makna pemberian penyuluhan hukum oleh notaris

advertisement
LEX HUMANA
Jurnal Hukum dan Humaniora
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2016; 51-68
p-ISSN: 2460-5689
e-ISSN: 2460-5859
MAKNA PEMBERIAN PENYULUHAN HUKUM OLEH NOTARIS
PEMBUATAN AKTA MENURUT UNDANG-UNDANG JABATAN
NOTARIS
GIVING MEANING OF EXTENSION BY LAW NOTARY DEED IN MAKING
POSITIONS BY LAW NOTARY
Ririk Eko Prasetyo, M.Khoidin dan Ermanto Fahamsyah
Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Jember
Abstrak
Pemberian penyuluhan hukum oleh notaris mengandung makna lebih luas/umum. Pasal 15 ayat
(2) huruf e UUJN menyatakan notaris berwenang memberikan penyuluhan hukum sehubungan
pembuatan akta. Namun, makna pemberian penyuluhan hukum oleh notaris mengakibatkan
terjadinya ketidakjelasan/kekaburan norma mengenai kewenangan notaris. UUJN sendiri tidak
menjelaskan mengenai batasan-batasan berkaitan dengan pemberian penyuluhan hukum oleh
notaris. Bahkan di dalam penjelasan Pasal 15 ayat (2) huruf e UUJN hanya menyatakan cukup
jelas. Sehingga norma mengenai pemberian penyuluhan hukum oleh notaris memberikan ruang untuk di interprestasi oleh berbagai pihak. Tujuan penyuluhan hukum untuk memberikan
pemahaman/nasehat hukum oleh notaris kepada klien dengan penjelasan agar sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan notaris dalam menjalankan
jabatannya berkaitan dengan pemberian penyuluhan hukum adalah berbeda dengan penegak
hukum lainnya seperti, hakim, jaksa, polisi, dan pengacara/advokat.
Kata Kunci: Penyuluhan Hukum, Notaris, Akta dan Kepastian Hukum.
Abstrack
The provision of legal counseling by a notary implies a wider/general. Article 15 paragraph (2) letter e uujn
said notary authorities provide information law with respect certificate. But, meaning the provision of information law by a notary has resulted in the obscurity/vagueness a norm regarding the authority notary. Uujn
own t elaborate about restrictions pertaining to the provision of information law by a notary. Even within
explanation to sec 15 paragraph (2) letter e uujn only state quite clear. So that a norm on the counseling
law by a notary give space for in interprestasi by various parties. The purpose of counseling law to provide
understanding/advice law by a notary to the client with the explanation that in accordance with the proviVolume 1, Nomor 1, Oktober 2016
51
Makna Pemberian Penyuluhan Hukum oleh Notaris Pembuatan Akta...
sions laws and regulations. While the notary in run his position pertaining to the provision of information
law is different with law enforcement such as, judge, prosecutor, police, and lawyer/ advocate.
Keywords: Counseling law, notary, deed and legal certainty.
Pendahuluan
Kehidupan sehari-hari pasti membutuhkan adanya suatu alat bukti tentang hal-hal
yang penting, misalnya tentang terjadinya suatu peristiwa/tindakan, kesepakatan atau
perjanjian. Alat bukti yang paling wajar hanyalah saksi, dimana saksi itu adalah orang
yang pada waktu perubahan/tindakan hukum itu berlangsung, saksi yang bersangkutan
ikut hadir, orang itu dihadapan untuk memberikan kesaksian tentang apa yang mereka
alami, dengar dan/atau lihat.
Alat bukti autentik yang memiliki kekuatan sempurna salah satunya dibuat oleh
notaris. Notaris awalnya diatur dalam Reglement op Het Notaris Ambt in Indonesie (Peraturan
Jabatan Notaris) yang diundangkan pada tanggal 26 Januari 1860 dalam Staatsblad Nomor
3, mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1860 (selanjutnya disebut PJN). Kewenangan notaris
sebagai pejabat umum yang mempunyai wewenang bersifat umum.
Notaris dalam perkembangannya, diatur dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris (selanjutnya disebut UUJN) yang merupakan pengganti undang-undang peninggalan jaman kolonial. UUJN juga merupakan bentuk unifikasi sebagian besar undangundang yang mengatur mengenai kenotariatan dan untuk menyesuaikan perkembangan
hukum dalam masyarakat, khususnya di bidang hukum perdata. Wewenang notaris
sebagai seorang pejabat umum yang membuat akta autentik dapat pula ditemukan dalam
ketentuan Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUH
Perdata). Notaris adalah Pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik
dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini
atau berdasarkan undang-undang lainnya. Notaris berwenang membuat akta autentik
mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan
perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk di­
nyatakan dalam akta autentik, menjamin kepastian tanggal pem­buatan akta, menyimpan
akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semua­nya itu sepanjang pembuatan
akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang
ditetapkan oleh undang-undang. Prinsip negara hukum adalah menjamin kepastian
52
LEX HUMANA, Jurnal Hukum dan Humaniora
Ririk Eko Prasetyo, M.Khoidin dan Ermanto Fahamsyah
hukum, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan ke­benaran dan keadilan.
Untuk menjamin adanya prinsip tersebut, berdasarkan konsideran UUJN dibutuhkan
alat bukti tertulis yang bersifat autentik mengenai perbuatan, penetapan dan peristiwa
hukum yang dibuat di hadapan atau pejabat yang berwenang. Alat bukti yang terkuat,
terpenuhi, dan mempunyai peranan penting berupa akta autentik untuk menentukan
dengan jelas hak dan kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. Notaris mempunyai peran yang sangat unik. Bagi masyarakat, notaris muncul sebagai sosok
yang mempunyai kewenangan publik, penyuluh, dan pemberi nasehat.
Dalam menjalankan jabatannya secara profesional dirasakan semakin penting
karena kedudukan notaris sebagai pejabat umum berhadapan langsung dengan kepentingan masyarakat dalam memberikan bantuan pelayanan atau jasa. Apabila hal tersebut
tidak diberikan secara baik atau profesional, maka nantinya terdapat pihak yang dirugikan
sebagai akibat hukum dari kesalahan atau kelalaian yang telah diperbuat oleh notaris.
