9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Sebelumnya Penelitian

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya berkaitan dengan pemberitaan konflik Israel
dan Palestina sudah pernah diteliti oleh beberapa peneliti dengan variasi judul
penelitian yang berbeda. Sejumlah penelitian tersebut antara lain:
1. Indra Gandi Lestari dengan judul Konstruksi Media Cetak Atas Berita
Perang Antara Israel dan Hamas (Analisis Framing Pada Harian Kompas
edisi 30 Desember 2008 – 18 Januari 2009). Metode penelitian yang
digunakan adalah analisis Framing. Perangkat framing yang digunakan
adalah model Pan dan Konsicki. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
Kompas cenderung membingkai Hamas sebagai penyebab terjadinya perang
di Jalur Gaza. Sedangkan Israel dibingkai oleh Kompas sebagai sebuah
negara yang menyerang Jalur Gaza dengan tujuan untuk kembali menjaga
perdamaian di Israel Selatan namun banyaknya jumlah korban tewas
(terutama warga sipil) akibat penyerangan yang dilakukan oleh Israel
dibingkai Kompas sebagai fakta yang sangat disesalkan dan tidak disetujui
oleh media ini. Kompas memframe tindakan Israel di atas sebagai sebuah
tindakan yang tercela dan tidak dapat dibenarkan sama sekali. Kompas juga
membingkai perang sengit (kekerasan) yang terus terjadi antara Israel dan
Hamas pada akhirnya hanya akan membawa jumlah korban jiwa yang
semakin banyak khususnya dari kalangan warga sipil. Dalam pandangan
Kompas solusi terbaik dalam penyelesaikan konflik di Palestina adalah
9
10
dengan jalan damai yaitu mengupayakan gencatan senjata. Sehingga pada
akhirnya masyarakat dapat hidup dengan tenang dan damai. 1
2. Rahmi Surya Dewi dengan judul Pemberitaan Israel dan Palestina di Media
Massa Analisis Framing Berita Tentang Penyerangan Israel Ke Jalur Gaza
Palestina di Harian Republika dan Kompas. Metode yang digunakan dalam
penelitian adalah pendekatan analisis Framing. Perangkat framing yang
digunakan adalah model Robert N.Entman. Adapun hasil penelitiannya
berkaitan dengan serangan Israel ke jalur Gaza Palestina, Republika
memandang sebagai sebuah kejahatan perang yang dilakukan Israel, bahkan
dalam salah satu penerbitannya menyebutkan Israel menggunakan Gaza
sebagai tempat uji coba senjata baru mematikan yang mereka miliki.
Sedangkan harian Kompas tidak terlalu banyak memuat berita ini di
halaman depan, foto-foto yang ditampilkan pun lebih banyak pada saat
telah meredanya peperangan. Ini sangat kontras bila dibandingkan dengan
Republika. Kompas memandang tindakan Israel sebagai balasan terhadap
roket-roket yang diluncurkan oleh pejuang Palestina ke Israel. 2
3. M.Zaim Nugroho dengan judul Analisis Framing Agresi Militer Israel di
Jalur Gaza pada Harian Kompas dan Republika. Metode yang digunakan
dalam penelitian adalah pendekatan analisis Framing. Perangkat framing
yang digunakan adalah model Pan dan Konsicki. Adapun hasil penelitian
1
Indra Gandi Lestari, Konstruksi Media Cetak Atas Berita Perang Antara Israel
dan Hamas (Analisis Framing Pada Harian Kompas edisi 30 Desember 2008 – 18 Januari
2009), , Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2009, t.d.
2
Rahmi Surya Dewi, Pemberitaan Israel Dan Palestina Di Media Massa Analisis
Framing Berita Tentang Penyerangan Israel Ke Jalur Gaza Palestina Di Harian Republika dan
Kompas, Universitas Andalas, 2009, t.d.
