13 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Promosi Promosi

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Promosi
Promosi merupakan salah satu cakupan bauran pemasaran yang penting
dalam memasarkan barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan dan juga sebagai
suatu cara memberikan informasi kepada masyarakat tentang barang dan jasa yang
dihasilkan perusahaan. Promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran, yaitu
aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi,
membujuk dan atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar
konsumen bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan
perusahaan (Tjiptono, 2002).
1. Bentuk-bentuk Promosi
Bentuk-Bentuk promosi menurut Kotler dan Amstrong (2008) adalah sebagai
berikut:
a. Pemasangan iklan adalah setiap bentuk presentasi dan promosi yang memerlukan
biaya tentang gagasan, barang atau jasa oleh sponsor yang jelas.
b. Penjualan Personal adalah presentasi personal oleh tenaga penjual sebuah
perusahaan dengan tujuan menghasilkan transaksi penjualan dan membangun
hubungan dengan pelanggan.
c. Promosi Penjualan adalah insentif-insentif jangka pendek untuk mendorong
penjualan produk atau jasa.
d. Hubungan Masyarakat adalah membangun hubungan baik dengan berbagai publik
perusahaan dengan sejumlah cara supaya memperoleh publisitas yang
menguntungkan, membangun citra perusahaan yang bagus, dan menangani atau
meluruskan rumor, cerita, serta event yang tidak menguntungkan.
e. Pemasaran Langsung adalah hubungan-hubungan langsung dengan masingmasing pelanggan yang dibidik secara seksama dengan tujuan baik untuk
memperoleh tanggapan segera, maupun untuk membina hubungan dengan
pelanggan yang langgeng.
13
14
Menurut Hermawan Kartajaya dibuku yang berjudul “Marketing Of
Indonesia” menyatakan bahwa sebuah strategi
promosi
yang
baik
akan
meningkatkan sebuah citra merek yang baik. Sebuah citra merek yang baik
merupakan sebuah indikator yang ditawarkan kepada pelanggan atau sebuah aset
yang menciptakan sebuah value bagi pelanggan dengan memperkuat loyalitas nya.
Sehingga sebuah strategi promosi sangat lah penting dijalankan oleh sebuah
perusahaan untuk meningkatkan kesetiaan pelanggan terhadap perusahaan. Setelah
kesetiaan pelanggan tercipta, maka perusahaan mampu bertahan didalam persaingan
yang
ada
sekarang
ini.
Sehingga
tujuan
dari
sebuah
promosi
ialah
menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk serta menggingatkan pelanggan
sasaran tentang perusahaan dan bauran pemasaran nya. Untuk mencapai tingkatan
penjualan yang diinginkan, maka perusahaan perlu memberi petunjuk atau informasi
tentang adanya produk agar tercapai target pasar yang diinginkan oleh perusahaan.
2.1.1. Tujuan Promosi
Tujuan utama dari promosi adalah menginformasikan, mempengaruhi dan
membujuk serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahaan dan bauran
pemasarannya. Secara rinci tiga tujuan promosi tersebut dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1. Menginformasikan (Informing) dapat berupa :
• Menjelaskan cara kerja suatu produk
• Menginformasikan jasa jasa yang disediakan oleh perusahaan
• Menginformasikan pasar mengenai keberadaan seuatu produk baru
2. Membujuk pelanggan sasaran (Persuading) bertujuan untuk :
• Membentuk pilihan merek
• Mengalihkan pilihan ke merek tertentu
• Mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut produk
3. Mengingatkan (Reminding) terdiri dari :
• Mengingatkan pembeli bahwa produk yang bersangkutan diperlukan dalam
waktu dekat
• Mengingatkan pembeli akan tempat tempat yang menjual produk perusahaan
• Membuat pembeli tetap ingat walaupun tidak ada iklan dari perusahaan
15
2.1.2. Bauran Promosi
Meskipun secara umum bentuk-bentuk promosi memiliki fungsi yang sama,
tetapi bentuk-bentuk
khususnya.
tersebut
dapat
dibedakan
berdasarkan
tugas-tugas
Beberapa tugas khusus itu atau sering disebut bauran promosi
(promotion mix, promotion blend, communication mix) adalah :
a. Personal selling
b. Mass selling (periklanan dan publisitas)
c. Promosi penjualan
2.1.2.1. Personal Selling
Personal selling adalah komunikasi langsung (tatap muka) antara penjual dan
calon pelanggan untuk memperkenalkan suatu produk kepada calon pelanggan dan
membentuk pemahaman pelanggan terhadap produk sehingga mereka kemudian
akan mencoba dan membelinya.
Philip dan Duncan memberikan definisi sebagai berikut :
"Personal selling involving direct personal rontact of
the seller or his
representative with the buyer is the oldest and most important method of selling'.
Penjual perorangan yang mencakup kontak perorangan antara penjual atau
wakilnya dengan pembeli merupakan cara penjualan yang tertua dan terpenting.
Menurut Kotler (2008) penjualan pribadi (personal selling) adalah interaksi
langsung dengan satu calon pembeli atau lebih guna melakukan persentasi,
