Aji Ridho Utama - jurnal online fh unila

advertisement
1
ABSTRAK
ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP TINDAK PIDANA ABORSI
YANG DILAKUKAN OLEH SISWA MENENGAH ATAS DI KOTA
BANDAR LAMPUNG
Oleh
Aji Ridho Utama, Erna Dewi, Diah Gustiniati
Email : [email protected]
Saat ini Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari
tingginya angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia,
angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. Angka yang tidak
sedikit mengingat besarnya tingkat kehamilan di Indonesia. Selain itu, ada yg
mengkategorikan aborsi itu pembunuhan. Ada yang melarang atas nama agama.
Ada yang menyatakan bahwa jabang bayi juga punya hak hidup sehingga harus
Dipertahankan. Keputusan untuk melakukan aborsi bukan merupakan pilihan
yang mudah.
Banyak perempuan harus berperang melawan perasaan dan kepercayaannya
mengenai nilai hidup seorang calon manusia yang dikandungnya, sebelum
akhirnya mengambil keputusan. Belum lagi penilaian moral dari orang-orang
sekitarnya bila sampai tindakannya ini diketahui. Praktik aborsi siswa SMA di
Kota Bandar Lampung sudah bukan rahasia lagi, terutama sebagai akibat dari
semakin meluasnya budaya pergaulan bebas dan prostitusi dewasa ini. Juga
dengan semakin meningkatnya kasus-kasus kehamilan di luar nikah dan
multiplikasi keragaman motivasiBelum lagi penilaian moral dari orang-orang
sekitarnya bila sampai tindakannya ini diketahui.Praktik aborsi siswa SMA di
Kota Bandar Lampung sudah bukan rahasia lagi, terutama sebagai akibat dari
semakin meluasnya budaya pergaulan bebas dan prostitusi dewasa ini. Juga
dengan semakin meningkatnya kasus-kasus kehamilan di luar nikah dan
multiplikasi keragaman motivasi. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini
adalah berbagai faktor yang menyebabkan aborsi di kalangan remaja dan berbagai
upaya penanggulangan yang dilakukan dalam hal menghentikan tindakan aborsi
yang dilakukan oleh siswi Sekolah Menengah Atas di Kota Bandar
Lampungkebutuhan akan diperhatikan dan memperhatikan lawan jenis ini mulai
NampakSejak menginjak akil baligh.Namun dengan melihat fenomena yang
terjadi pada saat ini, banyak norma-norma yang telah dilanggar dan seakan-akan
para pasangan muda-mudi tersebut telah menganggap dirinya sebagai pasangan
yang abadi. Mulai dari memberikan perhatian yang berlebihan, seringnya
berduaan, saling berkontak secara fisik (sentuhan, ciuman, maupun berpelukan)
hingga berlanjut kepada tindakan asusila, yakni melakukan hubungan seksual pra
nikah. Hal ini bukanlah sesuatu bentuk kekhawatiran saja, melainkan memang
sebuah kenyataan yang terjadi pada masyarakat kita.
Kata Kunci : : Kriminologi,Aborsi siswa, Penanggulangan ,Tindak Pidana
2
ABSTRACT
CriminologicalANALYSISOFCRIMINALABORTIONPERFORMEDBYTH
ESECONDARYSTUDENTS in Bandar Lampung
by
Aji Ridho Utama, Erna Dewi, Diah Gustiniati
Email : [email protected]
Abortion is currently becoming one of the serious problems , judging from the
high number of abortions is increasing from year to year . In Indonesia , the fetal
homicide rate per year has reached 3 million . The figure is not small considering
the magnitude of pregnancy rates in Indonesia . In addition , some categorize
abortion murder . There prohibiting the name of religion .
Some claimed that the baby also has the right to life and should be maintained .
The decision to have an abortionis not an easyoption.Many women have to fight
against the feelings and beliefs about the value of human life that they contain a
candidate , before finally making a decision . Not to mention the moral judgment
of people around when it comes to these actions are known . Abortion practices of
high school students in the city of Bandar Lampung is not a secret anymore ,
mainly as a result of the widespread culture of promiscuity and prostitution today .
Also with the increasing cases of pregnancy out of wedlock and multiplication
again motivasiBelum diversity of moral judgment people around when it comes to
these actions are known .
