TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan

advertisement
5
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu aktivitas universal manusia, suatu keahlian
dasar dalam kehidupan yang berkaitan dengan pertimbangan suatu hasil sebelum
diadakan pemilihan diantara berbagai alternatif yang ada (Feldt AG dalam
Catanese AJ&Snyde JC 1998). Perencanaan ini dilakukan dengan beberapa
langkah yang terstruktur agar memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan.
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh perencana menurut Simonds
(1983), adalah mengidentifikasi tapak selama waktu yang telah ditentukan untuk
dapat merasakan potensi dan kendala yang ada pada tapak. Tujuannya adalah
untuk mengeksploitasi potensi dan kendala tersebut dengan sebaik-baiknya,
dengan kata lain perencana harus menonjolkan karakter lanskap yang ada pada
tapak tersebut.
Pada intinya, perencanaan suatu tapak atau lanskap harus melalui analisis
yang tepat untuk dapat membedakan dampak, esensi serta manfaat terbesar dari
proyek yang dihadapi. Dengan demikian hasil perencanaan akan tersusun untuk
mendapatkan korelasi yang baik antara unsur-unsur alam dengan fungsi yang akan
diterapkan.
2.2. Ruang Terbuka Hijau
Pengertian RTH, (1) adalah suatu lapang yang ditumbuhi berbagai
tetumbuhan, pada berbagai strata, mulai dari penutup tanah, semak, perdu dan
pohon (tanaman tinggi berkayu); (2) “Sebentang lahan terbuka tanpa bangunan
yang mempunyai ukuran, bentukdan batas geografis tertentu dengan status
penguasaan apapun, yang di dalamnya terdapat tetumbuhan hijau berkayu dan
tahunan (perennial woody plants), dengan pepohonan sebagai tumbuhan penciri
utama dan tumbuhan lainnya (perdu, semak, rerumputan, dan tumbuhan penutup
tanah lainnya), sebagai tumbuhan pelengkap, serta benda-benda lain yang juga
sebagai pelengkap dan penunjang fungsi RTH yang bersangkutan” (Purnomohadi,
2002).
Sedang Ruang Terbuka (RT), tak harus ditanami tetumbuhan, atau hanya
sedikit terdapat tetumbuhan, namun mampu berfungsi sebagai unsur ventilasi
6
kota, seperti plaza dan alun-alun. Tanpa RT, apalagi RTH, maka lingkungan kota
akan menjadi „Hutan Beton‟ yang gersang, kota menjadi sebuah pulau panas (heat
island) yang tidak sehat, tidak nyaman, tidak manusiawi, sebab tak layak huni.
Secara hukum (hak atas tanah), RTH bisa berstatus sebagai hak milik
pribadi
(halaman
rumah),
atau
badan
usaha
(lingkungan
skala
permukiman/neighborhood), seperti: sekolah, rumah sakit, perkantoran, bangunan
peribadatan, tempat rekreasi, lahan pertanian kota, dan sebagainya), maupun milik
umum, seperti: Taman-taman Kota, Kebun Raja, Kebun Botani, Kebun Binatang,
Taman Hutan Kota/Urban Forest Park, Lapang Olahraga (umum), Jalur-jalur
Hijau (green belts dan/atau koridor hijau): lalu-lintas, kereta api, tepian
laut/pesisir pantai/sungai, jaringan tenaga listrik: saluran utama tegangan ekstra
tinggi/SUTET, Taman Pemakaman Umum (TPU), dan daerah cadangan
perkembangan kota (bila ada).
Lebih jelasnya, bila berdasar pada status penguasaan lahan, RTH kota
dapat terletak di:
1. Lahan Kawasan Kehutanan. Berdasarkan fungsi hutannya, RTH Kawasan
Hutan Kota dapat berupa Hutan Lindung, Hutan Wisata, Cagar Alam, dan
Kebun Bibit Kehutanan.
2. Lahan Non-Kawasan Hutan. Menurut kewenangan pengelolaannya berada di
bawah unit-unit tertentu, seperti: Dinas Pertamanan, Dinas Pertanian dan
Kehutanan, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pemakaman, Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan, dan lain-lain atau bentuk kewenangan lahan lain yang dimiliki
atau dikelola penduduk.
