implementasi metode bermain sambil belajar untuk meningkatkan

advertisement
IMPLEMENTASI METODE BERMAIN SAMBIL BELAJAR UNTUK
MENINGKATKAN NILAI-NILAI BUDI PEKERTI BUDDHISME DI TK
EHIPASSIKO BSD TANGERANG
D.M. Sumitta Yasa
ABSTRACT
Early childhood is the golden period of development. In those
exceptional surge in child development that does not happen in the next period.
To increase the potential of every child in need of nutritional intake, health
protection, nurturing, and educational stimuli according to the stage of child
development. In early childhood, as now required special attention, especially in
terms of character education. Early childhood personality can actually thrive if
educated properly. Family and school education about the values of manners,
polite behavior, respect for others, and responsibility are important factors in the
development of the child's behavior. utilization of play while learning by teachers
in kindergarten properly will greatly help develop the various aspects of child
development both cognitive, emotional, social, language, motor, affective,
morality, and so forth.
In this research, the writer use description qualitative method. Technique
of data collecting that was used is observation, interview, and documentation.
After doing the data collecting, the writer did data analysis, then she did
reduction step by summarized, selected and focused on the important thing. After
the reduction step, she described her research in the clear explanation.
Simply put character education early childhood that appreciates, respects
and not harmful to others and mutual help others is to avoid negative actions, do
good, self-controlled. By doing perfect virtue, develop attitudes that are useful,
such as love and universal compassion, and doing acts motivated by thoughts.
With control and dispose of all views is wrong, then morality becomes better.
Keywords: kindergarten Ehipassiko, morality values are Buddhist, Method of
Learning While Playing.
PENDAHULUAN
Usia dini merupakan masa
emas perkembangan. Pada masa itu
terjadi lonjakan luar biasa pada
perkembangan anak yang tidak
terjadi pada periode berikutnya.
Untuk meningkatkan potensi tersebut
setiap anak membutuhkan asupan
gizi,
perlindungan
kesehatan,
pengasuhan,
dan
rangsangan
pendidikan yang sesuai dengan tahap
perkembangan anak. Pada anak usia
dini seperti sekarang dibutuhkan
perhatian khusus terutama dalam hal
pendidikan budi pekerti.
Masa perkembangan anak
seperti yang terjadi pada saat ini,
banyak anak-anak yang mudah
meniru apa yang diucapkan oleh
orang lain. Perilaku yang tidak baik
seringkali menjadi perhatian khusus
bagi orang tua dan guru untuk
menanamkan nilai-nilai budi pekerti
anak sejak dini, baik di rumah, di
sekolah, maupun lingkungan sekitar.
Jika hal tersebut dibiarkan maka
akan menimbulkan suatu kebiasaan
yang buruk.
Penyebab
merosotnya
moralitas anak usia dini sangatlah
kompleks. Lingkungan tempat anakanak dibesarkan saat ini meracuni
anak dengan perilaku yang tidak
baik. Sejumlah faktor sosial yang
membentuk karakter pribadi anak
secara perlahan mulai menurun
seperti pengawasan orang tua lemah,
kurangnya teladan perilaku yang
baik, pendidikan spiritual rendah,
pola asuh yang jelek, dan sekolah
yang kurang memberikan metode
pengajaran yang kurang inovatif
terhadap perkembangan perilaku
anak.
Masalah budi pekerti anak
usia dini ini juga dapat disebabkan
oleh pergaulan teman yang tidak
baik, sebagai contoh teman yang
mengajarkan untuk mengejek salah
satu temannya yang terjatuh, dan
mengajarkan berkata yang tidak
benar atau berbohong. jika dibiarkan
terus menerus oleh para pendidik
ataupun orang tua, akan berdampak
pada menurunnya moralitas anak.
Fakta yang dapat dijumpai
pada kejadian sehari-hari seperti
anak membentak kepada orang
tuanya, memerintah ini itu kepada
sesama dan yang lebih tua tanpa
menyebutkan kata minta maaf dan
berterima
kasih,
memberikan
ekspresi tubuh yang tidak baik
(mencibir, berpaling). Bahasa secara
lisan
dan
bahasa
tubuhnya
menandakan ketidak berempatian
anak terhadap perasaan orang lain,
baik kepada orang tua, guru dan
teman.
Berdasarkan hasil diskusi
dengan guru di Taman Kanak-Kanak
Ehipassiko, diketahui permasalahan
yang dihadapi guru di kelas terkait
dengan perkembangan budi pekerti.
Hal tersebut selain bawaan dari anak
juga ditunjang oleh latar belakang
keluarga dan lingkungan masyarakat.
Faktor-faktor
yang
dapat
menghambat
dan
menunjang
perkembangan budi pekerti pada
anak
sangatlah
beragam.
Keberagaman karakteristik anakanak dan perkembangan budi pekerti
selain menjadi tantangan untuk guru
juga menjadi kesempatan untuk
mengembangkan kepribadian anak.