menjawab pertanyaan dan menerima pesanan.
Menurut Shimp (2003) personal selling adalah suatu bentuk komunikasi orang
perorang dimana seseorang wiraniaga berhubungan dengan calon pembeli dan
berusaha mempengaruhi agar mereka membeli produk atau jasanya.
Menurut Masterson dan Pickton (2004:256) personal selling adalah presentasi
secara lisan, dan percakapan dengan satu pembeli yang potensial, dengan
tujuan mendapatkan penjualan.
16
Penjualan perorangan merupakan salah satu cara promosi. Penjualan langsung
berhubungan secara pribadi dengan calon pembeli dengan
maksud
untuk
menawarkan barang atau jasa, sehingga terciptalah komunikasi dua arah yang
memungkinkan calon pembeli mengambil keputusan saat itu juga, di mana hal ini
tidak terlepas dari keahlian penjualan dalam membujuk calon pembeli.
Sifat-sifat personal selling antara lain:
1. Personal confrontation, yaitu adanya hubungan yang hidup, langsung dan
interaktif antara dua orang atau lebih
2. Cultivation, yaitu sifat yang memungkinkan berkembangnya segala macam
hubungan, mulai dari sekedar hubungan yang lebih akrab
3. Response, yaitu situasi yang seolah-olah mengharuskan pelanggan untuk
mendengar, memperhatikan dan menanggapi.
Aktivitas personal selling memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :
1. Prospecting, yaitu mencari pembeli dan menjalin hubungan dengan mereka
2. Targeting, yaitu mengalokasikan kelangkaan waktu penjual demi pembeli
3. Communicating, yaitu memberi informasi mengenai produk perusahaan kepada
pelanggan
4. Selling, yaitu mendekati, mempresentasikan dan mendemonstrasikan, mengatasi
penolakan, serta menjual produk kepada pelanggan
5. Servicing, yaitu memberikan berbagai jasa dan pelayanan kepada pelanggan
6. Informing gathering, yaitu melakukan riset dan intelijen pasar
7. Allocating, yaitu menentukan pelanggan yang akan dituju
Di dalam kegiatan personal selling, tujuan dari peranan personal selling itu
pada umunya adalah mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan
pembelian, agar dapat meningkatkan volume penjualan yang tinggi sehingga
dengan demikian dapat mencapai target yang diharapkan.
17
Penjualan personal adalah alat yang paling efektif pada sejumlah tahap
tertentu dalam proses pembelian, khususnya dalam membentuk preferensi,
keyakinan, dan tindakan pembeli. Dibandingkan dengan periklanan, penjualan
personal memiliki beberapa keunikan. Alat ini melibatkan interaksi pribadi antar
dua orang atau lebih, sehingga setiap orang dapat mengamati kebutuhan dan
karakteristik pihak lain dan melakukan penyesuaian diri dengan cepat. Penjualan
personal juga memungkinkan terjadinya segala bentuk hubungan, mulai dari
hubungan penjualan semata sampai hubungan persahabatan antar pribadi.
Wiraniaga yang efektif selalu berusaha menjaga kepentingan pelanggan sebaikbaiknya agar dapat membangun hubungan jangka panjang. Akhirnya, melalui
penjualan personal pembeli biasanya semakin merasa perlu mendengar dan
memberi tanggapan, sekalipun tanggapan itu penolakan yang sopan.
Namun demikian, sifat-sifat unik ini ada kerugiannya. Seorang wiraniaga
memerlukan komitmen jangka panjang yang lebih lama daripada yang diperlukan
oleh periklanan. Iklan dapat dipasang dan dicabut, tetapi tidak demikian halnya
dengan wiraniaga. Penjualan personal juga merupakan alat promosi yang paling
mahal.
2.1.2.2. Mass selling (periklanan dan publisitas)
Iklan adalah bentuk komunikasi tidak langsung, yang didasari pada informasi
tentang keunggulan atau keuntungan suatu produk, yang disusun sedemikian rupa
sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah pikiran seseorang
untuk
melakukan
pembelian.
AMA
(American
Marketing
Association)
mendefinisikan iklan sebagai semua bentuk bayaran untuk mempresentasikan dan
memproduksi ide, barang atau jasa secara non personal oleh sponsor yang jelas.
Sedangkan yang dimaksud dengan periklanan adalah seluruh proses yang meliputi
penyiapan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan iklan.
Menurut R.H.A. Rahman Prawiraamidjaya (2000:32) tujuan periklanan adalah:
a. Pengenalan dan penerimaan brand.
b. Pembelian percobaan.
c. Mencapai pembeli yang tidak dapat didekati.
d. Mempengaruhi faktor penglihatan dan keputusan pembelian.
18
e. Menambah nilai produk.
f. Membantu personal selling.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan periklanan adalah
membantu perusahaan dalam memperkenalkan produk baru atau mempertahankan
produk yang telah dihasilkan serta mencari sasaran yaitu pembeli yang potensial
ataupun mempertahankan langganan, membantu dan mempermudah penjualan bagi
penyalur serta memperluas pasar.
Fungsi-fungsi periklanan di dalam pemasaran menurut pendapat Basu Swastha DH
(2006:246) adalah sebagai berikut:
a. Memberikan informasi.
b. Membujuk atau mempengaruhi.
c. Menciptakan kesan.
d. Memuaskan keinginan.
e. Sebagai alat komunikasi.
2.1.2.3. Promosi Penjualan