Menurut Gunadi (1995) dalam perencanaan ruang kota (townscapes)
dikenal istilah Ruang Terbuka (open space), yakni daerah atau tempat terbuka di
lingkungan perkotaan. RT berbeda dengan istilah ruang luar (exterior space),
yang ada di sekitar bangunan dan merupakan kebalikan ruang dalam (interior
space) di dalam bangunan. Definisi ruang luar adalah ruang terbuka yang sengaja
dirancang secara khusus untuk kegiatan tertentu, dan digunakan secara intensif,
seperti halaman sekolah, Lapang olahraga, termasuk plaza (piazza) atau square.
Adapun ”zona hijau” bisa berbentuk jalur (path), seperti jalur hijau jalan, tepian
air waduk atau danau dan bantaran sungai, bantaran rel kereta api, saluran/jejaring
7
listrik tegangan tinggi, dan simpul kota (nodes), berupa ruang taman rumah,
taman lingkungan, taman kota, taman pemakaman, taman pertanian kota, dan
seterusnya, sebagai Ruang Terbuka (Hijau). Ruang terbuka yang disebut Taman
Kota (park), yang berada di luar atau di antara beberapa bangunan di lingkungan
perkotaan, semula dimaksudkan pula sebagai halaman atau ruang luar, yang
kemudian berkembang menjadi istilah Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota, karena
umumnya berupa ruang terbuka yang sengaja ditanami pepohonan maupun
tanaman, sebagai penutup permukaan tanah. Tanaman produktif berupa pohon
buah-buahan dan tanaman sayuran pun kini hadir sebagai bagian dari RTH berupa
lahan pertanian kota atau lahan perhutanan kota yang amat penting bagi
pemeliharaan fungsi keseimbangan ekologis kota.
Berdasarkan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Rio de Janeiro,
Brazil (1992) dan dipertegas lagi pada KTT Johannesburg, Afrika Selatan 10
tahun kemudian (2002, Rio + 10), disepakati bersama bahwa sebuah kota idealnya
memiliki luas RTH minimal 30% dari total luas kota. Hal ini juga tercantum pada
UU No.26 tahun 2007 pasal 3.
2.3. Industri
Industri merupakan semua kegiatan ekonomi manusia yang mengolah
barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.
Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur
(manufacturing), padahal pengertian industri sangatlah luas, yaitu menyangkut
semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan
komersial (Anonim 2010). Disebabkan kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah
dan macam industri berbeda-beda untuk tiap negara atau daerah. Pada umumnya,
makin maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu negara atau daerah,
makin banyak jumlah dan macam industri, dan makin kompleks pula sifat
kegiatan dan usaha tersebut. Cara penggolongan atau pengklasifikasian industri
pun berbeda-beda. Tetapi pada dasarnya, pengklasifikasian industri didasarkan
pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa pasar, modal,
atau jenis teknologi yang digunakan. Selain faktor-faktor tersebut, perkembangan
dan pertumbuhan ekonomi suatu negara juga turut menentukan keanekaragaman
8
industri negara tersebut, semakin besar dan kompleks kebutuhan masyarakat yang
harus dipenuhi, maka semakin beranekaragam jenis industrinya.
2.4. Kawasan Industri
Kata kawasan adalah kata yang diadopsi dari bahasa lain, menurut bahasa
Inggris kata kawasan lebih tepat dipinjam dari kata “Area” yang berarti “Scope or
range of activity” yang terjemahan bebasnya adalah “daerah yang dipakai untuk
suatu kegiatan”. Sedangkan kawasan menurut kamus bahasa Indonesia adalah
“Daerah” sedangkan daerah berarti wilayah. Dengan demikian kawasan menurut
pemahaman umum adalah sebuah kawasan yang diperuntukkan bagi suatu
kepentingan
tertentu.
Kawasan
industri
adalah
sebuah
kawasan
yang
diperuntukkan bagi kemanfaatan manusia, tetapi di sisi lain, adalah adanya
persoalan
mulai
adanya
kegiatan
yang
telah
membuat
keseimbangan
ekosistemnya menjadi terganggu yang disebabkan oleh penebangan pohon, dan
pemotongan-pemotongan wilayah dataran tinggi (Hartono 2007).