Kewenangan notaris secara khusus dalam membuat akta autentik juga ditugaskan untuk
melakukan pendaftaran dan mengesahkan surat-surat atau akta-akta dibawah tangan,
mengesahkan kecocokan foto kopi dengan surat aslinya, memberikan penyuluhan hukum,
membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan dan akta risalah lelang.
Berkaitan dengan pemberian penyuluhan hukum oleh notaris, telah diatur pula
dalam ketentuan Pasal 15 ayat (2) huruf e UUJN, bahwa notaris berwenang memberikan
pe­nyuluhan hukum dan penjelasan-penjelasan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
sehubungan dengan pembuatan akta autentik yang akan, sedang dan/atau dibuat sampai
sempurna­nya akta. Makna pemberian penyuluhan hukum oleh notaris sehubungan dengan
pembuatan akta autentik dalam ketentuan Pasal 15 ayat 2 huruf e UUJN meng­aki­bat­kan
terjadinya ketidakjelasan/kekaburan norma mengenai kewenangan notaris. Menurut Penulis
norma kabur merupakan makna dari suatu isi yang terdapat di dalam pasal tidak ditetapkan
secara persis, sehingga lingkupnya tidak jelas. Ketentuan demikian di­namakan “blanket norm”
dan sering ada unsur kesengajaan, agar norma tidak mudah keting­galan jaman dan dapat
mencakup perbuatan yang lebih luas. Di dalam UUJN sendiri tidak menjelaskan mengenai
batasan-batasan berkaitan dengan pemberian penyuluhan hukum oleh notaris. Bahkan di
dalam penjelasan Pasal 15 ayat (2) huruf e UUJN hanya me­nyatakan cukup jelas. Sehingga
norma mengenai pemberian penyuluhan hukum oleh notaris memberikan ruang untuk
di interprestasi oleh berbagai pihak. Sedangkan notaris da­lam menjalankan jabatannya
berkaitan dengan pemberian penyuluhan hukum adalah ber­beda dengan penegak hukum
lainnya seperti, hakim, jaksa, polisi dan pengacara/advokat.
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2016
53
Makna Pemberian Penyuluhan Hukum oleh Notaris Pembuatan Akta...
Disatu sisi dari segi kewenangan notaris dalam pemberian penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta autentik oleh notaris belum dilakukan secara optimal.
Sehingga kadang kala terdapat suatu akta yang nilai ke-autentikannya masih diserahkan
kepada hakim untuk di nilai. Seharusnya notaris dalam menjalankan jabatannya bertindak
amanah, jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang
terkait dalam perbuatan hukum. Dari segi tujuan dari pemberian penyuluhan hukum
oleh notaris agar dalam menjalankan jabatannya membuat akta autentik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan memberikan kepastian
hukum bagi klien yang membutuhkan akan alat bukti, sehingga dengan demikian memberikan manfaat bagi yang membutuhkan.
Berdasarkan latar belakang diatas, Penulis mengambil permasalahan untuk dikaji
lebih lanjut sebagai berikut: (1) Apa makna pemberian penyuluhan hukum oleh notaris
dalam pembuatan akta menurut Pasal 15 ayat (2) huruf e UUJN ? (2) Apa tujuan pemberian
penyuluhan hukum yang dilakukan oleh notaris sehubungan dengan pembuatan akta
autentik ? (3) Bagaimana konsepsi kedepan tentang pemaknaan pemberian penyuluhan
hukum oleh notaris sehubungan dengan pembuatan akta ?
Metode Penelitian
Pada pembuatan suatu karya ilmiah tentu tidak akan terlepas dari metode penelitian. Penelitian hukum dilakukan untuk dapat menghasilkan argumentasi, teori atau
konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Metode
penelitian ini akan mempunyai peranan penting dalam pembuatan karya ilmiah yaitu
untuk mengkaji obyek agar dapat dianalisis dengan benar. Dengan pengkajian tersebut
diharapkan akan mempunyai alur pemikiran yang tepat dan mempunyai kesimpulan
akhir yang dapat dipertangggungjawabkan secara ilmiah. Metode merupakan cara kerja
bagaimana menemukan hasil atau memperoleh atau menjalankan suatu kegiatan, untuk
memperoleh hasil yang konkrit. Metode penelitian dalam karya ilmiah ini adalah yuridis
normatif (legal research).
Dalam menyempurnakan keakuratan pembahasan pada karya tulis ilmiah ini,
diperlukan adanya beberapa pendekatan penelitan yang bertujuan memperoleh informasi
dari berbagai aspek mengenai isu hukum untuk dicari jawabnya. Adapun pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertama, pendekatan undang-undang (statute
approach) dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang berhubun-
54
LEX HUMANA, Jurnal Hukum dan Humaniora
Ririk Eko Prasetyo, M.Khoidin dan Ermanto Fahamsyah
gan dengan isu hukum yang sedang ditangani. Kedua, pendekatan konseptual (conceptual
approach) beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang
dalam ilmu hukum yang berkaitan dengan isu hukum yang dihadapi.
Pembahasan
1. Makna Pemberian Penyuluhan Hukum Bagi Notaris
Notaris mempunyai peran yang sangat unik. Bagi masyarakat, notaris muncul
sebagai sosok yang mempunyai kewenangan publik, penyuluh, dan pemberi nasehat.
Jabatan notaris mempunyai dua ciri dan sifat yang esentiil, yaitu ketidakmemihakan (impartiality) dan kemandirian atau ketidaktergantungan (indenpendency) di dalam memberikan
bantuan kepada para kliennya. Akta autentik merupakan salah satu alat bukti tulisan di
dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pejabat/
pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat dimana akta dibuatnya, sebagaimana
bunyi ketentuan Pasal 1867 dan 1868 KUH Perdata. Mengamati makna ketentuan Pasal
15 ayat (1) UUJN dahulu diatur dalam PJN dan dihubungkan dengan Pasal 1867 dan
Pasal 1868 KUH Perdata tersebut dapatlah diambil kesimpulan bahwa:
• Akta autentik merupakan alat bukti tertulis;
• Memuat tentang semua perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh
semua peraturan umum atau atas permintaan dari para klien notaris; dan
• Dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum yang berkuasa untuk itu di tempat dimana
akta dibuatnya.
