PROBLEMATIKA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM

advertisement
PROBLEMATIKA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN KURIKULUM 2013 DI KOTA KEDIRI
Arif Hidayatulloh, Wahidul Anam, Moh. Zainal Fanani
ABSTRAK
Perubahan Kurikulum pada dasarnya adalah usaha untuk memperbaiki kualitas
pendidikan, Indonesia telah menerapkan Kurikulum 2013 perubahan dari KTSP, Guru sebagai
ujung tombak penerapan kurikulum, diharapkan bisa menyiapkan dan membuka diri terhadap
beberapa kemungkinan terjadinya perubahan. Kesiapan guru lebih penting dari pada
pengembangan kurikulum 2013. Kenapa guru menjadi penting ? Karena dalam kurikulum 2013,
bertujuan mendorong peserta didik, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya,
bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka
ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Melalui empat tujuan itu diharapkan siswa
memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih
kreatif, inovatif, dan lebih produktif. Akan tetapi sangat bukan berarti tidak ada masalah yang di
alami oleh guru dalam implementasi. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti tentang:
Problematika Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam mengimplementasikan Kurikulum
2013 di Kota Kediri. Dengan fokus penelitian: 1) Bagaimana implementasi Kurikulum 2013 di
Kota Kediri ? dan 2) Bagaimana Problematika yang dihadapi Guru Pendidikan Agama Islam
(PAI) dalam Mengimplementasikan Kurikulum 2013 di Kota Kediri ?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun jenisnya adalah studi kasus.
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara,
dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan reduksi data, paparan atau penyajian data,
dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa: 1) Implementasi Kurikulum 2013 di Kota
Kediri belum berjalan dengan maksimal masih ada kekurangan-kekurangan yang harus di
perbaiki contohnya saja pendampingan dalam implementasi itu sangat kurang, kekurangan itu
lebih terlihat di nasional dan akhirnya kurikulum 2013 oleh menteri pendidikan dan hanya
beberapa sekolah yang menjadi percontohan penerapan K-13 di Kota Kediri . 2) Problematika
Guru PAI antara lain mengalami kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran, karena
kurangnya pemahaman guru tentang Kurikulum 2013 dengan konsep pembelajaran Kurikulum
2013, Guru PAI belum mempunyai persiapan yang cukup matang untuk melaksanakan
penerapan Kurikulum 2013, Keterlambatan pengadaan pelatihan bagi guru-guru, khususnya
guru PAI tentang kurikulum 2013 seperti workshop, pelatihan-pelatihan bagi guru, sosialisasi
kurikulum 2013, dan sebagainya terakhir Sarana dan prasarana yang kurang memadai dalam
menunjang pelaksanaan Kurikulum 2013 di beberapa yang ada di Kota Kediri, sehingga
menghambat pelaksanaan kurikulum yang diterapkan.
Kata kunci: Problematika Guru Pendidikan Agama Islam (PAI), Implementasi, Kurikulum 2013.
A. Pendahuluan
Problematika pendidikan memang tidak akan pernah selesai dibicarakan oleh
siapapun.1 Dalam konteks Indonesia, berdasar fakta empiris perjalanan prosesi
penyelenggaraan pendidikan menunjukkan bahwa Permasalahan Guru dan Perubahan
Kurikulum selalu menjadi hot issue untuk dibicarakan.
Negara dikatakan hebat jika memiliki kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang
benar-benar berkualitas untuk mencapai itu diperlukan pendidikan yang baik salah satunya
guru, sosok sentral didunia pendidikan dan pembahasan mengenai guru selalu menarik,
karena ia adalah kunci pendidikan. Artinya jika guru sukses, maka kemungkinan besar
murid-muridnya akan sukses. Guru adalah figur inspirator dan motivator murid dalam
mengukir masa depannya. Jika guru mampu menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi
1
Hal tersebut setidak-tidaknya didasarkan pada beberapa alasan. Pertama, merupakan fitrah orang bahwa
mereka menginginkan pendidikan yang lebih baik, sekalipun mereka kadang-kadang belum tahu sebenarnya mana
pendidikan yang lebih baik itu. Kedua, teori pendidikan akan selalu ketinggalan zaman, karena ia dibuat berdasarkan
kebutuhan masyarakat yang selalu berubah pada setiap tempat dan waktu. Ketiga, perubahan pandangan hidup juga
ikut berpengaruh terhadap ketidakpuasan seseorang akan pendidikan.
anak didiknya, maka hal itu akan menjadi kekuatan anak didik dalam mengejar cita-citanya
di masa depan.
Terlepas dari hal itu, guru juga memiliki berbagai problematika atau masalah.
Masalah guru senantiasa mendapat perhatian, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat
pada umumnya dan oleh ahli pendidikan khususnya. Pemerintah memandang bahwa seorang
guru merupakan media yang sangat penting artinya dalam kerangka pembinaan dan
pengembangan bangsa. Guru mengemban tugas-tugas sosio kultural yang berfungsi
mempersiapkan generasi muda, sesuai dengan cita-cita bangsa. Menurut Beeby dalam
bukunya Abdulloh ;
Masalah guru adalah masalah yang penting. Penting oleh sebab mutu guru turut
menentukan mutu pendidikan. Sedangkan mutu pendidikan akan menentukan mutu
generasi muda, sebagai calon warga negara dan warga masyarakat. Masalah mutu
guru sangat bergantung kepada sistem pendidikan guru. Sebagaimana halnya mutu
pendidikan pada umumnya, maka mutu pendidikan guru harus ditinjau dari dua
kriteria pokok, yakni kriteria produk juga kriteria proses.2
Produk pendidikan guru ditentukan oleh tujuan pendidikan guru yang hendak dicapai,
baik tujuan intrinsik maupun tujuan ekstrinsik. Tujuan intrinsik merupakan tujuan-tujuan
yang didasarkan pada sistem nilai dan kultural masyarakat. Sedangkan tujuan ekstrinsik,
mempersoalkan tujuan pendidikan, apakah sesuai dengan tuntutan lapangan kerja dan
masyarakat. Secara spesifik, apakah pendidikan guru telah relevan dengan tuntutan kerja di
sekolah tempat ia bertugas.
Kriteria melihat proses pendidikan guru dari sudut penyelenggaraan pendidikan,
antara lain mermperbincangkan masalah kurikulum, alat, media, dan peranan guru yang
bertugas dalam lembaga pendidikan guru. Tentu saja kurikulum dan berbagai komponen
lainnya yang menunjang proses pendidikan guru, semuanya dibina dan direncanakan sejalan
dengan tujuan yang hendak dicapai. Jadi, jelas antara kriteria produk dan kriteria proses
harus sejalan.
2
Muhammad Abdullah Ad-Duwesy, Menjadi Guru Yang Sukses dan Berpengaruh. (Surabaya: CV. Fitrah
Mandiri Sejahtera. Cet, 3, 2007). hlm 17.