Salah satu dari 5 indikator promosi yang biasa dikenal adalah promosi
penjualan (sales promotion) dimana promosi tersebut merupakan sebuah promosi
yang menawarkan tindakan lansung konsumen ataupun calon konsusmen untuk
sesegera mungkin melakukan tindakan pembelian produk perusahaan
Promosi penjualan adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaan
berbagai insentif yang akan diatur untuk merangsang pembeli produk dengan segera
atau meningkatkan jumlah barang yang dibeli pelanggan.
Pada dasarnya promosi penjualan merupakan pemberian atau penggunaan
insentif-insentif untuk mendorong penjualan produk yang ditawarkan oleh
perusahaan baik itu berupa barang-barang ataupun jasa yang dihasilkan, sehingga
calon pembeli atau konsumen dapat mengetahui keberadaan produk atau jasa dan
tertarik untuk membelinya.
Promosi penjualan maka penulis mengemukakan definisi yang diberikan
oleh Kotler (2008) sebagai berikut :
19
Promosi penjualan
merupakan
kegiatan
pemasaran selain
penjualan
oleh
perorangan, advertensi, dan publisitas, yang mendorong konsumen untuk membeli
dan mendorong keberhasilan agen penjual, seperti misalnya pajangan, pertunjukan,
eksibisi, demonstrasi, pameran, serta berbagai usaha penjualan yang sifatnya
tidak terus-menerus dan tidak dilaksanakan secara rutin. Promosi penjualan adalah
bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai insentif yang dapat diatur
untuk merangsang pembelian produk dengan segera dan/atau meningkatkan jumlah
barang yang dibeli pelanggan.
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa promosi
penjualan adalah kegiatan pemasaran yang mendorong pembelian agen penjual untuk
membeli apa yang disajikan pada penjualan yang dilaksanakan secara insidentil itu.
Melalui promosi penjualan, perusahaan dapat menarik pelanggan baru,
mendorong pelanggan membeli lebih banyak, menyerang aktifitas promosi pesaing,
meningkatkan
impulse
buying
(membeli
barang
tanpa
adanya
rencana
sebelumnya), atau mengupayakan kerja sama yang lebih erat dengan pengecer.
Secara umum tujuan tujuan tersebut dapat di generalisasikan menjadi:
1. Meningkatkan permintaan dari para pemakai industrial atau konsumen akhir
2. Meningkatkan kinerja pemasaran perantara
3. Mendukung dan mengoordinasikan kegiatan personal selling dan iklan.
Promosi
penjualan
yang
dilakukan
oleh
penjual
dapat
di
kelompokan
berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Pengelompokan tersebut adalah sebagai
berikut:
 Customer promotion, yaitu
promosi
penjualan
yang
bertujuan
untuk
merangsang / mendorong pelanggan utuk membeli.
 Trade promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk mendorong
dan merangsang pedagang grosir, pengecer, eksportir dan importer untuk
memperdagangkan barang dan jasa dari sponsor.
 Sale-force promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk memotivasi
armada penjual.
 Business
promotion,
yaitu promosi penjualan yang
bertujuan
untuk
memperoleh pelanggan baru, mempertahankan kontak hubungan dengan
pelanggan, memperkenalkan produk baru, menjual lebih banyak kepada
20
pelanggan lama dan mendidik pelanggan untuk membeli produk yang kita
pasarkan.
a. Alat-alat Promosi Penjualan
Banyak alat yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan dari promosi
penjualan. Gambaran mengenai alat-alat promosi penjualan menurut Philip Kotler
dan Gary Armstrong (2004:662) adalah sebagai berikut:
1.
Contoh produk (sample) adalah tawaran produk sejumlah tertentu produk
untuk percobaan
2.
Kupon (coupons) adalah sertifikat yang member pembeli penghematan ketika
mereka menggunakan produk yang telah ditentukan
3.
Tawaran pengembalian uang/ rabat (cash refund offers) adalah tawaran untuk
mengembalikan uang atas harga penjualan produk kepada konsumen yang
mengirimkan bukti pembelian kepada pabrikan.
4.
Kemasan dengan harga potongan (price packs) adalah potongan harga yang
ditandai oleh produsen secara langsung pada label atau kemasan. Ada yang
berupa kemasan yang dijual dengan potongan harga atau berupa sebuah
kemasan gabungan.
5.
Bingkisan (premiums) adalah barang yang ditawarkan gratis atau dengan
harga murah sebagai sebuah insentif bagi pembelian sebuah produk.
6.
Barang iklan khusus (advertising specialties) adalah barang yang berguna
yang dicetaki nama pemasang iklan, didberikan sebagai hadiah kepada
konsumen.
7.
Hadiah pelanggan (prize) adalah uang tunai atau hadiah lain atas penggunaan
regular produk atau jasa tertentu perusahaan.
8.
Kontes, undian berhadiah dan permainan adalah kegiatan-kegiatan promosi
yang memberikan konsumen kesempatan untuk memenangkan sesuatu seperti
uang tunai, perjalanan, atau barang lain dengan mengandalkan nasib baik atau
usaha tambahan.
9.
Imbalan kesetiaan (patronage award) adalah hadiah dalam bentuk uang tunai
atau dalam bentuk lain yang sebanding dengan besarnya kesetiaan pembeli
kepada penjual atau kelompok penjual tertentu.
21
