KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DAN PELUANG INVESTASI

advertisement
B
O
K
S
SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH (SIKD):
LANGKAH MAJU MENUJU TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK
Pelaksanaan perimbangan keuangan pusat dan daerah telah berjalan lebih
dari lima tahun. Dalam kurun waktu lima tahun tersebut banyak hal yang telah
dicapai baik dalam bentuk konstitusi, institusi, maupun budaya dan cara pandang.
Istilah Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil telah menjadi
istilah yang akrab bagi masyarakat.
Meskipun demikian, masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan dalam
rangka penyempurnaan pelaksanaan desentralisasi fiskal. Salah satunya
adalah
diseminasi
informasi
keuangan
daerah
kepada
masyarakat.
Banyak
stakeholder masih belum mengetahui bagaimana mengakses informasi keuangan
daerah seperti data APBD, neraca pemerintah daerah, dan laporan realisasi
anggaran. Jikapun ada, lag data tersebut sudah sedemikian jauh sehingga kurang
memenuhi kebutuhan stakeholders.
Diseminasi
informasi
keuangan
daerah
termasuk
dalam
satu
paket
kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah. Pengaturan mengenai
informasi keuangan daerah telah diatur dalam UU No. 33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Peraturan
Pemerintah No. 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah, dan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 46 tahun 2006 tentang Tatacara Penyampaian
Informasi Keuangan Daerah.
Apa saja yang bisa diperoleh melalui SIKD? SIKD menyajikan berbagai informasi
baik informasi keuangan maupun non keuangan. Data keuangan utama terdiri dari
APBD, Dana Perimbangan, Neraca Daerah, Laporan Arus Kas, Catatan atas Laporan
Keuangan Daerah, Laporan Keuangan Perusahaan Daerah, dan data yang berkaitan
dengan kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal daerah. Rumusan informasi yang akan
ditampilkan dalam SIKD secara umum meliputi dua hal yaitu informasi umum dan
informasi khusus. SIKD dapat diakses secara terbuka oleh masyarakat umum sesuai
dengan kebutuhan. SIKD disajikan secara nasional maupun daerah. Secara nasional,
SIKD diselenggarakan oleh Departemen Keuangan. Data-data SIKD secara nasional
bisa diakses melalui web www.djpk.depkeu.go.id. Sementara itu, pemerintah daerah
juga
berkewajiban menyajikan SIKD ke publik melalui situs resmi pemerintah
daerah.
Sanksi atas keterlambatan penyampaian informasi keuangan daerah.
Ingatkah Anda dengan ancaman sanksi penundaan penyaluran dana perimbangan
dari Menteri Keuangan apabila pemda terlambat menyampaikan APBD atau Laporan
Keuangan? Pada tahun 2007, terdapat 4 kabupaten yang dikenai sanksi penundaan
penyaluran DAU karena terlambat menyampaikan
laporan realisasi APBD. Hal
tersebut merupakan implementasi dari aturan mengenai sanksi yang diatur dalam PP
56 tahun 2005 tentang SIKD. Dalam PP tersebut dinyatakan bahwa apabila Pemda
tidak menyampaikan Informasi Keuangan Daerah dalam waktu yang telah
ditentukan, Menteri Keuangan menetapkan sanksi berupa penundaan penyaluran
Dana Perimbangan setelah berkoordinasi dengan Depdagri.
Tampilan web SIKD nasional dalam situs www.djpk.depkeu.go.id
Mengapa
sampai
sekarang
Informasi
Keuangan
Daerah
masih
sulit
diperoleh? Para stakeholders perlu bersabar untuk memperoleh informasi
keuangan daerah sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Implementasi SIKD
secara menyeluruh baru akan dilaksanakan 5 tahun sejak PP 56 tahun 2005
ditetapkan, tepatnya setelah tanggal 9 Desember 2010. Meskipun demikian,
beberapa pemerintah daerah telah melakukan berbagai persiapan menuju
implementasi penuh SIKD tahun 2010. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat telah
memasukkan
data
APBD
Provinsi
Sumatera
Barat
dalam
situsnya
www.sumbarprov.go.id. Sementara itu, pemerintah pusat terlihat lebih siap dalam
implementasi SIKD di tingkat nasional. Situs Resmi Ditjen Perimbangan Keuangan
www.djpk.depkeu.go.id telah memuat berbagai indikator penting keuangan daerah
dengan data series yang cukup panjang. Data APBD semua tingkat pemerintah telah
tersedia sejak tahun 1994-sekarang. Data dana perimbangan juga dapat diakses
sejak tahun 2001.
Reformasi Sistem Manajemen Keuangan perlu ditingkatkan untuk mencapai
implementasi SIKD 2010. Sistem manajemen keuangan yang baik, adalah kunci
untuk mewujudkan good governance dalam sektor publik. Sistem tersebut terdiri
dari beberapa kelompok Sistem yaitu : pertama, Core Function System yang
merupakan sistem utama pengelolaan keuangan daerah meliputi, Planning
(Perencanaan),
Budget
Preparation
(Persiapan
Anggaran),
Budget
Execution
(Pelaksanaan Anggaran) dan Accounting (Akutansi). Kedua; Non Core Function
merupakan sistem pendukung pengelolaan keuangan daerah yang meliputi:
Manajemen Kas, Manajemen Pendapatan dan Piutang, Manajemen Aset, dan
Manajemen Hutang). Ketiga, Regional FMIS Portal & Collaboration/Communication
System merupakan fasilitas pendukung pengelolaan laporan keuangan daerah
meliputi : fasilitas pelaporan keuangan daerah, kolaborasi dan komunikasi antar &
inter aparatur keuangan daerah/pusat.
Download