Keterampilan menulis puisi melalui metode peta pikiran (mind

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan
di sekolah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan agar siswa terampil
berkomunikasi baik lisan maupun tulisan sesuai dengan fungsi bahasa sebagai alat
komunikasi. Selain itu, pembelajaran bahasa juga bertujuan agar siswa
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta menghargai bahasa dan
bangga menggunakan bahasa Indonesia.
Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki empat keterampilan berbahasa
yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Menurut Tarigan (2008:1),
keterampilan berbahasa dalam kurikulum di sekolah mencakup empat segi, yaitu:
1. keterampilan menyimak/mendengarkan (listening skills), 2. keterampilan
berbicara (speaking skills), 3. Keterampilan membaca (reading skills), 4.
keterampilan
menulis
(writting
skills).
Setiap
keterampilan
berbahasa
berhubungan erat dengan keterampilan yang lain. Keempat keterampilan tersebut
pada dasarnya merupakan satu kesatuan, dan dapat disebut dengan istilah caturtunggal. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran yang
terjadi di sekolah, keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis
merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan bersinergi membentuk
satu kemampuan berbahasa secara utuh.
Keterampilan menulis perlu ditanamkan kepada siswa di sekolah sehingga
meraka mampu menuangkan ide, gagasan, pikiran dan pendapat dengan baik.
Keterampilan menulis tidak dapat diperoleh secara alamiah, tetapi harus melalui
proses pembelajaran. Kemampuan menulis dapat dimiliki dengan cara berlatih
terus-menerus.
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMP, salah
satu standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa SMP kelas VII adalah
menulis kreatif puisi. Proses kreatif diperlukan dalam menulis puisi. Proses kreatif
dapat dilakukan dengan cara banyak berlatih, karena semakin sering berlatih
commit
user
menulis, maka akan semakin terampil,
idetodan
gagasanpun semakin banyak.
1
perpustakaan.uns.ac.id
2
digilib.uns.ac.id
Menurut Ulya & Suryanto (2009 :46) menulis, sebagai salah satu
keterampilan berbahasa memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan keterampilan lainnya. Menulis dalam pembelajaran sastra tidak mudah
terutama menulis puisi. Keterampilan menulis puisi menuntut kemampuan siswa
untuk menuangkan segala ide, gagasan, pikiran dan perasaan agar menghasilkan
sebuah karya yang dapat dipahami orang lain. Menulis puisi dianggap sulit oleh
siswa karena untuk mendapatkan puisi yang indah harus melalui belajar dan
berlatih. Mengekspresikan puisi bukan hanya ditunjukkan untuk penghayatan dan
pemahaman puisi, tetapi berpengaruh terhadap kepekaan perasaan dan kepekaan
siswa terhadap lingkungan sekitar. Kemampuan tersebut dipengaruhi beberapa
faktor dalam proses pembelajaran. Selain penerapan model, metode dan strategi
yang tepat, peran guru juga sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di kelas VII E SMP Negeri
16 Surakarta, peneliti menemukan beberapa permasalahan dalam proses
pembelajaran salah satunya keterampilan menulis puisi siswa yang rendah.
Keterampilan menulis puisi siswa yang rendah dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
kinerja guru dan kinerja siswa itu sendiri. Faktor penyebab yang berasal dari
kinerja guru meliputi (1) guru kurang mengembangkan model atau metode
pembelajaran, (2) media yang digunakan guru kurang menarik, (3) pembelajaran
didominasi dengan ceramah. Terlihat bahwa pembelajaran yang dilakukan guru
menyebabkan siswa jenuh dan bosan sehingga siswa kurang aktif dalam
mengikuti pembelajaran.
Selain itu, faktor penyebab yang berasal dari siswa itu sendiri meliputi (1)
siswa merasa sulit berkonsentrasi, (2) sulit merangkai kata-kata yang indah, (3)
sulit menentukan disksi, majas, dan sebagainya, (4) siswa kurang berminat atau
kurang motivasi untuk mempelajari puisi.
