makalah kel 4: upaya promosi kesehatan dalam perspektif Islam

advertisement
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM II
UPAYA PROMOSI KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM
DISUSUN OLEH:
MARIYATUL QIBTIYAH
101011032
AGESTY SUCIANINGTYAS
101011053
SHARITA AULIA ROCHMI
101011078
ANISA BALQIS HADIANA
101011228
AYU IRLIANTI
101011111
PUTRI ANGGITASARI
101011258
ROMI DARMAWAN
101011265
FEBRIAN RIZKY PRATAMA
101011430
IKMA 2010
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memperkanankan kami
menyelesaikan makalah ini. Serta semoga shalawat serta salam Allah tetap
tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, dan orang yang tetap
teguh berada dalam sunnahnya.
Islam adalah agama yang universal, yang mengajarkan kepada umat
manusia mengenai berbagai aspek kehidupan, baik aspek duniawi maupun aspek
ukhrawi. Telah kita ketahui bahwa Islam adalah agama yang mengurusi segala
bidang, tidak sebatas ibadah yang sifatnya ruhiyah saja. Makna ibadah disini
sangat luas, seperti firman Allah:
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepada-Ku.”
Mencari ilmu juga merupakan ibadah. Islam merupakan agama ilmu dan
akal, karena Islam selalu mendorong umatnya untuk mempergunakan akal dan
menggali ilmu pengetahuan, agar manusia dapat membedakan antara yang salah
dan benar. Kesehatan adalah salah satu bidang ilmu pengetahuan yang merupakan
ilmu Allah. Terdapat koridor dan aturan yang sudah diberlakukan sejak turunnya
al-Qur’an mengenai dasar kesehatan bahkan kepada para nabi sebelumnya
termasuk nabi Adam.
Oleh karenanya, mengetahui perspektif Islam terhadap upaya promosi
kesehatan adalah hal menarik yang patut untuk di ulas dan didiskusikan. Makalah
ini mencoba memilah dan mencoba mencari keterkaitan keduanya serta mencoba
1
mengungkap sekaligus membuktikan bahwasanya Islam telah mengatur segala
aspek kehidupan termasuk bidang kesehatan.
Bagaimanapun makalah ini dirancang dan diseleseikan, tentu masih terdapat
banyak kekurangan yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, penulis sangat
menerima saran dan kritik guna perbaikan penulisan makalah selanjutnya.
Semoga dengan disusunnya makalah yang berjudul “Upaya Promosi
Kesehatan Dalam Perspektif Islam” ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh
pembaca.
Sekian dan terima kasih.
Surabaya, 14 September 2012
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata pengantar ..................................................................................................1
Daftar isi.............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................4
1.1 Latar Belakang .............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................6
1.3 Tujuan ..........................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................7
2.1 Definisi Promosi Kesehatan .........................................................................7
2.2 Definisi Sehat menurut WHO dan Islam .....................................................9
2.3 Kesehatan dalam Al-Qur’an dan Hadist ......................................................10
2.4 Promosi Kesehatan dalam Perspektif Islam .................................................13
BAB III PENUTUP ...........................................................................................20
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................20
3.2 Saran ............................................................................................................20
Daftar Pustaka ...................................................................................................21
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Inti dari upaya promosi kesehatan adalah perubahan perilaku, yaitu
prilaku sehat. Sehat sendiri didefinisikan sebagai suatu keseimbangan
berbaga lini dari hati, mental, psikis, sosial maupun fisik. Hal ini tidak jauh
berbeda dengan apa yang diajarkan Islam 14 abad silam, yaitu bagaimana
umatnya berakhlaq mulia. Seperti yang disampaikan oleh Muhammad bin
Abdullah bahwasanya dia tidak di utus selain untuk memperbaiki akhlaq.