UUJN merupakan bentuk unifikasi sebagian besar undang-undang yang mengatur
mengenai kenotariatan dan untuk menyesuaikan perkembangan hukum dalam masyarakat, khususnya di bidang hukum perdata. Sedangkan notaris menurut ketentuan Pasal
1 angka (1) UUJN menyatakan pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta
autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang
ini atau berdasarkan undang-undang lainnya. Notaris secara umum miliki kewenangan
sebagai pejabat umum menurut ketentuan Pasal 15 ayat (1) UUJN menyatakan notaris
berwenang membuat akta autentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki
oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta autentik, menjamin kepastian
tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta,
semuanya itu sepanjang pembuatan akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2016
55
Makna Pemberian Penyuluhan Hukum oleh Notaris Pembuatan Akta...
kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.
Sedangkan kewenangan notaris secara khusus dalam membuat akta ditugaskan
untuk melakukan pendaftaran dan mengesahkan surat-surat atau akta-akta dibawah
tangan, mengesahkan kecocokan foto kopi dengan surat aslinya, memberikan penyuluhan hukum, membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan dan akta risalah lelang.
Berkaitan dengan pemberian penyuluhan hukum oleh notaris, telah diatur pula dalam
Pasal 15 ayat (2) huruf e UUJN, bahwa notaris berwenang memberikan penyuluhan
hukum dan penjelasan-penjelasan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sehubungan
dengan pembuatan akta yang akan, sedang dan/atau dibuat sampai sempurnya akta.
Dari segi istilah penyuluh ialah: (a) proses, cara, perbuatan menyuluh; (b) penera­
ngan; dan (c) pengintaian; penyelidikan. Penyuluhan adalah turunan dari kata exstension
yang dipakai secara luas dan umum dalam bahasa Indonesia. Penyuluhan berasal dari kata
dasar suluh yang berarti pemberi terang ditengah kegelapan. Dalam bahasa Belanda penyuluhan disebut Voorlichting yang berarti memberi penerangan untuk menolong seseorang
menemukan jalannya, dalam bahasa Inggris dan Jerman mengistilahkan penyuluhan
sebagai pemberian saran atau Beratung yang berarti seseorang dapat memberi­kan petunjuk bagi seseorang tetapi seseorang tersebut yang berhak untuk menentukan pilihannya.
Aturan hukum yang dirumuskan dalam bahasa, seringkali merupakan rumusan
yang terbuka maupun rumusan yang kabur. Dengan alasan tidak efektifnya hukum
memiliki sebab-sebab yuridis dan nonyuridis. Para praktisi atau pengemban hukum di
negara-negara berkembang, mengingat adanya ketidak-lengkapan sumber-sumber hukum,
acap mengalami kesulitan mencari dan menemukan aturan hukum mana yang seharusnya
berlaku dalam suatu situasi konkrit. Lebih lagi mengalami kesulitan untuk memastikan
bagaimana semua aturan yang tersedia dan ditemukan yang ada seharusnya ditafsirkan
dan dimaknai. Pengertian-pengertian itu lalu dianalisis dan ditelaah apakah pengertianpengertian itu telah sesuai dengan prinsip-prinsip yang mendasari pengertian-pengertian
itu. Dengan demikian perlu adanya interprestasi terhadap hukum yang berlaku. Dengan
memberikan deskripsi, melakukan analisis, dan sistemasi terhadap hukum yang berlaku
timbullah asumsi bahwa sebenarnya pengertian hukum tersebut sejak semula telah
ditetapkan. Kegiatan interprestasi ini dilakukan dalam rangka mendapatkan pengertian
yang lebih jelas atau lebih dalam.
Makna pemberian penyuluhan hukum oleh notaris sehubungan dengan pem­
buatan akta dalam ketentuan Pasal 15 ayat 2 huruf e UUJN mengakibatkan terjadinya
ketidakjelasan/kekaburan norma mengenai kewenangan notaris. Menurut Penulis norma
56
LEX HUMANA, Jurnal Hukum dan Humaniora
Ririk Eko Prasetyo, M.Khoidin dan Ermanto Fahamsyah
kabur merupakan makna dari suatu isi yang terdapat di dalam pasal tidak ditetapkan
secara persis, sehingga lingkupnya tidak jelas. Ketentuan demikian dinamakan “blanket
norm” dan sering ada unsur kesengajaan, agar norma tidak mudah ketinggalan jaman dan
dapat mencakup perbuatan yang lebih luas. Di dalam UUJN sendiri tidak menjelaskan
mengenai batasan-batasan berkaitan dengan pemberian penyuluhan hukum oleh notaris.
Bahkan di dalam penjelasan Pasal 15 ayat (2) huruf e UUJN hanya menyatakan cukup
jelas. Sehingga norma mengenai pemberian penyuluhan hukum oleh notaris memberikan
ruang untuk di interprestasi oleh berbagai pihak. Sedangkan notaris dalam menjalankan
jabatannya berkaitan dengan pemberian penyuluhan hukum adalah berbeda dengan
penegak hukum lainnya seperti, hakim, jaksa, polisi dan pengacara/advokat.
Harus dihindarikan dari adanya norma kabur dalam artian norma bersangkutan
tidak jelas isi dan lingkupnya. Terkait itu, norma atau kata-kata beserta makna dari suatu
norma dalam ketentuan Pasal 15 ayat (2) huruf e UUJN yakni kewenangan notaris secara
khusus memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta yang
ditetapkan harus jelas dan tidak memberikan peluang untuk ditafsirkan dalam pengertian
yang berbeda-beda. Untuk itu, norma hukum yang dibentuk perlu menghindari hal-hal
seperti adanya penggunaan kata-kata yang samar-samar, mengandung dwiarti/bermakna
ganda, penggunaan konsep yang sama dengan kata yang berbeda dan konsep yang berbeda
dengan kata yang sama. Penggunaan kata-kata yang berulang-ulang dan panjang.