Dalam pembelajaran menulis puisi guru menyiapkan beberapa contoh puisi.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan memahami
contoh puisi tersebut kemudian menyuruh siswa untuk menulis puisi. Puisi yang
dihasilkan siswa hampir sama atau meniru contoh puisi yang diberikan guru tanpa
commit
to user
ada pengubahan. Hal ini menunjukkan
bahwa
siswa kurang kreatif dalam menulis
3
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
puisi. Siswa masih kurang berekspresi dan belum mampu menentukan makna
yang tepat dari sebuah puisi. Selain itu, siswa terlihat kurang berminat untuk
mempelajari puisi.
Pembelajaran sastra terutama keterampilan menulis puisi masih kurang
menarik bagi siswa. Penyebab kurang menariknya antara lain guru kurang
mengembangkan model atau metode pembelajaran, siswa merasa kesulitan untuk
memilih kata yang tepat, siswa tidak dapat menemukan ide sehingga siswa kurang
antusias dalam menulis puisi, dan sebagainya. Buku-buku sastra yang minim
sebagai sumber belajar dan alokasi waktu pembelajaran yang terbatas menjadi
salah satu penyebab pembelajaran sastra yang kurang optimal khususnya menulis
puisi. Selain itu, penyebab terbesar dalam pembelajaran sastra adalah kesempatan
bagi siswa untuk diajak berlatih menulis karya sastra yang kurang.
Kesulitan siswa dalam menulis puisi disebabkan oleh siswa kurang mampu
dalam menampilkan ide yang kreatif dan memilih kata yang tepat. Beberapa siswa
menyatakan bahwa mereka tidak tahu apa yang mesti mereka tulis. Beberapa
siswa yang lain mengungkapkan bahwa mereka sudah memiliki ide tetapi tidak
tahu cara menuangkannya dalam sebuah puisi. Di tengah kegiatan menulis siswa
sering kehabisan ide. Di samping itu, mereka merasa tidak bebas untuk menulis
karena terbatasnya waktu menulis yang diberikan. Lebih lanjut, keterampilan
menulis puisi siswa kurang terkembang dengan baik. Hal ini tercermin dari
perolehan nilai menulis siswa. Dari 29 siswa, 8 siswa yang mencapai ketuntasan
belajar (72) sedangkan 21 lainnya belum mencapai ketuntasan belajar. Menulis
puisi yang dilakukan pada survey awal diketahui bahawa banyak siswa yang
kesulitan dalam mementukan diksi dan majas.
Dari segi proses, pembelajaran pada survei awal masih dilakukan secara
konvensional.
Guru
mendominasi
pembelajaran
dengan
lebih
banyak
menerangkan materi di depan kelas. Hal ini mempengaruhi keaktifan siswa.
Meskipun guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya atau
memberikan tanggapan, siswa tidak ada yang menggunakan kesempatan tersebut.
Pembelajaran lebih menekankan hasil daripada proses. Pembelajaran demikian
to user yang membosankan itulah yang
membuat siswa menjadi bosan. commit
Pembelajaran
4
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
membuat siswa tidak merasa nyaman sehingga tidak bisa menghasilkan ide-ide
kreatif.
Hasil wawancara yang dilakukan pada guru pengampu pelajaran bahasa
Indonesia diketahui bahwa pembelajaran menulis puisi seolah menjadi
pembelajaran yang paling sulit. Guru berasumsi, siswa mengalami kesulitan
karena saat duduk di bangku Sekolah Dasar siswa diajarkan sebatas pengetahuan
guru saja sedangkan materi yang dianggap sulit dilewati begitu saja.