Guru sebagai pengendali utama di
sekolah tentu harus dapat memahami
perkembangan budi pekerti setiap
anak dan mengidentifikasi kebutuhan
apa saja yang harus diberikan kepada
anak.
Berdasarkan uraian di atas,
maka perumusan masalah yang
dilakukan oleh peneliti adalah:
Bagaimana
Penerapan
Metode
Bermain Sambil Belajar Dalam
Meningkatkan
Nilai-nilai
Budi
Pekerti Buddhisme di Taman KanakKanak Ehipassiko BSD Tangerang.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk:
Mengetahui
bagaimana
"Peran Metode Bermain Sambil
Belajar
Dalam
Meningkatkan
Pembelajaran Agama Buddha Di
Taman Kanak-Kanak Ehipassiko
BSD Tangerang".
Dari hasil
penelitian ini, diharapkan dapat
memberi manfaat bagai bagi umat
Buddha sebagai berikut :
1. Secara teoritis, penelitian ini
diharapkan
dapat
mengembangkan dan menambah
ilmu pengetahuan serta wacana
khususnya bagi yang berkaitan
dengan pendidikan anak usia dini
pada jenjang Taman KanakKanak.
2. Secara praktis, penelitian ini
diharapkan dapat menambah
wawasan yang luas dalam
penerapan
metode
bermain
sambil
belajar
terhadap
pemahaman agama Buddha untuk
anak usia dini, sehingga peran
bermain sambil belajar terhadap
pemahaman agama Buddha pada
anak
usia
dini
semakin
berkembang baik di perkotaan
maupun di pedesaan.
3. Secara umum, penelitian ini
diharapkan
dapat
memberi
manfaat, dorongan dan wawasan
bagi masyarakat, orang tua dan
guru agar lebih memperhatikan
pendidikan anak usia dini di
dalam pengembangan sikap,
pengetahuan, keterampilan, daya
cipta dan menumbuhkan daya
pikir bagi anak usia 3 tahun
sampai
dengan
memasuki
pendidikan dasar.
TINJAUAN PUSTAKA
Bermain merupakan seluruh
aktivitas anak termasuk bekerja
kesenangannya
dan
merupakan
metode bagaimana mereka mengenal
dunia. Bermain tidak sekedar
mengisi waktu tetapi merupakan
kebutuhan anak seperti halnya
makanan, cinta kasih (Soetjiningsih,
1995). Tentang bermain, Hurlock
(1978) menyatakan setiap kegiatan
yang dilakukan untuk kesenangan
yang
ditimbulkan
tanpa
mempertimbangkan hasil akhir.
Bermain
dapat
digunakan
sebagai media untuk meningkatkan
keterampilan
dan
kemampuan
tertentu pada anak. Istilah bermain
diartikan sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan dengan mempergunakan
atau tanpa mempergunakan alat yang
menghasilkan
pengertian,
memberikan informasi, memberikan
kesenangan,
dan
dapat
mengembangkan imajinasi anak.
Menurut Singer (Kusantanti, 2004)
mengemukakan bahwa bermain
dapat digunakan anak-anak untuk
menjelajahi
dunianya,
mengembangkan kompetensi dalam
usaha mengatasi dunianya dan
mengembangkan kreativitas anak.
Dengan bermain anak memiliki
kemampuan
untuk
memahami
konsep secara ilmiah, tanpa paksaan.
Beberapa manfaat yang bisa
diperoleh seorang anak melalui
bermain antara lain (Zaviera, 2008):
1. Aspek fisik, dengan mendapat
kesempatan untuk melakukan
kegiatan yang banyak melibatkan
gerakan-gerakan
tubuh,
akan
membuat tubuh anak menjadi
sehat.
2. Aspek perkembangan motorik
kasar dan halus, hal ini untuk
meningkatkan ketrampilan anak.
3. Aspek sosial, anak belajar berpisah
dengan ibu dan pengasuh. Anak
belajar menjalin hubungan dengan
teman sebaya, belajar berbagi hak,
mempertahankan
hubungan,
perkembangan
bahasa,
dan
bermain peran sosial.
Fungsi bermain bagi anak
antara lain:
1. Menirukan apa yang dilakukan
oleh orang dewasa. Contohnya,
meniru ibu masak di dapur,
dokter mengobati orang sakit, dan
sebagainya.
2. Untuk melakukan berbagai peran
yang ada di dalam kehidupan
nyata seperti guru mengajar di
kelas, sopir mengendarai bus,
petani menggarap sawah, dan
sebagainya.
3. Untuk mencerminkan hubungan
dalam keluarga dan pengalaman
hidup yang nyata. Contohnya ibu
memandikan adik, ayah membaca
Koran, kakak mengerjakan tugas
sekolah, dan sebagainya.
