metode hipnoterapi pada penanganan anak

advertisement
METODE HIPNOTERAPI PADA PENANGANAN
ANAK PHOBIA DI TRANZCARE MAMPANG
PRAPATAN JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh :
MARPUAH
104052001985
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2009 M
i
ABSTRAK
Marpuah
Metode Hipnoterapi pada Pennaganan Anak Phobia di TranzCare
Mampang Prapatan Jakarta Selatan
Metode hipnoterapi merupakan salah satu bentuk psikoterapi yang
menggunakan pendekatan teknik hypnosis sebagai bagian dari proses
penyembuhan dengan tujuan untuk menyingkap masalah-masalah yang mungkin
mempengaruhi pola berpikir seseorang. Metode ini bekerja di alam bawah sadar
untuk memeberikan sugesti baik dan mampu berdamai dengan hal-hal yang
menjadi akar permasalahan dan tujuannya bukan untuk melupakan atau
menghilangkannya dari pikiran namun untuk merubah persepsi salah yang
mungkin selama ini dimiliki dan mendorong seseorang untuk berpikir positif
dalam menghadapi masalah yang ada.
Banyak permasalahan yang dihadapi anak, salah satunya phobia, phobia
adalah salah satu bentuk gangguan mental yang dapat mempengaruhi
perkembangan sensori-motorik dan kognitif si anak dan permasalahan tersebut
mencoba dicarikan solusi yang terbaik dan efektif, salah satunya adalah metode
hipnoterapi. Hipnoterapi dan hipnoparenting pada anak jelas berbeda dari
pengertian dan aplikasinya. Hipnoparenting merupakan aplikasi dari hipnoterapi
untuk parenting(memiliki hubungan secara emosional) dalam rangka kesehatan
mental anak, pendidikan, dan pengajaran anak dengan baik serta ditangani secara
langsung oleh orang tuanya dengan pemberian sugesti secara langsung ketika
anak sedang tidur, sedangkan hipnoterapi ditangani langsung oleh terapis
berlisensi dalam rangka penyembuhan.
Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana bentuk metode hipnoterapi
secara langsung terhadap penanggulangan permasalahan phobia terutama ketika
menghadapi klien anak. Melalui wawancara dan observasi dapat diketahui bahwa
anak bisa dihipnosis selama ia mampu berkomunikasi dan berpikir abstrak
sehingga bisa masuk ke gerbang bawah sadarnya dan memberikan sugesti positif
secara berulang-ulang terhadap perilaku yang ingin diubah dan tujuan dari terapi
ini bukan untuk melupakan atau menghilangkannya dari pikiran namun untuk
merubah persepsi salah yang mungkin selama ini mempengaruhi perilakunya.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat,
berkah, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.Shalawat
serta salam seantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW.
Tugas akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
sarjana S. Sos. I Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultasa Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Telah banyak tenaga dan pikiran penulis curahkan untuk menyelesaikan
tugas akhir ini. Banyak kesulitan baik teknis maupun non teknis yang penulis
hadapi. Tanpa adanya dukungan dan semangat dari orang yang peduli dengan
penulis, tidak akan selesai tugas akhir ini sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu,
sebagai ungkapan rasa hormat yang mendalam, penulis menyampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu, yaitu:
1. Bapak Dr. H. Murodi, MA., selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, Bapak Dr. Arif Subhan, MA., selaku Pembantu Dekan I,
Bapak Drs. H. Mahmud Djalal, MA., selaku Pembantu Dekan II, Bapak
Drs. Study Rizal LK. MA., selaku Pembantu Dekan III;
2. Bapak Drs. M. Luthfi, MA., selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam;
3. Ibu Nasichah, MA., selaku Sekretaris Jurusan yang telah membantu
mengurus keperluan untuk menyelesaikan skripsi ini.
iii
4. Ibu Dra. Hj. Elidar Husein, MA., selaku dosen pembimbing dalam
memberi saran serta membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir
ini;
5. Seluruh Dosen-Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah
menyumbangkan ilmunya hingga penulis sampai ke tugas akhir ini;
6. Ayah dan Bunda tercinta atas segala doa, pengorbanan, semangat, nasehat,
dan kasih sayang yang telah mereka berikan dengan penuh keikhlasan;
7. Kakak-kakak dan Adik-adik serta seluruh keluarga besar H. Maksudi yang
telah memberikan doa, semangat, dan dorongan sehingga selesai tugas
akhir ini;
8. Juriah, Marwa Sofa Indah, Yusi Luthfiani, Nurkholisoh, sebagai teman
yang telah memberi semangat, dorongan, dan meluangkan waktunya untuk
menemani dan selalu siap mengantar penulis saat tugas akhir ini;
9. Seluruh rekan-rekan BPI ’04 (maaf ya, tidak bisa sebutkan namanya satu
persatu) yang selalu memberikan motivasi kepada penulis agar dapat
sama-sama menyelesaikan tugas akhir. Jadi kita semua bisa wisuda bareng
ya...
Penulis sadar bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih banyak
kekurangannya karena kebenaran hanya milik Allah SWT dan kesalahan ada pada
penulis. Hanya doa yang dapat penulis berikan semoga Allah membalas semua
kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Dan dengan kerendahan hati,
penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
dan umumnya bagi semua yang membaca. Amien.
Jakarta, Januari 2009
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ...............................................................................
ii
DAFTAR ISI .............................................................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN .............................................................
1
A. Latar Belakang Masalah................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .....................................
6
D. Tinjauan Pustaka...........................................................
7
E. Metodologi Penelitian ...................................................
8
F. Sistematika Penulisan....................................................
14
KAJIAN TEORITIS .........................................................
16
A. Metode Hipnoterapi ......................................................
16
1. Pengertian Metode dan Hipnoterapi.........................
16
2. Teknik-teknik pada Hipnoterapi .............................
22
3. Sugesti dan Bahasa..................................................
26
4. Hipnoterapi dalam Pandangan Psikoterapi Islam .....
33
B. Anak Phobia .................................................................
37
1. Pengertian Anak dan Phobia....................................
37
2. Jenis-jenis Phobia pada Anak ..................................
42
3. Sebab-sebab Phobia pada Anak ...............................
47
BAB II
v
BAB III
BAB IV
GAMBARAN UMUM TRANZCARE .............................
50
A. Sejarah Berdirinya ........................................................
50
B. Visi dan Misi ................................................................
53
C. Sasaran Klien................................................................
54
D. Program Kerja dan Kegiatan .........................................
54
TEMUAN DAN ANALISA PENELITIAN......................
57
A. Identifikasi Klien ..........................................................
57
B. Temuan
Penelitian
Metode
Hipnoterapi
pada
Penanganan Anak Phobia..............................................
C. Faktor
Pendukung
dan
Penghambat
58
Metode
Hipnoterapi pada Penanganan Anak phobia...................
72
D. Kelebihan dan Kekurangan Metode Hipnoterapi pada
Penanganan Anak Phobia..............................................
75
PENUTUP .........................................................................
81
A. Kesimpulan...................................................................
81
B. Saran.............................................................................
82
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
83
BAB V
LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan
dunia
yang
sangat
pesat
dengan
segala
permasalahannya membawa dampak yang dahsyat terhadap hidup seseorang
hingga kecenderungan stres meningkat. Bahkan saat ini seorang anak kecil
saja sudah bisa mengeluh bahwa dirinya stres mengenai permasalahan yang
ada. Kondisi ini dapat menimbulkan beban psikologis tidak saja sebagai
pribadi tetapi juga pada keluarga dan lingkungan yang lebih luas lagi.
Akibatnya, wabah kegelisahan seakan-akan sedang melanda masyarakat
modern, terutama mereka yang hidup di Negara-negara yang sedang
berkembang.
Dan tidak dapat dipungkiri bahwa dalam hidup sosial, permasalahan
yang muncul dalam diri seseorang karena pengaruh lingkungan. Siapapun
pernah, sedang, atau akan mengalaminya. Seseorang mungkin merasa
nyaman-nyaman saja, namun bagi sebagian orang disadari atau tidak, hal ini
menimbulkan masalah psikologis. Sehingga menjadi mudah marah, takut,
malu, tidak percaya diri, dan sebagainya. Anehnya, lebih banyak orang yang
tidak menyadari hal ini, karena tidak tahu bahwa dirinya merasa memiliki
masalah. Sesuai dengan firman Allah swt dalam surat Al-Baqarah ayat 155:
#$%& "
+,- ./"
!" '( )*
vii
-*3☺56" 1%2./"
BC( ;<=>+?@A" 7389:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”(Q.S. AlBaqarah: 155)1
Secara tidak disadari, dapat dikatakan melarikan diri dari masalah yang
ada. Sebenarnya ingin mengatasi masalah yang ada agar merasa nyaman,
tenang, dan santai. Namun, tidak tahu cara melakukannya dan cara
mengendalikan diri sendiri agar tetap merasa nyaman dalam menghadapi suatu
keadaan. Pilihan pada saat itu mungkin hanya seputar rasa tidak percaya diri,
cemas, takut, dan sebagainya. Semakin lama semakin terganggu, hingga
seseorang tidak menyadari bahwa cara yang digunakan tidak sesuai dengan
dirinya, dan gangguan itu menjadi sangat kompleks, misalnya bisa saja
menyangkut masalah fisik.2
Hal ini dilihat dari penelitian ditemukan satu fakta menarik, bahwa
sekitar 75 % dari semua penyakit fisik yang diderita banyak orang sebenarnya
bersumber dari masalah mental dan emosi.3 Sebagian banyak orang sudah
tahu tujuannya karena mereka menggunakan cara-cara pintas yang belum
tentu dapat menyelesaikan masalah. Akibatnya, cara-cara ini menimbulkan
kebiasaan buruk yang dapat mengganggu dan membuat perasaan tidak
nyaman. Dan setelah terbiasa, tidak akan menyadari apa yang membuatnya
merasa tidak nyaman. Begitu pula bila hal ini terjadi pada anak-anak.
1
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Gema
Risalah Press, 1989), h. 39.
2
NSK Nugroho, Transformasi Diri: Memberdayakan Diri Melalui Hipnoterapy, (Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 2-3.
3 Adi W. Gunawan, Hipnoterapy: The Art Subconscious Restructuring, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2007), cet. ke-2, h. 11.
viii
Anak merupakan generasi masa depan sebagai penerus bangsa, dan
merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi setiap orang tua apabila memiliki
anak-anak yang sehat baik jasmani maupun rohani. Akan tetapi, kadang anak
kerapkali menghadapi masalah baik itu anak yang hiperaktif, anak yang nakal,
penakut (phobia), dan lain sebagainya. Dalam hal ini penulis hanya
menekankan ketakutan (phobia) pada anak.
Phobia adalah rasa takut yang tidak masuk akal, atau yang ditakuti
tidak seimbang dengan ketakutan. Penderita tidak tahu mengapa ia takut dan
tidak dapat menghindari rasa takut itu. Kadang-kadang rasa takut yang tidak
masuk akal itu menyebabkan tertawaan orang dan menjadi bahan ejekan
teman si anak, sehingga ia semakin merasa cemas. Di antara phobia yang
sering dialami anak-anak adalah: takut berada di tempat tertutup, tinggi, luas
(lapang), takut pada teman sebaya (phobia sekolah), di tengah orang ramai,
melihat darah, binatang-binatang kecil, dan sebagainya. Perasaan phobia
termasuk bentuk perasaan yang timbul pada diri anak jika ia berhadapan
dengan objek tertentu. Perasaan phobia ini mencakup tempat yang luas dalam
perkembangan kejiwaan anak.4
Dampaknya buruk phobia bagi anak, baik dari segi perkembangan
sensori-motorik, perkembangan kognitif, maupun perkembangan sosialnya.
Anak akan tumbuh tidak percaya diri, minder, dan tidak berani mengambil
resiko. Akibatnya ia menjadi lambat dalam memperoleh pengalaman baru,
atau lambat merespons rangsang pertumbuhan. Secara umum, anak yang
4 Zulkifli L., Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), cet.
ke-3, h. 40.
ix
tumbuh dalam kondisi seperti ini bakal susah meraih prestasi optimalnya dan
mengalami hambatan dalam meraih kesuksesan hidupnya.5
Untuk itu sudah menjadi Sunnatullah, bahwa manusia memerlukan
orang lain dalam hidupnya. Kegiatan konseling di daerah perkotaan pada
khususnya, makin dirasakan oleh masyarakat sebagai suatu tuntutan hidup
untuk memperoleh kondisi sehat mental, karena melalui pelayanan konseling
orang akan dapat mengatasi serta menghindari berbagai problema yang
dihadapinya. Kepekaan pemahaman dan penghayatan dalam menangani
masalah phobia merupakan kondisi yang sangat penting bagi konselor yang
bekerja di lingkungan hidup yang sedemikian kompleks. Karena setiap
individu mempunyai perbedaan, tidak ada dua orang yang sama persis di
dalam aspek jasmaniah maupun rohaniah.
Dalam hal ini konselor atau terapis sepatutnya bertanggung jawab
menawarkan jalan keluar yang terbaik dalam upaya mengatasi phobia yang
dihadapi klien. Namun sayangnya, kebanyakan pengobatan atau terapi sulit
menjangkau masalah ini, yaitu pikiran, atau lebih tepatnya pikiran bawah
sadar. Dan metode yang menggunakan pikiran alam bawah sadar adalah
hipnoterapi. Hipnoterapi merupakan salah satu cara yang sangat mudah, cepat,
efektif, dan efisien dalam menjangkau pikiran bawah sadar, melakukan reedukasi, dan menyembuhkan pikiran yang sakit.6
Pepatah "tak kenal, maka tak sayang" sepertinya cocok untuk
menggambarkan hipnoterapi. Memang banyak yang belum kenal terapi ini,
5
Karen Diana, et. al., Mendampingi Anak Menghadapi Rasa Takut, (Yogyakarta:
Kanisius, 2008), cet. ke-5, h. 7.
6
Gunawan, , Hipnoterapy: The Art Subconscious Restructuring, h. 11.
x
bahkan langsung ngeri mendengar istilah "hipno"nya. Maklum, metode
hypnosis telanjur dicap miring sebagai sarana untuk memperdaya orang lain.
Padahal hypnosis yang dipakai dalam kegiatan psikoterapi ini dipakai untuk
membuka memori khususnya anak. Diperkirakan ada kejadian-kejadian di
masa lalu yang berpengaruh terhadap kondisinya saat ini. Dari sana, semua
masalah anak bisa diatasi, seperti phobia, gangguan belajar, sulit makan, sulit
tidur, dan sebagainya.
Hipnoterapi adalah suatu aplikasi hypnosis dalam menyembuhkan
masalah mental dan fisik (psikosomatis). Sedangkan hypnosis adalah suatu
metode berkomunikasi verbal atau nonverbal yang persuasif dan sugestif
kepada seorang klien sehingga ia menjadi kreatif (berimajinasi dengan
emosional dan terbuka wawasan internalnya) kemudian beraksi (baik
persetujuan maupun penolakan) sesuai nilai (system nilai atau nilai dasar
spiritual) yang dimiliki.7
Berkaitan dengan permasalahan di atas, maka penulis ingin melakukan
penelitian mengenai metode hipnoterapi yang dapat diterapkan dalam
menanggulangi problematika kehidupan khususnya yang dialami oleh anak.
Selama ini hipnotis masih dianggap magic dan gaib, oleh karena persepsi
masyarakat yang menilai bahwa hipnotis adalah alat untuk memperdaya
orang.
Akan tetapi, pada kenyataannya hipnotis bisa digunakan untuk
penyembuhan. Oleh sebab itu, penelitian mengenai metode hipnoterapi pada
7
Nugroho, Transformasi Diri: Memberdayakan Diri Melalui Hipnoterapy, h. 153.
xi
penanganan anak phobia menjadi sesuatu yang menarik untuk dikaji secara
mendalam. Sehingga penulis bermaksud menuangkannya dalam sebuah karya
ilmiah (skripsi) dengan mengambil judul “Metode Hipnoterapi Pada
Penanganan Anak Phobia Di TranzCare mampang Prapatan Jakarta
Selatan”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Melihat banyak dan luasnya gangguan phobia ini, dan agar lebih jelas
penelitian, maka penulis memberi batasan masalah pada phobia yang terjadi
pada anak dan metode hipnoterapi yang merupakan salah satu metode yang
diterapkan di TranzCare.
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka permasalahan dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan metode hipnoterapi pada klien anak phobia di
TranzCare?
2. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat metode hipnoterapi
pada penanganan klien anak phobia?
3. Apa kelemahan dan kelebihan dari metode hipnoterapi pada penanganan
klien anak phobia?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
xii
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah :
a. Untuk mengetahui metode hipnoterapi pada klien khususnya anak
phobia di TranzCare
b. Untuk mengetahui yang menjadi faktor pendukung dan penghambat
metode hipnoterapi pada penanganan klien khususnya anak phobia di
TranzCare
c. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dari metode hipnoterapi
pada penanganan klien khususnya anak phobia.
2. Manfaat Penelitian
a. Teoritis
1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan
pada jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, terutama mengenai
metode hipnoterapi.
2) Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai informasi bagi
masyarakat dan sebagai referensi bagi peneliti lain yang berminat
melakukan penelitian tentang metode hipnoterapi.
b. Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman bagi lembagalembaga lain yang mengkaji metode hipnoterapi.
D. Tinjauan Pustaka
xiii
1. Penerapan Metode Hipnoparenting Pada Penanggulangan Permasalahan
Anak Usia Pra-Sekolah Di Rumah Kaki Langit Nurul Amal Center
Karawang yang ditulis oleh Syamsul Anwar mahasiswa BPI tahun 2008
yang terfokus pada
penerapan hipnoparenting yakni hypnosis yang
ditangani langsung oleh orangtuanya dan objek penelitiannya terfokus
pada permasalahan anak usia pra-sekolah. Dimana permasalahannya
terfokus pada bagaimana penerapan metode hipnoparenting pada
penanggulangan permasalahan usia dini.
2. Upaya Membantu Mengatasi Neurosa Fobik Melalui Bimbingan dan
Penyuluhan Islam yang ditulis oleh Nova Ervina Rina Diana mahasiswa
BPI tahun 2005 yang terfokus pada anak yang mengalami phobia nasi
dengan pencarian solusinya melalui metode bimbingan dan konseling
Islam. Dimana permasalahannya bagaimana upaya membantu mengatasi
neurosa fobik melalui bimbingan dan konseling Islam.
Sedangkan judul skripsi penulis Metode Hipnoterapi Pada Penanganan
Anak Phobia di TranzCare, di sini penulis menggabungkan judul skripsi di
atas dengan membahas tentang penanganan phobia yang dialami anak dengan
pendekatan metode hipnoterapi.
E. Metodologi Penelitian
xiv
1. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkahlangkah yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis,
dan diambil kesimpulan.8
Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Seperti yang diungkapkan oleh Mardalis :
“Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa
yang saat ini berlaku di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan,
mencatat analisis, dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang
ini terjadi atau ada. Dengan kata lain, penelitian deskriptif bertujuan
memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini tidak menguji
hipotesa atau tidak menggunakan hipotesa melainkan hanya
mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel
yang diteliti.”9
Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Tailor seperti
yang dikutip Lexy J. Moleong yaitu sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati.10 Penelitian ini sepenuhnya
berdasarkan riset lapangan yang dimaksudkan agar dapat melukiskan
kondisi objektif keadaan tersebut. Dalam hal ini yang diteliti adalah
Metode Hipnoterapi pada Penanganan Anak Phobia di TranzCare.
