
-15,0
0,0
Catatan: 2012 dan 2013 adalah proyeksi, Terms of trade disusun oleh Bank Dunia dari data perdagangan bulanan
Sumber: CEIC dan proyeksi staf Bank Dunia
-30,0
Pertumbuhan PDB Indonesia (persen)
Asumsi skenario:
Rasio investasi/PDB (persen)
Pertumbuhan PDB mitra perdagangan
utama (persen)
Para pembuat kebijakan
menghadapi tantangan
ganda yaitu
meningkatkan kesiagaan
terhadap krisis dan
mendorong pertumbuhan
jangka menengah
Perekonomian negara berkembang, termasuk Indonesia, menghadapi tantangan ganda
yaitu meningkatkan kesiagaan menghadapi krisis untuk mengatasi tekanan jangka
pendek dan juga pada saat bersamaan mempersiapkan kebijakan-kebijakan untuk
mendukung pertumbuhan jangka menengah di tengah lingkungan dunia yang melemah.
Kedua tantangan itu sebaiknya tidak dipandang secara terpisah. Penundaan atau
kemunduran dalam reformasi jangka menengah dapat membawa dampak buruk kepada
tingkat kepercayaan investor pada saat ini, sehingga meningkatkan kerentanan ekonomi
terhadap perubahan sentimen dalam maupun luar negeri. Kegagalan untuk melakukan
persiapan yang memadai untuk krisis jangka pendek dapat meningkatkan dampak krisis
yang membawa konsekuensi jangka panjang bagi pertumbuhan dan kesejahteraan.
Indonesia telah membuat
kemajuan yang baik
dalam persiapan
menghadapi krisis tetapi
pekerjaan lanjutan masih
dibutuhkan …
Indonesia telah membuat kemajuan yang berarti dalam persiapannya menghadapi krisis
tetapi masih dibutuhkan pekerjaan lanjutan dan, seperti dinegara lain, tidak ada ruang
bagi sikap berpuas diri dalam lingkungan pasar yang rapuh seperti sekarang ini. UndangUndang APBN 2012 memberikan fleksibilitas bagi pemerintah untuk menyesuaikan
belanja dan pembiayaan untuk merespon krisis, dengan syarat persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) dalam waktu 24 jam. Protokol Manajemen Krisis (CMP) telah
susun untuk mendukung mekanisme pembagian informasi, pemantauan, dan mekanisme
tanggapan krisis. Akan tetapi masih terdapat kesenjangan dalam kerangka hukum yang
harus ditangani, seperti dasar hukum untuk pengambilan keputusan dan penyelesaian
bank atau lembaga keuangan yang mengalami kegagalan. Dalam jangka panjang,
pemerintah perlu menerapkan pengaturan yang permanen terhadap monitoring yang
sistematis dan penilaian dampak, kesiagaan krisis, dan pengelolaan krisis (pada saat
Otoritas Jasa Keuangan yang baru (OJK) telah berjalan).
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
…seperti meningkatkan
pelaksanaan anggaran
untuk mendorong
efektivitas stimulus – bila
dibutuhkan…
Dengan
penerbitan
surat
utangyang kuat dalam paruh
pertama, posisi pembiayaan
jangka pendek Pemerintah
tampak dalam posisi baik
dalam menghadapi pengetatan
pasar
di
masa
depan.
Pemerintah telah mengatur
juga pembiayaan kontingensi
sampai
5,5
miliar
dolar
Amerika dari para mitra
pembangunan, termasuk Bank
Dunia, Bank Pembangunan
Asia, dan Australia.
