abstrak - digilib POLBAN

advertisement
 RANCANG BANGUN SIMULAOTOR PENGASUTAN LANGSUNG DOUBLE SPEED
MOTOR
INDUKSI 3 FASA BERBASIS PLC OMRON CP1L-20 DR-A
Ikhsan Sodik
Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Bandung
ABSTRAK
Motor listrik sangat
diperlukan untuk menunjang proses produksi suatu industri. Motor listrik yang
banyak digunakan di industri adalah motor induksi tiga fasa. Sistem pengasutan motor induksi tiga
fasa yang sering dijumpai di suatu industri. Juga tidak sedikit industri yang menggunakan motor
induksi dengan pengasutan langsung dua kecepatan (dahlander). Saat ini masih banyak industri
menggunakan rangkaian konvensional Double speed. Karena semakin pesatnya perkembangan
yang
teknologi, sehingga sistem Double speed dapat diubah menjadi lebih mudah untuk di rangkai. PLC
yang memungkinkan untuk merubah rangkain konvensional sistem Double speed
adalah komponen
menjadi lebih mudah untuk di rangkai. Dengan menggunakan PLC rangkaian konvensional Double
speed dapat dengan
mudah dikembangkan, cukup dengan membuat program yang di inginkan dan
tidak perlu merubah rangkaian secara signifikan.
Kata Kunci
1.
: Motor dua kecepatan dahlander,PLC CP1L-20DR-A
PENDAHULUAN
Suatu industri sangat membutuhkan
motor listrik sebagai penggerak mesin-mesin
untuk menunjang proses produksi. Setiap
motor listrik yang digunakan untuk proses
produksi tidak selalu menggunakan kecepatan
motor yang tetap.Tetapi ada juga yang
menggunakan kecepatan motor yang berbeda
untuk proses produksinya. Salah satu cara
untuk mengubah kecepatan motor yaitu
dengan menggunakan motor double speed
(dahlander).Karena
teknologi
semakin
canggih maka pengasutan ini dapat dikontrol
dengan menggunakan PLC.
2. LANDASAN TEORI
2.1 Ketentuan Perencanaan Instalasi
Listrik
Menurut Persyaratan Umum Instalasi
Listrik (PUIL 2000) pasal 4.1.2 beserta sub
pasalnya, rancangan instalasi listrik adalah
berkas gambar rancangan dan uraian teknik
yang digunakan sebagai pedoman untuk
melaksanakan pemasangan suatu instalasi
listrik. Dalam hal ini meliputi menggambar
diagram kontrol, diagram daya, dan layout
alat yang direncanakan. Rancangan instalasi
listrik harus dibuat dengan jelas, serta mudah
dibaca dan dipahami oleh pihak teknisi listrik.
Untuk itu harus diikuti ketentuan dan standar
yang berlaku.
2.2 Prinsip Kerja Motor Induksi
Prinsip atau cara kerja dari motor induksi
tiga fasa yaitu perputaran motor ditimbulkan
karena adanya medan magnet (flux) yang
berputar yang dihasilkan dari kumparan
statornya yang diberi tegangan tiga fasa, dan
rotor mendapat arus yang terinduksi sebagai
akibat adanya medan putar yang dihasilkan
oleh stator tadi. Medan putar pada stator akan
memotong konduktor-konduktor pada rotor
sehingga terjadi arus. Arus ini menyebabkan
adanya medan magnet pada rotor dan rotor
pun akan turut berputar mengikuti medan
putar stator.
Gambar 2.1 Prinsip kerja motor induksi dan
Belitan stator motorinduksi 2 kutub
2.3. Prinsip Kerja
Dua Kecepatan
2.5.Komponen yang Digunakan
Komponen yang digunakan diantaranya:
1. Kabel
2. Kontaktor
3. Sakelar Tekan
4. Lampu Indikator
5. MCB (Miniature Circuit Breaker)
6. TOLR (Thermal Overload Relay)
7. PLC
Untuk merubah
kecepatan motor
dahlander, dilakukan dengan cara mengubah
jumlah
kutubnya. Semakin besar jumlah
kutub, maka kecepatan putaran motor akan
semakin rendah. Tetapi semakin kecil jumlah
kutub, maka akan semakin tinggi kecepatan
putaran motornya.
