konsumsi berita lintas media massa konvensional dan internet news

advertisement
Konsumsi Berita Lintas Media Massa Konvensional Dan Internet
Udi Rusadi
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Vol. 4 No. 3 (Maret 2014 - Juni 2014)
KONSUMSI BERITA LINTAS MEDIA MASSA KONVENSIONAL DAN
INTERNET
NEWS CONSUMPTION ACROSS CONVENTIONAL MASS MEDIA AND THE
INTERNET
Udi Rusadi
Puslitbang Literasi dan Profesi Balitbang SDM,
Kementerian Komunikasi dan Informatika,
Jln. Merdeka Barat 9 Jakarta Pusat.
Emafifirusadi51@gmail:.com,.com
diterima: 30 Oktober 2013| direvisi: 13 Januari 2014 | disetujui: 10 Februari 2014
Abstract
The development of communication and information technology has provided the audience a new alternative in news consumption, which
is not only limited to conventional media e.g. newspaper, television and radio but also includes the internet based media. In order to access
the mentioned internet based media, one needs the opportunity and capability to access the internet. The objective of this re search is to
describe the patterns of the society in terms of consuming news from conventional media and the internet, as seen from their different level
of digital literacies. This research was being held with the perspective of post positivistic, using qualitative method through in-depth
interviews with respondents categorized in the digital native, settler and immigrant. The result shows that the digital native society
consumes more media based internet whilst the digital settler and immigrant, compared to the digital native, still intensely access the
conventional media in striking comparison to the internet. The cross news consumption in the media is done as a complement for each
other and to assure the truth of a matter. The pattern in news consuming is still influenced by their background and the environment they
belong to.
Keywords: News, Consumption, Conventional Media, Internet, Digital Literacy
Abstrak
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah memunculkan altenatif baru bagi khalayak dalam mengkonsumsi berita yang
tidak lagi terbatas pada media konvensional seperti surat kabar, televisi dan radio tetapi juga bisa melalui media berbasis internet.
Namun demikian untuk mengakses media berbasis internet diperlukan peluang dan kemampuan mengaksesnya. Penelitian ini
bertujuan menggambarkan pola masyarakat dalam mengakses berita terhadap media konvensional dan media internet dilihat dari
perbedaan tingkat literasi digitalnya. Penelitian dilakukan dengan perspektif postpostivistik, dengan metode kualitataif melalui
wawancara mendalam kepada informan yang termasuk kategori digital native, settler dan imigran. Hasilnya menunjukkan, masyarakat
digital native lebih utama mengkonsumsi media berbasis internet sedangkan digital settler dan imigran walaupun mengkaskes media
internet mereka masih mengakses media konvensional dengan intesitas yang lebih banyak dibanding digital native. Konsumsi berita
lintas media dilakukan untuk saling melengkapi dan meyakinkan kebenaran sesuatu. Pola mengakses berita tersebut masih dipengaruhi
latar belakang dan lingkungan mereka.
Kata Kunci: Berita, Konsumsi, Media Kovensional, Internet, Literacy Digital
Pendahuluan
Masyarakat dewasa ini bisa memperoleh berita
dari lebih satu saluran dengan mudah dan serentak,
karena dalam lingkungan kita tersedia berbagai saluran
distribusi berita dengan berbagai platform yang
terintegrasi. Hal tersebut terjadi karena perkembangan
teknologi komunikasi dan informasi yang melahirkan
internet sebagai jaringan komunikasi elektronik,
teknologi digital dan teknologi mobile. Selain
perkembangan
teknologi,
tatanan
masyarakat
demokratis menjadi ideologi dunia telah mendorong
berbagai negara menghilangkan hambatan dalam
produksi dan distribusi informasi. Paradigma posisi
media diantara hubungan antara negara dengan
masyarakat sipil dan dengan pasar (Gazali, 2004) sering
mengalami tarik menarik dan pada era dimana
kapitalisme yang semakin kuat, kecenderungan media
berat kepada kepentingan pasar lebih besar. Kondisi ini
lebih banyak mempengaruhi variasi dan kekuatan isi
media dan memperkecil hambatan khalayak untuk
mengkonsumsi isi media. Dengan kondisi tersebut,
media akan lebih bebas memproduksi dan
173
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Vol. 4 No. 3 (Maret - Juni 2014) Hal: 173 - 186
Konsumsi Berita Lintas Media Massa Konvensional dan Internet
mendistribusikan informasi dan masyarakat cenderung
memerlukan perjuangan lebih sedikit dalam mengakses
media jika dibandingkan dengan sebelum internet
berkembang. Melalui internet, khalayak dapat menonton
televisi dan medengar radio, mengakses media sosial
dan lainnya. Sebaliknya masyarakat akan memperoleh
peluang untuk mengakses informasi dari berbagai
saluran sesuai dengan media yang dimiliki dan konten
yang disediakan produsen berita yang tidak terbatas
pada sumber lembaga media tetapi juga sumber individu
yang disebarkan melalui media sosial. Dari perspektif
khalayak, pola masyarakat dalam mengkonsumsi
informasi kemungkinan dipengaruhi oleh jenis dan
karakteristik media dan karakteristik masyarakat itu
sendiri. Teori-teori yang menjelaskan hal tersebut,
antara lain Theory Uses Gratification sebagai teori yang
mendasarkan asumsi khalayak aktif, menjelaskan
kebutuhan dan motivasi akan membedakan akses pada
media
yang
selanjutnya
akan
mempengaruhi
kepuasannya (Blumer, 1974). Teori encountering the
media menjelaskan perbedaaan karakteristik individual,
sosial dan psikologis akan mempengaruhi penggunaan
media (DeFleur & Ball-Rokeach,, 1989). Dengan
demikian khalayak dalam mengkonsumsi media
dipengaruhi karakteristik media dan karakteristik
khalayak serta peluang untuk akses pada media akan
mempengaruhi pola konsumsi berita. Dalam konteks
karakterisik media yang beraneka ragam, perbedaan ini
akan menyebabkan pola konsumsi berita dari
masyarakat berbeda. Konsumsi berita melalui media
dengan platform konvensional, seperti surat kabar,
radio, televisi kemungkinan berbeda jika mengkonsumsi
media dengan platform berbasis internet baik melalui
handphone maupun dengan komputer. Perkembangan
media yang mengarah pada penggunaan media baru,
tidak serta merta menghilangkan media dengan
platform konvensional namun tanpaknya mengalami
proses integrasi dengan memunculkan model bisnis
baru, misalnya bisnis surat kabar cetak dikembangkan
dengan e-paper, portal berita dan media digital. Di
bidang media radio berkembang podcasting dan radio
streaming, demikian halnya untuk media televisi
berkembang tv streaming, siaran televisi berbasis
internet protocol (IPTV).
Perkembangan teknologi ini memungkinkan
masyarakat menyesuaikan waktunya dalam usaha
mengakses informasi, sesuai dengan kesempatan
masyarakat untuk mengikutinya, apakah pada real time
atau ditunda pada waktu tertentu sesuai waktu yang
tersedia bagi khalayak. Media lain yang berbasis internet
dewasa ini ikut memproduksi berita baik secara
lembaga maupun perorangan, yaitu media sosial baik
dalam kategori microblog maupun macroblog. Berita
sebagai sebuah genre konten komunikasi yaitu teks yang
menyampaikan fakta dan peristiwa yang memiliki nilai
penting bagi pembaca. Berita diproduksi media
berdasarkan proses pencarian, penyuntingan dan
publikasi baik melalui media cetak mapun media lainnya
termasuk media sosial. Dalam era media konvensional
174
Udi Rusadi
media berita memiliki nilai aktual dengan jarak waktu atau
waktu tunda (delay) antara saat pendapat diungkapkan dan
terjadinya peristiwa dengan saat khalayak menerima
informasi yang cukup panjang. Hal ini berbeda dengan
media baru, jarak antar perisiwa dan dan pendapat dengan
khalayaknya sangat singkat, bahkan nyaris tanpa beda atau
real time. Kedua karakteristik tersebut kemungkinan akan
membedakan pola akses masyarakat kedua kategori media
tersebut yaitu media konvensioal dan media baru berbasis
internet. Selanjutnya setiap media juga memungkinkan
memiliki kepentingan beraneka ragam yang kemungkinan
sama atau berbeda atau sangat berbeda dengan
kepentingan khalayak sehingga masyarakat akan memiliki
pola tersendiri dalam mengkonsumsi media. Gambaran
pola konsumsi berita mempunyai arti bagi dunia industri
media untuk mengembangkan bisnis media berita, juga
akan sangat bermanfaat bagi lembaga non komersial yang
memiliki kepentingan menjalin komunikasi dengan
masyarakat, agar strategi komunkasi berhasil dengan
efektif. Dilihat dari sisi masyarakat, pola konsumsi media
akan berkaitan dengan tingkat posisi kesenjangan digital
yang dimiliki, apakah ia mengenal perangkat digital sejak ia
lahir atau setelah dewasa. Palfrey dan Gasser (2008)
mengemukakan konsep digital native bagi generasi yang
lahir setelah tahun 1980, dan digital settler dan digital
immigrant yang lahir setelahnya. Bagi yang lahir sebelum
era digital namun kemudian ia bertransformasi dan belajar
sehingga bisa memiliki kemampuan mengunakan teknologi
digital dalam aktifitas kehidupannya disebut generasi
digital settler. Diantara generasi yang lahir sebelum era
digital tersebut namun lambat menyesuaikan sehingga
tidak sepenuhnya menggunakan teknologi digital dan
masih terikat pada teknologi analog serta perilakunya
masih berorientasi analog, disebut digital immigrant.
Masalah Penelitian
Penelitian sebelumnya menemukan bahwa
kebiasaan mengkonsumsi media sebagian ditentukan
oleh faktor personal dan keluarga tetapi sebagian besar
ditentukan
oleh
lingkungan
dimana
mereka
berkembang. Dalam konteks ini, Lee (2010) mengadopsi
Pafrey &Grasser (2008) tentang model digital divides
yang mengemukakan tiga pengikut (cohort), yaitu digital
native, digital settler, digital immigrant. Temuan
penelitian menunjukkan, bahwa kebiasaan konsumsi
berita melalu media digital pada kelompok digital settler
lebih jarang dibanding dengan kelompok digital
immigrant dan lebih jarang lagi jika dibandungkan
dengan kelompok digital native. Studi ini bertujuan
menggambarkan pola konsumsi media massa
konvensional dan media baru berbasis internet dan
hubungan fungsionalnya, serta menggambarkan
perbedaannya diatara golongan masyarakat yang
berbeda tingkat kesenjangan digitalnya. Penelitian
dilakukan di wilayah yang memiliki fasilitas akses
terhadap berbagai sumber yang menyediakan sumber
Konsumsi Berita Lintas Media Massa Konvensional Dan Internet
Udi Rusadi
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Vol. 4 No. 3 (Maret 2014 - Juni 2014)
berita, yaitu wilayah kota Serang dan Tangerang,
Provinsi Banten.