“Tidaklah aku diutus selain untuk menyempurnakan akhlaq, “ (Muhammad:
571 M). Sehingga ini adalah tanda bahwanya kita sebagai public helath yang
memperjuangkan tegaknya nilai kesehatan rupanya perlu bagi kita yang
muslim untuk mengetahui perspektif islam atas upaya yang kita laksanakan.
Karena secara tidak langsung nilai kesehatan adalah bagian dari nilai
islam. Islam adalah agama yang mengurusi segala bidang tidak sebatas ibadah
yang sifatnya ruhiyah saja. Makna ibadah disini sangat luas sepert firman
Allah:
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepada-Ku.”
“Segala apa yang ada di bumi dan di langit adalah milik Allah.”
Islam adalah agama yang universal, yang mengajarkan kepada umat
manusia mengenai berbagai aspek kehidupan, baik aspek duniawi maupun
aspek aspek ukhrawi. Islam merupakan agama ilmu dan akal, karena islam
4
selalu mendorong umatnya untuk mempergunakan akal dan menggali ilmu
pengetahuan, agar manusia mengetahui mana yang baik dan benar dan mana
yang salah. Termasuk kesehatan, kesehatan adalah salah satu bidang ilmu
pengetahuan yang merupakan ilmu Allah. Hukumnya fardlu kifayah bagi
umat islam. Hal ini sudah menunjukkan bahwasanya ada koridor dan aturanaturan yang sudah diberlakukan sejak turunnya al-Qur’an mengenai dasardasar kesehatan bahkan kepada nabi-nabi sebelumnya termasuk nabi Adam.
Contoh saja bagaimana islam telah mengajarkan nilai-nilai kesehatan
sebagai proyeksi dari nilai-nilai islam semenjak 14 abad yang silam oleh
seorang pemimpin yang agung, paling sempurna sepanjang perjalanan
manusia dari Adam hingga manusia terakhir nanti yaitu Muhammad bin
Abdullah. Beliau pernah mengatakan “Jauhilah tempat-tempat yang
menyebabkan laknat ketika buang hendak membuang air, yaitu di tempattempat air, di jalan raya, di tempat berteduh.”. Sekarang coba perhatikan
bagaimana ilmu kesehatan kini mengiyakan apa yang disampaikan
Muhammad ini 14 abad silam yaitu anjuran dan upaya kesehatan untuk
mengarahkan masyarakat untuk tidak membang air besar di tempat-tempat air
misalnya di sungai, rawa ataupun di jalan raya maupun di bawah pohon untuk
membuangnya ke tempat yang semestinya yaitu jamban. Upaya ini mulai
digencarkan baru pada abad ke-19 melalui sosialisasi, promosi, program
kesehatan, seminar, dan sebagainya. Ini hanya berkaitan dengan buang air
besar, dan masih banyak lagi aturan Islam yang berkaitan dengan kesehatan.
Oleh sebab itu kita perlu menganalisis bagaimana upaya promosi kesehatan
dalam perspektif islam.
5
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Apa definisi dari promosi kesehatan?
b. Apa definisi sehat menurut WHO dan Islam?
c. Bagaimana kesehatan dalam Al-qur’an dan Hadist?
d. Bagaimana penerapan promosi kesehatan dalam perspektif Islam?
1.3 Tujuan
a. Memberikan pengetahuan dan pengertian tentang promosi kesehatan
b. Memahami definisi promkes menurut pandangan WHO dan Islam
c. Memahami upaya promkes dalam perspektif islam yaitu Quran dan
Hadits
d. Memahami penerapan promkes dalam perspektif islam
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Promosi Kesehatan
Istilah Promosi Kesehatan mula-mula dicetuskan di Ottawa, Canada pada
tahun 1986 (dikenal dengan “Ottawa Charter”), oleh WHO promosi
kesehatan didefinisikan sebagai: “the process of enabling people to control
over and improve their health”. Definisi tersebut diaplikasikan ke dalam
bahasa Indonesia menjadi: “Proses pemberdayaan masyarakat untuk
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya”. Definisi ini tetap
dipergunakan, sampai kemudian mengalami revisi pada konferensi dunia di
Bangkok pada bulan Agustus 2005, menjadi: “Health promotion is the
process of enabling people to increase control over their health and its
determinants, and thereby improve their health” (dimuat dalam The Bangkok
Charter).
