a. pendahuluan - Jurnal Ilmiah STKIP PGRI NGAWI

advertisement
Upaya Pengembangan Prestasi Pendidikan Jasmani Materi Permainan Bulu
Tangkis Melalui Metode Teknik Ketrampilan Pada Siswa Kelas IX SMPN 1
Paron Tahun Pelajaran 2014/2015
Oleh :
Suhardi
Guru SMPN 1 Paron
ABSTRAK
Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas
jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan
meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan
emosional, dalam kerangka sistem pendidikan nasional.
Permasalah yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah (a) Bagaimanakah
peningkatan prestasi belajar pendidikan jasmani bagi siswa dengan diterapkannya
metode teknik ketrampilan? (b) bagaimanakah pengaruh metode teknik ketrampilan
terhadap motivasi belajar siswa?
Tujuan dari penelitian ini adalah (a) bagaimanakah peningkatan prestasi belajar
pendidikan jasmani pada siswa setelah diterapkannya metode teknik ketrampilan, (b)
Mengetahui motivasi belajar pendidikan jasmani setelah diterapkannya metode teknik
ketrampilan.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua
putaran. Setiap putaran terdiri dari dua tahap yaitu : rancangan, kegiatan dan
pengamatan. Refleksi dan refisi Sasaran penelitian ini adalah Siswa SMPN 1 Paron
Tahun Pelajaran 2014/2015 dari data diperoleh berupa hasil tes praktik , lembar
observasi.
Dari hasil analisa didapat bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatakan
dari siklus I sampai II yaitu, siklus I (48,72%), siklus II (87,18%) untuk ranah
psikomotro, siklus I (69,23%). Siklus II (94,87%) untuk ranah afktif
Simpulan dari penelitian ini adalah metode teknik ketrampilan dapat
berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa SMPN 1 Paron Tahun Pelajaran
2014/2015 serta model pembejalaran dapat digunakan sebagai salah satu alternative
penjas
Kata kunci: pendidikan jasmani, badminton, metode teknik ketrampilan
A. PENDAHULUAN
Pendidikan Jasmani merupakan
media untuk mendorong perkembangan
keterampilan motorik, kemampuan fisik,
pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai
(sikap-mental-emosional-spiritual-sosial),
dan pembiasaan pola hidup sehat yang
bermuara untuk merangsang pertumbuhan
serta perkembangan yang seimbang.
Seiring dengan semangat untuk
memperbaiki kehidupan berbangsa dan
bernegara, pendidikan jasmani memiliki
peran nyata dalam mendidik kader – kader
bangsa yang sehat jasmani dan rohani.
Kesehatan jasmani maupun rohani
merupakan modal awal yang sangat
menentukan dalam persaingan global yang
ketat. Kemajuan suatu bangsa diukur
dengan seberapa besar angka harapan
hidup masyarakatnya, angka harapan
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
174
hidup sangat dipengaruhi kualitas
kesehatan yang dimiliki bangsa tersebut.
Pendidikan
yang
cenderung
mengutamakan prestasi akademis semata
tidak akan memberikan hasil maksimal
pada perkembangan suatu bangsa.
Selebihnya antara bidang akademis dan
jasmani
harus
seimbang
supaya
memberikan kontribusi yang maksimal
bagi bangsa dan negara. Jika dunia
pendidikan masih mengabaikan akan
pentingnya pendidikan jasmani tidak
menutup kemungkinan kader – kader
penerus bangsa akan menjadi generasi
yang sangat rapuh. Generasi
unggul
adalah generasi yang tahan uji dalam
menghadapi setiap problematika yang
dihadapi, baik secara fisik dan mental.
Prestasi di sekolah juga dapat
dipacu melalui prestasi dibidang jasmani.
Melalui kegiatan olah raga siswa dapat
menyalurkan bakat dan emosinya secara
terarah. Dalam kegiatan ini siswa akan
belajar bagaimana bekerjasama pada
sebuah
tim,
bagaimana
harus
memenangkan persaingan secara seportif,
bagaimana
mengahargai
sebuah
kemenangan dan kegagalan. Guru dapat
membantu siswa menyalurkan minat dan
bakatnya supaya mencapai suatu prestasi
tertentu. Dalam kegiatan olah raga
semacam ini akan membantu proses
berpikir siswa secara aktif dan sehat jika
dibandingkan dengan kegiatan yang hanya
diam dikelas mendengarkan materi.
Cabang olahraga sangat banyak
jumlahnya namun salah satunya yang
paling populer di Indonesia adalah
permainan badminton. Permainan ini
tidaklah asing bagi kalangan tua maupun
muda di seluruh pelosok Indonesia.
Apalagi di daerah permainan ini tidak
sekedar ajang olah raga prestasi namun
juga menjadi suatu hiburan yang bersifat
murah meriah dan menyehatkan. Maka
tidak heran apabila olah raga ini sangat
dicintai dan mendapat tempat tersendiri di
masyarakat.
Sejak pertama kali dilombakan di
ajang Olimpiade 1992 di Bracelona altlet
– atlet badminton Indonesia berhasil
menyabet mendali emas di semua nomor
yang dilombakan. Hingga saat ini prestasi
badminton atlet – atlet Indonesia masih
yang terbaik meskipun atlet – atlet
berbakat dari negara lain mulai
bermunculan. Hal ini menunjukkan bahwa
bangsa ini memiliki potensi di cabang
olah raga ini. Akan sangat sayang sekali
apabila prestasi yang telah dicapai dengan
susah payah ini tidak dipertahankan dan di
kembangkan lebih lanjut.