Tinjauan Pustaka
Kajian konsumsi berita merupakan kajian media
dalam wilayah khalayak atau audience, dimana arti kata
khalayak sebenarnya merupakan kumpulan penerima isi
komunikasi sebagai salah satu bagian dari siklus proses
komunikasi. McQuail (2010) membuat tipologi yang
menggambarkan keanekaragaman pengertian khalayak
meliputi khalayak sebagai kumpulan orang-orang
(assembly), khalayak sebagai orang-orang yang nenjadi
sasaran yang dituju oleh isi komunikasi yang disampaikan
komunikator, khalayak sebagai sebuah kejadian atau
peristiwa atau "happening" yang menggambarkan
pengalaman saat menerima pesan baik sendirian maupun
ketika bersama dengan orang lain sebagai peristiwa
interaktif dalam kehidupan sehari-hari dan terakhir
khalayak sebagai pendengar atau yang melakukan audisi.
Selain itu Sulivan (2013), berdasarkan pemikiran James G.
Webster mengemukakan tiga model khalayak media, yaitu
khalayak sebagai outcome, khalayak sebagai mass, dan
khalayak sebagai agen. Pada model khalayak sebagai
outcome memandang bahwa khalayak merupakan orangorang yang sedang dikenai atau diekpose media, dimana
bahasan dalam konsep ini memberikan perhatian pada
kekuatan media untuk membentuk pengaruh yang bisa
menentukan kehidupan individu dan implikasinya pada
masyarakat secara keseluruhan. Pada konsep sebagai mass,
khalayak dianggap sebagai kumpulan orang-orang yang
tersebar luas lintas ruang dan waktu yang sacara langsung
memiliki otonomi dan antar satu dengan yang lainnya
hanya sedikit tahu atau tidak mengenal satu sama lain.
Dalam pandangan khalayak sebagai agent, khalayak
merupakan agen yang bebas memilih apa yang akan
dikonsumsi dari media. Berbekal kemampuan diri untuk
melakukan interpretasi, mereka membuat makna sendiri
dan mereka mengunakan media yang dianggap cocok oleh
mereka. Penelitian ini menggunakan khalayak sebagai agen
dimana akan diteliti perilakunya dalam mengkonsumsi
berita. Posisi khalayak dalam proses komunikasi, ialah
pihak yang menerima isi komunikasi, dan dalam penelitian
ini mengunakan konsep konsumen yang mengkonsumsi isi
komunikasi. Konsep konsumsi merupakan salah satu
elemen proses komunikasi
digunakan oleh Hall (1992) yang mengkritik model
komunikasi linier sender-mesage-reciever. Menurut Hall
model tersebut tidak mengungkapkan kompleksitas
antar tahapan atau moment. Hall mengemukakan model
produksi, sirkulasi, distribusi/konsumsi dan reproduksi.
Konsumsi menurut Hall, merupakan tahapan dimana
komunikan melalui proses penadaan (decoding)
terhadap pesan yang encoded oleh komunikator. Bagi
Hall decoding yang dilakukan komunikan tidak selalu
berkaitan atau berhubungan dengan encoding.
Komunikan bisa memiliki lingkungan sendiri dalam
men-decode tanda dari komunikator. Konsumsi berita
dalam konteks Hall adalah bagaimana komunikan
memberikan pemaknaan terhadap berita yang
disampaikan. Dalam penelitian konsumsi ini tidak
memfokuskan pada pemaknaan terhadap berita
sebagaimana
dikemukakan
Hall,
tetapi
lebih
memfokuskan
pada
pola
masyarakat
dalam
mengkonsumsi berita, yang menurut menurut
Newhagen (2004), disebut akses yaitu meliputi dimensi
akses pada teknologi dan akses pada konten. Level
analisisnya terdiri analisis individual dan aggregate. Jika
pada level individu difokuskan pada aspek kognitif,
sedangkan pada level aggregrate lebih pada konteks
sosialnya. Untuk akses teknologi pada tingkat individu
terbatas pada aspek phisik sedang pada aspek
aggregtate lebih pada aspek sistem. Newhagen
menawarkan tiga model akses, yaitu linier, of linier dan
proses interaktif. Penelitian ini memfokusikan pada pola
akses tingkat agregat yaitu bagaimana pola akses
masyarakat yang berbeda lterasi digitalnya, dan dimensi
askesnya meliputi dimensi teknologi dan konten. Akses
pada teknogi dibatsai pada jenis media akses apa yang
bisa digunkanan, komputer desktop, laptop, hanphond,
smartphone, telelvisi, suratkabar, yang dikategorikan
dalam dua kategori media konvensional dan media
berbasis internet. Aspek konten, ditanyakan isu isu
actual yang sedang berlangsung pada saat penelitian
dilakuan. Penelitian mengenai konsumsi lintas media
pernah dilakukan oleh beberapa lembaga penelitian dan
para ahli. Sebuah proyek internasional yang melibatkan
11 negara dari empat benua memfokuskan penelitian
pada konsumsi berita, tujuannya untuk mendeteksi
apakah berita televisi menjadi 10 besar di antara negara
yang berbeda di empat benua yaitu Amerika, Eropa,
Asia, Oceania dan apakah terdapat perbedaan diantara
negara yang berbeda budaya medianya dan lebih lanjut
apakah terdapat perbedaan perilaku bermedia serta
perbedaan penggunaan media berita di antara generasi
tua dan muda. Tujuan penelitian ialah menggambarkan
perubahan pola kosumsi media sebagai akibat
perubahan karakteristik media berita. Proyek Riset
tersebut ini berjudul “Media System, Political Contexts
and Informed Citienzenship: Comparative Study".
Penelitian dilakukan dengan survei dua tahap, pertama
penelitian kualitatif untuk meneliti media berita
umumnya (penyiaran, cetak dan web) terhadap sampel
100 (seratus) orang di tiap negara yang dilakukan secara
online. Tahap kedua yang juga dilakukan melalui online
difokuskan pada penelitian kesadaran terhadap hard
dan soft news, kedekatan dengan berita domestik dan
internasional serta penggunaan media. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa internet telah mengubah dunia
politik, tetapi efek pola penggunaan media tersebut
masih sedang berlangsung. Masyarakat khususnya
generasi muda cenderung menggantikan saluran media
tradisional seperti surat kabar dengan internet.
Penggantian tersebut masih dalam proses awal, dan
sampai saat ini bukan merupakan pertanda kematian
media berita tradisional. Televisi kembali menjadi
pilihan sangat populer untuk berita. Namun demikian
175
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Vol. 4 No. 3 (Maret - Juni 2014) Hal: 173 - 186
Konsumsi Berita Lintas Media Massa Konvensional dan Internet
tampaknya sejumlah orang memilih berita melalui surat
kabar,
televisi
dan
web
secara
paralel
(Papathanassopoulos, 2010).
Yuan (2011) melakukan studi tentang konsumsi
berita lintas ragam platform media dengan
menggunakan pendekatan repertoar di Cina. Riset
dilakukan dengan survei melalui telpon yang dibantu
komputer terhadap tiga pasar media yang maju.
Hasilnya menunjukkan mayoritas responden ternyata
mengkonsumsi berita dari aneka ragam platform media.
Kepentingan pengguna dan ketersediaan berita
mempengaruhi ukuran repertoar. Persepsi tentang
kredibelitas sumber berita mempengaruhi pilihannya
terhadap media berita yang menghasilkan komposisi
yang berbeda dari repertoar. Dalam mengkonsumsi
media menunjukkan adanya pola saling mengisi
(complentary) dan saling melengkapi. Perbedaan dalam
arsitektur internal dari repertoar disebabkan oleh
pilihan media yang berbeda angenda beritanya diantara
khalayak. Melalui “Journal of Broadcasting & Electronic
Media”, Stefanone dkk, menulis artikel hasil penelitian
dengan judul “The Relationship Between Traditional
Mass Media and Social Media : Reality Television as
Model for Social Network Site Behavior”, dengan
pertanyaan sejauh mana konsumsi relitas televisi yang
populer menjelaskan perlaku penggunaan situs jaringan
sosial. Penelitian didasarkan pada teori sosial kognitif,
untuk melihat apakah mengkonsusmsi realitas televisi
menjadi model perilaku menggunakan situs jejaring
sosial. Penelitian dilakukan kepada 456 (empat ratus
lima puluh enam) responden usia dewasa, yaitu
mahasiswa di Cina. Hasilnya menunjukkan ada
hubungan yang konsisten antara konsumsi realitas
televisi dengan lamanya waktu yang digunakan, luasnya
jaringan. Frekuensi pertemuan dengan teman tidak
melalui tatap muka, dan frekuensi pertukaran foto
dengan di kontra oleh faktor usia dan jenis kelamin.
D'Haenens (2004) melakukan penelitian dengan metode
ekperimen untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan konsumsi dan ingatan terhadap isi berita
yang disajikan melalui online dengan versi cetak. Media
yang dijadikan objek ekperimen ialah surat kabar di
Belanda, yaitu surat kabar nasional De Telegraaf dan
suratkabar regional De Gelderlander yang keduanya
memiliki versi online. Peserta ekperimen ialah
mahasiswa social science (ilmu sosial) dari Universitas
Nijnegen dan Twente, yang pemilihannya dilakukan
secara acak. Hasil penelitian menunjukkan ada sedikit
perbedaan dalam supply berita untuk isi berita yang
disajikan melalui online dengan versi cetak. Perhatian
pembaca kepada berita bervariasi tergantung pada
kategori surat kabar dan beritanya. Tidak terbukti ada
pola membaca yang konsisten dan ternyata pembaca
media versi cetak tidak membaca lebih lanjut versi
online. Konsumsi berita tampaknya lebih bergantung
pada kategori berita dan gender dan kepentingan pada
topik-topik tertentu dari pada berita yang disajikan
dalam
versi
online.
Mitchelesttein
(2009)
mengemukakan bahwa hubungan konsumsi berita
176
Udi Rusadi
online dengan media tradisional menunjukkan dua
kecenderungan; pertama, pengunaan berita internet
sebagai komplemen/pelengkap konsumsi berita media
tradisional, kedua, penggunaan internet menggantikan
konsumsi media tradisional. Salah satu arah studi
mengungkapan bahwa penggunaan media berita online
sebagai pelengkap media tradisional (dilakukan oleh
Chan and Leung (2005), Hujanen and Ietikainen (2994),
Kayany and Yelsma (2000), Livingstone and Marxam
(2008), Nguyen and Western (2007). Sementara
penelitian lainnya dengan survei konsumsi berita di
Texas, Chyi dan Larosa berargumentasi bahwa
penggunaan simultan antar media cetak dengan online
satu sama lain saling melengkapi atau berkomplenter.