2.4. Prinsip Kerja PLC
Pada prinsipnya sebuah PLC melalui
modul input bekerja menerima data-data
berupa sinyal dari peralatan input luar
(external input device) dari sistem yang
dikontrol seperti yang diperlihatkan pada
gambar
3. Peralatan input luar tersebut antara
lain berupa sakelar, tombol, sensor. Data-data
masukan yang masih berupa sinyal analog
akan diubah oleh modul input A/D (analog to
digital input module) menjadi sinyal digital.
Selanjutnya oleh prosesor sentral (CPU) yang
ada di dalam PLC sinyal digital itu diolah
sesuai dengan program yang telah dibuat dan
disimpan di dalam ingatan (memory).
Seterusnya CPU akan mengambil keputusan
dan memberikan perintah melalui modul
output dalam bentuk sinyal digital. Kemudian
oleh modul output D/A (digital to analog
module) dari sistem yang dikontrol seperti
antara lain berupa kontaktor, relay, solenoid,
heater, alarm dimana nantinya dapat untuk
mengoperasikan secara otomatis sistem
proses kerja yang dikontrol tersebut.
3.
PERENCANAAN RANGKAIAN DAN
KOMPONEN
3.1 Diagram Satu Garis
Diagram satu garis adalah diagram yang
menggambarkan suatu instalasi sistem secara
singkat. Diagram satu garis pada pengasutan
motor biasanya hanya merupakan rangkaian
dari simbol-simbol listrik yang dihubungkan
dengan satu garis.
Gambar 3.1 Diagram satu garis pengasutan dua
kecepatan
Dari gambar diatas diketahui R, S, T
merupakan fasa utama. Sedangkan N
merupakan netral yang juga bersumber dari
penyedia tenaga listrik. Netral dibutuhkan
untuk kontaktor. Karena kontaktor dapat
bekerja jika mendapatkan sumber fasa dan
netral, MCB diatas berfungsi sebagai
pengaman apabila terjadi hubung singkat dan
beban lebih pada rangkaian
3.2 Diagram Kontrol
Gambar 2.2 Bagian-bagian blok PLC
Rangkaian kontrol merupakan rangkaian
yang mengendalikan fungsi kerja suatu
rangkaian
Gambar 3.3Diagram daya pengasutan dua
kecepatan
Gambar 3.2. Diagram kontrol pengasutan dua
kecepatan
Rangkaian
kontrol
merupakan
rangkaian yang mengendalikan fungsi kerja
suatu rangkaian. Peralatan yang termasuk
rangkaian kontrol adalah yang tidak
berhubungan secara langsung dengan beban.
Diagram yang menunjukkan bagaimana
rangkaian kontrol itu berfungsi disebut
diagram kontrol. Pembuatan diagram kontrol
haruslah sesuai standar yang ditentukan.
3.3 Diagram Daya
Rangkaian daya merupakan rangkaian
utama yang menghubungkan sumber dengan
beban secara langsung. Rangkaian daya berisi
kontak-kontak
utama
yang
bekerja
berdasarkan fungsi menurut rangkaian
kontrolnya.
