doc - Pustaka Ilmiah Universitas Padjadjaran

advertisement
1
ABORTUS DALAM PANDANGAN ISLAM
Oleh : Arti Rosaria Dewi, dr.*1
ABSTRAK
Kehamilan tidak diinginkan (KTD) mengakibatkan tingginya angka aborsi di
Indonesia. KTD dapat terjadi karena free sex, perkosaan, ataupun kegagalan kontrasepsi.
Sebagai Muslim, seluruh perbuatan kita harus terikat dengan hukum syara. Sehingga kita
harus mengetahui bagaimana pandangan Islam terhadap aborsi.
Abortus adalah makna umum yang meliputi pengeluaran buah kehamilan baik secara
spontan ataupun disengaja. Aborsi adalah abortus provocatus yaitu pengeluaran buah
kehamilan dengan cara disengaja.
Dari hasil penggalian nash dalam Al Quraan dan Hadits, ustadz Abdul Qadim Zallum
menetapkan batas umur kehamilan kurang dari 40 hari untuk kebolehan melakukan aborsi,
tentunya atas indikasi medis yaitu mengancam nyawa ibu. Hasil ijtihad ini dapat menjadi
dasar bolehnya melakukan aborsi bagi korban perkosaan dengan ketentuan batas umur
kehamilan tadi. Adapun upaya legalisasi aborsi dengan alasan menurunkan angka kematian
ibu dan menyelamatkan masa depan remaja yang hamil akibat free sex haruslah ditolak. Solusi
yang tepat pada kasus ini adalah mencegah terjadinya free sex itu sendiri, bukan melegalisasi
aborsi, yang malah ‘menjamin’ menjamurnya free sex.
1
Penulis adalah dosen Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, bekerja di Bagian Biologi Sel.
2
PENDAHULUAN
Angka aborsi di Indonesia saat ini cukup tinggi. Tak kurang dari dua juta kasus per
tahun. Hal ini terjadi karena liberalisme telah melahirkan kehidupan masyarakat serba bebas.
Tidak hanya bebas dalam memiliki sesuatu, bebas berpendapat, bebas memilih agama, juga
kebebasan bertingkah laku (baca: free sex). Tingginya free sex mengakibatkan tingginya
angka kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), yang ujung-ujungnya berakhir pada tingginya
angka aborsi. Liberalisme juga telah membuat masyarakat ini dekat dengan pornografi dan
pornoaksi sehingga tak heran timbul kasus-kasus pelecehan seksual bahkan perkosaan. Kasus
perkosaan pun tak jarang berujung pada aborsi bila terjadi kehamilan. Aborsi juga dapat
terjadi pada kegagalan kontrasepsi. Selama ini aborsi oleh tenaga medis dilakukan bilamana
ada indikasi medis misalnya ibu dengan penyakit berat yang mengancam nyawa. Sebagai
seorang Muslim yang seluruh perbuatannya harus terikat dengan hukum syara, akan timbul
pertanyaan bagaimanakah hukum aborsi dalam pandangan Islam? Apakah aborsi sama dengan
abortus?
I.
DEFINISI
Abortus (al-ijhadl) dalam bahasa artinya pengguguran janin dari rahim. Para fuqaha
mendefinisikannya sebagai gugurnya janin sebelum dia menyempurnakan masa
kehamilannya.1 Dalam istilah kedokteran, abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum
berusia 22 minggu. Abortus dapat dibagi sebagai berikut :
I. Abortus spontan (terjadi dengan sendiri, keguguran, miscarriage) : merupakan 20 %
dari semua abortus. Abortus ini dapat dibedakan menjadi :
3

Abortus imminens (keguguran mengancam), Abortus ini baru mengancam dan
masih ada harapan untuk mempertahankannya.2 Hasil konsepsi masih dalam
uterus/rahim, dan tidak ada dilatasi serviks (pelebaran leher rahim).3

Abortus incipiens (keguguran berlangsung), abortus ini sudah berlangsung dan
tidak dapat dicegah lagi.2 Perdarahan disertai adanya dilatasi serviks uteri yang
meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.3

Abortus incompletes (keguguran tidak lengkap), keluarnya sebagian hasil konsepsi
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.2, 3

