Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Tentang Membaca

advertisement
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Pada bab II tentang kajian pustaka berturut-turut dipaparkan 1. Pengertian
Belajar 2. Hasil belajar 3. Pembelajaran Matematika 4. Metode demonstrasi 5.
Hasil Penelitian yang Relevan 6. Kerangka Berpikir 7. Hipotesis Tindakan.
2.1.1 Pengertian Belajar
Dalam pengertian umum, belajar adalah mengumpulkan sejumlah
pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu
atau yang sekarang ini dikenal dengan guru. Orang yang banyak
pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang banyak belajar, sementara
orang yang sedikit pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang sedikit
belajar, dan orang yang tidak berpengetahuan dipandang sebagai orang yang
tidak belajar.
Pengertian belajar demikian, secara konseptual tampaknya sudah mulai
ditinggalkan orang. Guru tidak dipandang sebagai satu – satunya sumber
informasi yang dapat memberikan informasi apa saja kepada para
pembelajar.
Para penulis buku psikologi belajar, umumnya mendefinisikan belajar
sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif
menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman. Selain itu, ahli–ahli psikologi
mempunyai pandangan yang berbeda mengenai apa belajar itu. Dalam
pandangan
psikologis,
menurut
Ali
Imron
(1996.2-14)
http://duniabaca.com/pengertian-belajar-dan-hasil-belajar.html (01 Desember
2011) ada 4 pandangan mengenai belajar, yaitu :
1. Pandangan Psikologi Behavioristik
Menurut psikologi behavioristik, belajar adalah suatu kontrol
instrumental yang berasal dari lingkungan. Belajar tidaknya seseorang
bergantung kepada faktor–faktor kondisional yang diberikan oleh
5
6
lingkungan. Tokoh–tokoh psikologi behavioristik mengenai belajar ini
antara lain : Pavlov, Watson, Gutrie dan Skinner.
Teori kondisioning ini lebih lanjut dikembangkan oleh Watson.
Setelah mengadakan eksperimentasi, Watson menyimpulkan bahwa
pengubahan tingkah laku dan atau diri sendiri seseorang dapat dilakukan
melalui latihan/membiasakan mereaksi atas stimulus – stimulus yang
dialami.
Menurut Thorndike, belajar dapat dilakukan dengan mencoba–
coba (trial and error). Mencoba – coba ini dilakukan, manakala
seseorang tidak tahu bagaimana harus memberikan respon atas sesuatu.
Dalam mencoba – coba ini seseorang mungkin akan menemukan respons
yang tepat berkaitan dengan persoalan yang dihadapinya.
2. Pandangan Psikologi Kognitif
Menurut psikologi kognitif, belajar adalah suatu usaha untuk
mengerti tentang sesuatu. Usaha untuk mengerti tentang sesuatu
tersebut, dilakukan secara aktif oleh pembelajar. Keaktifan tersebut
dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi, memecahkan
masalah, mencermati lingkungan, mempraktekkan, mengabaikan dan
respon – respon lainnya guna mencapai tujuan.
3. Pandangan Psikologi Humanistik
Pandangan psikologi humanistik merupakan anti tesa dari
pandangan psikologi behavioristik. Menurut pandangan psikologi
humanistik, belajar dilakukan dengan cara memberikan kebebasan yang
sebesar – besarnya kepada individu.
Salah
seorang
tokoh
psikologi
humanistic
Carl
Rogers
http://duniabaca.com/pengertian-belajar-dan-hasil-belajar.html
(01
Desember 2011), seorang ahli psikoterapi. Ia mempunyai pandangan
bahwa siswa yang belajar hendaknya tidak dipaksa, melainkan dibiarkan
belajar bebas. Siswa juga diharapkan dapat membebaskan dirinya hingga
ia dapat mengambil keputusan sendiri dan berani bertanggung jawab atas
keputusan – keputusan yang ia ambil atau pilih.
7
4. Pandangan Psikologi Gestalt
Tokoh psikologi Gestalt adalah Kohler, Koffkar dan Wertheimer.
Menurut pandangan psikologi Gestalt, belajar adalah terdiri atas
hubungan stimulus respon yang sederhana tanpa adanya pengulangan ide
atau proses berpikir. Dalam belajar ditanamkan pengertian siswa
mengenai sesuatu yang harus dipelajari.
Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa belajar adalah perubahan tingkah
laku sebagai akibat dari adanya pengalaman.Belajar selalu melibatkan
perubahan pada dirinya dan melalui pengalaman yang dilaluinya oleh
interaksi antar dirinya dan lingkungannya baik sengaja maupun tidak
disengaja. Perubahan yang semata–mata karena kematangan seperti anak
kecil mulai tumbuh dan berjalan tidak termasuk perubahan akibat belajar,
karena biasanya perubahan yang terjadi akibat belajar adanya perubahan
tingkah laku.
