Tinjauan Desain Komunikasi Visual

advertisement
Tinjauan Desain Komunikasi Visual
Teori & Praktik
Deskripsi
Tinjauan Desain Komunikasi Visual (DKV) adalah ilmu mengamati dan mengkritisi fenomena DKV dari wujud desain, konsep, maupun konteksnya.
 Wujud DKV dapat ditinjau melalui pendekatan formalistik dan semiotik.
 Konsep DKV dapat ditinjau dari strategi kreatif dan strategi visual.
 Konteks DKV memungkinkan banyak pendekatan kajian seperti pendekatan historis, wacana, dan budaya.
Tujuan
Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa mamahami cara-cara melakukan kajian DKV baik dari wujud desain, konsep, maupun konteksnya melalui
beragam pendekatan.
Formalistik
Wujud
Semiotik
Strategi Kreatif
Kreasi DKV
Konsep
Strategi Visual
Historis
Konteks
Wacana
Budaya
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 3
Pendekatan Formalistik
Pendekatan Semiotik
Pendekatan Strategi Kreatif dan Visual
Pertemuan 4
Pertemuan 5
Pertemuan 6
Pertemuan 7
Pertemuan 8
Pertemuan 9
Pertemuan10
Pertemuan 11
Pertemuan 12
Pertemuan 13
Pertemuan 14
Pendekatan Historis
Pendekatan Wacana
Pendekatan Budaya
Presentasi Kelompok 1
Presentasi Kelompok 2
Presentasi Kelompok 3
Presentasi Kelompok 4
Presentasi Kelompok 5
Presentasi Kelompok 6
Presentasi Kelompok 7
Presentasi Kelompok 8
I. Pengantar
Istilah Desain Komunikasi Visual sering disamakan dengan istilah Desain Grafis dan Grafis Komunikasi, walaupun sebenarnya ada sedikit perbedaan dalam
penekanan arti. Desain Grafis adalah suatu istilah penamaan yang mengacu pada kreasi desain dua dimensi yang bervariasi baik format dan
kompleksitasnya (Preble, Duane & Sarah,1985:211). Disisi lain Komunikasi lebih menekankan pada aspek komunikasi yang terkandung di dalamnya
(Feldman, Edmund Burke,1987:62). Sedangkan dari sudut media karena sifat keberadaannya yang kasat mata maka hal ini sering disebut dengan Desain
Komunikasi Visual (Freddy Adiono Basuki, 2000:1).
Merujuk beberapa arti tersebut, Desain Komunikasi visual dapat didefinisikan sebagai perancangan komunikasi yang melibatkan unsur gambar dan tulisan
yang kasat mata (tervisualkan). Kreasi komunikasi visual tersebut dapat berupa lambang, logo, plakat, brosur, poster, iklan, dan bentuk-bentuk komunikasi
visual lainnya.
A. Tinjauan Wujud DKV
Wujud adalah artefak, benda kreasi manusia yang dapat diamati secara kasat mata.
1. Pendekatan formalistik.
Pendekatan formalistik adalah pendekatan yang menekankan bagaimana seorang desainer dengan kepekaan yang dimilikinya, memilih unsur visual dan
perseptual mana yang akan dilekatkan pada sebuah kreasi desain, kemudian mengolahnya menjadi komposisi yang dinilai ‘menguntungkan’ (Andry Masri
2010: 87).
Terdapat beberapa unsur yang membangun sebuah kreasi desain. Bersama-sama unsur-unsur tersebut membentuk komposisi. Tentunya seorang desainer
menempatkan unsur-unsur desain untuk mendapatkan komposisi optimal. Tujuan dari kreasi desain adalah pencapaian visual yang optimal dengan
mengusahakan tidak ada satupun unsur yang hadir menimbulkan ketidakuntungan.
Apa yang dimaksud dengan menguntungkan secara visual adalah kualitas visual yang memunculkan reaksi emosional seperti yang diinginkan tanpa ada
gangguan.