3.4 Pemilihan MCB
MCB yang digunakan berdasarkan hasil
perhitungan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 MCB yang digunakan
No
1
2
3
4
5
Spesifikasi
Nilai
Merk
Schneider
tipe
Domae
Arus Max
10A
Tegangan Max
400 V
Breaking Capacity
4500 A
3.5 Pemilihan Kontaktor
Kontaktor yang digunakan berdasarkan
hasil perhitungan adalah sebagai berikut
Tabel 3.2 Kontaktor yang digunakan
No
1
2
3
4
5
6
7
Spesifikasi
Merk
Tipe
Kemampuan
daya
Tegangan
Kontak
Arus Kontak
Tegangan koil
Frekuensi koil
Nilai
OTTO
4 kW
400 V
25 A
230 V
50 Hz
3.6 Pemilihan TOLR
TOLR yang digunakan
nameplate beban yaitu
spesifikasi sebagai berikut:
berdasarkan
mempunyai
3.9.Pemilihan Lampu Tanda
Iset TOLR
≤ In
Tabel 3.3 TOLR yang digunakan
No Spesifikasi
Nilai
1
Merk
Schneider
Tipe
LRD 10
Rating Arus
2.5-4 A
2 Merk
Schneider
Tipe LRD 12
Rating Arus
2.5-4A
Lampu tanda yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.6 Lampu tanda yang digunakan
No
Penggunaan
Spesifikasi
1
Indikator sistem
bertegangan
V = 220Volt
f = 50Hz
Warna Putih/Tidak
berwarna
2
Indikator Keadaan
Normal
3
Indikator Over
Load
3.7 Pemilihan Penghantar
Untuk menentukan KHA yaitu :
KHA
= 125% x In
= 125% x 3,48 A
= 4,35 A
Menurut PUIL 2000, KHA 4,35 A
didapat kabel dengan luas penampang
0,75 mm2. akan tetapi PUIL 2000 pasal
8.5.10.2 menyebutkan bahwa penghantar
tembaga harus berukuran minimal 1,5
mm2. (Puil 2000, 2000: 366). Serta
disesuaikan pula dengan sepatu kabel di
pasaran yang memiliki ukuran minimal
untuk penghantar 1,5 mm2. Maka luas
penampang kabel kontrol dipilih dengan
ukuran 1,5 mm2..
Tabel 3.4 Penghantar yang digunakan
Penggunaan
Kabel
Kabel Daya
NYAF 1.5 mm2
Kabel Kontrol
NYAF 1.5 mm2
Kabel Sumber
NYY 4 x1.5 mm2
3.8 Pemilihan Sakelar Tekan
Sakelar tekan yang digunakan adalah
sebagai berikut
No
Tabel 3.5 Sakelar tekan yang digunakan
Penggunaan
1
Tombol Stop
2
Tombol Start
low speed
3
Tobol Start
High Speed
Spesifikasi
V kontak = 220 Volt
Warna = Hitam / Merah
Bentuk = Bulat
V kontak = 220 Volt
Warna = Hijau / Putih
Bentuk = Bulat
V kontak = 220 Volt
Warna = Hijau / Putih
Bentuk = Bulat
3.10.
V = 220Volt
f = 50Hz
Warna Hijau
V = 220Volt
f=50Hz
Warna Kuning
Pemilihan PLC OMRON CP1L
Penggunaan PLC dalam pengasutan ini
yaitu hanya untuk mengerakan koil kontaktor.
Maka untuk pemilihan PLC harus diketahui
terlebih dahulu banyaknya pengoperasian
serta kontaktor yang digunakan, karena
banyaknya kontaktor dan pengendali yang
digunakan sama dengan banyaknya input dan
output PLC yang dibutuhkan. Dalam
pengoperasian pengasutan ini terdapat 3buah
kontaktor dan 3 buah push button
pengoperasian. Maka dapat ditentukan PLC
yang digunakan adalah PLC yang memiliki 4
buah input dan 4 buah output.Namun pada
MCC ini menggunakan 2 buah pengoperasian
sehingga membutuhkan input dan Output 12
input dan 8 output.
Berdasarkan hasil diatas maka PLC
yang digunakan dan yang ada dipasaran yaitu
12 input dan 8 output.
3.11.
