Hubungan Kualitas Komunikasi dengan Orang Tua Terhadap

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika
Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari masalah belajar. Pada
dasarnya, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh individu
dalam belajar. Makna belajar perlu diketahui terlebih dahulu untuk
memudahkan dalam mendapatkan pemahaman mengenai pengertian
prestasi belajar. Belajar merupakan suatu proses. Proses belajar
merupakan aktivitas penting karena dari situlah tujuan pendidikan dapat
tercapai.
Belajar merupakan suatu aktivitas mental atau psikis, yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan (bersifat relatif konstan dan berbekas) dalam
pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Belajar dapat
menghasilkan perubahan, namun terdapat perubahan yang bukan akibat
dari belajar, sehingga tidak semua perubahan adalah akibat dari belajar
(Winkel, 2004). Perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang ketika belajar.
Perubahan yang terjadi dalam diri individu banyak sekali baik sifat
maupun jenisnya, oleh karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan
dalam diri individu merupakan perubahan dalam arti belajar (Slameto,
2003).
Belajar ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai
bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan
tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya
reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu.
(Sudjana, 2008). Hal-hal pokok dari definisi belajar yaitu bahwa belajar itu
membawa perubahan, perubahan itu pada pokoknya adalah
didapatkannya kecakapan baru dan perubahan itu terjadi karena usaha
(Suryabrata, 2006). Belajar dapat disimpulkan sebagai kegiatan memahami
dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan suatu perubahan tingkah
laku yang baru sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri atau dari
interaksi dengan lingkungan.
7
8
Indikator bahwa seseorang telah mengalami pembelajaran adalah
adanya prestasi belajar. Prestasi belajar menentukan berhasil tidaknya
kegiatan belajar dalam pendidikan formal. Prestasi belajar mencerminkan
keberhasilan usaha siswa dalam mencapai tujuan belajar. Prestasi belajar
disekolah merupakan bentuk lain dari besarnya penguasaan bahan
pelajaran yang telah dicapai siswa, dan rapor bisa dijadikan hasil belajar
terakhir. Hasil belajar terakhir dicapai oleh siswa dalam jangka waktu
tertentu. Prestasi belajar siswa biasanya dinyatakan dalam bentuk angka
atau simbol tertentu, kemudian dengan angka atau simbol tersebut, orang
lain atau siswa sendiri akan dapat mengetahui sejauh mana prestasi
belajar yang telah dicapai dari penguasaan pelajaran (Suryabrata, 2006).
Pengertian prestasi belajar dalam buku Psikologi Perkembangan
Ahmadi (2005) adalah hasil interaksi seseorang dari berbagai faktor yang
mempengaruhinya baik dari dalam diri maupun faktor dari luar individu.
Menurut Arifin (1998) prestasi belajar adalah kemampuan, ketrampilan,
dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Prestasi belajar
merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes
atau angka nilai dari hasil evaluasi yang diberikan guru (Tu’u, 2004).
Mengacu pada Suryabrata (2006) bahwa prestasi belajar
matematika adalah hasil kemampuan siswa pada mata pelajaran
matematika yang diperoleh selama belajar di sekolah dalam mencapai
tujuan pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang
diberikan guru pada rapor.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar.
Keberhasilan pendidikan dapat diukur dengan melihat prestasi
yang baik yang dicetak setiap siswa. Keberhasilan siswa dalam mencapai
prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat kecerdasan
yang baik, pelajaran sesuai dengan bakat yang dimiliki, ada minat dan
perhatian yang tinggi dalam pembelajaran, motivasi yang baik dalam
belajar, cara belajar yang baik dan strategi pembelajaran yang
dikembangkan guru. Keadaan keluarga yang membantu anak dalam proses
belajar dengan berkomunikasi sehingga anak dapat mengoptimalkan bakat
yang dimiliki, memiliki motivasi untuk belajar, mempunyai minat tinggi
dengan pelajaran yang sedang berlangsung merupakan faktor pendukung
dalam proses pencapaian prestasi belajar (Tu`u, 2004).