Abortus completus, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.2, 3

Missed Abortion (keguguran tertunda), keadaan di mana janin telah meninggal
sebelum minggu ke-22, tetapi tertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau lebih
setelah janin meninggal.2

Abortus habitualis (keguguran berulang-ulang), abortus yang telah berulang dan
berturut-turut terjadi sekurang-kurangnya 3x berturut-turut.2
II. Abortus provocatus (disengaja, digugurkan) : 80 % dari semua abortus.
a. Abortus provocatus
kehamilan,
biasanya
artificialis atau abortus therapeuticus ialah pengguguran
dengan
alat-alat
dengan
alasan
bahwa
kehamilan
membahayakan/membawa maut bagi ibu misalnya ibu memiliki penyakit jantung
(rheuma), hipertensi essentialis, karcinoma serviks.2
Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi menyelamatkan
nyawa ibu. Syarat-syaratnya: 3
4
1. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk
melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai
dengan tanggung jawab profesi.
2. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum, psikologi).
3. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat.
4. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang memadai, yang
ditunjuk oleh pemerintah.
5. Prosedur tidak dirahasiakan.
6. Dokumen medik harus lengkap.
b. Abortus provocatus criminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan yang sah
dan dilarang oleh hukum.2 Abortus provocatus disebut juga Induced abortion atau
procured abortion: pengguguran kandungan yang disengaja. Termasuk di dalamnya
adalah: 3
(1) Therapeutic abortion: pengguguran yang dilakukan karena kehamilan tersebut
mengancam kesehatan jasmani atau rohani sang ibu, terkadang dilakukan
sesudah pemerkosaan.
(2) Eugenic abortion: pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat.
(3) Elective abortion: pengguguran yang dilakukan untuk alasan-alasan lain.
Dalam bahasa sehari-hari, istilah "keguguran" biasanya digunakan untuk spontaneous
abortion, sementara "aborsi" digunakan untuk induced abortion.3
5
2. PENYEBAB ABORTUS
2.1 Penyebab Abortus dari Segi Maternal
Penyebab secara umum:

Infeksi akut
1. virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
2. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
3. Parasit, misalnya malaria.

Infeksi kronis
1. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
2. Tuberkulosis paru aktif.
3. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
4. Penyakit kronis, misalnya :
1. hipertensi
2. nephritis
3. diabetes
4. anemia berat
5. penyakit jantung
6. toxemia gravidarum
5. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
6. Trauma fisik.
Penyebab yang bersifat lokal:
1. Fibroid, inkompetensia serviks.
6
2. Radang pelvis kronis, endometrtis.
3. Retroversi kronis.
4. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia
dan abortus.
2.2 Penyebab dari segi Janin

Kematian janin akibat kelainan bawaan.

Mola hidatidosa.

Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.
3. ALASAN UNTUK MELAKUKAN TINDAKAN ABORTUS PROVOKATUS
3.1 Abortus Provokatus Medisinalis

Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang terus
menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion).

Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.

Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.

Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika dengan
adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya
pada tubuh seperti kanker payudara.

Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.

Telah berulang kali mengalami operasi caesar.

Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung
organik dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif,
toksemia gravidarum yang berat.
7

Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang disertai
komplikasi vaskuler, hipertiroid, dan lain-lain.

Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.

Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.

Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti
ini, sebelum melakukan tindakan abortus harus dikonsultasikan dengan psikiater.
3.2 Abortus Provokatus Kriminalis
Abortus provokatus kriminalis sering terjadi pada kehamilan yang tidak dikehendaki. Ada
beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya:

Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.

Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak
lagi.

Kehamilan di luar nikah.

Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga.

Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.

Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar keluarga).

Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk
tindakan kehamilan yang tidak diinginkan.
4.
PELAKU ABORTUS PROVOKATUS KRIMINALIS
Pelaku Abortus Provokatus Kriminalis biasanya adalah: 3

Wanita bersangkutan.
8

Dokter atau tenaga medis lain (demi keuntungan atau demi rasa simpati).