2.1.2 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri atas dua kata yaitu “
hasil “ dan “ belajar “ yang memiliki arti yang berbeda. Oleh karena itu untuk
memahami lebih mendalam mengenai makna hasil belajar, akan dibahas dulu
pengertian “ hasil “ dan “ belajar”.
Menurut Djamarah (2000:45) http://duniabaca.com/pengertian-belajardan-hasil-belajar.html (01 Desember 2011), hasil adalah prestasi dari suatu
kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun
kelompok. Hasil tidak akan pernah dihasilkan selama orang tidak melakukan
sesuatu. Untuk menghasilkan sebuah prestasi dibutuhkan perjuangan dan
pengorbanan yang sangat besar. Hanya dengan keuletan, sungguh–sungguh,
kemauan yang tinggi dan rasa optimisme dirilah yang mampu untuk
mancapainya.
8
Sementara itu, Arikunto (1990:133) http://duniabaca.com/pengertianbelajar-dan-hasil-belajar.html (01 Desember 2011) mengatakan bahwa hasil
belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu
tampak dalam perbuatan yang dapat diaamati,dan dapat diukur”. Nasution
(1995:25) http://duniabaca.com/pengertian-belajar-dan-hasil-belajar.html (01
Desember 2011) mengemukakan bahwa hasil adalah suatu perubahan pada
diri individu. Perubahan yang dimaksud tidak halnya perubahan pengetahuan,
tetapi
juga
meliputi
perubahan
kecakapan,
sikap,
pengertian,
dan
penghargaan diri pada individu tersebut.
Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang
optimal cenderung menunjukan hasil yang berciri sebagai berikut:
1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi pada diri
siswa.
2. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya.
3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama
diingatannya, membentuk prilakunya, bemanfat untuk mempelajarai
aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi
dan pengetahuan yang lainya.
4. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengerndalikan
dirinya terutaman adalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai
dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Individu yang belajar akan
memperoleh hasil dari apa yang telah dipelajari selama proses belajar itu.
Hasil belajar yaitu suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar,
bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk
kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri
seseorang yang belajar.
Menurut Purwanto (1990:3) http://duniabaca.com/pengertian-belajardan-hasil-belajar.html (01 Desember 2011), evaluasi dalam pendidikan
9
adalah penafsiran atau penilaian terhadap pertumbuhan dan perkembangan
siswa menuju kearah tujuan-tujuan dan nilai-nilai yang ditetapkan dalam
kurikulum.
Hasil penillaian ini pada dasarnya adalah hasil belajar yang diukur. Hasil
penilaian dan evaluasi ini merupakan umpan balik untuk mengetahui sampai
dimana proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
perubahan tingkah laku yang diperoleh sebagai hasil dari belajar adalah
sebagai berikut:
1. Perubahan yang terjadi secara sadar.
2. Maksudnya adalah bahwa individu yang menyadari dan merasakan telah
terjadi adanya perubahan yang terjadi pada dirinya.
3. Perubahan yang terjadi relative lama. Perubahan yang terjadi akibat
belajar atau hasil belajar yang bersifat menetap atau permanen, m
aksudnya adalah bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan
bersifat menetap.
4. Perubahan yang terjadi mencakup seluruh aspek tingkah laku.
5. Perubahan yang diperoleh individu dari hasil belajar adalah meliputi
perubahan keseluruhan tingkah laku baik dalam sikap kebiasaan,
keterampilan dan pengetahuan.
2.1.3 Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intektual, sosial,
dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam
mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu
peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,
mengemukakan gagasan dan perasaan, berpatisipasi dalam masyarakat yang
menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan analitis
dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Pembelajaran
bahasa
Indonesia
diarahkan
untuk
meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia
10
dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan
apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
Standar Kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan
kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan
penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap
bahasa dan sastra Indonesia. Standar Kompetensi ini merupakan dasar bagi
peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional,
dan global.
Dengan Standar Kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini
diharapkan:
1. Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan
kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan
penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa
sendiri.
2. Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi
bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa
dan sumber belajar.
3. Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar
kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah
dan kemampuan peserta didiknya.
4. Orang tua dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang
tersedia.
5. Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang
tersedia.
6. Daerah dapat menentukan bahan dan sumber kebahasaan dan kesastraan
sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan
kepentingan nasional.
11
Tujuan
Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut.
