no 18 vol. 2.pmd - Sosiologi FISIP UNS

advertisement
ISSN : 0215 - 9635, Vol. 18 No. 2 Th. 2006
TINGKAT HUNIAN HOTEL DAN STRATEGI
KELANGSUNGAN USAHA
(Studi Deskriptif Tentang Strategi Kelangsungan Usaha Pada
Saat Tingkat Hunian Hotel Menurun)
Sri Hilmi Pujihartati
Dosen Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Sebelas Maret Surakarta, 57126
ABSTRACT
This research aim to know and comprehend the factors influencing level of
hotel dwelling seen from hotel stratification. Research done in Solo. This research
use the descriptive research method qualitative more concentrating on effort get
the data qualitative, even do not disregard the quantitative data. Sum up the
sample of counted 7 hotel’s use stratified technics/data collecting done with the
observation, circumstantial interview and document. Analysis the data done by
during research process take place to pass the data discount, presentation of data
and conclusion withdrawal.
Result of research indicate that when condition of urban community economics downhill Solo result the level of dwelling of class hotel to the and middle
go down as a result hotel to the more powered other facility exist in hotel like
meeting house, swimming pool, laundry, restaurant so that with the variation of
effort exist in hotel hence can jack up the inclusion causing hotel stand at bay.
Besides ownership of class hotel to the and middle-weight hotel owned by more
than a and have the variation of more than one so that if there are any possibility
go down the inclusion can be covered with the other effort getting advantage.
While, for the hotel of small class when condition of downhill Solo economics posed at with the downhill purchasing power hence its dwelling level exactly
mount because people more and more out for look for the cheap price and so do
when people look for the lodging.
LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan ekonomi di kawasan
Asia Pasifik mempunyai kaitan erat dengan
akhir-akhir ini meningkatkan perkembangan di
kawasan
Asia
Pasific.
(Seminar
Kepariwisataan, Yogya 2000)
perkembangan kepariwisataan. Sehingga
Pariwisata menarik karena mempunyai
menarik bagi negara yang termasuk dalam
efek penyebaran yang relatif tinggi pada sektor-
Newly Industrialized Economics seperti
sektor lain. Yakni meningkatnya permintaan
Korea, Taiwan, Hongkong, Singapura pada
akan permintaan produk makanan, suvenir dan
Sri Hilmi Pujihartati “Tingkat Hunian Hotel Dan
Strategi Kelangsungan Usaha”
91
Jurnal Sosiologi DILEMA
barang-barang lain yang kahirnya akan
milyard. Sementara sektor pariwisata mampu
mendorong perluasan lapangan kerja di sektor
tumbuh secara konsisten dalam angka belasan
pertanian, industri pengolahan makanan,
persen sehinga diharapkan sektor ini akan
kerajinan, transportasi dan distribusi serta
menjadi garda terdepan dalam perekonomian
industri-industri lainnya. Di Tunisia, untuk setiap
nasional kita pada masa yang akan datang. (Heru
karyawan hotel terdapat 3-4 pekerjaan yang
Nugroho, 2001 : 55-56)
secara tidak langsung diakibatkan oleh adanya
Tetapi sejak Indonesia dilanda krisis
kegiatan pariwisata, di Kenya tercipta 1,74
ekonomi sejak tahun 1997 ternyata berdampak
pekerjaan untuk setiap satu lapangan kerja di
pada kepariwisataan, karena krisis ekonomi di
Hotel. (BPPS UGM, 10 (3A), Agustus 1997)
Indonesia dibarengi dengan krisis politik dan
Demikian juga di Indonesia sektor
keamanan. (Harsono Taroekpratjeka dalam
Pariwisata dijiagokan oleh pemerintah sebagai
Oka A Yoeti, 2001 : 152)
dewa penyelamat bagi penerimaan devisa
Hal ini terlihat dampaknya pada
karena terbukti selama 20 tahun menunjukkan
kedatangan wisatawan baik mancanegara
kinerja yang mantap. Hal ini bisa dilihat sejak
maupun domestik di Solo karena ternyata Solo
tahun 1984 ternyata sektor migas hanya
merupakan kota bisnis sehingga kebanyakan
menyumbangkan US $ 9,7 milyard kemudian
wisatawan datang ke Solo karena urusan bisnis.
pada tahun 1993/1994 merosot menjadi 9,7
Seperti terlihat pada tabel di bawah ini .
TABEL 1.1.
