BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nyeri Lateral Elbow
2.1.1
Definisi Nyeri Lateral Elbow
Nyeri Lateral Ebow atau yang sering disebut lateral epicondylitis adalah
cedera akibat overuse pada tendon otot ektensor wrist saat posisi memanjang. Otot
ekstensor wrist bertugas untuk menarik wrist dan finger ke arah dorsal fleksi
dengan aktifitas menggenggam, gerakan menggenggam berulang-ulang dan kuat
dapat menyebabkan inflamasi pada tendon ekstensor wrist (Massachusetts
General Hospital, 2015) (Khashaba, 2001). Nyeri lateral elbow merupakan kasus
kedua musculoskeletal pada anggota gerak atas yang membutuhkan penanganan
khusus (Goyal,2013).
Sendi elbow dibentuk oleh tiga potong tulang yaitu humerus, ulna dan
radius yang saling berhubungan dalam satu rongga sendi yang sama (gambar 2.1).
Pada dasarnya di dalam sendi siku terdapat dua gerakan yakni fleksi, ekstensi dan
rotasi berupa pronasi dan supinasi. Gerakan fleksi dan ekstensi terjadi antara
tulang humerus dan lengan bawah (radius dan ulna), pronasi dan supinasi terjadi
karena radius berputar pada tulang ulna, dan pada poros bujurnya sendiri. Sendi
radioulnar proksimal dibentuk oleh kepala radius dan incisura radialis ulna dan
merupakan bagian dari sendi siku. Sendi radioulnar distal terletak dekat
pergelangan tangan. Pada gambar 2.1 di bawah ini, dipaparkan tentang anatomi
sendi elbow.
6
7
Gambar: 2.1 Anatomi Elbow (Putz, 2007)
Sendi siku sangat stabil karena diperkuat oleh ligamentcollateral medial
dan lateral. Ligamentum annulare radii menstabilkan terutama kepala radius.
Otot-otot yang berfungsi pada gerakan sendi siku ialah brachioradialis, biceps
brachii, triceps brachii, pronator teres dan supinator. Selain otot di atas, otot dari
siku juga sebagai penggerak pergelangan tangan seperti otot ekstensor carpi
radialis longus yang berfungsi untuk penggerak utama ekstensi pergelangan
tangan dipersarafi oleh saraf radialis akar saraf servical 6-7, otot ekstensor carpi
radialis brevis, berfungsi sebagai penggerak utama ekstensi dan abduksi sendi
pergelangan tangan dipersarafi oleh saraf radialis akar saraf servikal 6-7 (Ranti,
2013).
Pada gambar di bawah ini disajikan otot-otot yang melekat pada sendi
elbow.
8
Gambar 2.2 : Otot Sendi Siku (Ranti, 2013)
Otot-otot pada aspek lateral elbow, yang berdekatan dengan origo tendon
epikodilus lateral. CET = Common Extensor Tendon, ECRB = Extensor Carpi
Radialis Brevis, ECRL = Extensor Carpi Radialis Longus, ECU = Extensor Carpi
Ulnaris, EDC = Extensor Digitorum Communis.
Extensor Carpi Radialis Brevis (ECRB), Extensor Digitorum Communis
(EDC), dan Extensor Carpi Ulnaris (ECU), bergabung membentuk suatu tendon
yang kuat serta melekat pada aspek anterior epikondilus lateral dan pada
punggung suprakondilar lateral, dekat dengan origo brachioradialis dan Extensor
Digitorum Communis (EDC), dan Extensor Carpi Ulnaris (ECU), untuk
membentuk tendon Extensor Communis (gambar 2.2). ECRB terletak pada aspek
anterior dan profunda tendon communis dan memiliki insersi pada basis tulan
metacarpal ketiga. Bagian bawah ECRB bersentuhan langsung dengan capitellum
dan bagian lateralnya senantiasa bergesekan dengan capitellum selama proses
ekstensi dan fleksi elbow. Robekan dan abrasi repetitif akibat pergesekan tersebut
kemungkinan besar memainkan peranan penting dalam patofisiologi epikondilitis.
Lesi primer yang paling sering menimbulkan epikondilitis adalah lesi yang
9
terletak pada ERCB, lalu EDC dan sisanya adalah otot lain dan tendon pada
kompartemen lateral.
2.1.2
Epidemiologi dan Penyebab Nyeri lateral elbow
Insidensi nyeri lateral elbow bervariasi mulai dari 1% hingga 3% dari
populasi umum dan kelainan ini dapat ditemukan pada 50 % pemain tenis.