Kata-kata yang dipergunakan seharusnya juga mencakup bidang secara keseluruhan
(cover the entire domain). Dengan kata lain, norma dalam ketentuan Pasal 15 ayat (2) huruf
e UUJN terkait dengan makna pemberian penyuluhan hukum oleh notaris haruslah
bersifat memaksa dan tidak lagi memberikan peluang penafsiran yang berbeda-beda.
Sehingga diupayakan untuk menghindari penggunaan konsep yang sama dengan kata
yang berbeda dan konsep yang berbeda dengan kata yang sama (use regorously consistent
language). Dalam ketentuan Pasal 15 ayat (2) huruf e UUJN yakni pemberian penyuluhan hukum oleh notaris sehubungan dengan pembuatan akta harus mempunyai makna
tertentu yang jelas. Sehingga tidak menjadi sebab peluang untuk terjadinya penafsiran.
Untuk mencegah terjadi norma kabur adalah meletakkan konsep terpenting
pada akhir kalimat (put the most important concept at the end of the sentence), menghindari
pemasukan kata melalui acuan (avoid incorporation by reference), serta menggunakan
acuan internal (make internal references correctly). Penempatan konsep terpenting di akhir
kalimat akan memudahkan pembaca norma memahami makna dan maksud dari norma
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2016
57
Makna Pemberian Penyuluhan Hukum oleh Notaris Pembuatan Akta...
bersangkutan. Adanya pemasukan kata melalui acuan akan dapat menimbulkan norma
bersangkutan menjadi terpenggal-penggal dan orang yang membacanya menjadi terbebani
untuk menemukan norma dalam produk hukum lain yang dijadikan acuan.
Berdasarkan uraian diatas, norma penyuluhan hukum oleh notaris dalam pembuatan akta mengandung makna lebih luas/umum, notaris dalam menjalankan jabatannya hanya sebatas penetapan perjanjian dari suatu perbuatan dan peristiwa hukum di
dalam masyarakat sehubungan dengan pembuatan akta. Apabila dilihat dari segi makna
penyuluhan hukum lingkupnya bisa mencakup jalur litigasi maupun non litigasi.
Secara umum, norma dikategorikan menjadi norma umum (algemeen) dan norma
individual (individueel) serta norma yang abstrak (abstract) dan norma yang konkret
(concrete). Perbedaan antara yang umum dan yang individu didasarkan pada mereka
yang terkena aturan tersebut (adressat), ditujukan pada orang atau sekelompok orang
yang tidak tertentu atau ditujukan kepada orang atau sekelompok orang yang tertentu.
Sedangkan perbedaan antara norma abstrak dengan konkret didasarkan pada hal yang
diatur dalam norma tersebut, untuk peristiwa-peristiwa yang tidak tertentu atau untuk
peristiwa-peristiwa tertentu.
Terhadap norma kabur yang mengakibatkan timbulnya ketidakpastian hukum kemudian menyebabkan untuk di interprestasi dan penafsiran. Memaknai pasal-pasal secara
tekstual, gramatikal, tidak menyentuh tujuan apa yang hendak dicapai dari peraturan
perundang-undangan tersebut. Dalam memberikan penafsiran, jika diurut berdasarkan
prioritas interprestasi, maka interprestasi teleologis mendapat urutan pertama, kemudian
disusul oleh interprestasi historis, lalu interprestasi gramatikal hingga yang terakhir adalah
interprestasi sistematis.
Demikian berdasarkan teori kepastian hukum dapat mengandung beberapa arti,
yakni adanya kejelasan, tidak menimbulkan multitafsir, tidak menimbulkan kontradiktif,
dan dapat dilaksanakan. Ketentuan Pasal 15 ayat 2 huruf e UUJN memberikan ruang
untuk diinterprestasi, karena mengandung makna lebih luas/umum. Pemberian penyuluhan hukum oleh notaris hanya sebatas satu subyek hukum bagi orang perorangan (person)
maupun badan hukum (rechtpersoon) dalam hal ini sehubungan dengan pembuatan akta,
berbeda dengan penyuluhan hukum yang diberikan penegak hukum seperti hakim,
jaksa, polisi dan pengacara/advokat. Kepastian hukum menjadi perangkat hukum yang
mengandung kejelasan, tidak menimbulkan multitafsir, tidak menimbulkan kontradiktif,
serta dapat dilaksanakan, yang mampu menjamin hak dan kewajiban setiap warga negara
sesuai dengan cita-cita hukum yang diharapkan oleh masyarakat.
58
LEX HUMANA, Jurnal Hukum dan Humaniora
Ririk Eko Prasetyo, M.Khoidin dan Ermanto Fahamsyah
2. Tujuan Pemberian Penyuluhan Hukum Bagi Notaris
Kehidupan sehari-hari pasti membutuhkan adanya suatu alat bukti tentang hal-hal
yang penting, misalnya tentang terjadinya suatu peristiwa/tindakan, kesepakatan atau
perjanjian. Alat bukti yang paling wajar hanyalah saksi, dimana saksi itu adalah orang
yang pada waktu perubahan/tindakan hukum itu berlangsung, saksi yang bersangkutan
ikut hadir, orang itu dihadapan untuk memberikan kesaksian tentang apa yang mereka
alami, dengar dan/atau lihat.
Pertimbangan hukum diundangkannya suatu peraturan perundang-undangan
yang dikenal dengan ratio legis, secara formil dan sederhana tentunya dengan melihat
bagian menimbang sebuah undang-undang, karena bagian tersebut menjadi ruh bagi
seluruh materi batang tubuh yang ada di dalamnya. Maksud dan tujuan lahirnya UUJN
untuk menjamin suatu kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum bagi seluruh
warga negara Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUD NRI 1945. Ketetapan
di dalam konsideran menimbang terkandung 2 (dua) hal yakni, pertama, negara hukum
dan kedua, untuk menjamin kepastian hukum, ketertiban serta perlindungan hukum
bagi setiap warga negara.
Tujuan penyuluhan hukum agar masyarakat tahu hukum, paham hukum, sadar
hukum, untuk kemudian patuh pada hukum tanpa paksaan, tetapi menjadikannya sebagai suatu kebutuhan. Pemahaman seseorang tentang hukum beranekaragam dan sangat
tergantung pada apa yang diketahui dari pengalaman yang dialaminya tentang hukum.