2. Sumber Data
8
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1999), cet. ke-2,
h. 1.
9
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002),
cet. ke-2, h. 7.
10
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1999), cet. X, h. 3.
xv
Sumber data adalah unsur utama dalam penelitian. Karena melalui
sumber data ini, data-data konkrit dapat diperoleh dan dapat memberikan
informasi untuk keperluan penelitian.11 Data ini ada yang primer dan
sekunder. Data primer dapat diperoleh dari hasil observasi dan wawancara
pribadi dengan pihak terkait, sedangkan data sekunder dapat diperoleh dari
buku-buku, majalah, internet, jurnal, dan sumber-sumber lainnya yang
terkait dengan penelitian. Dan di dalamnya peneliti akan menggunakan
kualitatif
yakni
membahas
serta
menganalisa
yang
kemudian
menyimpulkan sebagai kesimpulan final apabila sudah memenuhi
pertimbangannya.
3. Penetapan Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di TranzCare, yang beralamatkan di Plaza
Basmar, lantai 3 Jl. Mampang Prapatan Raya 106 Jakarta Selatan 12780.
Adapun alasan menetapkan tempat ini sebagai sasaran penelitian adalah
salah satu metode terapi yang diterapkan bagi klien yang datang ke lokasi
ini yakni berkenaan dengan gangguan kejiwaan terutama mengenai
phobia. Selain itu lokasi yang mudah di jangkau dan strategis, sehingga
peneliti tidak mengalami kesulitan dalam menghimpun data dan informasi
yang dibutuhkan.
Adapun waktu penelitian ini, penulis melaksanakan pada tanggal 20
Maret 2008 sampai 05 Desember 2008.
4. Subyek dan Obyek penelitian
11
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES,
1999), h. 122.
xvi
Adapun subyek penelitian adalah terapis yang terlibat langsung
bernama Pak Yan Nurindera dan asistennya sekaligus penanggung jawab
lembaga TranzCare bernama Sidney Panjiagung mengenai pelaksanaan
metode hipnoterapi terhadap klien anak phobia. Kemudian obyeknya ialah
metode hipnoterapi dalam menangani klien phobia pada anak.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini, penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi, yakni pengamatan dan pencatatan dengan sistematis
fenomena-fenomena yang diselidiki.12 Terkait dengan masalah
bagaimana pelaksanaan metode hipnoterapi yang digunakan terapis
pada penanganan anak phobia di TranzCare.
b. Interview (wawancara), yakni percakapan dengan maksud tertentu.
Wawancara ini dilakukan secara mendalam atau terstruktur. Susunan
pertanyaan dan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diperjelas
pada saat wawancara berlangsung, disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi lapangan.13 Peneliti melakukan wawancara kepada terapis dan
asistennya, untuk memperoleh kelengkapan data sebelumnya penulis
menyusun pertanyaan terlebih dahulu yang berkaitan dengan objek
peneliti sebagai pedoman wawancara yang dijadikan acuan pada saat
wawancara berlangsung.
12
Sutrisno Hadi, Metodologi Penelitian Research 11, (Yogya: Yayasan Penerbitan
Fakultas Psikologi UGM, 1984), h.141.
13
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, h. 61.
xvii
c. Dokumentasi, dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang
diperoleh dalam penelitian serta untuk memperkuat hasil penelitian.
Dalam hal ini meliputi profil, majalah, internet, dan surat kabar yang
berhubungan dengan metode hipnoterapi.
6. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi, maka
instrumen penelitiannya adalah peneliti itu sendiri, dimana peneliti sebagai
instrumen kunci.14
7. Teknik Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini memiliki
kriteria:
a. Kredibilitas (kepercayaan) dengan teknik trianggulasi yaitu teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain,15
hal itu bisa dicapai dengan cara membandingkan keadaan dan
perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang
lain dalam hal peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh
terapis dengan asistennya mengenai pelaksanaan metode hipnoterapi,
dan membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang
berkaitan.
b. Ketekunan dan keajegan pengamatan, yaitu menemukan ciri dan unsur
yang terkait dengan situasi yang sangat relevan dengan persoalan yang
14
15
Sutrisno Hadi, Metodologi Penelitian Research 11, h. 1.
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 330.
xviii
sedang dicari dan memusatkan pada hal tersebut secara rinci.16 dimana
peneliti hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai dengan
perumusan masalah saja.
c. Audity.
8. Teknik Analisa Data
Yang
dimaksud
teknik
analisa
data
adalah
suatu
proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola dan kategori
tertentu. Selanjutnya data itu dianalisa secara deskriptif agar mendapatkan
hasil yang objektif.17 Tujuannya itu untuk menggambarkan pelaksanaan
metode hipnoterapi yang digunakan oleh terapis dalam menangani anak
phobia di TranzCare.
Setelah data-data terkumpul, maka langkah-langkah selanjutnya
adalah analisa data yang diperoleh melalui metode dan pendekatan
deskriptif kualitatif. Dalam hal ini data yang diperoleh akan dianalisis
dengan teknik analisa deskriptif, yaitu penulis menganalisa dan
mendeskripsikan
dalam
bentuk
pemaparan
dengan
memberikan
penjelasan-penjelasan atau keterangan-keterangan secara logis.
Penelitian kualitatif ini menghasilkan transkip wawancara, catatan
lapangan, gambar, tipe rekaman, dan lain sebagainya.18
9. Teknik Penulisan Skripsi
16
Ibid., h. 329.
Lexy J Moleong, h.103.
18
Kristi Purwandani, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Prilaku Manusia, (Jakarta:
Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi, 1999), cet. Ke-6, h.22.
17
xix
Adapun teknik penulisan penelitian ini penulis menggunakan
pedoman penulisan penelitian, tesis, dan disertasi yang disusun oleh UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diterbitkan oleh CeQDA Tahun 2007,
cet. ke-1.
F. Sistematika Penulisan
Adapun penulisan skripsi ini dituangkan ke dalam beberapa bab, dan
masing-masing dijabarkan ke dalam sub-sub bab. Dan selengkapnya di susun
sebagai berikut :
BAB I
:
Pendahuluan. Yang meliputi latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian,
metodologi
penelitian,
dan
sistematika
penulisan.
BAB II
:
Kajian Teoritis. Yang meliputi pengertian hipnoterapi,
sugesti dan bahasa, teknik-teknik dalam hipnoterapi,
hipnoterapi dalam pandangan psikoterapi islam, pengertian
phobia dan anak, gejala-gejala phobia pada anak, sebabsebab phobia pada anak, dan jenis-jenis phobia yang terjadi
pada anak.
BAB III
:
Gambaran umum TranzCare. Yang meliputi sejarah
berdirinya, visi dan misi, sasaran klien, dan kegiatan serta
program kerja TranzCare.
xx
BAB IV
:
Metode hipnoterapi pada penanganan anak phobia di
TranzCare. Yang meliputi identifikasi klien, temuan
penelitian metode hipnoterapi terhadap klien anak phobia,
faktor pendukung dan penghambat metode hipnoterapi
terhadap klien anak phobia, kelebihan dan kekurangan
metode hipnoterapi terhadap klien anak phobia.
BAB V
:
Penutup. Yang meliputi kesimpulan dan saran
xxi
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Pengertian Metode Hipnoterapi
1. Metode dan Hipnoterapi
a. Pengertian Metode
Metode menurut kamus bahasa Indonesia metode diartikan
sebagai cara teratur untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai
sesuai dengan yang dikehendaki, cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
dikehendaki.19 Kata “metode” berasal dari bahasa latin yakni methodus
yang berarti cara, dalam bahasa yunani methodus berarti cara, jalan,
sedangkan dalam bahasa Inggris methode diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia berarti suatu cara.20
Sedangkan menurut M. Arifin metode ialah segala saran yang
dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.21 Metode
juga merupakan cara atau jalan sehubungan dengan upaya ilmiah,
maka metode menyangkut masalah cara kerja yaitu cara kerja untuk
dapat
19
memahami
obyek
yang
menjadi
sasaran
ilmu
yang
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. ke-3,
h. 415.
20
Jhon M. Echol dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2003), Cet. ke-27, h. 379.
21
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT.
Golden Terayon Press, 1998), Cet. ke-6, h. 43.
xxii
bersangkutan.22
Dan menurut Arif Burhan,
metode adalah
menunjukkan suatu proses, prinsip serta prosedur yang digunakan
untuk mendekati masalah dan mencari jawaban atas masalah
tersebut.23
Mengacu pada pengertian di atas, maka metode yang
dimaksudkan dalam penulisan ini adalah suatu cara kerja yang
sistematis untuk mempermudah dalam menemukan masalah dan
mencari suatu solusi atas masalah tersebut.
b. Pengertian Hipnoterapi
Dari semua psikoterapi yang berkembang di Indonesia saat ini,
hipnoterapi masih berjalan lambat. Alasannya adalah mengenai
persepsi masyarakat yang menganggap hipnoterapi sebagai sesuatu
yang misterius dan negatif terlebih lagi masyarakat menilai bahwa
hipnoterapi adalah salah satu bentuk hal gaib, berhubungan dengan
kuasa kegelapan, magic, dan ilmu sesat berbentuk gendam dan
sejenisnya dimana prakteknya adalah pemilik ilmu menggunakan
kekuatan dalam dirinya untuk mempengaruhi orang lain, dan orang
yang ingin dipengaruhi bertindak sebagai objek. Sedangkan dalam
hipnoterapi tidak demikian, karena klien dianggap sebagai subjek. Jadi
klien sebagai perencana dan penentu dalam proses hipnoterapi.
Akan tetapi untuk bisa mengerti mengenai apa itu hipnoterapi,
terlebih dahulu penulis mencoba menyampaikan apa itu hypnosis. Kata
22
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia,
1993), h. 8.
23
Arif Burhan, Pengantar Metode Kualitatif, (Surabaya: Usaha Nasional, 1992), h. 17
xxiii
hypnosis dalam bahasa Inggris adalah hypnosis atau hypnotism
(hipnotisme). Kata hypnosis menurut kamus Encarta memiliki makna :
“Suatu kondisi yang menyerupai tidur yang dapat secara sengaja
dilakukan kepada orang, di mana mereka akan memberikan respons
pada pertanyaan yang diajukan dan sangat terbuka dan reseptif
terhadap sugesti yang diberikan oleh hipnotis dan merupakan teknik
atau praktik dalam mempengaruhi orang lain untuk masuk ke dalam
kondisi hypnosis.”24
Menurut Bernheim, hypnosis pada dasarnya adalah suatu bentuk
sugesti yang meningkat terhadap sugesti yang diberikan orang lain.
Hypnosis merupakan sebagai keadaan terfokusnya perhatian pada
objek fisik atau gambaran mental tertentu yang ditandai dengan
meningkatnya sugestibilitas sebagai efek dari sikap kooperatif dengan
orang lain. 25 Hipnosis juga diartikan sebagai suatu kondisi dimana
seseorang menjadi terfokus kepada suatu hal atau kepada orang lain
sehingga kesadaran terhadap lingkungan sekitar menjadi berkurang.26
Sulit menentukan kapan dan dimana hypnosis pertama kali
digunakan. Akan tetapi, hypnosis telah ada sejak awal mula peradaban
manusia. Dalam banyak kebudayaan dan etnis, hypnosis disebut
dengan banyak nama dan dipraktekkan dengan beragam teknik.
Bagaimanapun, upaya yang lebih ilmiah mulai berkembang sejak
Franz Anton Mesmer tampil di Jerman. Perlu ditambahkan sebelum
24
Adi W. Gunawan, Hypnosis: The Art of Subconscious Comunication, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2007), Cet. ke-5, h. 3.
25
YF La Kahija, Hipnoterapi : Prinsip-prinsip Dasar Praktik Psikoterapi, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2007), Cet. ke-1, h. 53-54.
26
Professional Centre for Stress-Depression & Schizophrenia, “Hipnoterapi: Mitra Sejati
Menuju Kehidupan Berkualitas”, diakses Tgl. 22 Maret 2008 dari http://www.dharmawangsa.Org.
xxiv
dikenal dengan nama hypnosis, nama lainnya adalah magnetisme atau
mesmerisme.27 Magnetism dan mesmerism yang awalnya berkembang
dengan banyak pergolakan di Eropa terus menyebar ke Inggris dengan
nama hypnosis. kemudian James Braid tampil, hypnosis mulai
digunakan menggantikan magnetisme dan mesmerisme.28 Dari kata
hypnosis mulai berkembang istilah-istilah yang digunakan banyak
literatur pada saat ini, seperti hypnosis diri, hipnoterapi, hipnoanalisis,
hypnosis panggung, dan hypnosis forensik.
Ada beberapa yang perlu ditekankan di sini yakni:
1) Hypnosis bukan suatu bentuk meditasi
Meditasi tujuan yang ingin di capai hanyalah menenangkan
pikiran dan fokus kepada diri sendiri sedangkan hypnosis adalah
untuk mengubah suatu perilaku atau pemikiran yang mengganggu
selama ini dimana individu menjadi terfokus pada suatu hal atau
seseorang di luar dirinya.
2) Hipnosis tidak sama dengan tidur
Pada saat tertidur, individu tidak menyadari keadaaan di
sekitarnya sementara dalam proses hypnosis individu tetap fokus
dan mampu untuk berinteraksi. Hypnosis seringkali disalahartikan
dengan tidur karena individu diminta untuk berkonsentrasi
27
28
Kahija, Hipnoterapi : Prinsip-prinsip Dasar Praktik Psikoterapi, h. 6.
Ibid., h. 10.
xxv
membayangkan sesuatu dan akan lebih mudah jika hal tersebut
dilakukan dengan mata tertutup.29
Dengan menguasai hypnosis seseorang akan memahami
fenomena pikiran alam bawah sadar manusia (sub-conscious mind)
sekaligus berkomunikasi secara efektif dengannya. Menurut sigmeund
freud (1856-1939), mengumpamakan jiwa atau pribadi manusia
sebagai sebuah gunung es di tengah laut yang hanya kelihatan
puncaknya. Puncak yang hanya kelihatan sedikit disebut sebagai alam
kesadaran (consciousness), agak sedikit di bawah permukaan laut
disebut prakesadaran (preconsciousness), dan bagian terbesar dari
gunung es yang letaknya di bawah permukaan air laut disebut alam
bawah sadar (unconsciousness).30
Secara umum, wilayah kesadaran manusia memiliki tiga
kategori. Terdiri dari: Kesadaran Tinggi (Super-Conscious), Kesadaran
Normal (Conscious), Bawah Sadar (Sub-Conscious). Dalam kehidupan
sehari-hari, mekanisme manusia biasanya terdiri: Conscious 12 % ,
Sub-Conscious 88 %.31 Alam bawah sadar berisi dorongan-dorongan
yang ingin muncul ke alam kesadaran. Pusat kesadaran bertugas untuk
menentukan dorongan yang boleh muncul ke kesadaran dan dorongan
yang harus tetap tinggal di alam bawah sadar.
Sebagian dorongan-dorongan yang terdapat di alam bawah sadar
adalah dorongan yang sudah ada sejak lahir. Sebagian lagi adalah
29
Professional Centre for Stress-Depression & Schizophrenia, “Hipnoterapi: Mitra Sejati
Menuju Kehidupan Berkualitas”, diakses Tgl. 22 Maret 2008 dari http://www.dharmawangsa.Org.
30
Thursan Hakim, Mengatasi Gangguan Mental dan Fisik, (Jakarta: Puspa Swara, 2005),
Cet. Ke-2,h.17.
31
Jodhi Yudono dalam Harian Kompas, “Ramai-ramai Belajar Hipnotis”, diakses tanggal
02 April 2008, dari http://www.hipnotis.net.
xxvi
dorongan yang berasal dari pengalaman-pengalaman hidup sejak lahir.
Dorongan tersebut nantinya akan menentukan sehat atau tidaknya
kepribadian seseorang.
Sifat Kesadaran
1. Mempunyai kemampuan mempertimbangkan, mengendalikan, dan
mengontrol dorongan serta tingkah laku
2. Mempunyai dorongan/energi mental yang lebih lemah daripada
alam bawah sadar
3. Mempunyai kemampuan yang terbatas dalam mencatat peristiwaperistiwa yang dialami. Hal itu yang menyebabkan seringnya lupa
pada hal-hal yang telah dialami. Bahkan sering lupa pada hal-hal
yang sudah diusahakan untuk mengingatnya.
Sifat Alam Bawah Sadar
1. Sifat polos
2. Mempunyai dorongan mental lebih kuat
3. Dapat dikendalikan dengan saran dan sugesti
4. Mencatat pengalaman hidup yang dialami sejak lahir
5. Memberi energi pada organ tubuh yang bergerak otomatis.32
Hipnoterapi adalah psikoterapi yang menggunakan teknik
hypnosis sebagai bagian dari proses perawatan dengan tujuan untuk
menyingkap
kejadian-kejadian
masa
lalu
yang
mungkin
mempengaruhi pola berpikir saat ini.33 Menurut Adi W. Gunawan,
32
Hakim, Mengatasi Gangguan Mental dan Fisik, h. 18-20.
Professional Centre for Stress-Depression & Schizophrenia, “Hipnoterapi: Mitra Sejati
Menuju Kehidupan Berkualitas”, diakses Tgl. 22 Maret 2008 dari http://www.dharmawangsa.Org.
33
xxvii
hipnoterapi adalah aplikasi hypnosis dalam menyembuhkan masalah
mental dan fisik (Psikosomatis).34
Menurut NSK Nugroho, hipnoterapi adalah metode hypnosis
yang digunakan untuk terapi yang berkaitan dengan mental atau
keadaan psikologis seseorang.35 Dan menurut Dr. H. Tubagus Erwin
Kusuma SpKj, hipnoterapi merupakan suatu terapi dengan metode
hypnosis sebagai bagian dari penyelesaian masalah yang merupakan
bentuk pemberdayaan energi jiwa bawah sadar dari diri seseorang yang
menginginkan perubahan.36
Dari pengertian di atas, hipnoterapi adalah suatu perjalanan
hypnosis ke dunia alam bawah sadar yang sangat luas dan menyimpan
kekuatan yang dapat dialirkan untuk proses penyembuhan.
Secara
keseluruhan
dapat
disimpulkan
bahwa
metode
hipnoterapi adalah suatu cara untuk menemukan akar permasalahan
dan mencari solusinya dengan pendekatan hipnoterapi melalui alam
bawah sadar.
2. Teknik-teknik Hipnoterapi
Berikut ini adalah teknik-teknik secara umum yang biasa digunakan
dalam hipnoterapi. Teknik-teknik ini dapat digunakan secara terpisah atau
34
Gunawan, Hypnosis: The Art of Subconscious Comunication, h. 14.
Nugroho, Transformasi Diri: Memberdayakan Diri Melalui Hipnoterapi, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 176
36
Larry Yudawan, “Memberdayakan Energi bawah Sadar.” Koran Jakarta, 30 Mei 2008,
h. 22.
35
xxviii
digabung satu sama lain sesuai dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan
klien.37
a. Ideomotor Response
Ini adalah cara untuk mendapat jawaban “ya”, “tidak”, atau “tidak
tahu” dari klien dengan cara menggerakkan salah satu jari tangan.
Teori di balik teknik ini adalah bahwa orang cenderung memberikan
jawaban yang jujur, sesuai dengan jawaban pikiran bawah sadar,
melalui respons gerakan fisik (ideomotor Response) daripada dalam
bentuk verbal atau ucapan.