Meskipun begitu, jumlah pemain tennis yang terkena penyakit ini hanya sekitar 5
% dari jumlah semua pasien nyeri lateral elbow. Oleh karena itu penggunaan
istilah nyeri lateral elbow sebenarnya kurang tepat, sebab mayoritas penderitanya
justru bukan pemain tenis (Ranti, 2013).
Angka kejadian nyeri lateral elbow berkisar antara 1.3 % sampai 2.8%
pada populasi secara umum dan 15% pada pekerjaan beresiko tinggi terjadinya
nyeri lateral elbow seperti pedagang daging, pegawai labolatorium dan pegawai
industri pengolahan ikan (Cortazzo et al, 2011).
Faktor penyebab nyeri lateral elbow selain akibat cedera, stres, repetitive
nyeri lateral elbow juga dapat terjadi karena trauma langsung. Epikondilitis
lateral terjadi karena kontraksi repetitive pada otot-otot ekstensor lengan bawah,
terutama pada origo ekstensor carpi radialis brevis, yang mengakibatkan robekan
mikro lalu degenerasi tendon, perbaikan yang imatur, hingga menimbulkan
tendinosis. Selain gaya mekanik yang mengakibatkan stres varus berlebihan pada
ekstensor carpi radialis brevis, posisi anatomi tendon yang langsung berhimpitan
dengan aspek lateral capitellum menyebabkan tendon tersebut mudah mengalami
abrasi berulang selama proses ekstensi elbow (Ranti, 2013).
10
2.1.3
Patofisiologi Nyeri lateral elbow
Nyeri lateral elbow ditandai dengan inflamasi akibat robekan microscopic
pada tendon periosteal yang bersifat akut atau kronis dan pembentukan jaringan
yang abnormal pada otot ekstensor wrist yang berorigo pada epicondylitis
lateralis karena aktifitas fisik yang melibatkan tangan dan pergelangan tangan
secara berlebihan atau overuse, pembebanan yang terlalu berat dan permukaan
radiohumeral yang tidak rata (Ranti, 2013).
Nyeri lateral elbow terdiri dari 4 tipe yaitu tipe 1 cedera pada otot
ekstensor carpiradialis longus (1%), tipe 2 cedera pada otot ekstensor
carpiradialis brevis tenno perioeteal (90%), tipe 3 cedera pada otot ekstensor
carpiradialis brevis tenno muscular junction (1%), tipe 4 cedera pada otot
ekstensor carpiradialis brevis muscle belly (8%) (Halimah, 2007).
Proses penyembuhan luka saat tubuh mengalami kerusakan jaringan atau
luka, maka akan terjadi peradangan yang ditandai dengan adanya nyeri, bengkak,
panas kemerahan dan gangguan fungsi. Adapun fase-fase penyembuhan luka
secara fisiologi adalah sebagai berikut :
a. Fase perdarahan
Fase yang terjadi antara 20-30 menit setelah terjadi trauma. Pada tahap ini
perdarahan terhenti setelah dikeluarkannya fibrin untuk menutupi luka. Pada fase
ini ditandai dengan keluarnya hematomadan keluarnya zat- iritan.
b. Fase peradangan
Fase yang terjadi hingga 24-36 jam setelah trauma. Fase peradangan aktif
ditandai oleh radang tinggi dengan gejala-gejala nyeri, panas, merah, bengkak dan
11
gangguan fungsi pada daerah trauma. Pada fase ini terjadi aktualitas nyeri yang
tinggi dimana fase ini sebagai awal dari proses penyembuhan luka.
c. Fase regenerasi
Fase ini terdiri atas 3 fase :
1) Fase proliferasi (2-4 hari)
Pada fase ini ditandai dengan menurunnya rasa nyeri, jumlah
protein pertahanan tubuh banyak dan jumlah fibroblast meningkat. Pada
fase ini juga terjadi rekonstruksi jaringan, pembentukan jaringan
permukaan dan memberikan kekuatan pada daerah trauma. Selain
peningkatan
jumlah
fibroblast,
juga
terjadi
peningkatan
sel-sel
macrophage dan sel-sel endho thelial untuk membentuk pembuluhpembuluh darah baru yang dikenal dengan proses angiogenesis.