9
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor
internal (bersumber dari dalam manusia yang belajar) dan faktor eksternal
(bersumber dari luar diri manusia yang belajar). Pada faktor internal
dibedakan menjadi faktor biologis (usia, kematangan, kesehatan) dan
faktor psikologis (minat, motivasi, suasana hati). Faktor eksternal
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor manusia (keluarga, sekolah,
masyarakat) dan non manusia (udara, suara, bau-bauan). Hambatan
proses belajar dapat berasal dari diri siswa, misalnya ketika siswa sedang
sakit dia akan mengalami kesulitan berkonsentrasi dalam penerimaan
pelajaran yang diberikan guru dan berasal dari luar siswa, seperti
lingkungan keluarga yang acuh dengan pendidikan anak. Hambatan yang
dialami siswa akan mempengaruhi baik buruknya prestasi yang diperoleh
(Arikunto, 1990).
Hal yang sama dinyatakan Slameto (2003) bahwa faktor intern dan
faktor ekstern merupakan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
siswa. Faktor intern meliputi faktor jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh),
faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan,
kesiapan) dan kelelahan. Faktor ekstern dibedakan menjadi tiga faktor,
yakni faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Faktor
keluarga dapat berupa cara mendidik orang tua, relasi dan komunikasi
antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah
berhubungan dengan metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran, waktu sekolah, standar pengajaran
di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah. Faktor
masyarakat ditinjau pada kegiatan anak dalam masyarakat, mass media,
teman bergaul serta bentuk kehidupan masyarakat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar berdasarkan
Slameto (2003) yaitu bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor dari
dalam dan faktor dari luar pada seorang individu yang belajar. Faktor dari
dalam adalah siswa sebagai individu yang belajar, meliputi keadaan
jasmani, psikologis dan kelelahan. Faktor dari luar diantaranya adalah
keluarga, sekolah dan masyarakat.
10
B. Kualitas Komunikasi Orang Tua dengan Anak
1. Pengertian Komunikasi
Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa ingin berhubungan
dengan manusia lainnya. Ketika seseorang melakukan hubungan dengan
orang lainnya dibutuhkan komunikasi, sehingga komunikasi merupakan
hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun
kelompok (Djamarah, 2004). Komunikasi mengandung pengertian
memberitahukan dan menyebarkan, untuk menggugah partisipasi orang
lain, agar hal-hal yang diberitahukan itu menjadi milik bersama. Pengertian
komunikasi diperluas dengan tujuan perubahan perilaku, ini berarti bahwa
komunikasi bukan hanya sekedar upaya memberitahu, tetapi juga upaya
mempengaruhi agar seseorang atau sejumlah orang melakukan kegiatan
atau tindakan tertentu (Hodijah, 2007). Cangara (2007) menyatakan
bahwa komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang
menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun
hubungan antar sesama manusia, melalui pertukaran informasi, untuk
menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain, berusaha mengubah sikap
dan tingkah laku itu.
Carl Havland (dalam Fathullah, 2007) menyatakan bahwa
komunikasi adalah pada saat dimana komunikator menyampaikan
perangsang untuk mengubah tingkah laku insan lainnya. Kemudian Lyman
Porter dan Karleni Robert (dalam Fathullah, 2007) mendefinisikan
komunikasi sebagai proses yang mana orang berusaha untuk memberikan
pengertian melalui pengiriman pesan dengan mempergunakan simbolsimbol. Definisi ini menyangkut tiga hal. Pertama, komunikasi yang
menyangkut manusia yaitu, bagaimana orang yang berhubungan satu
sama lain. Kedua, komunikasi menyangkut pemberian pengertian,
sehingga yang bersangkutan harus mempunyai kesamaan dalam definisi.
Ketiga, komunikasi berupa simbol seperti gerakan tangan, suara, huruf,
angka, kata-kata atau kalimat dalam komunikasi. Suatu proses kegiatan
dalam penyampaian pengertian yang mengandung arti komunikator
kepada komunikan melalui media, dalam usaha mendapatkan saling
pengertian diartikan sebagai komunikasi.
Komunikasi yang mengacu pada Hodijah (2007) dapat dipahami
sebagai hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan
penerimaan pesan yang mempergunakan simbol-simbol, sehingga pesan
yang disampaikan dapat dimengerti dengan tujuan perubahan perilaku
11
dan mempengaruhi orang lain agar melakukan kegiatan atau tindakan
tertentu.
2. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama anak mendapatkan
pengaruh dalam membentuk karakter pribadi dan memberikan dasardasar pendidikan untuk melangkah pada tahapan lebih lanjut dalam
menempuh kehidupannya. Konsep keluarga dapat ditinjau dari berbagai
aspek, tergantung dari sudut mana melihatnya. Pengertian keluarga dapat
ditinjau dari hubungan darah dan hubungan sosial. Berdasarkan hubungan
darah, keluarga adalah suatu kesatuan yang diikat oleh hubungan darah
antara satu dengan lainnya. Berdasarkan hubungan sosial, keluarga adalah
suatu kesatuan yang diikat oleh adanya saling berhubungan atau interaksi
dan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya, walaupun di antara
mereka tidak terdapat hubungan darah. Perspektif yang lain menyebutkan,
keluarga disebut juga sebagai sebuah persekutuan antara ibu-bapak
dengan anak-anaknya yang hidup bersama dalam sebuah institusi yang
terbentuk karena ikatan perkawinan yang sah menurut hukum, dimana di
dalamnya ada interaksi (saling berhubungan dan mempengaruhi) antara
satu dengan lainnya. Pengertian keluarga juga dibedakan dalam sisi
psikologis dan pedagogis. Secara psikologis, keluarga adalah sekumpulan
orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masingmasing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga saling
mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri.
Pengertian pedagogis sendiri keluarga diartikan sebagai satu persekutuan
hidup yang dijalin oleh kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia
yang dikukuhkan oleh pernikahan, yang bermaksud untuk saling
menyempurnakan diri (Djamarah, 2004).
Pengertian orang tua menurut Undang-Undang Perlindungan anak
No. 23 Tahun 2002, pada bab 1, pasal 1, adalah ayah dan atau ibu
kandung, atau ayah dan atau ibu tiri, atau ayah dan atau ibu angkat.
Pengertian keluarga mengacu Djamarah (2004) yaitu keluarga merupakan
satu persekutuan hidup yang dijalin oleh kasih sayang antara pasangan dua
jenis manusia yang dikukuhkan oleh pernikahan, yang bermaksud untuk
saling menyempurnakan diri. Sementara itu, yang dimaksud dengan orang
tua dalam penelitian ini adalah ayah kandung dan ibu kandung dari anakanak kandung yang membentuk keluarga inti.
12
3. Komunikasi dalam Keluarga
Komunikasi merupakan aspek yang sangat penting dalam
hubungan antar manusia. Pendidikan tidak terjadi dengan sendirinya,
melainkan merupakan hasil proses hubungan antar manusia dengan
berkomunikasi, karenanya di dalam proses pendidikan, aspek komunikasi
menjadi sangat penting. Terutama dalam lingkungan keluarga, sebagai
lingkungan pertama pendidikan, orang tua di dalam lingkungan keluarga
sebagai pendidik sangatlah memerlukan komunikasi untuk berhubungan
dan berinteraksi dengan anak-anaknya. Sangat dipahami bahwa sejak anak
lahir orang tua yang membangun kepribadian anak, mengembangkan
kreativitas anak, yang juga secara tidak langsung berperan terhadap
pendidikan yang sedang dijalani anak. Tentunya hal tersebut tidak lepas
dari komunikasi antara orang tua dengan anaknya. Peran orang tua
sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga seharusnya ikut membantu
anak dalam pendidikannya baik dalam belajar di dalam rumah maupun di
luar rumah (Djamarah, 2004).
Komponen komunikasi yang menjadi unsur-unsur utama
terbentuknya proses komunikasi antara lain komunikator sebagai pengirim
pesan, pesan yang disampaikan dan komunikan sebagai penerima pesan
dari pengirim. Proses komunikasi dalam keluarga diilustrasikan, orang tua
sebagai komunikator dan anak sebagai komunikan. Interaksi sosial yang
terjadi dalam keluarga tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi karena ada
tujuan atau kebutuhan bersama antara orang tua dan anak. Keinginan
untuk berhubungan dan berinteraksi tidak terlepas dari kegiatan
komunikasi antara orang tua dan anak. Komunikasi merupakan suatu hal
yang harus ada karena di dalamnya terdapat kegiatan berdialog, bertukar
pikiran, berbicara dan sebagainya. Komunikasi yang baik dapat terjadi
dengan membangun komunikasi secara timbal balik dan silih berganti
antara orang tua dan anak dalam keluarga (Djamarah, 2004).