Pendidikan budi pekerti
dalam agama Buddha bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan
(Wijaya-Mukti, 2003:304) sebagai
berikut:
1.
Mengembangkan
keyakinan
(Saddha) dan
ketakwaan
(Bhakti) kepada Tuhan Yang
Maha Esa, Tiratana, Para
Bodhisattva dan Mahasattva.
2.
Mengembangkan
manusia
Indonesia yang berakhlak mulia
melalui
peningkatan
pelaksanaan
moral
(Sila),
meditasi
(Samadhi)
dan
kebijaksanaan (Panna) sesuai
dengan Buddha Dharma (Agama
Buddha).
3.
Mengembangkan
manusia
Indonesia yang
memahami,
menghayati,
dan
mengamalkan/menerapkan
Dharma sesuai dengan Ajaran
Buddha yang terkandung dalam
Kitab Suci Tipitaka/Tripitaka
sehingga menjadi manusia yang
bertanggung
jawab
sesuai
dengan prinsip Dharma dalam
kehidupan sehari-hari.
4.
Memahami nilai-nilai agama
Buddha
dan
sejarah
perkembangannya di Indonesia.
Taman Kanak-kanak (TK)
Ehipassiko
menerapkan
sistem
belajar “Active Learning” yang
menitikberatkan pada keaktifan anak
dalam proses belajar mengajar.
Selain itu, dalam penyampaian
materi
pembelajarannya
pun
dilakukan
melalui
pendekatan
“Belajar Sambil Bermain dengan
melakukan praktik dan percobaanpercobaan ilmiah.
Pendidikan dalam agama
Buddha berasal dari istilah sikkha
(latihan), tersirat bahwa pendidikan
merupakan proses belajar, latihan
pelajaran,
mempelajari,
mengembangkan dan pencapaian
penerangan. Pada isitilah ini
termasuk juga disiplin moral (síla),
konsentrasi
(samadhi),
dan
pengetahuan atau kebijaksanaan
(pañña). Demikian proses secara
terus-menerus
dari
perhatian
pendidikan sebagai sifat fungsional
dari latihan, praktek, dan kemajuan
setahap
demi
setahap
(anupubbasikkha
anupubbakiriyä
anupubbapaëipadä).
Secara sederhana pendidikan
budi pekerti anak usia dini yaitu
menghindari menyakiti orang lain
dan saling menolong sesama yaitu
menghindari
perbuatan
negatif,
melakukan
kebajikan,
mengendalikan
diri.
Dengan
melakukan kebajikan sempurna,
mengembangkan
sikap
yang
bermanfaat, seperti cinta kasih dan
welas asih universal, dan melakukan
perbuatan yang di motifasi oleh
pikiran. Dengan mengendalikan diri
dan membuang semua pandangan
yang salah, maka moralitas menjadi
lebih baik.
Sekolah
Ehipassiko
bercirikan sekolah agama Buddha,
materi-materi pendidikan agama
Buddha di Taman Kanak-Kanak
Ehipasiko mencakup pembelajaran
budi pekerti dalam setiap mata
pelajaran. pembelajaran budi pekerti
ini dilakukan lewat bermain drama
yang mengisahkan riwayat hidup
Sang Buudha. Dengan pembelajaran
budi pekerti yang baik, maka secara
tidak
langsung
akan
dapat
menunjang keberhasilan para siswa
sendiri, khususnya kegiatan belajarmengajar di kelas menjadi lancar,
siswa bisa tenang, sopan, dan berkata
yang baik.
Pengajaran pada jaman Sang
Buddha juga memiliki komponenkomponen yang sama dengan
komponen pendidikan sekarang,
yaitu terdiri dari:
1. Guru, yaitu Sang Buddha dan
para siswa utamanya.
2. Murid, yaitu para siswa Sang
Buddha baik para pertapa atau
bhikkhu maupun umat perumah
tangga dengan berbagai macam
karakter dan latar belakang.
3. Tujuan,
yaitu
untuk
membebaskan
manusia
dari
kekotoran batin (kilesa) dan agar
mereka mencapai pembebasan.
4. Materi atau bahan pengajarannya
adalah
Dhamma
(Hukum
Kesunyataan).
5. Metode atau alat perlengkapan
adalah metode-metode yang
digunakan Sang Buddha (seperti
yang dijelaskan di atas).
6. Evaluasi, yaitu dengan cara
pengamatan langsung secara fisik
dan dengan kekuatan batinnya.
Pendidikan Agama Buddha
juga tidak hanya membuat agar anak
didik
menjadi
cerdas
dalam
pengetahuan agama Buddha, taat
beragama Buddha secara individu,
dan rajin menunaikan tugas-tugas
keagamaan secara individu, tetapi
bagaimana menjadikan individu
tersebut memiliki peranan dalam
masyarakat sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari kehidupan
sosial bermasyarakat.