Penelitian lain tentang konsumsi berita dilakukan
dengan pengujian kekuatan kebiasaan (the power of
habit) pada abad 21 oleh Lee (2010), menyebutkan
bahwa perilaku konsumsi terhadap berita online
mencerminkan perilaku konsumsi berita offline.
Menurut teori ketersediaan media, orang cenderung
terperosok pada pola kebiasan mengkonsumsi media
ketika dihadapkan pada banyak pilihan media untuk
menghemat sumber daya mental atau untuk memuaskan
kebutuhan yang kritis atau berulang. Teori kehadiran
media menunjukkan sebagian besar konsumer berita
proaktif mencari liputan yang sama dengan yang
dikonsumsi pada media tradisional karena aspek
penguatan diri atau perilaku yang terbiasa dan
kemungkinan yang sama kebiasaan mengkonsumsi
berita offline digunakan untuk internet. Kebiasaan
didefiniskan oleh Rosenstein dan Grant (1997) adalah
aktifitas yang terbentuk secara rutin dan sering
terbentuk sejak awal hidup. Kebiasaan mengkonsusmsi
berita terbentuk karena pengaruh selama anak-anak dan
remaja. Kebiasaan ini sebagian ditentukan oleh faktor
personal dan keluarga tetapi sebagian besar ditentukan
oleh lingkungan dimana mereka berkembang.
Digital native (Palfrey, 2008), merupakan generasi
ketika teknologi digital mulai muncul dalam kehidupan
masyarakat, yang waktu itu Usenet, Buletin Board System
hadir secara online. Mereka mempunyai akses terhadap
jaringan sosial digital dan juga memiliki keahlian untuk
menggunaan teknologi tersebut. Seorang digital native
menjalani kehidupannya dikelilingi dan menggunakan
peralatan digital seperti komputer, video game, pemutar
musik digital, telepon seluler, termasuk mainan dan alat
alat lainnya (Palfrey, 2001), dan dalam praktek
kehidupannya hampir semuanya dengan menggunakan
online, dengan bantuan teknologi semua bisa terjadi
(Palfrey, 2004). Menurut hasil penelitiannya terhadap 200
(dua ratus) pelajar di Amerika, bahwa mereka tidak saja
berbeda dalam penggunaan teknologi digital tetapi juga
berbeda dalam cara menjalani berbagai aktivitas dalam
kehidupan mereka. Dalam berkomunikasi mereka lebih
sering menggunakan e-mail dan e-chat, dalam pembelian
dan pembayaran barang menggunakan e-buy dan e-pay,
mereka biasa bertukaran pengetahun melalui blog, melalui
web cam dan berkolaborasi dan berkoordinasi melalui
group email,
Konsumsi Berita Lintas Media Massa Konvensional Dan Internet
Udi Rusadi
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Vol. 4 No. 3 (Maret 2014 - Juni 2014)
group chating dan media sosial lainnya. Orang-orang tua
yang lahir sebelum era digital ada yang sudah
bertransformasi dan sudah menggunakan teknologi
digital, aktivitas kehidupannya sudah menggunakan
teknologi digital, namun mereka masih banyak
menggunakan teknologi analog dalam berinteraksi.
Mereka belajar menggunakan teknologi digital setelah
dewasa. Generasi ini disebut dengan digital settler
(Palfrey, 2008). Namun diantara mereka ada yang
proses transformasinya lambat dimana memahami dan
menerima kehadiran teknologi digital lebih lambat.
Mereka menggunakan email dan jaringan sosial dalam
kehidupanya lebih lambat. Kelompok orang ini disebut
digital immigrant (Palfrey, 2008). Orang dalam
kelompok ini biasanya jika mengirim dan menerima email, ia juga mencetak surat elektronik tersebut dan
koreksi koreksi terhadap naskah dilakukan tidak pada
layar komputer tetapi dengan proses edit di naskah
tercetak. Dalam konteks ini, Lee (2010) mengadopsi
Pafrey & Grasser menyelenggarakan penelitian
kebiasaan mengkonsumsi berita terhadap tiga kelompok
usia yang diperkirakan memiliki literasi digital berbeda.
Ia membagi kelompok usia digital native (18-29), digital
immigrant (30-64) dan digital settler (65+). Kebiasaan
mengkonsumsi berita terbentuk sejak kebiasaan
sebelumnya dan kemudian semakin kuat kemudian
sesuai dengan perjalanan waktu. Kelompok digital
settler tidak saja memilih surat kabar cetak sebagai
pilihan utama tetapi juga keranjiangam membaca surat
kabar online website. Kelompok digital immigrant tidak
saja mengikuti radio sebagai medium utama tetapi juga
mengikuti berita radio website. Generasi yang tumbuh
bersamaan tumbuhnya internet, lebih familier dengan
online interface. Generasi digital native terbiasa untuk
mengunjungi sumber berita online sebagai sumber
informasi dibandingkan dengan digital immigrant dan
settler. Penelitian yang dilakukan Lee tersebut, membuat
kategori literasi digital dengan mengadaptasi Pafrey dan
Grasser (2008), yang menempatkan digital settler
setelah digital immigrant, yang berbeda dengan Pafrey
dan Grasser (2008) yang menempatkan digital settler
setelah digital native. Penelitian ini tidak sepenuhnya
menggunakan ukuran usia, tetapi juga dilihat realitas
lierasi digitalnya, dengan urutan digital native, settler
dan immigrant. Studi lain, dilakukan di Denmark, yang
menggambarkan tipologi penggunaan dan pengalaman
terhadap
berita
media
multiplatform
dengan
menggunakan metode kuantitatif dan kualitatatif.
Penelitian kuantitatif dilakukan dengan survey online
untuk memetakan kebiasaan mengkonsumsi media dan
metode kualitatif untuk menggali tipologi konsumsi
berita berdasarkan faktor yang mempengaruhinya.
Ditemukan ada tujuh tipe pengguna, yaitu tipe konsumer
berita tradisional dan serba guna, tipe konsumer yang
orientasinya pada budaya populer dan media berita
digital, pengguna berita media digital yang berorientasi
pada latar belakang, pembaca surat kabar yang terbatas
(the light newspaper reader), pembaca berita aktif,
pengguna berita yang “kecanduan”, konsumer berita
segala berita regional. Konteks penelitian tersebut
dikaitkan dengan teori public sphere dan civic agency
dari Habermas dan pemikir setelahnya. Teori tersebut
menjelaskan bahwa perilaku masyarakat tidak semata
sebagai perilaku politik rasional dalam public sphere
tetapi juga berkaitan dengan praktek budaya sehari-hari
yang didasarkan pada identitas budaya, komitmen dan
kompetensi. Nilai manfaat berita yang diterima
menandakan ada berita yang dibaca dan digunakan yang
diperolehnya dari berbagai sumber. Orang dapat
memilihnya secara aktif sebagai pembeli di
supermarket, memilih barang dari rak yang dijajakan
dan dimasukannya kedalam kereta barang. Prinsipnya
jika tidak mengunakannya setiap hari, masyarakat harus
memilih dari keseluruhan berita dan matrik media.
Beberapa variabel yang dinilai yang menentukan nilai
manfaat media berita ada tujuh aspek, yaitu yang terkait
ketersediaan materi berita meliputi temporality,
spatiality, materiality, textuality, dan yang terkait pada
koneksi publik meliputi aspek ekonomi, normativity dan
partisipasi.
Kemungkinan konsumsi dilakukan ada tiga
kemungkinan, yaitu tradisionalis atau yang hanya
mengikuti media tradisional, integrator yaitu yang
menggunakan media tradisional dan media online, dan
ketiga ialah yang hanya berbasis internet. Mengenai pola
konsusmi Schroder (2010) dalam penelitian konsumen
lintas media berita mengembangkan tiga kategori, yaitu
nilai manfaat berita yang tersedia, dengan pertanyaan
media berita apa yang digunakan minggu lalu.
Berikutnya menanyakan medium berita yang sangat
bermanfaat, diantara daftar media berita yang
bermanfaat, diminta untuk memilih berita yang
dipertimbangkan berbeda. Kategori ketiga ialah
kemanfaatan dilihat dari aspek fungsional, yaitu media
mana yang digunakan untuk memperoleh tinjauan
(overview) dari peristiwa hari tersebut, dan kedua media
mana yang menyediakan latar belakang peristiwa hari
itu. Sedangkan D’Haenens (2004) memformulasikan
konsumsi berita melalui penelitian eksperimen dengan
tiga kategori yaitu, jumlah berita yang dibaca dan waktu
yang digunakan untuk membaca, urutan berita yang
dibaca, serta kepentingan dalam membaca dan
pengetahuan yang diminati. Berdasarkan konsep-konsep
terkait konsumsi media berita dan hasil penelitian
terdahulu, dapat disimpulkan peralihan pola akses dari
media cetak ke digital masih dalam proses, tidak ada
data yang konsisten media online menggantikan
sepenuhnya kebiasaan mengakses media online, malah
media televisi sebagai sumber berita masih dominan.
Posisi media online oleh sebagian responden digunakan
sebagai komplementer dan malah sebagian lain
mengakses dua-duanya secara seimbang. Dilihat dari
faktor yang mempengaruhi ternyata lebih banyak
dipengaruhi oleh kebiasaan mengkonsumsi media cetak,
dan yang menentukan ialah topik beritanya. Kategori
khalayak menunjukkan pada generasi digital native,
settler dan immigrant cenderung menggunakan media
konvensional bersamaan dengan media web, sedangkan
177
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Vol. 4 No. 3 (Maret - Juni 2014) Hal: 173 - 186
Konsumsi Berita Lintas Media Massa Konvensional dan Internet
generasi muda cenderung menggunakan media internet.
Aspek konsumsinya, yang diteliti selain pada level akes
konten juga diteliti sampai pada aspek pengetahuan
khalayak pada tingkatan gambaran umum tentang apa
saja yang diketahuinya selama satu hari dan latar
belakang dari satu peristiwa. Penelitian-penelitian yang
dilakukan di negara-negara bukan di Indonesia, konsep
dan variabel konsumsi media berita dan kategori digital
divide akan diteliti dengan lokasi warga kota di
Indonesia. Dalam penelitian terdahulu penelitian
terbatas pada media online berupa e-paper, portal
berita, media digital. Dewasa ini media sosial, microblog
seperti Twitter digunakan juga sebagai media berita
walaupun hanya terbatas pada headline atau struktur
lead berita yang terhubung pada berita utuhnya di portal
berita media yang terkait. Penelitian ini akan
menyertakan Twitter sebagai bagian dari pola konsumsi,
dan topik media berita juga akan dikategorikan ke dalam
tiga kategori yaitu berita politik, berita populer, dan
berita olah raga.