Komunikasi orang tua dan anak di dalam keluarga adalah proses
pengiriman dan penerimaan pesan yang dilakukan oleh orang tua dengan
anaknya, yang berlangsung timbal balik dari orang tua ke anak atau dari
anak ke orang tua dalam bentuk informasi, gagasan, ide, pengertian,
hubungan yang baik dan tindakan secara langsung maupun tidak langsung
yang dilakukan oleh keduanya. Pesan yang disampaikan diharapkan dapat
dimengerti sehingga merubah perilaku serta dapat mempengaruhi
penerima pesan untuk melakukan kegiatan atau tindakan tertentu.
13
Komunikasi dalam keluarga bertujuan untuk membentuk perubahan sosial,
sikap, pendapat, dan tingkah laku anak. Komunikasi yang dibangun orang
tua dapat mempengaruhi anak sehingga terjadi perubahan sosial, sikap,
pendapat dan tingkah laku seperti yang diinginkan demi tujuan
pendidikan. Komunikasi yang dimaksud antara lain memberikan fasilitas
belajar, mengetahui kesulitan belajar anak kemudian memberikan les
untuk anak pada mata pelajaran yang dianggapnya sulit, memotivasi anak
untuk belajar dan memenuhi kebutuhan belajar anak (Fathullah, 2007).
4. Kualitas Komunikasi Orang Tua dengan Anak
Bagian dari aspek interaksi anak dengan orang tua adalah
membangun komunikasi dalam keluarga. Kualitas komunikasi orang tua
dengan anak dipahami sebagai tingkat baik buruknya suatu bentuk upaya
orang tua dalam memperhatikan perkembangan anak dalam belajar
sehingga anak memperoleh kecakapan tertentu (Munawaroh, 2008).
Menurut Devito (2011), kualitas komunikasi antarpribadi dilihat dari tiga
sudut pandang. Sudut pandang pertama adalah humanistis, yang
menekankan pada keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap
mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan
(equality). Kedua, sudut pandang pragmatis atau keperilakuan, yang
menawarkan lima kualitas efektivitas yaitu kepercayaan diri (confidence),
kedekatan (immediacy), manajemen interaksi (interaction management),
daya pengungkapan (expressiveness), dan orientasi ke pihak lain (other
orientation). Ketiga, sudut pandang pergaulan sosial dan kesetaraan
dipusatkan pada pertukaran manfaat dan biaya, serta implikasi dari pola
pertukaran ini terhadap hubungan. Model ini menekankan pada
pertukaran manfaat dan pemikulan beban biaya.
Kualitas komunikasi antar pribadi antara orang tua dengan anak
berdasarkan sudut pandang humanistis terdapat lima aspek. Dikemukakan
oleh Devito (2011) sebagai berikut:
a. Keterbukaan (openness) yang mengacu pada tiga aspek
komunikasi antarpribadi. Pertama, kemauan untuk membuka diri,
komunikator antarpribadi yang efektif harus terbuka kepada orang yang
diajaknya berinteraksi. Kedua, kemauan untuk memberikan reaksi secara
jujur terhadap pesan-pesan dengan orang lain, mengacu pada kesediaan
komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang,
bereaksi secara spontan dan memberikan umpan balik kepada orang lain.