Perkembangan Wisatawan yang Berkunjung ke Obyek dan daya Tarik Wisata
Di Kota Surakarta tahun 1995 - 2001
Tahun
Wisatawan
Wisatawan
Jumlah
Perkembangan dari
Mancanegara
Domestik
Wisatawan
Tahun Sebelumnya
1995
33.942
8783.803
907.745
1996
35.859
662.564
698.423
Turun 23,06%
1997
31.207
677.567
708.774
Naik 1,48%
1998
132.274
504.676
517.950
Turun 26.92%
1999
11.443
560.607
572.050
Naik 10,44%
2000
13.876
822.977
836.853
Naik 46,29%
2001
14.438
1.135.344
1.149.782
Naik 37,39%
Sumber : Dinas Pariwisata Tahun 2000
92
Sri Hilmi Pujihartati “Tingkat Hunian Hotel Dan
Strategi Kelangsungan Usaha”
ISSN : 0215 - 9635, Vol. 18 No. 2 Th. 2006
Turunnya wisatawan Mancanegara
seperti digambarkan di atas dalam jangka
US $ 40.000 akibat pembatalaln kunjungan
kelompok wisatawan AS.
pendek akan berpengaruh pada upaya
Sementara Hotel dibutuhkan wisatawan
pemerintah memulihkan ekonomi, bahkan
ketika mereka bepergian lebih dari 24 jam, oleh
akibat kejadian itu akan memberi pengaruh
karenanya hotel berdekatan dengan wisatawan.
signifikan pada turunnya minat investor ke
Dengan demikian keterpurukan sektor inipun
Indonesia. Investor tentunya akan menyoroti
sangat berpengaruh terhadap berbagai kondisi
dari sisi keamanan. (Bisnis Indonesia 18
perekonomian di sektor yang lain. Seperti
Oktober 2002)
dikatakan oleh Donald E Lundberg (1997 :82)
Akibat adanya krisis keamanan yang
bahwa hotel-hotel seperi semua usaha,
terbukti dengan menurunnya wisatawan
tergantung kepada gejolak ekonomi, khususnya
mancanegara dikatakan oleh Metty Robot
ekonomi regional. Tingkat hunian naik bila
dalam Suara Pembaruan 19 September 2001
perekonomian maju dan menurun bila resesi.
bahwa pihaknya telah menerima laporan dari
Hal itu juga berlaku jika kita melihat
sejumlah Biro Perjalanan Indonesia, bahwa
tingkat hunian hotel di Sdolo yang dikenal
sejumlah kelompok perjalanan tour dari kapal
sebagai kota bisnis karena banyaknya
pesiar yang rencananya akan berkeliling
penduduk yang bermata pencaharian sebagai
Indonesia tidak jadi dilakukan, demikian juga
pedagang. Hal ini bisa dilihat pada tabel di
Ramayana Tours Maranata Holidyas kehilangan
bawah :
TABEL 1.2.
Tabel Tingkat Hunian Hotyel Berbintang di Surakarta tahun 1996 – tahun 2000
Tahun
1996
1997
1998
1999
2000
Persentase (%)
30
23
13
13
21
Sumber : Dinas Pariwisata Surakarta tahun 2000
Sri Hilmi Pujihartati “Tingkat Hunian Hotel Dan
Strategi Kelangsungan Usaha”
93
Jurnal Sosiologi DILEMA
Untuk itu menarik untuk diteliti
dapat memberikan sumbangan dalam
bagaimana tingkat hunian hotel di saat krisis dan
menemukan pola yang tepat dalam
bagaimana strategi hotel di Surakarta baik
memberdayakan para pengelola hotel dan bagi
Hotel Berbintang dan Non Bintang bisa tetap
pembaca dapat menambah wawasan tentang
bertahan di saat krisis ekonomi yang dimulai
perhotelan.
tahun 1998 ?
KERANGKA TEORITIS
PERUMUSAN MASALAH
1. Tinjauan Pustaka
Masalah pokok yang menjadi obyek
dalam kajian ini adalah bagaimana strategi yang
dilakukan hotel di Solo baik Hotel Bintang
maupun Non Bintang pada saat terjadi
penurunan tingkat hunian ?