11
menjelaskan Kompas lebih halus dan samar-samar dalam menampilkan
wacana agresi militer Israel di Jalur Gaza serta juga menyalahkan pihak
Hamas dalam pemberitaannya. Sedangkan Republika, terlihat lebih
menonjolkan sisi kekejaman tentara Israel serta membela Hamas dalam
kontruksi wacananya.3
4. Nia Kurniati, dengan judul Perbandingan Sintaksis Pemberitaan Tentang
Konflik Palestina Israel di Surat Kabar Kompas dan Republika (2 Januari –
3 Februari 2009). Metode yang digunakan dalam penelitian adalah
pendekatan analisis Framing. Perangkat framing yang digunakan adalah
model Pan dan Konsicki. Adapun hasil penelitian menjelaskan Kompas
secara implisit berusaha menampilkan pemberitaan yang berkecenderungan
mengarah pada Israel dan mengupayakan damai, namun ada penolakan oleh
kelompok Hamas yang terkenal tidak kompromi terhadap Israel. Sedangkan
frame Republika memaknainya sebagai masalah Israel yang ingin
menghabisi Palestina dengan bermacam cara dan alasan. Republika secara
implisit lebih berpihak kepada Hamas atau lebih menekankan pro Hamas.4
5. Muhammad Zein Abdullah dengan judul Kontruksi Realitas Media (Studi
Critical Discourse Analysis) Pada Harian Kompas dan Republika tentang
Pemberitaan Agresi Militer Israel di Jalur Gaza Palestina). Metode yang
digunakan adalah analisis wacana kritis. Adapun hasil penelitian
3
M.Zain Nugroho, Analisis Framing Agresi Militer Israel di Jalur Gaza Pada
Harian Kompas dan Republika, Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2009,
t.d.
4
Nia Kurniati, Perbandingan Sintaksis Pemberitaan Tentang Konflik Palestina
Israel di Surat Kabar Kompas dan Republika (2 Januari – 3Februari 2009), Yogyakarta:
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2010, t.d.
12
menunjukkan bahwa; Pertama, realitas di balik teks jika ditinjau dari
paradigma kritis serta kerangka analisis CDA (wacana kritis) terdapat
“realitas
kesejarahan,
ideologi,
politik
dan
ekonomi-pasar”
yang
berpengaruh atas pengonstruksian konflik Israel-Palestina, begitupun pada
level interpretasi dan eksplanasi. Kedua, Tipologi pengonstruksian terbatas
pada penyajian dari sudut pandang ideologi dan pemberian label-label
tertentu yang mengarah pada pembentukan citra (image). Proses labeling
dilakukan melalui cara penyajian dan pemakaian simbol konflik. Ketiga,
Motif (Orientasi) di balik konstruksi realitas harian Kompas dan Republika
menyimpan motif yang berbeda-beda. Keempat, Faktor Internal dan
Eksternal yang
berpengaruh pada
proses pengonstruksian tentang
pemberitaan agresi Militer Israel di Jalur Gaza. 5
6. Achmad Herman dan Jimmy Nurdiansa dengan judul Analisis Framing
Pemberitaan Konflik Israel – Palestina dalam Harian Kompas dan Radar
Sulteng.6 Metode yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan
analisis Framing. Perangkat framing yang digunakan adalah model Robert
N.Entman. Adapun hasil penelitiannya adalah: pertama, cara menyajikan
pemberitaan konflik yang terjadi antara Israel – Palestina hardnews, opini
dan feature. Kompas cenderung tidak memberikan pernyataan yang
meringankan posisi Palestina, begitu pun sebaliknya, kedua, secara garis
5
Muhammad Zein Abdullah, Kontruksi Realitas Media (studi Critical Discourse
Analysis Pada Harian Kompas dan Republika tentang Pemberitaan Agresi Militer Israel Di
Jalur Gaza Palestina), Jurnal Penelitian Komunikasi, vol.13, No.1, Mei 2010, h. 21.
6
Achmad Herman dan Jimmy Nurdiansa, Analisis Framing Pemberitaan Konflik
Israel – Palestina dalam Harian Kompas dan Radar Sulteng, Jurnal Ilmu Komunikasi, vol. 8,
No. 2, Mei – Agustus, h. 166 – 167.
13
besar penyebab masalah yang dibingkai oleh harian Kompas lebih dominan
ke pihak Palestina, sementara harian Radar Sulteng lebih dominan
menjadikan Israel sebagai penyebab masalah. Ketiga, pada penilaian sikap –
sikap moral yang dijatuhkan kepada pihak Israel atau Palestina. Kompas
cenderung memberikan dalih moral bahwa apa yang dilakukan oleh Israel
adalah sesuatu yang memang terpaksa dilakukan karena pihak Palestina
yang memulai konflik. Sebaliknya, Radar Sulteng memfokuskan pada
kesalahan – kesalahan Israel yang dianggap sebagai penyebab awal dari
semua masalah ini dan menjadikan Palestina sebagai korbannya, sehingga
Israel selalu dijelekkan. Keempat, harian Kompas melihat peristiwa ini
dalam perspektif yang lebih luas yakni skala nasional, sedangkan Radar
Sulteng melihatnya dalam perspektif yang lebih sempit yakni skala lokal.