Orang lain yang bukan tenaga medis (misalnya dukun).
5. ANGKA KEJADIAN ABORSI
Menurut dr Titik Kuntari MPH, Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Indonesia (UII) Yogyakarta, angka kejadian aborsi di Indonesia berkisar 2-2,6 juta kasus
pertahun, atau 43 aborsi untuk setiap 100 kehamilan.4
6. ABORTUS DALAM PANDANGAN ISLAM
Dalam kehidupannya, manusia tidak terlepas dari dua lingkaran, kadang
mengalami kejadian yang berada di dalam lingkaran yang dikuasainya. Dalam
lingkaran yang dikuasai ini manusia bebas untuk melakukan pilihan atas perbuatan
yang dilakukan seperti menentukan pilihan akan melakukan vasektomi atau tidak,
melakukan seks bebas atau tidak, melakukan aborsi atau tidak. Kadang mengalami
kejadian di luar lingkaran yang dikuasai manusia (Qadla dan Qadar = ketetapan baik
dan buruk) seperti mengalami kecelakaan, terlahir dengan cacat kongenital, lahir
tanggal sekian dengan jenis kelamin dan orangtua tertentu, dll.5, 6
Manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya. Sebagai kasih
sayangnya, Allah pun menurunkan aturan/hukum agar manusia mendapat petunjuk
sehingga selamat selama menjalani kehidupan di muka bumi ini dan selamat juga di
akhirat kelak. Aturan siapakah yang lebih baik daripada aturan Allah yang telah
menciptakan manusia, yang Maha Tahu tentang apa yang diciptakan-Nya.
9
“Apakah hukum jahiliyah yang mereka ambil? Dan hukum siapakah yang lebih baik
dari hukum Allah bagi orang;orang yang beriman?” (QS. Al-Maidah: 50).
Oleh karena itu, sudah selayaknya manusia harus senantiasa taat pada syariatNya dan menjauhi larangan-Nya. Dalam kaidah ushul dikatakan bahwa : al ashlu fil
af’al attaqoyudu bi ahkami syar’i yang artinya bahwa setiap perbuatan manusia
haruslah tunduk pada ketentuan hukum syara. Mengapa harus tunduk ? karena setiap
manusia kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT tentang apa yang
telah diperbuatnya.
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan dimintai
pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Isra’ : 36)
Abortus spontaneous (keguguran) merupakan kejadian yang berada di luar
lingkaran
yang
dikuasai
manusia,
maka
manusia
tidak
akan
dimintai
pertanggungjawaban atas keguguran yang terjadi. Namun, abortus provocatus (aborsi)
adalah tindakan pengeluaran embrio/janin secara sengaja, dengan kata lain berada
dalam lingkaran yang dikuasai manusia. Dalam kasus aborsi, manusia memiliki pilihan
untuk melakukan aborsi atau tidak. Oleh karena adanya keharusan untuk tunduk pada
hukum syara, maka penentuan aborsi atau tidak haruslah berdasarkan kepada hukum
syara.
Dalam Al-Qur’an dan hadits tidak ada ayat yang secara langsung berbicara
tentang hukum aborsi. Yang ada adalah larangan tentang membunuh anak-anak karena
takut kemiskinan dan haramnya membunuh orang tanpa hak, mencela perbuatan itu
dan menghukum pelakunya.7
10
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami
akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati
perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang Nampak diantaranya maupun yang
tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya), melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.” (QS. Al-An’aam,
6:151)
“Dan barang siapa yang membunuh seorang mu’min dengan sengaja maka
balasannya ialah Jahanam dan ia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya dan
mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS. An-Nisaa, 4:93)
Jadi, karena tidak ada nash yang langsung mengenai hukum aborsi, maka dapat
dilakukan ijtihad.7 Ijtihad merupakan sumber hukum ke-4 setelah Al-Qur’an,