Diggha Nikaya 12 dalam
Lohicca
Sutta
Sang
Buddha
menjelaskan mengenai seorang guru
yang baik dan yang buruk. Ada guru
yang pantas dicela dan tidak pantas
dicela. Seperti seorang guru yang
mengajarkan
murid-muridnya
berulang-ulang, tetapi muridnya
tidak
ada
satupun
yang
memperhatikan
dan
tidak
mendengarkan, maka guru tersebut
pantas dicela. Bagaikan seseorang
laki-laki
yang
terus-menerus
mendekati seorang perempuan atau
perempuan yang terus mendekati
laki-laki yang menolaknya dan
merangkulnya walaupun orang itu
telah berpaling. Hal itu terjadi karena
guru
yang
mengajar
tidak
menggunakan metode atau cara yang
menarik para muridnya. Apabila
seorang guru mengajar dengan caracara yang menarik, seperti Sang
Buddha mengajarkan Dhamma yang
indah pada awal, pertengahan, dan
akhirnya tentu saja para siswa akan
sangat memperhatikan gurunya, guru
yang seperti itu tidak pantas dicela.
METODE PENELITIAN
Berdasarkan fokus dan tujuan
penelitian yang penulis kemukakan
di depan, maka pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah
pendekatan
deskriptif
kualitatif, yaitu suatu
prosedur
penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa ucapan atau tulisan
dan prilaku yang dapat diamati dari
orang-orang (obyek itu sendiri). Pada
penelitian kualitatif, data yang
dikumpulkan umumnya berbentuk
kata-kata, gambaran-gambaran, dan
kebanyakan bukan berbentuk angkaangka.
Peneliti
mengadakan
pengamatan
atau
wawancara
langsung terhadap obyek atau subyek
penelitian. Oleh karena itu peneliti
terjun langsung ke lapangan dan
terlibat
langsung.
Tujuan
menggunakan pendekatan deskristif
kualitatif pada penelitian adalah
untuk mendeskripsikan materi yang
diajarkan dalam penanaman nilainilai budi pekerti di Taman KanakKanak Ehipassiko dan metode apa
yang
digunakan dalam strategi
penanaman budi pekerti tersebut.
Peneliti
berusaha
mengkaji secara mendalam dan
terperinci dari satu
konteks,
penelitian ini dilakukan untuk
meneliti penanaman nilai-nilai
budi pekerti pada anak di Taman
Kanak-Kanak Ehipassiko. Teknik
pengumpulan
data
yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan teknik observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
Yang
diobservasi
dalam
penelitian di Taman KanakKanak
Ehipassiko,
BSD
Tangerang adalah:
1.Lokasi Taman Kanak-kanak
Ehipassiko, BSD Tangerang.
2.Keadaan guru dan peserta
didik.
3. Keadaan sarana dan prasarana.
4.Proses pembelajaran yang
berlangsung di Taman KanakKanak
Ehipassiko
BSD
tangerang dalam menanamkan
nilai budi pekerti Buddhis.
Metode
wawancara
atau
interview adalah percakapan
dengan
maksud
tertentu,
percakapan itu dilakukan oleh
dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan.
Data-data yang penulis peroleh
dari dokumen-dokumen yang ada
adalah mengenai:
1. Sejarah berdirinya Taman
Kanak-Kanak
Ehipassiko,
BSD Tangerang.
2. Struktur organisasi Taman
Kanak-Kanak
Ehipassiko,
BSD Tangerang.
3. Jumlah anak didik yang ada di
Taman
Kanak-Kanak
Ehipassiko, BSD Tangerang.
4. Data guru di Taman KanakKanak
Ehipassiko,
BSD
Tangerang.
5. Sarana prasarana di Taman
Kanak-Kanak
Ehipassiko,
BSD Tangerang.
6. Foto-foto di Taman KanakKanak
Ehipassiko,
BSD
Tangerang.
HASIL DAN
PENELITIAN
PEMBAHASAN
Sekolah Ehipassiko berdiri
pada tahun 2005 yang didirikan oleh
ibu Indi Yudini Wirawan, dengan
didirikannya sekolah Ehipassiko ini
selain dapat ikut berpartisipasi
mencerdaskan bangsa, juga untuk
memajukan penyebaran nilai-nilai
luhur Buddha Dhamma sehingga
generasi penerus kita menjadi
generasi yang handal dan berkualitas.
Nama Ehipassiko diambil dari
bahasa sansekerta yang artinya
“Datang Lihat dan Buktikanlah”.
Sekolah Ehipassiko pun kemudian
diharapkan dapat menjadi simbol
bagi menyatunya intelegensi dan
kemuliaan hati, dan sebagai bagian
yang
tidak
terpisahkan
darimasyarakat,
Sekolah Ehipassiko kemudian
menitikberatkan pada pembentukan
karakter
anak-anak
didiknya.