Dari beberapa penelitian di atas dan sejumlah karya yang sudah
ditulis oleh peneliti-peneliti sebelumnya, belum ada satu pun penelitian tentang
Konflik Antara Israel dan Palestina (Analisis Framing Pemberitaan Pada
Harian Republika dan Kompas Edisi 12 November – 9 Desember 2012).
Walaupun penelitian ini memiliki kesamaan dari segi pendekatan penelitian
tetapi penelitian ini memiliki perbedaan dari segi edisi yang diambil sebagai
objek penelitian sehingga dapat menambah literatur penelitian terhadap studi
yang terkait lainnya.
14
B. Deskripsi Teoritik.
1. Media Cetak
Media cetak merupakan alat (sarana) media massa yang dicetak7
dan diterbitkan secara berkala seperti surat kabar dan majalah. 8 Pada tataran
komunikasi massa, surat kabar dan majalah adalah cetak, radio bersifat
visual, sedangkan televisi dan film bersifat audio-visual. Keunggulan utama
media cetak adalah kemampuannya menguasai waktu, dalam pengertian
termasa dibandingkan media audio dan audio visual. Dikatakan menguasai
waktu dalam pengertian termasa. Karena kita dapat membaca pesan yang
ada di media cetak
berapa kali pun kita kehendaki, sementara tidak
demikian dengan media elektronik, sehingga media cetak dikatakan lebih
termasa dibandingkan dengan media elektronik.9
Adapun jenis media cetak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:10
a) Surat kabar, yaitu media komunikasi yang berisikan informasi aktual dari
berbagai aspek kehidupan. Surat kabar pada umumnya terbit harian,
sekalipun ada juga surat kabar mingguan, dari segi lingkupnya ada surat
kabar lokal ada surat kabar nasional.
7
Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan: Ghalia Indonesia, 2010, h.27.
8
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 2005, h.725.
9
Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi, Bogor: Ghalia Indonesia,
2004, h.104.
10
Syarifudin Yunus, Jurnalistik...,h.29.
15
b) Tabloid, yaitu media yang berisikin informasi aktual maupun penunjang
bagi bidang profesi atau gaya hidup tertentu. Tabloid pada umumnya
terbit mingguan, format tabloid pun relatif berbeda - beda.11
c) Majalah, yaitu media komunikasi yang menyajikan informasi (fakta dan
peristiwa) secara mendalam dan memiliki nilai aktualitas yang lebih
lama. Majalah dapat terbit mingguan, dwi mingguan, bulanan, bahkan
triwulanan. Dominick mengklasifikasikan majalah ke dalam lima
kategori utama yaitu: majalah umum, majalah khusus, majalah bisnis,
kritik sastra dan majalah ilmiah, dan majalah humas.12
2. Konflik Israel dan Palestina
a) Pengertian Konflik
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, konflik adalah
percekcokan, perselisihan, pertengkaran, pertentangan antara dua
kekuatan,dan sebagainya.13 Dimaksud konflik di sini adalah situasi di
mana tindakan salah satu pihak berakibat menghalangi, menghambat,
atau mengganggu tindakan pihak lain. Pada umumnya masyarakat
memandang konflik sebagai keadaan yang buruk dan harus dihindarkan.
11
Tabloid yang kini beredar lebih banyak mengacu pada penyajian informasi
yang bersifat segmented, berorientasi pada bidang profesi atau gaya hidup tertentu, seperti
ekonomi, keuangan, tenaga kerja, peluang usaha, kesehatan, ibu dan anak, dan sebagainya.
Lihat buku Jurnalistik Terapan, h.29.
12
Elvinaro Ardianto dkk, Komunikasi Massa, Bandung: Simbiosa Rekatama
Media, 2009, h.115.
13
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar …, h.587.
16
Konflik dianggap sebagai faktor yang akan merusak hubungan, maka
harus dicegah.14
Istilah konflik secara etimologis berasal dari bahasa latin “con”
yang berarti bersama dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan.
Dengan demikian konflik dapat diterjemahkan sebagai sebagai benturan
kepentingan, keinginan, pendapat, dan lain-lain yang paling tidak
melibatkan dua pihak atau lebih. 15 Berikut ini beberapa pengertian
konflik oleh beberapa ahli:
Dr. Robert M.Z. Lawang, menurutnya konflik adalah
perjuangan untuk memperoleh nilai, status, kekuasaan, dimana
tujuan dari mereka yang berkonflik, tidak hanya memperoleh
keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan saingannya.