Sesuai dengan Keppres 53 tahun 1989 yang telah diperbaiki dengan
Keppres 41 tahun 1996 pengertian Kawasan Industri adalah kawasan tempat
pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana
penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri
yang telah memiliki izin usaha kawasan industri. Terminologi Kawasan Industri
di Indonesia sering disebut dengan istilah Industrial Estate sementara di beberapa
negara digunakan istilah Industrial Park.
Berdasarkan pengertian di atas, suatu lokasi dapat menggunakan istilah
Industrial Estate atau Industrial Park, harus memenuhi 2 ciri utama, yaitu :
1. Lahan yang disiapkan sudah dilengkapi prasarana dan sarana penunjang
2. Terhadap lahan yang dipersiapkan tersebut terdapat suatu badan/manajemen
pengelola yang telah memiliki izin usaha sebagai Kawasan Industri
2.5. Pembangkit Listrik Tenaga Uap
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah pembangkit listrik yang
memanfaatkan energi panas dari steam untuk memutar turbin sehingga dapat
digunakan untuk membangkitkan energi listrik melalui generator. Steam yang
dibangkitkan ini berasal dari perubahan fase air yang berada pada boiler akibat
mendapatkan energi panas dari hasil pembakaran bahan bakar. Secara garis besar
9
sistem pembangkit listrik tenaga uap terdiri dari beberapa peralatan utama
diantaranya: boiler, turbin, generator, dan kondensor. Boiler adalah bejana
tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk air panas
atau steam. Air panas atau steam pada tekanan tertentu kemudian digunakan untuk
mengalirkan panas ke suatu proses. Sistem boiler terdiri dari: sistem air umpan,
sistem steam, dan sistem bahan bakar.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap menggunakan air sebagai penghasil uap
yang mana uap tersebut disini hanya sebagai tenaga pemutar turbin, sementara
untuk menghasilkan uap dalam jumlah tertentu diperlukan air. Menariknya
didalam PLTU terdapat proses yang terus menerus berlangsung dan berulangulang. Prosesnya antara air menjadi uap kemudian uap kembali menjadi air dan
seterusnya. Proses ini dimaksud dengan Siklus PLTU.
Gambar 2.1. Siklus PLTU
Sumber: Anonim (2010)
PLTU menggunakan batubara sebagai bahan bakar atau pemasok
kebutuhan energi listrik bagi industri tersebut (Wardhana 1995). Pada pembakaran
dan pemecahan batubara, selain dihasilkan gas buangan (CO, NOx, dan Sox), juga
banyak dihasilkan partikel-partikel yang terdispersi ke udara sebagai bahan
pencemar. Partikel-partikel tersebut antara lain:
10
a. Karbon dalam bentuk abu atau fly ash (C);
b. Debu silika (SiO2);
c. Debu alumina (Al2O3);
d. Oksida-oksida besi (Fe2O3 atau Fe3O4).
Selain itu, pembakaran batubara juga mngeluarkan unsur-unsur radioaktif yang
menyebar ke lingkungan. Unsur-unsur radioaktif yang menyebar ke lingkungan
sebanyak 36 unsur, dengan unsur yang paling dominan adalah sebagai berikut:
a. Partikel Timbal 210 atau Pb210;
b. Partikel Polonium 210 atau Po210;
c. Partikel Proctactinium 231 atau Pa231;
d. Partikel Radium 226 atau Ra226;
e. Partikel Thorium 232 atau Th232;
f. Partikel Uranium 238 atau U238.
Keenam unsur radioaktif tersebut termasuk golongan logam berat yang
apabila masuk ke dalam tubuh manusia akan mengikuti lever route yang
berdampak pada tubuh manusia. Paparan radiasi lingkungan yang dihasilkan oleh
PLTU-batubara relatif lebih besar dibandingkan dengan paparan radiasi
lingkungan dari PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir).
2.6. Pencemaran Udara
Dalam UU No. 4 Tahun 1982, pencemaran lingkungan merupakan
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen
lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan
manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat lagi
berfungsi sesuai peruntukannya.