Bank Dunia, Juli 2012
Gambar 2: Belanja modal, walaupun meningkat secara
nominal, realisasi terus berada jauh di bawah alokasi
(belanja modal pemerintah pusat relatif terhadap APBN-P,
persen; nominal pertumbuhan tahunan, persen)
Belanja relatif terhadap
alokasi APBN-P
(persen)
Pertumbuhan nominal dalam
belanja modal (persen)
110
100
50
Tingkat
pencairan (LHS)
Pertumbuhan
nominal (RHS)
40
90
30
80
20
Akan tetapi pekerjaan lebih
lanjut masih diperlukan untuk
70
10
mempersiapkan
rencana
stimulus fiskal, jika keadaan
60
0
ekonomi dalam negeri turun
secara signifikan. Tantangan
2007
2008
2009
2010
2011
pelaksanaan anggaran masih
Sumber: Kementerian Keuangan dan perhitungan staf
ada, khususnya belanja modal, Bank Dunia
membatasi kegunaan untuk
mendukung permintaan jangka pendek.. Belanja modal, walaupun meningkat secara
nominal, masih terus berada di bawah alokasinya dalam APBN-P (Gambar 2). Realisasi
belanja modal pada paruh pertama tahun 2012, meskipun masih rendah, naik sedikit
dibanding tahun 2011, mungkin mencerminkan upaya-upaya yang dilakukan oleh Tim
Evaluasi dan Pengawasan Pelaksanaan Anggaran (TEPPA) yang baru dibentuk untuk
memantau dan mempercepat pelaksanaan anggaran. Akan tetapi beberapa hambatan
lama masih tetap ada seperti pembebasan tanah (dimana peraturan pelaksanaan dari
Undang-Undang yang baru masih dibutuhkan), proses revisi anggaran yang rumit, dan
perlunya meningkatkan kualitas persiapan proyek.
…untuk memastikan
bahwa program-program
sosial dapat menjangkau
mereka yang
membutuhkan dukungan
pada saat krisis
Walaupun berbagai langkah telah dilakukan untuk memperbaiki kemampuan Pemerintah
menargetkan rumah tangga miskin dan rentan, peningkatan lebih lanjut dalam jaring
pengaman sosial, memperluas program-program yang bekerja baik dan mengisi
kekurangan pada cakupan program yang ada merupakan hal-hal yang dibutuhkan untuk
melindungi kaum yang rentan jatuh ke dalam kemiskinan ketika terjadi krisis. Selain itu,
program-program sosial lainnya juga diperlukan untuk membantu rumah tangga miskin
lainnya, yang sebagian besar berada jauh di bawah garis kemiskinan (yang menjadi salah
satu alasan mengapa, walaupun kemiskinan terus menurun, menjadi 12.0 pada Maret
2012, tingkat penurunannya melambat dalam beberapa tahun).
… dan mengurangi biaya
kesempatan (opportunity
cost) dan ketidakefisienan subsidi bahan bakar
minyak (BBM)
Dengan ICP (Indonesian Crude Price) bergerak turun menjadi 99 dollar Amerika per
barrel pada Juni, kelihatannya syarat batasan rata-rata 6 bulan 121 dollar Amerika yang
dibutuhkan dalam APBN-P tidak akan tercapai yang mengizinkan pemerintah untuk
menaikkan harga BBM bersubsidi. Akan tetapi, dengan menurunnya harga minyak
mentah, dengan tidak adanya penyesuaian harga BBM bersubsidi, beban fiskal, biaya
kesempatan, dan ketidakefisien-an akan tetap tinggi. Pemerintah baru-baru ini
memperkirakan belanja subsidi BBM tahun 2012 akan meningkat 60 persen lebih tinggi
dari alokasi dalam APBN-P dan sebesar 20 persen dari total belanja pemerintah pusat
tidak termasuk transfer. Seperti yang dibahas dalam IEQ April 2012, keputusan untuk
tidak menaikkan harga merupakan suatu kesempatan yang hilang atau tertunda untuk
mengarahkan kembali belanja di saat krisis masih pada tingkatan global.