2) Fase produksi (4 hari-3 minggu)
Pada
proses
ini
ditandai
dengan
penurunan
proses
pertahanan tubuh, diikuti peningkatan jumlah fibroblast yang tinggi, telah
terjadi perlekatan kolagen dan jaringan granulasi baru serta peningkatan
oksigenisasi pada daerah cedera. Serabut-serabut kolagen tersusun dan
mulai terjadi cross link serta myofibroblast mulai aktif, sehingga dijumpai
pengerutan luka danikatan cross links-nya masih lemah sehingga mudah
putus. Setelah tiga minggu kekuatan cross link-nya mulai kuat dan
kemampuan terhadap regangan meningkat. Beberapa fibroblast yang
terbentuk
contraction.
menjadi myofibroblast
akan
memberikan
efek
wound
12
3) Fase remodeling (3 minggu-3 bulan)
Fase ini merupakan fase pembentukan jaringan yang normal.
Jaringan granulasi menjadi lebih fibrous dan kekurangan vaskuler untuk
membentuk jaringan fibrous yang rapat seperti scar tissue. Selama 3
minggu kekuatan pada daerah yang cedera sekitar 15%. Proses ini
berlanjut sampai 3 bulan sampai terjadi pembentukan jaringan yang baru.
Jumlah pembuluh darah berkurang untuk mempertahankan keaslian bentuk
jaringan. Arteri, vena, dan limpa berkembang kembali dan terjadi
regenerasi pada saraf yang kecil.
2.1.4
Gejala Nyeri pada Nyeri Lateral Elbow dan Gejala Lainnya
Pasien Nyeri lateral elbow datang ke dokter praktek spesialis ortophedi,
spesialis saraf dan fisioterapi karena keluhan utama nyeri di daerah lateral elbow,
yang menjalar ke group ekstensor wrist. Pada umumnya mereka berusia antara 2050 tahun, dan mayoritas berusia di atas 30 tahun. Pasien sering melaporkan bahwa
timbulnya nyeri sulit diketahui, namun hal itu berhubungan erat dengan riwayat
penggunaan tangan secara berlebihan (pada tangan dominan) tanpa adanya trauma
spesifik (Ranti, 2013).
Gejala biasanya timbul dalam 24-72 jam setelah melakukan gerakan
ekstensi pergelangan tangan secara berulang-ulang. Manifestasi gejala terlambat
karena adanya robekan mikroskopik pada otot ekstensor carpiradialis longus, otot
ektensor carpiradialis brevis tendon periosteal, otot ekstensor carpiradialis brevis
tendon muscular junction, otot ekstensor carpiradialis brevis muscle belly.
13
Pasien mengeluhkan nyeri pada lateral elbow yang akan semakin
memburuk ketika pasien beraktivitas dan membaik setelah beristirahat. Pasien
juga merasakan kondisi yang mengganggu saat melakukan aktivitas tertentu
seperti ketika pasien melakukan gerakan backhand secara berlebihan (Ranti,
2013).
Nyeri biasanya bersifat tajam, intermiten dan menjalar ke bawah melalui
aspek posterior lengan bawah. Terkadang, pasien dapat menentukan lokasi
nyerinya di sekitar 1,5 cm dari distal origo ekstensor carpi radialis brevis. Nyeri
yang dialami oleh pasien bervariasi, mulai dari yang paling ringan (seperti rasa
terganggu ketika melakukan aktifitas yng berulang) atau nyeri berat yang terpicu
oleh aktifitas sederhana seperti hendak mengambil dan memegang. Secara umum,
pasien nyeri lateral elbow akan mengeluhkan penurunan kekuatan ketika
melakukan gerakan menggenggam, memutar telapak tangan ke atas dan
meluruskan pergelangan tangan (Ranti, 2013).
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan pengukuran nyeri yaitu
berupa Visual Analog Scale dengan modifikasi. Pada visual analog scale (VAS)
dengan memodifikasi angka dengan gambar pasien bebas mengekspresikan nyeri
jenis yang digunakan berupa garis lurus dengan modifikasi berupa pemberian
angka dilengkapi gambar dari 0 sampai 10. Garis dimulai dari arah kiri dengan
nilai 0 dimulai dari tidak nyeri sampai kearah kanan dengan angka 10 yaitu nyeri
yang tak tertahankan, sedangkan di tengah – tengah dapat dikatakan nyeri sedang
dengan angka 5. Pasien diminta untuk memberitahukan tingkat nyeri yang
dirasakan dan menandai pada skala VAS seperti pada gambar 2.3 (Destyana,
2014).