Promosi Kesehatan (Health Promotion), yang diberi definisi: Proses
pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatannya (the process of enabling people to control over and improve
their health), lebih luas dari pendidikan atau penyuluhan Kesehatan. Promosi
Kesehatan meliputi Pendidikan/Penyuluhan Kesehatan, dan di pihak lain
Penyuluh/Pendidikan Kesehatan merupakan bagian penting (core) dari
Promosi Kesehatan.
Promosi Kesehatan adalah upaya perubahan atau perbaikan perilaku di
bidang kesehatan disertai dengan upaya mempengaruhi lingkungan atau hal-
7
hal yang sangat berpengaruh terhadap perbaikan perilaku dan kualitas
kesehatan.
Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif
(peningkatan) sebagai perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif
(pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan
yang komprehensif. Promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya
pendekatan edukatif yang selanjutnya disebut gerakan pemberdayaan
masyarakat, juga perlu di dengan upaya advokasi dan bina suasana (social
support).
2.2. Definisi Sehat menurut WHO dan Islam
Kata sehat memiliki beragam definisi. Dalam UU nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan dinyatakan definisi kesehatan adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. WHO menyatakan sehat
adalah sesuatu keadaan jasmaniah, mental dan sosial yang baik, tidak hanya
tidak berpenyakit atau cacat (Health is state of complete physical, mental and
social well being, not merely the absence of disease of infirmity).
Dapat diartikan secara bebas bahwa seorang itu dikatakan sehat bila ia
memiliki tubuh jasmaniah yang tidak berpenyakit, gizi yang baik, mental,
rohaniah yang tenang, tidak gelisah atau resah, mempunyai kedudukan sosial
yang baik, mempunyai sumber hidup dan rumah tempat berlindung serta
dihargai sebagai manusia.
8
Pada tahun 1983 Majelis Ulama Indonesia dalam Musyawarah Nasional
telah merumuskan kesehatan sebagai ketahanan jasmani, ruhaniah dan sosial
yang dimiliki manusia sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan
mengamalkan (tuntunannya) dan memelihara dan mengembangkannya.
Ketiga pengertian sehat di atas menunjukkan bahwa kesehatan seseorang
mengandung komponen yang menyeluruh (holistik), yakni spiritual, biologi,
mental dan sosial. Sesuai dengan konsep kesehatan yang menyeluruh seperti
yang tersebut di atas, di dalam Islam pun pokok-pokok tuntunan kesehatan
yang terdapat dalam Al Qur’an dan hadits sejak semula telah menekankan hal
tersebut.
Dalam literatur islam, paling tidak ada dua istilah yang digunakan untuk
menunjuk tentang pentingnya kesehatan dalam pandangan Islam. Pertama,
kata kesehatan, terambil dari kata sihat. Kedua, kata ‘afiat. Kedua kata ini
sering diucapkan dengan sehat – afiat dan umat Islam mengucapkannya
dengan “sehat wal ‘afiat”. Dalam kamus bahasa arab, kata ‘afiat diartikan
sebagai perlindungan Allah untuk hamba-Nya dari segala macam bencana
dan musibah-Nya. Dalam pengertian ini, kata ‘afiat menegaskan adanya
makna berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan
penciptaannya.
Misalnya, mata yang sehat adalah mata yang dapat melihat dan membaca
tanpa menggunakan kaca mata. Sedangkan mata yang ‘afiat adalah mata yang
dapat melihat dan membaca objek yang bermanfaat serta mengalihkan
pandangan dari objek yang dilarang. Hal lain mislanya, perut yang sehat
adalah perut yang dapat mencerna makanan secara sempurna sehingga
9
kebutuhan gizi badan dapat optimal. Sedangkan perut yang ‘afiat adalah perut
yang dapat menahan nafsunya sehingga hanya akan diberi makan dengan
makanan halalan thoyiban. Hal-hal tersebut itu pada dasarnya merupakan
fungsi yang diharapkan sang pencipta.