1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tulis.
2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa negara.
3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan.
4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa.
6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen
kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra dan kemampuan yang
meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1. Mendengarkan
2. Berbicara
3. Membaca
4. Menulis
Pada akhir pendidikan SD/MI, peserta didik telah membaca sekurangkurangnya sembilan buku sastra dan nonsastra.
12
2.1.4 Metode Demonstrasi
1. Pengertian metode demonstrasi
Metode demonstrasi menurut Fat Hurrahman (2011), menyatakan bahwa
“yang dimaksud dengan metode demonstrasi ialah suatu upaya atau praktek
dengan menggunakan peragaan yang ditujukan pada siswa yang tujuannya
ialah agar supaya semua siswa lebih mudah dalam memahami dan
mempraktekkan dari apa yang telah diperolehnya dan dapat mengatasi suatu
permasalahan apabila terdapat perbedaan”.
Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab
membantu siswa untuk jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan, fakta atau
data yang benar. Metode demonstrasi sebagaimana yang dipaparkan dalam
http:// education-mantap.blogspot.com. 09 November 2011 adalah metode
penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada
siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau
sekedar tiruan.
Sebagi metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan
secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa
hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan
bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi
dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran
ekspositori dan inkuiri (http:// education-mantap.blogspot.com/09 Nov.2011).
Wina Sanjaya (2006), Sumatri dan Permana (1999) menyatakan bahwa “
metode
demonstrasi
adalah
cara
penyajian
pelajaran
dengan
cara
memperagakan dan mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses,
situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk
sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau
sumber belajar lain yang ahli dalam topic bahasan
yang harus
didemonstrasikan”.
Metode demonstrasi biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan atau
prosedur yang dilakukan proses mengerjakan sesuatu, membandingkan suatu
cara dengan cara lain, atau untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu.
13
Tujuan digunakannya metode demonstrasi adalah:
a. Mengajarkan suatu proses atau prosedur yng harus dikuasai oleh siswa.
b. Mengkonkritkan informasi atau penjelasan pada siswa.
c. Mengembangkan kemampuan pengamatan kepada para siswa secara
bersama-sama.
Masitoh & Laksmi (2006) menyatakan sebagai berikut:
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan
bahan pelajran dengan mempertunjukkan secara langsung obyeknya atau
caranya melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan proses tertentu.
Demonstrasi dapat digunakan pada semua mata pelajaran. Dalam
pelaksanaan demonstrasi guru harus sudah yakin bahwa seluruh siswa
dapat
memperhatikan
didemonstrasikan.
(mengamati)
Selama
terhadap
proses
obyek
demonstrasi
yang
guru
akan
sudah
mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam demonstrasi
tersebut.
Kapan guru sebaiknya menggunakan metode demonstrasi? Menurut
Masitoh & Laksmi (2006) metode demonstrasi dapat digunakan guru apabila:
1. Tidak semua topik dapat dijelaskan secara gambling dan konkrit melalui
penjelasan atau diskusi.
2. Tujuan dan sifat mteri pelajaran yang menuntut dilakukan peragaan
berupa demonstrasi.
3. Mengajarkan suatu proses atau cara kerja.
4. Sesuai dengan langkah perkembangan kognitif siswa yang masih dalam
fase operasional konkrit.
2. Langkah-langkah metode demonstrasi sebagai berikut :
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan.
c. Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan.
d. Menunjuk salah seorang peserta didik untuk mewakili kelompoknya
untuk mendemonstrasikan sesuai sekenario yang telah disiapkan.
14
e. Seluruh peserta didik memperhatikan demonstrasi dan manganalisa.
f. Menarik kesimpulan.
3. Apapun aspek yang penting dalam menggunakan demonstrasi
a. Metode demonstrasi akan menjadi tidak wajar apabila alat yang
didemonstrasikan tidak bisa diamati dengan seksama oleh siswa.
Misalnya alatnya terlalu kecil.
b. Metode demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh
aktivitas dimana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan iktu aktif
agar siswa mendapat pengalaman yang berharga.
c. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis.
4. Penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran bahasa Indonesia
a. Melatih siswa untuk gemar membaca.
b. Melatih siswa membaca nyaring dengan lafal dan intonasi yang tepat.
c. Melatih siswa untuk percaya diri.
d. Setelah membaca siswa memahami isi bacaan.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
.Eka Fitri Hastuti dalam PTK yang berjudul “Upaya Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika Tentang Pengukuran dengan
Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas III SDN 03 Tawangsari Kecamatan Kerjo
Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010” menggunakan metode
demonstrasi untuk meningkatkan prestasi siswa pada mata pelajaran matematika
tentang pengukuran dan hasil akhir siklus, siswa mencapai KKM sebanyak 85%.
