1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pertunjukan wayang kulit 3D merupakan pertunjukan citra bayangan
wayang yang dipersepsikan dapat bergerak sepanjang tiga dimensi oleh pemirsa.
Ketiga dimensi tersebut adalah sepanjang lebar kelir, sepanjang tinggi kelir, dan
sepanjang sumbu yang tegak lurus terhadap permukaan kelir. Untuk memperoleh
citra bayangan wayang stereoskopik diperlukan dua sumber cahaya berwarna,
boneka wayang, dan layar atau kelir.
Seiring dengan kemajuan teknologi visual, pertunjukan stereoskopik
semakin berkembang. Pertunjukan wayang kulit juga dapat ditampilkan secara
stereoskopik. Hal tersebut melatarbelakangi perancangan dan pembangunan
perangkat panggung miniatur pertunjukan wayang kulit 3D dengan layar datar
yang telah diselesaikan oleh Gurit Ginrahita pada Juni 2015 [1].
Gambar 1.1. Hasil citra bayangan dengan sumber cahaya point-like merah dan
biru [1].
Gambar 1.1. menunjukkan hasil perancangan dan pembangunan perangkat
panggung miniatur pertunjukan wayang kulit 3D dengan layar datar. Pertunjukan
tersebut menggunakan dua sumber cahaya aksesori sepeda motor High Power
1
2
LED berwarna merah dan biru, layar yang terbuat dari kain katun putih, dan
miniatur wayang kulit Bima [1].
Pada Gambar 1.1., terdapat dua lingkaran berwarna merah dan biru di
layar sesuai warna lampu yang digunakan. Bagian tengah layar mendapat cahaya
baik dari lampu merah maupun lampu biru, sedangkan bagian tepi layar terdapat
bagian lingkaran yang berwarna merah dan biru. Bagian lingkaran yang berwarna
biru adalah bagian lingkaran lampu biru yang tidak terkena cahaya lampu merah.
Sebaliknya, bagian lingkaran yang berwarna merah adalah bagian lingkaran
lampu merah yang tidak terkena cahaya lampu biru. Bagian sudut layar yang tidak
memperoleh cahaya lampu menjadi lebih gelap.
Sumber cahaya merupakan perangkat yang sangat penting dalam
menentukan kualitas pertunjukan wayang kulit tiga dimensi. Untuk meningkatkan
kualitas seni pertunjukan wayang kulit 3D perlu dilakukan inovasi pada sumber
cahaya. Inovasi yang telah dilakukan yaitu penggunaan sumber cahaya berwarna
merah dan biru [1], dan merah dan cyan [2]. Ketika sumber cahaya yang
digunakan menyerupai titik (point-like), cahaya merambat dari satu titik sehingga
citra bayangan wayang yang dihasilkan berupa citra tunggal. Pada kenyataannya
sumber cahaya yang digunakan tidak selalu sumber cahaya point-like, melainkan
sumber cahaya non point-like yang mempunyai dimensi tertentu. Bagaimana
pengaruh penggunaan sumber cahaya non point-like terhadap kualitas pertunjukan
wayang kulit 3D?
Penelitian mengenai pengaruh dimensi sumber cahaya terhadap citra
bayangan stereoskopik belum pernah dilakukan. Mungkin sumber cahaya non
point-like akan memberikan sensasi baru dalam pertunjukan wayang kulit 3D.
Penelitian mengenai pengaruh dimensi sumber cahaya, posisi wayang kulit, dan
intensitas sumber cahaya terhadap citra bayangan stereoskopik diperlukan untuk
meningkatkan kualitas pertunjukan wayang kulit 3D.
3
I.2. Perumusan dan Batasan Masalah
I.2.1. Perumusan Masalah
1. Dalam dunia nyata, sulit memperoleh sumber cahaya point-like untuk
perancangan dan pembangunan perangkat panggung miniatur pertunjukan
wayang kulit 3D.
2. Dengan layar berupa kain katun putih, intensitas kedua lampu yang digunakan
cukup tinggi karena bagian tengah layar terdapat dua titik lampu yang sangat
terang dan menyilaukan mata, sedangkan bagian tepi layar terlihat redup.
3. Penggunaan reflektor untuk mengarahkan cahaya dapat membuat sumber
cahaya seolah-olah berbentuk menyerupai bentuk reflektor yang digunakan.
Padahal, jika dalam perancangan dan pembangunan tersebut
tidak
menggunakan reflektor maka pada layar terlihat redup karena cahaya lampu
tersebar.
Untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah tersebut diperlukan sebuah
penelitian mengenai sumber cahaya dan posisi wayang kulit. Penelitian ini
mencakup kegiatan menganalisis pengaruh dimensi sumber cahaya, intensitas
cahaya dan posisi wayang kulit terhadap hasil citra bayangan stereoskopik.
I.2.2. Batasan Masalah
1. Perangkat penelitian yang digunakan adalah piranti lunak Scilab dengan
toolbox SIVP.
2. Sumber cahaya yang ditinjau adalah sumber cahaya point-like 0D dan non
point-like 1D dan 2D.
3. Geometri sumber cahaya non point-like 1D yang ditinjau adalah garis lurus
arah horizontal dan vertikal, sedangkan geometri sumber cahaya non pointlike 2D yang ditinjau adalah segi empat.
4. Tinggi dan lebar maksimum sumber cahaya yang ditinjau sama dengan tinggi
dan lebar ukuran citra digital wayang kulit Arjuna yaitu 79 x 53 piksel.
4
5. Sumber cahaya yang digunakan adalah sumber cahaya berwarna merah dan
cyan.
6. Posisi wayang kulit yang ditinjau adalah posisi wayang yang berada di antara
layar dan lampu.
7. Layar penangkap citra bayangan yang digunakan adalah layar datar.
8. Fenomena difraksi cahaya diabaikan.
I.3. Tujuan
1. Membuat simulasi pembentukan citra bayangan Wayang Kulit stereoskopik
dengan lampu non point-like menggunakan piranti lunak Scilab.
2. Mengetahui pengaruh dimensi sumber cahaya terhadap hasil citra bayangan
stereoskopik.
3. Mengetahui pengaruh posisi Wayang Kulit terhadap hasil citra bayangan
stereoskopik.
4. Mengetahui pengaruh intensitas cahaya terhadap hasil citra bayangan
stereoskopik.
5. Memperkirakan penerapan sumber cahaya non point-like dalam pertunjukan
wayang kulit.
I.4. Manfaat
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam merekayasa
pertunjukan wayang kulit 3D sesuai dengan adegan-adegan pewayangan.
Download