Implikasi dari permasalahan, teori dan konsep
yang digunakan penelitian ini menggunakan paradigma
post positivistik dengan asumsi ontologi, realitas yang
diteliti adalah pengalaman proses menggunakan media
dan persepsi persepsi tentang media konvensional dan
media baru. Objek penelitian tersebut merupakan
realitas yang diungkapkan oleh subjek penelitan sebagai
suatu kenyataan yang tidak sempurna dan
penampakannya secara probalilistik yang menjadi ciri
paradigma positivistik. Demikian juga dimensi
epistemologis, penelitian ini masih mencoba menjaga
jarak dengan sumber data untuk mencoba menangkap
data sebagaimana diungkapkan sumber data yang
kemunculannya tidak pasti atau mengikuti kaidah
probabilisistik. Artinya tidak bisa dipastikan bagaimana
pola hubungan antara pengikuti media konvensional
atau rekasi. Dari aspek axiologis, penelitian ini mencoba
untuk tidak mengintepretasi analisis dengan nilai
subjekif peneliti tetapi lebih pada interpretasi atas dasar
kerangka analisis yang dibangun dalam kerangka teori.
Pengungkapan data dan bukti bukti temuan akan di
sajikan dalam pola naratif dan diskriptif. Metode
penelitian yang digunakan termasuk termasuk dalam
tipe penelitian kualitatif dengan unit analisis kelompok
masyarakat dalam kategori digital native, digital settler
dan digital immigrant. Penelitian dilakukan dengan
wawancara mendalam kepada masyarakat yang
mengkonsumsi media. Informan dipilih secara purposive
yang berada di lokasi penelitian yang dipilih secara
purposive yaitu yang memiliki infrstruktur akses ke
internet dan dari usia informan termasuk kategori
digital native, settler dan immigrant. Dalam penelitian
ini untuk memilih informan tidak sepenuhnya
menggunakan pada data tahun kelahiran 1980, sebagai
generasi digital native tetapi juga berdasarkan
pendalaman sejauh mana mereka menggunakan
teknologi digital dalam kehidupan mereka. Patokan
kelahiran tahun 1980 terjadi di negara pertama
berkembangnya internet, negara maju, tapi masuk ke
178
Udi Rusadi
Indonesia tidaklah persis tahun 1980, untuk itu dalam
penelitian ini untuk menemukan generasi digital native
mewawancarai informan yang lahir tahun 1990-an.
Penelitian dilakukan dengan teknik wawancara
mendalam berdasarkan protokol penelitian, yang
memuat tujuan dan kategori informan dan pokok-pokok
pertanyaan yang diajukan. Materi yang diajukan
berdasarkan kerangka konseptual, meliputi kebiasaan
penggunaan sumber informasi, informasi yang diakses,
yang dalam hal ini akan fokus pada berita yang terikait
isu-su actual yang bekembang pada saat penelitian
berlangsung, keterkaitan pola akses antar media
konvensional dengan media internet. Analisis dilakukan
dengan membuat kategori jawaban
informan
berdasarkan kerangka analisis proses konsumsi dan
literasi digital. Lokasi penelitian ialah provinsi Banten
dengan memilih lokasi wilayah tengah yaitu wilayah
kota Serang dan wilayah pinggiran atau yang berbatasan
dengan Jakarta, yaitu wilayah kota Tangerang. Pemilihan
wilayah ini disamping mempertimbangkan aspek
pemilikan
infrastruktur
yang
memungkinkan
masyarakat bisa mengakses internet juga dengan asumsi
mobilitas masyarakat yang kemungkinan tinggal di
wilayah Banten namun aktivitasnya di Jakarta, tapi
kemungkinan lain tinggal di Banten namun aktivitasnya
semuanya di wilayah Banten yang direpresentasikan
oleh wilayah Serang. Mobilitas ini dipilih jadi kriteria
dengan pertimbangan mewakili keragaman dalam akses
dan konsumsi berita. Mereka yang jauh dari Ibukota
diperkirakan akan lebih memperhatikan isu yang
berkaitan dengan wilayahnya dibandingkan dengan
yang tinggal dengan Jakarta. Untuk wilayah Tangerang
kota, dipilih komplek Perumahan Ciledug Indah, dan
untuk kota Serang dipilih sekitar wilayah kampus
Universitas Tirtayasa (Untirta) dan Sekolah Tinggi
Komunikasi (STIKOM). Kedua wilayah tersebut memiliki
kecukupan
infrastruktur
telekomunikasi
yang
memungkinkan penduduk di wilayah ini akan bisa bisa
mengakses internet. Informan baik di wilayah kota
Serang maupun kota Tangerang dengan kategori digital
native, settler dan immigrant. Untuk wilayah Tangerang
juga dipilih mereka yang aktivitas sehari-hari di Jakarta
dan aktivitas di wilayah Tangerang, guna melihat kaitan
aktivitas dengan perhatian pada isu lokal. Posisi kedua
wilayah penelitian dapat dilihat dari gambar di bawah
ini.
Konsumsi Berita Lintas Media Massa Konvensional Dan Internet
Udi Rusadi
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Vol. 4 No. 3 (Maret 2014 - Juni 2014)
Daerah Penelitian :
Wilayah Kota Serang dan
Kota Tanggerang
Sumber : www.bantenprov.go.id
Gambar 1. Posisi Wilayah Penelitian
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Penelitian terdahulu tentang konsumsi berita
pada lintas platform tidak menunjukkan hasil yang
konsisten apakah kebiasaan mereka mengkonsumsi
berita melalui media konvensional berubah menjadi
mengkonsumsi melalui media baru berbasis internet.
Disimpulkan bahwa perubahan itu masih dalam proses.
Hasil penelitian di daerah provinsi Banten tanpaknya
tidak jauh berbeda dengan penelitian yang pernah
dilakukan di berbagai negara. Walaupun ada
kecenderungan mereka yang termasuk generasi digital
native dan digital settler sebagai generasi yang dalam
menjalani kehidupan menggunakan fasilitas teknologi
digital dan setiap aktivitasnya dilakukan secara online
termasuk mengakses berita, ternyata juga mereka masih
ada yang menggunakan media konvensional. Demikian
juga walaupun generasi digital immigrant dimana
teknologi digital tidak menjadi bagian dari fasilitas
kehidupan sehari hari mereka, dan lebih utama
menggunakan media konvensional untuk mengakses
media, mereka pun biasa menggunakan media online
walupun secara terbatas.
Konsumsi Berita Generasi Digital Native
Seorang informan, Fauzan, lahir tahun 1990 di
wilayah kota Serang lulusan program S1, jurusan
Hubungan Masyarakat kini berkerja di sebuah Bank di
bagian marketing, bisa dikategorikan sebagai digital
native. Dalam kehidupannya sekarang ini selalu
didukung oleh teknologi digital. Ia sebenarnya belajar
komputer sejak sekolah dasar dan sudah bisa
menggunakan media online sejak kuliah semester lima.
Sekarang ini hampir tidak bisa terlepas dari handphone
(HP)/telepon seluler (ponsel), ketika bangun tidur
biasanya mengecek short message service (SMS)/pesan
singkat dan e-mail. Dalam pekerjaannya Fauzan sebagai
marketer sudah difasilitasi tablet untuk menjelaskan
produk kepada kliennya. Setiap hari ia menggunakan
smartphone yang bisa digunakan untuk mengakses
internet, namun untuk berkomunikasi ia menggunakan
fasilitas WhatsApp, komunikasi dilakukan seringnya
dengan sesama teman yang bekerja di bagian marketing.
Ketika bangun pagi yang dicari adalah ponsel untuk
mengecek SMS, dan e-mail setelah itu buka berita. Walau
memiliki pesawat televisi di rumah ia malas menonton
berita dan biasa melihat program televisi melalui ponsel
yang termasuk smartphone, namun untuk mengikuti
perkembangan berita setiap hari dilakukan melalui
Twitter. Di rumah ia memiliki komputer, tapi hanya
digunakan untuk urusan kantor terutama yang berkaitan
dengan pengiriman data. Ia juga berlangganan surat
kabar "Kabar Banten", sehingga memperhatikan juga
berita dari surat kabar, walaupun yang lebih utama ialah
melalui ponsel dengan googling. Kalau akan
mengakses berita melalui media online biasanya melalui
Media Indonesia online, dengan sistem berbayar 45 ribu
rupiah/bulan. Namun ia juga biasa menonton televisi
walaupun jarang sebagaimana juga media radio. Isu-isu
atau pemberitaan tentang Banten diikuti lebih utama
dari media online, dan membaca berita di surat kabar
dengan tujuan hanya untuk pencocokan apakah sama
atau tidak beritanya. Menurut pendapatnya, gaya
penulisan di media online lebih unik jadi lebih menarik,
karena singkat dan diberitakan pada saat peristiwa
berlansung (real time). Dalam mengikuti pemberitaan
urutannya ialah pertama mengikuti media online
kemudian dilanjutkan dengan surat kabar dan berita
televisi karena ada visualisasinya. Media online yang
diikuti pertama melalui Twitter, dimana ia menjadi
follower beberapa media online, seperti
metrotvnews.com,
liputan6.com,
detik.com
dan
mediaindonesia.com. Mengenai berita sepakbola situs
supersoccer.co.id selalu mengirim timeline dengan
kecepatan lebih tinggi per tiga menit, jika ada yang
menarik ia masuk pada tautan (link) untuk mengikuti
berita rinci dalam media online. Setelah itu mengikuti
berita melalui surat kabar dan televisi. Kabar Banten
yang menjadi perhatian ialah yang terkait penangkapan
adik Ratu Atut, dan selain itu ia juga memperhatikan
berita lokal lainnya sepeti demonstrasi buruh yag ricuh
dan masalah pegawai honorer. Berita nasional yang
menjadi perhatian ialah yang terkait pada kasus korupsi
dan Mahkamah Konstitusi. Informan lain, seorang
mahasiswa manajemen semester V (lima), belajar
komputer di sekolah sejak Sekolah Menengah Pertama
(SMP). Waktu itu di rumah tak memiliki komputer dan
mulai SMP pula ia mulai menggunakan ponsel tetapi
hanya digunakan untuk berkomunikasi, baru mulai
Sekolah Menengah Atas (SMA) menggunakan
smartphone, yang biasa digunakan untuk mengakses
internet. Dalam waktu senggang biasa melakukan
browsing melalui smartphone, untuk mencari materi
kuliah. Ia memiliki akun Twitter dan Facebook (FB).