Berdasarkan uraian diatas, perlu
sekali adanya kaderisasi dalam cabang
olahraga badminton melalui peningkatan
minat siswa dalam olahraga badminton
supaya prestasi olahraga nasional dapat
dipertahankan dan ditingkatkan. Oleh
sebab itu penulis ingin memilih judul
penelitian, “ Upaya Pengembangan
Prestasi Pendidikan Jasmani Materi
Permainan Bulu Tangkis Melalui Metode
Teknik Ketrampilan Pada Siswa Kelas IX
SMPN 1 Paron Tahun Pelajaran
2014/2015”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas
maka dirumuskan suatu maslaah sebagai
berikut:
1. Bagaimana peningkatan prestasi
belajar pendidikan jasmani
bagi
siswa dengan diterapkannya metode
teknik ketrampilan ?
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
175
2. Bagaimanakah pengaruh metode
teknik ketrampilan terhadap motivasi
belajar pendidikan jasmani
pada
siswa ?
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui peningkatan prestasi
belajar pendidikan jasmani
pada
siswa setelah diterapkan metode
teknik ketrampilan
2. Mengetahui
pengaruh
motivasi
belajar pendidikan jasmani berenang
pada siswa setelah diterapkan metode
teknik ketrampilan
B. KAJIAN PUSTAKA
Sejarah Badminton
Badminton sudah dikenal sejak
ratusan tahun yang lalu di Asia. Kemudian
dikembangkan dan dipopulerkan di
Inggris. Pertama kali ada di Cina pada 5
abad sebelum masehi, dinamakan ti jian zi
yang berarti memukul kumparan. Di
Yunani dan India juga mengenal
permainan, waktu itu permainan ini telah
dimainkan menggunakan raket. Di eropa
permainan ini mulai masuk pada tahun
1600-an disebut shuttlecock atau jeu de
volant. Tentara inggris memperkenalkan
permainan ini ke Inggris pada awal abad
19. Pada tahun 1873 bangsawan Inggris
(Duke Of Beaufort) memperkenalkan
permainan ini pada keluarga kerajaan
yang ada di wilayahnya di sebuah gedung
yang bernama Badminton, dan selanjutnya
permainan ini dinamakan badminton
hingga sekarang.
Di
Indonesia
badminton
diperkenalkan oleh para kolonis Eropa
ketika menjajah negeri ini. Ketika
diperkenalkan permainan ini telah sangat
populer di eropa. Pada tahun 1950an
Indonesia mampu merajai kejuaraan
badminton di dunia. Badminton menjadi
olah raga resmi Olimpiade pada tahun
1992, dan Indonesia menjadi tim yang
menjuarainya.
Prestasi Belajar Penjaskes
Belajar dapat membawa suatu
perubahan pada individu yang belajar.
Perubahan ini merupakan pengalaman
tingkah laku dari yang kurang baik
menjadi lebih baik. Pengalaman dalam
belajar merupakan pengalaman yang
dituju pada hasil yang akan dicapai siswa
dalam proses belajar di sekolah. Menurut
Poerwodarminto (1991: 768), prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai
(dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini
prestasi
belajar
merupakan
hasil
pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang
yang diperoleh dengan ketelitian kerja
serta perjuangan yang membutuhkan
pikiran.
Berdasarkan uraian diatas dapat
dikatakan bahwa prestasi belajar yang
dicapai oleh siswa dengan melibatkan
seluruh potensi yang dimilikinya setelah
siswa itu melakukan kegiatan belajar.
Pencapaian hasil belajar tersebut dapat
diketahui dengan megadakan penilaian tes
hasil belajar. Penilaian diadakan untuk
mengetahui sejauh mana siswa telah
berhasil mengikuti pelajaran yang
diberikan oleh guru. Di samping itu guru
dapat
mengetahui
sejauh
mana
keberhasilan guru dalam proses belajar
mengajar di sekolah.
Sejalan dengan prestasi belajar,
maka dapt diartikan bahwa prestasi belajar
Penjaskes adalah nilai yang dipreoleh
siswa
setelah
melibatkan
secara
langsung/aktif seluruh potensi yang
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
176
dimilikinya
baik
aspek
kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap) dan
psikomotor (keterampilan) dalam proses
belajar mengajar Penjaskes.
Teknik Dasar Badminton / Bulutangkis
Untuk dapat bermain bulutangkis
secara benar harus menguasai dasar –
dasar bulu tangkis dengan baik. Teknik –
teknik dasar dalam bermain bulutangkis
antara lain, seorang pemain harus bisa
memukul kok, baik dari atas maupun dari
bawah. Jenis-jenis pukulan yang harus
dikuasai adalah servis, lob, dropshot,
smes, netting, underhand, dan drive.
Kesemua jenis pukulan tersebut harus
dilakukan dengan menggunakan grip dan
footwork yang benar.
1. Pegangan Raket (Grip)
Pegangan raket yang benar
adalah dasar untuk mengembangkan
dan meningkatkan semua jenis
pukulan
dalam
permainan
bulutangkis. Cara pegangan raket
yang benar adalah raket harus
dipegang dengan menggunakan jarijari tangan (ruas jari tangan) dengan
luwes, rileks, namun harus tetap
bertenaga pada saat memukul kok.
Hindari memegang raket dengan cara
menggunakan telapak tangan (seperti
memegang golok).
2. Footwork
Footwork merupakan dasar
untuk bisa menghasilkan pukulan
berkualitas, yaitu apabila dilakukan
dalam posisi baik. Untuk bisa
memukul dengan posisi balk, seorang
atlet harus memiliki kecepatan gerak.
Kecepatan gerak kaki tidak bisa
dicapai kalau footwork-nya tidak
teratur.
3. Sikap dan Posisi Berdiri di Lapangan
Sikap dan posisi berdiri di
lapangan harus sedemikian rupa,
sehingga dengan sikap yang baik dan
sempurna itu, dapat secara cepat
bergerak ke segala penjuru lapangan
permainan
4. Hitting Position
Posisi memukul bola atau
kerap disebut preparation. Waktu
sekian detik yang ada pada masa
persiapan ini juga dipakai untuk
menentukan pukulan apa yang akan
dilakukan. Karena itu posisi persiapan
ini sangat penting dilakukan dengan
balk dalam upaya menghasilkan
pukulan berkualitas.