14
Ketiga,
memiliki
perasaan-perasaan
dan
pemikiran-pemikiran,
bertanggung jawab terhadap apa yang dirasakan kepada orang lain, aspek
yang menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran. Anak dan orang tua
dalam hal ini harus saling jujur dan terbuka membicarakan masalah belajar
sehingga dapat diketahui situasi dan kondisi yang dialami oleh anak
sebenarnya untuk dicarikan solusi yang terbaik.
b. Empati (empathy) yaitu kemampuan seseorang untuk mengetahui
apa yang sedang dialami orang lain. Empati yang dimaksudkan dalam hal
ini adalah kemampuan orang tua memposisikan dirinya dalam komunikasi
dengan anaknya artinya orang tua mampu memahami anaknya sehingga
orang tua harus bersedia melihat dari sudut pandang anak yang sedang
mengalami proses belajar dan tanggap akan kebutuhan belajar yang
diperlukan anak.
c. Sikap mendukung (supportiveness) artinya keterbukaan dan
empati dapat terlaksana jika terjadi dalam suasana yang mendukung, yang
ditandai dengan bersikap deskriptif bukan evaluatif, spontan bukan
strategik, dan provosional bukan sangat yakin. Orang tua harus memahami
kondisi anak, untuk itu orang tua harus bersikap deskriptif, maksudnya
memberikan penjelasan atau uraian mengenai topik yang sedang
dikomunikasikan, bukan sikap mengevaluasi yang membuat anak merasa
terancam dengan hal yang dibahas bersama orang tua. Spontanitas dalam
menciptakan kondisi belajar yang baik oleh orang tua diperlukan untuk
mendukung proses belajar anak agar berlangsung dengan baik. Provisional
sebagai sikap dan pikiran yang terbuka serta bersedia mendengarkan
pandangan yang berlawanan dan bersedia mengubah posisi jika keadaan
mengharuskan. Sikap provosional orang tua sangat diperlukan dalam
mengefektifkan komunikasi yang terjadi dengan anak mereka. Orang tua
perlu
memantau
kemajuan
belajar
anak,
mengerti
dan
mempertimbangkan pandangan anak.
d. Sikap positif (positiveness) artinya dalam berkomunikasi orang tua
harus memiliki sikap positif terhadap anaknya. Sikap positif berupa
kepedulian ditunjukkan orang tua pada belajar yang sedang dijalani anak
merupakan pendorong bagi anak dalam belajar.
e. Kesetaraan (equality) artinya komunikasi akan lebih efektif apabila
suasananya setara. Orang tua dan anak dalam membicarakan masalah
belajar harus mengakui bahwa masing-masing penting dan berharga dalam
berperan dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang
15
penting untuk disumbangkan. Keefektifan komunikasi akan tercapai jika
orang tua dan anak saling menghargai dan mengakui kekurangan dan
kelebihan masing-masing.
C. Peranan Kualitas Komunikasi Orang Tua pada Prestasi Belajar
Matematika Anak
Prestasi belajar matematika yang dimaknai sebagai hasil belajar
terakhir mata pelajaran matematika yang dituangkan dalam bentuk angka
yang diberikan guru kepada siswa untuk mengevaluasi pembelajaran yang
telah ditempuh. Prestasi belajar matematika diartikan oleh Padmuninghar
(2010) sebagai hasil yang diperoleh siswa selama belajar disekolah dalam
penguasaan materi atau pengetahuan, sesuai dengan kriteria yang berlaku
dan hasil yang dicapai yang dituangkan dalam bentuk huruf, angka atau
nilai maupun kalimat yang dicantumkan dalam bentuk rapor.
Peranan kualitas komunikasi orang tua dalam meningkatkan
prestasi belajar matematika dapat dimengerti melalui faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar. Telah diuraikan bahwa prestasi belajar
dipengaruhi oleh faktor internal (dari dalam diri siswa) dan faktor eksternal
(dari luar siswa). Keluarga merupakan faktor eksternal yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Anak dan orang tua memerlukan
komunikasi dalam berhubungan. Peran kualitas komunikasi orang tua
terhadap anak dalam memperhatikan pendidikan anak merupakan hal
yang dibutuhkan dalam membantu proses belajar sehingga mendukung
pencapaian prestasi belajar matematika yang tinggi. Djamarah (2004)
mengungkapkan, orang tua sebagai pendidik dalam keluarga memiliki
tanggung jawab terhadap pendidikan anak. Orang tua diketahui sebagai
pendidik pertama dan utama karena dalam kenyataannya mereka
pembentuk dasar kepribadian sang anak. Situasi keluarga yang tercermin
melalui hubungan komunikasi yang baik antara anak dan orang tua
mempunyai peranan penting dimana orang tua dapat memahami apa yang
diinginkan anak. Hubungan harmonis dalam artian komunikasi yang
berkualitas antara orang tua dengan anak dalam keluarga memberikan
dampak dalam proses belajar anak.