Sekolah Ehipassiko berdiri sejak
2005 di Jl. Letjen Soetopo Kav. B1-2
Sektor XI.4 BSD Tangerang Selatan,
Banten,
dengan
luas
tanah
seluruhnya 9415 meter persegi, luas
bangunan saat ini 2500 meter
persegi, bangunan dan gedung terdiri
dari 2 lokal, dengan jenjang
pendidikan mulai dari Kelompok
Bermain (Playgroup), TK, SD, SMP,
hingga SMA.
Dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar yang pertama harus
diperhatikan adalah anak didik.
Karena, kegiatan belajar mengajar
tentu tidak akan dapat tercapai jika
anak didik berada pada kondisi yang
tidak memungkinkan atau kurang
kondusif untuk melakukan kegiatan
belajar.
Sehubungan
dengan
hal
tersebut, dalam memahami anak
didik menurut Ibu Tara selaku wali
kelas B1 diperoleh keterangan
bahwa: ”Di dalam memahami
peserta
didik
yaitu
dengan
melakukan pengamatan di dalam
kelas dan menggunakan pendekatanpendekatan secara individual”.
Dengan
demikian
maka
seorang guru mengetahui kondisi
baik fisik maupun mental peserta
didik dimana mereka siap untuk
melakukan
kegiatan
belajar
mengajar. Berdasarkan wawancara
Ibu Tara selaku wali kelas B1
mengenai kondisi siswa di dalam
mengikuti kegiatan belajar diperoleh
keterangan bahwa: ”Kondisi peserta
didik dalam mengikuti kegiatan
belajar selalu gembira, ramai, siswa
cepat mengerti dengan materi yang
diajarkan, karena selama kegiatan
belajar berlangsung guru harus
inovatif dan tidak menggunakan
metode yang monoton saja, yaitu
metode ceramah, guru harus bisa
menggunakan metode yang fariatif
atau dengan permainan-permainan
sehingga tidak ada siswa yang bosan
dalam mengikuti kegiatan belajar
dan tidak ada siswa mengantuk di
dalam kelas”.
Pembelajaran atau proses
belajar mengajar adalah proses yang
diatur
dengan
langkah-langkah
tertentu.
Agar
pelaksanaannya
mencapai hasil yang diharapkan,
salah satu langkah yang dipilih
adalah
menetapkan
metode
pembelajaran. Metode adalah suatu
cara yang dipergunakan untuk
mencapai
tujuan
yang
telah
ditetapkan. Dalam kegiatan belajar
mengajar, metode dipergunakan oleh
guru
untuk
kepentingan
pembelajaran. Oleh karena itu dalam
kegiatan belajar mengajar guru harus
selektif dan variatif dalam memilih
metode pembelajaran.
Berkenaan dengan metode
yang digunakan dalam seluruh
materi pelajaran berdasarkan hasil
wawancara dengan Ibu Tara beliau
menyatakan
bahwa:
”Dalam
pembelajaran biasanya saya lebih
banyak memakai metode permainan,
karena siswa lebih interes dan cepat
mengerti dengan materi yang saya
ajarkan”.
Permainan merupakan jalan
atau cara bagi anak untuk
mengungkapkan hasil pemikiran,
perasaan serta sebagai cara mereka
menjelajahi lingkungan dunianya.
Dengan kegiatan bermain anak
memperoleh manfaat yang cukup
besar, diantaranya adalah bisa
membuat anak percaya diri, memiliki
kemampuan berinteraksi dengan
teman yang lain, serta bisa
membentuk kepribadian anak.
Berkenaan dengan metode
yang digunakan dalam setiap materi
pelajaran di Sekolah Taman KanakKanak Ehipassiko BSD Tangerang,
dalam melaksanakan kegiatan belajar
menggunakan
metode
bermain.
Bermain merupakan kegiatan yang
santai, menyenangkan tanpa tuntutan
(beban) bagi anak. Bermain juga
merupakan kebutuhan yang esensial
bagi anak. Melalui bermain anak dapat
memuaskan tuntutan dan kebutuhan
perkembangan
demensi
motorik,
kognitif, kreatifitas, emosi, sosial,
nilai, bahasa dan sikap hidup. Para ahli
psikologi
anak
menekankan
pentingnya bermain bagi anak. Bagi
anak-anak,
bermain
merupakan
kegiatan yang alami dan sangat berarti.
Dengan bermain anak mendapat
kesempatan
untuk
mengadakan
hubungan
yang
erat
dengan
lingkungan.
Tanggapan terhadapat orang
tua
siswa
terhadapat
proses
pembelajaran di Sekolah Taman
kanak-Kanak
Ehipassiko
BSD
Tangerang, diperoleh hasil dari
wawancara dengan orang tua dari
siswa menyatakan :”Bahwa proses
pembelajaran di Sekolah Taman
Kanak-Kanak
Ehipassiko
BSD
Tangerang, sangat variatif, seperti
yang saya lihat metode-metode
pembelajarannya
juga
menyenangkan,
pelaksanaan
pembelajarannya juga tidak hanya
berada didalam kelas.