hadits/sunnah, dan ijma sahabat.5
Tahapan penciptaan manusia menurut Al-Quran dan Hadits :
“Kemudian nuthfah itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu Kami jadikan
sesuatu yang melekat itu segumpal daging dan segumpal daging itu Kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging, kemudian
Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maha sucilah Allah, Pencipta yang
Paling Baik.” (QS. Al-Mu’minuun, 23:14)
Imam Muslim meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud RA, dia berkata, “Aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda:
11
“Jika nutfah (gumpalan darah) telah lewat empat puluh dua malam, maka Allah
mengutus seorang malaikat padanya, lalu dia membentuk nutfah tersebut; dia
membuat pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dan tulang belulangnya. Lalu
malaikat itu bertanya (kepada Allah), “Ya Tuhanku, apakah dia
(akan Engkau
tetapkan) menjadi laki-laki atau perempuan?” Maka Allah kemudian memberi
keputusan..”
Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda: “(jika nutfah telah lewat) empat puluh
malam…”
Kejadian seseorang itu dikumpulkan di dalam perut ibunya selama 40 hari. Setelah
genap 40 hari kedua terbentuklah segumpal darah beku. Manakala genap 40 hari
ketiga berubahlah menjadi segumpal daging. Kemudian Allah SWT mengutus seorang
malaikat untuk meniupkan roh serta menulis 4 perkara, yaitu ditentukan rezeki, waktu
kematian, amal serta nasibnya, baik mendapata kecelakaan atau kebahagiaan. (HR.
Bukhari Muslim dari Ibnu Mas’ud)
“Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan
kedalamnya roh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepada-Nya dengan bersujud.”
(QS. Al-Hijr, 15:29)
Dari ayat Al-Qur’an dan hadits di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan janin
dalam kandungan terjadi secara bertahap.
12
Abortus dapat terjadi sesudah ataupun sebelum peniupan ruh ke dalam janin.
Jika abortus terjadi setelah peniupan ruh (120 hari), maka dalam hal ini seluruh fuqaha
telah sepakat mengenai keharamannya, baik yang menggugurkan itu ibu si janin,
bapaknya, dokter, maupun seseorang yang menganiaya pihak perempuan yang
mengakibatkan gugurnya janin. Abortus ini haram karena merupakan penganiayaan
terhadap jiwa manusia yang terpelihara darahnya (ma’shumud dam), dan merupakan
suatu tindak kriminal yang mewajibkan diyat (tebusan), yang ukurannya adalah satu
ghurrah (seorang budak laki-laki atau perempuan), dan nilainya adalah sepersepuluh
diyat manusia sempurna (10 ekor unta, karena diyat manusia sempurna = 100 ekor
onta). Hal ini didasarkan atas QS. Al-An’aam:151 yang melarang membunuh
melainkan dengan sebab yang benar dan HR. Bukhari dan Muslim yang meriwayatkan
dari Abu Hurairah RA, dia berkata 1 :
“Rasulullah SAW memberi keputusan dalam masalah janin dari seorang perempuan
Bani Lihyan yang gugur dalam keadaan mati, dengan satu ghurrah, yaitu seorang
budak laki-laki atau perempuan..”
Sedangkan pengguguran janin sebelum ditiupkan ruh ke dalamnya, maka para
fuqaha berbeda pendapat. Ada yang membolehkan, ada juga yang mengharamkan.
Abdul Qadim Zallum berijtihad bahwa bila abortus dilakukan setelah 40 hari atau 42
hari dari usia kehamilan maka hukumnya haram. Menurut pendapatnya, hukumnya
sama dengan hukum keharaman abortus setelah peniupan ruh ke dalam janin, dan
dalam hal ini wajib membayar diyat, yang besarnya sepersepuluh diyat manusia.
Menurut beliau, ini dikarenakan jika janin telah memasuki fase penciptaan, dan
13
nampak padanya beberapa organ tubuh, seperti tangan,kaki, mata, kuku, dan lain-lain,
maka dapat dipastikan pada saat itu janin sedang berproses menjadi manusia