10. Diskon adalah pengurangan langsung terhadap harga atas pembelian selama
satu periode tertentu.
11. Tunjangan adalah uang promosi yang dibayarkan oleh pabrikan kepada
pengecer sebagai imbalan atas kesediaan pengecer menampilkan produk
pabrikan dalam acara tertentu.
12. Barang gratis adalah memberi imbalan barang kepada para perantara, apabila
mereka membeli sejumlah tertentu.
13. Konvensi dan pameran dagang adalah suatu kegiatan yang dilakukan
perusahaan untuk memperkenalkan produknya dalam acara tertentu.
14. Kontes penjualan adalah kontes bagi tenaga penjualan atau dealer untuk
memotifasi peningkatan kinerja penjualan mereka selama satu periode
tertentu.
b. Tujuan Promosi Penjualan
Tujuan merupakan petunjuk dalam menentukan alat-alat promosi penjualan
yang cepat dan juga sebagai dasar dalam mengevaluasi pelaksanaan program
tersebut. Tujuan-tujuan tersebut harus berdasarkan konsep dasarnya, yaitu program
promosi penjualan ini merupakan salah satu startegi pemasaran yang dilaksanakan
perusahaan karena pengaruh utama yang diharapkan dari program promosi penjualan
ini adalah untuk mendorong konsumen atau distributor melakukan tindakan
pembelian.
Menurut Buchari Alma (2002:145) dalam bukunya manajemen pemasaran
dan pemasaran jasa mengatakan bahwa tujuan promosi penjualan adalah sebagai
berikut:
1.
Menarik perhatian para pembeli baru
2.
Memberi hadiah atau penghargaan kepada konsumen atau pelanggan lama
3.
Meningkatkan daya pembelian ulang dari konsumen lama
4.
Menghindarkan konsumen dari peralihan ke merek lain
5.
Mempopulerkan merek atau meningkatkan loyalitas
6.
Meningkatkan volume penjualan jangka pendek dalam rangka memperluas
pangsa pasar jangka panjang
22
c. Keuntungan Promosi Penjualan
Ada beberapa keuntungan dari promosi penjualan, yaitu:
1.
Seringkali menarik perhatian konsumen
2.
Tema atau judul peralatan promosi menarik
3.
Konsumen dapat memperoleh sesuatu yang berharga seperti kupon,
voucher, hadiah, barang gratis, dan lain-lain.
4.
Menambah jumlah konsumen dan menjaga kesetiaan atau loyalitas
konsumen.
5.
Meningkatkan daya rangsang ataupun minat beli untuk melakukan
pembelian.
Secara keseluruhan teknik-teknik promosi penjualan merupakan taktik
pemasaran yang berdampak pada jangka sangat pendek. Terkadang penjualan hanya
meningkat selama kegiatan promosi dilakukan. Promosi penjualan juga tidak mampu
meruntuhkan loyalitas
pelanggan
terhadap
produk
lain,
bahkan
promosi
penjualan yang terlalu sering dapat menurunkan kualitas suatu barang, karena
pelanggan dapat menginterpretasikan bahwa barang yang sering di lakukan promosi
oleh sebuah perusahaan menggambarkan bahwa barang tersebut tidak laku di pasaran
atau dapat dikategorikan murahan.
Secara umum, promosi penjualan harus menciptakan hubungan konsumen,
bukan hanya menciptakan penjualan jangka pendek saja, atau pergantian merek
secara temporer saja. Promosi penjualan harus membantu memperkuat posisi produk
dan menciptakan keterkaitan jangka panjang dengan konsumen. Oleh karena itu,
dengan adanya promosi penjualan, dapat mempengaruhi minat beli konsumen.
Promosi penjualan memiliki hubungan atau pengaruh yang erat terhadap
minat beli konsumen. Hal ini dapat disebabkan karena pengaruh yang dapat
dirasakan secara langsung oleh konsumen terhadap produk yang ditawarkan
perusahaan. Promosi penjualan secara efektif memberikan daya rangsang langsung
terhadap konsumen sehingga dapat menimbulkan minat beli.
23
2.2. Harga
Suatu perusahaan atau organisasi baik yang mengutamakan laba maupun tidak,
akan selalu berhadapan dengan penetapan harga produk yang dihasilkan. Dimana
sebelumnya lebih dulu perusahaan merumuskan mengenai penetapan harga yang
ingin dicapai.
Harga memiliki peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli
(Tjiptono, 2002), yaitu :
a. Peranan alokasi harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk
memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan
berdasarkan daya belinya.
b. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membidik konsumen
mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat
dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk
atau manfaatnya secara objektif. Persepsi yang sering muncul adalah bahwa harga
yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi sehingga konsumen menilai harga
yang ditetapkan sesuai dengan kualitas produk maupun jasa yang ditetapkan.
Harga merupakan variabel yang dapat dikendalikan dan menentukan diterima
atau tidaknya suatu produk oleh konsumen. Harga semata-mata tergantung pada
kebijakan perusahaan, tetapi tentu saja dengan mempertimbangkan berbagai hal.
Murah atau mahalnya suatu produk sangat relatif sifatnya.
Harga menurut Kotler dan Amstrong (2008) adalah sejumlah uang yang
ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa. Lebih jauh lagi, harga adalah sejumlah
nilai yang konsumen tukarkan untuk sejumlah manfaat dengan memiliki atau