Terdapat tiga unsur dalam pencemaran, yaitu: sumber perubahan oleh
kegiatan manusia atau proses alam, bentuk perubahannya adalah berubahnya
konsentrasi suatu bahan (hidup/mati) pada lingkungan, dan merosotnya fungsi
lingkungan dalam menunjang kehidupan.
Pencemaran dapat diklasifikasikan dalam bermacam-macam bentuk
menurut pola pengelompokannya:
11
a. pengelompokan menurut bahan pencemar yang menghasilkan bentuk
pencemaran biologis, kimiawi, fisik, dan budaya;
b. pengelompokan
menurut
medium
lingkungan
menghasilkan
bentuk
pencemaran udara, air, tanah, makanan, dan sosial;
c. pengelompokan menurut sifat sumber menghasilkan pencemaran dalam
bentuk primer dan sekunder.
2.7. Partikel
Menurut Wardhana (1995), partikel adalah pencemar udara yang dapat
berada bersama-sama dengan bahan atau bentuk pencemar lainnya. Partikel dapat
diartikan secara murni atau sempit sebagai bahan pencemar udara yang berbentuk
padatan. Dalam pengertian yang lebih luas, dalam kaitannya dengan pencemaran
lingkungan, pencemar partikel dapat meliputi berbagai macam bentuk, mulai dari
bentuk yang sederhana sampai bentuk yang rumit atau kompleks yang semuanya
merupakan bentuk pencemaran udara. Aerosol merupakan salah satu bentuk
partikel, yang terhambur dan melayang di udara.
Pendapat lain menyatakan bahwa partikel maupun aerosol adalah suatu
bentuk pencemaran udara yang berasal dari zarah-zarah kecil yang terdispersi ke
udara, baik berupa padatan, cairan, ataupun padatan dan cairan secara bersamasama, yang dapat mencemari lingkungan. Dengan demikian partikel maupun
aerosol hampir sama. Perbedaannya hanya terletak pada ukurannya. Ukuran
(diameter) partikel berkisar antara 0,0002 u – 500 u (micron). Aerosol mempunyai
ukuran yang relatif lebih besar daripada ukuran partikel.
Sumber pencemaran partikel dapat berasal dari peristiwa alami dapat juga
berasal dari akibat ulah manusia dalam rangka mendapatkan kualitas hidup yang
lebih baik. Pencemaran partikel yang berasal dari alam contohnya adalah:
a. debu tanah/pasir halus yang terbang terbawa oleh angin kencang;
b. abu dan bahan-bahan vulkanik yang terlempar ke udara akibat letusan gunung
berapi;
c. semburan uap air panas di sekitar daerah sumber panas bumi di daerah
pegunungan.
Sedangkan sumber pencemaran partikel akibat ulah manusia sebagian besar
berasal dari pembakaran batubara, proses industri, kebakaran hutan dan gas
12
buangan alat transportasi. Di negara-negara industri, pemakaian batubara sebagai
bahan bakar merupakan sumber utama pencemaran partikel (Tabel 2.1).
Tabel 2.1. Sumber Pencemaran Partikel
Sumber Pencemaran
Transportasi
- mobil bensin
- mobil diesel
- pesawat terbang (dapat diabaikan)
- kereta api
- kapal laut
- sepeda motor dll
Pembakaran stasioner
- batubara
- minyak
- gas alam
- kayu
Proses industri:
Pembuangan limbah padat
Lain-lain:
- Kebakaran hutan
- Pembakaran batubara sisa
- Pembakaran limbah pertanian
- Lain-lain
% bagian
% total
4,3
1,8
1,0
0,0
0,7
0,4
0,4
31,4
29,0
1,0
0,7
0,7
26,5
3,9
33,9
23,7
1,4
8,4
0,4
100,0
100,0
Sumber: Sastrawijaya 1991.
2.8.Peranan Vegetasi dalam Mengurangi Partikel
Debu atau partikulat terdiri dari beberapa komponen zat pencemar. Dalam
sebutir debu terdapat unsur-unsur seperti garam sulfat, sulfuroksida, timah hitam,
asbestos, oksida besi, silika, jelaga, dan unsur kimia lainnya. Pencemaran debu
secara langsung dapat menyebabkan kerusakan pada organ pernapasan dan kulit.