Dalam memberikan pelajaran
atau membabarkan Dhamma, Sang
Buddha menggunakan metode yang
sedikit berbeda dari guru-guru
lainnya. Metode atau cara Sang
Buddha
dalam
mengajarkan
Dhamma terdiri dari berbagai
macam, antara lain: metode ceramah
(kotbah), metode tanya jawab,
dengan perumpamaan-perumpamaan
atau contoh-contoh. Sang Buddha
menjelaskan
Dhamma
dengan
bertahap,
secara
sistematis,
terperinci, dan menyesuaikan dengan
kemampuan si pendengar.
Guru
harus
mampu
mengarahkan anak didiknya kejalan
yang benar. Seperti sabda Sang
Buddha yang terdapat dalam
Sigalovada Sutta seseorang guru
mempunyai lima kewajiban yang
harus
dilaksanakan
untuk
menunjukkan kecintaan kepada para
siswanya.
Lima kewajiban yang harus
dimiliki seorang guru itu antaranya,
melatih anknya berbagai macam
ilmu pengetahuan yang bermanfaat,
membuat anak didiknya menguasai
ilmu yang telah di ajarjan, selalu
berbicara baik tentang muridnya
dihadapan siapa saja dan selalu
menjaga keselamatan anak didiknya
dimanapun
berada.
Apabila
kewajiban
itu
benar-benar
dilaksanakan oleh seorang guru
maka, akan diperoleh murid yang
memiliki kepribadian atau kondisi
psikis yang berkualitas.
Berdasarkan hasil penelitian
yang penulis lakukan, Sekolah
Ehipassiko berada di tempat yang
sangat strategis, memiliki sarana
prasana yang lengkap baik arena
khusus untuk tempat bermain anak
pada saat istirahat maupun sarana
pendukung berupa media atau alat
peraga yang digunakan untuk belajar
dikelas, sehingga kondisi siswa pada
saat
menerima
materi
yang
disampaikan oleh guru merasa sangat
gembira.
Proses
pelaksanaan
pembelajaran yang berlangsung tidak
hanya dilakukan didalam kelas,
sehingga penanaman nilai-nilai budi
pekerti Buddhis dapat dipahami oleh
siswa dengan mudah.
Dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar siswa merasa
senang dan tidak cepat bosan, karena
metode yang diterapkan oleh guru
sangat variatif tidak monoton, selain
itu pada saat mengajar guru juga
menerapkan permainan-permainan
yang bersifat mendidik pada anak,
sehingga pada saat belajar anak
merasa
bahwa
belajar
itu
menyenangkan, dan siswa menjadi
lebih
bersemangat
dan
aktif
mengikuti pelajaran.
Berkenaan dengan metode
yang diterapkan pada seluruh mata
pelajaran di TK Ehipassiko dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran
menggunakan metode bermain.
Karena dalam permainan terdapat
arti dan nilai budi pekerti bagi anak
diantaranya adalah sebagai sarana
yang
penting
untuk
mensosialisasikan anak, yaitu sarana
untuk mengenalkan anak pada
lingkungan dan bagian dari suatu
masyarakat. Dengan permainan anak
juga bisa mengukur kemampuan dan
potensi dirinya dengan memahami
sifat dan peristiwa yang berlangsung
di sekitarnya.
Penanaman
nilai-nilai
keagamaan yang dilaksanakan di
Taman Kanak-Kanak Ehipassiko
BSD Tangerang sudah cukup baik,
menggunakan metode belajar sambil
bermain, anak dapat memiliki
disiplin moral (síla), konsentrasi
(samadhi), dan pengetahuan atau
kebijaksanaan (pañña).
Nilai moral dalam agama
Buddha merupakan proses perubahan
sikap dan tingkah laku individu atau
kelompok dalam mendewasakan
manusia
melaui
upaya,
cara
perbuatan, pengajaran dan latihan
atau sikkha sehingga menjadi
tertanam dalam diri seseorang, dan
bagi kemanusiaan hanya bagaimana
penanaman nilai moral itu dapat
ditumbuhkembangkan pada anak
usia dini.
Hasil yang dapat terlihat
setelah guru menerapkan metode
tersebut adalah anak menjadi lebih
sopan, dapat mengerti bagaimana
bersikap terhadap teman-temannya,
bersikap homat kepada guru dan
orang tua, memiliki sifat kepedulian
terhadap orang lain, dan mengerti
bagaimana cara berterimakasih. Pada
saat diluar sekolah seperti dirumah
anak dapat menjadi lebih mandiri
melakukan sesuatu, misalnya saat
mengurus diri sendiri, mengerjakan
tugas sekolah dan lain-lainnya.
