Indikasi Membaiknya Perekonomian Global

advertisement
SIARAN PERS
Biro Hubungan Masyarakat
Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110
Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711
www.kemendag.go.id
Kinerja Ekspor Indonesia Terus Tumbuh,
Mendag: Indikasi Membaiknya Perekonomian Global
Jakarta, 18 Agustus 2017 – Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menegaskan kinerja ekspor
bulan Juli 2017 tercatat meningkat sebesar 16,8% dibanding bulan sebelumnya (MoM), sehingga
menjadi USD 13,6 miliar. Peningkatan tersebut didukung oleh kenaikan ekspor nonmigas sebesar
19,9%, sedangkan ekspor migas turun 7,8%.
“Kinerja ekspor Indonesia yang terus tumbuh pada pertengahan tahun ini menunjukkan indikasi
positif bahwa perekonomian global telah membaik,” jelas Mendag Enggar.
Negara-negara penyumbang surplus nonmigas terbesar pada bulan Juli 2017 dengan jumlah
mencapai USD 17,2 miliar yaitu India, Amerika Serikat, Filipina, Pakistan, dan Belanda. Sedangkan
mitra dagang yang menyebabkan defisit terbesar yang jumlahnya mencapai USD 13,4 miliar yaitu
Tiongkok, Thailand, Australia, Korea Selatan, dan Argentina.
Kinerja ekspor bulan Juli 2017 ini, lanjut Mendag, memberikan kontribusi terhadap kinerja
perdagangan kumulatif Januari-Juli 2017 yang menghasilkan surplus USD 7,4 miliar. Surplus ini
dihasilkan dari surplus perdagangan nonmigas yang mencapai USD 12 miliar dikurangi defisit
perdagangan migas sebesar USD 4,6 miliar.
"Surplus ini jauh lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar USD 4,8
milliar," ungkap Mendag.
Ekspor selama Januari-Juli 2017 masih mengalami peningkatan sebesar 17,3% atau menjadi USD 93,6
miliar. Peningkatan ekspor selama periode tersebut didorong oleh penguatan ekspor nonmigas
17,4% menjadi sebesar USD 84,8 miliar dan kenaikan ekspor migas 16,9% menjadi sebesar USD 8,8
miliar.
Menurut Mendag, ekspor ke beberapa negara mitra dagang di sektor nonmigas selama Januari-Juli
2017 menunjukkan kinerja yang baik. Pada periode tersebut, ekspor nonmigas ke India, Tiongkok,
dan Spanyol naik signifikan dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 55,7%; 53,1%; dan 42,6%
(YoY).
Sementara itu, produk yang nilai ekspornya naik tinggi pada Januari-Juli 2017 antara lain besi dan
baja (76,9%), timah (62,4%), karet dan barang dari karet (54,0%), bahan bakar mineral/ batu bara
(52,3%) bahan kimia organik (42,2%), kopi, teh dan rempah (39,6 %), berbagai produk kimia (25,8%),
dan kendaraan bermotor dan bagiannya (22,1%).
Mendag juga menyampaikan bahwa beberapa negara ekonomi besar dunia yang menjadi tujuan
utama ekspor Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi positif di tahun 2017 ini. Sebagai contoh,
perekonomian AS pada Triwulan II-2017 tumbuh 2,1%, RRT tumbuh 6,9%, Kawasan Eropa tumbuh
2,1%, dan Jepang tumbuh 2,0%.
Dibandingkan dengan Triwulan I-2016, pertumbuhan negara-negara tersebut pada Triwulan II-2016
relatif lebih baik (AS tumbuh 1,3%; RRT 6,7%; Kawasan Eropa 1,6%; dan Jepang 0,9%).
Impor Januari-Juli 2017 Naik 14,9%
Kinerja impor pada bulan Juli 2017 tercatat mencapai USD 13,9 miliar, atau naik 39,0% dibanding
Juni 2017 (MoM). Kenaikan impor bulan ini disebabkan oleh meningkatnya impor nonmigas sebesar
44,3% (MoM) menjadi USD 12,1 miliar, dan impor migas yang naik sebesar 11,1% (MoM) menjadi
USD 1,8 miliar.
Kenaikan impor di bulan Juli 2017 ini menyebabkan defisit neraca perdagangan sebesar USD 0,3
miliar di bulan yang sama. Namun, menurut Mendag, peningkatan impor tersebut digunakan untuk
pemenuhan kebutuhan di bulan Juli yang tertunda di bulan Juni yang nilai dan volume impornya
turun masing-masing sebesar 10,7% dan 6,9%.
"Pertumbuhan nilai impor nonmigas bulan Juli 2017 sebesar 44,3% MoM sebagai imbas dari
kenaikan rata-rata harga agregat barang impor non migas bulan Juli sebesar 16,9% MoM," imbuh
Mendag.
Secara kumulatif, impor Januari-Juli 2017 mencapai USD 86,2 miliar atau naik 14,9% (YoY). Kenaikan
nilai impor tersebut didorong oleh kenaikan impor seluruh jenis barang. Impor bahan baku/penolong
naik sebesar 16,3%, dan impor barang modal naik sebesar 9,3%, serta barang konsumsi naik sebesar
13,5%.
Pembangunan infrastruktur di Indonesia secara masif tercermin dari peningkatan sektor konstruksi
(6,5%), sektor transportasi dan pergudangan (8,2%) serta industri pengolahan (3,9%) dalam struktur
PDB Indonesia pada Semester I-2017. Hal ini juga didukung dengan pertumbuhan investasi (dari
modal domestik maupun asing) (qoq) di sektor tersebut yang naik pesat, yakni sektor konstruksi naik
hampir mencapai sembilan kali lipat, transportasi dan telekomunikasi (31,6%), serta industri
pengolahan logam dan elektronik (35,0%).
Peningkatan pembangunan tersebut mendorong meningkatnya produk-produk impor yang terkait
dengan dua sektor tersebut yaitu impor kategori barang modal maupun bahan baku/penolong.
Impor kategori barang modal yang tumbuh tinggi pada Januari-Juli 2017 adalah alat angkutan untuk
industri (81,6% YoY) dan barang modal kecuali alat angkutan (3,2% YoY). Sedangkan kategori bahan
baku/penolong yang tumbuh signifikan adalah bahan bakar & pelumas (processed), bahan bakar
motor, serta suku cadang & perlengkapan barang modal dengan pertumbuhan masing-masing
sebesar 65,7%, 39,7%, dan 10,3% YoY.
--selesai-Informasi lebih lanjut hubungi:
Marolop Nainggolan
Kepala Biro Humas
Kementerian Perdagangan
Telp/Fax: 021-3860371/021-3508711
Email: [email protected]
Fajarini Puntodewi
Kepala Pusat Pengkajian Perdagangan Luar Negeri
Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan
Kementerian Perdagangan
Telp/Fax: 021-23528683/021-23528693
Email: [email protected]
Download