Eka Fitri Hastuti (2010) melakukan Penelitian Tindakan Kelas di kelas III SD
Negeri 03 Tawangsari pada mata pelajaran Matematika tentang pengukuran.
Disini penulis (Eka Fitri Hastuti) mengemukakan hasil belajar siswa kelas III SD
Negeri 03 Tawangsari tahun ajaran 2009/2010 pada pokok bahasan pengukuran
setelah dianalisis mempunyai hasil belajar yang rendah yaitu nilai rata-rata
dibawah 60 dan ketuntasan 25%. Kegagalan ini diduga karena media
15
pembelajaran yang kurang, penilaian guru terfokus pada aspek kognitif
(mengingat dan menyebutkan) serta pada hasil akhir hanya berupa angka.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi,
tes dan dokumentasi. Berdasarkan data awal yaitu ketuntasan hanya 25 % dari 20
siswa, maka guru menggunakan metode demonstrasi untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dimana data awal digunakan sebagai pembanding untuk mengetahui
perkembangan dan peningkatan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Berdasarkan data sebagai kondisi awal persentase keberhasilan guru dalam
mengelola pembelajaran 20%, pada pembelajaran siklus I sebesar 45%, , pada
pembelajaran Siklus II sehingga persentase keberhasilan guru dalam mengelola
pembelajaran adalah 75%. Namun, karena penulis (Eka Fitri Hastuti) merasa hasil
penelitian ini masih kurang memuaskan maka dilanjutkan pada siklus III dengan
hasil ketuntasan mencapai 85 % dan siswa yang memperoleh nilai diatas 75
sebanyak 85 %.
Penilitian yang akan dilakukan penulis ini berbeda dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Pada Eka Fitri Hastuti (2010) metode
demonstrasi dilakukan pada mata pelajaran Matematika tentang pengukuran.
Sedangkan peneliti yang akan penulis lakukan adalah membaca nyaring pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan metode demonstrasi.
2.3 Kerangka Berpikir
Keberhasilan proses pembelajaran tidak lepas dari penggunaan metode
pembelajaran yang tepat, sesuai mata pelajaran, materi dan kondisi siswa secara
keseluruhan dan kemampuan siswa itu sendiri. Salah satu wujud pembelajaran
yang meningkatkan hasil belajar adalah pembelajaran dengan menggunakan
metode demonstrasi.
Langkah-langkah
dalam
penerapan
pembelajaran
menggunakan metode demostrasi sebagai berikut :
1. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok.
2. Siswa berkelompok sesuai dengan kelompoknya.
membaca
dengan
16
3. Masing-masing kelompok memberi nilai pada waktu temannya membaca.
4. Masing-masing kelompok membacakan hasil diskusi.
5. Guru dan siswa bersama-sama membahas hasil diskusi.
Agar penelitian dapat dilaksanakan secara efektif dan terarah diperlukan suatu
alur atau kerangka berpikir. Kerangka berpikir ini berfungsi sebagai acuan dalam
menyusun langkah-langkah penelitian.
Bagan Kerangka Berpikir
Kondisi Awal
Pembelajaran
secara
konvensional
Hasil belajar siswa
pada pelajaran bhs.
Indonesia rendah
Tindakan
Pembelajaran
dengan
menggunakan
metode demonstrasi
Siklus I Hasil
belajar
meningkat
Kondisi Akhir
Pembelajaran membaca
nyaring melalui metode
demonstrasi dapat
meningkatkan hasil
belajar siswa SD
Jatimulyo
Siklus II Hasil
belajar siswa
mencapai
ketuntasan
Kondisi awal merupakan keadaan sebelum dilaksanakan tindakan. Dalam hal
ini guru belum menggunakan metode demonstrasi dalam kegiatan pembelajaran.
Siklus I merupakan kegiatan guru yang menggunakan metode demonstrasi
dalam membaca nyaring dengan lafal dan intonasi yang tepat. Setelah pelaksanaan
siklus I hasil belajar siswa meningkat.
Siklus II merupakan kegiatan guru yang menggunakan metode demonstrasi
dalam membaca nyaring dengan lafal dan intonasi yang tepat. Setelah
17
dilaksanakan siklus II hasil belajarnya semakin meningkat sehingga mencapai
ketuntasan.
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis
tindakan sebagai berikut: Penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan
hasil belajar bahasa Indonesia tentang membaca nyaring pada siswa kelas III SD
Negeri Jatimulyo, Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati.
Download