Dalam Islam, tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa,
akal, jasmani, harta dan keturunan. Dimana dengan adanya badaniah dan
rohaniah yang sehat maka semua dapat terjaga dengan baik dan tidak
menimbulkan madharat. Sejak awal memang telah diajarkan adanya sikap
yang harus dan sangat mementingkan hidup sehat melalui upaya promotif,
preventif, dan protektif. Terdapat beberapa bukti yang dapat digunankan
sebagai landasan untuk setiap muslim dapat hidup dengan sehat.
Misalnya saja sikap menjaga kebersihan, Islam menekankan melalui dalil
“Annadhofathu minnal iman “ yang artinya kebersihan adalah sebagian dari
iman. Namun bukan berarti orang yang tidak bersih itu tidak beriman. Ada
pengertian yang lebih mendalam untuk penggalan kalimat tersebut, dimana
yang dimaksudkan adalah dengan kita bersih maka kita akan semakin dapat
terhindar dari najis yang menghalangi kita untuk medekat kepada Allah.
2.3. Kesehatan dalam Al-Qur’an dan Hadist
Dalam Islam, kesehatan termasuk hal utama. Hal ini didukung dengan
kenyataan bahwa banyak ayat Al-Qur’an dan hadist yang berkaitan dengan
kesehatan. Salah satu contohnya adalah wahyu kedua yang dibawakan Jibril,
yaitu Ayat 1-5 Surat Al Mudatstsir. Wahyu tersebut belum mengenai shalat,
10
puasa dan zakat, tetapi perintah untuk berdakwah dan mengenai kesucian
(kebersihan) dan menjauhi kekotoran.
Pada ayat di atas tampak bahwa kebersihan yang menjadi pangkal
kesehatanlah yang disinggung dalam wahyu kedua yang diturunkan kepada
Nabi. Ilmu kesehatan modern tetap berpendirian bahwa kebersihan
merupakan pangkal kesehatan. Kebersihan yang menjadi pangkal kesehatan,
hal kedua yang diperintahkan oleh Allah SWT dalam Al Qur’an. Tidaklah
heran kalau kebersihan umumnya merupakan salah satu kewajiban yang
selalu diperintahkan Nabi Muhammad SAW kepada para pengikutnya dan
dijadikan sendi dasar dalam kehidupan sehari-hari.
Selain ayat terdahulu di atas, masalah kesehatan, khususnya tentang
kebersihan juga disebutkan dalam QS AL-Baqarah ayat 222.
11
“Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: "Haid itu adalah
kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di
waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci.
Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang
diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri”.
Aturan mengenai kebersihan cukup lengkap terdapat dalam Al-Qur’an,
misalnya setiap berwudlu saat akan melakukan shalat. Al-Qur’an mewajibkan
ummat Islam mandi pada waktu tertentu, misal pada keadaan junub. AlQur’an juga mengharamkan minuman dan makanan yang kotor dan
berbahaya (QS Al-A’raaf: 157 dan Al A’laa:14).
Al-Qur’an menyebut beberapa penyakit wabah, misalnya musnahnya
kaum tsamud yang ingkar kepada Nabi Allah. Juga wabah yang menimpa
tentara Thalut yang melanggar perintah panglimanya. Wabah yang menimpa
tentara gajah Kristen saat hendak menghancurkan Ka’bah.