Abortion practices of high school students in the city of Bandar Lampung is not a
secret anymore , mainly as a result of the widespread culture of promiscuity and
prostitution today . Also with the increasing cases of pregnancy out of wedlock
and multiplication diversity of motivations . The problems discussed in this study
are various factors that cause abortions among teenagers and mitigation efforts
undertaken in terms of stopping abortion is performed by a high school student in
the city of Bandar Lampungkebutuhan be payed attention to the opposite sex and
this started stepping NampakSejak baligh puberty . but by looking at the
phenomenon that occurs at this time , a lot of the norms that have been violated
and as if the young couples have been regarded itself as eternal partner . Starting
from excessive attention , often alone , mutual physical contact ( touching, kissing
, and cuddling ) to continue the immoral act , ie sexual intercourse before
marriage. This is not something any form of concern , but it is a reality that
happens in our society .
Keywords::Criminology, studentAbortion, Poverty, Crime
3
I. PENDAHULUAN
Era
globalisasi
sekarang ini,
perubahan begitu cepat terjadinya
sehingga kadang kala kita sendiri
belum siap untuk menyikapi
perubahan
tersebut.
Perubahan
tersebut terjadi karena perkembangan
teknologi dalam berbagai bidang
kian canggihnya dan kian cepatnya
sehingga mau tidak mau kita juga
terkena imbasnya. Dalam segala
bidang.
Saat ini Aborsi menjadi salah satu
masalah yang cukup serius, dilihat
dari tingginya angka aborsi yang
kian meningkat dari tahun ke tahun.
Di
Indonesia
sendiri,
angka
pembunuhan janin per tahun sudah
mencapai 3 juta. Angka yang tidak
sedikit mengingat besarnya tingkat
kehamilan di Indonesia. Selain itu,
ada yg mengkategorikan aborsi itu
pembunuhan. Ada yang melarang
atas nama agama. Ada yang
menyatakan bahwa jabang bayi juga
punya hak hidup sehingga harus
dipertahankan.
Angka Kematian Ibu (AKI) menurut
survei
demografi
kesehatan
Indonesia (SDKI) 1994 masih cukup
tinggi, yaitu 390 per 100.000
kelahiran. Penyebab kematian ibu
terbesar (58,1%) adalah perdarahan
dan eklampsia. Kedua sebab itu
sebenarnya dapat dicegah dengan
pemeriksaan kehamilan (antenatal
care/ANC)
yang
memadai.
Walaupun proporsi perempuan usia
15-49 tahun yang melakukan ANC
minimal 1 kali telah mencapai lebih
dari 80%, tetapi menurut SDKI 1994,
hanya 43,2% yang persalinannya
ditolong oleh tenaga kesehatan.
Persalinan oleh tenaga kesehatan
menurut
SDKI
1997,
masih
sangatrendah, di mana sebesar 54%
persalinan masih ditolong oleh dukun
bayipencurian
(diefstal)
adalah
mengambil barang orang lain untuk
memilikinya.1
Keputusan untuk melakukan aborsi
bukan merupakan pilihan yang
mudah. Banyak perempuan harus
berperang melawan perasaan dan
kepercayaannya mengenai nilai
hidup seorang calon manusia yang
dikandungnya, sebelum akhirnya
mengambil keputusan. Belum lagi
penilaian moral dari orang-orang
sekitarnya bila sampai tindakannya
ini diketahui. Hanya orang-orang
yang mampu berempati yang bisa
merasakan betapa perempuan berada
dalam posisi yang sulit dan
menderita ketika harus memutuskan
untuk mengakhiri kehamilannya.
Aborsi sering kali ditafsirkan sebagai
pembunuhan bayi, walaupun secara
jelas Badan Kesehatan Dunia (WHO)
mendefinisikan
aborsi
sebagai
penghentian kehamilan sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan
atau kurang dari 22 minggu. Dengan
perkembangan tehnologi kedokteran
yang
sedemikian
pesatnya,
sesungguhnya perempuan tidak harus
mengalami
kesakitan
apalagi
kematian karena aborsi sudah dapat
diselenggarakan secara sangat aman
dengan menggunakan tehnologi yang
sangat sederhana. Bahkan dikatakan
bahwa aborsi oleh tenaga profesional
Hanya orang-orang yang mampu
berempati yang bisa merasakan
betapa perempuan berada dalam
posisi yang sulit dan menderita
ketika harus memutuskan untuk
mengakhirkehamilannya
1
http:/www. GOI & Unicef.org/htm,
diunduh pada hari rabu,tanggal 28 Agustus
2013.
4
Di Indonesia saat ini 62 juta remaja
sedang bertumbuh di Tanah Air.