sempurna. Hal ini didasarkan pada :
Imam Muslim meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud RA, dia berkata, “Aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda 1:
“Jika nutfah (gumpalan darah) telah lewat empat puluh dua malam, maka Allah
mengutus seorang malaikat padanya, lalu dia membentuk nutfah tersebut; dia
membuat pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dan tulang belulangnya. Lalu
malaikat itu bertanya (kepada Allah), “Ya Tuhanku, apakah dia
(akan Engkau
tetapkan) menjadi laki-laki atau perempuan?” Maka Allah kemudian memberi
keputusan..”
Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda: “(jika nutfah telah lewat)
empat puluh malam…”
Menurut beliau, hadits di atas menunjukkan bahwa permulaan penciptaan janin dan
penampakan anggota-anggota tubuhnya, adalah setelah melewati 40 atau 42 malam.
Dengan demikian, penganiayaan terhadapnya adalah suatu penganiayaan terhadap
janin yang sudah mempunyai tanda-tanda kehidupan yang terpelihara darahnya
(ma’shumud dam). Tindakan penganiayaan tersebut merupakan pembunuhan
terhadapnya. Padahal Allah SWT telah mengharamkan pembunuhan seperti itu tatkala
berfirman 1 :
14
“Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa
apakah dia dibunuh.” (QS. At-Takwiir: 8-9)
Berdasarkan uraian di atas, maka pihak ibu si janin, bapaknya, ataupun dokter,
diharamkan menggugurkan kandungan ibu tersebut bila kandungannya telah berumur
40 hari. Siapa saja dari mereka yang melakukan pengguguran kandungan, berarti telah
berbuat dosa dan telah melakukan tindak kriminal yang mewajibkan pembayaran diyat
bagi janin yang gugur, yaitu seorang budak laki-laki atau perempuan, atau
sepersepuluh diyat manusia sempurna (10 ekor unta), sebagaimana telah diterangkan
dalam hadits.1
Sedangkan pengguguran kandungan yang usianya belum mencapai 40 hari,
maka hukumnya boleh (ja’iz) dan tidak apa-apa. Ini disebabkan bahwa apa yang ada
dalam rahim belum menjadi janin karena dia masih berada tahapan sebagai nutfah
(gumpalan darah), sehingga hadits mengenai pengguguran janin di atas tidak cocok
untuk diterapkan pada fakta tersebut.1
7. PERKEMBANGAN MANUSIA MENURUT EMBRYOLOGI
Di bawah ini adalah uraian mengenai perkembangan manusia menurut Moore8 :
Minggu pertama : perkembangan manusia diawali dengan proses fertilisasi
(pembuahan sel telur atau ovum oleh sperma)terbentuk zigot  cleavage/membelah
terbentuk morula  terbentuk blastula hari ke-4 atau 5 setelah fertilisasi terjadi
implantasi/menempel di endometrium/dinding rahim bagian dalam.
15
Minggu kedua : terbentuk rongga amnion dan diskus embryonic bilaminar (epiblas dan
hipoblas).
Minggu ketiga : proses gastrulasi diawali pembentukan primitive streak  terbentuk
diskus trilaminar; pembentukan notochord, neural tube (bumbung syaraf) , neural
crest, somit, intraembryonic coelom, pembuluh darah dan darah, dan chorionic villi.
Minggu keempat : embryo agak melengkung membentuk huruf C, jantung berupa
tonjolan besar di bagian ventral dan sudah memompa darah. Upper limb buds (bakal
tangan) sudah berbentuk sirip ikan paus atau sayap penguin sementara lower limb bud
(bakal kaki) baru terbentuk. Selain itu terbentuk juga lens placodes (bakal mata), dan
otic vesicle (bakal telinga).
Minggu kelima : Pembesaran kepala terutama disebabkan pertumbuhan otak dan
tonjolan wajah. Bakal tangan berbentuk seperti dayung, bakal kaki seperti sirip ikan
paus atau sayap penguin.
Minggu keenam : Mulai terbentuk telapak tangan dengan digital rays (bakal jarijemari) dan auricular hillocks (bakal saluran telinga luar). Pigmen retina sudah