Drs. Ariyono Suyono, menurutnya pengertian konflik adalah
proses atau keadaan dimana ada 2 pihak yang berusaha
menggagalkan tercapainya tujuan masing-masing disebabkan
karena adanya perbedaan pendapat, nilai-nilai ataupun tuntutan
dari masing-masing pihak.
Soerjono Soekanto, menurutnya konflik adalah proses sosial
dimana orang atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya
dengan jalan menentang pihak lain yang disertai ancaman dan
kekerasan.16
Dapat
disimpulkan
bahwa
konflik
merupakan
suatu
pertentangan, perbedaan sikap/ pemikiran/ tujuan maupun perbedaaanperbedaan lainnya yang menyebabkan antara dua belah pihak atau lebih
ingin menggapai keinginan dengan menentang penghalang tersebut.
14
Kanisius, Komunikasi Antarpribadi, Yogyakarta: Penerbit Kanisius,
1995,h.94.
15
Elly M.Setiadi & Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta
dan Gejala Permasalahan Sosial: Toeri, Aplikasi, dan pemecahannya, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2011, h.347.
16
Ibid.
17
b) Akibat Konflik
Konflik merupakan suatu gejala yang umumnya muncul
sebagai akibat dari interaksi manusia dalam hidup bermasyarakat.
Konflik akan timbul ketika terjadi persaingan baik individu maupun
kelompok. Konflik juga bisa dipicu karena adanya perbedaan pendapat
antara komponen-komponen yang ada di dalam masyarakat membuatnya
saling mempertahankan ego dan memicu timbulnya pertentangan. Bukan
hanya di masyarakat konflik juga bisa terjadi di satuan kelompok
masyarakat terkecil, keluarga, seperti konflik antar saudara atau suamiistri. Akibat dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :17
1) Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang
mengalami konflik dengan kelompok lain.
2) Keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
3) Perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa
dendam, benci, saling curiga dan lain-lain.
4) Kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
5) Dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam
konflik.
Konflik antara Israel dan Palestina sebenarnya sudah lama
terjadi yang hingga sampai saat ini masih belum ditemui titik perdamaian
antara kedua belah pihak. Konflik tersebut mengundang pro dan kontra di
berbagai penjuru dunia. Pada tanggal 10-11 Maret 2012, Israel
17
Ibid, h.377.
18
meluncurkan serangkaian serangan udara ke wilayah Palestina dekat
kamp pengungsi Jabaliya, Gaza Utara. Serangan itu menewaskan 36
orang Palestina dan melukai 30 lainnya.
Kemudian tanggal 11 November 2012, Israel berniat
meningkatkan aksi militernya di Jalur Gaza setelah menewaskan 6 warga
Palestina di wilayah Palestina yang dikuasai Hamas. Tindakan tersebut
sebagai balasan penembakan terhadap sebuah jip Israel di dekat
pelintasan yang menyebabkan 4 tentara Israel terluka. Pada 14 November
2012, Serangan militer Israel ke Jalur Gaza telah menewaskan sedikitnya
13 warga Palestina dan melukai 140 orang, serta menewaskan pemimpin
militer Hamas, Ahmed Jabaari. 15 November 2012, 3 warga Palestina
tewas terkena serangan Israel dan 3 warga Israel tewas terkena roket
Hamas. 18
3. Berita
a. Pengertian Berita
Berita adalah suatu pelaporan tentang suatu kejadian yang
diangkat.19 Pada umumnya dalam ilmu komunikasi yang disebut “berita”
ialah apabila suatu dilaporkan oleh suatu media. Dalam hal ini, berita
adalah informasi yang penting dan menarik perhatian orang banyak.
18
“Konflik Israel dan Palestina Sejak 2011”, Kompas, Nomor 138 Tahun
ke-XIVVIII, Sabtu 17 November 2012.
19
Astrid S.Susanto Sunario, Globalisasi dan Komunikasi, Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan,1995, h.159.
19
Dari segi etimologis, berita berasal dari bahasa Sanskerta,
yaitu “vrit” atau “vritta” yang berarti kejadian atau peristiwa yang telah
terjadi. Persamaan dalam bahasa Inggris dimaknakan dengan “write”
yang berarti menulis.. lidah orang Indonesia menyebutnya “berita”.20 Ada
banyak pengetian tentang berita, baik mengacu pada substansi isi, tujuan
penyajiannya,
akses
pemeroleh
informasi,
dan
aktualitas
isi, 21
diantaranya adalah:
Paulo de Massener: (here’s the news: unesco Associate) berita
adalah suatu informasi penting yang menarik perhatian dan minat
khalayak.