Artinya, satu dari lima orang
Indonesia berada dalam rentang usia
remaja. Mereka adalah calon
generasi penerus bangsa dan akan
menjadi orangtua bagi generasi
berikutnya.
Tentunya,
dapat
dibayangkan, betapa besar pengaruh
segala tindakan yang mereka lakukan
saat ini kelak di kemudian hari
tatkala menjadi dewasa dan lebih
jauh lagi bagi bangsa di masa
depan.Ketika mereka harus berjuang
mengenali
sisi-sisi
diri
yang
mengalami perubahan fisik-psikissosial akibat pubertas, masyarakat
justru
berupaya
keras
menyembunyikan segala hal tentang
seks, meninggalkan remaja dengan
berjuta tanda tanya yang lalu lalang
di kepala mereka
. Mengingat bahwa salah satu pelaku
Pandangan bahwa seks adalah tabu,
yang telah sekian lama tertanam,
membuat remaja enggan berdiskusi
tentang kesehatan reproduksi dengan
orang
lain.
Yang
lebih
memprihatinkan,
mereka
justru
merasa paling tak nyaman bila harus
membahas
seksualitas
dengan
anggota keluarganya sendiri. Tak
tersedianya informasi yang akurat
dan benar tentang kesehatan
reproduksi
memaksa
remaja
bergerilya mencari akses dan
melakukan eksplorasi sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian Annisa
Foundation pada tahun 2006 yang
melibatkan siswa SMP dan SMA di
Indonesia terungkap 42,3 persen
pelajar telah melakukan hubungan
seks yang pertama saat duduk di
bangku sekolah. Beberapa dari siswa
mengungkapkan, dia melakukan
hubungan seks tersebut berdasarkan
suka dan tanpa paksaan. Ketakutan
2
akan hukuman dari masyarakat dan
terlebih lagi tidak diperbolehkannya
remaja putri belum menikah di
Indonesia masih cukup besar.3
Pada
Pasal 28 A, UUD 1945
menyatakan setiap orang berhak
untuk
hidup
serta
berhak
mempertahankan
hidup
dan
4
kehidupannya. Tentang aborsi itu
sendiri di Indonesia dikenal dua jenis
aborsi yaitu aborsi kriminalis dan
aborsi medical. Sebenarnya jika
dilihat dari Pasal tersebut bayi yang
di dalam kandungan sekalipun
memiliki hak untuk hidup dan lahir
di dunia dengan selamat. Pada
dasarnya aborsi atau yang nama
lainya adalah Abortus Provocatus
Therapeuticus
Secara sederhana
dapatlah
dibedakan,
bahwa upaya
penanggulangan kejahatan lewat
jalur “penal” lebih menitik beratkan
pada sifat “repressive”
(penindasan/pemberantasan/penumpa
san) sesudah kejahatan terjadi,
sedangkan jalur “non penal” lebih
menitik
beratkan
pada
sifat
“preventif”
(pencegahan/penangkalan/pengendali
an) sebelum kejahatan terjadi
Beberapa
dekade
terakhir
berkembang ide-ide perbuatan tanpa
pidana, artinya tidak semua tindak
pidana menurut undang-undang
2
http://narkofh07.blogspot.com/2011/01/pro
posal-aborsi-bab-i-pendahuluan.html,
diunduh pada hari rabu, tanggal 16 Oktober
2013.
3
Pasal 28 A, Undang-Undang Dasar 1945
5
pidana
dijatuhkan
pidana,
serentetanpendapat dan beberapa
hasil penelitian menemukan bahwa
pemidanaan
tidak
memiliki
kemanfaatan
ataupun
tujuan,
pemidaan tidak menjadikan lebih
baik.
II. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A.Pengertian Kriminologi
Bonger,
memberikan
definisi
kriminologisebagai
ilmu
pengetahuan
yang
bertujuan
menyelidiki gejala kejahatan seluasluasnya. Melalui definisi ini, Bonger
membagi kriminologi ini menjadi
kriminologi murni yang mencakup :
1) Antropologi kriminal, yaitu ilmu
pengetahuan tentang manusia
yang jahat dilihat dari segi
biologisnya yang merupakan
bagian dari ilmu alam.
2) Sosiologi kriminal, yaitu ilmu
pengetahuan tentang kejahatan
sebagai gejala sosial. Pokok
perhatiannya adalah seberapa
jauh pengaruh sosial bagi
timbulnya kejahatan (etiologi
sosial).
