BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Proses

advertisement
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang masalah
Proses menjadi tua merupakan suatu proses menghilangnya secara bertahap
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri, mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas dan memperbaiki
kerusakan. Tahun 2000 jumlah lanjut usia (lansia) di Indonesia diproyeksikan
sebesar 7,28 % dan pada tahun 2020 menjadi sebesar 11,34%. Berdasarkan data
biro sensus Amerika Serikat memperkirakan Indonesia
akan mengalami
pertambahan penduduk lanjut usia terbesar di seluruh dunia pada tahun 1990-2025
yaitu sebesar 414%.1 Perkembangan jumlah penduduk lansia yang sangat tinggi
akan menimbulkan masalah kesehatan pada aspek penyakit kronis atau
degeneratif.2
Kulit adalah organ yang paling luas pada tubuh, mewakili kira-kira 16 % dari
berat badan orang dewasa. Proses penuaan terjadi perubahan pada struktur kulit
yang diakibatkan oleh hubungan antara penuaan intrinsik (alami) dan penuaan
ekstrinsik. Perubahan tersebut meliputi penurunan dalam frekuensi penggantian
sel epidermis, respon inflamasi terhadap cedera, persepsi sensoris, proteksi
mekanis, dan fungsi barier kulit, kondisi tersebut akan meningkatkan frekuensi
gangguan patologis yang berhubungan dengan usia, dan dapat memperlambat
proses penyembuhan luka melalui berbagai mekanisme.3
2
Penyembuhan luka adalah proses penggantian dan perbaikan fungsi jaringan
yang rusak, melibatkan hubungan yang rumit antara faktor seluler, humoral dan
unsur jaringan ikat. Seluruh kegiatan penyembuhan luka diatur oleh serangkaian
reaksi kimia yang komplek. Reaksi kimia tersebut menginisiasi, mengendalikan,
atau menghambat berbagai faktor. Proses penyembuhan luka pada umumnya
dibagi atas beberapa fase yang masing-masing saling berkaitan mulai dari fase
inflamasi yang terjadi pada hari 0-3, proliferasi (proses bertambah banyak) yang
terjadi pada hari 3-14 dan maturasi yang terjadi hari ke 7 sampai dengan satu
tahun. Durasi dari setiap fase serta waktu untuk penyembuhan yang sempurna
tergantung pada beberapa faktor termasuk ukuran, tempat luka, kondisi fisiologis
umum pasien, dan adanya intervensi dari luar yang ditujukan untuk mendukung
penyembuhan luka.4-6
Sel jaringan ikat yang sangat penting dalam remodeling dan penyembuhan
dari jaringan yang rusak adalah fibroblas. Fibroblas adalah komponen seluler
primer dari jaringan ikat dan sumber sintesis utama dari matrik protein. Fibroblas
akan menghasilkan kolagen yang akan membentuk struktur protein utama pada
jaringan ikat yang memberikan daya regang (tensile strength).4,7,8 Kolagen juga
mempunyai peranan yang sangat penting dalam penyembuhan luka karena
kolagen memiliki kemampuan dalam hemostasis, interaksi dengan trombosit,
interaksi dengan fibronektin, meningkatkan eksudasi cairan, meningkatkan
komponen seluler, meningkatkan faktor pertumbuhan dan mendorong proses
fibroplasia serta proliferasi epidermis.5 Akumulasi kolagen pada daerah luka
tergantung pada rasio antara sintesis kolagen dan degradasi kolagen oleh enzim.