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang cukup sentral
dalam seluruh kegiatan pendidikan, menentukan proses pelaksanaan dan hasil pelaksanaan
dan hasil pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum di dalam pendidikan dan dalam
perkembangan kehidupan manusia, menyusun kurikulum tidak dapat
dikerjakan
sembarangan penyusunan kurikulum membutuhkan landasan - landasan yang kuat, yang
didasarkan atas hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam.
Kalau
landasan
pembuatan sebuah gedung tidak kokoh yang akan ambruk adalah gedung tersebut, tetapi
kalau landasan pendidikan, khususnya kurikulum yang lemah, yang akan “ambruk” adalah
manusianya.3
Perubahan kurikulum seharusnya berangkat dari kompetansi-kompetensi sebagai
hasil analisis dari berbagai kebutuhan di masyarakat, baik kebutuhan untuk hidup (bekerja)
maupun untuk mengembangkan diri sesuai dengan pengembangan diri sesuai dengan
pendidikan seumur hidup. Oleh karena itu, dalam pengembangan kurikulum sedikitnya
harus menempuh dan mencakup dua langkah berikut. Pertama merumuskan visi dan misi
pendidikan secara jelas. Kedua berdasarkan visi misi tersebut, dijabarkan keopetensikompetensi tandar, yang dapat mengakomodasi kebutuhan berbagai pihak dalam berbagai
dimensi masyarakat, baik kebutuhan sekarang maupun kebuthan masa depan, tanpa
melupakan kebuthan masa lalu yang tidak terpenuhi.4
Adapun fungsi kurikulum bagi guru atau pendidik adalah5 :
1.
Pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman belajar para anak didik.
2.
Pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak didik dalam rangka
menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan.
Kurikulum sekarang ini sudah berganti dari KTSP menjadi Kurikulum 2013.
Perubahan kurikulum merupakan sebuah keniscayaan sebagai konsekuensi dari perubahan
situasi dan kondisi masyarakat tempat berlangsungnya pendidikan. Ellis, dkk. mengklasifikasikan beberapa kategori yang berpengaruh terhadap kurikulum, yaitu: individuindividu yang terlibat dalam komunitas sebuah lembaga pendidikan; kepentingankepentingan kelompok yang diorganisasikan secara khusus; kepentingan-kepentingan
3
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005), hlm 38.
4
E. Mulyasa, Kurikulum Yang Disempurnakan Pengembangan Standard Kompetensi Dan
Kompetensi Dasar (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 15
5
Drs. Abdullah Idi, M.Ed. Pengembangan Kurikulum.( Jakarta.1999). hlm. 135.
komersial; para penggagas informasi dan ide-ide baru; perubahan kondisi ekonomi dan
masyarakat; organisasi-organisasi profesi dan masyarakat terpelajar; serta evaluasi dan
akreditasi eksternal.6
Lahirnya Kurikulum 2013 adalah yang diberlakukan pada awal tahun pelajaran 20132014 dengan sasaran pelaksanaan penerapan yang masih terbatas pada jenjang, tingkatan
(kelas) dan sekolah tertentu merupakan upaya nyata pemerintah dalam meningkatkan
kualitas pendidikan. Sebagai kurikulum yang disempurnakan, Kurikulum 2013 niscaya
belum dipahami penuh oleh masyarakat luas, termasuk oleh guru sekolah dasar/ sekolah
menengah
pertama/
sekolah
menengah
atas/
sekolah
menengah
kejuruan
7
(SD/SMP/SMA/SMK).
Terlepas dari pro-kontra perdebatan antara pihak yang menolak dan menerima bahkan
menyetujui atas inisiasi pemerintah dalam membenahi kualitas pendidikan dengan
merombak dan merubah kurikulum di Indonesia -meminjam istilah Yudi Latif dalam
menyebut mahasiswa sebagai salah satu komponen kaum intelegensia- sebagai kaum
terdidik modern, diharuskan bijak dalam menyikapi kebijakan pendidikan yang dikeluarkan
dengan sikap kritis dan análisis berdasar argumentasi dan data maupun fakta yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Angin segar tersebut harus disambut dengan harapan
dapat menghasilkan kualitas peserta didik lebih baik, berkualitas dan kompetitif mempunyai
bargain power di era global.
Moh. Nuh (Menteri Pendidikan) menjelaskan, keunggulan Kurikulum 2013
dibandingkan dengan kurikulum KTSP. antara lain8:
Pertama, jika menurut kurikulum KTSP mata pelajaran ditentukan dulu untuk
menetapkan standar kompetensi lulusan, maka pada Kurikulum 2013 pola pikir
tersebut dibalik.
6
Arthur K. Ellis, et al., Introduction to the Foundation of Education (New Jersey: Prentice-Hall, Engliwood
Cliffs, 1986), hlm. 279.
7
Bahkan dari empat landasan penyusunan kurukulum 2013 yang meliputi landasan yuridis, filosofis, teoritis
dan empiris. tersebut juga terkesan dipaksakan, contohnya pada landasan yuridis penyusunan dicantumkan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. Apakah kurikulum ini masih menggunakan
Permendiknas nomor 22 dan 23 sebagai acuan? Karena kurikulum ini “merombak” standar isi dan SKL.
8
http://petir-fenomenal.blogspot.com/2013/03/Keunggulan-Kurikulum-2013.html Written By Joy Johari on
Kamis, diakses 12 Februari 2014
Kedua, kurikulum baru 2013 memiliki pendekatan yang lebih utuh dengan berbasis
pada kreativitas siswa. Kurikulum baru memenuhi tiga komponen utama pendidikan,
yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap. "Ke depan, kreativitas yang menjadi
andalan. Di Kurikulum 2013 ditekankan pada penguatan karakter," katanya.
Ketiga, pada kurikulum baru didisain berkesinambungan antara kompetensi yang ada
di SD, SMP hingga SMA.
Berbagai fenomena yang cukup memprihatinkan turut memberikan noktah-noktah
dan stereotype negatif citra generasi penerus bangsa, mulai degradasi moral, lemahnya
praktik relegiusitas dalam kehidupan sehari hingga rendahnya kemampuan intelektualitas
yang tak mampu bersaing dengan bangsa lain merupakan persoalan-persoalan yang selalu
meniscayakan adanya win-win solution yang solutif bagi pemangku pendidikan. Pada
konteks ini yang selalu menjadi sorotan utama adalah guru Pendidikan Agama Islam. Dan
dari banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa masih lemahnya kualitas pendidik atau
guru pendidikan agama Islam disekolah senantiasa menjadi preseden negatif.
Guru sebagai ujung tombak penerapan kurikulum, diharapkan bisa menyiapkan dan
membuka diri terhadap beberapa kemungkinan terjadinya perubahan. Kesiapan guru lebih
penting dari pada pengembangan kurikulum 2013. Kenapa guru menjadi penting ? Karena
dalam kurikulum 2013, bertujuan mendorong peserta didik, mampu lebih baik dalam
melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa
yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Melalui
empat tujuan itu diharapkan siswa memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan
pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif.