3) Psikologi kriminal, yaitu ilmu
pengetahuan tentang kejahatan
dipandang dari aspek psikologis.
Penelitian
tentang
aspek
kejiwaan dari pelaku kejahatan
antara lain ditujukan pada aspek
kepribadiannya.
4) Psipatologi
kriminal
dan
neuropatologi kriminal, yaitu
ilmu
pengetahuan
tentang
kejahatan yang sakit jiwa atau
sakit sarafnya, atau lebih dikenal
dengan istilah psikiatri.
5) Penologi,
yaitu
ilmu
pengetahuan tentang tumbuh
berkembangnya penghukuman,
arti penghukuman, dan manfaat
penghukuman. Di samping itu
terdapat kriminologi terapan
berupa :
a) Hygiene kriminal, yaitu
usaha yang bertujuan
untuk
mencengah
terjadinyakejahatan.
b) Politik criminal, yaitu
usaha penanggulangan
kejahatan dimana suatu
kejahatan telah terjadi,
c) Kriminalistik
(policie
scientific), yaitu ilmu
tentang
pelaksanaan
penyidikan
teknik
kejahatan
dan
pengusutan kejahatan.5
Paul
Moedigdo
Moeliono
memberikan definisi Kriminologi
sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari
kejahatan
sebagai
masalah manusia. Paul Moedigdo
Moeliono tidak sependapat dengan
definisi yang diberikan Sutherland.
Menurutnya definisi itu seakan-akan
tidak memberikan gambaran bahwa
pelaku kejahatan itupun mempunyai
andil atas terjadinya kejahatan, oleh
karena terjadinya kejahatan bukan
semata-mata
perbuatan
yang
ditentang oleh masyarakat, akan
tetapi adanya dorongan dari si pelaku
untuk melakukan perbuatan jahat
yang ditentang oleh masyarakat
tersebut
B. Pengertian Aborsi
Untuk membedakan aborsi dengan
pembunuhan anak sebagaimana yang
diatur dalam Pasal 341 KUHP
supaya dapat diketahui perbedaanperbedaan yang terdapat diantara
kedua hal tersebut, maka terlebih
5
, Topo Santoso, Kriminologi, PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta 2011.
6
dahulu
perlu
diketahui
apa
yangdimaksud dengan pembunuhan
anak,
unsur-unsur
apa
yang
terpenting di dalamnya, agar supaya
dalam penguraian ini tergambar
dengan jelas arti dan tujuan
pembunuhan anak itu sendiri
Pasal 341 KUHP menentukan bahwa
:
“Seorang ibu yang dengan sengaja
menghilangkan jiwa anaknya pada
ketika dilahirkan atau tidak berapa
lama dilahirkan, karena takut
ketahuan bahwa ia sudah melahirkan
anak, dihukum karena makar mati
terhadap anak dengan hukuman
penjara
selama-lamanya
tujuh
tahun”.
Pembunuhan anak (bayi) yang diatur
dalam Pasal 341 KUHP sesuai
dengan pengertian tersebut di atas
dan menitikberatkan dari segi
kesengajaan pembunuhan bayi yang
telah
dilahirkannya,
tanpa
memikirkan panjang lebar akibatakibat dari perbuatannya itu. Hal
tersebut dilakukan oleh si ibu
disebabkan karena adanya faktor siri’
(rasa malu) yang dimiliki si pelaku,
maka dengan demikian ia berusaha
untuk menghindarkan diri akan
ketahuan oleh orang banyak atau
masyarakat sekitarnya bahwa ia telah
melahirkan anak (bayi) tanpa ayah
(bapak).6
Abortus pada dasarnya dapat dibagi
atas dua bagian besar yaitu :
1. Abortus yang tidak disengaja.
2. Abortus yang disengaja.
6
Moeljatno.,., Pasal 341 KUHP.
1) Abortus yang tidak disengaja.
Pengguguran kandungan (abortus)
yang tidak disengaja atau yang
dikenal dengan sebutan Abortus
Spontaneus adalah pengguguran
kandungan (abortus) yang terjadi
dengan sendirinya tanpa adanya
pengaruh dari luar. Pengguguran
kandungan (abortus) seperti ini dapat
terjadi dengan sendirinya (spontan)
yang biasanya disebabkan karena
sebab-sebab lain, misalnya: si ibu
jatuh dengan keadaan perutnya
terpukul, kerja berat dan lain
sebagainya.