menggunakan suatu barang atau jasa. Harga merupakan hal yang diperhatikan
konsumen
saat
melakukan
pembelian.
Sebagian
konsumen
bahkan
mengidentifikasikan harga dengan nilai.
Dimensi Harga menurut Stanton (2006) & McCarthy (2008) adalah: Tingkat
Harga, Potongan Harga, Waktu Pembayaran, Syarat pembayaran, Keterjangkauan
harga, Harga sesuai kemampuan atau daya beli, Kesesuaian harga dengan kualitas
produk, Kesesuaian harga dengan manfaat.
Indikator yang mencirikan harga menurut Kotler (2008:345) yaitu:
1. Keterjangkauan harga.
2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk.
24
3. Daya saing harga.
4. Kesesuaian harga dengan manfaat produksi.
5. Harga mempengaruhi daya beli beli konsumen.
6. Harga dapat mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan.
Bila suatu produk mengharuskan konsumen mengeluarkan biaya yang lebih
besar dibanding manfaat yang diterima, maka yang terjadi adalah bahwa produk
tersebut memiliki nilai negatif. Konsumen mungkin akan menganggap sebagai nilai
yang buruk dan kemudian akan mengurangi konsumsi terhadap produk tersebut. Bila
manfaat yang diterima lebih besar, maka yang terjadi adalah produk tersebut
memiliki nilai positif. Harga yang terjangkau dapat menjadi senjata ampuh dalam
menghadapi persaingan dipasar, karena harga menjadi manfaat atribut yang paling
diperhatikan ketika menghadapi pasar Indonesia yang sensitif terhadap harga.
Menurut Fandy & Tjiptono (2002) mengemukakan harga sering kali
digunakan sebagai indikator nilai bilamana indikator tersebut dihubungkan dengan
manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau jasa. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pada tingkat harga tertentu, bila manfaat yang dirasakan
konsumen meningkat, maka nilainya akan meningkat pula.
Harga yang ditetapkan pada dasarnya disesuaikan dengan apa yang menjadi
pengharapan produsen. Harga juga biasanya mencerminkan kualitas jasa dari produk
yang menyertainya, mencerminkan prestise, dan sebagainya.
2.3. Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan
pengendalian atas keunggulan tersebut untuk memenuhi harapan pelanggan atau
konsumen. Zeithaml et al., (2006:116) mendefinisikan kepuasan sebagai respon
pemenuhan dari penguna layanan. Hal ini merupakan penilaian mengenai bentuk dari
produk layanan, atau mengenai produk atau layanan itu sendiri dalam menyediakan
tingkat kepuasan dari konsumsi yang terpenuhi. Kualitas pelayanan adalah tingkat
keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut
untuk memenuhi keinginan pelanggan atau konsumen. Dengan demikian terdapat
faktor utama kualitas pelayanan, yaitu expected service dan perceived service.
Kesesuaian kualitas pelayanan yang diterima atau dirasakan konsumen
dengan apa yang menjadi harapan konsumen, maka kualitas pelayanan dipersepsikan
25
sebagai kualitas yang memuaskan, begitu juga jika pelayanan yang diterima atau
dirasakan tidak sesuai dengan harapan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan
sebagai kualitas yang buruk. Perusahaan harus mewujudkan kualitas yang sesuai
dengan syarat-syarat yang dituntut pelanggan. Dengan kata lain, kualitas adalah kiat
secara konsisten dan efisien untuk memberi pelanggan apa yang diinginkan dan
diharapkan pelanggan (Shelton, 1977 dalam Harun 2006).
Service quality merupakan instrumen yang digunakan oleh pelanggan untuk
menilai baik atau tidaknya sebuah pelayanan yang diberikan oleh perusahaan.
Parasuraman (1988), mengidentifikasikan 5 (lima) dimensi pokok tentang kualitas
pelayanan. Dimensi pokok tersebut adalah :
1. Bukti Fisik (Tangible)
Berfokus pada elemen-elemen fisik, meliputi: fasilitas fisik, sarana
komunikasi. perlengkapan dan peralatan, serta penampilan pegawainya.
2. Keandalan (Reliability)
Adanya kemampuan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan
dengan akurat, memusakan, dan tepat waktu
3. Ketanggapan (Responsiveness)
Keinginan para staf dalam membantu para pelanggan dengan memberikan
pelayanan yang cepat dan tanggap serta memberikan informasi yang tepat
kepada pelanggan.
4. Jaminan (Assurance)
Jaminan mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan bebas dari
bahaya atau risiko yang mampu menumbuhkan sifat percaya pelanggan
kepada perusahaan.
5. Empati (Emphaty)
Menekankan pada melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian
pribadi, dan memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik.
Dimensi bukti fisik dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator : (1) Ruang tunggu
pelayanan, (2) Penampilan petugas pelayanan (barista Starbucks).
Dimensi keandalan dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator : (3) Keandalan
barista dalam memberikan informasi pelayanan.
26
Dimensi ketanggapan dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator : (4) Respon
petugas pelayanan terhadap keluhan pelanggan, (5) Respon petugas pelayanan