Disinilah
guru
berperan
besar
didalam
mengimplementasikan
tiap
proses
pembelajaran pada kurikulum 2013. Guru ke depan dituntut tidak hanya cerdas tapi juga
adaptip terhadap perubahan.
Guru PAI di sejumlah sekolah yang ada di kota Kediri mengalami sejumlah masalah
dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 mulai dari kurang pahamnya terhadap K-13
itu sendiri sampai sarana dan prasana penunjang yang jauh dari kata mencukupi.
Berpijak dari uraian singkat diatas, maka dalam skripsi ini mengambil judul
“Problematika Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Mengimplementasikan
Kurikulum 2013 di Kota Kediri”.
B. Guru dan Implementasi Kurikukum 2013
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang
melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti dilembaga pendidikan
formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau/mushalla, dirumah, dan sebagainya.9 Guru
merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru.
Sedangkan yang dimaksud dengan guru agama adalah "orang dewasa yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan anak didik dengan memberikan pertolongan terhadap
mereka dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan,
mampu berdiri sendiri dan memenuhi tugasnya sebagai hamba atau khalifah Allah
maupun sebagai makhluk sosial serta makhluk individu yang mandiri".10
Pendidikan agama adalah usaha-usaha secara sistematis dan progmatis dalam
membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam. (Zuhairini, 1983 :
27).
Berdasarkan definisi diatas, dapat difahami bahwa guru pendidikan agama islam
adalah orang dewasa yang memiliki keahlian dalam ilmu keguruan yang bertugas untuk
mendidik dan mengajar anak hingga memperoleh kedewasaan baik jasmani maupun
rohani yang pada akhirnya anak didik tersebut mampu menjalankan tugasnya sebagai
khalifah Allah SWT, serta mampu berinteraksi sosial di tengah-tengah kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Oleh karena itu, guru merupakan salah satu komponen
manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan
9
M. Ali Hasan dan Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2003),
hlm. 122.
10
Muhaimin.Paradigma Pendidikan Islam, ( Jakarta.Rosda.2003). hlm. 163.
Sumber Daya Manusia (SDM) yang potensial di bidang pembangunan. (Sardiman, 2007 :
125).11
Jadi problematika guru dalam pendidikan agama islam adalah persoalan-persoalan
sulit yang dihadapi dalam proses pembelajaran oleh guru yang bertugas untuk mendidik
dan mengajar anak didik hingga memperoleh kedewasaan baik jasmani maupun rohani
dalam pendidikan agama Islam.
1. Model Penelitian Tentang Problema Guru
Dalam hubungannya dengan usaha memecahkan problema guru, Himpunan
Pendidikan Nasional (National Education Association) di Amerika Serikat pernah
melakukan penelitian tentang hal tersebut secara nasional sejak tahun 1968 yang lalu
sebagai berikut:12
1) Prosedur
Pengumpulan data dilakukan oleh bagian penelitian, N. E. A (National Education
Association) melalui survey pendapat umum guru (Opinion Survey) 1968 di kalangan
guru-guru sekolah negeri yang dijadikan samel secara nasional.
Kuesioner yang dibuat terdiri dari 17 macam pertanyaan tentang problema guru
yang dipandang potensional. Responden diminta untuk menunjukkan bagi masingmasing guru mana suatu problema pokok dan tidak sama sekali bukan problema di
lingkungan sekolah masing-masing. Kemudian data yang terkumpul dari kuesioner itu
dijadikan landasan analisis.
2) Hasil yang diperoleh
Mereka mendapat 5 aspek pokok yang menyangkut kondisi dan kompensasi tugas
mengajar guru yang dipandang sebagai problema major -+ 25% dari responden dan -+
40% responden yang menganggapnya sebagai problema minor. Ini menempatkan
sejumlah guru yang mempunyai problema dalam aspek-aspek tersebut dalam
kedudukan antara 65-75%.
Adapun 5 Aspek pokok tersebut menyangkut hal-hal sebagai berikut:
a. Sedikitnya waktu untuk istirahat dan untuk persiapan pada waktu dinas di sekolah.
11
Di akses dari.http://aadesanjaya.blogspot.com/2010/10/problema-yang-dihadapi-guru-pai-dalam.html. pada
tanggal 05 Februari 2013, pukul 10.34 WIB
12
Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), hlm.110-111.
b. Ukuran kelas yang terlalu besar.
c. Kurangnya bantuan administrative.
d.
Gaji yang kurang memadai.
e. Kurangnya bantuan kesejahteraan.
Adapun aspek yang berbeda pada ranking kedua adalah hal-hal yang berhubungan
dengan aspek-aspek yang lebih khusus tentang kegiatan sekolah, antara lain:13
1) Bantuan yang memadai dari guru-guru khusus.
2) Tidak adanya bantuan masyarakat kepada sekolah.
3) Pengelompokan murid yang kurang efektif dalam kelas-kelas.
4)
Rapat-rapat guru yang tidak efektif.
Ada 3 aspek yang memperoleh persentase paling rendah dalam deretan daftar
problema major, yaitu:
a. Perkumpulan guru-guru local yang tidak efektif.
b. Kurangnya kesempatan untuk mengembangkan profesi, dan
c. Sikap negative rekan-rekan pengajar terhadap tugas mengajar.
Hasil-hasil penelitian ini mempunyai arti penting bagi para administrator
kependidikan di Negara kita yang sedang berkembang ini. Bahkan di Negara maju seperti
Amerika Serikat saja masih terdapat keluhan di kalangan guru-guru sekolah negeri.
Masalah di bidang pengajaran yang belum mencukupi kebutuhan hidup dan lain
sebagainya yang tercermin dalam penelitian di atas.
2. Problematika Guru PAI
1. Problematika Guru Secara Umum
Ada beragam problem yang dihadapi oleh guru, yang secara umum dapat
diuraikan sebagai berikut:14
1) Rendahnya penguasaan IPTEK
Memasuki era persaingan global sekarang ini, penguasaan IPTEK
menyebabkan rendahnya kualitas nilai SDM. Hal ini merupakan ancaman
sekaligus tantangan yang nyata bagi guru khususnya dan bangsa Indonesia pada
umumnya dalam menjaga eksistensi guru dimasa depan.
13
14
Ibid. hlm,.111-113.
Baharuddin, Profesi Keguruan, (Malang: IKIP Malang.1995).hlm.156.
2) Rendahnya kesejahteraan guru
Hal lain yang juga merupakan problem yang harus dihadapi oleh guru
adalah rendahnya gaji guru sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya
secara memadai. Seringkali orientasi kerja guru dituntut hanya semata-mata
mengabdikan dirinya untuk kepentingan profesi dan mengabaikan kebutuhan
dasar tersebut. Akibatnya kesejahteraan guru rendah dan timbulah keinginan
memperbaiki kesejahteraan itu. Dalam keadaan seperti ini, tenaga dan pikiran
guru akan lebih tersita untuk memenuhi kebutuhannya daripada tuntutan
profesinya.