Mochtar Lubis (pers dan wartawan): berita adalah apa saja
yang ingin diketahui oleh pembaca, apa saja yang terjadi dan
menarik perhatian orang, apa saja yang menjadi buah percakapan
orang; semakin menjadi buah tutur orang banyak, semakin besar
nilai beritanya, asalkan tidak melanggar ketertiban perasaan dan
undang-undang penghinaan.
William Maulsby (getting the news): berita adalah penuturan
secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai
arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian
masyarakat yang menyiarkan berita.
M.Assegaf: berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang
termasa, yang dipilih staf redaksi suatu berita untuk disiarkan dan
menarik perhatian pembaca karena sifatnya luar biasa, penting,
humor, emosional, dan penuh ketegangan.22
Mengacu pada definisi-definisi tersebut, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa berita merupakan laporan informasi penting yang baru
atau telah terjadi dan menarik perhatian publik. Dengan demikian, unsurunsur yang melekat dalam berita memiliki sifat yang informatif, layak
20
Paryati Sudarman, Menulis di Media Massa, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008, h.75.
21
Syarifudin Yunus, Jurnalistik, h.45-46.
22
Paryati Sudarman, Menulis di Media…, h.75-76.
20
dipublikasikan, dan sebagai hasil karya jurnalistik, bukan opini
wartawan.
b. Klafisifikasi Berita
Berita dapat diklafikasikan ke dalam tiga kategori berdasarkan
isi materinya: berita berat (hardnews), berita sedang (middle range news)
dan berita ringan (softnews). Selain itu, berita juga dapat dibedakan
menurut lokasi peristiwanya, di tempat terbuka atau di tempat tertutup.23
Berdasarkan sifatnya berita terbagi atas berita diduga dan
berita tak terduga. Berita diduga adalah peristiwa direncanakan atau
sudah diketahui sebelumnya. Seperti lokakarya, pemilihan umum,
peringatan hari-hari bersejarah. Proses penanganan berita sifatnya diduga
disebut making news.24 Artinya kita berupaya untuk menciptakan dan
merekayasa berita (news engineering). Proses penciptaan atau rekayasa
berita itu dilakukan melalui tahapan perencanaan di ruang rapat redaksi,
diusulkan dalam rapat proyeksi, dikonsultasikan dengan pimpinan
redaksi, dilanjutkan dengan observasi, serta ditegaskan dalam prosedur
manajemen peliputan yang baku, jelas terstruktur, dan terukur. Orang
yang meliputnya dinamakan sebagai reporter atau pelapor.25 Adapun
berita tak terduga adalah peristiwa yang sifatnya tiba-tiba, tidak
direncanakan, tidak diketahui sebelumnya, seperti kereta api tabrakan,
23
Eriyanto, Analisis Framing Kontruksi, Ideology, dan Politik Media,
Yogyakarta: LKis Yogyakarta, 2012.h.127-130
24
AS Haris Sumardiria, Jurnalistik Indoonesia Menulis Berita dan Feature
Panduan Praktis Jurnalis professional, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, h.66.
25
Ibid.
21
gedung sekolah terbakar, kapal tenggelam, pesawat jatuh. Proses
penanganan berita yang sifatnya tiba-tiba itu, disebut hunting news.26
c. Kriteria Nilai Berita
Untuk membuat atau mendapatkan berita yang baik, maka
diperlukan kriteria nilai berita (news value). Nilai berita menjadi acuan
bagi para jurnalis/wartawan/reporter, bahkan editor untuk memutuskan
fakta yang lebih pantas menjadi berita, dalam memilih kenyataan berita.
Brian S.Brook menyebutkan, kriteria umum nilai berita yang harus
diperhatikan adalah: 27
1) Keluarbiasaan (unusualness): kejadian yang tidak lazim atau sesuatu
yang aneh akan menjadi daya tarik kuat untuk dibaca.28 Menurut Lord
Morthhliffe, apabila orang digigit anjing itu bukanlah berita, tetapi
jika orang menggigit anjing itu merupakan yang luar biasa. 29
2) Kebaruan (newsnes): berita adalah semua yang terbaru. Contoh:
presiden baru, mobil baru, dan sebagainya. Pokoknya apa yang
bersifat baru dapat dijadikan berita.