Notaris sebagai pejabat umum merupakan suatu jabatan yang menjalankan sebagian tugas negara dalam bidang hukum keperdataan dengan kewenangan untuk membuat
alat bukti berupa akta autentik atas permintaan klien. Sehingga harus dipahami dan
dimengerti, notaris dalam menjalankan jabatannya merupakan sebagian tugas negara
yang mempunyai kewenangan utama untuk membuat akta autentik atas permintaan
klien digunakan sebagai alat bukti yang sempurna, dalam hal ini notaris diperkenankan
untuk memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta autentik
demi tercapainya kepastian hukum agar sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Demikian berdasarkan teori kepastian hukum, guna memberikan jaminan kepastian hukum, keadilan dan perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan
berlandaskan pada Pancasila dan UUD NRI 1945. Maka positivisme hukum mengindentifikasi hukum dengan peraturan perundang-undangan agar kepastian hukum diperoleh
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2016
59
Makna Pemberian Penyuluhan Hukum oleh Notaris Pembuatan Akta...
sehingga orang tau dengan pasti apa yang boleh dan tidak boleh dilakukannya. Dalam hal
ini, tentunya harus di dukung aparatur hukum yakni notaris dalam menjalankan jabatannya sehubungan dengan pembuatan alat bukti tertulis yang bersifat autentik mengenai
perbuatan, penetapan dan peristiwa hukum, sehingga dengan demikian konsistennya
penyelenggaraan hukum ini disebut dengan kepastian hukum.
Profesi notaris merupakan pekerjaan unik. Undang-undang memberikan kewenangan kepada notaris selaku pejabat umum untuk membuat suatu dokumen berupa akta
notaris di bidang hukum perdata. Oleh karena notaris menjalankan sebagian kekuasaan
negara, maka notaris dianggap sebagai bagian dari penguasa. UUJN termasuk rubrik
undang-undang organik dan materi yang diaturnya termasuk dalam bidang hukum publik
sehingga ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalamnya adalah sebagian besar peraturan
yang bersifat memaksa (dwingend recht). Jabatan atas kewenangan publik ini merupakan
dasar dari pekerjaan notaris yang bidangnya berada di dalam konteks hukum privat. Notaris mempunyai peran yang sangat unik. Bagi masyarakat, notaris muncul sebagai sosok
yang mempunyai kewenangan publik, penyuluh, dan pemberi nasehat. Jabatan notaris
mempunyai dua ciri dan sifat yang essentiil, yaitu ketidakmemihakan (impartiality) dan
kemandirian atau ketidaktergantungan (indenpendency) di dalam memberikan bantuan
kepada para kliennya. Merupakan credo, suatu keyakinan, bahwa kedua ciri tersebut
melekat pada dan indentik dengan perilaku notaris di dalam menjalankan jabatannya.
Demikian berdasarkan teori utilitas (kemanfaatan) dari Jeremy Bentham yang
pada prinsip segala sesuatu perbuatan yang menghasilkan kesenangan, kebaikan/
kebahagian, dan untuk mencegah terjadinya kerusakan, penderitaan/kejahatan, serta
ketidakbahagiaan pada pihak yang kepentingannya dipertimbangkan. Menurut Penulis,
teori utilitas (kemanfaatan) dalam memberikan pemahaman/nasehat hukum dengan
penjelasan-penjelasan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sehubungan dengan
pembuatan akta autentik yang akan, sedang dan/atau dibuat sampai sempurnya akta
diharapkan dapat memberikan manfaat, khususnya bagi kepentingan klien, masyarakat
dan notaris. Sehingga hukum sudah sepantasnya bertujuan untuk mewujudkan apa yang
menjadi faedah bagi masyarakat dan jangan sampai merugikan orang lain, maka tujuan
hukum ialah untuk memberikan faedah sebanyak-banyaknya, dengan adanya pemberian
pemahaman/nasehat hukum oleh notaris baik bagi orang perorangan (person) maupun
badan hukum (rechtpersoon) merupakan tujuan utama daripada hukum dalam hal ini
tentunya berkaitan dengan notaris dalam menjalankan jabatannya membuat alat bukti
tertulis yang terkuat dan terpenuhi sesuai dengan sistem perundang-undangan di bidang
60
LEX HUMANA, Jurnal Hukum dan Humaniora
Ririk Eko Prasetyo, M.Khoidin dan Ermanto Fahamsyah
hukum pembuktian.
Mengenai pemberian penyuluhan hukum oleh notaris kepada klien yang berkepentingan sehubungan dengan pembuatan akta autentik yang akan, sedang dan/atau
dibuat sampai sempurnya akta. Dengan adanya pemahaman/nasehat hukum tersebut
oleh notaris diharapkan dapat terciptanya kepastian hukum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku serta memberikan manfaat bagi klien,
masyarakat dan notaris. Agar tindakan hukum yang hendak dituliskan/dituangkan atau
dikonstatir dalam akta notaris, tidak melanggar peraturan perundang-undangan sehingga
dapat memenuhi ketentuan sebagaimana akta autentik. Meskipun pemahaman/nasehat
hukum yang diberikan kemudian diterima oleh klien dengan penjelasan tersebut tetap
menjadi keterangan klien.
3. Konsep Tentang Pemaknaan Pemberian Penyuluhan Hukum Bagi Notaris
Adanya kepercayaan yang diberikan masyarakat atas jabatan notaris merupakan
suatu hal yang prinsipiil yang membuktikan adanya suatu otonomi moral yang diberikan
masyarakat kepada lembaga notariat. Justru dengan adanya lembaga notariat sangat diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat dalam arti luas. Bantuan yang
diberikan oleh notaris kepada pihak yang menunjuknya, sekaligus telah pula membantu
pihak lain dari yang menunjuknya. Hal mana hanya dimungkinkan apabila para pihak
mempercayai notaris yang diyakini akan tidak berpihak di dalam menjalankan jabatannya,
sehingga keadilan dan kepastian hukum yang merupakan tujuan dari klien akan tercapai.