Ada dua hal penting dalam menggunakan ideomotor response.
Pertama, pertanyaan yang diajukan kepada klien harus bersifat tertutup
atau dalam format “ya” atau “tidak”. Kedua, suara terapis harus
monoton dan tanpa ekspresi untuk meminimalkan kemungkinan klien
terpengaruh oleh suara terapis sehingga tersugesti untuk memberikan
jawaban yang tidak tepat.
b. Hypnotic Regresion
Teknik regresi adalah teknik yang membawa klien mundur ke
masa lampau untuk mencari tahu penyebab suatu masalah. Teknik ini
biasanya menggunakan affect bridge (jembatan perasaan) atau feeling
connection.
c. Systematic Desensitization
37
Gunawan, Hypnotherapy: The Art of Subconcious Restructuring, h. 140-145.
xxix
Sesuai dengan namanya, teknik ini bertujuan untuk mengurangi
sensitivitas klien terhadap phobianya.
d. Implosive Desensitization
Teknik ini digunakan bila klien mengalami abreaction. Yakni,
situasi dalam kedamaian untuk menenangkan dirinya. Tujuannya
adalah menurunkan tingkat intensitas emosi secara bertahap. Teknik
ini juga disebut circle therapy.
e. Desensitization by Object Projection
Teknik ini meminta klien membayangkan emosi, rasa sakit, atau
masalahnya keluar dari tubuh klien dan mengambil suatu bentuk yang
mewakili masalahnya itu. Teknik ini hanya bagus pada klien yang
visual, untuk yang auditori dan kinestetik digunakan proyeksi dalam
bentuk suara atau perasaan.
f. The Informed Child technique
Sama halnya dengan Implosive Desensitization, namun kali ini
terapis mensugesti bahwa klien kembali ke masa lampaunya denagn
membawa serta semua pengetahuan, pengalaman, kebijaksanaan, dan
pengertian yang dimiliki saat dewasa sekarang.
g. Gestalt Therapy
Ini adalah teknik terapi yang dilakukan dengan menggunakan
permainan peran atau role play. Dalam teknik ini, klien diminta
memainkan peran secara bergantian, baik sebagai dirinya sendiri
xxx
maupun sebagai orang lain yang menjadi penyebab trauma atau luka
batin.
h. Rewriting History (Reframing)
Bagian pertama dari teknik ini dilakukan dengan the informed
child technique, bagian lanjutannya dilakukan dengan menggunakan
gestalt therapy yang memungkinkan klien untuk menyampaikan apa
yang ingin ia katakan pada orang yang menyebabkan luka batin.
i. Open Screen Imagery
Teknik ini menggunakan layar bioskop.
j. Positive Programmed Imagery
Teknik ini dapat digunakan sebelum klien dibangunkan dari
kondisi trance (rileks yang dalam). Teknik ini hanya efektif bila
dilakukan setelah teknik-teknik lainnya digunakan terlebih dahulu.
Teknik ini bisa digunakan bersamaan dengan post hypnotic suggestion
dan verbalizing.
k. Verbalizing
Dalam teknik ini klien diminta untuk berbicara atau mengucapkan
pemahaman baru atau apa yang menurutnya harus dilakukan. Apabila
klien yang mengucapkannya, efeknya akan menjadi sangat kuat
daripada bila hal yang sama diucapkan oleh terapis.
l. Direct Suggestion
Sugesti yang bersifat langsung diberikan berdasarkan apa yang
diucapkan oleh klien (verbalizing).
xxxi
m. Indirect Guided Imagery (Ericksonian Methapors)
Karena teknik ini menggunakan metafora, terapis perlu membuat
script atau cerita yang telah disipakan sebelumnya. Cerita yang
disampaikan
sepenuhnya
tergantung
pada
terapis.
Namun,
penyimpulan makna cerita itu dilakukan klien.
n. Inner Guide
Yang dimaksud dengan inner guide bisa berupa penasehat
spiritual, malaikat, mentor, orang, atau bagian dari diri klien yang
bijaksana. Dalam teknik ini klien dibantu oleh inner guide untuk
menyelasaikan masalah.
o. Part Therapy
Teknik ini digunakan untuk membantu klien menyelesaikan inner
conflict atau konflik yang timbul dari pertentangan diantara “bagianbagian” diri klien.
p. Dream Therapy
Terapi
ini
menggunakan
mimpi
sebagai
simbol
yang
dikomunikasikan oleh pikiran bawah sadar. Mimpi yang digunakan
untuk analisis dan terapi adalah mimpi yang terjadi selama lebih
kurang sepertiga waktu tidur menjelang bangun.
3. Bahasa dan Sugesti
a. Bahasa
xxxii
Kegiatan berbahasa merupakan pekerjaan otak yang paling
tinggi dan canggih, yang membedakan manusia dengan makhluk
lain. Karena manusia pada fitrahnya atau secara genetis, dilengkapi
dengan kemampuan berbahasa. Karena itu gejala berbahasa pada
manusia bukanlah suatu kebetulan.
Terlepas dari apapun bahasa adalah mekanisme saraf dalam
otak, terutama kulit otak manusia. Bahasa memungkinkan manusia
keluar dari tahap insting ke tahap refleksi dan makna. Ia tidak
hanya berfungsi sebagai alat komunikasi melainkan juga menjadi
alat berfikir. Untuk itu, Bahasa adalah faktor kunci dalam
keberhasilan komunikasi, termasuk komunikasi dalam terapi.
Bahasa yang dimaksud disini meliputi baik bahasa verbal
(ucapan)maupun nonverbal (ekspresi wajah dan tubuh).
Dalam sesi hipnoterapi, terapis berusaha masuk dan
memahami simbol-simbol dari bawah sadar klien. Dalam
perjalanan ini, kepekaan terapis menangkap pesan-pesan verbal
dan nonverbal klien menjadi sangat penting.
Semua pandangan tentang bahasa mengatakan bahwa setiap
orang membentuk realitas hidupnya sendiri. Hasil bentukan ini
mempengaruhi pikiran, perasaan, dan tindakannya. Pada awalnya,
seseorang memang berkonsentrasi pada ucapan baru sesudah itu
menyimak untuk menemukan dinamika psikologis di baliknya.
Singkat kata, bahasa dalam terapi menunjukan pergerakan dari
xxxiii
bahasa objektif (ucapan) menuju bahasa subjektif (dinamika
psikologis). Bahasa adalah perilaku dan perubahan bahasa adalah
perubahan perilaku. Perubahan inilah yang harus ditemukan dalam
terapi ketika menganalisis bahasa. Tidak hanya menuntut
pengetahuan teoretis yang dihafalkan, tapi juga seni untuk
menggunakan atau memadukan berbagai konsep dan teknik secara
kreatif.
Sugesti berkaitan erat dengan cara dan teknik menggunakan
elemen-elemen bahasa, khususnya kata, kalimat, dan pengucapan.
Yang merupakan salah satu kemampuan yang dituntut dari seorang
hipnoterapis adalah suara terapis yang baik. Bila suara tak jelas,
klien bisa mengalami kesalahan sensasi dan persepsi atas ucapan
terapis. Bahasa yang digunakan bukanlah bahasa yang dipahami
oleh terapis, tetapi bahasa yang dipahami oleh klien.
Keterampilan menggunakan bahasa mulai berjalan ketika
hipnoterapis
menyambut
(kepercayaan),
membawa
kliennya,
klien
membangun
dalam
tidur
rapport
hipnotik,
membangunkannya, dan mengajaknya berbagi pengalaman.38
Gelombang Otak
Hipnoterapi selalu berhubungan dengan cara kerja otak
manusia. Terapis yang menangani hipnoterapi harus mengetahui
gelombang otak si klien, hal ini bertujuan agar terapi yang
38
La Kahija, Hipnoterapi : Prinsip-prinsip Dasar Praktik Psikoterapi, h. 106-107.
xxxiv
dihasilkan berhasil. Kondisi otak secara umum terbagi menjadi
empat fase yakni delta, teta, alfa, beta.39
Fase pertama ialah delta, frekuensinya adalah 0,5-3,5 Hz.
Fase ini biasa disebut fase tidur, dimana kondisi ini diperlukan agar
badan seseorang bisa beristirahat setelah lelah beraktifitas.
Fase kedua adalah teta, frekuensi berkisar antara 3,5-7 Hz.
Keadaan ini adalah kondisi setengah sadar ketika pikiran bekerja
secara baik, tenang, jernih, dan memunculkan banyak ide kreatif.
Fase ketiga adalah alfa, kisarannya 7 atau 8 hingga 13 Hz.
Kondisi ini merupakan relaksasi atau hypnosis ringan dan
memungkinkan otak multifokus, artinya dapat memperhatikan
beberapa hal secara bersamaan. Keadaan ini memberikan
kontribusi besar bagi pikiran untuk menuju alam bawah sadar.
Menurut MacGregor kontribusinya ada sekitar 88 persen. Ketika
gelombang alfa terjadi, seseorang seperti dalam keadaan melamun.
Namun, bukan sekedar melamun. Karena saat itu, otak dibiarkan
dalam keadaan rileks.
Fase keempat adalah beta, kisarannya di atas 13 Hz. Kondisi
ini seseorang dalam keadaan konsentrasi. Dimana ketika seseorang
sedang mengerjakan sesuatu yang sulit dan perlu berpikir keras
sehingga kerja otak akan lebih terfokus pada satu hal yang sedang
dikerjakan dan kinerja logis otak. Fase ini memungkinkan panca
39
Taufiq Pasiak, Revolusi IQ/EQ/SQ Antara Neurosains dan Al-Qur’an, (Bandung: PT.
Mizan Pustaka, 2002), Cet. ke-3, h. 161-165.
xxxv
idera berperan sangat penting, informasi yang masuk melalui panca
indera di proses sedemekian rupa oleh otak, kemudian ditanggapi.
b. Sugesti
Dalam pengetahuan hypnosis, sugesti dapat diartikan secara
sederhana sebagai :
“Suatu rangkaian kata-kata, atau kalimat, yang disampaikan
dengan cara tertentu, dan dalam situasi tertentu, sehingga dapat
memberikan pengaruh bagi mereka yang mendengarnya, sesuai
dengan maksud dan tujuan sugesti tersebut!“40
Yang dimaksudkan dengan “memberikan pengaruh” adalah
bahwa pikiran bawah sadar menyetujui sugesti dimaksud. Ia juga
merupakan kunci dari hipnoterapi. Sugesti atau pengaruh bisa
berbentuk
positif
(bermanfaat),
seperti
menimbulkan
rasa
optimistis, semangat, dan rasa percaya diri. Bisa juga berbentuk
negatif (merugikan), seperti menimbulkan rasa pesimis, takut, tidak
percaya diri, bahkan menimbulkan penyakit.41
Sugesti negatif, contohnya, seorang anak yang sering ditakuttakuti terhadap objek tertentu, seperti tempat gelap, hantu, dan
binatang tertentu. Anak tersebut dapat menjadi pribadi yang
penakut dan mengalami phobia. Ketakutan itu akan menetap di
alam bawah sadarnya sampai dewasa. Kesadaran akal pikirannya
dapat memahami kelainan yang dideritanya, tetapi tidak mampu
mengontrol, apalagi mengatasi ketakutan yang dirasakannya.
40
41
Yan Nurindera, “Sugesti”, diakses tanggal 01 April 2008 dari http://www.hipnotis.net.
Hakim, Mengatasi Gangguan Mental dan Fisik, h. 42.
xxxvi
Suatu rangkaian kata atau kalimat, agar benar-benar
menghasilkan efek sugesti, maka ada beberapa yang perlu
diperhatikan yakni:
Client Language Preference
Pergunakan kata dan kalimat yang dipahami oleh Subyek,
dalam hal ini adalah “bahasa ibu” dari Subyek, serta kosa kata &
istilah yang dipahami oleh Subyek.
Pacing – Leading
Secara sederhana dalam kaidah hipnosis, Pacing berarti
“fakta” dan Leading berarti “saran”. Kalimat-kalimat hypnosis
adalah kalimat saran yang diselipkan diantara kalimat fakta.
Repetition
Lakukan pengulangan-pengulangan di kata dan kalimat
penting, karena pengulangan akan lebih efektif dalam “menembus”
pikiran bawah sadar.42
Selanjutnya cara membawakan sugesti ini juga sangat
berpengaruh terhadap efektifitas sugesti, dalam hal penggunaan
intonasi, jeda, dan sebagainya.
Ada dua tipe sugesti, yaitu physical suggestibility dan
emotional suggestibility. Dari penelitian didapatkan data bahwa
60% populasi bersifat emotional suggestible. Berita baik mengenai
hal ini adalah bahwa terapis dapat membantu klien dengan mudah
untuk mengatasi masalah mereka karena 75% dari masalah klien
42
Yan Nurindera, “Sugesti”, diakses tanggal 01 April 2008 dari http://www.hipnotis.net.
xxxvii
sebenarnya bersifat emosional. Berita buruknya, mereka ini
biasanya termasuk kelompok yang sulit dihipnotis. Sebab, teknik
induksi yang digunakan biasanya diperuntukkan orang yang
physically suggestible.43
Suatu sugesti dikatakan efektif apabila:
1) Pola komunikasi yang ada dapat mempengaruhi persepsi
seseorang dalam bereaksi (bertindak dan berperilaku).
2) Klien
dapat
mengimajinasikannya
informasi
tersebut
(membayangkan, merasakan, menikmati) secara emosiaonal
dengan mudah.
3) Klien
tidak
mengingkari
sugesti
tersebut
(conscious
menyetujui) dan bila sugesti tersebut suatu penanaman nilai,
klien dapat dengan mudah memodifikasi program-program
untuk digunakan sebagai dasar tindakan atau perilaku.44
Jenis-jenis Sugesti
Menurut Bernheim, perubahan perilaku sebenarnya bisa
dicapai cukup dengan sugesti sederhana dan untuk mencapai
kesembuhan terapis tidak harus mengantar klien sampai trance
yang dalam.45
Ada enam tipe sugesti yang umum digunakan dalam
hipnoterapi, 46 yaitu:
43
Gunawan, Hypnotherapy: The Art of Subconcious Restructuring, h. 34.
Nugroho, Transformasi Diri: Memberdayakan Diri Melalui Hipnoterapi, h. 190.
45
La kahija, Hipnoterapi : Prinsip-prinsip Dasar Praktik Psikoterapi, h. 109.
46
Ibid., h. 111-114.
44
xxxviii
1. Sugesti untuk relaksasi, dimaksudkan untuk membuat klien
berada dalam keadaan reseptif dan mampu mengarahkan
konsentrasinya pada bagian tubuh tertentu.
2. Sugesti untuk memperdalam, dalam sugesti ini klien diajak
masuk lebih dalam lagi ke bawah sadarnya dengan perhatian
semakin terfokus pada dunia batinnya dan perlahan-lahan
digiring ke dalam tidur hipnotik.
3. Sugesti langsung, sugesti yang diberikan secara langsung tanpa
perumpamaan atau analogi dengan bahasa yang sederhana.
4. Sugesti untuk gambaran mental, sugesti ini membuat gambaran
mental klien menjadi hidup dengan membawa kondisi klien ke
tempat aman dan nyaman dan bisa dicapai bila klien berada
dalam keadaan santai.
5. Sugesti tidak langsung, sugesti ini menggunakan metafora atau
bentuk cerita sehingga klien dapat mengambil kesimpulan dari
cerita tersebut.
6. Sugesti posthipnotik, sugesti ini diberikan selama klien dalam
keadaan trans atau tidur hipnotik dan ditujukan untuk bawah
sadar klien.
4. Hipnoterapi dalam Pandangan Psikoterapi Islam
Dalam konteks kejiwaan manusia, Islam adalah sebuah agama
yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada manusia sebagai falsafah
dan sandaran hidup. Di dalamnya mengandung ajaran yang
xxxix
membimbing dan menggiring akal pikiran, jiwa, qalb, inderawi, dan
jasmani kepada kefitrahan yang selalu cenderung untuk berbuat
ketaatan dan ketauhidan kepada Yang Maha Pencipta, yaitu
kecendrungan positif yang tidak pada eksistensinya di dalam diri setiap
manusia.
Psikoterapi adalah perawatan dengan menggunakan alat-alat
psikologis terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan
emosional di mana seorang secara sengaja menciptakan hubungan
professional dengan klien, yang bertujuan: (1) menghilangkan,
mengubah, atau menemukan gejala-gejala yang ada, (2) memperantai
(perbaikan) pola tingkah laku yang rusak, dan (3) meningkatkan
pertumbuhan serta perkembangan kepribadian.47
Dan menurut Zakiah Daradjat di dalam bukunya Peranan Agama
dalam Kesehatan Mental menyebutkan, “Psikoterapi (perawatan jiwa)
tidak ditujukan kepada orang-orang yang menderita penyakit jiwa saja,
akan tetapi lebih banyak diperlukan oleh orang-orang yang sebenarnya
tidak sakit, akan tetapi tidak mampu menghadapi kesukaran-kesukaran
hidup sehari-hari dan tidak dapat menyelasaikan persoalan-persoalan
yang disangkanya rumit, dan karena persoalan-persoalan itulah yang
banyak menghilangkan rasa bahagia”48
47
H. Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama, (Bandung: PT. Sinar Bintang, 1991), h. 156-
157.
48
Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung,
2001), cet. ke-16, h. 73.
xl
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa psikoterapi
Islam adalah proses pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit, baik
itu penyakit fisik, mental, moral, maupun spiritual yang dilakukan oleh
seorang terapis dengan latar belakang ilmu perilaku dan teknik-teknik
usaha yang dikembangkan dengan melalui bimbingan Al-Qur’an dan
As-Sunnah yang bertujuan untuk mengembalikan, memelihara,
menjaga, dan mengembangkan kondisi klien agar akal dan hatinya
berada dalam kondisi dan posisi sebagai fitrahnya.
Lalu
bagaimana
pandangan
psikoterapi
Islam
mengenai
hipnoterapi? Hipnoterapi tidak berkaitan dengan alam gaib dan tidak
bersifat magic seperti yang sudah penulis paparkan pada penjelasan
sebelumnya karena pada prinsipnya hipnoterapi memanfaatkan
mekanisme penyembuhan psikis yang pada dasarnya sudah ada dalam
tubuh manusia yakni alam bawah sadar.
Hipnoterapi ini diterapkan berpusat pada klien (client-centered)
dan bukan therapist centered. Maksudnya, klien sebagai perencana dan
penentu dari metode ini. Namun tidak semua penyakit mental sembuh
melalui hipnoterapi, yaitu bila klien menolak untuk di hipnoterapi atau
sistem hipnoterapi ini berlawanan dengan sistem nilai dalam diri
seseorang, post hypnotic response pada orang itu tidak berfungsi. Dari
pemaparan di atas jelas bahwa hipnoterapi tidak dimaksudkan untuk
mengubah keyakinan ataupun kepercayaan yang dianut karena klien
sebagai pusatnya.
xli
Dalam suasana relaks, atau ketika tubuh berelaksasi, otak berada
dalam keadaan terangsang secara siaga, dan menjadi “pintu masuk”
bagi kekuatan bawah sadar. Karena itu, keadaan alfa yang dipicu oleh
reaksi relaksasi tubuh akan membukakan informasi bawah sadar
manusia sekitar 88 persen. Relaksasi yang dilakukan dengan cara
apapun akan membuat tubuh menjadi tenang.49
Dalam proses hipnoterapi ada unsur relaksasi, di mana proses ini
bisa diiringi dengan berdoa dan zikir. Ketika dalam keadaan relaksasi,
otak menampakkan gelombang alfa, di mana kondisinya dalam
keadaan relaks, tetapi siaga melakukan sesuatu. Untuk merelaksasikan
diri bisa melalui duduk tafakur dan berdzikir, di mana hal ini dapat
membangkitkan respons relaksasi.