3) Akibat (impact): berita adalah hal yang berdampak luas. Contoh:
kenaikan BBM, kebocoran anggaran negara.
26
Ibid.
27
Ibid., h.51.
28
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori
dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012, h.64.
29
Paryati Sudarman, Menulis di Media…, h.80.
22
4) Aktual (timeless): berita yang sedang atau baru terjadi, aktualitas
waktu dan masalah. Contoh:
pelaku korupsi, penggelapan uang
dengan nilai kerugian.
5) Kedekatan (proximity): berita adalah sesuatu yang dekat, baik
psikologis dan geografis.
6) Informasi (information): berita adalah informasi. Informasi adalah hal
yang bisa menghilangkan ketidakpastian. Contoh: berita seputar kota,
seputar kampus, seputar selebritis dan lain sebagainya.
7) Konflik (conflict): berita yang banyak menarik perhatian orang pada
umumnya adalah berita tentang peperangan, arena tinju, pertikaian
dua kelompok, perselisihan, dan lain sebagainya. 30 Peristiwa atau
kejadian yang mengandung pertentangan senantiasa menarik perhatian
membaca dan merupakan sumber berita yang tidak pernah kering. 31
Karenanya berita akan terus bergulir selagi masih adanya konflik.
Selama konflik belum terselesaikan, maka selama itu pula berita tetap
diperlukan.32
8) Orang penting (publik Figure, newsmaker): berita adalah tentang
orang-orang penting. Contoh: kisah selingkuh anggota dewan, dan
sebagainya.
30
Kustadi Sutandang, Manajemen Pres Dakwah: Dari Perencanaan Hingga
Pengawasan, Bandung: Penerbit Marja, 2007, h.185.
31
Paryati Sudarman, Menulis di Media…,h. 65.
32
Ibid.,h.85
.
23
9) Kejutan (surpising): berita adalah kejutan yang datangnya tiba-tiba
alias tanpa sengaja, di luar dugaan, saat sebelumnya hampir tidak
mungkin terjadi. Contoh: anak perkosa ibu kandung,
10) Ketertarikan manusia (human interest): berita adalah hal yang
menggetarkan hati, menggugah perasaan, mengusik jiwa. Lebih
cenderung emosional daripada rasional. Informasi seperti ini memiliki
daya tarik yang utama dal hal perasaan cinta, belas kasihan, takut,
simpati, cemburu, pengorbanan dan lain sebagainya. 33 Contoh: kisah
pembantu dianiaya majikan, kisah sedih buruh bangunan.
11) Seks (sex): selama peradaban manusia segala sesuatu yang berkaitan
dengan seks digemari khalayak. Seks merupakan kebutuhan dasar dan
sudah menjadi kodratnya manusia menyukai tentang hal itu.34 Ini
mendorong kepada media massa untuk dapat menyajikan produk
jurnalistik yang bersifat mendidik dan romantis secara sehat, di
samping menunjukkan hal berbahaya dari penyalahgunaannya. 35
Contoh: berita perkosaan, hamil di luar nikah dan sebagainya. 36
4. Berita Sebagai Kontruksi Realitas Sosial Oleh Media
Para sarjana komunikasi telah lama menyadari bahwa media
massa memiliki kemampuan untuk mengembangkan berbagai isu publik.
33
Kustadi Sutandang, Manajemen Pres Dakwah …,h.185
34
Ibid.,h. 87.
35
Ibid., h.184
36
Paryati Sudarman, Menulis di Media…, h. 87.
24
Donald Shaw dan Maxwell McCombs menyatakan: “bukti-bukti telah
menumpuk bahwa para editor media cetak dan para pengelola media
penyiaran memainkan peran penting dalam membentuk realitas sosial
ketika mereka memilih dan membuat berita.”37 Ini menegaskan, media pada
prinsipnya memiliki fungsi agenda setting yaitu kemampuan untuk
mengorganisir dan memainkan peran penting dalam membentuk realitas
sosial.
Di dalam sebuah berita tentulah mengandung pesan yang
dibangun dan dibentuk oleh media massa untuk tujuan tertentu. Ada motif
dibalik pesan yang ditampilkan untuk ditanamkan di dalam benak pembaca
surat kabar.38 Dengan kata lain tidak hanya menyampaikan berita secara
aktual dan faktual saja tetapi lebih dari itu, mereka mencoba membangun
suatu nilai dalam benak pikiran pembacanya. Menanam nilai tersebut akan
berhasil apabila berita yang disampaikan dapat dikemas dengan baik dan
dapat difahami dengan mudah oleh khalayak.