Sementara dalam hadits lebih banyak lagi dijumpai peraturan-peraturan
kesehatan. Salah satu sabda Nabi SAW yang terkenal adalah “Annadha fatu
minal iiman” yang berarti bahwa “Kebersihan itu adalah sebagian dari pada
iman. Hadist lain menyatkana bahwa “orang mukmin yang kuat lebih disukai
oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah.” Ajaran kesehatan Nabi
SAW yang lain adalah khitan sangan sesuai dengan kebersihan dan
kesehatan. Mengurus mayat menurut hukum Islam juga sesuai dengan
12
kebersihan. Juga tentang pemberantasan penyakit menular telah diatur
lengkap dalam hadist.
2.4. Promosi Kesehatan dalam Perspektif Islam
Islam sejak awal telah mengajarkan pada umatnya bahwa berperilaku
hidup bersih dan sehat merupakan hal yang sangat penting. Oleh sebab itu
diperlukan suatu upaya promosi kesehatan dalam rangka peningkatan derajat
kesehatan masyarakat, khususnya masyarakat muslim.
Salah satu metode promosi kesehatan dalam Islam adalah penyampaian
ajakan hidup sehat melalui dakwah yang dilakukan oleh para muballigh. Hal
ini sesuai dengan firman Allah Q.S. Ali Imran 104 yang berarti “Hendaklah
ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari munkar. Mereka itulah
orang-orang yang beruntung.”
Promosi kesehatan merupakan suatu seruan untuk melakukan kebajikan,
karena kesehatan juga merupakan hal dasar yang harus dimiliki seseorang
agar bisa melakukan ibadah kepada Allah dengan baik. Hal ini juga sesuai
dengan hadist nabi yang bermakna “Sampaikanlah dariku walau hanya satu
ayat.”
Promosi kesehatan bukan hanya sekedar pendidikan atau penyuluhan
kesehatan saja, tetapi juga merupakan suatu proses pemberdayaan masyarakat
untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya. Berikut
adalah tuntunan kesehatan yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits dalam
13
upaya menjaga dan meningkatkan kesehatan masyarakat yang dianjurkan
oleh Islam.
a.
Personal hygiene and sanitation (kebersihan perorangan dan
kesehatan lingkungan), yang meliputi kebersihan badan, tangan, gigi,
kuku dan rambut.
Ulama Fiqh telah menyimpulkan sebab-sebab yang mewajibkan
mandi dalam Islam, yakni antara lain:
1) Apabila seorang hendak memeluk agama Islam
2) Hendak menunaikan shalat Jum’at
“Mandi pada hari Jum’at adalah wajib dan hendaklah jika mampu
menggunakan siwak dan wangiwangian”. (Al Hadis).
“Hak bagi setiap muslim adalah mandi setiap seminggu sekali satu
hari dengan membasuh semua kepala dan tubunhya” (Al Hadis).
3) Ihtilam (mimpi keluar mani) bagi laki-laki dan haid bagi perempuan.
Mengenai kebersihan tangan, beberapa hadis menjelaskan sebagai
berikut :
“Potonglah
kuku-kukumu,
sesungguhnya
setan
itu
duduk
(bersembunyi) pada kuku yang panjang”
“Bersihkanlah tanganmu, sebelum dan sesudah makan”.
Ada pula hadist yang menganjurkan untuk berwudlu, diantaranya:
“Apabila kamu berangkat tidur, maka berwudlulah sebagaimana
kamu berwudlu hendak mendirikan shalat”.
“Barang siapa berwudlu kemudian membaguskan wudlunya, lalu
mengunjungi saudaranya yang sakit,maka dijauhkanlah dari mereka”.
14
Mengenai menjaga kebersihan mulut dan gigi, Nabi mengajarkan
dalam hadisnya antara lain:
“Siwak adalah membersihkan mulut dan mendapatkan keridloaan
Tuhan”.
“Jika
tidak
memberatkan
bagi
umatku,
tentu
aku
akan
memerintahkan mereka bersiwak setiap hendak shalat”.
Dalam kebersihan rambut, Nabi mengajarkan beberapa hal berikut:
“Barangsiapa memiliki rambut,maka hendaklah dimuliakannya”.