Oleh
karena
itu
keguguran semacam ini dianggap
sebagai suatu kecelakaan atau
musibah yang menimpa si ibu dan
pengguguran kandungan (abortus)
semacam ini tidak dapat dihukum.
2) Abortus yang disengaja.
Abortus yang disengaja atau dikenal
dengan sebutan abortus provocatus
adalah suatu jenis pengguguran
kandungan (abortus) yang disengaja
dibuat oleh seseorang dengan suatu
maksud tertentu. Abortus provocatus
(disengaja,
digugurkan)
pada
dasarnya dibagi atas dua bagian yaitu
sebagai berikut :
a. Abortus Provocatus Criminalis,
ini
adalah
pengguguran
kandungan (abortus) tanpa
alasan medis yang sah dan
dilarang oleh hukum.
b. Abortus
Provocatus
Therapeuticus,
adalah
pengguguran
kandungan
(abortus), biasanya dengan
alat-alat dengan alasan bahwa
kehamilan
membahayakan
membawa
maut
bagi
7
ibu.Misalnya
karena
berpenyakit berat.7
ibu
C.Faktor Penyebab
TerjadinyaKejahatan Aborsi
Suatu perbuatan dikatakan tindak
pidana apabila perbuatan tersebut
menghina keyakinan-keyakinan yang
telah tertanam dengan kuatnya di
masyarakat
artinya
keyakinan
tersebut
telah
mantap
dalam
8
masyarakat.
Dalam
kepustakaan
ilmu
kriminologi. Ada tiga faktor yang
menyebabkan manusia melakukan
kejahatan, tiga faktor tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Faktor keturunan keturunan
yang diwarisi dari salah satu
atau kedua orang tuanya
(faktor genetika).
b. Faktor pembawaan yang
berkembang
dengan
sendirinya. Artinya sejak
awal melakukan perbuatan
pidana.
c. Faktor lingkungan. Yang
dimaksud adalah lingkungan
eksternal
(sosial)
yang
berpengaruh
pada
perkembangan
psikologi.
Karena dorongan lingkungan
sekitar, seseorang melakukan
perbuatan pidana.
7
Bambang Poernomo, Hukum Pidana
Kumpulan Ilmiah, PT Bina Aksara, Jakarta,
1982.
8
Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi
Hukum, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta,
2005.
Abortus provocatus berkembang
sangat pesat dalam masyarakat
Indonesia, hal ini disebabkan
banyaknya faktor yang memaksa
pelaku dalam masyarakat untuk
melakukan hal tersebut. Pelaku
merasa tidak mempunyai pilihan lain
yang lebih baik selain melakukan
tindakan yang tidak sesuai dengan
hukum dan moral yaitu melakukan
aborsi.9
D.Tinjauan
Remaja
Umum
tentang
Remaja berasal dari kata latin
adolensenceyang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah
adolensence mempunyai arti yang
lebih luas lagi yang mencakup
kematangan mental, emosional sosial
dan fisik. Pasa masa ini sebenarnya
tidak mempunyai tempat yang jelas
karena tidak termasuk golongan anak
tetapi tidak juga golongan dewasa
atau tua.
Masa remaja dimulai sekitar usia 10
hingga 13 tahun dan berakhir pada
sekitar usia 18 hingga 22 tahun.
Menurut Santrock, ciri utama remaja
meliputi pertumbuhan fisik yang
pesat, kesadaran diri yang tinggi, dan
selalu tertarik untuk mencoba sesuatu
yang baru. Remaja bukanlah masa
berakhirnya terbentuk
kepribadian akan tetapi merupakan
salah satu tahap utama dalam
pembentukkan
kepribadian
seseorang.
Remaja
banyak
meluangkan waktunya bersama
kawan-kawan sebaya.Disamping itu,
remaja mulai banyak menerima
9
Eko Tama, Abortus Provokatus bagi
Korban Perkosaan, Perspektif Viktimologi
Kriminologi dan Hukum Pidana.
8
informasi dari media massa yang
sudah mulai dikenal dan dekat
dengan mereka. Oleh karenanya,
remaja menjadi individu yang
terbuka terhadap hal-hal baru.
Banyaknya informasi yang diterima
membuat
remaja
melakukan
pemrosesan informasi secara lebih
mendalam.10
Menurut
Nikmah
Rosidah
penanggulangan
hukum
dalam
menanggulangi Aborsi dikalangan
remaja dapat dilakuan secara
sederhana dapatlah dibedakan 11:
1.