Tabel Input/Output (I/O)
Sebelum membuat program kita
terlebih dahulu harus membuat tabel
input/output (I/O).Tabel ini fungsikan agar
kita dapat menentukan variable dan alamat
pada ladder diagram PLC
Tabel 3.7 Input/Output double speed
Nama Komponen
I/O
TOLR1
Input
TOLR2 Input
LS
Input
HS
Stop
K1
3.14. Wiring Diagram
Input
Input
Output
K2
Output
K3
Output
OL 1
Output
3.12. Timing Diagram
Gambar 3.6. Wiring Diagram
4.1
Analisa Gambar
Pada PUIL 2000 pasal 4.1.2.3
menyebutkan bahwa gambar rancangan
instalasi listrik harus terdiri dari beberapa
gambar dibawah ini.
Gambar 3.4. Timing Diagram
3.13. Ladder Diagram
Gambar 3.51. Ladder Diagram
a. Gambar Instalasi, meliputi: gambar tata
letak komponen dan tanda yang jelas
mengenai setiap perlengkapan listrik
b. Diagram
garis
tunggal,
meliputi:
keterangan mengenai jenis dan besar
beban
yang
terpasang,
Sistem
pembumian, serta ukuran dan jenis
penghantar yang dipakai.
c. Gambar rinci, meliputi: cara pemasangan
perlengkapan listrik, cara pemasangan
kabel, serta cara kerja instalasi kendali
(bisa dilengkapi dengan keterangan atau
uraian)
d. Tabel bahan instalasi, meliputi: jumlah
dan jenis kabel, penghantar serta
perlengkapan, juga jumlah dan jenis
perlengkapan bantu,
Sedangkan dari perencanaan yang sudah
dijelaskan pada bab sebelumnya, gambar
rancangan instalasi terdiri dari:
a. Gambar kontrol
b.
c.
d.
e.
4.2
Gambar diagram satu garis
Gambar diagram
daya
Gambar penempatan MCC
Gambar lay out MCC
Analisa Pemilihan Komponen
4.2.1 Analisa Pemilihan MCB (Miniature
Circuit Breaker)
Pemilihan MCB dilakukan dengan
metode perhitungan berdasarkan arus nominal
tertera pada name plate motor, seperti
yang
yang telah dijelaskan pada sub bab 3.5.1 juga
berdasarkan pada
pembacaan
kurva
karakteristik MCB yang
akan digunakan. Dan diperoleh data MCB
yang direncanakan sebagai berikut :
Tipe
:C
Tegangan
: 380 V
Arus pemutusan maks : 8.7 A
Ihs
: 3473 A
Namun MCB dipilih yang tersedia di pasaran
dan mendekati data diatas adalah sebagai
berikut:
Merk
: Schneider
Tipe
: MY310E
Arus
:6A
Tegangan
: 400 V
Breaking Capacity : 4500 A
Dari data hasil perhitungan dan data
ketersediaan MCB di pasaran, terdapat
perbedaan yang cukup terlihat. Yaitu arus,
tegangan, dan breaking capacity.
Namun MCB yang dipilih masih tetap
aman. Untuk arus maksimal pada hasil
perhitungan diperoleh arus sebesar 8.7 A,
maka kita harus memilih MCB dengan arus
dibawah 8.7 A. Berdasarkan ketersediaan di
pasaran maka dipilih MCB dengan arus 6 A.
Untuk tegangan maksimal yang diizinkan
masuk ke MCB berdasarkan rencana yaitu
380 V, namun ketersediaan di pasaran yaitu
tegangan 400 V. pemilihan tersebut masih
aman, karena dengan name plate 400 V
berarti MCB masih bisa dialiri tegangan
sebesar 380 V.
Breaking
Capacity
berdasarkan
metoda tabulasi dan perhitungan didapat BC
sebesar 3.4 KA. Namun MCB yang tersedia
di pasaran memiliki BC 4.5 KA. Perbedaan
ini masih aman, karena dengan kemampuan
BC 4.5 KA akan dapat menahan arus hubung
singkat prospektif sebesar 3.4 KA.