5. Service (Service)
Dalam aturan permainan
bulutangkis, servis merupakan modal
awal untuk bisa memenangkan
pertandingan. Dalam
permainan
bulutangkis, ada tiga jenis servis,
yaitu servis pendek, servis tinggi, dan
flick atau servis setengah tinggi.
Namun, biasanya servis digabungkan
ke dalam jenis atau bentuk yaitu
servis forehand dan backhand.
Masing-masing jenis ini bervariasi
pelaksanaanya sesuai dengan situasi
permainan di lapangan.
6. Pengembalian Service
Teknik pengembalian servis,
sangat penting dikuasai dengan benar
oleh setiap pemain bulutangkis.
Arahkan kok ke daerah sisi kanan dan
kiri lapangan lawan atau ke sudut
depan atau belakang lapangan lawan.
Prinsipnya, dengan penempatan kok
yang tepat, lawan akan bergerak
untuk memukul kok itu, sehingga is
terpaksa
meninggalkan
posisi
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
177
strategisnya
di
titik
tengah
lapangannya.
7. Underhand (Pukulan dari Bawah)
Jenis pukulan ini dominant
digunakan
dalam
permainan
bulutangkis. Seperti halnya teknik
dasar "pukulan dari atas kepala",
untuk menguasai teknik dasar ini,
pertama-tama, harus trampil berlari
sambil melakukan langkah lebar,
dengan kaki kanan berada di depan
kaki kiri untuk menjangkau jatuhnya
kok.
8. Overhead Clear/Lob
Pusatkan
perhatian
lebih
untuk menguasai pukulan overhead
lob ini, karena teknik pukulan lob ini
banyak kesamaannya dengan teknik
smes
dan
dropshort.
Pukulan
overhead lob adalah bola yang
dipukul dari atas kepala, posisinya
biasanya dari belakang lapangan dan
diarahkan keatas pada bagian
belakang lapangan.
9. Round
The
Head
Clear/Lob/Drop/Smash
Adalah bola overhead (di atas)
yang dipukul di bagian belakang
kepala (samping telinga sebelah kih).
Dibanding dengan overhead yang
biasa, pukulan di belakang kepala ini
relatif lebih sulit. Karena untuk bisa
melakukan pukulan (teknik) ini
diperlukan ekstra kekuatan kaki,
kelenturan, footwork yang balk, dan
koordinasi. Biasanya pukulan ini
dilakukan secara terpaksa karena
untuk melakukannya harus dengan
pukulan backhand.
10. Smash
Yaitu pukulan overhead (atas)
yang diarahkan ke bawah dan
dilakukan dengan tenaga penuh.
Pukulan ini identik sebagai pukulan
menyerang. Karena itu tujuan
utamanya untuk mematikan lawan.
Pukulan smes adalah bentuk pukulan
keras yang sering digunakan dalam
permainan bulutangkis. Karakteristik
pukulan ini adalah; keras, laju
jalannya kok cepat menuju Iantai
Iapangan, sehingga pukulan ini
membutuhkan aspek kekuatan otot
tungkai,
bahu,
lengan,
dan
fleksibilitas pergelangan tangan serta
koordinasi
gerak
tubuh
yang
harmonis.
11. Dropshot (Pukulan Potong)
Adalah
pukulan
yang
dilakukan seperti smes. Perbedaannya
pada posisi raket saat perkenaan
dengan kok. Bola dipukul dengan
dorongan dan sentuhan yang halus.
Dropshot (pukulan potong) yang balk
adalah apabila jatuhnya bola dekat
dengan net dan tidak melewati garis
ganda.
Karakteristik pukulan potong
ini adalah, kok sentiasa jatuh dekat
jaring di daerah lapangan lawan. Oleh
karena itu harus mampu melakukan
pukulan yang sempurna dengan
berbagai sikap dan posisi badan dari
sudut-sudut lapangan permainan.
Faktor pegangan raket, gerak kaki
yang cepat, posisi badan dan proses
perpindahan berat badan yang
harmonis pada saat memukul
merupakan
faktor
penentu
keberhasilan pukulan ini.
Sikap persiapan awal dan
gerak memukul tidak berbeda dengan
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
178
pukulan smes. Dalam pelaksanaan
pukulan
potong
ini,
adalah
menempatkan kok pada sudut-sudut
lapangan lawan sedekat mungkin
jaring/net, dengan variasi gerak tipu
badan dan raket sebelum perkenaan
raket dan kok, yang menyebabkan
lawan terlambat mengatisipasi dan
bereaksi atas datangnya kok secara
mendadak.
12. Netting
Adalah
pukulan
yang
dilakukan dekat net, diarahkan
sedekat mungkin ke net, dipukul
dengan sentuhan tenaga halus sekali.
Pukulan netting yang baik yaitu
apabila bolanya dipukul halus dan
melintir tipis dekat sekali dengan net.
Karakteristik teknik dasar ini
adalah kok senantiasa jatuh bergulir
sedekat mungkin dengan jaring/net di
daerah lapangan lawan. Koordinasi
gerak kaki, lengan, keseimbangan
tubuh, posisi raket dan kok saat
perkenaan, serta daya konsentrasi
adalah faktor-faktor penting yang
mempengaruhi keberhasilan pukulan
ini.
13. Return Smash
Adalah pukulan yang lebih
identik dengan pola pertahanan.
Namun
demikian
pengembalian
smash yang baik bisa menjadi
serangan balik.
14. Backhand Overhead
Pukulan ini bisa dlkategorikan
paling sulit, terutama bagi pemain
pemula. Karena secara biomekanik
teknik pukulan ini selain menuntut
koordinasi anggota badan yang
sempurna, juga penguasaan grip dan
timing yang tepat.
15. Drive
Adalah pukulan cepat dan
mendatar banyak digunakan dalam
permaianan ganda. Tujuannya untuk
menghindari lawan menyerang atau
sebaliknya
memaksa
lawan
mengangkat bola dan berada pada
posisi bertahan. Pukulan ini menuntut
ketrampilan grip, reflek yang sepat
dan kekuatan pergelangan tangan.