Penelitian Herbert Bensons, menunjukkan bahwa zikir itu dapat
menjadi salah satu frasa fokus (kata-kata yang menjadi titik perhatian)
dalam proses penyembuhan diri dari kecemasan dan ketakutan. Frasa
fokus ini kemudian dikombinasikan dengan respons relaksasi. 50
Sebagaimana firman Allah swt dalam surat Ar-Ra’d ayat 28:
H"J*"
*D=EFG"
QSE
KD(MNOP
XY
WG"
73 U+V
KD(☺NOP
WG"
73Z[+V
B]( O\%) "
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”(Q.S. Ar-Ra’d: 28)
49
50
Pasiak, Revolusi IQ/EQ/SQ Antara Neurosains dan Al-Qur’an, h. 168-172.
Ibid., h. 181.
xlii
Dari pernyataan di atas, hipnoterapi dapat diterima dalam
psikoterapi Islam karena proses hipnoterapi tidak mengubah keyakinan
seseorang dan tidak berkenaan dengan magic ataupun gendam (ilmu
hitam) seperti yang selama ini disalahartikan oleh banyak kalangan.
Proses hipnotherapi juga bisa diiringi dengan zikir dan doa (Al-Qur’an
dan As-Sunnah) jika memang dirasa perlu untuk menambah keyakinan
yang kuat (keimanan), bahwa sesungguhnya yang menyembuhkan
adalah Allah SWT bukan terapis karena hipnoterapi adalah sebagai alat
bantu dalam proses penyembuhan.
B. Anak Phobia
1. Pengertian Anak dan Phobia
a. Pengertian Anak
Pada umumnya orang berpendapat bahwa pada masa kanakkanak merupakan masa yang terpanjang dalam rentang kehidupan, saat
dimana individu relatif tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.
Dalam kamus bahasa Indonesia, anak diartikan sebagai
keturunan yang kedua dan manusia yang masih kecil,51 dimana ia
dilahirkan dari sepasang laki-laki dan perempuan dalam ikatan
perkawinan.
Untuk dapat mengenal anak lebih dekat ada dua pendekatan
yakni :
51
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1984), h. 38.
xliii
1) Pendekatan Agama (Islam)
Anak adalah suatu karunia terbesar yang Allah berikan
kepada orang tua, sekaligus sebagai amanat yang harus
dipertanggungjawabkan di Hari Kemudian.
Imam Al-Ghazali berkata :”Anak adalah amanah orang
tuanya, hatinya bersih, suci dan polos, kosong dari segala ukiran
dan gambaran. Anak selalu menerima segala yang diukirnya dan
akan cenderung terhadap apa saja yang mempengaruhinya. Apabila
ia dibiasakan dan diajarkan untuk melakukan kebaikan, niscaya
akan seperti itulah anak akan terbentuk. Namun, apabila si anak
dibiasakan untuk melakukan kejahatan dan ditelantarkan, dosanya
akan ditanggung langsung oleh orang tuanya sebagai penanggung
dari amanah Allah.52
Allah berfirman dalam surat At-Tahrim ayat 6 yaitu :
*D=EFG"
_`;ab?*
H"cE
H"J*"
Vg de%2
giE
"h*
j55J"
h&* !"
m_?k*
_`
>k*l
*stA* rY qi"aF ojX⌧m
g*3*
G*
FG"
*
*s 2*
B( *sjuv
”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan
52
Muhammad Nur Abdul Hafidz, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: AlBayan, 1999), cet. ke-4, h. 35.
xliv
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.”(Q.S. At-Tahrim: 6)
2) Pendekatan Psikologi
Secara psikologis anak merupakan pribadi yang unik dan
khas, yang berbeda sekali dengan pribadi manusia dewasa, ia
memiliki sifat-sifat serta dinamika khas pula. Anak juga
merupakan pribadi sosial yang memerlukan relasi dan komunitas
dengan orang lain untuk memanusiakan dirinya. Anak ingin
dicintai, ingin diakui, dan dihargai, berkeinginan pula untuk
dihitung dan mendapatkan tempat dalam kelompoknya. Anak yang
hidup dalam sosial tertentu, ia akan dideterminir secara sosial.
Karena itu anak bisa dipengaruhi orang lain, dan bisa dididik. Anak
tidak mungkin berkembang dengan sendirinya tanpa bantuan dari
lingkungan sosialnya. Oleh karena itu, setiap tingkah laku anak
merupakan tingkah laku sosial, sebab mempunyai
relasi atau
kaitan dengan orang lain. Dan hanya dalam relasi dan komunikasi
dengan orang lain anak bisa tumbuh dan berkembang menuju pada
kedewasaan.53
b. Pengertian Phobia
Phobia adalah perasaan takut yang irasional, berlebihan, dan
bersifat terus menerus terhadap sesuatu atau situasi. Emosi takut
adalah sesuatu yang wajar dan pasti dialami oleh setiap orang. Emosi
53
Mustaqim dan Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991),
h. 48.
xlv
ini sebenarnya positif karena mempunyai makna antisipatif terhadap
sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Dan menurut Dadang
Hawari, phobia adalah ketakutan yang menetap dan tidak rasional
terhadap suatu obyek aktivitas atau situasi tertentu, yang menimbulkan
suatu keinginan mendesak untuk menghindarinya, rasa ketakutan ini
disadari oleh orang yang bersangkutan sabagai suatu ketakutan yang
berlebihan dan tidak masuk akal, namun ia tak mampu mengatasinya. 54
Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak
karena pada masa ini anak belum memiliki kemampuan berpikir yang
baik. Hal ini membuat mereka sangat reseptif dalam mengembangkan
rasa takut pada hal-hal yang tidak dikenalnya.
Beberapa ketakutan, seperti takut mati atau takut bahaya, adalah
wajar. Sedangkan ketakutan lain seperti takut darah atau kegelapan,
adalah ketakutan yang berkembang akibat pengalaman traumatik.
Suatu ketakutan akan menjadi phobia apabila emosi takut ini terpicu
oleh satu atau beberapa faktor yang irasional dan tidak diketahui.
Emosi takut ini sedemikian sering dirasakan sehingga mengganggu
kenyamanan hidup seseorang.55
Jadi pada phobia ketakutan itu berhubungan dengan konflik.
Phobia
merupakan
ketakutan
terhadap
obyek,
apakah
itu
membahayakan atau tidak, apakah itu terlihat dalam gambar, didengar
ataupun hanya dibayangkan.
54
Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan JIwa, (Yogyakarta:
PT. Dana Bhakti Prima Yoso,1997), cet. ke-3, h. 64.
55
Gunawan, Hypnotherapy: The Art of Subconcious Restructuring, h.74.
xlvi
Rasa takut menghinggapi setiap orang utamanya anak-anak. Ada
banyak hal yang mesti diwaspadai berkaitan dengan rasa takut. Orang
tua mesti menyikapi rasa takut anak secara tepat. Rasa takut yang tak
tertangani
dengan
tepat
akan
terbawa
dalam
tahap-tahap
perkembangan anak selanjutnya.
Rasa takut sebenarnya adalah emosi yang sangat normal. Pada
saat merasa takut membuat seseorang menjadi waspada dan siap
bertindak serta lebih siaga untuk bertindak melindungi diri.
Rasa takut yang mencekam, yang terus menerus dialami anak,
akan mengganggu perkembangan anak. Secara fisik anak yang selalu
ketakutan akan sering mengalami tekanan darah dan detak jantung
yang meningkat sehingga bisa mengganggu kesehatan anak. Rasa takut
yang berlebihan juga akan menghambat anak untuk melalukan
eksplorasi, menghambat adaptasi, dan lain-lain. Dalam kondisi seperti
ini orang dewasalah yang perlu mengambil inisiatif membantu anak
menghadapi rasa takut. Karena keterbatasannya sering kali anak tidak
mampu memahami sumber rasa takut yang dialami, anak juga tidak
bisa mengekspresikan dengan tepat dan tidak mampu mengatasi rasa
takutnya. Sikap yag tepat dari orang tua akan membantu anak
mengenali emosinya dan kemudian mengatasinya.sebaliknya sikap
yang tidak tepat justru memperburuk kondisi anak.56
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa takut adalah
umum pada anak-anak, dalam perkembangannya makin bertambahnya
56
Karen Diana, et. al., Mendampingi Anak Menghadapi Rasa Takut, (Yogyakarta:
Kanisisius, 2008), cet. ke-5, h. 11.
xlvii
usia anak, takut dapat lebih merupakan “anxiety” (gangguan panik),
sedangkan “anxiety” dengan takut yang berlebih-lebihan serta diikuti
konflik intrapsikis dapat mengarah phobia.
2. Jenis-jenis Phobia pada Anak
Rasa takut yang dialami anak sesungguhnya bervariasi. Cara
mengatasinya pun mesti disesuaikan. Sumber-sumber rasa takut secara
garis besar dipilah berdasarkan sumber rasa takut yang sifatnya subjektif
dan objektif.
Setiap orang baik dewasa maupun anak-anak memiliki rasa takut.
Jika ketakutan yang dirasakan seseorang sama dengan umum dirasakan
orang lain itu wajar. Seseorang yang tidak pernah merasa takut justru perlu
dikhawatirkan karena sebenarnya perasaan takut itu merupakan reaksi
seseorang terhadap rangsangan atau bahaya dari luar. Rangsangan itu
kemudian menggerakkannya untuk melindungi diri atau menjauhkan diri
dari sesuatu yang dapat melukai atau menimbulkan bahaya bagi dirinya.
Rasa takut yang muncul dalam diri seseorang mempunyai dua sisi.
Pertama, sisi positif. rasa takut menyebabkan seseorang melindungi
dirinya dari ancaman luar. Contohnya, takut pada harimau. Ketakutan
pada harimau itu merupakan suatu mekanisme pertahanan diri untuk tidak
mendekati harimau, yang kapan saja bisa menerkamnya. Kedua, sisi
negatif. Rasa takut menyebabkan seseorang memiliki perasaan-perasaan
menegangkan yang membuatnya tidak nyaman. Contohnya, ketakutan
xlviii
pada harimau itu dibawa sampai ke alam bawah sadarnya, yang mungkin
akan membuatnya menjadi terlalu obsesif untuk membunuh semua
harimau di hutan.
Setiap orang dapat mengalami berbagai perasaan takut, dan
diantaranya, wajar dialami oleh anak-anak. Namun, jika rasa takut itu
terbawa dalam tahap-tahap perkambangan anak selanjutnya, rasa takut itu
akan berdampak buruk bagi anak, baik dari segi perkembangan sensorimotorik, perkembangan kognitif, sampai perkambangan sosialnya. Anak
tumbuh menjadi pribadi yang penakut, tidak percaya diri, minder, dan
tidak berani mengambil resiko. Akibatnya, ia menjadi lambat dalam
memperoleh suatu pengalaman atau informasi baru. Secara umum, ada dua
golongan jenis-jenis phobia yng dialami anak:
a. Benda-benda yang secara objektif menimbulkan ketakutan. Biasanya
bisa dilihat,didengar, dan dirasakan. Misalnya,takut pada binatang
(anjing dan kucing ),takut masuk sekolah pertama kali, takut pada
dokter, atau takut pada sesuatu yang dapat mengeluarkan suara keras
dan mengejutkan (kilat dan guruh)
b. Hal-hal yang subjektif, yaitu perasaan dan sikap yang menyebabkan
ketakutan. Misalnya, takut pada ketinggian, takut ditinggal sendirian di
rumah, takut kehilangan orang yang dicintai, takut kehilangan kasih
sayang, takut gelap, takut hantu,takut mengenal lingkungan baru,dan
takut penolakan orang lain.57
57
Ibid., h. 19.
xlix
Bagi anak-anak, rangsangan baru dan tidak disangka sebelumnya
dapat menimbulkan perasaan takut karena mereka belum tahu bagaimana
harus memberikan reaksi yang tepat. Orang tua berperan membimbing
anak-anak supaya mereka dapat memberikan reaksi yang tepat terhadap
segala sesuatu hal yang dihadapinya, baik itu sesuatu yang dapat diduga
atau tidak.
Ketakutan yang dialami anak juga dapat menimbulkan kecemasan.
Pada situasi tertentu, kecemasan hampir sama dengan ketakutan, dan
merupakan ketakutan pada taraf ringan. Tetapi, sebenarnya ketakutan dan
kecemasan adalah dua hal yang berbeda. Ketakutan disebabkan oleh suatu
objek atau situasi tertentu, sedangkan kecemasan terjadi tanpa suatu alasan
yang jelas atau dapat disebabkan oleh suatu situasi yang sebenarnya tidak
menakutkan. Kecemasan dapat mencakup semua tingkatan pengalaman
yang terletak antara ketenangan dan ketakutan juga bisa diungkapkan
sebagai respons emosional yang tidak menyenangkan dan dalam tingkat
yang berlebihan, yang tidak sesuai dengan keadaan yang dapat
menimbulkan ketakutan. Menjadi sesuatu yang tidak wajar apabila rasa
takut itu sering muncul sehingga menghalangi fungsi kepribadian anak
secara normal.
Mereka yang takut berlebihan, biasanya menampakkan tanda-tanda:
mukanya memerah, pupil matanya melebar, menggerak-gerakan otot
muka, gelisah, beraktivitas secara berlebihan, menggigit benda-benda yang
ada disekitarnya (atau bahkan anggota tubuhnya sendiri), mengompol,
l
muntah, kehilangan nafsu makan, mengalami gangguan tidur, dan
menunjukkan sikap ketergantungan yang berlebihan.58
Sebenarnya ketakutan anak-anak terhadap sesuatu, merupakan hal
yang biasa dan wajar, karena diusianya, mereka masih belajar mengenal
dunia luar. Ketakutan yang mereka alami merupakan bentuk ketakutan
yang beralasan, karena ada objek yang membuat mereka takut. Namun,
bila dibiarkan berlanjut ketakutan tersebut dapat berkembang menjadi
ketakutan yang tidak lagi rasional atau phobia. Dan itu dapat mengganggu
perkembangan emosi anak-anak yang berpengaruh pada masa dewasanya
kelak.
Dalam sebuah penelitian di amerika dikemukakan bahwa terdapat 1015% anak-anak mengalami phobia, dan terdapat 5% anak-anak tersebut
yang mengalami phobia yang ekslusif. Anak-anak dengan phobia yang
ekslusif ini akan mengalami ketakutan yang lebih sering terhadap objek
phobianya dan ketakutan tersebut tidak bisa hilang dengan mudah dan
akan terus berlanjut dalam periode waktu yang lama. Akan tetapi, bila
seseorang berinteraksi dengan subjek fobia, hal tersebut bisa menyebabkan
fiksasi. Dalam istilah psikologi, fiksasi adalah seseorang menjadi terkunci,
karena
ketidakmampuan orang yang bersangkutan mengendalikan
perasaan takutnya.59
Pola kepribadian dasar seseorang terbentuk pada tahun-tahun pertama
kehidupan. Adanya pengalaman-pengalaman kurang menguntungkan yang
58
59
Ibid., h. 22.
Ibid., h. 66.
li
menimpa diri seorang anak pada masa mudanya akan memudahkan
timbulnya masalah gangguan penyesuaian diri di kelak kemudian hari.
Pada masa sekolah, anak-anak membandingkan dirinya dengan
teman-temannya di mana ia mudah sekali dihinggapi ketakutan akan
kegagalan dan ejekan teman. Bila pada masa ini ia sering gagal dan merasa
cemas, akan tumbuh rasa tidak percaya diri dan akhirnya timbul phobia
sekolah atau phobia sosial. 60
Tidak ada seorangpun yang tahu pasti mengapa sebagian anak
memiliki phobia, sedangkan anak yang lain tidak. Hal ini dilihat pada
keturunan, bisa berupa ayah, ibu, saudara yang lain yang memiliki phobia.
Dan phobia sering terjadi sekali tapi ekstrim penyebab biasanya ada
pengalaman traumatik dan phobia bisa terjadi bila dilakukan terus menerus
oleh orangtuanya dengan ditakut-takuti jika si anak tidak menuruti
perkataan orangtuanya sehingga menimbulkan phobia.
Setiap anak merespons perasaan takutnya secara berbeda. Sebagian
anak sangat terbuka tentang perasaan takutnya, sedangkan anak lain
menunjukkan kegelisahan dan ketakutannya dalam perilaku mereka.
Contohnya : menyangkal adanya masalah (ini biasanya terjadi pada anak
laki-laki), menjadi atau tampak kebas, bermain dengan lebih agresif,
seringkali
menciptakan
ulang
60
situasi
traumatik
ketika
bermain,
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: PT. BPK
Gunung Mulia, 1989), cet. ke-5, h. 13-14.
lii
menghindari situasi-situasi baru, mengembangkan gejala tubuh seperti
sakit, nyeri, atau gangguan tidur dan nafsu makan.61
Adapun gejala-gejala phobia yang terjadi pada anak menurut WF.
Maramis bahwa ketakutan ini dapat mengakibatkan perasaan seperti akan
pingsan, rasa lelah, berkeringat, mual, dan panik.62 Sedangkan menurut A.
Supratik dalam bukunya “Mengenal Prilaku Abnormal” mengatakan,
phobia gejalanya disertai pusing-pusing, sakit perut dan sebagainya.63
3. Sebab-sebab Phobia pada Anak
Secara umum anak mengalami ketakutan dan faktor penyebabnya64
sebagai berikut:
a. Intelegensi
Anak yang terlalu cepat dewasa mempunyai ciri khas rasa takut
yang dimiliki oleh anak-anak pada tingkat usia yang lebih tua, dan
anak-anak yang terbelakang mentalnya mempunyai ciri khas rasa takut
seperti yang dimiliki oleh anak-anak pada tingkat usia yang lebih
muda.
b. Jenis kelamin
Pada semua tingkat usia dan ditinjau sebagai suatu kelompok,
anak-anak perempuan memperlihatkan ketakutan lebih banyak
61
James J. Crist, Saat Takut dan Cemas: Apa yang Harus Aku Lakukan, (Jakarta: PT.
Buana Ilmu Populer, 2005), h. 121.
62
W. F. Maramis, Ilmu Kedokteran Jiwa, (Surabaya: Airlangga Press, 1994), cet. ke-4,
h. 60.