terhadap saran pelanggan.
Dimensi jaminan dijabarkan menjadi indikator-indikator : (6) Kemampuan
administrasi petugas pelayanan, (7) Kemampuan teknis petugas pelayanan.
Dimensi emphati dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator : (8) Perhatian petugas
pelayanan, (9) Kepedulian petugas, (10) Keramahan petugas pelayanan.
Untuk mencapai tingkat excellence, karyawan harus dilatih dan memiliki
keterampilan. Didukung dengan ruangan dan suasana kerja yang nyaman, maka
karyawan dapat bekerja secara professional dan selalu mengutamakan pelayanan dan
kepuasan pelanggan. Dalam hal ini, karyawan memerlukan persiapan, perhatian, dan
komitmen yang tinggi dari segenap unsur perusahaan. Hubungan dengan pelanggan
dapat dikelola dengan memperhatikan tiga kegiatan, yaitu: (1) internal marketing, (2)
external marketing, (3) interactive markerting. Ketiga aktivitas ini pada dasarnya
berkaitan dengan persiapan, pelaksanaan dan interaksi pelayanan prima yang
diberikan kepada pelanggan (Soehadi, 2003).
Dengan adanya persepsi kualitas yang tinggi maka pelanggan akan memiliki
minat untuk menggunakan kembali jasa dari provider yang sama. Penelitian Ida Aju
(2006) menegaskan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara kualitas pelayanan
terhadap minat pembelian ulang dengan menggunakan faktor-faktor tangibles, price
index, reliability, responsiveness, assurance, empathy dan complaint handling.
2.4. Keputusan Pembelian
Dalam usaha mengenal konsumen, perusahaan perlu mempelajari perilakuperilaku konsumen yang merupakan perwujudan dari seluruh jiwa manusia dalam
kehidupan sehari-harinya. Presepsi-presepsi pengaruh orang lain dan motivasimotivasi internal akan berinteraksi untuk menentukan keputusan terakhir yang
dianggap paling sesuai.
Setiap konsumen melakukan berbagai macam keputusan tentang pencarian,
pembelian, penggunaan beragam produk, dan merek pada setiap periode tertentu.
Berbagai macam keputusan mengenai aktivitas kehidupan seringkali harus dilakukan
oleh setiap konsumen pada setiap hari. Konsumen melakukan keputusan setiap hari
27
atau setiap periode tanpa menyadari bahwa mereka telah mengambil keputusan.
Disiplin perilaku konsumen berusaha mempelajari bagaimana konsumen mengambil
keputusan dan memahami faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dan yang
terlibat dalam pengambilan keputusan.
Minat beli dibentuk oleh pengaruh sikap konsumen terhadap suatu produk
dan keyakinan mereka akan kualitas dan harga. Dalam hal ini pemasar harus
mengerti keinginan konsumen. Minat beli konsumen yaitu sikap, minat dan tindakan
yang dilakukan konsumen dalam proses pengambilan keputusan dan merencanakan
pembelian terhadap jumlah merek. Minat konsumen sangat dipengaruhi oleh
karakteristik produk, pemilihan terhadap manfaat dari suatu produk dan harga yang
ditentukan oleh pemasar.
Menurut Hani Handoko dalam Frendy Prasetya (2011:26), perilaku konsumen
adalah
perilaku
yang
diperlihatkan
konsumen
dalam
mencari,
membeli,
menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka
harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.
Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi dalam kesadaran pembeli
mulai dari adanya rangsangan dari luar hingga munculnya keputusan pembelian
pembeli, sedangkan tugas manajer adalah memahami apa yang terjadi dalam
kesadaran pembelian antara datangnya stimulasi luar dan keputusan pembelian
(Kotler, 2008).
Menurut Kotler dalam Lilik (2010:43), bahwa keputusan untuk membeli yang
diambil oleh pembeli sebenarnya merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan.
Keputusan pembelian merupakan keputusan konsumen untuk membeli suatu produk
setelah sebelumnya memikirkan tentang layak tidaknya membeli produk itu dengan
mempertimbangkan informasi – informasi yang ia ketahui dengan realitas tentang
produk itu setelah ia menyaksikannya.
Proses keputusan pembelian bukan sekedar mengetahui berbagai faktor yang
akan memengaruhi pelanggan, tetapi berdasarkan peranan dalam pembelian
keputusan untuk membeli. Menurut Simamora dalam Rezky Nurafdal (2011:22),
terdapat lima peran yang terjadi dalam keputusan pembelian yaitu :
1. Pemrakarsa : orang yang pertamakali menyarankan membeli suatu produk atau
jasa.
28
2. Pemberi pengaruh : orang yang pandangan /nasehatnya memberi bobot dalam
pengambilan keputusan akhir.
3. Pengambil keputusan : orang yang sangat menentukan sebagian atau keseluruhan
keputusan pembelian, apakah pembeli, apa yang dibeli, kapan hendak membeli,
bagaimana cara membeli, dan dimana akan membeli.
4. Pembeli : orang yang melakukan pembelian nyata.
5. Pemakai : orang yang mengkomsumsi atau menggunakan produk atau jasa.
2.4.1. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Konsumen
Menurut Kotler (2007:203-218) Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen, yaitu :
1. Faktor-faktor kebudayaan