Dengan adanya vegetasi, partikel padat yang tersuspensi pada lapisan
biosfer bumi akan dapat dibersihkan oleh tajuk pohon melalui proses jerapan dan
serapan. Dengan adanya mekanisme ini jumlah debu yang melayang-layang di
udara akan menurun. Partikel tersebut sebagian akan terjerap (menempel) pada
permukaan daun, khususnya daun yang berbulu dan mempunyai permukaan yang
kasar dan sebagian lagi terserap masuk ke dalam ruang stomata daun. Ada juga
partikel yang menempel pada kulit pohon, cabang, dan ranting. Daun yang
berbulu dan berlekuk seperti halnya daun bunga matahari dan kersen mempunyai
kemampuan yang tinggi dalam menjerap partikel daripada daun yang mempunyai
permukaan yang halus (Wedding dkk. dalam Smith 1981).
13
Hasil
penelitian
Zoer‟aini
Djamal
Irwan
dalam
Dahlan
(2004)
menunjukkan bahwa hutan kota dapat menurunkan kadar debu sebesar 46,13% di
siang hari pada permulaan musim hujan. Hutan kota yang berstrata banyak lebih
efektif menurunkan kadar debu, yaitu sebesar 53,56%, dibandingkan dengan
hutan kota yang berstrata dua menurunkan kadar debu sebesar 42,89%. Tumbuhan
dapat mengurangi debu dengan tajuk yang rindang sesuai dengan ketentuan
berikut :
2
1) Sebidang tanah seluas 300 x 400 m dapat menurunkan kadar debu dalam udara
dari 7.000 partikel/liter menjadi 4.000 partikel/liter.
2) Antara ujung-ujung suatu jalur hijau sepanjang 5 km dengan lebar 2 km,
konsentrasi debu menurun dengan perbandingan 50 : 3.
Dalam buku “Hutan Kota” karya Dahlan (1992), ditemukan berbagai jenis
penelitian lainnya yang menunjukkan bahwa vegetasi dapat mengakumulasi
berbagai jenis polutan, yaitu:
a. Penelitian Wargasasmita et. al. (1991) menunjukkan bahwa tumbuhan dapat
mengakumulasi Pb pada daun dan kulit batangnya.
b. Jahja Fakuara et. al., menemukan dalam penelitiannya bahwa Cassia siamea
(johar), Pithecellobium dulce (asam landi), dan Swietenia macrophylla
(mahoni) mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menyerap Pb.
c. Badri (1986) mengemukakan bahwa merupakan tumbuhan dari pencemaran
logam berat. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Axonopus compressus,
Acalypha wilkesana, dan Pterocarpus indicus dapat menyerap logam berat
seperti Zn, Cu, dan Pb.
d. Hasil penelitian Dahlan (1989) menunjukkan bahwa kandungan Pb jerapan
dan Pb serapan sangat bervariasi menurut jenis daun. Daun tanaman Agathis
Alba (damar), Bixa orellana (kesumba), Filicium decipiens (kiara payung),
Swietenia macrophylla (mahoni), Podocarpus imricatus (jamuju), dan
Myristica fragrans (pala) mempunyai potensi yang tinggi sebagai pereduksi
Pb. Sedangkan daun pohon pala, jamuju, kupu-kupu, damar, kesumba,
mahoni, dan kirai payung mempunyai kemampuan untuk mereduksi Pb
dengan kadar tinggi dan sedang. Daun pohon kupu-kupu mempunyai
kemampuan penyerapan relatif lebih rendah.
14
e. Penelitian Misawa et. al. (1993) mengenai studi sabuk hijau terhadap kualitas
udara dengan enam jenis tumbuhan, yaitu Pasania edulis, Quercus
myrsinaefolia, Mirica rubra, Ilex integra, Ilex rotunda, dan Cryptomeria
japonica dengan bebagai bentuk struktur jalan. Oleh karena itu sebaiknya,
agar penyerapan partikulat dapat terjadi sebanyak mungkin, perlu
dikembangkan struktur jalan dan penutupan jalan dengan sabuk vegetasi.
f. Grey dan Deneke (1976) mengemukakan bahwa ada beberapa tumbuhan
tertentu yang dapat menyerap polutan tertentu seperti sebagian spesies kayu
manis dan yellow birch dapat menyerap sulfur dioxide.
g. Ahli dari Rusia, Robinette (1972), menunjukkan hasil penelitiannya bahwa
lingkungan pabrik dengan luas 500 m lahan hijau dapat menurunkan sekitar
70% sulfur dioxide dan 67% nitrit oxide.