Pukulan ini akan diajarkan lebih jauh
pada tahap selanjutnya.
16. Variasi Stroke/Taktik Permainan
Setelah seorang atlit berhasil
menguasai cara memegang raket,
menguasai footwork, dan seluruh
tekni dasar (basic stroke) dengan
baik,
maka selanjutnya dapat
membuat variasi pukulan. Dengan
kata lain, pada satu jenis posisi yang
baik dapat melakukan beberapa
pilihan pukulan. Misalnya pukulan
overhead, selain lob dengan sedikit
mengubah grip dan arah raket/putaran
raket, bisa melakukan pada posisi
underhand
yang
baik,
selain
melalukan
netting
bisa
juga
melakukan flick.
Metode Latihan Ketrampilan (Drill
Method)
Metode latihan keterampilan adalah
suatu metode mengajar , dimana siswa
diajak ke tempat latihan keterampilan
untuk melihat bagaimana cara membuat
sesuatu, bagaimana cara
menggunakannya, untuk apa dibuat, apa
manfaatnya dan sebagainya. Contoh
latihan keterampilan membuat tas dari
mute/pernik-pernik.
Kelebihan metode latihan keterampilan
sebagai berikut :
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
179
a. Dapat untuk memperoleh kecakapan
motoris, seperti menulis, melafalkan
huruf, membuat dan menggunakan
alat-alat.
b. Dapat untuk memperoleh kecakapan
mental, seperti dalam perkalian,
penjumlahan, pengurangan,
pembagian, tanda-tanda/simbol, dan
sebagainya.
c. Dapat membentuk kebiasaan dan
menambah ketepatan dan kecepatan
pelaksanaan.
Kekurangan metode latihan keterampilan
sebagai berikut :
a. Menghambat bakat dan inisiatif anak
didik karena anak didik lebih banyak
dibawa kepada penyesuaian dan
diarahkan kepada jauh dari
pengertian.
b. Menimbulkan penyesuaian secara
statis kepada lingkungan.
c. Kadang-kadang latihan tyang
dilaksanakan secara berulang-ulang
merupakan hal yang monoton dan
mudah membosankan.
d. Dapat menimbulkan verbalisme.
C. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian tindakan ini
menggunakan
bentuk
penelitian
kolaboratif dengan guru mata diklat dan
di dalam proses belajar mengajar dikelas
yang bertinak sebagai pengajar adalah
guru mata diklat sedangkan peneiti
bertindak sebagai pengamat, penanggung
jawab penuh penelitian tindakan adalah
pengamat (peneliti). Tujuan utama dari
penelitian
tindakan
ini
adalah
meningkatkan hasil pembelajaran di kelas
dimana peneliti secara penuh terlibat dala
penelitian mulai dari perencanaan,
tindakan, pengamatan dan refleksi.
Dalam penelitian ini
peneliti
bekerja sama dengan guru mata diklat,
kehadiran peneliti sebagai guru di tengahtengah proses belajar mengajar sebagai
pengamat diberitahukan kepada siswa.
Dengan cara ini diharapkan adanya kerja
sama dari seluruh siswa dan bisa
mendapatkan data yang seobjektif
mungkin demi kevalidan data yang
diperlukan.
Tempat, waktu dan Subjek Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat
yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data
yang diinginkan. Penelitian ini
bertempat di SMPN 1 Paron Tahun
Pelajaran 2014/2015
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu
berlangsungnya penelitian atau saat
penelitian
ini
dilangsungkan.
Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Maret semester II
Tahun
Pelajaran 2014/2015
3. Subyek penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswa
SMPN 1 Paron Tahun Pelajaran
2014/2015
Rancangan Penelitian
Penelitian ini
menggunakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK
terdiri
atas empat tahap, yaitu planning
(Rencana), action (tindakan), observasi
(pengamatan) dan reflection (refleksi).
Siklus spiral dari tahap-tahap PTK dapat
dilihat pada gambar berikut:
1. Rangangan/rencana awal, sebelum
mengadakan
penelitian
peneliti
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
180
menyusun rumusan maslaah, tujuan
dan membuat rencana tindkan,
termasuk di dalamnya instrument
penelitian
dan
perangkat
pembelajaran
2. Kegiatan dan pengamatan, melipouti
tindakan yang dilakukan oleh peneliti
sebagai
upaya
membangun
pemahaman konsep siswa serta
mengamati hasil atau dampak dari
ditetapkannya metode demonstrasai.
3. Refleksi, peneliti mengkaji melihat
dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan yang dilakukan
berdasarkan lembar pengamatan yang
diisi oleh pengamat
4. Rancangan/rencana yagn direvisi,
berdasarkan hasil refleksi dari
pengamat membuat rangangan yang
direvisi untuk dilaksanakan pada
siklus berikutnya
Instrumen Penelitian
Instrument yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus
Yaitu seperangkat
rencana dan
pengaturan
tentang
kegiatan
pembelajaran pengelolaan kelas, serta
penilaian hasil belajar.
2. Rencana Pembelajaran (RP)
Yaitu
merupakan
perangkat
pembelajaran yang digunakan sebagai
pedoman guru dalam mengajar dan
disusun untuk tiap putaran. Masingmasig RP berisi kompetensi dasar,
indicator pencapaian hasil belajar,
tujuan pembelajran khusus dan
kegiatanb belajar mengajar.
3. Lembar Observasi Kegiatan Belajar
Mengajar
a. Lembar observasi pengelolahan
metode teknik ketrampilan, untuk
mengamati
kemampuan
guru
dalam mengelola pembelajaran.
b. Lembar observasi aktivitas siswa
dan guru untuk mengamati
aktivitas siswa dan guru selama
proses pembelajaran.