Dalam sebuah penelitian di Inggris
yang mengkaji tentang analisis atribut hotel
dalam kaitannya dengan pemilihan hotel
yang dilakukan oleh pengguna jasa hotel,
mereka lebih menitik beratkan pada
pelayanan, lokasi dan kesan tentang hotel
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dan memahami strategi dalam mempertahankan
dibandingkan dengan penambahan atribut
hotel seperti kolam renang, squash, hiburan
dan program fitness. (Callan 1998 :24)
kelangsungan usaha hotel baik Bintang maupun
Penelitian yang lain tentang tingkat
Non Bintang di saat tingkat hunian hotel turun
hunian hotel yang dipengaruhi oleh faktor
terutama dilihat saat krisis ekonomi dan krisis
internal yakni tarif, lokasi dan fasilitas hotel
keamanan yang dimulai tahun 1998 sampai
yang dilakukan oleh Diah Kusuma
tahun 2000.
Ismuwardani (1999). Dalam penelitian ini
bertujuan untuk mengukur karakteristik
MANFAAT PENELITIAN
Dengan memahami strategi yang
dilakukan hotel baik itu hotel Bintang maupun
internal kelas hotel Melati di Yogya yang
mencakup tarif kamar, fasilitas dan lokasi
hotel.
Hotel Non Bintang dalam mempertahankan
Dalam penelitian itu disimpulkan
kelangsungan usahanya maka bagi pengelola
bahwa tarif kamar hotel berpengaruh negatif
hotel bisa mengantisipasi langkah-langkah yang
terhadap tingkat hunian hotel itu berarti
diperlukan
mempertahankan
semakin tinggi tarif kamar hotel akan
kelangsungan usaha. Bagi pengambil kebijakan
berakibat tingkat hunian hotel menurun.
94
untuk
Sri Hilmi Pujihartati “Tingkat Hunian Hotel Dan
Strategi Kelangsungan Usaha”
ISSN : 0215 - 9635, Vol. 18 No. 2 Th. 2006
Fasilitas hotel tidak berpengaruh secara
upah dari pekerjaan yang ia lakukan di
signifikan terhadap tingkat hunian kamar
negara tersebut.
karena ketersediaan fasilitas hotel
2. Pengunjung adalah orang yang datang
tergantung pada pengguna jasa yang
pada suatu negara hanya untuk tinggal
cenderung mempertimbangkan cost dan
sementara dan bukan untuk mencari
benefit dalam memilih hotel sesuai dengan
nafkah.
klasifikasi hotel. Sedang lokasi sebuah hotel
3. Penduduk adalah warga negara yang
sangat berpengaruh dalam meningkatkan
datang ke negara lain untuk kemudian
tingkat hunian kamar sebab ada
kembali ke negaranya setelah tinggal
kecenderungan wisatawan akan lebih
tidak lebih dari satu tahun di negara lain.
memilih tinggal di daerah pusat keramaian
4. Staf Korps Diplomatik dan Tenaga
atau di daerah sekitar obyek wisata.
2. Kerangka Konseptual
Pariwisata dan Wisatawan
Pariwisata tidak dapat dilepaskan
Militer adalah orang-orang yang
bertugas di suatu negara yang mewakili
negaranya dan mendapat upah dari
negara yang menempatkan.
dari perjalanan bersenag-senang, kalau
Jadi bila dihubungkan dengan
perjalanan itu tidak untuk bersenang-
pengertian wisatawan di atas adalah definisi
senang, kalau perjalanan itu tidak untu
pengunjung. Pengunjung ini bukan
bersenang-senang melainkan untuk tujuan
penduduk negara yang dikunjungi dan tidak
lain, maka perjalanan itu tidak disebut dalam
mencari nafkah di tempat yang ia kunjungi,
kategori pariwisata (Oka A yoeti, 2000 :
jadi hanya untuk berlibur, mengunjungi
xx)
sanak keluarga , Seminar dll. Wisatawan
Sedangkan wisatawan menurut RG
Soekadijo (1997 :3) adalah orang yang
mengadakan perjalanan dari kediamannnya
tanpa menetap di tempat yang didatanginya.
Menurut Soekadijo lagi orang asing yang
bepergian ke suatu tempat ada 4 kelompok:
adalah juga orang yang masuk ke
negaranya sendiri tetapi ia sudah bekerja
di liau negri karena tujuan masuk ke negara
asal hanya untuk keperluan berlibur,
keperluan bisnis, keperluan keluarga dan
bukan untuk mencari nafkah.