Kurangnya minat guru dalam meningkatkan kualitas keilmuannya dengan
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dalam hal ini seharusnya
semua pihak memberi kelonggaran dan dukungan sepenuhnya supaya guru
mendapatkan kesempatan seluas-luasnya.
3) Rendahnya minat baca.
Dengan cara menyadari tentang pentingnya pengembangan wawasan
keilmuan dan pengetahuan serta kemajuan dalam dunia pendidikan sehingga guru
bisa memiliki tingkat intelektual yang matang.
4) Guru seharusnya menyadari bahwa tugasnya yang utama adalah mengajar dalam
pengertian menata lingkungan agar terjadi kegiatan belajar pada peserta didik.
Berbagai kasus menunjukkan bahwa diantara para guru banyak yang merasa
dirinya sudah dapat mengajar dengan baik, meskipun tidak dapat menunjukkan
alasan yang mendasari asumsi itu. Asumsi keliru tersebut seringkali menyesatkan
dan menurunkan kreatifitas sehingga banyak guru yang suka mengambil jalan
pintas dalam pembelajaran baik dalam perencanaan pelaksanaan maupun dalam
evaluasi pembelajaran.
5) Aspek psikologi menunjukkan pada kenyataan bahwa peserta didik yang belajar
pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang berbeda satu dengan lainnya
sehingga menuntut materi yang berbeda pula.
6) Tidak semua guru memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan
berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi
kesulitan belajar. Dalam hal ini, guru dituntut memahami berbagai model
pembelajaran yang efektif agar dapat membimbing peserta didik secara optimal.
7) Dalam kaitannya dengan perencanaan, guru dituntut untuk membuat persiapan
mengajar yang efektif dan efisien. Namun dalam kenyataannya dalam berbagai
alasan, banyak guru mengambil jalan pintas dengan tidak membuat persiapan
ketika melakukan pembelajaran, sehingga guru mengajar tanpa persiapan.
8) Sering terjadi persiapan pembelajaran (Mall Educative). Banyak guru yang
memberikan hukuman kepada peserta didik tidak sesuai dengan jenis kesalahan.
Dalam pada itu seringkali guru memberikan tugas yang harus dikerjakan peserta
didik diluar kelas (pekerjaan rumah) namun jarang sekali guru yang mengoreksi
pekerjaan siswa dan mengabaikannya tanpa memberi komentar, kritik, dan saran
untuk kemajuan peserta didik. Seharusnya guru menerapkan kedisiplinan secara
tepat waktu dan tepat sasaran.
9) Guru sering mengabaikan perbedaan individu peserta didik. Sebagaimana
diketahui bahwa peserta didik memiliki perbedaan individual yang sangat
mendasar yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran. Peserta didik memiliki
emosi yang sangat variatif dan sering memperlihatkan sejumlah perilaku tampak
aneh. Setiap peserta didik memiliki perbedaan yang unik, memiliki kekuatan,
kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga,
latar belakang sosial ekonomi dan lingkungan, membuat peserta didik berbeda
dalam aktivitas, inteligensi, dan daya kompetensinya.
Dalam hal ini tidak sesuai dengan apa yang harus menjadi hak dan kewajiban
seorang guru, bahwa hak seorang guru adalah:15
1) Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan
kesejahteraan social;
2) Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;
3) Memperoleh perlindungan dalam melaksanaan tugas dan hak atas kekayaan
intelektual;
4) Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;
15
Undang - undang RepublikIndonesia No14, Tahun 2005 Diakses dari; http://www.Slide share.net/srijadi/ uuno-14-2005-guru-dan-dosen. pada tanggal 10 Februari 2014 pukul 23.11 WIB
5) Memperoleh dan memanfaatjkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang
kelancaran tugas keprofesionalan;
6) Memiliki kebebasan dalam penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan
dan/sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan
peraturan perundang-undangan;
7) Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas;
8) Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi;
9) Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan;
10) Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi
akademik dan kompetensi; dan/atau
11) Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.
3. Arti Pendidikan dan Pendidikan Islam
Pendidikan Islam menurut Langgulung setidak-tidaknya tercakup al: yaitu al
tarbiyah al diniyah (pendidikan keagamaan), ta’lim al din (pengajaran agama), al ta’lim
al diny (pengajaran keagamaan), al ta’lim al Islamy (pengajaran keislaman) tarbiyah al
muslimin (pendidikan orang-orang islam), al tarbiyah fi al islam (pendidikan dalam
islam), al tarbiyah inda al muslimin (pendidikan dikalangan orang-orang islam), dan al
tarbiyah al Islamiyah (pendidikan islam).
Didalam konteks pendidikan Islam, pendidikan berarti pandangan hidup, sikap
hidup, dan keterampilan hidup tersebut harus bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan
nilai-nilai Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan as Sunnah/al Hadits.
Pandangan yang dikotomis antara aspek kehidupan dunia dan akhirat memandang
dengan sebelah mata terhadap pendidikan yang berkaitan dengan agama Islam
pendidikan keagamaan dihadapkan dengan pendidikan non keagamaan.
Karena itu pengembangan pendidikan Islam hanya berkisar pada aspek kehidupan
ukhrowi yang terpisah dengan kehidupan duniawi, atau aspek kehidupan rohani yang
terpisah dengan kehidupan jasmani pendidikan (agama) islam hanya mengurusi persoalan
ritual dan spiritual. Sementara kehidupan politik, ekonomi, ilmu pengetahuan teknologi
dan sebagainya dianggap sebagai urusan duniawi yang menjadi bidang garap pendidikan
umum (non agama) pandangan dikotomis inilah yang menimbulkan dualisme dalam
sistem pendidikan. Istilah pendidikan agama dan pendidikan umum atau ilmu agama dan
ilmu umum.
Islam memang tidak pernah membedakan antara ilmu-ilmu agama dan ilmu
umum (keduniaan), dan atau tidak berpandangan dikotomis mengenai ilmu pengetahuan.
Kalau dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan diarahkan untuk mengembangkan
manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa, maka dalam konteks
pendidikan Islam justru harus berusaha lebih dari itu. Dalam arti pendidikan Islam bukan
sekedar diarahkan untuk mengembangkan manusia yang beriman dan bertaqwa, tetapi
justru berusaha mengembangkan manusia untuk menjadi pimpinan bagi yang bertaqwa.
Tujuan akhir pendidikan Islam itu diarahkan pada peningkatan manusia yang menyembah
pada Allah dan takut pada-Nya.
4. Problema Guru dalam Pendidikan Islam
Dengan dijelaskannya mengenai problema guru dalam pendidikan secara umum
maupun pendidikan islam secara khusus di atas, pembahasan dapat ditekankan sebagai
berikut:16
1.