Budaya
Budaya adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling
mendasar. Jika makhluk yang lebih rendah perilakunya sebagian besar diatur
oleh naluri, maka perilaku manusia sebagian besar adalah dipelajari.

Sub Budaya
Sub Budaya mempunyai kelompok-kelompok sub budaya yang lebih
kecil yang merupakan identifikasi dan sosialisasi yang khas untuk
perilaku anggotanya. Ada empat macam sub budaya yaitu kelompok
kebangsaan, kelompok keagamaan, kelompok ras dan wilayah geografis.

Kelas Sosial
Kelas sosial adalah kelompok dalam masyarakat, dimana setiap kelompok
cenderung memiliki nilai, minat dan tingkah laku yang sama.
2. Faktor-Faktor Sosial

Kelompok Referensi
Kelompok refensi adalah kelompok-kelompok yang memberikan
pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku
seseorang

Keluarga
Anggota keluarga dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap
perilaku pembeli
29

Peranan dan Status
Kedudukan seseorang dalam setiap kelompok dapat dijelaskan dalam
pengertian peranan dan status. Setiap peranan membawa satu status yang
mencerminkan penghargaan umum oleh masyarakatnya.
3. Faktor-faktor pribadi

Usia dan Tahap Daur Hidup
Pembelian seseorang terhadap barang dan jasa akan berubah-ubah selama
hidupnya. Demikian halnya dengan selera seseorang berhubungan dengan
usianya

Pekerjaan
Dengan adanya kelompok-kelompok pekerjaan, perusahaan dapat
memproduksi produk sesuai dengan kebutuhan kelompok pekerjaan
tertentu.

Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi seseorang dapat dilihat dari tingkat pendapatan yang
dapat berpengaruh terhadap pilihan produk

Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang adalah pola hidup seseorang yang turut
menentukan perilaku pembelian.

Kepribadian dan Konsep Diri
Kepribadian adalah ciri-ciri psikologis yang membedakan setiap orang
sedangkan konsep diri lebih kearah citra diri.
4. Faktor-faktor Psikologis

Motivasi
Motivasi adalah suatu kebutuhan yang cukup kuat mendesak untuk
mengarah seseorang agar dapat mencari pemuasan terhadap kebutuhan
itu.

Persepsi
Seseorang yang termotivasi siao untuk melakukan suatu perbuatan.
Bagaimana
seseorang
yang
termotivasi
berbuat
sesuatu
dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi yang dihadapinya.
adalah
30

Belajar
Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang individu
yang bersumber dari pengalaman. Kebanyakan perilaku manusia
diperoleh dengan mempelajarinya.