1. Imigran adalah orang yang bukan
Di dalam kegiatan pariwisata, tentu
penduduk suatu negara tetapi
tidak akan ada artinya jika tak ada
bermaksud untuk tinggal dan mendapat
pengunjung yang datang. Dalam kegiatan
Sri Hilmi Pujihartati “Tingkat Hunian Hotel Dan
Strategi Kelangsungan Usaha”
95
Jurnal Sosiologi DILEMA
pariwisata tersebut ada hotel untuk tempat
Selanjutnya dijelaskan oleh United
menginap para wisatawan, ada atraksi
State Lodging Industry, hotel terbagi
wisata, ada obyek wisata semuanya dibuat
menjadi empat jenis yang dibedakan sesuai
agar menarim wisatawan.
dengan letak dan fungsinya yakni :
1. Transient Hotel kadang dinamakan
Transit Hotel atau Commercial Hotel
Hotel
Hotel merupakan bagian integral dari
usaha pariwisata yang menurut keputusan
Menparpostel adalah suatu jenis
akomodasi yang mempergunakan sebagian
atau seluruh bangunan untuk menyediakan
jasa penginapan, makanan dan minuman
serta jasa penunjang lain bagi umum yang
dikelola secara komersial (Agus
Sulastiyono, 2000 : 6).
Dari pengertian itu terliihat bahwa
hotel merupakan pengganti rumah sendiri,
di situ ia mandi, tidur, makan tanpa
diganggu dan dapat mengerjakan apa saja
seperti di rumah. Sehingga para usahawan,
wisatawan lainnya yang sedang melakukan
perjalanan dapat menggunakan hotel
sebagai pengganti rumah ketika bepergian.
Dengan demikian hotel menyediakan
pelayanan pokok berupa “
1. Tempat beristirahat dan kamar tidur.
2. Tempat atau ruangan untuk makan dan
minum.
3. Toilet dan kamar mandi.
4. Pelayanan umum untuk memenuhi
segala macam kebutuhan lain dari para
tamu.
96
adalah hotel yang letak/lokasinya di
tengah kota dengan jenis tamu yang
menginap sebagian besar adalah untuk
urusan bisnis.
2. Residental Hotel adalah hotel yang pada
dasarnya rumah-rumah berbentuk
apartemen dengan kamar-kamarnya,
dan disewakan secara bulanan atau
tahunan. Residental hotel juga
menyediakan kemudahan-kemudahan
seperti layaknya hotel.
3. Resort Hotel adalah hotel yang pada
umumnya berlokasi di tempat-tempat
wisata, dan menyediakan tempat
tempat rekreasi dan juga ruang fasilitas
untuk konferensi (R.S Damardjati,
2000 : 73).
Sementara itu selain hotel ada
penginapan atau losmen yakni suatu usaha
komersial yang menggunakan seluruh atau
sebagian dari suatu bangunan yang khusus
disediakan bagi setiap orang untuk
memperoleh pelayanan sewa kamar untuk
menginap. Losmen tidak menyediakan jasa
makan dan minum serta jasa penunjang
lainnya. ( Agus Sulastiyono, 2001 : 7 – 8)
Sri Hilmi Pujihartati “Tingkat Hunian Hotel Dan
Strategi Kelangsungan Usaha”
ISSN : 0215 - 9635, Vol. 18 No. 2 Th. 2006
Di samping ada hotel yang secara
Pariwisata, Hotel dan keamanan
umum menyediakan jasa untuk segala jenis
Sektor pariwisata menjadi andalan
tamu maka ada hotel –hotel yang khusus
penting sejumlah negara, tahun 2000
disediakan untuk menerima tamu
masyarakat dunia yang berwisata mencapai
berdasarkan keperluan, misal motel
698 juta orang dan menghasilkan
disediakan untuk orang-orang yang sedang
pendapatan 4767 millyar dolar dan
bepergian yang menggunakan kendaraan
menyerap angkatan kerja 115 juta orang.
pribadi. Hotel Garni yang biasa disebut
Dua negara tetangga In
losmen karena di situ tidak ada ruang
donesia, Hongkong dan Australia yang
kecuali untuk menginap saja. Hotel Pension
negaranya sangat stabil, makmur aman
biasanya kecil dan diperuntukkan bagi
adlah 2 negara tujuan wisata saingan
orang yang bepergian selama kurang lebih
Indonesia. Di tahun 2000 negara Kangguru
sebulan.
ini menerima 4.950.000 wisman dan di
Masi ada lagi selain hotel yang juga
tahun 2001 5,17 juta wisman dengan
menyediakan akomodasi bagi wisatawan
perolehan devisa 8,5 milyar dollar Amerika.