4. Tes praktek
Tes ini disusun berdasarkan
tujuan pembelajaran yang akan
dicapai, digunakan untuk mengukur
kemampuan pemahaman materi yang
diajarkan. Tes praktek ini diberika
setiap akhir putaran. Bentuk soal yang
diberikan adalah pilihan ganda
(objektif). Sebelumnya soal-soal ini
berjumlah 46 soal yang telah
diujicoba,
kemudian
penulis
mengadakan analisis butir soal tes
yang telah diuji validitas dan
reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini
digunakan untuk memilih soal yang
baik dan memenuhi syarat digunakan
untuk mengambil data.
Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam
penelitian ini diperoleh melalui observasi
pengolahan metode teknik ketrampilan ,
observasi aktivitas siswa dan guru angket
motivasi siswa dan tes praktek.
Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini menggunakan
teknik analisa deskriptif kualitatif, yaitu
suatu metode penelitian yang bersifat
menggambarkan kenyataan atau fakta
sesuai dengan data yang diperoleh dengan
tujuan untuk mengetahui prestasi belajar
yang dicapai sisw juga untuk memperoleh
respon
siswa
terhadap
kegiatan
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
181
pembelajaran serta aktivitas siswa selama Analisa ini dihitung dengan menggunakan
proses pembelajran.
statistic sederhana yaitu:
Untuk
menganalisis
tingkat 1. Untuk menilai tes praktek
keberhasilan atau persentase keberhasilan
Peneliti melakukan penjumlahan nilai
siswa setelah proses belajar mengajar
yang
diperoleh
siswa
yang
setiap putarannya dilakukan dengan cara
selanjutnya dibagi dengan jumlah
memberikan evaluasi berupa tes praktek
siswa yang ada di kelas tersebut
pada setiap akhir putaran,
sehingga diperlukan rata-rata tes
X
praktek dapat dirumuskan : X 
N
Dengan
X = Nilai rata-rata
 X = Jumlah semua nilai siswa
 N = Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan
belajar yaitu secara perorangan dan
secara
klasikal.
Berdasarkan
petunjuk
pelaksanaan
belajar
mengajar
kurikulum
1994
(Depdikbud, 1994) yaitu siswa telah
 Siswayangtuntasbelajar x100%
P
 siswa
3. Untuk lembar observasi
a. Lembar observasi pengolahan
metode teknik ketrampilan dan
eksperimen untuk menghitung
lembar observasi pengolahan
P  _ P2
X  1
2
Dimana : P1
b. Lembar
tuntas belajar bila telah mencapai
skor 65% atau nilai 65, dan kelas
disebut tuntas belajar bila di kelas
65%. Untuk menghitung persentase
ketuntasan belajar digunakan rumus
sebagai berikut:
metode teknik ketrampilan dan
eksperimen digunakan rumus
sebagai berikut:
= pengamatan 1 dan P2 = pengamat 2
observasi aktivitas guru
dan siswa
Untuk menghitung lembar observasi
aktivitas guru dan siswa digunakan
rumus sebagai berikut:
%=
X
x100% dengan
X
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
182
X 
jumlahhasilpengamatan P1  P2

jumlahpengamat
2
Dimana:
%
= persentase angket
=
X
Rata-rata
 X = Jumlah Rata-rata
P1
= Pengamat 1
P2
= Pengamat 2
Pelaksanaan
kegiatan
belajar
mengajar untuk siklus I dilaksanakan
PEMBAHASAN
pada tanggal 5 Maret 2015 di kelas
Analisis data Penelitian Persklus
IX dengan jumlah siswa 39 siswa.
Siklus I
Adapun proses belajar mengajar
mengacu pada rencana pelajaran yang
a. Tahap Perencanaan
telah dipersiapkan.
Pada
tahap
ini
peneliti
Pengamatan (observasi) dilaksanakan
mempersiapkan pembelajaran yang
bersamaan
dengan
pelaksanaan
terdiri dari rencana pelajaran 1, soal
belajar mengajar. Sebagai pengamat
tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran
adalah peneliti dibantu oleh seorang
yang mendukung. Selain itu juga
guru.
dipersiapkan
lembar
observasi
Pada akhir proses belajar mengajar
pengelolahan pembelajaran metode
siswa diberi tes formatif I dengan
teknik ketrampilan dan lembar
tujuan untuk mengetahui keberhasln
observasi aktivitas siswa.
siswa dalam proses belajar mengajar
b. Tahap kegiatan dan Pelaksanaan
yang
telah
dilakukan.
Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Pengelolaan Pembelajaran pada siklus I
D. HASIL PENELITIAN DAN
No
I
Aspek yang diamati
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
Penilaian
P1
P2
Ratarata
2
2
2
2,5
2
3
183
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama
siswa.
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan
dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk
mempresentasikan hasil kegiatan belajar mengajar
5. Membimbing
siswa
merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman
2. Memberikan evaluasi
Pengelolaan Waktu
Antusiasme Kelas
1. Siswa Antusias
2. Guru Antusias
Jumlah
II
III
Keterangan : Nilai
a
b
c
d
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
2
3
3
33
2
3
33
2,5
3
33
: Kriteria
: Tidak Baik
: Kurang Baik
: Cukup Baik
: Baik
Berdasarkan tabel diatas aspek- akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi
aspek yang mendapatkan criteria kurang dan revisi yang akan dilakukan pada
baik
adalah
memotivasi
siswa, siklus II
menyampaikan tujuan pembelajaran,
Hasil observasi berikutnya adalah
pengelolaan waktu dan siswa antusias. aktivitas guru dan siswa seperti pada tabel
Keempat aspek yang mendapat penilaian
berikut
kurang baik di atas, merupakan suatu
kelemahan yang terjadi pada siklus I. dan
Tabel 2 Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus I
No
Aktivitas
No guru yang diamati
1
Menyampaikan tujuan
5,0
2
Memotivasi siswa/merumuskan masalah
8,3
3
Mengkaitkan dengna pelajaran berikutnya
8,3
4
Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi
6,7
5
Menjelaskan materi yang sulit
13,3
6
Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan
konsep
21,7
7
Meminta siswa
kegiatan
10,0
8
Memberikan umpan balik
9
Membimbing siswa merangkum pelajaran
No
Aktivitas siswa yang diamati
1
Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru
22,5
2
Membaca buku siswa
11,5
menyajikan dan mendiskusikan hasil
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
Persentase
18,.3
8,3
184
3
Bekerja dengan sesame anggota kelompok
18,8
4
Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru
14,4
5
Menyajikan hasil pembelajaran
2,9
6
Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide
5,2
7
Menulis yang relevan dengan KBM
8,9
8
Merangkum pembelajaran
6,9
9
Mengerjakan tes evaluasi
8,9
Berdasarkan tabel di atas tampak lain yang persentasenya cukup besar
bahwa aktivitas guru yang paling dominan adalah bekerja dengan sesama anggota
pada siklus I adalah menjelaskan materi kelompok, diskusi antar siswa dengan
yang sulit, membimbing dan mengamati guru, dan membaca bukup yaitu masingsiswa dalam menemukan konsep yaitu masing 18,8 % dan 11,5 %
21,7 %.