63
A. Supratik, Mengenal Perilaku Abnormal, (Yogyakarta: Kanisus, 1995), h. 43.
64
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, (Jakarta: PT. Graha Aksara Pratama,
1978), edisi ke-6, h. 42.
liii
dibandingkan dengan anak laki-laki. Di samping itu, ketakutan anakanak perempuan kepada objek tertentu. Seperti ular dan binatang kecil
lebih diterima secara sosial.
c. Status sosial ekonomi
Anak-anak dari keluarga berstatus sosial ekonomi rendah pada
semua tingkat usia mempunyai ketakutan yang lebih banyak
dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga kelas menengah dan
keluarga kelas tinggi. Mereka terutama takut pada kekerasan, yang
merupakan hal yang tidak terlalu ditakuti pada anak-anak dari keluarga
kelas menengah dan tinggi.
d. Kondisi fisik
Jika anak-anak dalam keadaan letih, lapar dan kurang sehat,
mereka bereaksi dengan ketakutan yang lebih besar dibandingkan
dengan dalam keadaan normal, dan mereka lebih mudah takut terhadap
berbagai macam
situasi
yang
dalam
keadaan
normal
tidak
menimbulkan rasa takut.
e. Hubungan sosial
Berada bersama anak lain yang sedang ketakutan juga
menimbulkan rasa takut. Jika jumlah individu di dalam kelompok
bertambah, maka ketakutan akan dirasakan bersama dan jumlah rasa
takut dari setiap anak akan bertambah.
f. Urutan kelahiran
liv
Anak pertama cenderung mempunyai ketakutan yang lebih
banyak dibandingkan dengan anak yang lahir kemudian, karena
mereka dibayangi sikap orang tua yang terlalu melindungi. Semakin
banyak anak yang lebih muda berhubungan dengan kakak mereka
semakin banyak ketakutan yang mereka alami.
g.
Kepribadian
Anak yang emosinya tidak tentram cenderung lebih mudah
merasa takut dibandingkan dengan anak yang tentram. Anak yang
berkepribadian ekstrovert belajar rasa takut lebih banyak dengan cara
menirukan orang lain dibandingkan dengan anak berkepribadian
introvert.
Dan hal ini akan berlanjut jika ketakutan beralih pada phobia dan ada
beberapa faktor yang mengakibatkan anak menjadi phobia, antara lain:
pernah mengalami traumatis dan shock hebat; pengalaman ini didasari
oleh rasa malu dan rasa bersalah di mana pengalaman ini ditekan hingga
kedalam alam bawah sadarnya untuk melupakan kejadian-kejadian
tersebut; jika mengalami stimulus yang serupa, respon ketakutan itu akan
timbul kembali, meskipun pengalaman yang lalu sudah terlupakan.65
65
Kartini Kartono, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas, (Bandung: Mandar Maju,
1989), cet. ke-6, h. 120.
lv
BAB III
GAMBARAN UMUM TRANZCARE
A. Sejarah Berdirinya
TranzCare adalah suatu pusat pemberdayaan diri yang langsung
ditangani oleh Yan Nurindra, seorang Human Achievement Specialist
terkemuka Indonesia. TranzCare secara operasional sudah dirintis berdiri sejak
tahun 2005. akan tetapi, baru mulai berjalan sekitar tahun 2007. pada awalnya
memang sebagai tempat konsultasi dengan metode hypnosis, kemudian
dikembangkan oleh Yan Nurindra selain sebagai tempat konsultasi juga
sebagai pelatihan-pelatihan, workshop, seminar, dan lain sebagainya yang
berkenaan dengan pengembangan dari hypnosis itu sendiri.66
TranzCare berasal dari kata trance artinya relaksasi yang dalam, dimana
ketika memasuki kondisi hypnosis dalam memberikan sugesti positif di alam
bawah sadar seseorang harus dalam kondisi trance. Sedangkan, Care artinya
penyembuhan. Untuk itu, TranzCare sebagai lembaga yang memberikan
pelayanan penyembuhan dengan metode hypnosis melalui trance (relaksasi
yang dalam).67
Yan
Nurindra
merupakan
pakar
di
bidang
Neuro
Linguistic
Programming (NLP), Psychocybernetics, dan Hypnotherapy, serta menaruh
minat yang tinggi terhadap Esoterism & Spiritualism sebagai bagian dari
metodologi pemberdayaan diri dalam menangani kliennya. Beliau juga
66
67
Sidney Panjiagung, Wawancara Pribadi, Jakarta, 01 Desember 2008.
Sidney Panjiagung, Wawancara Pribadi, Jakarta, 01 Desember 2008.
lvi
merupakan Professional Member dari National Federation of Neuro Linguistic
Psychology (NFNLP), National Guild of Hypnotists (NGH), dan International
Association of Counsellors & Therapists (IACT), yang berpusat di USA.
Yan Nurindra adalah President dari The Indonesian Board of
Hypnotherapist (IBH), organisasi Hypnotherapist pertama & terbesar di
Indonesia. Melalui TranzCare Life Empowerment Center, beliau memberikan
Life Coaching secara pribadi kepada siapapun juga yang membutuhkan
bantuan ini.
Yan Nurindra berlatar belakang pendidikan Teknik Elektro, dan ECommerce. Sejak belia ia sudah tertarik dengan berbagai hal yang terkait
dengan esoterism, spiritualitas, dan pemberdayaan diri.Yan Nurindra bekerja
di sektor formal lebih kurang 11 tahun, ia merupakan salah satu ahli Computer
Banking Indonesia yang turut berkontribusi terhadap pembangunan Teknologi
Informasi di berbagai Bank pemerintah. Yan Nurindra mempelajari
hipnotisme sejak belia, tentu saja dimulai dari dunia hipnotis tradisional yang
banyak tersebar di berbagai wilayah mistik di Indonesia, mulai dari hipnotis
yang melibatkan mantra-mantra, sampai dengan hipnotis yang mempercayai
adanya kekuatan magnet di tubuh manusia.68
Pada tahun 90an beliau mulai “mengenal” Western Hypnosis untuk
pertama-kalinya, dari seorang pesulap tua yang juga seorang pegawai
Bappenas, yaitu Bp. Sam (alm). Pesulap tua ini pernah terkenal pada tahun
60an. Selanjutnya ia banyak belajar dari para guru-guru Western Hypnosis
68
Sidney Panjiagung, Wawancara Pribadi, Jakarta, 01 Desember 2008.
lvii
Indonesia, antara lain dari seorang dokter dan sekaligus guru besar dari
Universitas Indonesia, yaitu Bp. Hukom (alm.). Dengan berbekalkan
pengetahuan Western Hypnosis yang sangat sederhana, ia melanjutkan
pembelajarannya ke para guru-guru hipnotis di dunia barat, antara lain para
Guru yang berasal dari Canada, UK, dan USA.69
Yan Nurindra secara historis merupakan pelopor dari pembelajaran
hipnotis moderen dalam format terbuka (public training) Indonesia, jauh
sebelum hipnotis dikenal secara meluas seperti pada hari ini.Tahun 2000 2002 beliau memulai pelatihan hipnotisme moderen dengan format tertutup
dan terbatas, kemudian pada tahun 2003 memberanikan diri untuk
menyelenggarakan pelatihan hipnotis untuk umum dengan publikasi terbuka,
dimana untuk pertama kalinya memanfaatkan counter-counter Gramedia di
seluruh Jakarta-Raya sebagai media distribusi pelatihannya.
Yan Nurindra juga merupakan pelopor dari pelatihan hipnotis cepat,
yaitu melalui format Full Day Workshop yang pada awalnya dipandang
sebelah mata oleh para pemerhati hipnotisme yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia. Dari pelatihan hipnotis cepat inilah banyak lahir
para praktisi hipnotis handal Indonesia, baik sebagai Stage Hypnotist,
Hypnotherapist, maupun sebagai Trainer, bahkan beberapa diantaranya kini
dikenal sebagai pakar hipnotis Indonesia yang telah menerbitkan buku-buku
hipnotis Best Seller dalam Bahasa Indonesia. Format Full Day Workshop dari
Yan Nurindra telah mengilhami banyak Trainer di Indonesia dan di beberapa
69
Sidney Panjiagung, Wawancara Pribadi, Jakarta, 01 Desember 2008.
lviii
negara Asean, sehingga saat ini format pelatihan seperti ini telah umum
ditemui di wilayah-wilayah tersebut.
Di Indonesia ia juga dikenal dengan sebagai instruktur pelatihan
hypnosis dan hipnotherapi paling terkemuka yang telah mengajarkan teknik
tersebut kepada lebih 6000 orang dari berbagai strata dan profesi, termasuk
diantaranya para psikiater, psikolog, dokter, dan berbagai spesialisasi, dan
para professional Healer dari berbagai metode penyembuhan.
Dan TranzCare adalah lembaga di bawah naungan Corplus EventMedia
merupakan badan usaha yang menangani secara resmi untuk manajemen
pelatihan dari Yan Nurindra School of Hipnotism dan The Indonesian Board
Hipnotherapy (IBH) serta berkedudukan dan berkantor pusat di Jakarta.70
B. Visi dan Misi
Visi TranzCare adalah “Life Transformation Center” yang artinya
sebagai pusat pemberdayaan diri yang langsung ditangani oleh Pakar
Hipnosis. Dan menjadikannya sebagai pusat konsultasi dan terapi dengan
pendekatan hypnosis yang professional.
Adapun Misi TranzCare adalah sebagai berikut :
1. Menyehatkan secara fisik dan psikologis
2. Membimbing menuju perubahan yang positif
3. Memotivasi pikiran dan membangkitkan keselarasan secara holisitik.71
70
71
Sidney Panjiagung, Wawancara Pribadi, Jakarta, 01 Desember 2008.
Sidney Panjiagung, Wawancara Pribadi, Jakarta, 01 Desember 2008.
lix
C. Sasaran Klien
Adapun sasaran TranzCare secara umum adalah semua kalangan kecuali:
(1) klien yang berumur di bawah 17 tahun (2) klien yang memiliki gangguan
komunikasi, khususnya gangguan di indera pendengaran (3) klien dengan
keluhan penyakit fisik non psikosomatis (4) klien yang datang tanpa keinginan
dan kesadarannya sendiri.
Akan tetapi TranzCare kadang menangani klien anak jika memang di
rasa perlu ditangani secara langsung oleh terapis asalkan si anak mampu
berkomunikasi. Alasan TranzCare tidak memasukkan anak sebagai sasaran
utama karena anak-anak memang lebih baik ditangani oleh orang tuanya
secara langsung. Adapun ketika ada klien anak yang membutuhkan metode
hypnosis tidak lebih sebagai spesialisasi. Dan TranzCare menyediakan secara
langsung tentang pelatihan-pelatihan untuk orang tua dengan metode
hipnoparenting dalam menghypnosis anak-anaknya agar menjadi penurut dan
patuh.72
D. Program Kerja dan Kegiatan
Tranz Care menyediakan layanan program kerja meliputi :
1. Stress Management
Relaksasi untuk melepaskan berbagai tekanan,
serta teknik
pengelolaan emosi agar hidup lebih sehat secara fisik dan psikologis.
72
Sidney Panjiagung, Wawancara Pribadi, Jakarta, 01 Desember 2008.
lx
2. Weight Reduction Program (Slimming)
Program pelangsingan tubuh secara sehat dan alami, dengan
memotivasi pikiran bawah sadar Client, sehingga terjadi perubahan gaya
hidup yang secara alami akan menghasilkan penurunan berat badan yang
ingin dicapai. Program ini khusus bagi wanita.
3. Anti Aging
Program untuk memotivasi pikiran dan membangkitkan keselarasan
(Mind, Body, and Soul), sehingga menimbulkan efek anti aging
(penundaan ketuaan) secara alami dan memunculkan inner-beauty.
Program ini khusus bagi wanita berusia 35 - 45 tahun.
4. Drug Addiction Removal
Program untuk melepaskan dari ketergantungan terhadap Narkotika.
Untuk sementara hanya melayani mereka yang mengalami ketergantungan
terhadap Amphetamin (Sabu-Sabu).
5. Past Life Experience
Perjalanan ke kehidupan masa lalu (sebelum kehidupan saat ini),
untuk keperluan kontemplasi, atau mencari berbagai akar permasalahan di
kehidupan saat ini yang mungkin terkait dengan kehidupan di masa silam
tersebut.
6. Prosperity Programming
Pemrograman khusus untuk membangkitkan magnet keberlimpahan
(kemakmuran) dalam diri. Program ini akan mengaktifkan potensi super-
lxi
conscious mind (kecerdasan supra) yang dapat membimbing seseorang
untuk menarik keberlimpahan dalam kehidupan nyata.
7. General Treatment
Berbagai treatment lain untuk berbagai permasalahan yang terkait
dengan aspek mental & psikologis, misal : phobia, traumatic, dan lainlain.73
Permasalahan yang ditangani lembaga TranzCare merupakan
permasalahan umum bagi semua kalangan. TranzCare selain sebagai
tempat konsultasi dan sebagai klinik hipnoterapi juga melakukan kegiatan
yang lain yaitu berupa stage hypnosis dalam bentuk workshop dan
edutainment show, self hypnosis, Hipnoselling, hypnotherapy, alpha
power (pelatihan motivasi), dan lain sebagainya.74
BAB IV
73
74
Sumber data diakses internet dari http://www.tranzcare.com
Sidney Panjiagung, Wawancara Pribadi, Jakarta, 01 Desember 2008.
lxii
TEMUAN DAN ANALISA PENELITIAN
A. Identifikasi Klien Anak75
No
:I
Nama
: Dea ( Bukan nama sebenarnya) 5 tahun
Masalah : Phobia pergi ke dokter
Awalnya dea menolak dan sering melarikan diri tiap kali diminta ibunya
untuk menggosok gigi. Ibunya tidak menyangka, mengapa dea tidak mau
menggosok gigi. Padahal sebelumnya dea paling rajin menggosok gigi. Ibunya
mencoba membujuk dea dengan membelikan sikat gigi baru berwarna biru
yang lucu sesuai dengan warna kesukaan dea. Tapi tiap kali disuruh
menggosok gigi dea langsung menolak. Sampai akhirnya ibunya tahu kalau
dea sakit gigi dan kemudian ibunya membawa dea ke dokter gigi. Akan tetapi,
baru selesai daftar dea sudah merengek minta pulang, begitu juga saat dea
diperiksa, dea menolak membuka mulutnya bahkan sampai menangis tersedusedu.
No
: II
Nama
: Icha (Bukan nama sebenarnya) 7 tahun
Masalah : Phobia gelap
Setiap malam icha selalu minta sama ibunya untuk menyalakan semua
lampu yang ada di rumahnya, bahkan kamar mandi yang digunakan pun harus
ada lampunya. Icha tidak mau rumahnya gelap, karena ia sangat takut gelap.
75
Sumber data didapat dari dokomen TranzCare
lxiii
“kalo gelap icha ga bisa ngapa-ngapain” ujarnya. Makanya setiap mati lampu
icha langsung menjerit ketakutan dan menangis.
No
: III
Nama
: Lisa (Bukan nama sebenarnya) 4 tahun
Masalah : Phobia hantu
Tiap ada tayangan film hantu lisa menjerit ketakutan, kadangkadang menutup matanya. Setelah tayangan film selesai, lisa pergi ke
kamarnya untuk tidur. Namun, tak lama kemudian lisa berlari sambil menjerit
ke kamar orangtuanya. Lisa bilang kalau di lemari bajunya ada hantu yang
setiap saat bisa keluar, lalu lisa melihat ada sesuatu yang melambai kearahnya.
B. Temuan Penelitian Metode Hipnoterapi pada Penanganan Anak Phobia
Pikiran bawah sadar manusia menyimpan misteri yang luar biasa.
Banyak hal yang menyangkut manusia bersumber dari berbagai data dan nilai
yang tersimpan di pikiran bawah sadar. Pikiran bawah sadar tidak saja terkait
dengan perilaku dan mental, tetapi lebih jauh lagi pikiran bawah sadar dapat
merubah
metabolisme,
mempercepat
penyembuhan,
atau
bahkan
memperburuk suatu kondisi penyakit. Dalam kehidupan riel, manusia
berhubungan dengan dunia luar melalui data yang terdiri dari (1). Visual
(pandangan) (2). Audio (suara) (3). Kinestetik (rasa) (4). Gustatori (rasa
pengecapan) (5). Olfaktori (bau).76 Secara sederhana panca indera adalah
kunci pintu masuk alam bawah sadar dalam diri seseorang.
76
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
lxiv
Hipnotherapi adalah suatu metode dimana klien dibimbing untuk
melakukan relaksasi, setelah kondisi relaksasi dalam ini tercapai maka secara
alamiah gerbang pikiran bawah sadar seseorang akan terbuka lebar, sehingga
yang bersangkutan cenderung lebih mudah untuk menerima sugesti
penyembuhan yang diberikan.77 Selama penelitian, penulis kesulitan bertemu
secara langsung dengan Pak Yan Nurindra dikarenakan beliau sedang
menjalani tugas di luar kota selama beberapa bulan, namun beliau
mempercayakan kepada asisten pribadinya sekaligus sebagai Direktur dan
penanggung jawab bernama Sidney Panjiagung untuk memandu penulis dalam
penelitian ini. Akan tetapi, semua wawancara yang penulis ajukan kepada
beliau disampaikan melalui asisten pribadinya sendiri.
Secara konvensional, hipnotherapi dapat diterapkan kepada mereka yang
memenuhi persyaratan dasar, yaitu: (1) bersedia dengan sukarela, (2) memiliki
kemampuan untuk fokus, (3) memahami komunikasi verbal,78 (4) ada
kemauan dan motivasi dari klien.79
Adapun tahapan-tahapan penanganan yang ditangani TranzCare secara
umum sebagai berikut:
1. Konsultasi
Sebelum treatment program, maka terlebih dahulu dilakukan PraTreatment, berupa konsultasi dan analisa dari permasalahan klien,
termasuk beberapa test untuk menentukan apakah metode TranzCare
77
Wawancara Pribadi dengan Sidney Panjiagung, Jakarta, 20 Februari 2009.
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
79
Wawancara Pribadi dengan Sidney panjiagung, Jakarta, 20 Februari 2009.
78
lxv
sesuai dan dapat menyelesaikan permasalahan dari klien. Tahap konsultasi
ini berlangsung sekitar 30 Menit - 45 Menit. 80
Jika metode TranzCare dianggap tidak sesuai dengan klien maka
penanganan dihentikan, sedangkan jika metode TranzCare dianggap
sesuai, maka klien akan diberikan rencana program. Program dapat berupa
paket atau satuan.
2. Treatment
Treatment akan berlangsung dalam bentuk Session, dimana setiap
Session akan berkisar 90 Menit - 120 Menit, tergantung dari kasus.81
Pada awalnya memang klien sebelum memasuki kondisi trance
melakukan relaksasi terlebih dahulu agar pikirannya menjadi rileks dengan
membayangkan hal-hal yang menyenangkan.82 Adapun penjelasan
terperincinya dilakukan dengan Pra-induksi, kemudian
Induksi, lalu
proses Dept Level Test dan sugesti, dan terakhir adalah terminasi.83 Prainduksi84 dimana merupakan suatu proses untuk mempersiapkan suatu
situasi dan kondisi yang bersifat kondusif antara seorang Hypnosis dan
klien.
Agar proses Pra-induksi berlangsung dengan baik, maka sebelumnya
terapis harus dapat mengenali aspek-aspek psikologis dari si anak, antara
80
Wawancara Pribadi dengan Sidney Panjagung, Jakarta, 20 Februari 2009.
Wawancara Pribadi dengan Sidney Panjiagung,, Jakarta, 20 Februari 2009.
82
Sumber data. Pengamatan langsung penulis, Jakarta, 04 November 2008.
83
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera,, Jakarta, 25 Februari 2009.
84
Yan Nurindera, “Ramai-ramai Belajar Hipnotis” di akses pada tanggal 02 April 2008
dari http://www.hipnotis.net.
81
lxvi
lain : hal yang diminati, hal yang tidak diminati, apa yang diketahui
orangtua anak tentang Hypnosis, dan seterusnya.
Pra-induksi dapat berupa percakapan ringan, saling berkenalan, serta
hal-hal lain yang bersifat mendekatkan seorang terapis secara mental
dengan anak. Pra-induksi merupakan tahapan yang bersifat kritis.