4.2.2
Analisa Pemilihan Kontaktor
Pemilihan kontaktor dilakukan dengan
metode perhitungan berdasarkan data yang
tertera pada name plate motor, seperti yang
telah dijelaskan pada sub bab 3.6.2. Dan
diperoleh data kontaktor yang direncanakan
sebagai berikut:
Tipe
: AC 3
Arus
: ≥ 3.4 A
Daya
: ≥ 1.5 kW
Tegangan kontak
: 380 V
Tegangan koil
: 220 V
Frekuensi
: 50 Hz
Namun kontaktor dipilih yang tersedia di
pasaran dan memenuhi data perhitungan
diatas adalah sebagai berikut:
Merk
: OTTO
Tipe
: S-N10
Arus
: 20 A
Daya
: 4 kW
Tegangan kontak
: 400 V
Tegangan koil
: 230 V
Frekuensi
: 50 Hz
Berdasarkan name plate kontaktor yang
dipilih, rating arus, daya dan tegangan sudah
sangat memenuhi dari data hasil perencanaan
dan perhitungan. Sehingga kontaktor dapat
bekerja ketika dialiri arus sebesar 3.4 A, daya
beban motor 1.5KW, tegangan kontak dan
koil 380V/220V, serta frekuensi 50 Hz.
4.2.3 Analisa
Pemilihan
Overload Relay (TOLR)
Thermal
Pemilihan TOLR dilakukan dengan
melihat rating arus pada beban yang
digunakan. Telah dijelaskan pada PUIL 2000
pasal 5.5.4.3 yang menyebutkan bahwa rating
TOLR tidak boleh melewati batas arus
nominal motor. Pada name plate motor telah
diketahui bahwa besarnya arus nominal
adalah sebesar 2.8 A dan 3.4 A. Dengan
mengetahui besarnya arus nominal pada
motor, maka kita dapat menentukan besarnya
rating TOLR yang digunakan yaitu :
Seting TOLR ≤
TOLR ≤ 2.8 A Seting TOLR ≤
TOLR ≤ 3.4 A In
atau
seting
In
atau
seting
Dan TOLR yang dipilih memiliki spesifikasi
sebagai berikut:
Merk : Schneider
Tipe dan Rating arus : LRD 08 ( 2.5
A sampai 4 A ) Pemilihan
TOLR dengan rating arus seperti
diatas
sudah memenuhi rating arus beban
yang akan digunakan dan sudah sesuai
dengan standar PUIL 2000. Dimana untuk
kecepatan rendah dengan arus 2.8 A dan
kecepatan tinggi
3.4 A menggunakan
pengaman TOLR tipe LRD08 (2.5A sampai
4A).
4.2.4
Analisa Pemilihan Penghantar
Berdasarkan hasil perhitungan 1.25 x
In pada persamaan (2.1) seperti telah
dijelaskan pada sub bab 2.3.1 diperoleh
penghantar dengan KHA 4.3 A. Jika dilihat
pada tabel 2.2 maka luas penampang yang
digunakan adalah 0.75 mm2. Namun
penghantar yang dipilih adalah penghantar
dengan luas penampang 1.5 mm2. Hal ini
terjadi karena berdasarkan PUIL 2000 pasal
8.5.10.2 menyebutkan bahwa penghantar
tembaga harus berukuran minimal 1.5 mm2.
Serta disesuaikan pula dengan sepatu kabel di
pasaran yang memiliki ukuran minimal untuk
penghantar 1.5 mm2.
Maka berdasarkan standar PUIL 2000
yang menjadi acuan dan ketersediaan di
pasaran maka dipilih kabel NYAF dengan
luas penampang berukuran 1.5 mm2 dapat
digunakan untuk sistem pengoperasian
pengasutan ini.
4.2.5
Analisa Pemilihan Push Button
Push button atau sakelar tekan dipilih
berdasarkan warna, jenis kontak serta
tegangan kontaknya. Dibawah ini adalah data
push button yang dipilih.