Melihat hal tersebut, kegiatan menulis belum terlaksana seperti yang
diharapkan. Untuk keterampilan berbahasa Indonesia, terutama keterampilan
menulis, perlu dihadirkan sebuah strategi dengan menggunakan sebuah metode
yang dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa. Diharapkan dengan
peningkatan
kualitas
proses
pembelajaran,
hasil
pembelajaran
berupa
keterampilan menulis puisi siswa pun meningkat. Peta pikiran atau biasa dikenal
dengan istilah mind mapping adalah metode yang tepat untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Berakar dari kesulitan siswa dalam memahami dan
mengembangkan ide, dipilihlah metode peta pikiran (mind mapping). Metode
yang dipopulerkan oleh Tony Buzan merupakan metode yang efektif untuk
meningkatkan kemampuan menulis.
Dalam praktiknya siswa akan diminta mengikuti beberapa tahap. Tahap
pertama guru akan mementukan sebuah tema yang nantinya akan dikembangkan
menjadi sebuah puisi. Siswa menuliskan satu kata kunci dari tema yang
ditentukan di tengah kertas. Tema tersebut kemudian dijabarkan dalam rantingranting yang bercabang dengan dilengkapi gambar berwarna yang dipetakan.
Simbol dan gambar-gambar berwarna dapat memacu kerja otak untuk
berimajinasi sehingga siswa diharapkan tidak kehabisan ide dalam menulis puisi.
Peta pikiran tersebut dapat dikembangkan sesuai keinginan penulis. Dengan
demikian, siswa dapat bebas dalam menulis apa pun sesuai keiinginan serta
kreativitasnya.
Berdasarkan masalah yang dijumpai pada pembelajaran menulis puisi siswa
kelas VII E SMP Negeri 16 Surakarta tersebut, maka peneliti merasa perlu
to userjudul “Peningkatan Keterampilan
mengadakan penelitian tindakan commit
kelas dengan
5
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menulis Puisi melalui Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) pada Siswa Kelas VII
E SMP Negeri 16 Surakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
dikemukakan adalah.
1.
Apakah penerapan metode peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan
kualitas proses keterampilan menulis puisi pada siswa kelas VII E SMP
Negeri 16 Surakarta?
2.
Apakah penerapan metode peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan
keterampilan menulis puisi pada siswa kelas VII E SMP Negeri 16
Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk.
1.
Meningkatkan kualitas proses pembelajaran keterampilan menulis puisi
dengan penerapan metode peta pikiran (mind mapping) pada siswa kelas
VII E SMP Negeri 16 Surakarta.
2.
Meningkatkan keterampilan menulis puisi pada siswa kelas VII E SMP
Negeri 16 Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah.
1.
Manfaat Teoretis
a.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan yang
berkaitan dengan penggunaan teknik yang tepat untuk pembelajaran
menulis puisi.
b.
Sebagai bahan rujuan untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan
dengan hal senada.
commit to user
6
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi Siswa
1)
Memotivasi siswa untuk meningkatkan kamampuan mereka
dalam menulis puisi agar mencapai hasil yang maksimal.
2)
Memotivasi siswa untuk mengatasi kesulitan belajar menulis
puisi sehingga keterampilan menulis puisi mereka meningkat.
3)
b.
Melatih siswa untuk lebih berpikir kreatif dan imajinatif.
Bagi Guru
1)
Mengembangkan kompetensi profesional guru sebagai tenaga
pendidik.
2)
Memberi masukan kepada guru untuk mengatasai masalah
pembelajaran menulis puisi.
3)
Mendorong guru untuk melaksanakan pembelajaran yang kreatif
dan inovatif.
c.
Bagi Sekolah
1)
Memberikan sumbanagan pemikiran dan tambahan pengetahuan
untuk pengembangan proses pengajaran Bahasa Indonesia
dalam meningkatkan ketarampilan menulis puisi siswa kelas VII
SMP Negeri 16 Surakarta.
2)
Meningkatkan kerja sama santara pihak-pihak sekolah seperti
guru, siswa, sekolah dan kolaborator.
commit to user
Download