Dalam menjaga kebersihan makanan Nabi bersabda sebagai berikut :
“Sandarkanlah sorbanmu, ingatlah asma Allah, tutuplah tempat
makanmu dan ingatlah asma Allah”
Tentang kebersihan air minum (sumber air minum), Rasulullah
mengajarkan hal berikut:
“Takutlah kamu dengan tiga hal terkutuk, yaitu: berak pada saluran
air, pada tempat berteduh dan tempat berlalunya manusia”.
Demikian juga dalam hal kebersihan lingkungan, Nabi bersabada
sebagai berikut :
“Sesugguhnya Allah itu baik, menyukai sesuatu yang baik, Allah itu
bersih dan menyukai sesuatu yang bersih, Allah itu mulia dan menyukai
kemuliaan, maka bersihkanlah halaman rumahmu dan lingkunganmu”.
b.
Epidemiologi (preventif penyakit menular) melalui karantina.
Preventif kesehatan, tidak memasuki suatu daerah yang terjangkit
wabah, mencuci tangan sebelum menjenguk orang sakit dan
15
sesudahnya, berobat ke dokter dan mengikuti semua petunjuk
preventif dan terapinya.
Sabda nabi terkait epidemiologi antara lain:
“Janganlah orang yang terkena suatu penyakit menularkan kepada
orang sehat”.
“Apabila kamu mendengar terjadinya suatu wabah (penyakit) pada
suatu daerah, maka janganlah kamu memasukinya dan apabila di suatu
daerah berjangkit itu, sedangkan kamu berada di dalamnya, maka
janganlah lari meninggalkannya”.
“Barang siapa berwudlu dan membaguskan wudlunya kemudian
menjenguk saudaranya yang sakit, ia akan dijauhkan dari neraka”.
c. Nutrition (Kesehatan makanan)
Islam berbicara makanan yang hendak dimakan selalu menekankan
kepada makanan yang memiliki salah satu dari sifat halal dan thayyib.
Ada empat ayat yang menggabungkan kedua sifat tersebut yaitu dalam
QS Al Baqarah/2;168, Al Maidah/5;88, Al Anfal/8;89, dan An
Nahl/16;114. Rangkaian kedua sifat (halal dan thayyib) menunjukkan
bahwa yang diperintahkan untuk dimakan adalah yang memenuhi kedua
syarat tersebut. Thayyib yang sering dimaknai baik, dari segi bahasa
berarti sesuatu yang telah mencapai puncak di bidangnya dan karena itu
“buah-buah” surga juga dinamakan thayyibah. Dalam ilmu kesehatan
kata thayyib disejajarkan dengan kata bergizi.
16
d. Menu makanan yang berfaedah terhadap kesehatan jasmani, seperti
tumbuhtumbuhan, daging binatang darat, daging binatang laut, segala
sesuatu yang dihasilkan dari daging, madu, kurma, susu dan semua
yang bergizi, seperti tersebut dalam QS An Nahl/16;66 dan 69, QS Al
Waqi’ah/56;68, QS Al Maidah/5;4.
e. Tata makanan.
Islam melarang berlebih-lebihan dalam hal makan (QS Al
A’raf/7;31), makan bukan karena lapar hingga kekenyangan, diet ketika
sakit, memerintahkan puasa agar usus dan perut besarnya dapat
bersistirahat dan tidak berbuka berlebih-lebihan atau melapaui batas.
Bahkan ditemukan celaan kepada orang yang makan seperti binatang,
sebagaimana dalam QS Muhammad/47;12 dan Al Shaffat/37;66.
f. Mengharamkan segala sesuatu yang berbahaya bagi kesehatan,
seperti bangkai, darah dan daging babi (QS Al Maidah/5;3).
g. Sex hygiene (kesehatan seks)
Meliputi hal-hal yang berkaitan dengan seks, embrio dan
perkembangannya, pendidikan seks, cara memilih istri bahkan program
pendidikan tentang hubungan seks yang aman. Juga mengenai kebersihan
seks, seperti mandi setelah bersetubuh, istinja’ setelah kencing dan buang
air besar, tidak menggauli isteri ketika haid, diharamkan zina, homo
seksual atau onani.