14
Gambar 2.3 VAS (Destyana, 2014)
2.1.5
Prosedur Pemeriksaan Nyeri Lateral Elbow
1. Tes Manual Resisted Ekstensor Carpiradialis Brevis
Posisi pasien : elbow dalam posisi fleksi dan wrist ekstensi.
Posisi terapis : satu tangan berada pada bagian bawah wrist pasien dan
tangan yang satu diletakkan pada tulang metacarpal ke 3.
Instruksi
: pasien menggerakkan wrist kearah ekstensi, dan terapis
memberikan tahanan pada tulang metacarpal ke 3 bagian
dorsal.
Gambar 2.4 Tes Manual Resisted Ekstensor Carpiradialis Brevis
(Pho dan Godges,2007)
15
2. Test Manual Resistive Ekstensor Carpi Radialis Longus
Posisi pasien : elbow dalam posisi fleksi dan wrist ekstensi.
Posisi terapis : satu tangan berada pada bagian bawah wrist pasien dan
tangan yang satu diletakkan pada tulang metacarpal ke 2.
Instruksi
: pasien menggerakkan wrist kearah ekstensi, dan terapis
memberikan tahanan pada tulang metacarpal ke 2 bagian
dorsal.
Gambar 2.5 Test Manual Resistive Ekstensor Carpi Radialis Longus
(Pho dan Godges, 2007)
3. Provokasi tendon ekstensor
Posisi pasien : elbow dalam posisi fleksi dan wrist ekstensi.
Terapis melakukan palpasi pada daerah superior bagian epicondylus
lateral (Pho dan Godges, 2007).
2.1.6
Management Nyeri lateral elbow
a. Konservatif
Non-steroid anti inflammatory drugs, kortikosteroid, vasodilator,
botulinum, penggunaan ortosis atau bebat counterforce (counterforce
16
bracing), terapi fisik atau fisioterapi dan menghindari kegiatan yang
memberikan kontribusi berat dari tendon (Ranti, 2013).
b. Operatif
Ada 2 jenis tindakan untuk nyeri lateral elbow yakni operasi
terbuka dan operasi dengan bantuan arthroskopi.
-
Operasi terbuka merupakan jenis pendekatan yang paling sering
digunakan untuk nyeri lateral elbow.
-
Operasi dengan bantuan arthroskopi dapat menjadi pilihan untuk
mengatasi nyeri lateral elbow, karena insisi lebih kecil dan
pendarahan lebih minimal. Hanya saja dari segi biaya dan
instrumentnya sangat mahal.
Komplikasi yang dapat terjadi selama operasi dan harus
dipertimbangkan, diantaranya infeksi, kerusakan saraf dan pembuluh
darah, memperpanjang masa rehabilitasi, penurunan kekuatan lengan,
penurunan fleksibilitas (Ranti, 2013)
c. Fisioterapi untuk nyeri lateral elbow pada fase cronic
Treatment pada fase akut berikan rest, ice, compression, dan
elevation. sama seperti cidera jaringan lunak lainnya, bertujuan untuk
mencegah cidera berulang yang dapat memperpanjang waktu
penyembuhan (Ranti, 2013). Menurut Halimah dalam penelitiannya
tahun 2007 menyebutkan bahwa intervensi Microwave Diathermy,
Transverse Friction dan Mill’s Manipulation lebih baik dalam
menurunkan nyeri pada Nyeri lateral elbow dari pada interfensi
Microwave Diathermy dan Transverse Friction.
17
2.2 Ultrasound pada nyeri lateral elbow
Ada beberapa indikasi yang harus diperhatikan terhadap pemberian terapi
ultrasound, yaitu sebagai berikut. Nyeri pada kondisi spasme otot, tulang, sendi,
gangguan neurologis, kontraktur sendi tendinitis, adhesi, sinovitis, myofascial
syndrome, oedem, gangguan sirkulasi darah, keluhan atau kelainan penyakit pada
kulit. Karena dapat membantu mempercepat proses pemulihan. Tidak boleh juga
melupakan kontra indikasi dari pemakaian ultrasound karna bisa membahayakan
kondisi yang dialami pasien diantaranya absolut mata, uterus, testis, jantung, area
tumor ganas, unsufisiensi vaskuler dan relative pada gangguan sensibilitas. Di
bawah ini merupakan salah satu model ultrasound.
Gambar 2.6 : Ultrasound (Destyana, 2014)
Efek penyebaran ultrasound ke dalam jaringan tergantung pada : 1.