1. Merk
Tegangan kontak
Warna
Jenis kontak
: Shemsco
: 240 V
: merah
: NC
2. Merk
Tegangan kontak
Warna
Jenis Kontak
: Shemsco
: 240 V
: hijau
: NO
Pemilihan warna push button diatas sudah
sesuai dengan standar IEC 60204-1 seperti
telah dijelaskan pada sub bab 2.3.6. dimana
warna merah difungsikan sebagai tombol stop
sedangkan warna hijau difungsikan sebagai
tombol start. Tegangan kontak pada push
button juga sudah sesuai dengan perencanaan.
Dimana push button dengan tegangan kontak
240 V akan dapat mengalirkan tegangan
sebesar 24 V.
4.2.6
Analisa Pemilihan Lampu Tanda
Lampu tanda dipilih berdasarkan
warna serta tegangan kontaknya. Dibawah ini
adalah data lampu tanda yang dipilih.
1. Merk
: Shemsco
Tegangan kerja
: 220 V
Warna
: putih / tidak berwarna
Type
: AD 16-22DS
2. Merk
: Shemsco
Tegangan kontak : 220 V
Warna
: hijau
Type
: AD 16-22DS
3. Merk
: Shemsco
Tegangan kontak : 220 V
Warna
: kuning
Type
: AD 16-22DS
Pemilihan warna lampu tanda diatas
sudah sesuai dengan standar IEC 60204-1
seperti telah dijelaskan pada sub bab 2.3.7.
Dimana warna hijau difungsikan sebagai
tanda bahwa motor sedang bekerja dalam
keadaan normal, sedangkan warna kuning
difungsikan sebagai tanda bahwa motor dalam
keadaan tidak normal dan membutuhkan
penanganan secepatnya oleh operator. Untuk
warna putih dijelaskan dalam standar IEC
bahwa diperbolehkan untuk fungsi lain, oleh
karena itu warna putih pada perencanaan ini
digunakan sebagai tanda bahwa sistem dalam
keadaan bertegangan. Tegangan kontak pada
lampu tanda juga sudah sesuai dengan
perencanaan. Dimana lampu tanda memiliki
tegangan kontak sebesar 220V.
4.2.7
Analisa Pemilihan PLC
Seseuai dengan yang tertera pada sub
bab 3.6.8 mengenai tabel I/O kita dapat
mengetahui jenis
komponen apa saja yang
dikendalikan menggunakan PLC. Dan
mengetahui
berapa jumlah Input dan output
yang diperlukan.
Gambar 4.1Rangkain konvensional sistem Double
speed
Tabel 3.7 Input/Output double speed
Nama Komponen
I/O
TOLR1
Input
TOLR2
Input
LS
Input
HS
Stop
K1
Input
Input
Output
K2
Output
K3
Output
OL 1
Output
Dari tabel diatas bisa dilihat bahwa sistem
pengoperasian pengastutan langsung double
speed membutuhkan 5 input dan 4 output.
Berdasarkan hasil diatas seharus nya
PLC yang digunakan yaitu 5 input dan 4
output.Namun pada kenyataan PLC ini di
gukanan untuk 2 pengasutan yang berbeda
dan membutuhkan input dan output yang
lebih banyak, Maka PLC yang digunakan
dalam pengasutan ini adalah :
Merk : Omron
Type : CP1L – L20DR-A
I/O
: 12/8
Gambar 4.2. Wiring Diagram
Analisa:
Dari gambar 4.1 dan 4.2 dapat dilihat
perbedaan antara sistem double speed yang
menggunakan rangkaian konvensional dan
sistem double speed berbasis PLC OMRON
CP1L. Dari gambar diatas dapat diketahui
bahwa penggunaan PLC akan memudahkan
pembuatan dan pengkabelan rangkaian
dibandingkan dengan sistem double speed
konvensional. Dan apabila rangkaaian
tersebut ingin diberi inovasi lebih dengan
menggunakan PLC seperti penambahan
fungsi timer atau fungsi kerja system. Tidak
perlu adanya perubahan rangkaian ,cukup
dengan menambahkan program dalam PLC.