Seringkali kegagalan proses hypnosis diawali dari proses Pra-induksi yang
tidak tepat.
Langkah berikutnya adalah Induksi.85 Merupakan kunci utama dalam
proses hypnosis, karena proses inilah yang akan membawa si anak dari
kondisi beta ke kondisi alpha bahkan teta dengan kondisi sepenuhnya di
bawah kendali seorang terapis.
Bagian utama dari induksi adalah “kalimat kunci” dari seorang
terapis, ketika memerintahkan seorang anak untuk tidur, di mana
selanjutnya terapis akan mengambil alih kendali atas bawah sadar si anak.
Secara utuh, proses induksi terdiri dari 3 bagian, yaitu: Relaksasi,
adalah proses untuk mengurangi keaktifan gelombang otak si anak (High
Beta to Low Beta). Induksi ini adalah proses untuk membawa klien ke
gelombang otak Alpha, untuk selanjutnya siap disugesti dengan “kalimat
kunci”. kemudian deepening dimana klien di bawa ke trance level, yakni
tingkat yang lebih dalam ke kondisi gelombang teta.
85
Yan Nurindera, “Ramai-ramai Belajar Hipnotis” di akses pada tanggal 02 April 2008
dari http://www.hipnotis.net.
lxvii
Selanjutnya, sampailah pada proses Dept Level Test.86 Seringkali
diistilahkan dengan trance level test atau pengujian tingkat kedalaman
tidur hypnosis si anak.
Akan tetapi, bagi seorang hipnotis panggung perlu memperoleh
seorang klien dengan tingkat kedalaman trance tertentu, minimal tingkat
medium trance. Bagi seorang terapis, tingkat kedalaman trance akan
berkaitan dengan efektivitas pengaruh sugesti terapi yang akan diberikan
kepada anak.87
Depth Level Test dilakukan dengan cara memberikan perintah
sederhana yang berlawanan dengan logika kesadaran biasa (Conscious).
Jika tingkat kedalaman trance yang dimaksud belum dicapai, maka terapis
harus melakukan induksi kembali. Biasanya diikuti dengan sugesti yang
bersifat provokatif untuk dapat mencapai tingkat trance yang dalam.
Kemudian menginjak pada langkah Sugesti.88 Dimana tahapan inti
dari maksud dan tujuan proses hypnosis. Pada tahapan ini seorang terapis
mulai dapat memasukkan kalimat-kalimat sugesti ke bawah sadar anak.
Setelah itu, menuju tahapan Post Hypnotic Suggestion. Yakni, suatu
Sugesti yang bekerja walaupun seorang telah berada dalam kondisi pascahipnosis (normal). Post Hypnotic Suggestion merupakan hal penting yang
mendasari proses penyembuhan dalam terapi.
86
Yan Nurindera, “Ramai-ramai Belajar Hipnotis” di akses pada tanggal 02 April 2008
dari http://www.hipnotis.net.
87
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
88
Yan Nurindera, “Ramai-ramai Belajar Hipnotis” di akses pada tanggal 02 April 2008
dari http://www.hipnotis.net.
lxviii
Apabila terapis ingin mengendalikan si anak, ia bisa menggunakan
simbol bunyi atau tindakan. Inilah yang disebut Anchor, yakni sugesti
berupa simbol-simbol yang akan menghasilkan reaksi pemikiran,
emosional, atau perilaku tertentu disebut juga dengan Anchor. Inilah yang
sering dipraktikan Romy Rafael di televisi atau dikenal dengan istilah
proses Programming. Dimana terapis memprogram pemberian sugesti,
misalnya “jika kamu melihat kecoa yang kamu takuti, maka kamu dapat
menganggap bahwa itu adalah mainan yang menyenangkan…..”89
Tahap paling akhir adalah Terminasi,90 yakni suatu tahapan untuk
mengakhiri proses hypnosis. Konsep terminasi adalah agar seorang klien
tidak mengalami kejutan psikologis ketika terbangun dari tidur hipnotis.
Standar dari proses terminasi adalah membangun sugesti positif yang
akan membuat tubuh si anak lebih segar dan relaks, kemudian diikuti
dengan regresi beberapa detik untuk membawa klien ke kondisi normal
kembali.
Dari
penjelasan
di atas,
dapat dipahami
bahwa
hypnosis
membutuhkan kerjasama yang baik antara si anak dengan terapis.91
Bahkan dapat dikatakan bahwa anak memegang peranan utama.
Adapun sebagai tambahan, tahapan-tahapan secara khusus untuk
anak dalam proses hipnoterapi92 melalui pendekatan-pendekatan dibawah
ini:
a. Restrukturisasi kognitif
89
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
Yan Nurindera, “Ramai-ramai Belajar Hipnotis” di akses pada tanggal 02 April 2008
dari http://www.hipnotis.net.
91
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
92
A. Kasandravati, “Masalah dengan Hipnoterapi”, artikel diakses pada tanggal 15 juni
2008 dari http://www.nakita.com.
90
lxix
Pada proses ini anak dapat mengeksplorasi pikiran, pengalaman,
dan berbagai gangguan yang dialami.
b. Abreaksi, katarsis, desentisisasi
Melalui proses pelepasan emosi, anak diharapkan mampu
menyusun kembali formulasi ketegangan, hambatan, dan ketakutannya
secara bertahap.
c. Modifikasi gejala
Anak diajarkan melakukan teknik relaksasi
yang dapat
mengurangi bahkan menghilangkan gangguan. Dengan demikian anak
akan memiliki kontrol bila gangguan tersebut muncul dalam situasi
nyata.
d. Pendidikan dan rehabilitasi
Setelah
melalui
rangkaian
proses
tersebut,
anak
punya
keterampilan baru, bahkan konsep percaya diri yang lebih tinggi.
Pada dasarnya, teknik hypnosis mempergunakan seni komunikasi
verbal dan non verbal yang sangat persuasif, sehingga pada umumnya
hipnosis diterapkan kepada mereka yang sudah memahami komunikasi.
Oleh karena hypnosis formal hanya efektif untuk anak yang telah berusia
minimal sekitar 7-8 tahun.93 Untuk anak-anak balita sebaiknya
dipergunakan hypnosis informal atau komunikasi yang berpola hipnotis.
Hipnotis informal merupakan teknik komunikasi yang berpola
khusus, sehingga tidak secara otomatis setiap orang dapat menguasainya.
Dimana teknik ini sangat sederhana untuk “memasukkan” sugesti ke anak
93
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
lxx
balita, dan teknik ini relatif dapat dilakukan oleh setiap orang tua
(hipnoparenting).
Pada bab sebelumnya, penulis sudah memaparkan gelombang otak
sebelumnya dimana terdapat 4 wilayah utama gelombang otak, yaitu : beta
(kondisi aktif), alpha (kondisi tenang dan fokus), teta (kondisi sangat
tenang), dan delta (kondisi tidur). Kondisi hypnosis yang dalam deep
trance setara dengan kondisi gelombang teta. Teknik hypnosis adalah seni
untuk membawa seseorang dari kondisi aktif (Beta) ke kondisi tenang
(alpha & teta).
Kondisi teta adalah kondisi dimana pikiran sadar tidak aktif, dan
pikiran bawah sadar bersifat mudah menerima saran dan sugesti dari luar.
Kondisi delta adalah kondisi dimana pikiran bawah sadar tidak aktif, tetapi
pikiran bawah sadar tidak merespon.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka ketika manusia menjelang
tidur, yang terjadi adalah penurunan gelombang otak yang menyebabkan
terjadinya perpindahan area, yaitu dari beta, turun ke alpha, kemudian
turun lagi ke teta, dan akhirnya memasuki tidur sempurna yaitu delta. Hal
ini juga berlaku bagi anak-anak. Berdasarkan prinsip bahwa proses tidur
adalah proses perpindahan gelombang otak, maka sugesti dapat
dimasukkan ketika gelombang otak diperkirakan sudah mulai menyentuh
teta, tetapi belum memasuki delta.
Secara praktis, sugesti untuk anak dapat mulai diucapkan ketika anak
mulai tertidur, karena tidur diawal ini belumlah tidur sempurna (delta)
melainkan suatu kondisi dimana pikiran bawah sadar memiliki sifat paling
reseptif (teta).
lxxi
Walaupun kondisi teta belum merupakan tidur yang sempurna akan
tetapi bagi klien anak, tidur ini tetap dirasakan sebagai tidur sempurna,
sehingga kemungkinan anak tidak akan mendengarkan sugesti yang
diberikan, tetapi sugesti ini justru didengarkan dengan baik oleh pikiran
bawah sadar mereka, sehingga berproses kepada perubahan perilaku sesuai
dengan yang diinginkan.94
Jika tepat ketika anak baru mulai tertidur atau sudah mulai tidak
merespon suara luar, maka terapis dapat mulai mengucapkan kalimatkalimat sugesti, dilakukan sekitar 15 menit secara berkesinambungan. 95
Hal ini penting, karena jika sugesti sempat terhenti beberapa menit, maka
anak akan “meluncur” memasuki gelombang delta atau gelombang tidur
alamiah.
Fenomena ini sebenarnya sudah sering dialami anak dimanapun juga,
yaitu mereka mudah mengingat dongeng menjelang tidur, walaupun
mungkin ketika dongeng ini baru dibacakan, mereka sudah tertidur dengan
pulas.96 Hal ini menunjukkan bahwa dongeng tersebut justru didengarkan
oleh pikiran bawah sadar, sehingga menjadi ingatan yang sangat kuat.
Berdasarkan pemahaman sederhana di atas, proses hipnotherapi
dilakukan dengan cara yang sangat sederhana, yaitu memberikan sugesti
pada saat anak dalam kondisi setengah tidur (alpha-teta). Sugesti yang
diberikan adalah sugesti yang kiranya mengarah pada kondisi atau
perubahan-perubahan yang diinginkan dari perilaku yang terhambat pada
diri si anak.
94
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
96
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
95
lxxii
Dengan kesabaran, pengulangan-pengulangan terus-menerus, maka
pikiran bawah sadar anak akan mencerna dan selanjutnya akan membentuk
nilai baru, bahkan perilaku baru.97 Pikiran bawah sadar mempunyai sifat
netral dan cenderung memahami sesuatu yang diulang-ulang.
Sebagai informasi tambahan, teknik ini bahkan telah dikembangkan
secara lebih baik dengan membuat rekaman suara yang dapat diputar
kembali pada saat anak menjelang tidur, sehingga proses menjadi lebih
mudah, dan intensitas menjadi lebih tinggi.98
Teknik di atas juga dapat diterapkan pada anak penderita autis,
seperti pada beberapa peserta pada kelas pelatihan hipnotherapi yang
diadakan Pak Yan Nurindra yakni para orang tua yang memiliki anak
penderita autis. Terapi ini adalah sebagai pendamping (supplementary)
disamping metode medis yang tetap harus diberikan.99
Hipnoterapi efektif untuk anak-anak yang sudah mampu berpikir
abstrak, yaitu berusia 10-11 tahun. Namun tidak tertutup kemungkinan
diterapkan pada anak-anak usia di bawahnya asalkan sudah mampu
berpikir abstrak.100 Kemampuan ini menjadi syarat penting karena tanpa
kemampuan berpikir abstrak, terapi ini tidak bisa dijalankan.
Hipnoterapi menekankan peran aktif anak untuk menjelajah pikiran,
perasaan, dan perbuatannya dalam sebuah proses internal dengan
menampilkan imajinasi bebas terhadap dirinya. Proses ini ditujukan untuk
memperoleh pencerahan dan pemahaman. Dua hal ini sangat berperan
97
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
99
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
100
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
98
lxxiii
dalam upaya modifikasi perilaku secara langsung, termasuk perhatian
untuk menghilangkan atau mengalihkan gangguan.101
Pada dasarnya, Yan Nurindra ketika memberikan hipnoterapi pada
anak yang pernah beliau tangani, tekniknya sama saja dengan hipnoterapi
pada orang dewasa hanya perbedaannya pada teknik pra-induksi dan
waktu yang dibutuhkan seperti yang sudah penulis paparkan. 102 Akan
tetapi jika dirasa perlu, ada beberapa teknik khusus sebagai tambahan
jikalau teknik di atas tidak berhasil atau si anak sulit untuk memasuki
kondisi trance.
Sebagai gambaran, berikut teknik tambahan103 yang digunakan
dalam proses hipnoterapi untuk anak:
a. Teknik arm-weight
Anak diminta untuk menutup mata dan mengulurkan tangannya
sejauh mungkin di depan tubuh. Kemudian membayangkan dirinya
sedang memegang sebuah tas yang berisi dua buah batu bata, dan
tangan satunya diikat dengan balon berwarna cerah yang diisi helium.
Bila dalam tas itu ditambahkan dua buah batu bata, maka beratnya
menjadi bertambah sehingga terasa berat dan tangannya terkulai ke
bawah. Setelah itu, anak diminta untuk konsentrasi lagi dan
mengibaskan kedua tangannya sehingga balon maupun tas yang berisi
batu bata terlepas.
b. Teknik hand sculpture
101
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
Wawancara Pribadi dengan Sidney Panjiagung, Jakarta, 20 Februari 2009.
103
A. Kasandravati, “Masalah dengan Hipnoterapi”, artikel diakses pada 15 Juni 2008
dari http://www.nakita.com
102
lxxiv
Anak diminta berkonsentrasi dan mengulurkan kedua tangan di
pangkuan sehingga jari-jemarinya bertaut dengan membayangkan
sedang memandang sesuatu yang indah. Semakin indah, semakin erat
jari-jemarinya bertaut sehingga sulit dilepaskan. Setelah itu, lemaskan
otot dan biarkan jari-jemari terlepas, namun kenangan indah tersebut
tetap ada.
c. Teknik umbrella
Anak diminta membayangkan seolah-olah sedang berjalan di
bawah hujan lebat sambil membawa payung. Semakin keras angin
menerpa, payung makin terangkat ke atas, bahkan tubuhnya pun ikut
terangkat. Setelah itu biarkan payung lepas dan anak diminta membuka
matanya kembali.
d. Teknik sway
Terapis
berusaha
membuat
efek
bandul
dengan
cara
menggerakkan tubuh anak ke kiri-kanan, depan-belakang.
Untuk memasukkan sugesti pada anak, ada beberapa kriteria
dalam mengucapkan kata-kata,104 yakni:
1) Kata-kata dan kalimatnya konkret, sederhana dan jelas maksudnya.
2) Bahasanya yang mudah dipahami.
3) Disertai ekspresi positif sekaligus menghindari ekspresi negatif.
4) Sedapat mungkin hindari kata "coba".
5) Mengintegrasikan saran dengan tanda-tanda tertentu.
6) Mengaitkan respons yang diinginkan dengan akibat positif.
104
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
lxxv
7) Menggunakan sugesti langsung dan tidak langsung.
8) Mengulang-ulang sugesti yang ingin dimasukkan.
9) Mengidentifikasikan "tanda" untuk status kesadaran hipnotik.
10) Menggunakan imajinasi atau pengalaman.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan mengenai pelaksanaan
metode hipnoterapi bahwa dalam memilih cara untuk menangani phobia
pada anak, selalu harus dibedakan antara phobia yang biasa, yang mudah
hilang dengan suatu cara penanganan, dengan phobia yang lebih ruwet dan
majemuk karena merupakan suatu penyaluran dari pertentanganpertentangan di dalam dirinya. Dalam hal ini keadaan sekolah dan
lingkungan keluarga anak perlu diteliti dan diikutsertakan dalam usaha
untuk menghilangkan phobia itu. Mungkin sekali lingkungan sekolah
ataupun keluarga telah turut mengambil bagian dalam terbentuknya rasa
phobia tersebut. Hal ini yang diperlukan dalam latar belakang si anak atau
pra-induksi dalam proses hipnoterapi pada anak.
Menghilangkan suatu phobia pada anak dalam proses hipnoterapi
diawali dengan menghubungkan peristiwa yang menimbulkan phobia itu
dengan sesuatu hal yang menyenangkan anak. Dengan harapan bahwa
perasaan senang terhadap hal satunya akan menutupi peristiwa yang
membangkitkan phobianya.
Dengan memberi kesempatan kepada anak supaya berkenalan
terlebih dahulu (tahap induksi) dengan peristiwa yang menakutkan secara
tahap demi tahap diperlihatkan kepada anak. Lalu kemudian diberikan
lxxvi
dengan tahapan-tahapan hipnoterapi yakni pemberian sugesti sampai
dengan terminasi. 105
Setelah itu, apabila anak sudah mengerti hubungan antara phobia dan
suatu kejadian yang menimbulkan ketakutan itu, maka anak boleh diajak
mengalami kembali kejadian yang semulanya telah membangkitkan rasa
takut anak. Misalnya anak yang pernah tergelincir di kamar mandi karena
licin, sehingga phobia untuk mandi di kamar mandi tersebut. Peristiwa
tersebut harus persiapkan dengan baik, supaya anak tidak lagi merasakan
peristiwa yang mirip keadaan yang dulu dialami.
Pada dasarnya anak harus dapat merasakan perasaan aman dan
tenteram, yang didapatkan dari sikap orang dewasa atau terapis yang
mengajak anak tersebut dengan sikap yang tenang, aman dan meyakinkan.
Anak mengulangi beberapa kali terjadi peristiwa tersebut atau memasuki
keadaan yang telah membangkitkan phobia dengan didampingi terapis
yang memberikan perasaan aman tenteram, sampai ia dapat mengalaminya
tanpa perasaan tergoncang.
Setelah proses terapi selesai, orang tua kemudian biasanya diberikan
edukasi berupa teknik-teknik terapi hypnosis tertentu yang nantinya
dipergunakan untuk membantu pasca hipnoterapi agar phobia yang
dialami anak benar-benar bisa dihilangkan.106
C. Faktor
Pendukung
dan
Penghambat
Metode
Hipnoterapi
Penanganan Anak Phobia
105
106
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
lxxvii
Pada
Menurut Pak Yan, selama si anak bisa berkomunikasi dengan baik dan
bisa untuk fokus serta tidak ada hambatan dalam bahasa, maka terapi akan
berjalan dengan lancar. Akan tetapi, permasalahan utama adalah terkadang
anak memiliki ketidakmampuan untuk fokus dalam waktu tertentu saat proses
hipnotherapi, sehingga terapis mengalami kesulitan untuk membimbing anak
yang mengalami phobia untuk memasuki relaksasi atau imajinasi.107
Pada hipnotherapi hal ini dapat dilakukan dengan teknik-teknik khusus
seperti sesuatu yang disukai si anak berupa dongeng ataupun bermain
sehingga anak merasa lelah dan kemudian tertidur dimana dapat membuka
gerbang bawah sadar si anak, akan tetapi tetap saja membutuhkan waktu yang
sangat lama, dan dibutuhkan pengulangan-pengulangan, serta penanganan
yang penuh kesabaran.108
Sebaliknya, keberhasilan tidak lepas dari faktor si anak yakni ketika si
anak bisa berkomunikasi dengan terapis maka alam bawah sadarnya bisa
disentuh dengan sugesti yang positif. 109
Keberhasilan praktik hipnoterapi adalah ketika klien sudah berada pada
situasi deep trance. Namun, untuk mencapat tingkat ini, ada faktor yang
mempengaruhinya. Yakni, kondisi psikologis (Kejiwaan) klien, tingkat
keaktifan berpikir klien, suasana dan kondisi lingkungan, ketrampilan seorang
hypnotist, waktu, serta tingkat kepercayaan klien terhadap seorang hypnotist.