Kedalaman penetrasi, yang memiliki kaitan pada absorpsi dan penyebaran
pancaran ultra sound selama dalam jaringan, 2. Absorsi, merupakan penerimaan
panas yang di konversikan dari energy akustik oleh adanya penyebaran ultra
sound dalam jaringan. Absorpsi ultrasonic berkaitan dengan kandungan protein
dalam jaringan.
18
Jaringan yang dapat di berikan ulta sound diantaranya superficial bone,
joint capsules, tendon, scar tissue, peripheral nerves, myofacial interface, cells
membranes. Mengingat bahwa frekuensi pada ultra sound telah dibuat tetap, dan
kecepatan penyebaran ditentukan oleh medium, maka panjang gelombang
tergantung pada medium. Jaringan lunak panjang gelombang pada 1 MHz kurang
lebih 1,5 mm dan di dalam tulang kurang lebih 3 mm. pengaruh kecepatan
penyebaran pada 3 MHz di dalam jaringan adalah sedikit sekali oleh sebab itu
panjang gelombang menjadi lebih pendek yaitu didalam jaringan lunak kurang
lebih 0,5 mm dan didalam tulang kurang lebih 1 mm (Sugijanto, 2008).
Tabel 2.1 Penyebaran Ultrasound ke Dalam Jaringan (Irfan, 2015)
Tissue type
Attenuation
Protein content
Bone
96% per cm
20-25 %
Cartilago
68% per cm
Tendon
59% per cm
Skin
39% per cm
Blood vessel
32% per cm
15-20%
Muscle
24% per cm
10-15%
Fat
13% per cm
Blood
3% per cm
2.3 Mill’s Manipulasi pada Nyeri lateral elbow
Mill’s manipulation adalah suatu teknik manipulasi dengan meregankan
tendon muskular ekstensor carpi radialis longus, ekstensor carpi radialis brevis
dan sedikit pada ekstensor carpi ulnaris. Gerakan yang dilakukan adalah pronasi
pergelangan tangan, fleksi dan ulna deviasi wrist, dan ekstensi siku dengan ini
19
diperoleh penguluran jaringan secara maksimal. Dari teknik ini diperoleh
pengaruh secara aktif berupa penurunan spasme otot, peregangan pada otot
dengan melepaskan perlengketan otot atau tendon (Yuli, 2013).
Pada umumnya mill’s manipulation yang digunakan adalah gerakan
berupa dorongan dengan amplitude kecil kecepatan tinggi yang dilakukan pada
akhir ekstensi siku dan posisi wrist fleksi. Mills manipulations digunakan untuk
memisahkan cedera tendon dan meredakan ketegangan pada area cidera. Mills
manipulations
mengikuti
mekanisme
pemulihan
spontan.
Gerakan
ini
memungkinkan inflamasi pasca trauma untuk meredakannya dengan pemanjangan
tendon pendekatan ini digambarkan oleh mill’s (Physiopedia, 2015).
Beberapa penelitian tentang penambahan mill’s manipulation telah
dilakukan antara lain Stasinopoulas dan Johnson tahun (2004) meneliti pengaruh
deep transverse friction dan mill’s manipulation pada lateralis epicodylitis.
Sulasih (2012) dengan menggunakan uji independen t-test diperoleh hasil bahwa
penambahan mill’s manipulasi pada terapi ultrasound dan Tens dapat lebih
menurunkan intensitas nyeri pada pasien nyeri lateral elbow tipe II.
Mill’s manipulation pada kondisi nyeri lateral elbow memiliki fungsi yang
bertujuan sebagai pelepasan abnormal crosslink serta perlengketan jaringan yang
terbentuk serta peningkatan vasodilatasi lokal untuk mengurangi nyeri. Dalam
pemberian mill’s manipulation dengan cara digerakkan sebagai berikut lengan
diekstensikan ke arah pronasi kemudian, kemudian lakukan fleksi penuh pada
pergelangan tangan, dalam proses penurunan nyerinya dapat dicapai melalui
rangsangan pada serabut afferent A delta dan C delta sehingga terjadi pelepasan
20
sistem analgetik endophrin sehingga terjadi pemblokiran impuls nyeri pada cornu
dorsalis medulla spinalis (Sulasih, 2012).
Gambar 2.7 Mill’s manipulation (Kushner, 2015)
Posisikan pasien dalam keadaan duduk tegak dan pastikan pasien dalam
keadaan nyaman. Bebaskan faktor penghambat seperti pakaian agar area yang
diobati mendapatkan efek terapi yang optimal. Posisi terapis berada disamping
atau dibelakang pasien pada sisi siku yang akan dilakukan mill’s.