Beda hal nya dengan system yang
konvensional yang harus merubah system
rangkaian.
Setelah
merancang
pengasutan
langsung double speed berbasis PLC terdapat
kelebihan
dan
kekurangan
antara
konvensional dengan alat yang berbasis PLC,
diantaranya yaitu :
a. Kelebihan menggunakan PLC
1. dalam
pengasutan
langsung
berbasis PLC kabel penghantar
yang digunakan lebih efisien
dibandingkan
dengan pengasutan
konvensional.
2. Kemungkinan
mengalami
gangguan sangat kecil dikarenakan
dalam merangkai pengasutan
berbasis PLC tidak terdapat
sambungan.
banyak
3. Dengan pengasutan berbasis PLC
apabila terjadi gangguan dapat
diketahui dengan cara komunikasi
melalui PC tanpa harus merubah
rangkaian.
4. Untuk pengoperasian pengasutan
berbasis
PLC
tidak
harus
mengubah rangkaian, melainkan
mengubah program pada
hanya
ladder diagram.
b. Kekurangan menggunakan PLC
1. Biaya perancangan cukup mahal
untuk kebutuhan input dan output
kurang dari 20 input dan output.
Dari perbandingan diatas sudah tertera
pada gambar diagram kontrol sub bab 3.6.9
dan diagram ladder pada sub bab 3.6.10
bahwa pengasutan berbasis PLC lebih unggul
dibandingkan
dengan
pengasutan
konvensional. Karena pengasutan berbasis
PLC lebih simpel dibandingkan dengan
pengasutan konvensional.
4.3 Analisa Perbandingan Sistem Double
5.2 Saran
Sebelum kita melakukan perancangan,
kita harus mempersiapkan perencanaan
dengan matang, agar tidak ada kesalahan
dalam perancangan yang akan kita rancang
dan
bisa berjalan sesuai dengan yang
diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan
Standardisasi
Nasional.
2002.
Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000
(PUIL 2000). Jakarta : Yayasan PUIL.
Double speed Berbasis PLC OMRON
Budiyanto, M., A. Wijaya,
Pengenalan
Dasar-dasar
PLC(Programmable
Logic
Controller), Gava Media, Yogyakarta.
CP1L
CX-Programmer User Manual Version 9.3
Speed Konvensional dengan Sistem
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan perancangan tentang
sistem double speed maka didapat beberapa
kesimpulan, yaitu sebagai berikut :
1. Dengan menggunakan PLC OMRON
CP1L-L20DR-A
menjadikan
perancangan sistem pengasutan double
speed menjadi lebih sederhana dan
mudah menelusuri rangkaian ketika
terjadi gangguan dibandingkan dengan
sistem double speed konvensional
yang lebih sulit ketika menelusuri
letak terjadinya gangguan
2. Untuk membuat instalasi double speed
berbasis PLC OMRON CP1L-L20DRA harus berdasarkan standar. Dalam
hal ini standar yang digunakan adalah
PUIL 2000, standar IEC, manual book
PLC OMRON CP1L-L20DR-A, dan
manual book MCB merek Schneider
Domae.
3. Pemrograman PLC OMRON CP1LL20DR-A yang dapat bersinkronisasi
dengan
sistem
double
speed
memudahkan
untuk
melakukan
inovasi
dibandingkan
dengan
rangkaian konvensional yang akan
lebih sulit untuk melakukan inovasi
dikarenakan harus merubah rangkaian
secara signifikan.
Ismail, Fauzi Nur : 2011. Perencanaan
instalasi sistem pengasutan langsung motor
dahlander dengan dua arah putar pada motor
control center. Bandung : Polban
OMRON.
2009.
Introduction Manual
OMRON.
2009.
Programming Manual
SYSMAC
SYSMAC
CP1L
CP1L
Siswoyo: 2008. Teknik Listrik Industri,
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan. Jakarta
Sumardjati, Prih. 2008. Instalasi Listrik
Domestik. Bandung: Polban
www.sucaco.com
,20 juni 2012
Download