3
Fase awal proses penyembuhan luka jumlah degradasi kolagen rendah tetapi akan
meningkat seiring dengan maturasi dari luka.5
Penambahan usia akan berpengaruh terhadap jumlah simpanan kolagen, pada
usia lebih dari 25 tahun terjadi pengurangan kolagen sebesar 0,5 % sedangkan
pada usia lebih dari 50 tahun terjadi pengurangan sebesar 1 % .7 Usia tua jumlah
protein pada kulit terutama kolagen menurun secara usia, hal ini terjadi karena
peningkatan kerusakan dan penurunan produksi. Sifat dari kolagen tetap
sedangkan keadaan morfologi berubah menjadi tidak teratur sehingga elastisitas
kulit menjadi turun.9,10
Vitamin C berperan dalam memperkuat dinding pembuluh darah, membantu
penyembuhan luka, menurunkan tingkat stress, serta meningkatkan daya tahan
tubuh
dalam melawan infeksi. Oksidasi vitamin C dengan kofaktor Fe2+
menyebabkan dikeluarkannya sejumlah anion radikal oksigen superoksida (02-)
yang akan meningkatkan sintesis kolagen. Kolagen disintesis oleh fibroblas dari
prolin dan lysine kemudian dihidrosilasi dengan bantuan oksigen, Fe2+, dan
vitamin C.7,11,12
Penelitian yang dilakukan pada binatang yang berusia tua 20%-60% rata-rata
proses penyembuhan lukanya berlangsung lambat dibandingkan dengan binatang
muda. Penelitian lain pada binatang tentang epithelisasi, sintesis kolagen dan
angiogenesis yang kesemuanya menunjukkan kelambatan pada usia tua. Fibroblas
pada binatang yang berusia tua juga menunjukkan respon yang kurang terhadap
faktor pertumbuhan, perubahan ini membuat penutupan luka pada hewan tua
menjadi lebih lambat. 10 Penelitian tentang efek jenis, usia pada penyembuhan luka
4
dan regenerasi pada tikus yang dilihat secara kinetika histopatologi menunjukkan
bahwa tikus usia pertengahan mengalami penurunan pada semua aspek regenerasi.
Penyembuhan luka antara tikus muda dan usia pertengahan berbeda dalam
intensitas serta bentuknya, hasil lain menunjukkan bahwa penutupan luka pada
tikus usia pertengahan tidak berkorelasi dengan proses regenerasi.13 Penelitian
pada babi yang mengalami defisiensi vitamin C yang dilakukan insisi di daerah
perut menunjukkan proses penyembuhan yang lambat baik secara histologik
maupun fisiologik.14 Hasil penelitian yang mengamati 20 kelinci percobaan
menyimpulkan bahwa peningkatan asupan
prosedur pembedahan dapat
vitamin C sebelum dan sesudah
menyebabkan pemulihan lebih cepat dan
meningkatkan kekuatan integritas luka kulit. 15
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
Apakah jumlah fibroblas di sekitar luka insisi pada hewan coba yang diberi
suplementasi vitamin C lebih banyak dibanding dengan tidak diberi suplementasi
vitamin C ?
1.3. Tujuan penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Membuktikan
pengaruh pemberian suplementasi vitamin C
peningkatan jumlah fibroblas di sekitar luka insisi pada tikus usia tua.
terhadap
5
1.3.2. Tujuan khusus
1. Menganalisis perbedaan jumlah fibroblas antara kelompok perlakuan (diberi
suplementasi vitamin C 7 hari sebelum, 14 hari setelah, serta 7 hari sebelum
dan 14 hari setelah insisi ) dan kelompok yang tidak diberi suplementasi
vitamin C disekitar luka insisi pada tikus usia tua.
2. Menganalisis perbedaan jumlah kolagen padat antara kelompok perlakuan
(diberi suplementasi vitamin C 7 hari sebelum, 14 hari setelah, serta 7 hari
sebelum dan 14 hari setelah insisi ) dan kelompok yang tidak diberi
suplementasi vitamin C disekitar luka insisi pada tikus usia tua
3. Menganalisis hubungan antara jumlah fibroblas dengan jumlah kolagen padat
disekitar luka insisi pada tikus usia tua .