Upaya Represif
Upaya represif dimaksudkan
setelah
terjadinya
tindakan
aborsi yang dilakukan oleh
remaja,
tindakan
represif
dimaksudkan agar memberikan
efek jera terhadap remaja yang
melakukan tindakan aborsi.
Upaya ini sangat efektif
dilakukan mengingat tindakan
aborsi remaja harus dihentikan.
2.
Upaya Preventif
Upaya
preventif
dilakuan
sebelum terjadinya tindakan
aborsi yang dilakukan oleh
remaja upaya tersebut seperti
melakukan pembinaan tentang
bahaya pergaulan bebas, seks
bebas dan aborsi. Selain itu
penting sekali menanamkan
ajaran ajaran agama yang dapat
membentengi perilaku remaja
11diunduh pada hari rabu, tanggal 28
Agustus 2013.
12Bedasarkan
wawancara
dengan
narasumber tanggal 20 November 2013
Pukul 10.00 WIB di Pasca sarjana Fakultas
Hukum Universitas Lampung
agar tidak melakukan perbuatan
perbuatan yang dilarang agama
seperti aborsi.
Beberapa
dekade
terakhir
berkembang ide-ide perbuatan tanpa
pidana, artinya tidak semua tindak
pidana menurut undang-undang
pidana dijatuhkan pidana, serentetan
pendapat
dan beberapa hasil
penelitian
menemukan
bahwa
pemidanaan
tidak
memiliki
kemanfaatan
ataupun
tujuan,
pemidaan tidak menjadikan lebih
baik. Karena itulah perlunya sarana
nonpenal
diintensifkan
dan
diefektifkan, disamping beberapa
alasan
tersebut,
juga
masih
diragukannya
atau
dipermasalahkannya
efektifitas
sarana penal dalam mencapai tujuan
politik kriminal
Beberapa masalah dan kondisi sosial
yang dapat merupakan faktor
kondusif penyebab timbulnya aborsi,
jelas merupakan masalah yang tidak
dapat di atasi semata – mata dengan
“penal”. Di sinilah keterbatasan jalur
“penal” dan oleh karena itu, harus
ditunjang oleh jalur “nonpenal”.
Salah satu jalur “nonpenal” untuk
mengatasi masalah – masalah sosial
seperti dikemukakan di atas adalah
lewat jalur “kebijakan sosial” (social
policy). Yang dalam skema G.P.
Hoefnagels di atas juga dimasukkan
dalam jalur “prevention without
punishment”. Kebijakan sosial pada
dasarnya adalah kebijakan atau
upaya - upaya rasional untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat.
Jadi identik dengan kebijakan atau
perencanaan pembangunan nasional
yang meliputi berbagai aspek yang
cukup luas dari pembangunan.
Salah satu aspek kebijakan sosial
yang
kiranya
patut
9
mendapatperhatian
ialah
penggarapan masalah kesehatan jiwa
masyarakat (social hygiene), baik
secara individual sebagai anggota
masyarakat
maupun
kesehatan/
kesejahteraan keluarga (termasuk
masalah kesejahteraan anak dan
remaja), serta masyarakat luas pada
umumnya. Penggarapan masalah
“mental health”, “national mental
health” dan “child welfare” ini pun
dikemukakan
dalam
skema
Hoefnagels di atas sebagai salah satu
jalur “prevention (of crime ) without
punishment” (jalur “nonpenal”).
Sudarto pernah juga mengemukakan,
bahwa “kegiatan karang taruna,
kegiatan Pramuka dan penggarapan
kesehatan jiwa masyarakat dengan
pendidikan
agama”
merupakan
upaya – upaya nonpenal dalam
mencegah
dan
menanggulangi
kejahatan.
Pembinaan
dan
penggarapan
kesehatan jiwa masyarakat memang
tidak berarti semata –mata kesehatan
rohani/mental, tetapi juga kesehatan
budaya dan nilai – nilau pandangan
hidup masyarakat. Ini berarti
penggarapan kesehatan masyarakat
atau lingkungan sosial yang sehat
(sebagai salah satu upaya nonpenal
dalam strategi politik kriminal), tidak
hanya harus berorientasi pada
pendekatan religius tetapi juga
berorientasi
pada
pendekatan
identitas budaya nasional. Dilihat
dari sisi upaya nonpenal ini berarti,
perlu digali, dikembangkan dan
dimanfaatkan
seluruh
potensi
dukungan dan dan partisipasi
masyarakat dalam upaya untuk
mengektifkan dan mengembangkan
“extra legal system” atau “informal
and traditional system” yang ada di
masyarakat
Upaya nonpenal yang paling strategis
dalam menanggulangi aborsi adalah
segala upaya untuk menjadikan
remaja sebagai lingkungan sosial dan
lingkungan hidup yang sehat (secara
materiil dan immateriil) dari faktor –
faktor kriminogen. Ini berarti,
masyarakat
dengan
seluruh
potensinya harus dijadikan sebagai
faktor penangkal kejahatan atau
faktor
“antikriminogen”
yang
merupakan bagian integral dari
keseluruhan
politik
kriminal.