Salah satu faktor yang mempengaruhi proses belajar yang
tentunya menjadi penyebab kesulitan belajar adalah faktor orang tua.
Orang tua adalah jalur utama anak dalam menyelesaikan masalah belajar.
Sedikit orang tua dapat memahami dan memperlakukan anak secara
16
bijaksana. Remaja juga sering kali kurang mampu menyatakan dan
memecahkan masalah dengan orang tua sehingga terjadi hambatan
komunikasi antara orang tua dengan anak. Hubungan orang tua dengan
anak yang baik merupakan suatu hal yang menentukan keberhasilan
proses belajar anak, sehingga kualitas komunikasi orang tua dengan anak
merupakan hal penting dimana orang tua dapat memahami yang
diinginkan oleh anaknya. Hal itu dapat menimbulkan suatu keakraban dan
pengaruh positif terhadap anak dan anak merasa termotivasi sehingga
memiliki semangat belajar yang tinggi dan memperoleh prestasi belajar
yang memuaskan. (Munawaroh, 2008)
Munawaroh (2008) menambahkan, tugas seorang siswa yang
bersekolah adalah memperoleh prestasi belajar setinggi-tingginya. Orang
tua berperan dalam membantu proses belajar anak sehingga anak
memperoleh prestasi yang memuaskan. Pelajaran matematika dianggap
sebagai mata pelajaran yang sulit oleh siswa. Pencapaian prestasi belajar
matematika anak yang tinggi memerlukan bantuan orang tua untuk
menjaga kualitas komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak.
Perwujudan tersebut seperti, keterbukaan, kesetaraan, empati, sikap
positif dan mendukung, pemenuhan kebutuhan belajar anak yang
memperlancar proses komunikasi agar tercipta aktivitas belajar yang baik
sehingga membuahkan prestasi belajar matematika tinggi seperti yang
diharapkan.
D. Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian tentang faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar yang relevan dengan judul penelitian adalah penelitian yang
dilakukan Natalia (2004) yang berjudul hubungan antara persepsi anak
terhadap kualitas komunikasi orang tua anak dalam keluarga terhadap
prestasi belajar siswa kelas II SLTP Stella Matutina Salatiga yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif sangat signifikan antara
kualitas komunikasi dengan prestasi belajar.
Didukung oleh penelitian Padmuninghar (2010) dalam
penelitiannya tentang hubungan kualitas komunikasi antara siswa dengan
guru matematika dengan prestasi belajar matematika siswa kelas XI IPA
SMA Kristen 1 Salatiga menemukan hal yang sama bahwa prestasi belajar
matematika dipengaruhi oleh kualitas komunikasi. Kualitas komunikasi
dalam penelitiannya memberikan sumbangan sebesar 13,25%. Senada
17
pula dengan penelitian Munawaroh (2008) dalam penelitian yang berjudul
hubungan kualitas komunikasi antara remaja dan orang tua dengan
prestasi belajar. Penelitiannya menunjukkan ada hubungan positif antara
kualitas komunikasi orang tua-anak dengan hasil belajar.
Penelitian yang dilakukan oleh Sumartono dalam Padmuninghar
(2010) menunjukkan hasil yang berbeda bahwa tidak ada korelasi positif
dan signifikan antara kualitas komunikasi dengan prestasi belajar. Hal
tersebut berarti, belum tentu semakin tinggi kualitas komunikasi, semakin
tinggi prestasi belajar dan sebaliknya.
E. Kerangka Berpikir
Prestasi belajar menjadi suatu hal yang sering kali menjadi
pembicaraan para pendidik, baik guru, lembaga pendidikan maupun orang
tua yang memiliki anak masih sekolah. Lalu mengapa terjadi prestasi
belajar matematika yang rendah pada siswa. Hal ini dikarenakan, dalam
proses belajar terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
siswa, salah satunya faktor yang berasal dari lingkungan keluarga (orang
tua).