Sebagai manusia biasa untuk tidak membingkai pesan sebuah
berita sangatlah sulit dihindari bagi seorang jurnalis. Karena sebuah berita
tentulah akan dikemas berlandaskan perspektif, latar belakang dirinya dan
sesuai dengan apa yang difahaminya kemudian ditulis dalam sebuah berita.
37
Morissan dkk, Teori Komunikasi Massa, Bogor: PT Ghalia Indonesia, 2010,
h. 90-91.
38
Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2012, h.85.
25
Maka dari itu berita adalah fakta-fakta yang sudah diolah oleh seorang
wartawan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Selain intervensi dari presepsi dirinya sendiri sebuah berita juga
ada intervensi dari pihak-pihak luar yang akan ikut berpartisipasi dalam
menentukan atau pemilihan sebuah berita sehingga menjadi kontruksi
realitas. Maka bisa dikatakan bahwa berita itu merupakan realitas yang
sudah diseleksi menurut pertimbangan-pertimbangan redaksi. Sebagaimana
yang dinyatakan oleh teori agenda setting, “apa yang dianggap penting oleh
media, akan dianggap penting pula oleh masyarakat. Apa yang dilupakan
media, akan luput juga dari perhatian masyarakat.”39
5. Analisis Framing
a. Pengertian
Framing
secara
sederhana
adalah
membingkai
sebuah
peristiwa. Analisis framing merupakan analisis untuk mengkaji
pembingkaian yang dilakukan oleh media. Pembingkaian itu merupakan
sebuah proses kontruksi, yang berarti realitas dimaknai dan direkontruksi
dengan cara dan makna tertentu.40
Analisis framing dipakai untuk mengetahui bagaimana realitas
dibingkai oleh media. Bagaimana wartawan mengkontruksi peristiwa dan
39
Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa Sebuah Pengantar, Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2009, h.77.
40
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh
Praktis Riset Media, Public Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi
Pemasaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012, h.256.
26
menyajikannya kepada kalayak pembaca. 41 Konsep framing sering
digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan penonjolan aspek
tertentu dari realitas oleh media. Framing dapat dipandang sebagai
penempatan informasi–informasi dalam konteks yang khas sehingga isu
tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu yang lain. Dengan
demikian realitas sosial dipahami, dimaknai, dan dikonstruksi dengan
bentukan dan makna tertentu. Elemen-elemen tersebut bukan hanya
bagian dari teknis jurnalistik, melainkan menandakan bagaimana
peristiwa dimaknai dan ditampilkan. Dengan kata lain framing di
gunakan untuk mengetahui bagaimana cara pandang wartawan dalam
menyeleksi isu dan menulis berita. 42
b. Model-Model Analisis Framing
Analisis framing memiliki bermacam-macam model, antara
lain; Muray Edelman, Robert N.Entman, Wiliam A.Gamson serta
Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki.
1) Murray Edelman
Edelman mensejajarkan framing sebagai kategorisasi.
Kategorisasi dalam mendefinisikan peristiwa tersebut menentukan
bagaiamana masalah didefinisikan, apa efek yang direncanakan, ruang
lingkup masalah, dan penyelesaian efektif yang direkomendasikan.43
41
Eriyanto, Analisis Framing Kontruksi, Ideology, dan Politik Media,
Yogyakarta: LKis Yogyakarta, 2012.h.11.
42
43
Ibid.,
Ibid., h. 186.
27
Edelman mensejajarkan framing sebagai kategorisasi.
Kategori tersebut bukan hanya persoalan teknis saja tetapi juga
mengarahkan hendak kemana peristiwa dijelaskan dan disarankan
pada kategori yang dimaksud. Dalam praktik pemberitaan media
misalnya, kategorisasi atau suatu peristiwa umumnya ditindaklanjuti
dengan mengarahkan pada kategori yang dimaksud. Ini berarti kutipan
yang diambil, nara sumber yang diwawancarai, pertanyaan yang
diajukan, dan bagian mana yang dibuang, semua diarahkan pada
kategori yang dibuat.44
Rubrikasi. Merupakan aspek penting dalam pemberitaan
rubrikasi; bagaimana suatu peristiwa dikategorikan dalam rubrikrubrik tertentu. Peristiwa dengan klafikasi tertentu tidak dengan
klafikasi yang lainnya. Rubrikasi ini menentukan bagaimana peristiwa
harus dijelaskan. Karena itu menurut Edelman, klafikasi menentukan
dan memengaruhi emosi khalayak ketika memandang atau melihat
peristiwa. Lewat kategorisasi, masalah didefinisikan, dan apa yang
harus dilakukan ditekankan kepada khalayak.45
Kategorisasi pada dasarnya adalah upaya mengklafikasikan
dan menyederhanakan realitas yang kompleks menjadi sederhanaa dan
dapat dipahami dengan mudah. Dalam pandangan Edelman,
44
Ibid., h.188.