Maksud dan tujuan lahirnya UUJN untuk menjamin suatu kepastian, ketertiban
dan perlindungan hukum bagi seluruh warga negara Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUD NRI 1945. Ketetapan di dalam konsideran menimbang terkandung 2
(dua) hal yakni, pertama, negara hukum dan kedua, untuk menjamin kepastian hukum,
ketertiban serta perlindungan hukum bagi setiap warga negara.
Berkaitan dengan pemberian penyuluhan hukum oleh notaris, telah diatur pula
dalam Pasal 15 ayat (2) huruf e UUJN yang menyatakan memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta. Di dalam UUJN sendiri tidak menjelaskan
mengenai batasan-batasan berkaitan dengan pemberian penyuluhan hukum oleh notaris.
Bahkan di dalam penjelasan Pasal 15 ayat (2) huruf e UUJN hanya menyatakan cukup
jelas. Makna pemberian penyuluhan hukum oleh notaris sehubungan dengan pembuatan akta dalam ketentuan Pasal 15 ayat 2 huruf e UUJN mengakibatkan terjadinya ketidakjelasan/kekaburan norma mengenai kewenangan notaris. Menurut Penulis norma
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2016
61
Makna Pemberian Penyuluhan Hukum oleh Notaris Pembuatan Akta...
kabur merupakan makna dari suatu isi yang terdapat di dalam pasal tidak ditetapkan
secara persis, sehingga lingkupnya tidak jelas. Ketentuan demikian dinamakan “blanket
norm” dan sering ada unsur kesengajaan, agar norma tidak mudah ketinggalan jaman dan
dapat mencakup perbuatan yang lebih luas/umum. Sehingga norma mengenai pemberian
penyuluhan hukum oleh notaris memberikan ruang untuk di interprestasi oleh berbagai
pihak. Sedangkan notaris dalam menjalankan jabatannya berkaitan dengan pemberian
penyuluhan hukum adalah berbeda dengan penegak hukum lainnya seperti, hakim, jaksa,
polisi, dan pengacara/advokat.
Di dalam konstelasi semacam alat bukti autentik, notaris mengambil tempat yang
penting. Suatu posisi otonomi dimana bantuan yang diberikan oleh seorang notaris di
dalam pengadaan alat bukti yang terkuat untuk mengurangi ketidakpastian di bidang
hukum pembuktian. Pemberian penyuluhan hukum oleh notaris pembuataan akta atas
permintaan klien. Apabila dibandingkan dengan hakim, jaksa, polisi, serta pengacara/
advokad dalam hal penyuluhan hukum dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, Hakim berdasarkan Berdasarkan Pasal 1 angka (1) dan 5 juncto Pasal 18
juncto Pasal 19 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
menyebutkan pejabat negara yang merupakan alat kekuasaan negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945. Selanjutnya
Instruksi Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor: M.03-UM.06.02 tahun 1999
tentang Petunjuk Pelaksanaan Program Bantuan Hukum Bagi Golongan Masyarakat Yang
Kurang Mampu Melalui Pengadilan Negeri Dan Pengadilan Tata Usaha Negara menyebutkan kegiatan bantuan hukum harus dilakukan secara lebih terpadu dan transparan
bersama kegiatan penyuluhan hukum. Dalam hal ini program bantuan hukum mempunyai 2 (dua) tujuan, yaitu: (a) tujuan kemanusiaan dalam rangka meringankan beban
hidup golongan masyarakat yang kurang mampu, sehingga mereka juga dapat menikmati
kesempatan memperoleh keadilan dan perlindungan hukum. (b) tujuan peningkatan
kesadaran hukum diharapkan dapat mendidik masyarakat untuk meningkat­kan kadar
kesadaran hukum, sehingga setiap anggota masyarakat menyadari dan menghayati hak
dan kewajibannya sebagai warga negara dan warga masyarakat. Kedua, Jaksa berdasarkan
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia
menyebutkan bahwa jaksa melaksanakan fungsi pemerintah di bidang penuntutan. Dalam
ketentuan Pasal 30 ayat (3) huruf a menyebutkan bahwa dalam bidang ketertiban dan
ketentraman umum, kejaksaan turut menyelenggarakan kegiatan peningkatan kesadaran
hukum masyarakat. Ketiga, Polisi berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun
62
LEX HUMANA, Jurnal Hukum dan Humaniora
Ririk Eko Prasetyo, M.Khoidin dan Ermanto Fahamsyah
2002 tentang Kepolisian menyebutkan bahwa kepolisian bertugas untuk menjalankan
urusan pemerintah di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Sementara
ketentuan Pasal 1 angka (2) Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 2007 tentang Bimbingan Penyuluhan Keamanan Dan Ketertiban
Masyarakat menyebutkan bimbingan penyuluhan adalah suatu kegiatan yang dilakukan
untuk memberikan tuntunan, petunjuk, dan penerangan kepada individu atau kelompok
secara terus-menerus dengan maksud agar terjadi perubahan perilaku atau sikap yang berguna bagi diri pribadi maupun kelompok atau masyarakat. Keempat, Pengacara/Advokat
berdasarkan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat
menyebutkan orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di
luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan undang-undang ini.
Berdasarkan uraian diatas, makna pemberian penyuluhan hukum oleh notaris
apabila dibandingkan dengan hakim, jaksa, polisi dan pengacara/advokat adalah berbeda. Sedangkan pemberian penyuluhan hukum oleh notaris dalam pembuatan akta
autentik atas permintaan klien yang datang agar kehendak atau keinginannya dituangkan
ke dalam bentuk akta notaris, dimana perbuatan hukum klien tersebut berada dalam
lingkup hukum perdata/privat, maka Penulis memandang bahwa lebih tepat untuk
menggunakan istilah kewajiban notaris memberikan pemahaman/nasehat hukum dengan penjelasan-penjelasan akan peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap
klien. Notaris dalam pemberian penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan
akta yang konotasinya berbeda dan condong lebih luas/umum makna yang terdapat di
dalam ketentuan Pasal 15 ayat (2) huruf e UUJN sehingga dapat menimbulkan kekaburan
norma apabila dipahami notaris dalam menjalankan jabatannya hanya sebatas pembuatan
akta. Dalam penjelasan Pasal 15 ayat (2) huruf e UUJN hanya menyatakan cukup jelas,
tidak memberikan batasan-batasan berkaitan dengan pemberian penyuluhan hukum
sehubungan dengan pembuatan akta. Harus dibatasi agar makna dalam Pasal 15 ayat
(2) huruf e UUJN agar tidak luas/umum apabila dibandingkan dengan penegak hukum
lainnya berkaitan dengan penyuluhan hukum seperti hakim, jaksa, polisi dan pengacara/
advokat yang dapat diberikan mulai proses dari litigasi maupun nonlitigasi.