Usaha desainer dalam melakukan pengolahan rupa melalui pendekatan formalistik dilakukan agar keputusan-keputusan penempatan unsur visual dapat
dianalisis, ditelusuri, dan dipertanggungjawabkan.
a. Unsur visual
Unsur adalah pembentuk kreasi DKV. Setiap unsur visual dapat dideskripsikan dalam tinjauan DKV.
Unsur visual dapat diperinci sebagai berikut.
1) Titik/Point
Titik dalam kreasi DKV tidak sebatas keberadaan suatu noktah (dot) saja, namun dapat berupa posisi fokus tertentu dalam komposisi. Mungkin kehadiran
titik dapat juga berupa point of view dalam perspektif.
2) Garis
Garis adalah unsur desain yang menghubungkan satu titik tertentu ke titik yang lain. Garis dapat hadir secara nyata maupun maya. Bagaimana garis
dihadirkan dalam suatu karya DKV dapat dideskripsikan oleh pengkaji. Kadangkala desainer menggunakan garis sebagai pemisah namun juga dapat sebagai
penghubung dalam satu komposisi visual. Garis juga dapat menjadi penunjuk arah dan gerakan. Selain itu garis dapat menjadi sarana menyatukan unsur-
unsur visual lain dalam sebuah komposisi DKV. Pemerian peran garis dalam suatu kreasi DKV ini memerlukan kejelian para pengkaji, mengingat keberadaan
peran suatu garis kadagkala tidak secara nyata dan seketika dapat diketahui.
Bagaimana mendeskrepsikan peran garis dalam gambar ini? (Repro: Taufik)
Bagaimana mendeskrepsikan peran garis dalam gambar ini? (Koleksi Logopond)
3) Bidang
Bidang adalah unsur visual yang dibentuk melalui pertemuan suatu garis, perbedaan warna, atau perbedaan intensitas.
Bagaimana mendeskrepsikan peran bentuk dalam gambar ini? (Repro: Taufik)
Perancang logo menggunakan 3 bidang mendatar untuk membuat huruf E sekaligus menyusun bentuk badan lebah.
Praktek bentuk tersirat seperti ini menerapkan salah satu aspek dalam teori Gestalt, yang pada dasarnya
menyatakan bahwa orang dapat menyimpulkan keseluruhan bentuk dengan hanya melihat sebagian dari bentuk
tersebut. Orang yang melihat desain ini tidak lagi melihat ketiga baris semata sebagai representasi huruf E, tetapi
juga melihat bentuk tubuh lebah bergaris karena pikiran yang
melihat mengatakan demikian.
Tipografi juga dapat membentuk bidang dengan permainan
ketebalan, jarak antar baris, ukuran, gaya, kerning, dan text wrap.
4) Massa
Massa adalah ukuran. Ukuran adalah perbandingan besar kecil suatu unsur visual. Ada ukuran fisik dan ukuran visual. Ukuran bisa relatif. Sebuah brosur
berukuran kecil dapat memiliki banyak massa melalui penggunaan teks berat dan elemen grafis. Sebuah brosur berukuran besar dapat terlihat lebih kecil,
lebih ringan dengan menggunakan teks dan grafis yang hemat.
Sangat mudah untuk membedakan header dari judul, byline, subheaders dan body copy. Hal ini
karena mereka bervariasi dalam ukuran dan mata secara alami tertarik pada elemen terbesar
pertama. Perhatikan dropcaps juga, itu adalah cara yang bagus untuk menunjukkan di mana
pembaca harus memulai dan contoh penggunaan ukuran untuk mengarahkan mata pengamat.
5) Tekstur
Tekstur adalah kualitas permukaan, apakah halus atau kasar. Pada kreasi cetakan tekstur hadir
pada permukaan kertas yang dapat dirasakan melalui indera peraba. Tekstur seperti itu disebut
tekstur nyata. Selain itu ada yang disebut tekstur maya yang hanya dapat dirasakan melalui penglihatan. Peran tekstur pada kreasi DKV bertujuan
membangun perasaan tertentu, seperti nostalgia (vintage), kejantanan (tekstur kasar), kelembutan (tekstur halus) dan lain sebagainya.
 Free People integrates the unique textures and patterns of its textiles, so the design
not only is a great example of texture, it’s also an excellent use of incorporating the product
into the design. The textures used in this site give it a very earthy, down-home, yet semiexotic feeling.