Tidak semua guru memiliki kepribadian yang matang sesuai dengan profesinya dan
berperilaku yang Islami. Seharusnya guru memiliki kepribadian beretika sesuai
dengan jabatan keguruannya, karena bagaimanapun seorang guru akan tetap
dijadikan uswatun hasanah oleh murid-muridnya.
2.
Tidak semua guru menguasai ilmu pengetahuan atau bidang keahliannya dan
wawasan pengembangannya yang bernuansa Islam karena bagaimanapun seorang
guru yang akan menginspirasi muridnya kepada ilmu pengetahuan dalam perspektif
islam haruslah menguasai ilmu pengetahuan sendiri dan sekaligus mampu memberi
nafas keislaman.
3.
Tidak semua guru menguasai keterampilan untuk membangkitkan minat murid
kepada ilmu pengetahuan yang bernuansa Islam. Seharusnya sebagai guru berupaya
bagaimana membangkitkan minat baca sehingga siswa mudah menerima /
mendapatkan wawasan keilmuan.
16
Di akses dari ; http://al-ysn.blogspot.com/2011/05/problematika-guru-.html. pada tanggal 01 Maret 2014.
pukul.14.15 WIB
4.
Tidak semua guru siap untuk mengembangkan profesi yang berkesinambungan agar
ilmunya keahliannya selalu baru (Up to date). Karena itu peningkatan study lanjut
kegiatan-kegiatan penelitian intensif, diskusi, seminar, pelatihan dan lain-lainnya
yang mendukung peningkatan dan pembangunan keahliannya serta mendukung
survivenya studi. Seharusnya guru mau meningkatkan study lanjut dan kalau sudah
luas ilmunya dia yang seluas-luasnya utamanya yang sesuai dengan bidangnya
masing-masing.
Problematika yang ada pada dunia pendidikan pada umumnya bukanlah
permasalahan yang berdiri sendiri, melainkan terkait baik secara langsung maupun tidak
langsung, dengan perkembangan Iptek dan aspek kehidupan-kehidupan yang lain, baik
ekonomi, politik, sosial budaya. Berbagai tantangan yang dihadapi dunia pendidikan pada
umumnya juga harus dihadapi oleh pendidikan agama sebagai bagian dari proses
pendidikan bangsa.
5. Solusi
Untuk mengatasi problematika guru di atas, diperlukan kerja sama dari kita semua
untuk dapat saling membantu agar guru mampu meneliti, mendapatkan income tambahan
dari keprofesionalannya, dan menyulut guru untuk kreatif dalam mengembangkan sendiri
media pembelajarannya. Bila semua itu dapat terwujud, maka kualitas pendidikan kitapun
akan meningkat.17
1. Implementasi Kurikulum 2013
Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan tentang implementasi kurikulum
diantaranya sebagai berikut:
Pasal 1
Implementasi kurikulum 2013 pada sekolah dasar/ madrasah ibtidaiyah (SD/MI),
sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs), sekolah menengah
atas/madrasah aliyah (SMA/MA), dan sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah
kejuruan (SMK/MAK) dilakukan secara bertahap mulai tahun pelajaran 2013/2014.
Pasal 2
17
M. Ali Hasan dan Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 2003),
hlm. 225
Ayat (1) Implementasi kurikulum pada SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK
menggunakan pedoman implementasi kurikulum yang mencangkup :
a. Pedoman penyusunan dan pengelolaan KTSP.
b. Pedoman pengembangan muatan lokal.
c. Pedoman kegiatan ekstrakurikuler
d. Pedoman umum pembelajaran, dan
e. Pedoman evaluasi kurikulum
Implementasi kurikulum adalah usaha bersama antara Pemerintah dengan
pemerintah daerah propinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota.
1.
Pemerintah bertanggung jawab dalam mempersiapkan guru dan kepala sekolah untuk
melaksanakan kurikulum.
2.
Pemerintah bertanggungjawab dalam melakukan evaluasi pelaksanaan kurikulum
secara nasional.
3.
Pemerintah propinsi bertanggungjawab dalam melakukan supervisi dan evaluasi
terhadap pelaksanaan kurikulum di propinsi terkait.
4.
Pemerintah
kabupaten/kota
bertanggungjawab
dalam
memberikan
bantuan
profesional kepada guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan kurikulum di
kabupaten/kota terkait.
Stategi Implementasi Kurikulum terdiri atas:
1.
Pelaksanaan kurikulum di seluruh sekolah dan jenjang pendidikan yaitu:
-
Juli 2013: Kelas I, IV, VII, dan X
-
Juli 2014: Kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X, dan XI
-
Juli 2015: kelas I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, dan XII
2.
Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dari tahun 2013 - 2015
3.
Pengembangan buku siswa dan buku pegangan guru dari tahun 2012 - 2014
4.
Pengembangan manajemen, kepemimpinan, sistem administrasi, dan pengembangan
budaya sekolah (budaya kerja guru) terutama untuk SMA dan SMK, dimulai dari
bulan Januari - Desember 2013
5.
Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan Evaluasi untuk menemukan kesulitan
dan masalah implementasi dan upaya penanggulangan: Juli 2013 - 2016.18
18
Dokumen Kurikulum 2013/ KEMENDIKBUD/ Desember 2012, hlm.18
Dalam kurikulum 2013, guru dituntut untuk secara profesional merancang
pembelajaran afektif dan bermakna, mengorganisasikan pembelajaran, memilih
pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan
pembentukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria keberhasilan.
Berkaitan dengan hal tersebut akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut :19
1. Merancang pembelajaran secar efektif dan bermakna.
Implementasi kurikulum 2013 merupakan aktualisasi kurikulum, dalam
pembelajaran dan pembentukan kompetensi serta karakter peserta didik. Hal tersebut
menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan berbagai kegiatan
sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan.Guru harus menyadari bahwa
pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks karena melibatkan aspek
pedagigis, psikologi, dan didaktis secara bersamaan.
2. Mengorganisasikan pembelajaran.
Implementasi kurikulum 2013 menuntut guru untuk mengorganisasikan
pembelajaran secara efektif. Sedikitnya terdapat lima hal yang perlu diperhatikan
berkaitan dengan pengorgsnisasian pembelajaran dalam implementasi kurikulum
2013, yaitu pelaksanaan pembelajaran, pengadaan dan pembinaan tenaga ahli,
pendayagunaan tenaga ahli dan sumber daya masyarakat, serta pengembangan dan
penataan kebijakan.
3. Memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran.
Implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi dalam pembelajaran dapat
dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pendekatan tersebut antara lain pembelajaran
kontekstual (contextual teaching and learing), bermain peran, pembelajaran
partisipatif (participative teaching and learning), belajar tuntas (mastery learning),
dan pembelajaran konstruktivisme (constructivism teaching and learning).