Sebagai pemilik akun Twitter ia menjadi follower
berbagai komunitas namun tidak menjadi follower situs
berita. Namun ia biasa mengakses berita melalui media
online, seperti detik.com dan kompasiana.com. Ia
menyukai berita mengenai sepak bola, dan biasa
mencari perkembangan berita sepak bola dari Twitter.
Walaupun mengikuti berita melalui media Twitter, ia
tetap menonton berita di televisi dengan tujuan melihat
179
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Vol. 4 No. 3 (Maret - Juni 2014) Hal: 173 - 186
Konsumsi Berita Lintas Media Massa Konvensional dan Internet
visualisasi permainan sepak bola, setelah itu membaca
berita-berita terkait untuk melengkapi melalui media
media online seperti detik.com. Melalui media online ia
dapat lebih up-to-date mengikuti masalah-masalah
transfer pemain pemain sepak bola antar klub. Untuk
berita politik ia juga mengikuti trennya dari Twitter, lalu
mengikutinya melalui media internet yaitu kompas.com
dan detik.com setelah itu menonton televisi dengan
tujuan mengikuti opini yang berkembang melalui dialog
atau debat-debat politik. Ia mulai memperhatikan berita
televisi sejak kuliah, untuk menambah wawasan agar
tidak ketinggalan dalam pergaulan, sedangkan surat
kabar jarang diikutinya. Lima informan lainnya lahir
tahun 1990-an dan memiliki pengalaman bervariasi,
mereka semua mulai mengenal komputer sejak Sekolah
Dasar (SD) sekedar untuk mengetahui, dan belajar
menggunakan komputer mulai SMP di sekolah dan juga
mulai menggunakan ponsel sejak kelas 1 SMP namun
hanya untuk pesan singkat dan menelepon.
Menggunakan smartphone baru pada saat mulai kuliah,
yang umumnya mereka diperoleh dari orangtua, dan ada
seorang diantaranya berusaha sendiri dengan bekerja.
Setiap waktu senggang, memanfaatkan smartphone
untuk akses ke media sosial, online game, chatting,
Blackberry Messenger (BBM) dan komik online. Seorang
diantaranya, biasa mengikuti trending topic dari Twitter,
dan kemudian mengikuti berita online melalui
perangkat tautan detik.com, dan berita terkait untuk
melihat rincian beritanya. Jika ada yang menarik maka di
sebar luaskan melalui Twitter atau FB. Selanjutnya juga
mengikuti berita di televisi untuk menonton berita yang
sama guna memperoleh kejelasan infomasi melalui
visualisasi. Jika berita di televisi belum ada
perkembangan maka berusaha mencari perkembangan
melalui internet, karena waktu update berita di internet
lebih cepat. Dengan demikian menonton televisi dan
mengikuti berita di internet saling menunjang. Ketika
ada berita di televisi tetang Ratu Atut menghilang,
kemudian berusaha menemukan berita di media online
bahwa ia ada di Kebon Jeruk. Sebaliknya karena berita di
intenet masih singkat dan belum jelas, lalu diperjelas
melalui televisi. Untuk media radio jarang mengikutinya,
hanya secara sepintas ketika ibunya sedang
mendengarkan berita dari Radio Republik Indonesia
(RRI). Namun ada diantara mereka yang jarang
mengikuti berita di internet, ia mencoba mengikuti
berita di internet setelah mendengar ada isu yang
menarik dari obrolan teman-teman, setelah itu melihat
berita di televisi kemudian melihat internet. Berita
tentang Vicky sebagai berita selebriti menarik bagi
mereka, namun ada yang mengkonsumsinya dari berita
televisi dan ada yang dari intenet, namun ada juga yang
dua-duanya. Dalam hal berita-berita selebriti bagi
mereka mengikuti dari televisi lebih seru, sehingga
berita televisi lebih utama. Untuk berita politik ada
diperoleh dari teman dulu kemudian ke media online.
Namun ada pula yang dari internet terlebih dahulu
berdasarkan informasi awal dari Twitter dan kemudian
mengikuti media online.
180
Udi Rusadi
Konsumsi Berita Generasi Digital Settler
Infoman yang termasuk kategori digital settler,
seluruhnya sudah biasa menggunakan smartphone, yang
bisa mengakses internet, sebagai bagian dari aktivitas
kehidupan mereka, dengan pola penggunaan terhadap
berita yang bervariasi. Informan ini, seorang dosen lahir
sebelum tahun 1980, menggunakan internet untuk
mengirim pesan melalui e-mail, berbalas pesan,
menggunakan media sosial, browsing data, membaca berita
elektronik melalui kompas.com, vivanews.com dan
bbc.com. Ia menggunakan media internasional untuk
mengikuti perkembangan berita internasional yang tidak
dimuat dalam berita nasional. Kebiasaan menggunakan
media internet baru dua tahun yang lalu yaitu sejak ada
kebutuhan untuk mengikuti media guna memenuhi
kebutuhan mengikuti program pendidikan Doktoral (S3)
sejak tahun 2007. Disamping itu ia biasa membaca surat
kabar lokal dan nasional. Kebiasaan membaca koran lokal
ini karena ada peluang di pagi hari baik di rumah mapun di
kantor. Setelah mengikuti peristiwa-peristiwa penting di
wilayah Banten, kemudian mengikuti koran nasional. Jika
membaca beberapa media, sumber pertama dibaca secara
lengkap sedangkan media berikut hanya melihat judulnya.
Media yang sering digunakan sebagai sumber pertama
secara rutin ialah media konvensional, sedangkan internet
tidak digunakan setiap hari. Ia setiap hari biasa
menggunakan Ponsel terutama untuk memanfaatkan waktu
senggang, dan seringnya digunakan untuk mengikuti
trending topic, terutama untuk berita nasional, sedangkan
untuk berita lokal mengikutinya dari koran lokal. Sebagai
seorang yang sedang mengikuti program pendidikan
lanjutan, ia memusatkan perhatian pada pemberitaan yang
berkaitan dengan wilayah kajian, misalnya bagaimana
pimpinan negara melakukan komunikasi atau bagaimana
proses negosiasi dilakukan. Isu lokal yang menarik ialah
tentang
pimpinan
daerah.
Dalam
menghadapi
perkembangan isu, pola yang dilakukan ialah dengan
melakukan komunikasi melalui jejaring sosial dan sumber
personal. Internet merupakan salah satu sumber yang
dijadikan variasi sumber informasi.
Pola dalam mengakses media tidak menetap, namun
dalam menggunakan smartphone pertama digunakan
untuk mengecek e-mail yang masuk, kemudian melihat
Facebook setelah itu mengikuti media online. Setelah
melihat topik yang menonjol di media online, kemudian
mengikuti lebih jauh isi beritanya di televisi dengan
tujuan mengikuti perkembangan di media televisi, dan
melihat kecenderungan ideologi media dalam
memberitakan
isu
tersebut, disamping
untuk
memperoleh kelengkapan dan penjelasan informai
melalui gambar. Dengan latar sebagai akademisi, ia
mengkritisi media dalam pemberitaannya yang sering
tidak berimbang. Ketika mengikuti berita media online
juga dilakukan untuk melihat perkembagan dan
keterkaitan dengan berita lain. Kebiasaan akses berita
dilakukan sejak selesai SMA, karena ia menjadi
Konsumsi Berita Lintas Media Massa Konvensional Dan Internet
Udi Rusadi
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Vol. 4 No. 3 (Maret 2014 - Juni 2014)
wartawan kampus yang sehingga sudah terbiasa
mengakses berita.
Seorang informan akademisi lainnya memiliki
pola mengkonsumsi media tergantung pada peluang
memanfaatkan media konvensional televisi dan surat
kabar serta melalui internet. Karena ia tinggal di dua
tempat, di rumah utamanya karena berlangganan surat
kabar maka mengikuti berita pertama dari surat kabar,
namun ketika tinggal di rumah yang lain yang mendekati
tempat kerjanya ia menonton televisi. Pada waktu
senggang ia mengikuti pemberitaan dari media online
pada melalui tablet yang ia miliki. Sebagai orang Banten,
perhatian pada isu-iu yang berkaitan dengan wilayahnya
mendapat perhatian utama. Ia tidak memiliki akun
Twitter dan masih mengunakan televisi dan surat kabar
sebagai media informasi. Ia juga mengikuti situs berita
di internet melalui smartphone guna mengikuti tren
berita dari media online. Ketika pertama mengikuti
berita tertentu dari media online, ia juga membaca
berita di surat kabar, hanya untuk sekedar tahu saja
bagaimana beritanya di surat kabar. Media online juga
menjadi rujukan yang dianggap cepat ketika dalam
pembicaraan diatara teman-temannya tentang suatu isu,
apa benar tidaknya isu tersebut. Dalam kasus berita
peristiwa siswa SMP mesum, ia tahu dari obrolan dan
kemudian mengecek pada berita nasional di surat kabar
yang ia langgani tidak ditemukan, dan ternyata ada di
berita media online. Demikian juga berita tentang
dugaan suami siri dari Ratu Atut, ia mengetahuinya dari
pembicaraan di lingkungan kerja dan kemudian dicari di
berita online. Seorang ibu rumah tangga lahir tahun
1970 dan lulus Sarjana (S1) tahun 1995, sebelum ada
internet sudah bisa mengikuti berita melalui surat kabar
dan televisi, mengikuti orang tua yang biasa membaca
surat kabar Suara Karya, dan penyiar Televisi Republik
Indonesia (TVRI) yang masih diingat yaitu Tuti Aditama
dan Idrus. Sekarang ia mengikuti berita melalui
smartphone dan juga komputer. Menggunakan
komputer sejak mulai kuliah sampai lulus masih
menggunakan aplikasi under Disk Operating System
(DOS), setelah mulai kerja ia menggunakan komputer
dan smartphone. Mulai kerja tahun 2005, dan sudah
mulai mengunakan internet. Rutinitas pagi hari sambil
mengerjakan pekerjaan lain, volume televisi dibesarkan
sambil menonton berita. Pada pagi itu (saat wancara
dilakukan) ia tidak sempat menonton televisi, dan
kemarin menonton berita di televisi tentang keputusan
sidang Ahmad Fatanah, dan berita tentang Ratu Atut.