Pada siklus I, secara garis besar
Aktivitas lain yang persentasenya kegiatan belajar mengajar dengan metode
cukup besar adalah memberi umpan teknik ketrampilan sudah dilaksanakan
balik/evaluasi/Tanya jawab, menjelaskan dengan baik, walaupun peran guru masih
materi yang sulit dan membimbing siswa cukup dominant
untuk memberikan
merangkum pelajaran yitu masing-masing penjelasan dan arahan karena model
sebesar18,3 % dan13,3 %. Sedangkan tersebut masih dirasakan baru oleh siswa.
aktivitas siswa yang paling dominant
Hasil berikutnya adalah tes praktik
adalah mengerjakan /memperhatikan siswa seperti terlihat pada tabel berikut
penjelasan guru yaitu 22,5 %. Aktivitas
Tabel 3 Hasil Tes Praktik Siswa Pada Siklus I
No
Uraian
1
Nilai rata-rata tes formatif
2
Jumlah siswa yang tuntas belajar
3
Per sentase ketuntasan belajar
Dari tabel di atas dapat dijelaskan
bahwa dengan menerapkan metode
Demonstasi diperoleh nilai rata-rata
presentasi belajar siswa adalah 72,31 dan
ketuntasan belajar mencapai 48,72 % atau
ada 19 siswa dari 39 siswa sudah tuntas
belajar. Hasl tersebut menunjukkan
bahwa pada siklus pertama secara klasikal
siswa belum tuntas belajar, karena siswa
yang memperoleh nilai 70 hanya sebesar
48,72 % lebih kecil dari persentase
Hasil Siklus I
72,31
19
48,725
ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar
85%. Hal ini disebabkan karena siswa
masih merasa baru dan belum mengerti
apa yang dimaksud dan digunakan guru
dengan menerapkan model pembelajaran
metode teknik ketrampilan
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar diperoleh informasi dari hasil
pengamatan sebagai berikt
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
185
1. Guru kurang baik dalam memotivasi
siswa
dan dalam menyampaikan
tujuan pembelajaran.
2. Guru kurang baik dalam pengelolaan
waktu
3. Siswa kurang bisa antusias selama
pembelajaran berlangsung
formatif 2 dan alat-alat pengajaran
yang mendukung. Selain itu juga
dipersiapkan
lembar
observasi
pengelolaan pembelajaran metode
teknik ketrampilan dan lembar
observasi siswa.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan
kegiatan
belajar
d. Refisi
mengajar
untuk
siklus
II
Pelaksanaan
kegiatan
belajar
dilaksanakan pada tanggal 19 Maret
mengajar pada siklus I ini masih terdapat
2015 di kelas IX dengan jumlah
kekurangan, sehingga perlu adanya revisi
siswa 39 siswa. Dalam hal ini peneliti
untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
bertindak sebagai pengajar. Adapun
1. Guru perlu lebih terampil dalam
proses belajar mengajar mengacu
memotivasi siswa an lebih jelas
pada rencana pelajaran dengan
dalam
menyampaikan
tujuan
memperhatikan revisi pada siklus I,
pembelajaran. Dimana siswa diajak
sehingga kesalahan atau kekuarangan
untuk terlibat langsung dalam setiap
pada siklus I tidak terulang lagi pada
kegiatan yang akan dilakukan.
siklus II. Pengamatan (observasi)
2. Guru perlu mendistribusikan waktu
dilaksanakan bersamaan dengan
secara baik dengan menambahkan
pelaksanaan
belajar
mengajar.
informasi-informasi yang dirasa perlu
Sebagai pengamat adalah peneliti
dan memberi catatan.
dibantu oleh seorang guru
3. Guru harus lebih terampil dan
Pada akhir proses belajar mengajar
bersemangat dalam memotivasi siswa
siswa diberi tes formatif II dengan
sehingga siswa bias lebih antusias.
tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar yang dilakukan.
Siklus II
a. Tahap perencanaan
Instrument yang digunakan adalah tes
Pada tahap in peneliti mempersiapkan
praktek
II. Adapun data hasil
perangkat pembelajaran yang terdiri
penelitian pada siklus II adalah
dari rencana pelajaran 2, soal tes
sebagai berikut:
Tabel 4. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II
Aspek yang
No diamati
I
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
Penilaian
P1
P2
Ratarata
3
3
3
3,5
3
4
186
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama
siswa.