4. Melaksanakan pembelajaran, pembentukan kompetensi, dan karakter. Pembelajaran
dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2013 merupakan keseluruhan proses
belajar, pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik yang direncanakan.
Untuk kepentingan tersebut maka kompetensi inti, kompetensi dasar, materi standart,
19
E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013).
hlm. 99 - 125
indikator hasil belajar, dan waktu yang harus ditetapkan sesuai dengan kepentingan
pembelajaran sehinga peserta didik diharapkan memperoleh kesempatan dan
pengalaman belajar yang optmal.dalam hal ini, pembelajaran pada hakikatnya adalah
proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi
perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Pada umumnya kegiatan pembelajaran
mencangkup kegiatan awal atau pembukaan, kegiatan inti atau pembentukan
kompetensi dan karakter, serta kegiatan akhir atau penutup.
Implementasi yang efektif merupakan hasil dari interaksi antara strategi
implementasi, struktur kurikulum, tujuan pendidikan, dan kepemimpinan kepala
sekolah. Oleh karena itu, pengoptimalan implementasi kurikulum 2013 diperlukan
suatu upaya strategis untuk mensinergikan komponen-komponen tersebut, terutama
guru dan kepala sekolah dalam membudayakan kurikulum.
Membudayakan kurikulum dapat diartikan bahwa implementasi kurikulum
tersebut masuk dalam budaya sekolah, yang merefleksikan nilai-nilai dominan,
norma-norma, dan keyakinan semua warga sekolah, baik peserta didik, guru, kepala
sekolah, maupun tenaga kependidikan lain.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. jenis penelitian ini adalah studi
kasus, sedangkan jenisnya adalah “studi kasus” yaitu mendeskripsikan dan menjelaskan
komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi,
suatu program, atau situasi sosial”20 lembaga-lembaga pendidikan formal yang menerapkan
kurikulum 2013. Adapun informan dalam penelitian ini adalah Kabid Dikdas, Kabid Dikmen,
Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA dan SMP Sekota Kediri sejumlah 19 orang.
D. Pembahasan
Dalam berbagai kehidupan di dunia ini pasti muncul sebuah problematika, tidak
terkecuali pada aspek pendidikan. Proses pendidikan selalu bergerak maju dan bersifat
adaptif dengan zamannya. Di dalam proses adaptasi inilah selalu muncul problemproblem. Tentunya suatu problem harus segera terselesaikan agar apa yang dikehendaki
dapat terwujud.
20
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif; Paradigma Baru Ilmu Komunikasi Dan Ilmu Sosial
Lainnya (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 201
Di Indonesia, dunia pendidikan pada saat ini sedang terjadi sebuah perubahan.
Perubahan tersebut terjadi pada kurikulum pendidikan kita. Seperti yang kita ketahui
bahwa kurikulum di Indonesia telah banyak mengalami perubahan dan sering berganti ganti kurikulum.
Dengan berubahnya kurikulum KTSP menjadi Kurikulum 2013. pastinya bukan
persoalan yang mudah. Dalam proses penerapan K-13 ini tentunya akan terjadi banyak
masalah yang timbul dalam proses pelaksanaannya, dikarenakan kurikulum ini
merupakan kurikulum yang tergolong masih baru dan pasti banyak pihak-pihak yang
masih kebingungan dengan pengimplementasiannya sehingga akan menimbulkan sebuah
problem-problem yang terjadi di dalamnya. Dalam hal ini terutama seorang guru
Pendidikan Agama Islam (PAI), sebagai pihak pelaksana pendidikan khususnya dalam
pengembangan kurikulum, seorang guru harus dapat mengembangkan dan mendesain
kurikulum dengan sebaik-baiknya meskipun kurikulum itu merupakan kurikulum baru.
Salah satu kunci keberhasilan dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah kreativitas guru PAI, karena guru
merupakan faktor penting yang peserta didik dalam belajar. Dalam menghadapi
diberlakukannya Kurikulum 2013 ini, guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan
pembelajaran dikarenakan tingkat pemahaman guru tentang Kurikulum 2013 terbilang
masih kurang paham dengan konsep pembelajaran Kurikulum 2013. Sehingga pada
akhirnya guru menjadi bingung bagaimana ia harus berbuat dan apa yang harus
dilakukannya.
Dalam proses pembelajaran saja, pelaksanaan kurikulum di sejumlah sekolah di
Kota Kediri masih menggunakan atau berdasarkan pada materi yang lama yaitu materi
dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebelumnya, bukan menggunakan
materi yang ada dalam Kurikulum 2013. Jadi, untuk cara mengajarnya pun juga masih
menggunakan model yang lama dan tidak menggunakan model pembelajaran yang telah
dikonsepkan dalam Kurikulum 2013.
Penggunaan materi yang masih lama juga
dikarenakan UTS dan UAS masih menggunakan materi yang lama. Karena kurangnya
buku panduan dan bimbingan terhadap guru-guru di Kota Kediri.
Untuk materi yang digunakan dalam proses pembelajaran, kita menggunakan
materi pada kurikulum yang lama yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan belum menggunakan materi pada Kurikulum 2013 karena untuk UTS
dan UAS masih mengacu pada Kurikulum lama dikarenakan kurangnya buku dan
bimbingan untuk guru PAI. 21
Sementara itu, guru PAI belum mempunyai persiapan yang cukup matang untuk
melaksanakan penerapan Kurikulum 2013. Hal ini disebabkan karena pelatihan yang
mereka ikuti hanyalah sekedar teori belum sampai pada tataran bagaimana kongkritnya di
lapangan, disamping itu kurangnya komitmen dalam menjalani sebagai profesi guru.
Akhirnya penerapan Kurikulum 2013 di sekolah berjalan hanya menurut penafsiran dan
pemahaman guru terhadap konsep Kurikulum 2013 secara parsial. “Kurangnya pelatihan
dari pemerintah menjadi sebab utama kita guru PAI Kota Kediri akhirnya belum begitu
siap, dan kaget…. Dengan kurikulum 2013 yang butuh ketelitian,” 22
Dan juga keterlambatan pemerintah dalam mengadakan
kegiatan-kegiatan
pelatihan khususnya kepada guru PAI mengenai kurikulum 2013, seperti workshop dari
penjelasan guru PAI kegiatan workshop masih diikuti hanya sekali saja dan waktu
pelaksanaannya itu pun sudah akhir semester satu. Dalam workshop tersebut baru
diajarkan dan dijelaskan bagaimana cara untuk membuat RPP dalam Kurikulum 2013.
Padahal pelaksanaan kurikulum 2013 sudah dilaksanakan dan proses belajar mengajar
sudah berjalan dan hampir berakhir pada semester satu.