Menurut pengalamannya, berita televisi tersebut masih
belum jelas dan lengkap, oleh karena itu untuk mencari
kelengkapannya membaca surat kabar baik surat kabar
yang ia langgani di rumah dan juga surat kabar yang ada
di kantor. Media Radio digunakan di perjalanan secara
sepintas. Selain media konvensional ia juga menggunkan
internet, prioritas pertama ialah digunakan untuk
mengirim e-mail dan browsing bahan-bahan yang
diperlukan untuk mengajar. Namun dalam mengakses
email sekaligus juga mengakses informasi karena Yahoo
juga mneyediakan berita. Sehingga walaupun tujuannya
mengecek e-mail karena ada berita yang disertai gambar
maka ia membaca beritanya dan malah terkadang lupa
tujuannya mengecek e-mail, ia suka membaca berita, dan
selain itu juga ia membaca berita dari situs berita, untuk
melihat trending topic yang dibahas baik lokal maupun
nasional dari smartphone. Penggunaan media ini
dilakukan pada saat waktu senggang di perjalanan dan
kalau di rumah atau di kantor menggunakan internet.
Namun demikian apa yang diikutinya dari internet
tersebut tidak dilanjutkan dengan media surat kabar
atau televisi.
Konsumsi Berita Generasi Digital Immigrant
Generasi digital immigrant, merupakan generasi
yang dari segi usia merupakan generasi yang lahir
sebelum tahun 2008, yang sudah mengenal layanan
informasi berbasis digital tetapi ia tidak banyak
mengetahui dan menggunakan teknologi digital. Dalam
penelitian ini umumya mereka tidak memiliki
smartphone, jika pun ada yang memiliki namun ia tidak
memiliki pengetahuan banyak mengenai fasilitasnya
sehingga tidak bisa menggunakan selain mengirim pesan
singkat dan menelepon. Seorang infoman wanita
termasuk kategori digital immigrant, berprofesi sebagai
pendidik, tinggal di Ciledug, kota Tangerang, memiliki
jabatan struktural di Perguruan Tinggi, menggunakan
ponsel hanya untuk komunikasi. Ia sudah biasa
menggunakan internet sejak mulai kuliah dengan
menggunakan komputer baik dari rumah maupun di
kantor. Internet digunakan untuk mencari informasi
tentang masalah pedidikan yang menjadi bagian dari
tugas pokok di tempat bekerja. Ia juga mengikuti beritaberita dari media televisi dengan tidak teratur dan
sepintas-sepintas melalui tayangan berita. Ia menyukai
talkshow yang membahas isu-isu politik dan hukum.
Selain itu ia juga menggunakan internet untuk mencari
berita berita, dengan memanfaatkan mesin mencari
dengan mengetik kata kunci berita terkini. Tampaknya
apa yang ditonton di televisi tidak dilanjutkan dengan
mengikuti berita tersebut di internet. Ia mengikuti berita
dari internet untuk melihat berita terkini, namun tidak
untuk mendalaminya atau mencari informasi tertentu. Ia
aktif mencari berita yang terkait dengan pendidikan,
sesuai profesinya. Surat kabar yang biasa dibaca ialah
Kompas. Setiap pagi suka menonton berita televisi yang
digunakan untuk kepentingan mengajar di kampus.
Informan lain, seorang pengusaha yang tinggal di kota
Tangerang, aktivitas sehari-hari ada di wilayah
Tangerang. Ia baru saja menggunakan internet melalui
komputer, kurang lebih enam bulan yang lalu yang
penggunaannya terbatas hanya untuk mengirim dan
menerima informasi yang berkaitan dengan bisnisnya.
Baru 2 minggu sebelumnya ia menggunakan
smartphone, itupun hanya untuk mengecek e-mail yang
berkaitan dengan bisnisnya. Pengiriman data dan
dokumen dilakuan oleh stafnya, melalui komputer. Ia
mengikuti berita di televisi dan surat kabar dan tidak
menggunakan internet untuk mengikuti pemberitaan.
181
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Vol. 4 No. 3 (Maret - Juni 2014) Hal: 173 - 186
Konsumsi Berita Lintas Media Massa Konvensional dan Internet
Jika sudah mengikuti berita di televisi tidak lagi
membaca berita tersebut di surat kabar, karena sudah
dianggap sama. Kebiasaan mengikuti media sudah sejak
lama dilakukan, sekarang dengan waktu yang terbatas
hanya mengikuti garis besarnya saja. Isu lokal yang
menjadi perhatian adalah isu yang berkembang
sekarang ini, yang kebetulan sedang menjadi isu
nasional, yaitu yang terkait isu gubernur Banten.
Seorang informan lahir tahun 1970-an, biasa mengikuti
berita lokal dari koran lokal di televisi Banten,
sedangkan berita nasional mengikutinya dari internet
dan televisi. Informasi penting kadang pertama
diperoleh dari televisi dan kadang dari surat kabar dan
kadang dari internet dan juga bisa dari obrolan dengan
teman-teman di lingkungan kerja dan tetangga. Jika
informasi awal dari obrolan maka kemudian mengecek
keakuratannya dari internet, surat kabar, dan televisi. Ia
menggunakan internet di tempat kerja dan mengikuti
berita televisi dan surat kabar di rumah. Rutinitas akses
pada berita diawali dengan menonton televisi pada
malam hari dan paginya membaca surat kabar setelah
itu dari media online, yaitu portal surat kabar nasional,
dan media online. Ia tidak mengunakan smartphone, dan
menggunakan handphone hanya untuk alat komunikasi
baik melalui pesan singkat maupun suara. Isu lokal yang
diikutinya adalah isu yang berkembang menjadi isu
nasional akhir-akhir ini, yaitu kekuasaan Dinasti Atut
yang menurut pendapatnya isu tersebut terjadi tidak
saja di Banten, dan kemudian isu tersebut menjadi
jualan media, yang menurut pendapatnya tidak lepas
dari kepentingan media. Bagi dirinya apa yang
disampaikan media tidak selalu benar, dan masyarakat
harus lebih selektif dalam mengikutinya. Oleh karena itu
ia mengikuti beberapa media dengan tujuan
membandingkan muatan isunya guna memperoleh
infomasi yang benar. Bagi dia media berbasis internet
bukanlah sumber yang utama dan yang sering
digunakan sebagai sumber berita ialah surat kabar dan
televisi. Dalam posisi ini internet digunakah hanya
sebagai pelengkap untuk memenuhi kebutuhan
informasi mereka. Kebiasaan mereka bermedia, karena
dulunya sudah biasa mengikuti media, orang tuanya
bekerja di bidang pendidikan yang dekat dengan dunia
informasi, yang menyediakan fasilitas media informasi
di rumah mereka.
Seorang informan lain yang termasuk kategori
digital immigrant lulus S1 tahun 2006 , ibu rumah
tangga bekerja di bidang administrasi pendidikan, biasa
mengikuti berita tentang penangkapan Tubagus Chaery
Wardana (Wawan) -suami walikota Tangerang Selatan
yang juga adik kandung gubernur Banten- dari televisi,
setiap hari ia menonton televisi pagi hari setelah urusan
rumah tangga selesai. Ia tidak sempat membaca surat
kabar dan paling mengikuti berita dari internet, dari
Fajar Banten.com, kompas.com, dan okezone.com yang
diaksesnya melalui komputer di kantor. Telepon
genggam yang dimiliki posel biasa yang hanya bisa
digunakan untuk menelepon dan mengirim pesan
singkat. Infomasi yang diikuti dari televisi kemudian
182
Udi Rusadi
perkembangan dan berita tesebut diikuti di media
online. Ia merasa perlu mengikuti berita online untuk
mengikuti perkembangan kasus tersebut. Sebagai orang
Banten, ia merasa malu dan ingin permasalahan Banten
cepat selesai. Ia melihat berita Ratu Atut berbelanja tas
berharga ratusan juta yang menyakitkan kami sebab
banyak masyarakat miskin yang memerlukan bantuan.
Ketika belum ada internet, ia sudah bisa mengikuti
berita di surat kabar dan televisi dan sekarang terus
berlanjut mengikuti berita walau melalui internet.
Artinya kebiasaan mengikuti berita di internet karena
memiliki kebiasaan yang sudah terpola sejak sebelum
ada internet. Informan lain seorang ibu rumah tangga
lahir tahun 1980, termasuk dalam digital immigrant
berpendidikan guru Taman Kanak-kanak tingkat
Diploma II (D2) dan Diploma III (D3) jurusan Marketing,
sekarang sedang mengikuti pendidikan S1. Belajar
komputer sejak mengikuti pendidikan di SMP. Walaupun
waktu usia SD di rumah ada komputer, orang tua tidak
mengenalkannya. Sekarang ini baru saja keluar kerja di
sebuah kantor Bank daerah dan menjadi pegawai
honorer di Pemerintah Daerah. Sifat pekerjaannya
menuntut untuk menggunakan komputer, untuk
kebutuhan administrasi perkantoran termasuk di
dalamnya penggunaan e-mail. Sekarang menggunakan
Blackberry (BB) hanya untuk yang hanya pengiriman
pesan singkat dan tidak mengerti ada fasilitas lainnya,
tidak memiliki akun Twitter, walau punya akun FB
statusnya tak pernah di update. Di rumah ada pesawat
televisi namun tak pernah serius menonton, hanya
sepintas-pintas saja. Pernah secara sengaja mencari
berita tertentu, setelah ada heboh dalam pembicaraan
dan ingin tahu kejelasan isu tersebut dengan nonton
berita televisi dan membaca surat kabar yang ada di
kantor, itu pun tidak secara sungguh-sungguh untuk
menunggu dan mencari berita. Ia tidak pernah
menggunakan berita online, walaupun ia tahu adanya
situs berita di internet. Media radio digunakan dalam
perjalanan di mobil, tidak sengaja untuk mencari berita
tertentu tapi sekedar mengisi waktu. Waktu sekolah dan
bekerja jarang mengikuti pemberitaan di media, artinya
tidak terbiasa mengikuti infomasi. Seorang guru lahir
tahun 1960-an, beristri seorang akademisi lebih suka
mengikuti berita-berita dari internet yang terkait pada
isu-isu yang ada di ranah Minang, kampung halamannya
dan istrinya. Ia tidak tertarik pada isu-isu lokal di
wilayah Banten atau kota Tangerang. Artinya kedekatan
pada wilayah tanah kelahirannya lebih menjadi landasan
mengikuti berita melalui internet. Mereka tidak teratur
menonton berita televisi karena pada saat pesawat
televisi dihidupkan, ia berebut dengan anak-anak
mereka untuk menonton berdasarkan pilihan mereka
yang berbeda satu sama lain. Ia sejak awal masuk
Jakarta tidak biasa mengikuti media, karena aktivitas
mereka berdagang dan membuka usaha di rumah.