Penggunaan bahasa dalam norma hukum tidak menggunaan kata atau frasa yang
artinya tidak menentu atau konteksnya dalam kalimat tidak jelas. Bahasa peraturan
perundang-undangan pada dasarnya tunduk pada kaidah tata Bahasa Indonesia, baik
pembentukan kata, penyusunan kalimat, teknik penulisan, maupun pengejaannya. NaVolume 1, Nomor 1, Oktober 2016
63
Makna Pemberian Penyuluhan Hukum oleh Notaris Pembuatan Akta...
mun bahasa peraturan perundang-undangan mempunyai corak tersendiri yang bercirikan
kejernihan atau kejelasan pengertian, kelugasan, kebakuan, keserasian, dan ketaatan asas
sesuai dengan kebutuhan hukum baik dalam perumusan maupun cara penulisan.
Pembangunan hukum sebagai sarana ketertiban dan kesejahteraan masyarakat
yang berintikan keadilan dan kebenaran, harus dapat berperan mengayomi masyarakat
serta mengabdi pada kepentingan masyarakat. Materi hukum harus dapat dijadikan dasar
untuk menjamin agar masyarakat dapat menikmati kepastian hukum, ketertiban hukum,
menumbuhkan dan mengembangkan disiplin nasional, kepatuhan hukum serta tanggung jawab sosial pada setiap warga negara termasuk penyelenggara negara salah satunya
adalah notaris yang mendapat kewenangan dari negara untuk menjalankan jabatannya.
Dasar psychologis ditambah dengan dasar sosiologis yaitu adanya kepercayaan
yang diberikan masyarakat atas jabatan notaris merupakan suatu hal yang prinsipiil yang
membuktikan adanya suatu otonomi moral yang diberikan masyarakat kepada notaris.
Justru dengan adanya lembaga notariat sangat diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat dalam arti luas. Bantuan yang diberikan oleh notaris kepada pihak
yang menunjuknya, sekaligus telah pula membantu pihak lain dari yang menunjuknya.
Hal mana hanya dimungkinkan apabila para pihak mempercayai notaris yang diyakini
akan tidak berpihak di dalam menjalankan jabatannya, sehingga keadilan dan kepastian
hukum yang merupakan tujuan dari para pihak akan tercapai. Agar supaya kepentingan
masyarakat akan dipenuhinya oleh tugas jabatan notaris dengan kwalifikasi tersebut diatas dapat dilakukan semaksimal mungkin, sehingga dengan demikian tercapai kepastian
hukum diperlukan seperangkat peraturan perundang-undangan mengandung adanya
kejelasan, tidak menimbulkan multitafsir, tidak menimbulkan kontradiktif, dan dapat
dilaksanakan.
Asas hukum merefleksikan hubungan antara nilai, dasar pemikiran, moral dan
kesusilaan disatu pihak dengan pihak lain yaitu hukum positif. Dalam bentuknya yang
formil, struktur dari asas hukum oleh Meuwissen dikatakan, bahwa di dalam hukum positif suatu asas hukum memiliki struktur formil yang membedakannya dengan penampilan
dari nilai, norma, ideologi dan peraturan. Suatu nilai adalah gejala yang berkaitan dengan
hal-hal yang diungkapkan dengan “sesuatu yang baik” atau “seharusnya baik”, sedangkan
norma merupakan wilayah dari “seharusnya”. Suatu norma merupakan penghalusan
dari konkretisasi nilai dan dinyatakan dengan pengertian “apa yang seharus­nya” serta
dilaksanakan secara nyata. Nilai secara struktural adalah dasar dari norma. Pada norma
orang selayaknya hanya berpikir tentang bagaimana seharusnya ia berperilaku. Muatan
64
LEX HUMANA, Jurnal Hukum dan Humaniora
Ririk Eko Prasetyo, M.Khoidin dan Ermanto Fahamsyah
dari norma ditentukan oleh penghargaan akan nilai-nilai dimana keputusan yang diambil
adalah untuk menuju pada arah yang benar dan dianggap adil oleh suatu masyarakat.
Konkretisasi dari nilai-nilai yang bermuatan dengan unsur politik, secara struktural
nilai-nilai yang hidup di dalam suatu masyarakat merupakan dasar dari norma maupun
ideologi. Terkait itu, asas hukum yang dijadikan dasar dari suatu peraturan perundangundangan pada asasnya adalah norma, nilai dan ideologi. Suatu asas akan mereferensikan pada suatu keharusan, suatu larangan atau kewenangan yang mendasarkan pada
nilai, moral, norma dan ideologi. Dari sini untuk mengetahui adanya peralihan yang
terjadi disatu pihak nilai, norma dan ideologi ke pihak lain yaitu peraturan-peraturan
dan keputusan-keputusan/ketetapan-ketetapan. Dengan demikian suatu asas hukum
mengkonkretisasikan nilai, norma dan ideologi dalam hubungannya dengan hukum serta
mengaktifkan dan menstimulir secara nyata peraturan hukum positif dalam pengambilan
suatu keputusan/ketetapan.
Dalam suatu norma, fungsi asas hukum diperlukan untuk dapat menjelaskan
peraturan-peraturan atau mencari jalan keluar disamping diperlukan untuk memberikan
pengertian mengenai latar belakang (dasar hukum) suatu ketentuan perundang-undangan.