Disamping upaya – upaya nonpenal
dapat ditempuh dengan menyehatkan
masyarakat lewat kebijakan sosial
dan dengan mengali berbagai potensi
yang ada di dalam masyarakat itu
sendiri, dapat pula upaya nonpenal
itu digali dari berbagai sumber
lainnya yang juga mempunyai
potensi efek-preventif. Sumber lain
itu misalnya, media pers/media
massa,
pemanfaatan
kemajuan
teknologi (dikenal dengan istilah
“techno-prevention”)
dan
pemanfaatan potensi efek-preventif
dari
aparat
penegak
hukum.
Mengenai yang terakhir ini, Sudarto
pernah
mengemukakan,
bahwa
kegiatan patroli dari polisi yang
dilakukan secara kontinu termasuk
upaya nonpenal yang mempunyai
pengaruh preventif bagi penjahat
(pelanggar
hukum)
potensial.
Sehubungan dengan hal ini, kegiatan
razia/operasi
yang
dilakukan
kepolisian di beberapa tempat
tertentu
dan
kegiatan
yang
berorientasi
pada
pelayanan
masyarakat
atau
kegiatan
komunikatif
edukatif
dengan
masyarakat, dapat pula dilihat
sebagai upaya nonpenal yang perlu
diefektifkan
Ditinjau
dari
aspek
hukum,
pelarangan abortus justru tidak
10
bersifat mutlak. Abortus buatan atau
abortus
provokatus
yaitupengguguran kandungan yang
dilakukan menurut syarat dan caracara yang dibenarkan oleh undangundang. Disebut dengan abortus
provocatus therapeticus, karena
alasan yang sangat mendasar untuk
melakukannya
adalah
untuk
menyelamatkan nyawa ibu. Abortus
atas indikasi medik ini diatur dalam
Undang Undang Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan:
Dalam Pasal 15 Undang-Undang No.
23 Tahun 1992 sebagai berikut :
dalam Ayat (1) dan Ayat (2)
ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
Dalam Pasal 15 Undang-Undang No.
23 Tahun 1992 ini dijelaskan bahwa
Pada Ayat (1) : Tindakan medis
dalam
bentuk
pengguguran
kandungan dengan alasan apapun,
dilarang karena bertentangan dengan
norma hukum, norma agama, norma
kesusilaan dan norma kesopanan.
Namun dalam keadaan darurat
sebagai upaya untuk menyelamatkan
jiwa
ibu
atau
janin
yang
dikandungnya
dapat
diambil
tindakan medis tertentu
1.
Dalam keadaan darurat sebagai
upaya untuk menyclamatkan
jiwa ibu hamil dan atau
janinnya, dapat ditakukan
tindakan medis tertentu.
III. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah
peneliti
paparkan
pada
pembahasan, dapat disimpulkan
bahwa :
2.
Tindakan
medis
tertentu
sebagaimana dimaksud dalam
Ayat (1) hanya dapat dilakukan
:
1. faktor penyebab terjadinya aborsi
dikalangan remaja yang terdiri
dari faktor internal dan eksternal.
a. berdasarkan indikasi medis
yang
mengharuskan
diambilnya tindakan tersebut
b. oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu dan
dilakukan sesuai dengan
tanggungjawab profesi serta
berdasarkan
pertimbangan
tim ahli;
c. dengan persetujuan ibu hamil
yang
bersangkutan
atau
suami atau keluarganya;
pada sarana kesehatan tertentu
3.
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai tindakan medis
tertentu sebagaimana dimaksud
Faktor internal yaitu :
1) Keimanan
dan
ketaatan
agama yang masih kurang
Faktor keimanan dan ketaatan
agama merupakan faktor
yang sangat berpengaruh
terhadap perilaku remaja.
Remaja yang keimanan dan
ketaatan yang baik akan dapat
mengontrol
sikap
dan
perilaku
dari
berbagai
permasalahan yang akan
merugikan dirinya.