107
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
109
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
108
lxxviii
dan jika salah satu faktor tidak lengkap kemungkinan proses hipnoterapi tidak
akan berjalan dengan lancar dan berhasil. 110
Ada beberapa kunci keefektifan dari hipnoterapi. Pertama, terapis.111
Banyak orang yang mengaku hipnoterapis ternyata hanya menguasai teknik
terapi posthypnotic suggestion and imagery. Teknik ini yang digunakan oleh
stage hypnotist (hipnosis panggung) dalam melakukan pertunjukan. Mungkin
mereka, para hipnoterapis ini, merasa bahwa kalau dengan sugesti saja bisa
membuat subjek hypnosis melakukan apa yang disugestikan, misalnya tidak
bisa jalan, lupa nama, kehilangan suatu angka, bahkan sampai mengalami
halusinasi, maka prinsip yang sama bisa diterapkan untuk menerapi klien yang
bermasalah.
Terapi dengan sugesti bukannya tidak ampuh. Teknik ini tetap sangat
ampuh namun harus memperhatikan kondisi klien. Kasus ringan misalnya
berhenti
merokok,
kurang
percaya
diri,
kebiasaan
menggigit
jari,
meningkatkan prestasi akademik, atau kecemasan ringan bisa sangat terbantu
dengan menggunakan sugesti.112
Namun kalau untuk kasus berat seperti trauma akibat pelecehan seksual,
konflik diri, perasaan dendam, kebencian yang hebat pada seseorang,
penolakan diri akibat kehamilan yang tidak diinginkan, proses pendidikan
yang salah, atau pengalaman traumatik lainnya yang berisi muatan emosi
110
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
112
Wawancara Pribadi dengan Sidney Panjiagung, 20 Februari 2009.
111
lxxix
negatif yang tinggi, maka harus digunakan teknik terapi yang lebih maju dari
yang lain.113
Satu hal lagi yang cukup memprihatinkan adalah banyak orang yang
hanya dengan membaca buku hipnosis atau hipnoterapi, atau mengikuti kursus
hipnoterapi singkat, singkat maksudnya hanya dalam beberapa hari, setelah itu
berani praktik, terima klien, dan yang lebih hebat lagi berani buka klinik
hipnoterapi dan tidak punya sertifikasi.114
Dari pernyataan di atas, penulis menyarankan perlu hati-hati dan selektif
untuk memilih hipnoterapis. Mengapa? Karena yang diotak-atik adalah
pikiran. Kalau salah penanganan maka bisa sangat berbahaya. Dan diusahakan
terapis yang menangani langsung hipnoterapi ini adalah terapis yang
berlisensi.
Kedua, Klien.115 Saat klien mendaftar, mereka akan ditanya mengenai
keluhan masing-masing. Lalu, pada sesi awal, klien akan berbincang-bincang
singkat dengan hipnoterapis yang menanganinya. Dengan demikian terapis
akan mengetahui pola pikir klien, sekaligus merasakan adanya chemistry dan
koneksi serta mengetahui latar belakang permasalahan klien.
Menurut Mukti, umumnya hipnosis gagal dilakukan kepada orang yang
tak bisa menyugesti dirinya sendiri. Pasalnya, dasar hipnosis adalah sugesti
diri. Selain itu, menurut Nugroho, hypnosis tidak akan memberikan hasil
instan bak sulap. Dibutuhkan waktu juga kemauan si klien untuk berubah. Dan
113
Wawancara Pribadi dengan Sidney Panjiagung, 20 Februari 2009.
Wawancara Pribadi dengan Sidney Panjiagung, 20 Februari 2009.
115
Wawancara Pribadi dengan Sidney Panjiagung, Jakarta, 20 Februari 2009.
114
lxxx
menurut Yan Nurindra hypnosis akan mengalami kegagalan jika dalam proses
pra-induksi tidak tepat.116
Karena itu, proses wawancara sebelum sesi hypnosis penting untuk
dilakukan. Perlu diketahui motivasi klien, dengan hipnosis bisa dilakukan jika
klien mau melakukannya, bukan karena paksaan dari orang lain.
D. Kelebihan dan Kelemahan Metode Hipnoterapi
Menurut Pak Yan, hipnoterapi ini sangat efektif dan efisien dalam proses
penyembuhan jika penggunaannya tepat pada klien yang membutuhkannya.117
Seperti diketahui bahwa dalam hypnosis akan menyentuh alam bawah sadar
yang 88% melingkupi kehidupan seseorang (yang 12% adalah pikiran sadar),
maka terapi ini akan mampu lebih banyak untuk mengubah perilaku anak
sehingga menjadi lebih baik. Dan metode ini tidak menggunakan obat-obatan
tertentu yang secara tidak langsung mungkin akan menyebabkan efek samping
yang tidak dikehendaki. 118
Hal ini terlihat pada pernyataan klien119 yang datang ke TranzCare di
bawah ini:
“Selama 10 tahun terakhir ini saya mengalami ketergantungan obat
penenang untuk membantu saya tidur ! Dan semakin lama, dosis yang
diberikan dokter semakin besar. Setelah menjalani treatment di
TranzCare sebanyak 6 sesi, saat ini saya total terbebas dari obat-obatan itu,
dan tidur saya justru menjadi sangat nyenyak alami ! Amazing !”
Ny.Sally
Pengusaha,Manado
116
Irawati Diah Astuti wartawan Suara Pembaharuan, “Hipnotis bukan Sulap”, artikel
diakses pada 02 April 2008 dari http://www.hipnotis.net.
117
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
118
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
119
Sumber data diperoleh dari dokumen lembaga TranzCare.
lxxxi
“Beberapa tahun silam saya mengalami kecelakaan di tempat pekerjaan,
sehingga menimbulkan kecemasan luar biasa jika saya tengah berada di
offshore-rig. Hal ini tentu saja sangat mengganggu dan mengancam karier
saya. Ketika suatu kesempatan saya pulang ke Indonesia saya mengunjungi
TranzCare dan langsung memperoleh treatment dari Bp. Yan Nurindra
sebanyak 2 sesi. Saat ini saya benar-benar sudah terbebas dari traumatik dan
phobia tersebut dan dapat bekerja sangat nyaman seperti sebelumnya.”
Irfan Rosyidi
Drilling Engineer, UEA
“Saya memiliki masalah dengan berat badan, dan sejak 3 tahun yang lalu
saya telah mencoba berbagai metode, dan tidak ada satupun yang efektif,
walaupun untuk itu saya sudah menghabiskan biaya belasan juta rupiah.
Setelah menjalani sekitar 6 kali treatment di TranzCare, terjadi perubahan
gaya hidup yang luar biasa, karena saya dapat mengontrol pola makan dengan
sangat mudah dan nyaman, dan saya menjadi sangat aktif ke fitness center.
Saat ini berat badan saya benar-benar mengalami penurunan bertahap secara
alami dan nyaman.”
Winda
Sekretaris, Jakarta
“Saya sangat tersiksa karena saya benar-benar tidak pede jika harus
tampil di depan umum, di sisi lain pekerjaan saya justru menuntut saya untuk
sering melakukan presentasi. Setelah menjalani treatment sebanyak 3 sesi di
TranzCare, saat ini saya justru "kecanduan" untuk selalu tampil di depan
umum, dan tentu saja ini sangat membantu karir saya sebagai seorang Product
Manager.”
Tari
Marketing Perusahaan Multinasional, Jakarta
Adapun sesi terapi yang dilakukan TranzCare dari 4 kali-10 kali sesi
terapi dan kadang ada klien yang datang tiap minggunya tergantung dari jenis
permasalahan yang dihadapi klien sampai klien benar-benar sembuh.120
Setiap sesi terapi adalah proses yang unik. Dinamikanya selalu berbeda.
Keberhasilan suatu terapi, dalam hal ini bergantung pada dua faktor yaitu
klien dan terapis121.
120
121
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
Wawancara Pribadi dengan Sidney Panjiagung, Jakarta, 20 Februari 2009.
lxxxii
Terapi bisa saja tidak berhasil bila ternyata teknik yang digunakan tidak
sesuai. Hipnoterapi ini tidak hanya menggunakan satu teknik saja, melainkan
beberapa teknik yang sesuai dengan kondisi klien. Dengan kata lain,
hipnoterapi ini istilahnya client centered bukan therapist centered.
Secara teknis, dalam hipnoterapi, ada empat teknik dasar terapi:
posthypnotic suggestion and imagery atau sugesti pascahipnosis dan imajinasi,
discovering
the
root
cause
atau
menemukan
akar
masalah,
release atau melepas emosi negatif yang melekat pada pengalaman
traumatik.122
Dari keempat teknik dasar ini yang digunakan oleh terapis adalah teknik
posthypnotic suggestion. Dilakukan dengan cara klien diminta melakukan
relaksasi dan setelah dirasa cukup rileks terapis akan menyugesti klien.
Sugestinya berisi pesan-pesan untuk pikiran bawah sadar yang bila pesan ini
diterima dan dilaksanakan oleh pikiran bawah sadar maka klien akan
mengalami perubahan positif.
Ada beberapa kemungkinan proses hipnoterapi tidak efektif. Pertama,
level kedalaman trance yang tidak sesuai. Klien tidak bisa masuk ke
kedalaman trance yang diinginkan karena hipnoterapis tidak memperhatikan
tipe sugestibilitas klien. Kedua, teknik deepening tidak tepat. Ketiga, sugesti
yang diberikan tidak melihat kepribadian klien, apakah bisa diberikan sugesti
122
Ida Farida wartawan Suara Harian Rakyat, “Masuk ke Alam Bawah Sadar, Atasi
Masalah Psikosomatik”, diakses pada 09 April 2008 dari http://www.hipnotis.net
lxxxiii
secara langsung. Keempat, kasus yang dialami klien masuk kategori “berat”.
123
Jika dengan teknik posthypnotic suggestion and imagery tidak berhasil
maka seharusnya bisa digunakan teknik berikutnya yakni menemukan akar
masalah yang dilanjutkan dengan teknik pelepasan dan pengulangan.124
Masalah atau hambatan hidup yang dialami oleh klien, dan ini tampak
dalam perilakunya, sebenarnya hanya merupakan simtom (gejala). Untuk
membereskan simtom maka terapis harus bisa menemukan akar masalah. Nah,
untuk bisa menemukan akar masalah harus digunakan teknik terapi lain, tidak
bisa sekadar menggunakan sugesti.
Seringkali yang terjadi adalah setelah mendapat sugesti klien merasa
masalahnya telah selesai. Namun selang beberapa saat masalah yang sama
akan muncul lagi. Hal ini mengindikasikan bahwa akar masalah yang
sesungguhnya belum tertangani.
Yang lebih sulit lagi adalah bila sampai terjadi double symptom. Artinya,
simtom yang tampak ternyata merupakan simtom dari suatu simtom dari suatu
akar masalah. Nah, kalau sudah begini kondisinya maka teknik sugesti dijamin
tidak akan bisa efektif.
Dan menemukan akar masalah itu caranya bisa macam-macam. Bisa
mengunakan teknik ideomotor response, regression, desensitization, gestalt
123
124
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
lxxxiv
therapy, relaxation, mimpi, dan masih banyak lagi teknik lainnya yang bisa
digunakan sesuai kebutuhan.125
Adapun kelemahan dari metode hipnoterapi ini adalah hipnoterapi masih
dipandang sebelah mata, hal ini terlihat dari persepsi masyarakat yang menilai
bahwa hypnosis itu merupakan sesuatu hal yang magic, ilmu hitam, dan ghaib.
Padahal, hypnosis ini memang sudah diuji secara ilmiah yaitu penerapan terapi
dengan alam bawah sadar manusia dengan pemberian sugesti secara positif.126
Dan ada beberapa pendapat yang menjadi titik kelemahan dari
hipnoterapi pada anak mengenai persepsi orang tua yang salah127 yakni:
a. Dilakukan sejak bayi
Pendapat yang menyebutkan bahwa hipnoterapi bisa dilakukan sejak
bayi tidaklah benar. Untuk menjalani terapi ini dibutuhkan kemampuan
berpikir abstrak yang belum dikuasai bayi dan balita. Sugesti mungkin saja
dilakukan, misalnya orang tua berusaha menenangkan anaknya yang
sedang menangis karena terjatuh dengan menciumnya. Bisa saja dalam
bayangan anak, kalau orang tua sudah menciumnya, sakitnya akan
sembuh. Ini adalah sugesti dan bukan hipnoterapi.
b. Rentan dikuasai orang lain
Banyak orang tua yang khawatir menjalani terapi ini karena
beranggapan anak yang sedang pada kondisi hipnosis akan mudah
125
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
Wawancara Pribadi dengan Sidney Panjiangung, Jakarta, 20 Februari 2009.
127
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
126
lxxxv
dikuasai orang lain. Ini juga kurang tepat, sebab dalam proses hipnosis,
anak tetap mampu melakukan proses penilaian, membuat keputusan,
mengarahkan tingkah lakunya sendiri dan sebagainya. Pemahaman itu
sedikit banyak dipicu oleh tontonan teve yang menggambarkan
kemampuan seseorang menghipnotis orang lain sehingga menuruti
keinginannya.
c. Khawatir tidak bisa "bangun" lagi
Banyak orang tua cemas kalau-kalau anaknya tidak bisa "bangun"
lagi dari proses hipnosis. Ini tidak benar. Sebab selama proses itu
berlangsung, hakikatnya anak tetap dalam kondisi sadar. Ia tetap bisa
mengarahkan dirinya sendiri untuk keluar dari fase ini meskipun ditinggal
oleh terapisnya atau bahkan dalam keadaan pingsan.
d. Bisa dilakukan pada semua orang
Pemahaman ini juga kurang tepat karena hipnosis tidak bisa
dilakukan pada semua anak. Anak penyandang autisme atau hiperaktif,
tentu sulit sekali untuk diminta konsentrasi dan menjalankan apa yang
diperintahkan oleh terapisnya.
lxxxvi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan, serta uraian pada bab-bab
sebelumnya akhirnya penulis dapat membuat kesimpulan bahwa:
1. Pelaksanaan hipnoterapi dengan pra-induksi terlebih dahulu berupa
konsultasi dan tanya jawab pada anak melalui pengenalan mengenai aspek
psikologis pada anak; lalu induksi dimana prosesnya si anak dibuat rileks
dari beta, alpha, dan teta hingga masuk ke trance yang lebih dalam;
selanjutnya dept level test dimana si anak diuji tingkat kedalaman trance
apakah si anak benar-benar dalam keadaan rileks; berikutnya pemberian
kalimat sugesti positif dimana inilah inti dari proses terapi; dan terakhir
terminasi yakni si anak kembali ke kondisi normal dan tidak mengalami
kejutan secara psikologis.
2. Faktor pendukung metode hipnoterapi adalah dengan syarat si anak
mampu berkomunikasi tanpa ada hambatan bahasa dan mampu untuk
fokus dalam menjalani sesi terapi serta ada kemauan dan motivasi dari si
anak dan faktor penghambatnya adalah sebaliknya.
3. Kelebihan dari metode hipnoterapi adalah metode ini efektif dan efisien,
hal ini dilihat dari tidak menggunakan obat-obatan yang dapat
menyebabkan efek samping, akan tetapi perlu dilihat bahwa metode ini
hanya sebagai alat bantu jika metode tidak tepat maka digunakan metode
lxxxvii
terapi yang lain. Adapun kelemahannya adalah metode ini masih
dipandang sebelah mata, karena masyarakat cenderung menyamakan
hypnosis dengan praktek gendam.
B. Saran
Sehubungan dengan keterbatasan hasil penelitian ini, serta setelah
diketahuinya proses dan hasil pelaksanaan metode hipnoterapi, maka ada
beberapa saran yang dapat diberikan oleh penulis, yaitu:
1. Untuk lembaga TranzCare perlu adanya pengembangan dan perluasan
mengenai metode hipnoterapi ini agar masyarakat tidak salah menilai
mengenai praktik hypnosis.
2. Untuk para orang tua diharapkan metode hypnosis ini bisa membantu
menangani masalah anaknya terutama yang mengalami phobia.
lxxxviii
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hafidz, Muhammad Nur. Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Bandung:
Al-Bayan, 1999, cet. Ke-4.
A. Kasandravati, “Masalah dengan Hipnoterapi”, artikel diakses pada tanggal 15
juni 2008 dari http://www.nakita.com.
A. Supratik, Mengenal Perilaku Abnormal, Yogyakarta: Kanisus, 1995.
Aziz Ahyadi, H. Abdul. Psikologi Agama, Bandung: PT. Sinar Bintang, 1991.
Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1999), cet.
Ke-2.
Burhan, Arif. Pengantar Metode Kualitatif, Surabaya: Usaha nasional, 1992.
Crist, James J. Saat Takut dan Cemas: Apa yang Harus Aku Lakukan, Jakarta: PT.
Buana Ilmu Populer, 2005.
Daradjat, Zakiah. Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung
Agung, 2001, cet. Ke-16.
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung:
Gema Risalah Press, 1989.
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, Cet.
Ke-3.
Diah Astuti, Irawati. wartawan Suara Pembaharuan, “Hipnotis bukan Sulap”,
artikel diakses pada 02 April 2008 dari http://www.hipnotis.net.
Diana, Karen, dkk. Mendampingi Anak Menghadapi Rasa Takut, Yogyakarta:
Kanisius, 2008, cet. Ke-5.
Echol, Jhon M dan Shadily, Hassan. Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2003, Cet. Ke-27.
Farida, Ida. wartawan Suara Harian Rakyat, “Masuk ke Alam Bawah Sadar, Atasi
Masalah Psikosomatik”, diakses pada 09 April 2008 dari
http://www.hipnotis.net
Gunarsa, Singgih D. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta: PT.
BPK Gunung Mulia, 1989, cet. Ke-5.
lxxxix
Gunawan, Adi W. Hypnosis: The Art of Subconscious Comunication, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2007, Cet. Ke-5.
_______________. Hipnoterapy: The Art Subconscious Restructuring, Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007,cet. Ke-2.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Penelitian Research 11, Yogya: Yayasan Penerbitan
Fakultas Psikologi UGM, 1984.
Hakim, Thursan. Mengatasi Gangguan Mental dan Fisik, Jakarta: Puspa Swara,
2005, Cet. Ke-2.
Hawari, Dadang. Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan JIwa,
Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yoso,1997, cet. Ke-3.
Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak, Jakarta: PT. Graha Aksara Pratama,
1978, edisi ke-6.
Kartono, Kartini. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas, Bandung: Mandar Maju,
1989, cet. Ke-6.
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT. Gramedia,
1993.
La Kahija, YF. Hipnoterapi : Prinsip-prinsip Dasar Praktik Psikoterapi, Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007, Cet. Ke-1.
Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi Aksara,
2002, cet. Ke-2.
Maramis, WF. Ilmu Kedokteran Jiwa, Surabaya: Airlangga Press, 1994, cet. Ke-4.
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta:
PT. Golden Terayon Press, 1998, Cet. Ke-6.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1999, cet.X.
Mustaqim dan Wahib, Abdul.Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.
Nugroho, NSK. Transformasi Diri: Memberdayakan Diri Melalui Hipnoterapy,
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Nurindera, Yan. melalui Asisten Pribadinya, Wawancara Pribadi, Jakarta, 04
November 2008.