Jelaskan pada pasien tentang tehknik dan sensasi yang akan dirasakan
selama terapi. Pastikan posisi pasien duduk dengan senyaman mungkin, posisi
lengan abduksi 900 dengan rotasi internal yang cukup sehingga olecranon
menghadap ke atas dan tangan terapis menstabilisasi lengan pasien pada wrist
dengan fleksi penuh dan pronasi, tangan terapis yang lainnya diletakkan pada
olecranon. Sambil terapis menggerakkan full wrist fleksi dan memposisikan
pronasi lengan bawah. Terapis mengaplikasikan amplitudo kecil kecepatan tinggi
di akhir ekstesi elbow.
21
2.4 Autostretching pada Nyeri Lateral Elbow
Stretching yang diberikan pada otot maka akan memiliki pengaruh yang
pertama akan terjadi pada komponen elastin (aktin dan miosin) dan tegangan
dalam otot meningkat tajam, sarkomer memanjang dan bila dilakukan terusmenerus otot akan beradaptasi dan hal ini hanya bertahan sementara untuk
mendapatkan panjang otot yang diinginkan.
Respon mekanik otot terhadap peregangan bergantung pada, myofibril dan
sarkomer otot. Setiap otot tersusun dari beberapa serabut otot. Satu serabut otot
terdiri atas beberapa myofibril. Serabut myofibril tersusun dari beberapa sarkomer
yang terletak sejajar dengan serabut otot. Sarkomer merupakan unit kontraktil dari
myofibril dan terdiri atas filament aktin dan myosin yang saling tumpang tindih.
Sarkomer memberikan kemampuan pada otot untuk berkontraksi dan relaksasi,
serta mempunyai kemampuan elastisitas jika di renggangkan.
Ketika otot secara aktif direnggangkan, maka pemanjangan awal terjadi
pada rangkaian komponene elastis (sarkomer) dan tension meningkat secara
drastic. Kemudian, ketika gaya renggang dilepaskan maka setiap sarkomer akan
kembali ke posisi resting length. Kecenderungan otot untuk kembali ke posisi
resting length setelah peregangan disebut dengan elastisitas.
Dengan memanjangkan dan mengulur struktur jaringan lunak (soft tissue)
seperti, fasia tendon dan ligament yang memendek secara patologis maupun non
patologis sehingga dapat meningkatkan lingkup gerak sendi dan mengurangi nyeri
akibat spasme, pemendekan otot atau akibat fibrosis.
22
Secara umum stretching dilakukan untuk mengembalikan panjang dari otot
dan jaringan ikat. Jaringan ikat membutuhkan waktu 20 detik untuk mencapai
efek rileksasi sedangkan otot membutuhkan waktu 2 menit untuk mencapai efek
rileksasi.
Mekanisme
manipulation
dapat
mengurangi
nyeri
yaitu
dengan
mengaktivasi golgi tendon organ sehingga rileksasi dapat dicapai dan nyeri akibat
ketegangn otot dapat diturunkan.
Penguluran kelompok otot ekstensor wrist menggunakkan metode contract
rilex yang bertujuan untuk penguatan otot ekstensor wrist dan untuk kelompok
tendon otot ekstensor yang mengalami kerusakan. Jenis latihan ini ditunjukkan
pada foto pertama pada lengan kanan yang mengalami cidera. Pertama strecth
secara perlahan pada kelompok otot ekstensor wrist ke arah fleksi wrist. Catatan
bahwa rotasi kemungkinan akan menurun jika terjadi injury. Pemberitahuan
bahwa lengan pada saat lengan dirotasi (pronasi) dengan gerak ekstensor wrist
secara ecentric. Hal ini juga untuk peregangan otot supinator elbow yang juga
termasuk ke dalam nyeri lateral elbow injury (Sudarsono, 2011) (gambar 2.6).
Fauzi (2014) menyimpulkan bahwa pemberian intervensi ultrasound dan
stretching pada Nyeri lateral elbow dapat menurunkan rasa nyeri pada nyeri
lateral elbow sebesar 19,4%.
23
Gambar 2.8 Autostretching (Motyer,2008)
Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pastikan pasien dalam keadaan
nyaman. Posisi terapis berada berhadapan dengan pasien dan memperhatikan
pasien. Pastikan minta pasien untu
k melakukan gerakan ekstensi pada elbow,
pronasi wrist dan dibantu dorongan full fleksi oleh tangan kiri.
Download