Hubungan Fungsional Konsumsi Media Konvensional
dengan Media Internet
Konsumsi Berita Lintas Media Massa Konvensional Dan Internet
Udi Rusadi
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Vol. 4 No. 3 (Maret 2014 - Juni 2014)
Seorang yang termasuk dalam generasi digital
native artinya mereka memiliki literasi digital yang
tinggi, mereka tidak saja hanya hidupnya bergantung
pada teknologi digital, tetapi pola hidupnya lebih
mencerminkan karakteristik teknologi digital itu sendiri,
yaitu perilaku hidup yang lebih besar melalui media
online dan juga perspektif dan mindset kehidupannya.
Melalui media digital generasi ini bisa mengikuti
trending topic melalui Twitter, dan media online. Namun
mereka tidak cukup hanya mengikuti dunia maya tetapi
juga mengikuti media televisi dan cetak, namun
diantaranya masih ada juga yang menggunakan televisi
sebagai sumber utama kemudian melacak berita
tersebut melalui media online. Sama hal pada generasi
digital settler, televisi masih menjadi sumber pertama,
dan diikuti media online. Mereka yang biasa mengikuti
pemberitaan baik ada media konvensional maupun
media internet adalah mereka yang bisa mengikuti
pemberitaan ketika belum memiliki akses atau
membuka sarana akses, biasa mengikuti pemberitaan di
rumahnya atau lingkungannya. Artinya tidak otomatis
bagi mereka yang mengikuti media konvensional
dilanjutkan dengan media online. Dengan demikian
mereka yang memiliki literasi digital tidak secara
langsung memiliki literasi pada bidang informasi atau
berita. Kebiasaan mengikuti berita tampaknya
bergantung pada lingkungan dan kebiasaan mengikuti
berita sebelum ada media berita melalui internet. Jika
dalam lingkungan keluarganya atau ada tuntutan tugas
untuk mengikuti berita. Kelompok ini maka lebih
memberikan
perhatian
baik
terhadap
media
konvensional maupun media baru (Lee, 2010). Antara
media online berupa portal berita dan Twitter memiliki
ciri yang berbeda. Twitter sebagai microblog sekali mentweet hanya menyampaikan informasi dalam 140 kata,
namun persebarannya lebih cepat dan luas dalam waktu
singkat. Oleh karena itu Twitter hanya digunakan untuk
mengikuti topik-topik mana yang sedang menjadi
perhatian sebagai trending topic. Mereka yang biasa
menggunakan Twitter kemudian mencari dan mengikuti
artikel beritanya. Hal itu dimungkinkan topik yang
dibaca bersumber dari akun twitter media, biasanya
memiliki vasilitas link ke portal berita di media yang
bersangkutan. Dinamika konsumen seperti ini
merupakan dukungan pada kesimpulan penelitain yang
dilakukan Bastos (2013) bahwa audience memperoleh
peluang untuk mengekspresikan ke agennya yang tidak
saja sebagai pembaca tetapi sebagai pengambil
keputusan untuk memilih artikel berita mana yang akan
dibaca ulang dan bagian mana yang akan diikuti dan
disebarkan dengan media sosial termasuk twitter.
Diantara informan digital native dan digital settler,
setelah mengikuti media online baik melalui smartphone
maupun komputer ada yang berusaha untuk mengikuti
perkembangan berita di televisi dan surat kabar.
Alasannya jika melihat berita di televisi bisa melihat
gambaran visual atau dramatisasi berita tersebut, dan
untuk meyakinkan tentang kebenaran berita tersebut.
Artinya, mereka mengikuti media lintas platform untuk
saling melengkapi sesuai dengan karakteristik masingmasing media. Nanun ada juga yang merasa cukup dari
media online tanpa pengikuti media konvensional, dan
mereka itu ialah yang sebelum menggunakan media
online tidak pernah mengikuti berita di media lainnya.
Dengan demikian media konvensional yang masih
konsisten diikuti terutama generasi digital settler dan
immigrant ialah media televisi dan surat kabar,
sedangkan media radio jarang digunakan secara sengaja
untuk mencari atau mengikuti informasi tertentu. Radio
hanya digunakan di perjalanan ketika menggunakan
mobil untuk memperoleh informasi situasi di perjalanan
dan hiburan seperti mendengarkan siaran musik atau
lagu. Temuan tersebut menunjukkan kecenderungan
yang sama dengan penelitan di Jepang (Kitamura, 2013)
yang menyebutkan bahwa media perolehan berita
melalui smatphone tidak menggantikan media
tradisional tetapi saling mengkapi. Namun berbeda
dalam hal efek perolehan berita melalui komputer, di
Jepang bisa meggantikan media tradisional, namun di
Indonesia penelitian ini tanpak konsumen yang
pengikuti berita di internet melalui komputer juga masih
mengikuti berita di televisi dan surat kabar. Dalam teori
jurnalistik, salah satu nilai berita ialah aspek kedekatan
khalayak dengan sumber berita (proximity) yang secara
tradisional
diartikan
dekat
secara
geografis,
sebagaimana dikemukakan McQuail (2005, 2010), berita
yang menarik ialah jika peristiwa tersebut memiliki
kedekatan dengan pembacanya. Namun demikian Hartly
(2005) menyebutkan terdapat proximity budaya, yang
melihat kedekatan dari aspek budaya dimana dari aspek
budaya lokasi peristiwa dalam berita tersebut dekat
dengan budaya pembacanya.
Peristiwa di wilayah Banten akan menjadi perhatian
utama masyarakat Banten karena memiliki kedekatan
secara geografis. Namun demikian dengan perkembangkan
teknologi komunikasi dan infomasi yang memunculkan
media berbasis internet, jarak antara sumber berita dengan
khalayaknya telah semakin pendek, dan bahkan nyaris
hilang. Berbagai peristiwa yang terjadi atau orang-orang
yang memiliki informasi atau pendapat mengenai suatu
objek bisa diangap dekat dengan perhatian dan
kepentingan khalayaknya. Pada saat penelitian ini
dilakukan, di wilayah provinsi Banten sedang terjadi
peristiwa yang dari aspek geografis terjadinya di wilayah
Banten yaitu dugaan pemberian suap yang dilakukan oleh
orang yang terkait pada pejabat Banten. Isu ini berkembang
tidak saja hanya berkaitan dengan isu suap tetapi
berkembang menjadi pembicaraan yang lebih luas yaitu
dugaan korupsi keluarga Gubernur Provinsi Banten, Ratu
Atut Chosiyah. Isunya dilihat dari aspek geografis bisa
dikategorikan sebagai peristiwa atau isu lokal, namun
ternyata peritiwa tersebut merebut perhatian orang tingkat
nasional, karena isunya terkait pada Institusi Strategis
tingkat nasional yaitu Mahkamah Konstitusi dan
masalahnya juga menjadi isu nasional yaitu korupsi yang
sedang menjadi perhatian nasional. Semua informan dari
tiga generasai yang berbeda kadar literasi digitalnya,
183
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Vol. 4 No. 3 (Maret - Juni 2014) Hal: 173 - 186
Konsumsi Berita Lintas Media Massa Konvensional dan Internet
tertarik pada isu dinasti Ratu Atut, yang awalnya hanya
berkaitan dengan dugaan adik Gubernur Provisi Banten,
namun belakangn berkembang setelah sejak tanggal 17
Desember 2013 Gubernur Banten juga ditetapkan jadi
tersangka dan ditahan oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK). Untuk generasi digital native, settler dan
immigrant tidak cukup hanya mengikuti dari media
online, tetapi juga mengikuti dari media televisi dan
surat kabar. Sedangkan bagi digital immigrant, lebih
utama mengikutinya dari media televisi dan surat kabar.
Isu-isu lokal lainya seperti Pemilihan Kepala Daerah
(Pilkada), tenaga kerja di lingkungan pemerintahan
informan lebih utama mengikuti dari media lokal
sedangkan untuk isu nasional mengikutinya dari media
online. Mereka yang memberikan perhatian pada berita
berita lokal selain dinasti Ratu Atut, ialah mereka yang
tinggal di wilayah Banten dan sehari harinya mereka
beraktivitas atau bekerja di wilayah Banten. Sedangkan
bagi masyarakat yang tinggal di daerah Banten dan
sehari sehari harinya aktivitas di wilayah Jakarta
umumnya tidak peduli pada isu lokal di wilayah Banten.
Dengan demikian asas proximity tidak sepenuhnya
terkait pada lokus tempat tinggal tetapi juga pada arena
aktivitas. Dalam kasus wilayah perbatasan bagi mereka
yang aktivitasnya di luar wilayah tempat tinggal mereka
maka terhadap isu lokal tidak menjadi perhatian.
Fenomena lain yang ditemukan dalam penelitian ini
sebagai bagian dari pengaruh teknologi informasi dan
komunikasi, asas proximity juga berlaku atas dasar
kedekatan budaya dalam hal ini berkaitan dengan etnis
dari konsumen. Seorang warga Tangerang yang
aktivitasnya di wilayah Tangerang lebih memberikan
perhatian pada isu-isu yang berkembang di tanah
kelahirannya di ranah Minang, Sumatera Barat, karena
secara budaya memiliki kedekatan (culture proximity). Ia
tidak tertarik pada isu lokal, tetapi ia secara periodik
mengikuti isu yang terjadi di ranah Minang dari internet.
Peralihan Konsumsi Berita Media Konvensional ke Media
Internet
Perkembangan
media cetak di
lingkup
internasional dewasa ini sedang mengalami penurunan.
Beberapa media cetak besar di negara maju ada sudah
mengalami kebangkrutan, seperti Chicago Tribune, Los
Angeles Time, The Rocky Mountain News. Sementara
surat kabar lainnya dalam keadaan kurang
menguntungkan dan menunggu giliran untuk bangkrut
jika tidak ada perubahan strategi melakukan
konvergensi secara kreatif. Surat kabar lain ada yang
sudah berganti atau paling tidak memberikan perhatian
ke platform internet, seperti The New York Times.
Fenomena tersebut menunjukkan adanya gejala
peralihan konsumsi dari media cetak ke media
elektronik baru. Hasil penelitian ini, sudah merupakan
peringatan kepada media konvensional terutama surat
kabar. Media berita surat kabar walaupun belum
ditinggalkan tetapi sudah tidak menjadi pilihan pertama
untuk mengikuti berbagai isu di masyarakat. Bagi
184
Udi Rusadi
generasi digital native bahkan suratkabar hampir
ditinggalkan, dan generasi ini populasinya ialah anakanak dan remaja serta dewasa yang lahir setelah tahun
1980. Golongan penduduk tersebut merupakan jumlah
yang terbesar dalam struktur kependudukan di
Indonesia, penduduk yang berumur 5 - 29 tahun tercatat
menurut BPS sebanyak 37,2% (diolah dari data BPS).