_____________. “Ramai-ramai Belajar Hipnotis” di akses pada tanggal 02 April
2008 dari http://www.hipnotis.net.
xc
_____________. “Sugesti”,
http://www.hipnotis.net.
diakses
tanggal
01
April
2008
dari
Panjiagung, Sidney. Wawancara Pribadi, Jakarta, 01 Desember 2008.
Pasiak, Taufiq.
Revolusi IQ/EQ/SQ Antara Neurosains dan Al-Qur’an,
(Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2002), Cet. Ke-3.
Poerwadarminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
1984.
Professional Centre for Stress-Depression & Schizophrenia, “Hipnoterapi: Mitra
Sejati Menuju Kehidupan Berkualitas”, diakses Tgl. 22 Maret 2008 dari
http://www.dharmawangsa.Org.
Purwandani, Kristi. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Prilaku Manusia,
Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan
Psikologi, 1999, cet. Ke-6.
Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. Metode Penelitian Survey, Jakarta:
LP3ES, 1999.
Sumber data diakses internet dari http://www.tranzcare.com
Sumber data diperoleh dari dokumen lembaga TranzCare.
Yudono, Jodhi. dalam Harian Kompas, “Ramai-ramai Belajar Hipnotis”, diakses
tanggal 02 April 2008, dari http://www.hipnotis.net.
Yudawan, Larry, “Memberdayakan Energi bawah Sadar.” Koran Jakarta, 30 Mei
2008. h. 22.
Zulkifli L., Psikologi Perkembangan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005,
cet. Ke-3.
xci
Hasil Wawancara
Nama
: Sidney Panjiagung
Jabatan
: Direktur, Penanggung Jawab sekaligus asisten Pribadi Pak
Yan Nurindera
Tempat
: Di Kantor TranzCare
Waktu Wawancara
: 01 Desember 2008, jam 03.15 WIB.
1. Sejak kapan TranzCare terbentuk?
Jawaban: Secara operasional TranzCare emang udah dirintis sekitar taun 2005 lah,
tapi kalo aktifnya yah belom lama sih sekitar awal-awal taun 2007 gitu.
2. Kenapa diberi nama TranzCare?
Jawaban: kalo Tranz itu asal katanya dari kata Trance istilah hypnosisnya
itu,,relaksasi yang dalam, truz kalo Care itu kan penyembuhan. Jadi, TranzCare
itu yah mba bisa gabunginlah dari 2 kata itu.
3. Bisa anda ceritakan latar belakang dari Pak Yan Nurindera?
Jawaban: seinget saya si beliau tuh pernah belajar pendidikan Teknik Elektro.
Waktu kecil beliau emang udah seneng sama hal-hal kaya esoterism,
spiritualitas, dan pemberdayaan diri. Kalo ga salah beliau pernah
bekerja di sektor formal kurang lebih 11 tahun, truz juga beliau pernah
kerja di bagian Computer Banking Indonesia di bagian Teknologi
Informasi di sektor-sektor Bank pemerintah gitu. Kalo soal hipnotis
emm,,,waktu hipnotis masih bentuknya tradisional kaya yang berbau
xcii
mistis gitu, dari mulai bentuknya kaya mantra-mantra, sampe beliau
percaya adanya kekuatan magnet di tubuh manusia. Nah taun 90an
barulah beliau kenal sama yang namanya hipnotis modern, belajarnya
itu lewat seorang pesulap tua kalo ga salah si dulu tuh Bp. Sam (alm.)
pensiun pegawai Bappenas, dia tuh pernah terkenal lho taun 60an. Dari
Bp. Sam inilah beliau kenal sama yang namanya Bp. Hukom, dia ini
dokter sekaligus guru besar di UI lho! Selanjutnya, beliau melanjutkan
pembelajarannya ke para guru-guru hipnotis yang berasal dari Canada,
UK, dan USA. Dan baru setelah itu beliau mulai mempraktekkan
ilmunya hingga sekarang.
4. Siapa yang menjadi pengurus di TranzCare?
Jawaban: yang menangani langsung teknik hipnoterapi ini,,yah, Pak Yan sendiri
tapi emang harus ada perjanjian lebih dulu ma beliau.
5. Siapa yang menjadi sasaran klien di TranzCare?
Jawaban: kalo sasaran kliennya si emang semua kalangan, tapi disini kami
targetin. Kami tidak terima, pertama klien itu berumur di bawah 17
tahun, truz klien yang punya gangguan komunikasi, khususnya
gangguan di indera pendengaran, truz klien yang keluhan penyakit fisik
non psikosomatis, dan terakhir klien yang datang tanpa kemauannya
sendiri.
6. Apakah TranzCare juga terima klien anak?Alasannya!
Jawaban: kadang-kadang pak yan emang terima klien anak, kalo itu diperluin dan
ditangani langsung ma beliau. Yang penting si anak tuh bisa komunikasi.
xciii
Alasan kenapa TranzCare ga masukin sasaran klien yang utama,,yah,,
karena anak-anak tuh emang lebih baik dan lebih bagus ditangani
langsung sama orang tuanya. Kalopun emang ada klien anak yang
membutuhkan metode hypnosis ini tidak lebih cuma sebagai spesialisasi
aja. Karena memang, TranzCare juga sediakan pelatihan-pelatihan buat
orang tua.
6. Program atau kegiatan apa saja yang ada di TranzCare?
Jawaban: disini selain buat tempat praktek Pak Yan,, kami juga ngadain pelatihanpelatihan kaya workshop dan show-show gitu, bentuknya tuh ada yang
hypnosis
diri,,biasanya
itu
pelatihan
motivasi
biar
semangat
kerja…pokoknya banyak deh, mba bisa liat di website kami, disitu ada
banyak kegiatannya koq. kalo programnya mbak bisa liat di
www.tranzcare.com.
7. Apa visi dan misi TranzCare?
Jawaban: waduh, soal visi ya,,,lembaga ini emang terbilang masih baru.jadi kalo
soal visi mungkin mba bisa liat logo kami kali ya…hehe itu judulnya
“Life
Transformation
Center”
artinya,,emm..pokoknya
yang
berhubungan dengan pusat pemberdayaan diri gitu… Kalo misi
kami,,intinya yah yang baik-baiklah kaya buat kesehatan baik fisik
maupun psikologis, truz mengarahkan menuju perubahan yang positif,
dan terakhir yang pasti memberikan motivasi pikiran dan ada
keseimbangannya..pokoknya intinya yang baik-baik aja.
8. Apa fungsi dan tujuan TranzCare?
xciv
Jawaban: Yah itu tadi,, selain tempat konsultasi juga tempat buat pelatihanpelatihan hypnosis yang secara langsung ditangani oleh Pak Yan
Nurindera.
9. Dalam struktur organisasi Tranz Care ada diwilayah apa?
Jawaban: TranzCare itu adanya di bawah naungan lembaga Corplus EventMedia
truz kerjasama dengan School of Hipnotism dan The Indonesian Board
Hipnotherapy (IBH) yang didiriin sama Pak Yan pusatnya itu di Jakarta.
Interviewer
Sidney Panjagung
xcv
Hasil Wawancara
Nama
: Sidney Panjiagung
Jabatan
: Direktur dan Penanggung Jawab sekaligus asisten Pak
Yan Nurindera
Tempat
: Kantor TranzCare
Waktu wawancara
: tanggal 20 Februari 2009, jam 15.10 WIB
1. Apa yang anda tahu tentang hipnoterapi?
Jawaban : hipnoterapi itu…apa ya…yah,itu,, salah satu bentuk hipnotis untuk
proses penyembuhan. Kayak, buat motivasi kerja, phobia, hypnosis
parenting, gangguan-gangguan mental gitu..
2. Bagaimana bentuk pelaksanaan hipnoterapi di TranzCare?
Jawaban : biasanya sebelum konsultasi sama Pak Yan, dilakukan Pra-Treatment
dulu,,itu dilakukan buat analisa dari permasalahan klien, kita biasanya
ngasih beberapa test untuk menentukan apakah metode TranzCare apa
ga. Truz tahap konsultasi ini berlangsung sekitar kurang lebih 30
Menit - 45 Menitan. Jika metode TranzCare ga sesuai dengan klien
maka penanganan dihentikan, tapi kalo metode TranzCare dianggap
sesuai, maka klien akan diberikan rencana program. Kemudian
treatment itu bentuknya Session, dimana setiap Session akan berkisar
yah,,90 Menit - 120 Menitlah, tergantung dari kasus.
xcvi
3. Apa yang menjadi syarat-syarat agar proses hipnoterapi bisa berjalan?
Jawaban : kalo syaratnya,,yang pasti si…harus ada kemauan dan si klien itu
bersedia dihipnotis.
4. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dari proses hipnoterapi?
Jawaban : faktor penduhkungnya yah…lebih ke komunikasinya aja kali ya dan ga
ada
unsur
paksaan
dari
yah….kebalikannya…si
pihak
klien
ga
klien…kalo
bisa
penghambatnya
komunikasi
dengan
terapis…pokoknya kebalikan dari itu deh…
5. Apa kelebihan dan kekurangan dari metode hipnoterapi?
Jawaban : kelebihannya si…kayaknya lebih ke proses penyembuhan kali
ya…kayak phobianya tuh ga balik-balik lagi.. trus juga efektif kalo
hipnotis ini tepat buat klien dan kalo ga tepat yah berarti harus ada cara
atau metode lain yang digunain…trus kalo kelemahannya…saya rasa
mungkin lebih ke pemahaman aja tentang masyarakat nyamain
hipnotis sama gendam yang suka dipraktekkin buat yang ga baik-baik
kayak buat kriminal gitu…
Interviewer
Sidney Panjiagung
xcvii
Hasil Wawancara
Nama
: Yan Nurindera
Jabatan
: Konselor dan terapis
Tempat
: Kantor TranzCare
Waktu wawancara
: tanggal 25 Februari 2009, jam 14.42 WIB
1. Apa yang dimaksud dengan hipnotherapi menurut anda?
Jawaban: Hipnoterapi itu salah satu bentuk aplikasi hipnotis dimana menghasilkan
efek therapeutic atau terapi, misalkan,,,untuk penyembuhan phobia
seperti yang mba maksud, trus traumatik, dan bisa juga penyakitpenyakit psikosomatis.
2. Bagaimana bentuk pelaksanaan hipnotherapi terutama pada anak-anak?
Jawaban: kalo pelaksanaannya itu,,,sepertinya sama aja ya sama orang dewasa
dimulai dari Pra-induksi, kemudian Induksi, lalu proses Dept Level
Test, pemberian sugesti, dan terakhir terminasi dan lebih jelasnya mbak
bisa liat di www.hipnotis.net, disana mbak bisa liat penjelasannya. Proses
hipnotherapi ni, sebenernya dilakukan sangat-sangat sederhana sekali,
biasanya dikasih sugesti saat anak dalam kondisi setengah tidur ( itu
antara alpha-teta). Sugestinya itu harus sugesti yang baik-baik yang
sifatnya positif.
3. Bagaimana teknik menghipnosis anak terutama yang mengalami phobia dalam
Hipnotherapi?
xcviii
Jawaban: Tekniknya itu,,,dengan komunikasi verbal dan non verbal yang sangat
persuasif, dan pada umumnya emang udah betul-betul bisa memahami
komunikasi. Kalo anak efektifnya usia minimal sekitar 7-8 tahun. Kalo
Untuk kaya anak-anak balita baik dipergunakan hipnotis informal atau
komunikasi yang berpola hipnotis dilakukan oleh orang tuanya sendiri.
Yah,,intinya sama saja kaya orang dewasa hanya mungkin perbedaannya
dalam proses pra-induksinya aja yang perlu disesuaikan dengan si anak.
4. Kapan sebaiknya waktu menghipnosis anak?
Jawaban: kalo kapan itu,,,bagusnya saat anak mulai tidur, karna tidur di awal itu
belumlah tidur dikatakan sempurna (posisinya delta), dan kondisi ini
memiliki sifat paling reseptif (posisi teta), yaitu merespon kondisi luar.
Walaupun kondisi teta itu belum dikatakan tidur sempurna akan tetapi
bagi anak, tidur ini tetap dirasakan sebagai tidur sempurna, nah,,
kemungkinan anak tidak akan mendengarkan sugesti yang diberikan,
tapi sugesti ini justru didengar dengan baik oleh pikiran bawah sadar si
anak, sehingga proses itu ngaruh ke perubahan perilakunya si anak.
5. Apakah
seseorang
akan
mampu
untuk
mengingat
dan
merasakan semua sensasi hypnosis setelah sesi terakhir?
Jawaban: Pada dasarnya alam bawah sadar itu,,, justru mengingat
seluruh kejadian apa-apa yang dialami tiap-tiap individu.
Kecuali jika si klien menginstruksikan kepada saya (Pak Yan)
untuk membuatnya melupakan sesi tersebut.
xcix
6. Bagaimana dampak dari Hipnotherapi bagi anak-anak?
Jawaban: dampaknya saya rasa sangat-sangat berpengaruh ya,,apalagi pemberian
sugesti yang baiknya itu dilakukan berulang-ulang sehingga si anak bisa
diarahkan kearah yang lebih baik nantinya. Contohnya,, bisa diarahkan
menjadi rajin belajar, doyan makan, dan lain sebagainya.
7. Apa fungsi dan tujuan Hipnotherapi?
Jawaban : nah,,tujuannya itu sebagai alat bantu aja buat penyembuhan tanpa harus
ada
efek
samping.
Justru
bukan
untuk
melupakan
atau
menghilangkannya,,melainkan untuk merubah persepsi yang salah yang
pengaruhi pola pikirnya.
8. Apa kelebihan dan kelemahan dari proses Hipnotherapi?
Jawaban:
saya
rasa
ya,,,emmm..sangat
efektif
dan
efisien
tapi
kalo
penggunaannya tepat ya..pada klien yang bener-bener butuhin. Karna g
pake obat-obatan,, mungkin akan berpengaruh sama efek sampingnya.
Truz kalo kelemahannya mungkin yah,,, tentang anggapan orang tua
yang salah, kayak ada yang bilang kalo hipnotis itu bisa pake buat
bayi,,nah ni ga bener karna hypnosis itu bisa efektif kalo si anak bisa
paham betul-betul komunikasinya. Kedua, Untuk menjalani terapi ini
dibutuhin kemampuan berpikir abstrak. Sugesti bisa aja si dilakuin buat
bayi atau balita kalo tujuannya buat parenting gitu, misalkan,, orang tua
berusaha menenangkan anaknya yang lagi nangis karna jatuh truz ibunya
cium si anak nah,,si anak itu ga ngerasain sakit lagi..ini namanya bukan
hipnotis tapi sugesti.. truz mungkin kebanyakan orang tua itu khawatir
c
menjalani terapi ini karna nganggap anaknya dikuasai sama orang atau
dikibulin ma orang. Ini juga kurang tepat, sebab anak itu justru masih
bisa lakuin kayak penilaian buat dirinya, bikin keputusan sendiri, dan
ngarahin tingkah lakunya sendiri. Mungkin itu pengaruh dari tontonan
teve kayak yang diterapin ma romy Rafael yang bentuknya hipnotis
panggung. Lalu banyak juga orang tua cemas kalau-kalau anaknya tidak
bisa "bangun" lagi. Anggapan ini ga bener. Sebab selama sesi proses itu
berlangsung, hakikatnya anak dalam kondisi sadar. Si anak bisa ngarahin
dirinya sendiri untuk keluar dari fase ini meskipun ditinggal sama saya
atau bisa juga pingsan,,si anak ni masih bisa bangun koq dengan
sendirinya.
9. Apa faktor pendukung dan penghambat dari metode Hipnotherapi?
Jawaban: Keberhasilan praktik hipnoterapi adalah ketika klien sudah berada pada
situasi deep trance. Namun, untuk mencapat tingkat ini, ada faktor yang
mempengaruhinya. Yakni, kondisi psikologis (Kejiwaan) klien, tingkat
keaktifan berpikir klien, suasana dan kondisi lingkungan, ketrampilan
seorang hypnotist, waktu, serta tingkat kepercayaan klien terhadap
seorang hypnotist. Dan jika salah satu faktor tidak lengkap kemungkinan
proses hipnoterapi tidak akan berjalan dengan lancar dan berhasil.
Selama si anak bisa berkomunikasi dengan baik dan bisa untuk fokus
serta tidak ada hambatan dalam bahasa, maka terapi akan berjalan
dengan lancar. Akan tetapi, permasalahan utama adalah terkadang anak
memiliki ketidakmampuan untuk fokus dalam waktu tertentu saat proses
ci
hipnotherapi, sehingga terapis mengalami kesulitan untuk membimbing
anak yang mengalami phobia untuk memasuki relaksasi atau imajinasi.
10. Bagaimana pandangan konseling Islam tentang metode Hipnotherapi?
Jawaban: emmm,,,jelas-jelas g langsung dengan berhubungan dengan alam ghaib
ya,,, contohnya kayak gendam. Truz juga emang udah diuji secara ilmiah
dalam ilmu psikologi,,pasti mbak dah belajar kan soal alam bawah sadar
teorinya Sigmeund Freud. Nah,,hipnotis ini pendekatannya pake alam
bawah sadar. Dan justru karna hipnoterapi ini hanya sebagai alat bantu
aja untuk proses penyembuhan si klien yang datag kemari,, dan saya
juga sering bilang kalo yang sembuhin itu diri anda sendiri, sedangkan
saya cuma ngarahin. Kalo emang diperluin bisa dikombinasiin sama
teknik zikir dan doa.
11. Sampai kapan pengaruh metode Hipnotherapi bisa bertahan pada klien?
Jawaban: hampir sebagian besar yang datang ke sini itu,,bilang bertahan jauh
lebih lama daripada yang diperkirakan sebelumnya. tapi,,, tentu saja
harus ada faktornya,,yah paling tidak lingkungannya yang membentuk
dia balik lagi kaya awalnya.
12. Apa tingkat kesulitan metode Hipnotherapi pada penanganan anak?
Jawaban: sebenernya,,yah,,tidak ada kesulitan sama sekali si,,intinya selama si
anak bisa berkomunikasi aja. Intinya, si klien dalam keadaan bersedia,
memahami komunikasi, dan yang terakhir adalah itu fokus.
13. Berapa lama klien dapat ditangani dengan metode hipnotherapi?
cii
Jawaban: yah,,minimal dilakukan dengan 1 kali sesi terapi jika phobianya ringan
ya... truz sesi terapinya sekitar 4 kali-10 kali-anlah dan kadang juga ada
klien yang datang tiap minggunya,,pokoknya tergantung dari jenis
permasalahannya aja sampe bener-bener sembuh.
14. Apakah ada bahasa khusus ketika memberikan sugesti pada anak?
Jawaban: tentu ada,, dimulai dari kata-kata dan kalimat yang sederhana dan jelas
maksudnya, truz bahasanyapun bisa dipahami,,nah,,ekspresi itu jangan
ekspresi kaya marah,bete,,pokoknya ekspresinya itu harus yang
menyenangkan si anak sekaligus menghindari ekspresi negatif dimana si
anak sedapat mungkin memberikan respon kepada kita, sedapat mungkin
hindari kata "coba" contohnya ni “bisa ga ade bayangin waktu jalanjalan sama mama” seperti itu, kemudian berikan saran pake tanda-tanda
tertentu contohnya kaya petik jari,,truz gunain sugesti langsung dan tidak
langsung, diulang-ulang sugestinya,dan terakhir gunakan bentuk
imajinasi atau pengalaman kita.
Interviewer
Yan Nurindra
ciii
civ
Download