1.4. Manfaat Penelitian
Apabila terbukti bahwa terdapat pengaruh suplementasi vitamin C terhadap
jumlah fibroblas dan kolagen disekitar luka incisi tikus usia tua maka:
1. Penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang penyembuhan luka pada
tikus usia tua dipengaruhi jumlah fibroblas dan sintesis kolagen yang prosesnya
dipercepat dengan pemberian suplementasi vitamin C.
2. Penelitian ini dapat dijadikan landasan untuk penelitian lebih lanjut .
6
1.5. Orisinalitas penelitian
No
Peneliti / Publikasi
1
Gosain A, et
World Journal
Surgery, 2004
2
al,
of
Judul
Hasil
Aging and Wound healing
Terdapat perbedaan penyembuhan
luka antara usia tua dengan usia
muda. 10
Thomas H, et al,
Journal of Surgery,
2007
Vitamin C Deficiency and Wound
Healing
Vitamin C memainkan peran
penting pada proses penyembuhan
luka pada babi. 14
3
Costa RA, et al ,
Brazillian Journal of
Medical and
Biological research,
2009
Effects of strain and Age on Ear
Wound healing and Regeneration in
mice
Pada usia pertengahan
tikus
C57BL/6 semua aspek regenerasi
mengalami penurunan,Karakteristik
regenerasi yang ditampilkan dalam
penyembuhan
luka
berbeda
intensitas dan bentuk antara tikus
muda BALB/C dengan C57B46,
Penutupan
luka
tikus
usia
pertengahan C57BL/6 lebih besar
tidak
berkorelasi
dengan
regenerasi.13
4
Triyono B, Tesis
Magister Biomedik
PPDS UNDIP, 2005
Perbedaan
tampilan
kolagen
disekitar luka insisi pada tikus
wistar yang diberi infiiltrasi
penghilang nyeri levobupivakain
dan
yang
tidak
diberi
levobupivakain.
Jumlah kolagen pada kelompok
yang diberi levobupivakain lebih
tinggi dibanding yang tidak diberi
levobupivakain.16
5
Prabakti Y, Tesis
Magister Biomedik
PPS UNDIP, 2005
Pengaruh Infiltrasi Levobupivakain
Terhadap Jumlah Fibroblas pada
Tikus Wistar dengan Pemeriksaan
Histokimia.
Jumlah fiibroblas pada kelompok
yang
mendapat
infiltrasi
Levobupivakain
lebih
tinggi
dibanding kelompok yang tidak
diberi Levobupivakain .17
Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang terdahulu dalam hal :
1. Penilaian proses penyembuhan luka dilihat dari aspek anatomis dan fisiologis
pada usia pertengahan sedangkan pada penelitian ini proses penyembuhan
luka dilihat dari jumlah fibroblas dan kolagen.
7
2. Peran vitamin C pada proses penyembuhan luka yang dilihat dari sampel yang
mengalami defisiensi vitamin C sedangkan pada penelitian ini sampel diberi
perlakukan dengan suplementasi vitamin C kemudian dilihat jumlah fibroblas
dan kolagennya.
3. Penyembuhan luka dihubungkan dengan proses regenerasi yang dilihat dari
perbedaan usia, jenis tikus pada luka ditelinga, sedangkan pada penelitian ini
melihat proses penyembuhan luka dengan melihat jumlah fibroblas dan
kolagen.
4. Tampilan kolagen
disini dihitung dengan adanya perlakuan pemberian
infiltrasi levobupivakain, sedangkan pada penelitian ini perlakuannya dengan
pemberian suplementasi vitamin C, kemudian dilihat jumlah fibroblas dan
kolagennya.
5. Jumlah fibroblas disini dihitung dengan adanya perlakuan pemberian infiltrasi
levobupivakain, sedangkan pada penelitian ini perlakuannya dengan
pemberian suplementasi vitamin C, kemudian dilihat jumlah fibroblas dan
kolagen.
Download