45
Ibid.,h.193-195.
28
kategorisasi berhubungan dengan ideologi. Kategorisasi tersebut
bukanlah realitas sebenarnya melainkan representasi dari realitas. 46
2) Robert N.Entman
Entman melihat framing dalam dua dimensi besar, yaitu:
seleksi isu dan penekanan aspek-aspek tertentu dari realitas (isu). 47
Seleksi isu berkaitan pemilihan fakta. Dalam hal ini tidak semua aspek
ditampilkan, melainkan ada juga sebagian yang tidak ditampilkan.
Wartawan memilih aspek tertentu dari suatu isu. 48
Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaiman
prespektif atau cara pandang wartawan ketika menseleksi isu dan
menulis berita. Cara pandang tersebut pada akirnya menentukan fakta
yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan
hendak dibawa ke mana berita tersebut.49 Dalam konsep Entman,
framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan,
evaluasi dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan
kerangka piker tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. 50
Penekanan aspek tertentu pada fakta berkaitan dengan
penulisan berita.51 Hal ini berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat,
46
Ibid., h.196-198.
47
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi…, h.257.
48
Erianto, Analisis Framing, h.222.
49
50
51
Ibid., h.221.
Ibid, h. 222.
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h.257.
29
gambar, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak. 52
Etnman merumuskan model framingnya sebagai berikut:
a) Definisi masalah (define problems)
b) Memperkirakan sumber masalah (diagnose causes)
c) Membuat keputusan moral (make moral juggement)
d) Menekankan penyelesaian (treatment recommendation/ suggest
remedies).53
3) William A.Gamson
Model ini didasarkan pada pendekatan kontruksionis yang
melihat representasi media terdiri atas package. Cara pandang
wartawan dalam mengemas berita disebut Gamson sebagai kemasan
atau package.54 Di dalam package ini terdapat dua struktur, yaitu: core
frame dan condensing symbols. Core frame Merupakan pusat
organisasi
elemen-elemen
ide
yang
membantu
komunikator
menunjukkan substansi isu yang dibicarakan. Condensing symbol
memiliki dua struktur framing devices dan reasoning devices. Framing
Devices mencakup methapore, exemplar, cathcpharses, deceptions
dan visual image yang menekankan pada bagaimana “melihat” aspek
suatu isu atau berita. Sedangkan Reasoning Devices menekankan
52
Erianto, Analisis Framing, h.222.
53
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi…h.257-258.
54
Ibid., h. 259.
30
aspek pembenaran terhadap cara “melihat” isu, yakni roots dan
appeals to principle.55
4) Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki
Model ini berasumsi bahwa berita mempunyai pusat yang
berfungsi
sebagai
pusat
dari
organisasi
media.
Model
ini
menghubungkan setiap elemen yang berbeda dalam teks berita ke
dalam teks secara keseluruhan. 56 Framing dalam konsep ini lebih
menekankan pada bagaimana seorang memproses informasi dalam
dirinya.57 Wartawan bukanlah agen tunggal yang menafsirkan
peristiwa, sebab paling tidak ada tiga pihak yang saling berhubungan
yaitu wartawan, sumber, dan khalayak. 58
Wartawan memakai secara strategis kata, kalimat, lead,
hubungan antarkalimat, foto, grafik, dan perangkat lain untuk
membantu dirinya mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga
dapat dipahami oleh pembaca. Model ini berasumsi bahwa setiap
berita mepunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi
ide. Model Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki memiliki empat
struktur besar; yaitu unsur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik,
dan struktur retoris. Keempat struktur tersebut merupakan suatu
rangkaian yang dapat menunjukkan framing dari suatu media.
55
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi…h.259-261.
56
Eriyanto, Analisis framing…h. 293.
57
Ibid., h.291.
58
Ibid., h.292.
31
Kecenderungan wartawan dalam memahami suatu peristiwa dapat
diamati dari keempat struktur tersebut.59
59
Ibid., h.293.
Download