Demikian pendapat Dworkin dalam Peter Mahmud Marzuki mengatakan asas hukum
adalah dasar pemikiran yang mempunyai pengaruh pada norma perilaku yang menentukan berlakunya suatu norma hukum. Norma perilaku adalah norma-norma sosial yang
mengarahkan tindakan-tindakan dari para anggota dari suatu masyarakat.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh beberapa kesimpulan: Pertama,
makna pemberian penyuluhan hukum oleh notaris dalam pembuatan akta menurut
undang-undang jabatan notaris terdapat kekaburan norma yang lingkup cakupannya
lebih luas/umum sebagaimana penyuluhan hukum yang dimiliki oleh hakim, jaksa, polisi,
dan pengacara/advokat yang bisa melalui jalur litigasi maupun non litigasi dalam hal
penyuluhan hukum. Sedangkan pemberian penyuluhan hukum oleh notaris lingkupnya
hanya sebatas sebelum, saat, dan/atau dibuat sampai sempurnanya akta. Kedua, Tujuan
pemberian penyuluhan hukum oleh notaris dengan pemahaman/nasehat hukum kepada
klien diberikan penjelasan agar tindakan hukum yang hendak dituliskan/dituangkan
atau dikonstatir dalam akta notaris, tidak melanggar peraturan perundang-undangan
sehingga dapat memenuhi ketentuan sebagaimana akta autentik. Meskipun pemahaman/
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2016
65
Makna Pemberian Penyuluhan Hukum oleh Notaris Pembuatan Akta...
nasehat hukum yang diberikan kemudian diterima oleh klien, penjelasan tersebut tetap
menjadi keterangan klien. Demikian pemberian penyuluhan hukum harapan yang hendak
dicapai untuk memberikan kepastian hukum dan manfaat bagi klien, masyarakat dan
notaris. Ketiga, makna kewenangan notaris secara khusus sehubungan dengan pemberian
penyuluhan hukum dalam pembuatan akta, seharusnya pemberian pemahaman/nasehat
hukum kepada klien dengan penjelasan akan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku agar makna yang terdapat dalam ketentuan Pasal 15 ayat (2) huruf e UUJN
lingkup cakupannya tidak seluas penyuluhan hukum sebagaimana yang dimiliki oleh
hakim, jaksa, pengacara/advokat dan polisi yang bisa melalui jalur litigasi maupun non
litigasi dalam hal penyuluhan hukum.
Saran yang dapat diberikan: Pertama, Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat
pada waktu proses pembuatan undang-undang harus memperhatikan bahasa yang
akan digunakan sebagai norma agar tidak menimbulkan multitafsir. Bahasa peraturan
perundang-undangan mempunyai corak tersendiri sehingga norma hukum yang akan
digunakan harus bercirikan kejernihan atau kejelasan pengertian, kelugasan, kebakuan,
keserasian, dan ketaatan asas sesuai dengan kebutuhan hukum baik dalam perumusan
maupun cara penulisan. Kedua, Seharusnya dalam ketentuan Pasal 15 ayat (2) huruf e
UUJN memberikan penjelasan dalam hal notaris menjalankan jabatannya sehubungan
dengan pemberian penyuluhan hukum. Agar makna yang terdapat dalam ketentuan pasal
tersebut cakupannya tidak luas/umum sebagaimana penyuluhan hukum yang di miliki
oleh penegak hukum lainnya seperti: hakim, jaksa, polisi dan pengacara/advokat. Ketiga,
Bagi notaris sebelum menyusun, membacakan dan menanda-tangani dalam pembuatan
akta seharusnya memberikan pemahaman/nasehat hukum sehingga dengan penjelasan
kepada klien terlebih dahulu agar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dengan demikian dapat memberikan kepastian hukum, ketertiban dan
perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan.
Daftar Pustaka
Buku:
Daniel Panjaitan, 2007. Panduan Bantuan Hukum di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Eddy O.S Hiereij, 2009. Asas Legalitas dan Penemuan Hukum dalam Hukum Pidana. Jakarta:
Erlangga.
66
LEX HUMANA, Jurnal Hukum dan Humaniora
Ririk Eko Prasetyo, M.Khoidin dan Ermanto Fahamsyah
G.H.S. Lumban Tobing, 1983. Peraturan Jabatan Notaris. Jakarta: Erlangga.
Herlien Budiono, 2013. Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan. Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti.
Peter Mahmud Marzuki, 2010. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
________, 2015. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Prenadamedia Group.
Peraturan Perundang-Undangan:
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgelijk Wetboek).
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 03, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3790.
Kode Etik Notaris.
Makalah/Artikel/Karya Ilmiah:
A. Hamid S. Atamimi, 1997. Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Jakarta: Disertasi Doktor Ilmu Hukum Universitas
Indonesia.
Herowati Poesoko, 2014. Diktat Metode Penulisan dan Penelitian Hukum. Jember: Fakultas
Hukum Universitas Jember.
_________, 2016. Perlindungan Hukum Terhadap Notaris. Jember: Makalah Seminar diselenggarakan Oleh Program Studi Magister Kenotariatan Pascasarjana Fakultas
Hukum Universitas Jember.
Ririk Eko Prastyo, 2015. Prinsip Keseimbangan Dalam Perjanjian Kredit Perbankan Sebagai
Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank. Jember: Tesis Program Studi
Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Jember.
Internet:
file:///C:/Users/user/Downloads/S2-2013-310408-chapter1%20(1).pdf, Peranan Notaris/
PPAT Dalam Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Properti, diakses pada tanggal 17 April 2016 pukul 11: 18 WIB.
I Made Arya Utama, Hukum Lingkungan (Sistem Hukum Perijinan Berwawasan Lingkungan
Untuk Pembangunan Berkelanjutan),https://bo HYPERLINK “https://books.
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2016
67
Makna Pemberian Penyuluhan Hukum oleh Notaris Pembuatan Akta...
google.co.id/books?id=RfbUxeZiHhAC&pg=PA168&lpg=PA168&dq=norm
a+kabur+menurut+arief+sidharta”dq=norma+kabur+menurut+arief+sidharta,
diakses pada tanggal 13 Mei 2016 pukul 12:45 WIB.
Wikipedia, http://kbbi.web.id/suluh, diakses pada tanggal 9 Mei 2016 pukul 1: 00 WIB.
Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Penyuluhan, diakses pada tanggal 13 Mei 2016
pukul 12:12 WIB.
68
LEX HUMANA, Jurnal Hukum dan Humaniora
Download