17
h. Mental dan psychic hygiene (Kesehatan mental dan jasmani)
Ajaran-ajaran untuk mencegah sebab terjadinya stres. Islam
mengajarkan percaya kepada Allah dan bersabar dalam menghadapi
berbagai penyakit yang kritis, tidak putus asa, bunuh diri, kehilangan
kepercanyaan atau dzalim. Islam juga melarang semua benda yang dapat
menghilangkan kesadaran dan melemahkan intuisi, seperti khamar,
NAPZA dan lain-lainnya.
i. Olah raga
Islam mendorong untuk memiliki ketrampilan dan olah raga seperti
menunggang kuda, renang, memanah, gulat dan perlombaan dengan
segala macam oleh raga yang bermanfaat.
j. Occupational medicine (Kesehatan kerja)
Jaminan untuk menjaga upah pekerja, petani atau pembantu rumah
tangga, menjaga buruh dari hal-hal yang membahayakan dalam bekerja,
mengganti kerugian terhadap musibah (kecelakan) kerja, termasuk proses
pengobatan, penyembuhan, tempat tinggal yang sehat, batas jam kerja,
uang lembur pada setiap penambahan jam kerja dan memberikan upah
sebelum kering keringatnya.
k. Maternal and child health (Kesehatan ibu dan anak)
Pemeliharaan kesehatan ibu secara umum, ibu yang sedang hamil
atau yang sedang menyusui khususnya, tidak membebani dengan tugas-
18
tugas yang berat sebagaimana laki-laki dan tidak memberi tugas
berperang di medan laga. Islam menganggap bahwa menyusui anak
merupakan bagian dari perjuangan dan sama halnya dengan jihad kaum
pria, sedangkan mati ketika sedang masa itu sama dengan orang yang
syahid di medan pertempuran. Demi kesehatan anak dan untuk
menjarangkan kelahiran, biasanya menyusui dilakukan sepanjang dua
tahun penuh.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Promkes dalam Islam merupakan salah satu media aplikatif sebagai
seorang muslim. Seperti yang kita ketahui iman itu tidak sekedar di dalam
hati dan dilisankan tetapi diaplikasikan. Dalam islam menyeru kepada
kebajikan adalah orang yang mulia, menyeru masyarakat kepada hal yang
sehat merupakan salah satu perintah Allah. Jadi sangatlah jelas bahwasnya
secara tidak langsung promeks merupakan media Muslim untuk menegakkan
agamanya.
.
3.2 Saran
a. Sebagai seorang muslim yang berada di bidang kesehatan sudah
sepatutnya tidak membeda-bedakan antara ilmu kesehatan dengan agama,
karena islam itu menyeluruh, memenuhi seluruh aspek kehidupan.
b. Mentelaah ilmu kesehatan dengan berdasar Quran Hadits merupakan
suatu kewajiban bagi kita umat muslim karena hakikat dari menuntut ilmu
adalah mencari kebenaran dimana muara dari kebenaran itu adalah
membenarkan kekuasaan Allah Yang Maha Esa.
20
DAFTAR PUSTAKA
Purwati,
Susi.
2010.
Prinsip
Metode
Promosi
Kesehatan,
(online),
(http://susipurwati.blogspot.com/2010/10/prinsip-metode-promosikesehatan.html diakses 12 September 2012).
Dirwan Suryo Soularto. 2010. Petunjuk Kesehatan Dalam Alqur’an Dan AsSunnah. Disampaikan dalam “Kuliah Kedokteran Islam dalam Blok-5.
Regulasi dan Metabolisme semester II”, FK UMY, 6 April 2010.
21
Download