Kita butuh penyesuaian dalam menyusun RPP karena kita terbiasa dengan
kurikulum KTSP, setidaknya waktu lah nanti yang menjawab yang jelas kita para
guru PAI sangat menapresiasi penerpan Kurikulum 2013 namun alangkah lebih
baiknya adanya pendampingan yang lebih inten dari pemerintah. 23
Didalam kurikulum 2013 banyak sekali penilaian hal itu yang membuatkan guru
PAI khususnya di kota Kediri mengalami kebingungan dan tugas nya seakan-akan
semakin berat dengan banyaknya penilaian tersebut.
21
22
Wawancara dengan Agus Syakir, Guru PAI SMA Negeri 8 Kota Kediri, di Ruang Guru, 19 November 2014
Wawancara dengan ibu Erna, Guru PAI SMA Negeri 4 Kota Kediri, setelah mengajar dikelas 20 November
2014
23
Wawancara dengan ibu Lilik M, Guru PAI SMP Negeri 4 Kota Kediri, di ruang tunggu, 9 September 2014
Penilaian nya rumit, banyak dan sulit sekali butuh waktu lumayan lama untuk
menyelesaikannya, apalagi penilaian ketuntasan siswa kita belum begitu
mengetahuinya dan membutuhkan ketelatenan dan konsentrasi sangat tinggi. 24
Salah satu pembeda kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya ialah
scientific approach. Namun, masih banyak guru yang merasa kesulitan menerapkan
pendekatan tersebut dalam mengajar. Metode tersebut digunakan karena melihat adanya
gap antara jenjang pendidikan, baik SD ke SMP, SMP ke SMA, SMA ke Perguruan
Tinggi.
Pendekatan Scientific yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan
membentuk jejaring, yang sering terlewat ialah menalar namun itu sangat njilimet
(rumit-red). 25
Untuk meningkatkan keaktifan siswa membutuhkan kerja keras mulai membentuk
kelompok dengan cara mengacak sampai menentukan tema pembahasan disetiap
kelompok tersebut namun sejauh ini yang terjadi di SMP Negeri 1 Kota Kediri guru
kesulitan menjadi fasilitator agar siswa bertanya. “Barangkali itu karena kualitas guru
yang belum mampu membikin suasana belajar yang nyaman dan mengasikkan,” ungkap
Siswanto Kepala Dinas Kota Kediri.
Dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan kurikulum salah satunya juga
dengan sarana dan prasarana yang memadai agar kurikulum yang sudah dirancang dapat
dilaksanakan secara optimal. Sarana dan prasarana dapat berupa fasilitas - fasilitas dan
sumber belajar yang digunakan guna mendukung pelaksanaan kurikulum agar berjalan
dengan baik.
Terkait sarana dan prasarana, dalam penerapan Kurikulum 2013 di sejumlah
sekolah selingkup Kota Kediri ini yang menjadi problem lain yaitu penyediaan dan
penggunaan sarana prasarana. Di sekolah ini sarana dan prasarana yang tersedia masih
kurang memadai. Contohnya seperti di SMP Negeri 7 Kota Kediri ruang Laboratorium
Komputer yang kurang nyaman dan di SMA Negeri 6 Kota Kediri kondisi ruang
24
25
Wawancara dengan ibu Muniroh, Guru PAI SMP Negeri 7 Kota Kediri, diruang guru, 15 Desember 2014
Wawancara dengan Ali Masyur, Guru PAI SMP Negeri 5 Kota Kediri, diruang guru, 15 Desember 2014
perpustakaan yang belum ideal sehingga sekolah - sekolah tersebut belum maksimal
menggunakan sarana prasarana sebagai fasisiltas sekolah untuk menunjang tercapainya
output terbaik yang diharapkan sekolah.
Sarana berupa ruang perpustakaan di SMA Negeri 6 Kota Kediri saya mengatakan
kondisinya pas-pas an namun dari pihak sekolah berjanji akan menambah koleksi
buku dan menambah sarana biar perpustakaan menjadi nyaman. 26
Sebagai penunjang dari proses belajar mengajar peserta didik terkait masalah
buku untuk siswa, dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 ini dinyatakan bahwa sebagian
besar buku-buku wajib yang harus dipelajari oleh peserta didik, termasuk buku guru dan
pedoman belajar untuk peserta didik akan disiapkan dan disediakan oleh pemerintah,
namun sampai saat ini buku pegangan dan buku untuk peserta didik di beberapa sekolahsekolah yang ada di Kota Kediri masih belum tersedia. Akan tetapi buku LKS (lembar
Kerja Siswa) untuk Kurikulum 2013 sudah tersedia tetapi tidak diajarkan oleh beberapa
guru PAI. Hal ini juga telah diuraikan oleh guru PAI dalam wawancara dengan peneliti.
Dalam masalah buku belajarnya sendiri memang untuk buku pegangan guru dan
buku untuk siswa belum tersedia, namun LKS untuk Kurikulum 2013 sudah ada
tapi tidak diajarkan dikarenakan faktor dari guru yang masih belum paham dan
nyambung dengan Kurikulum 2013 itu sendiri. 27
Buku merupakan pegangan untuk proses belajar mengajar dan wajib ada maka
dari itu supaya implementasi Kurikulum 2013 ini berhasil maka penyediaan buku
penunjang harus ada.
1. Implementasi Kurikulum 2013 di Kota Kediri
Berdasarkan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi yang peneliti lakukan
selama penelitian berlangsung di Kota Kediri, ditemukan bahwa:
a. Implemntasi Kurikulum 2013 di Kota Kediri dilaksanakan secara bertahap ke
sejumlah sekolah-sekolah selingkup Kota Kediri.
26
27
Wawancara dengan Anas Farid, Guru PAI SMA Negeri 5 Kota Kediri, diruang guru, 17 Desember 2014
Wawancara dengan Saikoni, Guru PAI SMP Negeri 2 Kota Kediri, diruang guru, 20 Desember 2014
b. Kedatangan Kurikulum 2013 disambut suka duka oleh komponen Pendidikan mulai
dari Dinas Pendidikan sampai sejumlah Guru PAI.
c. Kurikulum 2013 pada tanggal 5 Desember 2014 telah resmi diberhentikan oleh
Menteri Pendidikan Nasional namun di Kota Kediri ada sekolah-sekolah yang menjadi
percontohan yaitu, SMA N 1 Kota Kediri, SMA N 2 Kota Kediri, SMA Ar-Risalah
Kota Kediri, SMK Negeri 1 Kota Kediri, SMK Al-Huda Kota Kediri, SMA Dhoho 1
Kota Kediri, SMK PGRI 4 Kota Kediri, SMP Negeri 1 Kota Kediri, dan SMP Negeri 4
Kota Kediri.
2. Problematika yang dihadapi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam
Mengimplementasikan Kurikulum 2013 di Kota Kediri.
Dari hasil observasi, dokumentasi dan wawancara yang dilakukan peneliti di Kota
Kediri, maka ditemukan adanya Problematika dari implementasi Kurikulum 2013 di Kota
Kediri.
a) Implementasi Kurikulum
1) Guru harus menyesuaikan dengan Pendekatan yang baru.