6) Warna
Warna mampu memberikan efek emosional dan reaksi tertentu. Misalnya merah mampu
memikat pandangan, karena memiliki karakter panas. Biru adalah warna dingin yang mampu
menghadirkan suasana stabil dalam rancangan. Beberapa warna biasanya dipadukan untuk memberi identitas yang spesifik dalam kreasi DKV. Warna
adalah isyarat desainer kepada penikmatnya.
Warna berperan sebagai daya tarik yang paling penting dari semua elemen desain, untuk membangkitkan emosi penikmat kreasi DKV.
Pilih warna pada roda warna kemudian menarik garis lurus di roda warna, ini adalah pelengkap warna itu. Warna-warna ini pada dasarnya
bertentangan. Pada roda kami mulai dengan kuning dan pelengkap atau sebaliknya adalah ungu. Warna-warna komplementer yang
digunakan untuk mengimbangi warna utama dan dianggap saling melengkapi.
memilih
salah
Ada juga warna split komplementer yang berarti bahwa setelah menentukan satu warna komplementernya lalu
satu warna di sebelahnya. Split komplementer memberikan tampilan komplementer yang lebih ringan.
b. Unsur perseptual
Unsur perseptual hadir dalam persepsi penikmat desain. Hal tersebut dirasakan melalui proses persepsi. Beberapa pendapat mengatakan bahwa unsurunsur perseptual dinamakan prinsip desain atau unsur tak teraba. Proses penangkapan persepsi tidak pernah jelas disedkripsikan secara pasti dan belum
tentu berhubungan dengan kualitas visual. Untuk mendapatkan rasa atau persepsi visual diperlukan pengalaman menafsir kreasi desain secara khusus. Yang
termasuk unsur perseptual adalah harmoni, kesatuan, keseimbangan, intensitas, proporsi, irama, dan gerak. Ketidaktercapaian unsur perseptual
menimbulkan reaksi emosional yang tidak diinginkan oleh desainer (Andry Masri, 2010: 15).
Desainer dapat memiliki gagasan mereka sendiri tentang prinsip-prinsip dasar desain tetapi pada umumnya tercakup dalam 6 prinsip:
1) Keseimbangan
2) Kedekatan
3) Penjajaran
4) Pengulangan /konsistensi
5) Kontras
6) Bidang kosong /white space
1) Keseimbangan
Pada prinsipnya ada tiga jenis keseimbangan dalam desain:
a) simetris
Disebut juga keseimbangan formal. Dicapai dengan komposisi massa yang sama pada tiap bagian desain. Oleh karenanya
dalam desain yang terdiri dari dua elemen yang identik atau memiliki massa visual yang hampir sama, maka akan
membentuk kesimbangan simetris.
Jika salah satu unsur digantikan oleh yang lebih kecil, hal itu dapat menghilangkan prinsip keseimbangan simetris. Untuk
mendapatkan kembali keseimbangan simetris yang sempurna mungkin perlu menambah, mengurangi atau mengatur
ulang unsur-unsur desain sehingga terjadi pemerataan unsur desain dalam tata letak.
Keseimbangan simetris dapat hadir dalam beragam cara.
Simetri Vertikal - Setiap setengah bagian vertikal dari desain brosur ini merupakan gambar cermin dekat dari yang lain, dengan
penekanan warna kebalikan. Bahkan teks terpusat sempurna dengan pembalikan warna. Tata letak simetris seimbang ini sangat
formal dalam penampilan.
Meskipun
tidak
Simetri Vertikal & Horisontal - desain poster ini membagi halaman menjadi empat bagian yang sama.
menempatkan gambar keseluruhan yang sangat simetris dan seimbang.
