rekomendasi-iacf-v-untuk-presiden_kop-docx

advertisement
REKOMENDASI
5 INDONESIA ANTI-CORRUPTION FORUM (IACF)
UNTUK
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
th
Pada tanggal 28-30 November 2016 telah dilaksanakan Indonesia Anti
Corruption Forum (IACF) ke 5 di Universitas Bina Nusantara.
Sebelumnya telah dilaksanakan kegiatan pendahuluan di Kota Pekanbaru,
Kota Balikpapan dan Kota Malang. Rangkaian kegiatan IACF ke-5 ini
menghasilkan 16 butir rekomendasi untuk Presiden Republik Indonesia
sebagai berikut:
A. REFORMASI LEMBAGA PENEGAK HUKUM
1. Pemerintah perlu segera membentuk strategi nasional yang menjadi
payung setiap inisiatif anti korupsi di Indonesia, termasuk
membentuk mekanisme koordinasi kelembagaan.
2. Perlu menjamin keterlibatan masyarakat sipil sebagai mitra dalam
upaya pemberantasan korupsi.
3. Peningkatan transparansi manajemen penanganan kasus APH
melalui pembangunan database penanganan perkara.
4. Penguatan kelembagaan penegak hukum terkait koordinasi,
capacity building dan sistem penanganan perkara.
5. Pemerintah
perlu
mempercepat
penyelesaian
masalah
penyelamatan aset melalui pengesahan RUU Perampasan Aset,
RUU Ekstradisi, dan RUU Mutual Legal Assistance.
6. Pembentukan Satgas Pemberantasan Kejahatan SDA dan LH
langsung di bawah Presiden untuk penanganan kasus khusus.
(Contoh: kasus lubang tambang di Kalimantan Timur; kasus
pembangunan pabrik Semen di Rembang; kasus reklamasi Teluk
Jakarta dan Teluk Benoa; Konflik Tenurial di Sektor Perkebunan
Sawit).
7. Penegakan Hukum bagi perusahaan yang melanggar ketentuan
perundangan-undangan di sektor sumber daya alam (Contoh: tidak
memiliki IPPKH, berhutang PNBP, tidak mematuhi aturan
reklamasi dan pasca tambang).
8. Perlunya tindak lanjut hukum atas temuan dan rekomendasi korsup
minerba oleh KPK seperti mencabut semua IUP berstatus NonClean and Clear paling lambat 2 Januari 2017 dan Mencabut izin
tambang di wilayah hutan konservasi.
B. OPTIMASI PELAYANAN PUBLIK
9. Penegakan mekanisme pencegahan konflik kepentingan antara
penyelenggara layanan publik dengan dengan sektor swasta.
10. Membuka dokumen kontrak antara pemerintah dengan pihak ketiga
dalam Pengadaan Barang dan Jasa serta memperkuat monitoring
evaluasi LKPP untuk menjamin akuntabilitas Pengadaan Barang
dan Jasa (PBJ).
11. Pemerintah perlu memperkuat upaya pencegahan dan
pemberantasan korupsi di sektor swasta, politik dan lingkungan
untuk meningkatkan iklim investasi yang sehat.
12. Membentuk national complain handling mechanism yang
akuntabel, transparan dan terintegrasi dari pusat dan daerah yang
dapat diakses oleh pihak terkait.
13. Perubahan mekanisme pembayaran di seluruh pelayanan perizinan
menjadi cashless.
C. REFORMASI SEKTOR POLITIK
14. Meningkatkan integritas partai politik yang didukung oleh
kepartaian yang berbiaya rendah dan mandiri secara keuangan,
memiliki sistem rekruitmen politik yang demokratis dan memiliki
sistem akuntabilitas kepada konstituen.
15. Menciptakan sistem pemilu yang mampu mencegah politik
transaksional dan dana kampanye yang transparan dan akuntabel.
16. Menciptakan parlemen yang mampu menjadi alat representasi
kepentingan rakyat sekaligus alat akuntabilitas program dan proyek
anggaran berbasis masyarakat di daerah pemilihan.
Jakarta, 1 Desember 2016
Download