Juga diperlukan fokus
perhatian pada kebijakan
dan investasi yang dapat
mendorong pertumbuhan
jangka menengah melalui
peningkatan
produktivitas dan
Indonesia, dan negara-negara ekonomi berkembang lainnya, harus mempersiapkan diri
untuk menghadapi kemungkinan terjadinya gejolak ekonomi dunia dengan jangka waktu
yang panjang dan lemahnya permintaan dengan menekankan kembali strategi
pembangunan jangka menengah. Hal ini termasuk reformasi yang meningkatkan
produktivitas dan meningkatkan investasi, dari investor dalam dan luar negeri, sebagai
syarat dasar untuk mendorong pertumbuhan di Indonesia hingga 7 persen atau lebih dan
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
mengatasi hambatan
utama infrastruktur
Bank Dunia, Juli 2012
untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang berkualitas bagi sekitar dua juta orang yang
masuk ke angkatan kerja setiap tahun. Koordinasi, kejelasan dan konsistensi kebijakan
peraturan sangatlah penting untuk mendukung investasi ini, bersamaan dengan
penanganan lemahnya infrastruktur Indonesia.
Sebagai gambaran atas tantangan infrastruktur yang dihadapi, sementara jumlah
kendaraan telah meningkat tiga kali lipat dari tahun 2001 hingga 2010, jaringan jalan
nasional, yang melayani hingga sepertiga dari lalu-lintas kendaraan (dalam kendaraan per
km), hanya meningkat seperempatnya. Sementara pemerintah telah menetapkan target
yang ambisius untuk pendanaan Kemitraan Pemerintah Swasta (KPS) bagi proyek-proyek
infrastruktur, sebagian besar investasi infrastruktur masih harus didanai oleh sektor publik
dengan lambatnya kemajuan KPS selama ini.
Akses yang lebih besar
ke pasar dalam dan luar
negeri berpotensi
memainkan peranan
penting dalam
meningkatkan kinerja
ekonomi domestik …
Memfasilitasi perdagangan dalam dan luar negeri juga memiliki peran yang penting bagi
Indonesia untuk mendukung kekuatan pasar domestiknya dan memanfaatkan semakin
pentingnya wilayah Asia Timur di dalam permintaan dunia. Jika disertai dengan investasi
pendukung dalam keahlian dan infrastruktur, sebagai contoh, maka akses kepada
jaringan perdagangan dan investasi internasional juga dapat membantu mendorong
peningkatan produktivitas dan daya saing perusahaan-perusahaan dalam negeri, seperti
yang terlihat dari kinerja yang lebih baik dari perusahaan-perusahaan manufaktur yang
memiliki keterpaduan internasional yang lebih besar. Sebagai contoh, pada industri dan
propinsi yang sama, perusahaan manufaktur yang merupakan eksportir atau
menggunakan bahan impor secara rata-rata mencatatkan tingkat produktivitas 19 persen
lebih tinggi dari pabrik-pabrik yang tidak terpadu secara internasional – sementara pabrik
yang dimiliki oleh asing memiliki tingkat produktivitas 38 persen lebih tinggi dari
perusahaan yang setara di dalam negeri.
…tetapi pengumuman
kebijakan baru-baru ini
telah menimbulkan
sejumlah kekhawatiran
tentang arah
pengambilan kebijakan
dan sulitnya komunikasi
dan koordinasi kebijakan
Pengumuman kebijakan baru-baru ini telah menimbulkan sejumlah pertanyaan tentang
arah pengambilan kebijakan dalam perdagangan dan investasi. Kebijakan-kebijakan
tersebut termasuk, sebagai contoh, pembatasan impor produk hortikultura, peraturan
divestasi yang baru, dan persyaratan pemrosesan pada sektor pertambangan. Walaupun
tujuan dari kebijakan-kebijakan tersebut dapat berasal dari upaya untuk mendorong
produktivitas, menciptakan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan domestik,
penyajiannya, yang seringkali berubah, memperlihatkan adanya kesulitan koordinasi dan
komunikasi. Dan juga ketidakpastian efektivitas dalam pencapiaan tujuan-tujuan tersebut
dan resiko konsekuensi negatif jangka panjang, terdapat kekhawatiran bahwa perluasan
kebijakan seperti itu dapat melemahkan tingkat kepercayaan investor terhadap prospek
ekonomi domestik, pada saat hal itu sangat dibutuhkan.
Download