terbentuk. Leher dan tulang belakang telah lurus. Embrio dilaporkan telah
meperlihatkan gerakan spontan seperti twitching (berkedut) pada bagian tulang
belakang, bakal lengan dan kaki. Juga dilaporkan memperlihatkan respon reflex
terhadap sentuhan.
Gambar perkembangan manusia sebelum lahir dapat dilihat pada lampiran 1-3.
8. KAPAN DIBOLEHKAN MELAKUKAN ABORSI :
16
Dibolehkan melakukan aborsi baik pada tahap penciptaan janin, ataupun setelah
peniupan ruh padanya, jika dokter yang terpercaya menetapkan bahwa keberadaan
janin dalam perut ibu akan mengakibatkan kematian ibu dan janinnya sekaligus.
Dalam kondisi seperti ini, dibolehkan melakukan aborsi dan mengupayakan
penyelamatan jiwa ibu. Menyelamatkan kehidupan adalah sesuatu yang diserukan oleh
ajaran Islam, dan disamping itu abortus dalam kondisi seperti ini termasuk pula upaya
pengobatan. Sedangkan Rasulullah memerintahkan umatnya untuk berobat.1
9. DISKUSI
Aborsi merupakan problema yang muncul manakala masyarakat sudah
terpengaruh oleh nilai-nilai Barat yang sekuleristik. Paham sekuler yang memisahkan
aturan agama dari kehidupan telah melahirkan liberalisme (ide kebebasan), salah
satunya kebebasan berperilaku sehingga melahirkan seks bebas.
Saat ini ada orang-orang bahkan LSM yang menjadikan hukum jaiz (boleh)
untuk melakukan aborsi pada kehamilan sebelum usia 40 hari, sebagai jalan keluar
untuk mengatasi permasalahan kehamilan yang tidak dikehendaki akibat seks bebas.
Sesungguhnya hal ini tidaklah memberikan solusi, dengan dibukanya pintu aborsi,
dengan alasan demi kesehatan mental remaja, atau mencegah tingginya angka
kematian ibu karena aborsi yang tidak aman, pada kenyataannya hanya akan
menambah kasus perzinahan (free sex). Remaja akan lebih leluasa melakukan free sex
karena tinggal minta diaborsi, dengan alasan kesehatan mental (belum siap) atau
mengancam masa depan. Terlebih lagi dalam legal/save abortion, pelaku aborsi adalah
tenaga medis, tentu mereka akan merasa sangat nyaman melakukannya.
17
Solusi yang lebih tepat dalam mencegah tingginya angka kematian ibu akibat
aborsi atau gangguan mental akibat kehamilan yang tidak diinginkan adalah dengan
mencegah terjadinya seks bebas itu sendiri. Bagaimana Islam mencegah seks bebas
akan dibahas pada tulisan saya yang lain.
Penulis berpendapat, hukum jaiz (boleh) untuk melakukan aborsi pada
kehamilan kurang dari 40 hari merupakan kemudahan yang Allah berikan untuk
menjawab permasalahan-permasalahan sebagai berikut:
1. Bolehkah bakal embryo yang tidak terpakai untuk bayi tabung dibuang?
Pertanyaan ini muncul karena dalam dunia kedokteran, sampai saat ini berlaku
ketentuan/sumpah
untuk
menghormati
kehidupan
sejak
dari
fertilisasi/pembuahan. Sehingga pada saat muncul teknologi bayi tabung untuk
menolong pasutri yang sulit mendapat keturunan, menimbulkan kebingungan
dan keragu-raguan akan dikemanakan bakal embrio yang tidak terpakai ini.
Saya berpendapat, ijtihad bolehnya aborsi pada usia kehamilan kurang 40 hari
memberikan jawaban atas keragu-raguan ini. Jika menggugurkan embrio yang
sudah menempel di rahim saja, pada usia kehamilan kurang dari 40 hari, boleh
hukumnya, maka membuang bakal embrio (stadium blastula) yang belum
menempel di rahim pun menjadi boleh.
2. Bolehkah menggugurkan kehamilan korban perkosaan? Dari ijtihad tersebut,
aborsi pada korban perkosaan boleh dilakukan tetapi harus sebelum umur
kehamilan 40 hari.
18
Adapun keinginan menggugurkan kehamilan karena gagal kontrasepsi padahal
kondisi ibu sehat, apalagi memiliki suami, walaupun pengguguran hendak dilakukan