Dengan demikian pangsa pasar terbesar dan potensial
sudah kurang perhatian dan bahkan telah meninggalkan
surat kabar, maka jika tidak diikuti dengan menyediakan
layanan dengan platform yang sesuai dengan kebiasan
mereka, surat kabar tersebut akan ditinggalkan. Jika
terhadap surat kabar perhatiannya semakin berkurang,
media televisi sebagai media pemberitaan tanpak masih
menjadi perhatian baik untuk generasi digital native,
settler dan immigrant. Artinya hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian Ahlers (2006), bahwa belum ada
fakta yang emenunjukkan adanya peralihan masif dari
konsumen media berita tradisional ke media baru yang
berbasis internet. Peralihan konsumsi media berita
tradisional ke media internet masih dalam proses. Untuk
media radio penelitian ini menunjukkan bahwa, media
radio sebagai sumber berita pada saat di perjalanan di
kendaraan sambil mengemudikan mobil, informasi yang
didengarnya sekitar kondisi situasi di perjalanan dan
kejadian-kejadian di sekitarnya serta mendengarkan
musik. Dengan demikian radio sebagai media berita
tidak lagi menjadi perhatian utama. Kecenderungan
semakin berkurangnya perhatian terhadap media
konvensional sebagai media berita, memberikan
tantangan baru dalam mempertahankan industri media.
Dalam konteks ini Frank Magid Associate (dalam Ahlers,
2010) menawarkan pendekatan pemusatan segmen
yang disebut dengan Customer – Centric Model of News
Media Usage, yang mengkategorikan segmen pasar
terdiri dari empat kelompok. Pertama pasar yang hanya
menggunkan media online saja; kedua, segmen yang
menggunakan media offline seperti di surat kabar,
televisi dan radio dengan proporsi yang relatif sama
kepada media online yang disebut segmen multichannel;
ketiga, kelompok yang hanya menggunakan media
online sekali kali saja namun yang utamnya
menggunakan media offline yang disebut dobler;
keempat, ialah segmen yang semata-mata menggunakan
media offline. Hasil penelitian ini tidak menemukan
informan yang hanya menggunakan media konvensional,
mungkin karena tidak menjaring informan pada
generasi usia di atas umur 65 tahun ke atas yang
menurut Lee (2010) sebagai generasi yang tidak
bersentuhan dengan media digital. Implikasinya dengan
4 model dalam penggunaan media berita, sebaiknya
media tidak bisa lagi hanya terpaku pada produk berita
offline, industri media berita harus sudah menggunakan
multi platform berbasis offline dan online.
Penutup
Khalayak media dewasa ini memiliki banyak
pilihan dan kemudahan untuk mengkonsumsi berita
Konsumsi Berita Lintas Media Massa Konvensional Dan Internet
Udi Rusadi
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Vol. 4 No. 3 (Maret 2014 - Juni 2014)
karena dukungan teknologi komunikasi dan informatika.
Mereka bisa mengkonsumsi berita dari media
konvensional seperti surat kabar, televisi dan radio,
tetapi juga mereka bisa mengkonsumsi berita dari media
berbasis internet seperti portal berita, media digital,
media sosial. Kedua kategori media memiliki
karakteristik yang berbeda dalam produksi maupun
distribusinya, yang akan memberikan konsekuensi pada
pola konsumsinya. Penelitian ini berusaha menjelaskan
pola konsumsi yang terjadi terhadap media
konvensional dan media internet pada khalayak yang
berbeda tingkat literasi digitalnya, yaitu generasi digital
native, settler dan immigrant. Hasil penelitian
menunjukkan khalayak generasi digital native sudah
lebih utama mengkonsumsi media berita berbasis
internet, dibanding dengan generasi digital settler dan
immigrant.
Namun
demikian
mereka
tidak
meningkatkan sama sekali sumber sumber media berita
konvensional, terutama bagi generasi digital settler dan
immigrant. Twitter sebagai mikroblog digunakan untuk
mengetahui trending topic sebagai titik awal konsumsi
informasi yang kemudian dilanjutkan dengan mengikuti
teks beritanya di portal berita di media yang
bersangkutan, dan kemudian mereka menonton televisi
untuk melihat dramatisasi visual dan acara-acara dialog
dan debat yang ada di televisi. Secara akademis
penelitian ini memberikan pengayaan pada studi
khalayak yaitu pola khalayak mengikuti media dalam
kondisi kehadiran media baru yaitu media berbasis
internet. Temuan ini memberikan konfirmasi ada
kesamaan dengan penelitian terdahulu di berbagai
negara, yang menjelaskan bahwa peralihan konsumsi
berita dari media konvensional ke media internet masih
dalam proses. Mereka yang mengkonsumsi berita di
media konvensional dan internet dengan tujuan untuk
saling melengkapi dan memperoleh kepastian
kebenaran berita tersebut. Masyarakat yang tinggal di
wilayah wilayah perbatasan dengan ibu kota, yang
aktivitasnya lebih banyak di ibu kota, tidak memberikan
perhatian pada isu lokal, namun untuk yang isu lokal
yang menjadi nasional menjadi perhatian mereka.
Penggunaan internet sebagai platform media berita,
telah mendorong konsumsi berita-berita yang memilik
kedekatan secara budaya sebagai nilai culture proximity.
Dengan demikian secara konseptual proximity yang
dalam teorinya lebih melihat jarak geografis, namun
untuk media berbasis internet yang bisa menembus
hambatan jarang ruang atau fisik, maka kedekatan
kultur atau culture proximity yang menjadi ukuran
utama dalam kriteria kedekatan yang bisa menjadi
pertimbangan dalam mengakses berita. Secara praktis
dalam kaitan industry media, semakin menurunnya
perhatian terhadap media berita konvensional walaupun
walau belum sepenuhnya tergantikan, memberikan
peringatan dini pada eksistensi industri media
konvensional untuk membentuk strategi agar
kebangkrutan tidak menjadi kenyataan. Agar tetap eksis
media disarankan untuk mengubah platform berita yang
tunggal menjadi multi platform. Bagi lembaga-lembaga
public relations komersial dan non komersial temuan
penelitian ini mengingatkan jika akan menggunakan
media berita, maka untuk sasaran generasi digital native
agar lebih fokus menggunakan media berbasis internet
dan untuk generasi settler dan immigrant, informasi
yang diproduksi seyogyanya disalurkan pada platform
konvensional dan yang berbasis internet sekaligus.
Daftar Pustaka
Ahlers, Douglas. 2006. News Consumptions and New
Electronic Media. Pers/Politics 11(1): 29-52 DOI.
10. 1177/10881180X05284317
Bastos, Toledo and Gabriela Zago. 2013. Tweeting news
articles: Readership and News Sections in Europe
and the Americas, SAGE Open Juli-September 2013:
1-18. DOI: 10.1177/2158244013502496
Blumer, Herbert and Elihu Katz (ed). 1974. The Use of
Mass Communication, Beverly Hill, CA: Sage Pub.
DeFleur, M. L. & Ball-Rokeach, S. (1989). Theories of mass
communication (5th ed.). White Plains, NY:
Longman.
D’Haenes, Leen. Nicholas Jankowski, Ard Heuvelman.
2004. News in Online and Print Newspaper:
Differences in Reader Consumption and Recall. New
Media and Society, Vol 6 (3): 363-383, London: Sage
Publication.
Gazali, Efendy. 2004. Comminication of Politic and
Political of Communication of Indonesia, Study
Media
Performance,
Responsibility
and
Acountability, Disertasi, tidak diterbitkan, 2004.
Hartley, John. 2005. Understanding News, London:
Routledge.
Kitamura, Satoshi. 2013, The Relationship Between Use
of the Internet and Traditional Informations
Sources: An Empirical Study in Japan, Sage Open,
April – June 2013: 1-9, S
Lee, Angela M, 2010. News Consumtion Revisited:
Examining the Power of Habits in the 21St Century,
11st International Symposium on Online
Journalism, Auatin, April 23-24,
Livingstone, Sonia. 1988. Relationships Between Media
and Audience: Prospects Reception Studies, In
Liebes, T, and Curran, J (Eds.) Media and Ritual
Identity: Essays in Honor of Elihu Katz.
London;Routledge.
Tersedia
di
http://eprints.Ise.ac.uk.1008
McQuail, Denis. 2005. McQuail's Mass Communication
Theory, 5TH edition, London: Sage publicatioan.
McQuail, Denis. 2010. McQuail's Mass Communication
Theory, 6TH edition, London: Sage publicatioan.
Mitchelesttein, Eugenea and Pablo J.Boczkowski. 2009.
Online News Consumption Research: An
Assessment of Past Work and Agenda for Future,
Evanston p: In Press Media and Society.
Newhagen, John E, and Eric P. Bucy. 2004. Routes to
Media Access, dalam Eric P. Bucy dan John E.
Newhagen (editor), Media Access, London:
Lawrence Erlbaum Associates.
185
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Vol. 4 No. 3 (Maret - Juni 2014) Hal: 173 - 186
Pengembangan Produk Animasi Berbasis Budaya Lokal di Kota Malang
Pafrey & Grasser. 2008. Born Digital. Understanding The
First Generation of Digital Natives, New York: Basic
Book
Papathanassopoulos, Stylianos et al. 2010. News Media
Consumtion:
A
Comparative
Study.
Papathanassopoulos, www. esrc.ac.uk.52ba57aa6451-449f-8156-175c678d78a1
Schroder, Kim Christian and Bent Steeg Larsen. 2010.
Towards a Typology of Cross Media News
Consumption: A Qualitative - Quantitative
Synthesis, Northern Light Volume 8 NL PP 115-138.
Schroder, Kim Christian and Bent Steeg Larsen. 2010.
The Shifting Cross Media News Landscape.
Challenges for News Producers. Journalism Studies,
Volume 11 issue 4.
Stefanone Michael A et al. 2010. The Relationship
Between Traditional Mass Media and “Social
Media”: Reality Television as a Model for Social
Network Site Behavior, Journal of Broadcasting &
Electronic Media, London: Routledge, tersedia di
http:/www.tandndfoline.com.pad/terms-andconditions
Sulivan, John L. 2013. Media Audiences, Effect, Uses,
Institution and Power, Los Angeles: Sage
Publication
Yuan, Elaine J, 2011. News Comsumption Across
Multiple Media Platform: A Repertoire Approach.
Information Communication & Society 14(7): 9981016.
DOI.
10.1080/1369118X.2010.549235.
Tersedia di http://www.informaword.com/smpp/
Sumarsono Soemardjo
Download