tetapi dengan fasilitas yang lebih bisa
(Arifin Pasaribu dalam Suara Karya 25
mengenal masyarakat secara lebih dekat
Oktober 2001)
sehingga memberi kebebasan dan lebih
Indonesia sendiri telah
murah yakni Homestay. Homestay ini
menempatkan sektor pariwisata di urutan
biasanya bukan milik pemerintah atau
ketiga dalam perolehan devisa setelah
perusahaan tertentu dan juga bukan milik
migas dan tekstil. Untuk tahun 2000 sektor
badan- badan tertentu tetapi menggunakan
pariwisata mampu memberi kontribusi
rumah pribadi yang sebenarnya
sekitar 5,75 millar dollar AS atau naik 22,2
dimaksudkan bukan untuk menampung
% dari tahun sebelumnya. Tetapi akibat
wisatwan sehingga berbentuk rumah tinggal
ketidak amanan dan ketidakstabilan politik
yang sebagian disewakan untuk wisatawan.
yang melanda Indonesia sejak tergulirnya
Ada juga wisma peristirahatan yang
reformasi yakni sejak tahun 1998 maka
memang merupakan milik perusahaan yang
kedatangan wisatawan pada tahun 2001
memberikan subsidi kepada anggotanya
yang direncanakan semula yakni 5,4 juta
yang ingin menginap. (RG Sdoekadijo,
wisatawan tidak dapat teraih. Hingga pada
1999 : 109 – 119)
tahun 2001 hanya 5.239.373 orang yang
berarti hanya dicapai 97 %.
Sri Hilmi Pujihartati “Tingkat Hunian Hotel Dan
Strategi Kelangsungan Usaha”
97
Jurnal Sosiologi DILEMA
Sebelum ketidak stabilan politik dan
dengan cara stratified random sampling
keamanan melanda Indonesia pun pernah
yakni didasarkan pada strata kelas yang ada
dituding sebagai sebagai negara sarang
pada setiap tingkatan. Sampel diambil
teroris. Akibatnya banyak negara yang
dengan tehnik Snowball Sampling dengan
melarang warganya datang ke Indonesia
maksud sampel di sini bukan dimaksudkan
apalagi sejak tahun 1998 semakin nyatalah
untuk mewakili populasi sehingga
bahwa Indonesia memang benar sebagai
pengambilan sampel dianggap telah cukup
sarang negara yang tidak aman. Dengan
jika pertimbangan variasi data yang
asumsi jika kestabilan politik lebih aman
diinginkan telah terpenuhi.
maka pemerintah pada tahun 2002
3. Tehnik Pengumpulan Data
menargetkan 5,8 juta orang wisatawan
mancanegara datang ke Indonensia. (Bisnis
Indonesia 8 Desember 2001)
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa
memelihara keamanan, ketertiban dan
ketentraman masyarakat untuk menopang
perkembangan pariwisata merupakan
tanggung jawab masyarakat dan
pemerintah.
Data sekunder diperoleh dari
berbagai Instansi seperti Dinas Pariwisata
dan terkait data itu meliputi data berkala
tentang tingkat hunian yakni dari tahun 1998
sampai tahun 2000.
Selain data diperoleh dengan data
sekunder informasi diperoleh dari
wawancara mendalam dengan beberapa
orang yang terpilih menjadi informan yang
dapat dipercaya seperti para Manager
METODE PENELITIAN
Hotel, Pemasaran Hotel dan juga para
1. Lokasi Penelitian
pegawai yang bekerja di hotel seperti
Penelitian ini dilakukan di Solo yang
merupakan kota yang banyak berdiri hotel
4. Tehnik Analisa Data
disamping itu kota Solo merupakan kota
Data yang diperoleh melalui
bisnis hal ini terbukti dengan adanya pusat
wawancara mendalam tadi kemudian
perbelenjaan batik yang cukup besar yakni
dianalisis dengan tiga jalur yaitu reduksi
Pasar Klewer sehingga banyak hotel yang
data, penyajian data dan verifikasi. (Miles
tamunya adalah para pebisnis.
dan Huberman, 1992 : 15 – 21). Reduksi
2. Populasi dan Sampel
98
Cleaning servis atau juga Satpam.