Keseimbangan simetri apakah?
b) asimetris
Halaman ini menggunakan format 3 kolom untuk membuat layout asimetris yang disusun rapi. Dua kolom teks yang
seimbang dengan blok warna di bagian kiri bawah atasnya oleh blok besar ruang putih. Dalam hal ini, karena ruang
putih di blok berbentuk seperti kolom teks, menjadi unsur desain dalam dirinya sendiri.
c) radial
Di sini kita memiliki contoh keseimbangan radial dalam ruang persegi panjang. Angka tahun ini merupakan pusat
desain dengan bagian warna halus yang memancar dari pusat itu. Grid bulan kalender dan simbol astrologi yang
berhubungan tersusun sekitar tahun dalam mode melingkar.
Selain itu, kita akan membahas:
a) aturan pertiga
b) pusat visual halaman
c) penggunaan grid
DAFTAR PUSTAKA
Adona, Fitri. (2006), Citra Kekerasan Simbolik dalam Iklan Perusahaan di Televisi, Andalas University Press, Padang.
Angkowo, Robertus & A. Kosasih. (2007), Optimalisasi Media Pembelajaran, PT Gramedia, Jakarta.
Arnston, Amy E. 2007), Graphic Design: Basics, Thomson Wadswords, United States of America
Effendy, Onong Uchjana. (2005), Ilmu Komunikasi , Teori dan Praktek, PT.Remaja Rosdakarya, Bandung.
Feldman, Edmund Burke, (1987), Varieties of Visual Experience, Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs, N.J..
Freddy Adiono Basuki. (2000), Komunikasi Grafis untuk Sekolah Menengah Kejuruan Bidang Keahlian Seni Rupa dan Kriya, Penerbit Pusat Pembukuan
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Hakim, Budiman. (2006). Lanturan Tapi Relevan, Galang Press, Yogyakarta.
_____________. (2007). Ngobrolin Iklan, Yuk! Galang Press, Yogyakarta.
Hill, Will. (2005), The Complete Typographer: A Manual for Designing with Type, Page One Publishing Private Limited, Singapore.
Kasali, Rhenald. (2007), Manajemen Periklanan, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta.
Lee, Monle& Carla Johnson. (2007), Prinsip-prinsip Pokok Periklanan dalam Perspektif Global, Kencana , Jakarta.
Lindstrom, Martin & Patricia B. Seybold. (2005), Brand Child: MenancapkanMerek ke dalam benak ABG/dan Mengikat Mereka Menjadi Pelanggan Loyal,
Penerbit PPM., Jakarta.
M. Suyanto. (2004), Aplikasi Desain Grafis untuk Periklanan. Andi, Yogyakarta.
_________. (2006). Strategi Perancangan Iklan Outdoor Kelas Dunia. Andi, Yogyakarta.
Preble, Duane and Sarah. (1985), Artforms, Harper and Row Publishers, Inc., New York.
Rakhmat, Jalaluddin. (1999), Psikologi Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Rumini, Sri, M. Dimyati Mahmud, Siti Sundari H.S., Danuri, R.Suharno, Nurbani Yusuf S., D. Tiala, & Yulia Ayriza. (1993), Psikologi Pendidikan, FIP UNY,
Yogyakarta.
Sanyoto, Sadjiman Ebdi. (2006), Metode Perancangan Komunikasi Visual Periklanan, Dimensi Press,Yogyakarta.
Sarwono, Jonathan dan Hary Lubis. (2007), Metode Riset untuk Desain Komunikasi Visual, Andi , Yogyakarta.
Sobur, Alex. (2003). Semiotika Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sulaksana, Uyung. (2007), Integrated Marketing Communications, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Soeprapto Soedjono, “Desain Grafis: Teori, Kinerja, dan Prospeknya”, Makalah Open House Yogya Design School, Yogyakarta, 25 September 1993.
Tinarbuko, Sumbo (2008), Semiotika Komunikasi Visual, Jalasutra, Yogyakarta.
Umar Hadi. (2007), “Seni dalam Desain Komunikasi Visual”, Irama Visual: dari Toekang Reklame Sampai Komunikator Visual, Program Studi Disain
Komunikasi Visual FSR ISI Yogyakarta dan Studio Diskom, Jalasutra , Yogyakarta.
Walgito, Bimo. (2004), Pengantar Psikologi Umum, Andi, Yogyakarta.
Widyatama, Rendra. (2007), Pengantar Periklanan, Pustaka Book Publisher,Yogyakarta.
Download