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan
dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk
mempresentasikan hasil kegiatan belajar mengajar
5. Membimbing
siswa
merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman
2. Memberikan evaluasi
Pengelolaan Waktu
Antusiasme Kelas
1. Siswa Antusias
2. Guru Antusias
Jumlah
II
III
Keterangan : Nilai
3
4
3,5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
4
3
4
4
3
3,5
4
2
4
4
41
3
4
43
3,5
4
42
: Kriteria
a
: Tidak Baik
b
: Kurang Baik
c
: Cukup Baik
d
: Baik
Dari tabel diatas tampak aspek- memotivasi siswa, membimbing siswa
aspek yang diamati pada kegiatan belajar merumuskan
kesimpulan/menemukan
mengajar (siklus II) yang dilaksanakan konsep dan pengelolaan waktu.
oleh guru dengan menerapkan metode
Dengan
penyempurnaan aspekpembelajaran metode teknik ketrampilan aspek di atas daam penerapan metode
mendapatkan penilaian yang cukup baik teknik ketrampilan diharapkan
siswa
dari pengamat. Maksudnya dari seluruh dapat menyimpulkan apa yang telah
penilaian tidak terdapat nilai kurang. mereka pelajari dan mengemukakan
Namun demikian penilaian tersebut belum pendapatnya sehingga mereka akan lebih
merupakan hasil yang optimal, untuk itu memahami tentang apa yang telah mereka
ada beberapa aspek yang perlu lakukan.
mendapatkan
perhatian
untuk Berikut disajikan hasil observasi aktivitas
penyempurnaan penerapan pembelajaran guru dan siswa
selanjutnya. Aspek-aspek tersebut adalah
Tabel 5 Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus II
No
Aktivitas
No guru yang diamati
1
Menyampaikan tujuan
6,7
2
Memotivasi siswa/merumuskan masalah
6,7
3
Mengkaitkan dengna pelajaran berikutnya
6,7
4
Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi
10,7
5
Menjelaskan materi yang sulit
11,7
6
Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan
konsep
25,0
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
Persentase
187
7
Meminta siswa
kegiatan
menyajikan dan mendiskusikan hasil
8,2
8
Memberikan umpan balik
16,6
9
Membimbing siswa merangkum pelajaran
6,7
No
Aktivitas siswa yang diamati
1
Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru
17,9
2
Membaca buku siswa
12,1
3
Bekerja dengan sesame anggota kelompok
21,8
4
Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru
13,8
5
Menyajikan hasil pembelajaran
4,6
6
Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide
5,4
7
Menulis yang relevan dengan KBM
7,7
8
Merangkum pembelajaran
6,7
9
Mengerjakan tes evaluasi
10,8
Persentase
Berdasarkan tabel diatas tampak Jika dibandingkan dengan siklus I,
bahwa aktivitas guru yuang paling aktivitas ini mengalami peningkatan .
dominant pada siklus II adalah aktivitas siswa yang
mengalami
membimbing dan mengamati
siswa penurunan
adalah
melakukan latihan yaitu 25%. Jika mendengarkan/memperhatikan penjelasan
dibandingkan dengan siklus I aktivitas ini guru (17,9%). Diskusi antar siswa / antara
mengalami peningkatan. Aktivitas guru siswa
dengan
guru
(13,8%),
yang mengalami penurunan
adalah mempraktekkan yang relavan dengan
memberi
umpan
balik
(16,6%), KBM
(7,7%)
dan
merangkum
menjelaskan/melatih menggunakan alat pembelajaran (6,7%). Adapun aktivitas
(11,7). Meminta siswa mendiskusikan dan siswa yang mengalami peningkatan aalah
menyajikan hasil
kegiatan (8,2%) dan memperhatikan
peragaan
(12,1%)
membimbing
siswa
memperbaiki menyajikan hasil pembelajaran (4,6%),
kesalahan (6,7%)
menanggapi/mengajukan pertanyaan/ide
Sedangkan untuk aktivitas siswa (5,4%) dan berlatih bersama siswa lain
yang paling diminan pada siklus II adalah (10,8%)
praktik menggunakan alat yaitu (21%).
Hasil tes praktik siswa terlihat pada tabel berikut
Tabel 6 Hasil Tes Praktik Siswa Pada Siklus II
No
1
2
3
Uraian
Hasil Siklus I
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Per sentase ketuntasan belajar
Berdasarkan tabel di atas diperoleh
nilai rata-rata tes praktek sebesar 79m48
dan dari 39 siswa yang telah tuntas
79,48
34
87,18
sebanyak 34 siswa an 5 siswa belum
mencapai ketuntasan belajar. Maka secara
klasikal ketuntasan belajar yang telah
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
188
tercapai sebesar87,18 % (termasuk
kategori tuntas). Hasil pada siklus II ini
mengalami peningkatan lebih baik dari
siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar
pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya
peningkatan kemampuan guru dalam
menerapkan pembelajaran metode teknik
ketrampilan sehingga siswa menjadi lebih
terbiasa dengan pembelajaran seperti ini
sehingga siswa lebih mudah dala
memahami materi yang telah diberikan.
c. Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang
telah terlaksana dengan baik maupun
yang masih kurang baik dalam proses
belajar mengajar dngan penerapan
pembelajaran
metode
teknik
ketrampilan . Dari data-data yang
telah diperoleh dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Selama proses belajar mengajar
guru telah melaksanakan semua
pembelajaran
dengan baik.
Meskipun ada beberapa aspek
yang belum sempurna, tetapi
persentasae
pelaksanaannya
untuk masing-masing aspek
cukup besar.
2. Berdasarkan
data
hasiul
pengamatan diketahui bahwa
siswa aktif selama proses belajar
berlangsung
3. Kekurangan pada siklus-siklus
sebelumnya sudah mengalami
perbaikan
dan
peningkatan
sehingga menjadi lebih baik
4. Hasil belajar siswa pada siklus II
mencapai ketuntasan.
d. Refisi Pelaksanaan
Pada siklus II guru telah menerapkan
pembelajaran
metode
teknik
ketrampilan dengan baik dan dilihat
dari aktivitas siswa serta hasil belajar
siswa pelaksanaan proses belajar
mengajar sudah berjalan dengan baik.