PENUTUP
Simpulan
Dari penjelasan pada bab
sebelumnya,
maka
penulis
menyimpulkan bahwa penerapan
metode belajar sambil bermain
sangat efektif untuk meningkatkan
nilai-nilai budi pekerti Buddhisme
pada anak. Guru sebagai pengendali
utama di sekolah tentu harus dapat
memahami perkembangan budi
pekerti
setiap
anak
dan
mengidentifikasi kebutuhan apa saja
yang harus diberikan kepada anak.
Anak
usia
dini
harus
mendapatkan beragam pengetahuan
yang merangsangnya, utamanya
pengembangan kepribadian dan
potensi diri baik psikis dan fisik yang
meliputi moral dan nilai-nilai agama,
sosial emosional, kognitif, bahasa,
fisik atau motorik, kemandirian dan
seni
sesuai
dengan
tahap
perkembangan
anak.
untuk
meningkatkan hal tersebut maka
diperlukan adanya pendidikan.
Secara sederhana pendidikan
budi pekerti anak usia dini yaitu
menghindari menyakiti orang lain
dan saling menolong sesama yaitu
menghindari
perbuatan
negatif,
melakukan
kebajikan,
mengendalikan
diri.
Dengan
melakukan kebajikan sempurna,
mengembangkan
sikap
yang
bermanfaat, seperti cinta kasih dan
welas asih universal, dan melakukan
perbuatan yang di motifasi oleh
pikiran. Dengan mengendalikan diri
dan membuang semua pandangan
yang salah, maka moralitas menjadi
lebih baik.
Dunia anak adalah dunia
bermain. Pada dasarnya anak senang
sekali belajar, jika dilakukan dengan
cara-cara yang menyenangkan. Pada
dasarnya anak-anak belum memiliki
kesadaran akan masa depan,
hidupnya terfokus pada saat ini dan
di sini (now and here), mereka juga
belum memiliki tujuan-tujuan yang
perlu diraih dan diperjuangkan. Oleh
sebab itu, bagi anak-anak segala
sesuatu dianggap sebagai bermain.
Sekolah
Ehipassiko
bercirikan sekolah agama Buddha,
materi-materi pendidikan agama
Buddha di Taman Kanak-Kanak
Ehipasiko mencakup pembelajaran
budi pekerti dalam setiap mata
pelajaran. pembelajaran budi pekerti
ini dilakukan lewat bermain drama
yang mengisahkan riwayat hidup
Sang Buudha. Dengan pembelajaran
budi pekerti yang baik, maka secara
tidak
langsung
akan
dapat
menunjang keberhasilan para siswa
sendiri, khususnya kegiatan belajarmengajar di kelas menjadi lancar,
siswa bisa tenang, sopan, dan berkata
yang baik.
Saran
Metode
bermain
sambil
belajar ini adalah metode yang
sangat perlu untuk dirancang dan
diterapkan
dalam
proses
pembelajaran terutama pada anak
usia dini. Mengingat dunia anak
adalah dunia bermain maka sudah
seharusnya bagi para pendidik perlu
menguasai cara merancang dan
menyusun materi pembelajaran yang
memenuhi
aspek-aspek
perkembangan anak melalui konsep
pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan.
Bermain
merupakan
pengalaman belajar yang berharga,
karena ketika bermain anak dapat
mendorong imajinasi anak dan
mengeluarkan
ide-ide
yang
tersimpan di dalam dirinya. Anak
mengekspresikan pengetahuan yang
dimiliki dalam dunianya sendiri dan
kemudian juga sekaligus bisa
mendapatkan pengetahuan baru, dan
semua dilakukan dengan cara yang
menggembirakan hatinya. Tidak
hanya pengetahuan tentang dunia
yang ada dalam pikiran anak yang
terekspresikan lewat bermain, tetapi
juga hal-hal yang dirasakan oleh
anak-anak, ketakutan-ketakutan dan
kegembiraannya.
Untuk memberikan masukan
terhadap masyarakat terutama siswa,
orangtua dan guru atau pendidik
agar penerapan metode belajar
sambil bermain dapat diterapkan
baik disekolah maupun dilingkungan
sekitar secara efektif, diharapkan:
1. Tersedianya media pembelajaran
untuk agama Buddha disekolah.
2. Guru menggunakan metode
pembelajaran yang
menyenangkan, yang tepat dan
sesuai dengan kondisi siswa.
3. Kreativitas dan inovatif dalam
menemukan
metode
yang
menyenangkan
dalam
pembelajaran.
4. Dapat meningkatkan minat siswa
agar lebih tertarik
terhadap
pembelajaran budi pekerti.
5. Pembelajaran
budi
pekerti
menjadi mudah dan lebih di
mengerti oleh siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ayuningsih
Dyah,
Psikologi
Perkembangan
Anak.
Yogyakarta: Pustaka Larasati.
Dharmamulya, Sukirman, dkk. 1993.