2.9. Dampak Teknologi dan Industri pada Lingkungan
Masuknya teknologi ke Indonesia sudah dimulai sejak diundangkannya
UUPMA (UU No. 1 tahun 1967, yang diperbarui dengan PP.No. 20 tahun 1994).
Dengan dukungan UU tentang Hak Paten (Property Right) dan UU Perlindungan
Hak Cipta (Intellectual Right), maka banyak perusahaan multinasional dan asing
yang
menggunakan,
memakai
dan
mengembangkan
teknologi
dalam
menghasilkan berbagai produk industri. Dalam hal merebaknya teknologi industri
masuk ke Indonesia, dapat melalui : (a) Science agreement, (b) technical
assistance and cooperation, (c). turnkey project, (d) foreign direct investment, dan
(e) purchase of capital goods. Atau dalam bentuk equity participation dalam
rangka joint operation agreement, know-how agreement, kontrak-kontrak
pembelian mesin-mesin, trade fair dan berbagai lokakarya.
Pembangunan
yang mengandalkan teknologi dan industri dalam
mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi seringkali membawa dampak
negatif bagi lingkungan hidup manusia.
Pencemaran lingkungan akan
menyebabkan menurunnya mutu lingkungan hidup, sehingga akan mengancam
kelangsungan makhluk hidup, terutama ketenangan dan ketentraman hidup
manusia.
15
2.10. Perencanaan dan Pengendalian RTH Kota
Menurut Adisasmito (2008), inventarisasi potensi alam merupakan dasar
kelayakan pembangunan RTH, khususnya sebagai dasar untuk menentukan letak
dan jenis tanaman. Inventarisasi ini sangat diperlukan berdasar pada keterkaitan
kondisi fisik, sosial dan ekonomi, meliputi pendataan keadaan iklim (curah hujan,
arah angin, suhu dan kelembaban udara); data topografi dan konfigurasi kondisi
alam adalah untuk menentukan tipe RTH; kemudian geologi, jenis tanah dan
erodibilitas untuk penentuan jenis RTH; jaringan sungai, potensi dan pelestarian
jenis, jumlah, dan kondisi fauna dan flora lokal. Umumnya keberadaan dan jenis
fauna sangat berkaitan erat pula dengan jenis flora yang ada (existing, biota
endemic).
Penggunaan tanah (land use) dan keadaan yang mempengaruhinya perlu
dikompilasi melalui pengumpulan data mengenai kedua hal tersebut, yaitu:
meliputi penggunaan tanah serta penyebaran bangunan, daerah permukiman,
perdagangan, industri, pusat pemerintahan, pusat perbelanjaan, tempat rekreasi,
dan jaringan transportasi. Keadaan yang mempengaruhi penggunaan tanah adalah
demografi jumlah dan persebaran penduduk, presentase pertambahan jumlah,
komposisi penduduk, dan keadaan sosial ekonomi. Kedua data ini dipergunakan
untuk menentukan tipe, lokasi, dan jumlah RTH.
Inventarisasi aktivitas dan permasalahannya meliputi data aktivitas yang
dikumpulkan, terutama kegiatan-kegiatan yang bisa menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan. Tingkat atau besaran aktivitas akan menentukan luas RTH
yang dibutuhkan dalam upaya menetralisir pengaruh negatif yang ditimbulkannya
tersebut. Pengumpulan data fisik (utama), meliputi:
1. jumlah dan laju pertambahan kebutuhan air dan oksigen;
2. jumlah dan tingkat pertambahan penggunaan bahan bakar;
3. jumlah dan laju pertambahan kendaraan bermotor;
4. jumlah dan laju pembuangan limbah industri/rumah tangga; dan
5. nilai kualitatif dan kuantitatif dari permasalahan lain yang sering timbul,
seperti banjir, intrusi air laut, abrasi, erosi amblasan tanah, dan tingkat
pencemaran lain.
Download