Maka tidak diperlukan revisi terlalu
banyak,
tetapi
yuang
perlu
diperhatikan
untuk
tindakan
selanjutnya adalah memaksimalkan
dan mempertahankan apa yang telah
ada dengan tujuan agar pada
pelaksanaan proses belajar mengajar
selanjutnya penerapan pembelajaran
metode teknik ketrampilan dapat
meningkatkan
proses
belajar
mengajar
sehingga
tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar siswa
Melalui hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pembelajaran
pertemuan terbimbing
memiliki
dampak positif dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa. Hal ini dapat
dilihat dari semakin mantapnya
pemahaman siswa terhadap materi
yang disampaikan guru (ketuntasan
belajar meningkat dari siklus I, dan
II) untuk ranah psikomotor yaitu
48,72 %,87,18 % sedangkan untuk
ranah afektif yaitu 69,23% dan
94,87%. Pada siklus II ketuntasan
belajar siswa secara klasikal telah
tercapai
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola
Pembelajaran
Berdasarkan analisis data,
diperoleh aktivitas siswa dalam
proses belajar mengajar dengan
menerapkan
metode
teknik
ketrampilan
dalam setiap siklus
mengalami peningkatan. Hal ini
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
189
berdampak positif terhadap prestasi
bahwa siswa memberikan respopn
belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan
positif terhadap model pembelajaran
dengan meningkatnya nilai rata—rata
metode teknik ketrampilan, sehingga
siswa pada setiap siklus yang terus
siswa menjadi termotivasi
untuk
mengalami peningkatan.
belajar lebih giat. Jadi dapat
3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
disimpulkan bahwa
dengan
Berdasarkan analisis data,
diterapkannya
metode
teknik
diperoleh aktivitas siswa dalam
ketrampilan dapat meningkatkan
proses pembelajaran dengan model
motivasi belajar siswa.
pembelajaran
metode
teknik
ketrampilan paling dominan adalah E. SIMPULAN DAN SARAN
belajar dengan sesama anggota Simpulan
kelompok,
Dari hasil kegiatan pembelajaran
mendengarkan/memperhatikan
yang telah dilakukan selama tiga siklus
penjelasan guru dan diskusi antara dan berdasarkan seluruh pembahaan serta
siswa/antara siswa dengan guru. Jadi analisis yang telah dilakukan dapa
dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa disimpulkan sebagai berikut
dapat dikategorikan aktif.
1. Pembelajaran
dengan
metode
Sedangkan untuk aktivitas
pembelajaran
metode
teknik
guru selama pembelajaran telah
ketrampilan
memiliki
dampak
melaksanakan
langkah-langkah
positif dalam meningkatkan prestasi
metode teknik ketrampilan dengan
belajar siswa yang ditandai dengan
baik. Hal ini terlihat dari aktivitas
peningkatan ketuntasan belajar siswa
guru yang muncul di antaranya
dalam setiap siklus, yaitu siklus I
aktivitas
membimbing
dan
(48,72%), siklus II (87,18%),
mengamati
siswa
dalam
sedangkan untuk ranah afektif yaitu
mempraktikkan hasil pembelajaran
siklus I (69,23%), siklus II (94,87%)
,menjelaskan/melatih menggunakan 2. Penerapan metode pembelajaran
alat, memberi umpan balik dalam
metode
teknik
ketrampilan
prosentase untuk aktivitas di atas
mempunyai pengaruh positif, yaitu
cukup besar.
dapat meningkatkan motivasi belajar
4. Tanggapan siswa terhadap model
siswa yang ditunjukkan dengna ratapembelajaran
metode
teknik
rata jawaban siswa yang menyatakan
ketrampilan
bahwa siswa tertarik dan berminat
Berdasarkan analisis angket
dengan metode pembelajaran metode
siswa
dapat diketahui bahwa
teknik ketrampilan sehingga mereka
tanggapan siswa termasuk positif. Ini
menjati termotivasi untuk belajar.
ditunjukkan dengan rata-rata jawaban
siswa yang menyatakan bahwa siswa Saran
tertarik dan berminat dengan model
Dari hasil penelitian yang diperoleh
pembelajaran
metode
teknik dari uraian sebelumnya agar proses
ketrampilan . Hal ini menunjukkan
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
190
belajar mengajar lebih efektif dan lebih
memberikan hasil yang optimal bagi
siswa, maka disampaikan saran sebagai
berikut:
1. Untuk melaksanakan metode teknik
ketrampilan memerlukan persiapan
yang cukup matang, sehingga guru
harus mampu menentukan atau
memilih topik yang benar-benar bisa
diterapkan dengan metode teknik
ketrampilan dalam proses belajar
mengajar sehingga diperoleh hasil
yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi
belajar siswa, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan berbagai
metode pengajaran, walau dalam taraf
yang sederhana, dimana siswa
nantinya
dapat
menemukan
pengetahuan
baru,
memperoleh
konsep dan keterampilan, sehingga
siswa
berhasil
atau
mampu
memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih
lanjut, karena hasil penelitian ini
hanya dilakukan di Kelas IX SMPN
1 Paron Tahun Pelajaran 2014/2015
4. Untuk penelitian yang serupa
hendaknya dilakukan perbaikanperbaikan agar diperoleh hasil yang
lebih baik.
Husni, Agusta, dkk. 1987. Buku pintar
Olahraga . Jakarta; CV Mawar
Gempita
Muhajir, 1998, Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan, Untuk SMU Kelas
2, Jakarta; Erlangga
Slamet, S.R. 1994.Penjaskes 3. Jakarta;
Tiga Serangkai
Suharno. 1986, Ilmu Kepelatihan Olah
Raga Yogyakarta; IKIP Yogyakarta.
Syarifuddin, Aib. 1997, Penjaskes 1,2,3,
Jakarta;
PT.
Gramedia
Widiasmara Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi , 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta PT. Rineksa
Cipta
Engkos S.R. 1994. Penjaskes. Jakarta;
Erlangga
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
191
Download