Orang tua dalam lingkungan keluarga merupakan pendidik yang
berada di luar sekolah, maksudnya sebagai pendidik yang berada dalam
lingkup keluarga. Peran serta orang tua dalam mendidik, membimbing
anak belajar dapat mempengaruhi kegiatan belajarnya. Hal itu disebabkan,
dalam penyaluran informasi belajar dibutuhkan kualitas komunikasi yang
baik berupa dorongan, dukungan, dan motivasi dari orang tua, sehingga
anak dapat belajar dengan baik untuk mencapai tujuan belajar yang lebih
maksimal.
Komunikasi sebagai awal dari semua perhubungan antar manusia.
Yakni dalam keluarga orang tua berkomunikasi dengan anak untuk
mendidik anaknya. Pada bidang pendidikan, orang tua memiliki fungsi
sebagai sumber pendidikan utama karena segala pengetahuan dan
kecerdasan intelektual manusia diperoleh pertama kali dari orang tua. Di
sekolah, waktu belajar siswa sangat terbatas. Strategi dan pendekatan
belajar juga sangat ditentukan oleh keadaan siswa dalam satu kelas,
sehingga pendekatan yang sesuai kebutuhan individual siswa tidak dapat
diperhatikan sepenuhnya oleh guru. Kebutuhan dan karakter siswa lebih
banyak dikenal oleh orang tua di rumah, untuk itu kualitas komunikasi
18
orang tua terhadap kegiatan belajar anak akan memberi pengaruh positif
terhadap tingkat prestasi belajar matematika siswa.
Kualitas komunikasi orang tua dengan anak dapat diwujudkan
dengan melihat pada penyampaian pesan dari orang tua kepada anak,
atau dari anak kepada orang tua pada sudut pandang humanistis yaitu
berupa keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung
(supportiveness), sikap positif (positiveness) dan kesetaraan (equality).
Perwujudan komunikasi orang tua dengan anak tersebut berarti orang tua
tidak hanya memantau kegiatan belajar dan memantau kemajuan
belajarnya akan tetapi juga membangun relasi yang baik dengan
memahami kebutuhan fisiologis maupun psikologis anak, mendukung
kegiatan anak dalam belajar yaitu dengan menciptakan kondisi belajar
yang baik, memberi bimbingan belajar, membantu menyediakan fasilitas
belajar, mencarikan solusi kesulitan belajar, mengatur waktu belajar dan
sebagainya. Orang tua perlu memiliki kemampuan memahami psikologi
anak, memiliki pengalaman belajar, serta mampu mempengaruhi anak
untuk belajar dengan baik sesuai tahap-tahap perkembangannya.
Uraian diatas dapat ditarik suatu kerangka berpikir, dengan bagan
sebagai berikut:
Prestasi Belajar Matematika
Siswa Rendah
Orang Tua
Faktor Intern
Faktor Ekstern
Kualitas Komunikasi Orang Tua
Lingkungan Keluarga
Peranan Kualitas Komunikasi Orang Tua
(Belajar Siswa) pada Prestasi Belajar
Matematika
Peningkatan Prestasi Belajar
MatematikaSiswa
Pesan
Feedback
Indikator:
(1) keterbukaan (opennessi)
(2) empati (empathy)
(3) sikap mendukung (supportiveness)
(4) sikap positif (positiveness)
(5) kesetaraan (equality)
Anak
19
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dalam penelitian ini, maka hipotesis
penelitian yang akan diajukan adalah ada hubungan positif dan signifikan
antara kualitas komunikasi dengan orang tua terhadap prestasi belajar
siswa kelas VIII SMP N 2 Tuntang Kabupaten Semarang. Hipotesis statistik
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
H0: rxy ≤ 0 : tidak ada hubungan positif dan signifikan antara kualitas
komunikasi dengan orang tua terhadap prestasi belajar
matematika siswa kelas VIII SMP N 2 Tuntang Kabupaten
Semarang.
H1: rxy > 0 : ada hubungan positif dan signifikan antara kualitas komunikasi
dengan orang tua terhadap prestasi belajar matematika siswa
kelas VIII SMP N 2 Tuntang Kabupaten Semarang.
Download