Kepercayaan dan Sikap
Melalui perbuatan dan belajar, orang memperoleh kepercayaan dan sikap
selanjutnya mempengaruhi tingkah laku.
2.4.2. Tahapan Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen
Menurut Kotler (2007:200). Tahap-tahap proses keputusan pembelian menurut Philip
Kotler tahap-tahap dalam keputusan pembelian ada lima tahap dalam proses
keputusan pembelian, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi
alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku setelah pembelian. Berikut adalah
gambar model proses pembelian lima tahap tersebut :
Sumber : Kotler & Keller (2007:235)
Gambar 2.1 Model Proses Pembelian Lima Tahap
Model Gambar 2.1 mempunyai anggapan bahwa para konsumen melakukan
lima tahap dalam melakukan pembelian. Kelima tahap diatas tidak selalu terjadi,
khususnya dalam pembelian yang tidak memerlukan keterlibatan yang tinggi dalam
pembelian. Para konsumen dapat melewati beberapa tahap dan urutannya tidak
sesuai.
1. Pengenalan kebutuhan
Proses membeli dengan pengenalan masalah atau kebutuhan pembeli
menyadari suatu perbedaan antara keadaan yang sebenarnya dan keadaan yang
diinginkanya. Kebutuhan itu dapat digerakkan oleh rangsangan dari dalam diri
pembeli atau dari luar. Misalnya kebutuhan orang normal adalah haus dan lapar
31
akan meningkat hingga mencapai suatu ambang rangsang dan berubah menjadi
suatu dorongan berdasarkan pengalaman ynag sudah ada. Seseorang telah
belajar bagaimana mengatasi dorongan itu dan dia didorong kearah satu jenis
objek yang diketahui akan memuaskan dorongan itu.
2. Pencarian informasi
Konsumen mungkin tidak berusaha secara aktif dalam mencari informasi
sehubungan dengan kebutuhannya. Seberapa jauh orang tersebut mencari
informasi tergantung pada kuat lemahnya dorongan kebutuhan, banyaknya
informasi yang dimiliki, kemudahan memperoleh informasi, tambahan dan
kepuasan yang diperoleh dari kegiatan mencari informasi. Biasanya jumlah
kegiatan mencari informasi meningkat tatkala konsumen bergerak dari
keputusan situasi pemecahan masalah yang terbatas kepemecahan masalah
yang maksimal.
Pengukuran pencarian informasi dapat menggunakan dimensi sumber
informasi konsumen yang terdiri dari empat kelompok yaitu:
1) Sumber Pribadi : keluarga, teman, tetangga, dan kenalan
2) Sumber komersial : Iklan, wiraniaga, pedagang perantara, kemasan, dan
pajangan
3) Sumber publik : Media masa, organisasi
4) Sumber pengalaman : Penanganan, pemeriksaan, pengguna produk.
3. Evaluasi alternatif
Dalam tahap ini pelanggan membentuk preferensi atas merek-merek dalam
kumpulan pilihan. Tidak ada proses evaluasi tunggal yang sederhana yang
digunakan oleh pelanggan atau oleh seorang pelanggan dalam situasi
pembelian. Model proses evaluasi pelanggan yang ada sebagian besar bersifat
kognitif yaitu menganggap pelanggan membentuk penilaian atas produk
terutama berdasarkan kesadaran atau rasional. Adapun dimensi yang digunakan
untuk mengukur evaluasi alternatif adalah penentuan tujuan, Penilaian dan
seleksi pilihan alternatif.
32
4. Keputusan pembelian
Produsen harus memahami bahwa konsumen mempunyai cara sendiri dalam
menangani informasi yang diperolehnya dengan membatasi alternatif-alternatif
yang harus dipilih atau dievaluasi untuk menentukan produk mana yang akan
dibeli.
Kemampuan konsumen didalam memutuskan dari setiap komponen pembelian
yang sudah diseleksi dan dijadikan pilihan alternatif. Terdapat dua faktor yang
dapat mempengaruhi keputusan pelanggan untuk melakukan pembelian yaitu :
1) Faktor pertama adalah pendirian orang lain.
Sejauh mana pendirian orang lain mengurangi alternative yang disukai
seseorang akan tergantung pada dua hal yaitu : intensitas pendirian
negative orang lain terhadap alternative yang disukai oleh pelanggan
dan motivasi pelanggan untuk menuruti keinginan orang lain.
2) Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak diantisipasi.
Faktor ini dapat muncul dan mengubah niat pembelian, misalnya
seorang calon pelanggan akan membeli suatu produk, tetapi karena
pelayanan toko yang tidak memuaskan maka calon pembeli tersebut
akan membatalkan pembelian. Jadi, preferensi dan bahkan niat
pembelian bukanlah peramal perilaku yang benar-benar handal.
Adapun dimensi yang digunakan untuk keputusan pembelian adalah
Pilihan produk, Pilihan Merek, pilihan dealer, jumlah pembelian, saat
yang tepat melakukan pembelian dan metode pembayaran.
5. Perilaku setelah pembelian
Apabila barang yang dibeli tidak memberikan kepuasan yang diharapkan, maka
pembeli akan merubah sikapnya terhadap merek barang tersebut menjadi sikap
negatif, bahkan mungkin akan menolak dari daftar pilihan. Sebaliknya bila
konsumen mendapat kepuasan dari barang yang dibelinya maka keinginan
untuk membeli terhadap merek barang tersebut cenderung untuk menjadi lebih
kuat. Produsen harus mengurangi perasaan tidak senang atau perasaan negatif
terhadap suatu produk dengan cara membantu konsumen menemukan
informasi yang membenarkan pilihan konsumen melalui komunikasi yang
diarahkan pada orang-orang yang baru saja membeli produknya.
33
2.4.3. Dimensi dan Indikator Proses Keputusan Pembelian
Adapun dimensi yang digunakan untuk mengukur keputusan pembelian
konsumen antara lain (Sutisna, 2003) :
1.
Benefit Association
Kriteria benefit association menyatakan bahwa konsumen menemukan
manfaat
dari
pembelian
produk
dan
menghubungkannya
dengan
karakteristik merek.
2.
Prioritas dalam membeli
Prioritas untuk membeli terhadap salah satu produk yang ditawarkan bisa
dilakukan oleh konsumen apabila perusahaan menawarkan produk yang
lebih baik dari produk pesaingnya.
3.
Frekuensi pembelian
Ketika konsumen membeli produk tertentu dan ia merasa puas dengan
kinerja produk tersebut, maka ia akan sering membeli kembali produk
tersebut kapanpun ia membutuhkannya.
Sedangkan indikator dari proses keputusan pembelian, yaitu Kotler (2007:222) :
 Tujuan dalam membeli sebuah produk
 Pemrosesan informasi untuk sampai ke pemilihan merek
 Kemantapan pada sebuah produk
 Memberikan rekomendasi kepada orang lain
 Melakukan pembelian ulang
34
2.5. Kerangka Pemikiran
Sumber : Pengolahan Penulis (2015)
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
2.6. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian
(Sugiyono, 2010:93). Dengan mengacu pada rumusan masalah, landasan teori, dan
kerangka pemikiran tersebut, maka hipotesis yang diajukan penelitian ini adalah :
1. T-1 : Untuk mengetahui pengaruh promosi penjualan terhadap keputusan
pembelian konsumen di Starbucks Coffee
H0 : Tidak ada pengaruh promosi penjualan terhadap keputusan pembelian
konsumen
Ha : Ada pengaruh promosi terhadap keputusan pembelian konsumen
2. T-2 : Untuk mengetahui pengaruh harga terhadap keputusan pembelian konsumen
di Starbucks Coffee
H0 : Tidak ada pengaruh harga terhadap keputusan pembelian konsumen
Ha : Ada pengaruh harga terhadap keputusan pembelian konsumen
35
3. T-3 : Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap keputusan
pembelian konsumen di Starbucks Coffee
H0 : Tidak ada pengaruh kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian
konsumen
Ha : Ada pengaruh kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian
konsumen
4. T-4 : Untuk mengetahui pengaruh promosi penjualan, harga dan kualitas
pelayanan terhadap keputusan pembelian konsumen di Starbucks Coffee
H0 : Tidak ada pengaruh promosi penjualan, harga dan kualitas pelayanan
terhadap keputusan pembelian konsumen
Ha : Ada pengaruh promosi penjualan, harga dan kualitas pelayanan
terhadap keputusan pembelian konsumen
36
Download