2) Kejiwaan yang masih belum
stabil
Permasalahan yang timbul di
kalangan remaja tidak bisa
dipungkiri
karena
11
faktorkejiwaan yang masih
belum
stabil.
Remaja
memiliki emosianal yang
tidak stabil cenderung tidak
berpikir
panjang
dalam
mengambil setiap keputusan
yang akan dilakukan disinilah
kematangan jiwa remaja
harus dibina.
di dunia maya, bahkan saat
ini sangat banyak postingan
blog atau website yang dapat
memberitahu tempat yang
bisa melakukan jasa aborsi.
Dengan adanya hal tersebut
remaja akan menganggap
tindakan aborsi sebagai hal
yang biasa dan wajar.
Faktor eksternal yaitu :
Pengawasan dari orang tua yang
lemah
Pengawasan
merupakan
faktor yang sangat penting
dalam
mengendalikan
perilaku remaja. Remaja yang
dibiarkan
tanpa
adanya
pengawasan akan cenderung
bertindak dan berperilaku
tidak baik dan dengan mudah
sekali dapat terjerumus pada
hal hal yang negatif. Disinilah
perang pengawasan sebagai
alat pengendali tindakan
remaja.
1)
Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi bisa
menjadi faktor penyebab
terjadinya aborsi. Saat ini
banyak sekali berita tersebar
Modernisasi
Modernisasi
dapat
mengarahkan remaja untuk
bisa melakukan tindakan
aborsi, karena modernisasi
mengajarkan remaja untuk
hidup dengan gaya glamour
dan bebas, modernisasi dapat
mengesampingkan
norma
norma yang hidup dan
diajarkan dari kecil.
2.
Pergaulan remaja
Pergaulan remaja saat ini
sudah
sangat
memperihatinkan, mengingat
saat ini pergaulan remaja
sudah sangat buruk banyak
remaja
yang
terlibat
pergaulan bebas, narkotika,
seks bebas, hamil diluar nikah
sampai melakukan aborsi.
Faktor pergaulan sangatlah
berpengaruh terhadap sikap
dan perilaku remaja.
2)
3)
1.
penanggulangan hukum dalam
menanggulangi
Aborsi
dikalangan
remaja
dapat
dilakuan
secara
sederhana
dapatlah dibedakan :
Upaya Represif
Upaya represif dimaksudkan
setelah terjadinya tindakan
aborsi yang dilakukan oleh
remaja, tindakan represif
dimaksudkan
agar
memberikan
efek
jera
terhadap
remaja
yang
melakukan tindakan aborsi.
Upaya ini sangat efektif
dilakukan
mengingat
tindakan aborsi remaja harus
dihentikan.
Seperti
dilakukannya
pembinaan
setelah remaja melakukan
tindakan aborsi
12
2. Upaya Preventif
Upaya preventif dilakuan sebelum
terjadinya tindakan aborsi yang
dilakukan oleh remaja upaya
tersebut
seperti
melakukan
pembinaan
tentang
bahaya
pergaulan bebas, seks bebas dan
aborsi. Selain itu penting sekali
menanamkan ajaran ajaran agama
yang dapat membentengi perilaku
remaja agar tidak melakukan
perbuatan perbuatan yang dilarang
agama seperti aborsi. Upaya yang
dilakukan
adalah
dengan
memberikan sosialisasi kepad
remaja tentang bahaya seks bebas
dan mendorong remaja untuk
memiliki banyak aktivitas yang
positif karena dengan banyak
aktivitas akan mempersempit
peluang
remaja
melakukan
perbuatan perbuatan yang tidak
baik seperti aborsi
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Poernomo, Hukum Pidana
Kumpulan Ilmiah, PT Bina Aksara,
Jakarta, 1982
Ekotama, Suryono, Artu Harum, ST
Pudji dan Artana, Widi, Abortus
Provokatus bagi Korban Perkosaan,
Perspektif Viktimologi Kriminologi
dan Hukum Pidana, Yogyakarta,
2001
Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok
Sosiologi Hukum, PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2005
Topo Santoso, Kriminologi, PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta 2011
Moeljatno, Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana, Penerbit Bumi
Aksara, Yogyakarta, 2011.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan
http://narkofh07.blogspot.com/2011/
01/proposal-aborsi-bab-ipendahuluan.html,diunduhpada hari
rabu, tanggal 16 Oktober 2013.pukul 14.00
WIB
Download