2) Dalam Kurikulum 2013 terlalu banyak penilaian yang rumit.
3) Siswa kebanyakan masih pasif.
4) Belum semua guru mengikuti pelatihan Kurikulum 2013 dan pelatihannya pun
masih terbatas.
5) Butuh Penyesuaian dalam pembuatan RPP.
b) Sarana Prasarana Penunjang Implementasi Kurikulum 2013
1) Terbatasnya buku pembelajaran tentang Kurikulum 2013
2) Sarana seperti Laboratorium dan Perpustakaan perlu diperbaiki
E. Penutup
Dari pembahasan sebelumnya bisa disimpulkan bahwa:
1. Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah-sekolah yang ada di Kota Kediri belum
berjalan maksimal. Hal ini didasarkan pada upaya yang dilakukan oleh beberapa sekolah
masih belum menyeluruh dalam menerapkan konsep kurikulum 2013. Sekolah-sekolah
di kota Kediri hanya menambah beban belajar pada setiap mata pelajaran yang diajarkan
Contohnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti beban belajar yang
semula hanya 3 jam pelajaran per minggu ditambah menjadi 4 jam pelajaran per
minggunya. Untuk materi yang diajarkan dan model pembelajaran masih belum
diterapkan seperti yang dikonsepkan dalam kurikulum 2013. Sekarang hanya beberapa
sekolah yang masih menerapkan Kurikulum 2013 dan menjadi sekolah percontohan di
kota Kediri antara lain SMA Negeri 1 Kota Kediri, SMA Negeri 2 Kota Kediri, SMA ArRisalah Kota Kediri, SMK Negeri 1 Kota Kediri, SMK Al-Huda Kota Kediri, SMA
Dhoho 1 Kota Kediri, SMK PGRI 4 Kota Kediri, SMP Negeri 1 Kota Kediri, dan SMP
Negeri 4 Kota Kediri.
2. Problematika yang dihadapi Guru PAI dalam mengimplementasikann Kurikulum 2013
di Kota Kediri di antaranya sebagai berikut :
a. Guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran, karena kurangnya
pemahaman guru tentang Kurikulum
98
2013 dengan konsep pembelajaran Kurikulum
2013. Sehingga pada akhirnya guru menjadi bingung bagaimana ia harus berbuat dan
apa yang harus dilakukannya.
b. Guru PAI belum mempunyai persiapan yang cukup matang untuk melaksanakan
penerapan Kurikulum 2013. Karena pelatihan yang diikuti hanyalah sekedar teori
belum sampai pada tataran bagaimana konkrintnya di lapangan, di samping itu
kurangnya komitmen dalam menjalani sebagai profesi guru, sehingga penerapan
Kurikulum 2013 di sekolah berjalan hanya menurut penafsiran dan pemahaman guru
saja.
c. Keterlambatan pengadaan pelatihan bagi guru-guru, khususnya guru PAI tentang
kurikulum 2013 seperti workshop, pelatihan-pelatihan bagi guru, sosialisasi
kurikulum 2013, dan sebagainya.
d. Sarana dan prasarana yang kurang memadai dalam menunjang pelaksanaan
Kurikulum 2013 di beberapa yang ada di Kota Kediri, sehingga menghambat
pelaksanaan kurikulum yang diterapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ad-Duwesy, Muhammad Abdullah. Menjadi Guru Yang Sukses dan Berpengaruh. Surabaya:
CV. Fitrah Mandiri Sejahtera. Cet, 3. 2007
Ahid, Nur. Peran Guru Dalam Implementasi Kurikulum 2013 Untuk Mempersiapkan Generasi
Emas, makalah disampaikan Seminar Nasional Program Pascasarjana STAIN Kediri,
Kediri: 15 Juni 2013.
Aprillah, Ahmad. Implementasi Kurikulum, http://www.academia.edu diakses pada tanggal 16
Desember 2013 jam 21.32 WIB
Arifin, Muzayyin. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2003
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Peneitian : Suatu Pendekatan Praktis . Jakarta : PT Bima Karya,
1989
Aziz Utsman, Kepala bidang PAIS Departeman Agama Kota Kediri, 10 September 2014.
Baharuddin, Profesi Keguruan. Malang : IKIP Malang. 1995
Darajat, Zakiyah Dkk. Metodologi Pengajaran Agama Islam . Bumi Aksara : Jakarta. 1996
Darmaningtyas, http://www.tempo.co/read/kolom /2013/07/10/762/ problematika-implementasikurikulum-2013 (Tamansiswa:Jakarta),diakses tanggal 2 April 2014.Jam 12.45 WIB
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka, 1990
Depdiknas, 2005. Pembinaan Profesionalisme Tenaga pengajar (Pengembangan Profesionalisme
Guru). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan dasar dan Menengah Direktorat
Pendidikan Lanjutan Pertama Depdiknas.
Dirjen Pendis: Perbedaan PAI di Kurikulum 2013 Ada Pada Tematik Integratif, Penekanan Nilai
Keagamaan Tidak Hanya Khusus Pelajaran PAI, dalam http://pendis.kemenag.go.id
/index.php?a=detilberita&id=6880, diakses tanggal 01 Agustus 2014 jam 13.20 WIB
Dokumen Kurikulum 2013/ KEMENDIKBUD/ Desember 2012
Dwi
Rohmadi,
Tantangan
Implementasi
Kurikulum
2013
dalam
http://dwi-
rohmadi.blogspot.com/2013/04/tantangan-implementasi-kurikulum-2013.html, diakses
pada 01 Agustus 2014.
Ellis, Arthur K. et al., Introduction to the Foundation of Education . New Jersey: Prentice-Hall,
Engliwood Cliffs. 1986
Hasan, Ali dan Ali, Mukti. Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Pedoman Ilmu
Jaya. 2003
Hasan, S. Hamid. Workshop/kurikulum 2013 di SMP 19/materi pelatihan IPS kurikulum
2013/penyegaran narsum 2013/milenium 26-28 Juni 2013.
Hidayat, Sholeh Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2013
http://aadesanjaya.blogspot.com/2010/10/problema-yang-dihadapi-guru-pai-dalam.html.
http://al-ysn.blogspot.com/2011/05/problematika-guru-.html. pada tanggal 01 Maret 2014.
pukul.14.15 WIB
http://petir-fenomenal.blogspot.com/2013/03/Keunggulan-Kurikulum-2013.html Written By Joy
Johari on Kamis, diakses 12 Februari 2014
Husain Usman dan Purnama Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial . Jakarta : Bumi
Aksara. 2008
Idi, Abdullah. Pengembangan Kurikulum. Jakarta.1999
Izzaty, Anisah. Inovasi dalam Bidang Kurikulum 2013 dan mutu Pendidikan. dalam
Http//Izzatyalmuhyi.blogspot.com diakses pada tanggal 11 Januari 2014.
LKPJ Kota Kediri tahun 2013.
Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. 2000
Download