Trasformasi
Nilai
Budi
Pekerti Melalui Permainan
Rakyat DIY. Yogyakarta:
Proyek P3NB
Hadisukatno, S. 1970. Permainan
Kanak-kanak
sebagai
alat
Pendidikan. Buku Peringatan
Taman Siswa 30 tahun 19221952. Yogyakarta: Majelis
Luhur
Persatuan
Taman
Siswa.
Hurlock, E. 1978. Perkembangan
Anak. Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga.
Jala, Fasli. Pendidikan Input Tumbuh
Kembang
Anak.
http://www.pikiranrakyat.com/cetak/0902/09/inde
x.htm. (diakses pada tanggal 27
Januari 2013)
Jati,
S.P dan Suyanto. 2010.
Pedoman Penulisan Skripsi.
STABN Sriwijaya
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi Ketiga. 2003. Jakarta:
Balai Pustaka
Ketut
Sukardi,
Dewa.
1989.
Pengantar Teori Konseling .
Jakarta: Rieneka Cipta.
Mettadewi. 2000. Berjalan Sesuai
Dhamma. Cetakan pertama.
Jakarta:
Yayasan
Pancaean
Dharma.
Miles dan Huberman, Am. 1992.
Analisa
Data
Kualitatif.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Moeslichatoen.
2004.
Metode
Pengajaran Di Taman KanakKanak. Cetakan kedua. Jakarta:
Asdi Mahasatya.
Moleong Lexy. 2007. Metodologi
Penelitian
Kuantitatif.
Bandung: Remadja Karya.
Montolalu, dkk. 2008. Bermain dan
Permainan
Anak.
Jakarta:Universitas Terbuka.
Nazir,
Moch.
1988.
Metode
Penelitian. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Nggermanto, A. 2005. Quantum
Quotient. Cetakan Keenam.
Bandung: Nuansa.
Sarada, Varagoda. 1997. Maha
Mańgala Sutta (Berkah Utama).
Jakarta: Vihara Dhammacakka
Jaya.
Supandi, C.J. 1993. Tata Bahasa
Pali.Bandung:
Yayasan
Penerbit
Karaniya,
Edisi
ketiga puluh satu.
Suryadi. 2006. Kiat Jitu Dalam
Mendidik
Anak.
Cetakan
pertama.
Jakarta:
Edsa
Mahkota.
Sugiyono.
2009.
Memahami
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta, cv.
Suyanto, S. 2005. Dasar-Dasar
Pendidikan anak Usia Dini.
Yogyakarta:
Hikayat
Publishing.
Tedjasaputra, Mayke S. 2007.
Bermain,
Mainan,
dan
Permainan: Untuk Pendidikan
Usia Dini. Jakarta: grasindo.
Tim Penerjemah Kitab suci. 1992.
Kumpulan Sutta Majjhima
Nikaya I. Jakarta: Yayasan
Pancaran Dharma.
_______________________. 2003.
Kumpulan Sutta Anguttara
Nikaya III. Jakarta: Yayasan
Pancaran Dharma.
Uno, Hamzah B. 2007. Metode
Pembelajaran:
Menciptakan
Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif. Jakarta:
Bumi Aksara.
Walse, Maurice. 2009. Sutta Pitaka
Dīgha-Nikāya. Dhammacitta
Press.
Widya, Surya. 2001. Dhammapada.
Jakarta:
Yayasan
Abdi
Dhamma Indonesia.
Wijaya-mukti, Krishnanda, 2003.
Wacana
BuddhaDhamma.Jakarta:
Yayasan
Dharma Pembangunan dan
Ekayana Buddhist Centre.
Wowor, C. 2004. Pandangan Sosial
Agama Buddha. Jakarta: CV.
Nitra Kencana Buana.
Zuriah, N. 2007. Pendidikan Moral
dan Budi Pekerti Dalam
Perspektif Perubahan. Jakarta:
Cetakan pertama PT. Bumi
Aksara.
http://meetabied.wordpress.com/200
9/12/25/manfaat-aktivitasbermain-terhadapperkembangan-psikologis-anak
usia dini. (diakses pada tanggal
3 Desember 2012)
http:/iskaradah.blogspot.com/2009/0
5/karesteristik-anak-usiadini.html.
(diakses
pada
tanggal 12 januari 2013)
http://www.gurukecil.com/index.
(diakses pada tanggal 13
Sepetember 2012)
http://layartekno.blogspot.com/2012/
10/tujuan-tujuanpembelajaran.html.
(diakses
pada tanggal 24 Desember 2012)
http://surganimmanarati.blogspot.co
m/2013/01/nilai-pendidikanagama-buddha-mahathera.html.
(diakses pada tanggal 23
Februari 2013)
http://www.spocjournal.com/budaya/
155-budi-pekerti-seorang-anakdi-zi gui.html. (diakses pada
tanggal 17 Juni 2013)
Download