pada usia kehamilan kurang dari 40 hari, hendaklah mengingat ayat Al-Qur’an berikut
ini:
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami
akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati
perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang Nampak diantaranya maupun yang
tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya), melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.” (QS. Al-An’aam,
6:151)
Pada kondisi kehamilan akibat perzinaan sekalipun, Rasulullah mencontohkan
untuk menghormati hak hidup janin. Rasulullah tidak menyuruh Ghamidiyah untuk
menggugurkan kehamilannya walaupun dari hasil perzinaan. Pada kisah ini juga
tampak perlindungan Islam terhadap janin yang dikandung. Islam menetapkan aturan
tidak bolehnya melakukan hukuman rajam, dera, dan pemotongan (organ vital) pada
kondisi ibu hamil sampai ia melahirkan kandungannya, baik wanita itu hamil dari
perzinaan atau tidak, baik sanksi itu diwajibkan sebelum hamil atau sesudahnya.
Alasannya adalah demi memelihara eksistensi kehidupan janin agar tidak binasa akibat
dilaksanakan hukuman atas ibunya.9
Dibawah ini diuraikan Hadits Buraidah ra yang dikutip dari buku karya Yahya
Abdurahman al Khatib9 :
Hadits Buraidah ra mengenai pelaksanaan rajam terhadap wanita Ghamidiyah yang
telah berzina :
19
“Al-Ghamidiyah berkata: “Hai utusan Allah, sucikanlah aku!” Lalu Nabi SAW
bersabda: ‘Celakalah kamu, pulanglah, beristighfarlah kepada Allah dan bertaubatlah
kepada-Nya!’ Lalu ia berkata: “Aku melihat engkau ingin menolakku sebagaimana
engkau telah menolak Ma’iz Ibn Malik. “Nabi bersabda:’Apa maksudnya?’ Ia
berkata:’Sesungguhnya dia hamil dari zina’. Lalu Nabi bersabda:’Kamu hamil?’ Ia
berkata: ‘Ya’. Lalu Nabi berkata kepadanya: ‘Sampai melahirkan kandunganmu’.
Buraidah berkata:’Lalu ia ditanggung laki-laki Anshar sampai melahirkan’.
Kemudian laki-laki itu datang dan berkata kepada Nabi SAW: ‘Sesungguhnya wanita
itu sudah melahirkan’. Nabi SAW bersabda: ‘Kalau begitu kami tidak akan
merajamnya, karena ia meninggalkan anaknya yang kecil dan tidak ada orang yang
menyusuinya’. Lalu seorang laki-laki berdiri dan berkata:’Wahai Nabiyallah,
serahkan kepadaku penyusuannya!’ Buraidah berkata:’Lalu Nabi SAW merajamnya’.
Dari penjelasan di atas sudah cukup jelas bahwa kebolehan aborsi, baik pada
tahap penciptaan janin ataupun setelah peniupan ruh hanyalah atas dasar alasan
mengancam nyawa ibu.
Demikianlah uraian yang penulis dapat mengenai aborsi, penulis menyadari
masih banyak kekurangan dan tidak terhindar dari kekhilafan dan kesalahan. Untuk
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun, yang bisa
memperbaiki bila terdapat kekeliruan.
20
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Zallum AQ. Beberapa problem kontemporer dalam pandangan Islam. Pertama ed.: Al-Izzah;
1998.
Bandung BOdGFKUP. Obstetri Patologi. Bandung: Elstar offset; 1981.
Anonim. Gugur kandungan. Wikipedia Bahasa Indonesia.
Anonim. Angka kejadian aborsi. Yogyakarta; 2009 [updated 2009; cited 2009 09/28];
Available from: http://www.inilah.com/berita/gaya-hidup/2009/06/30/121566/aborsi-diindonesia-26-juta-pertahun/.
an-Nabhani T. Peraturan Hidup dalam Islam. Kedua ed.: Pustaka Thariqul Izzah Indonesia;
1993.
Abdurrahman H. Diskursus Islam Politik Spiritual. Pertama ed. Bogor: Al Azhar Press; 2004.
Hanafiah MJ. Etika Kedokteran dan Ajaran Islam. Pertama ed. Medan: Pustaka Bangsa Press;
2008.
Moore KL, Persaud TVN. The Developing Human Clinically Oriented Embryology. Seventh ed.
Philadelphia: Saunders; 2003.
Khatib YAa. Hukum-Hukum Wanita Hamil (Ibadah, Perdata, Pidana). Bangil: Al Izzah; 2003.
Download