data merupakan proses pemilihan,
Populasi dalam penelitian ini ada 120
penyederhanaan, pengabstraksian dan
buah hotel sedangkan informan diambil
transformasi data kasar yang diperoleh dari
Sri Hilmi Pujihartati “Tingkat Hunian Hotel Dan
Strategi Kelangsungan Usaha”
ISSN : 0215 - 9635, Vol. 18 No. 2 Th. 2006
lapangan. Penyajian data merupakan
sehingga wilayah terbagi dua yakni di bagian
seluruh informasi yang tersusun dalam
utara adalah wilayah Mamngkunegaran dan
kesatuan bentuk yang sederhana dan
di bagian selatan adalah wilayah kekuasaan
selektif. Proses yang terakhir adalah
Kasunanan. (M Hari Mulyadi, 1999 : 18-
verifikiasi yang dilakukan sejak awal
21)
pengumpulan data dengan mencari arti dari
Solo dikenal dengan kota perusuh
setiap kalimat yang diberikan oleh informan
karena seringnya terjadi kerusuhan yang
dengan mencatat keteraturan, pola-pola,
terjadi di Solo terbukti tidak kurang 7 kali
penjelasan sehingga mengarahkan peneliti
terjadi kerusuhan sejak tahun 1900 hingga
pada suatu kesimpulan yang mula-mula
tahun 2000. Sehingga kota Solo yang
belum jelas namun kemudian meningkat
nampaknya tenang dalam kesehariannya
menjadi lebih rinci dan mengakar dengan
namun ternyata menyimpan magma
kokoh. (Glaser dan Starus seperti dikutib
dibawahnya yang sewaktu-waktu bisa
Miles dan Huberman, 1992 : 19)
meledak tiba-tiba dan akibatnya akan
menjalar ke daerah-daerah lain sehingga tak
DESKRIPSI LOKASI
salah bila kota Solo dikenal sebagai kota
1. Sejarah Kota Solo
perusuh. (Kivlan Zein, 2003)
Desa Sala dipilih oleh Paku Buwana
Luas wilayah administrasi kota Solo
II pada tahun 1743 sebagai Kraton baru
kurang lebih 4.404,05 Ha, terdiri dari 5
karena Kraton Kartosuro rusak akibat
wilayah kecamatan, yakni kecamatan
pemberontakan orang-orang Cina. Dengan
Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres
pertimbangan bahwa desa Sala sudah
dan Banjarsari. Secara relatif kota ini
merupakan sebuah desa jadi bukan berupa
mempunyai lokasi yang strategis yakni
hutan yang harus ditebang kayu-kayunya.
berada di dua pusat pertumbuhan besar
Selanjutnya pada tahun 1757
didirikanlah Kadipaten Mangkunegaran
dengan Pangeran Adipati Mangkunegara.
Sehingga di Solo ada dua wilayah
kekuasaan yaitu wilayah Kasunanan dan
wilayah Mangkunegaran. Luas wilayah
Karesidenan Solo adalah 6217 km2
Sri Hilmi Pujihartati “Tingkat Hunian Hotel Dan
Strategi Kelangsungan Usaha”
yakni Semarang dan Surabaya. Sehingga
tidak heran bila kota Solo menjadi daerah
perdagangan terbukti dengan banyaknya
penduduk yang bermata pencaharian
sebagai pedagang, disamping banyaknya
pasar yang ada di Solo yakni sekitar 36
buah hingga tahun 2000 disamping masih
99
Jurnal Sosiologi DILEMA
terdapat 6 pasar Swalayan. Tidak kalah
dibanding hotel kelas menengah dan
menariknya Pasar Klewer sebagai urat nadi
dibanding hotel kelas atas karena itu pula
kehidupan Wong Solo. (Potret Kota Solo,
fasilitas yang paling lengkap selalu
2001)
memasang tarif paling tinggi.
2. Hotel-hotel di Solo
Sementara itu hotel selalu diperiksa
Solo merupakan kota bisnis
setiap tiga tahun sekali untuk kelas bintang
disamping sebagai kota wisata sehingga
dan setahun sekali untuk kelas melati
mau tidak mau kota Solo harus mendukung
sehingga ada saja hotel yang naik turun
keberadaan. Hal ini terbukti dengan
kelasnya setelah ada pemeriksaan.
banyaknya hotel dari kelas berbintang
Pemeriksaan itu didasarkan pada 3
sampai melati. Sampai tahun 2001 hotel-
penilaian yakni ; 1) Penilaian fisik yakni
hotel yang ada di solo adalah sebagai
penilaian dari kelengkapan fasilitas
berikut :
2)Pengelolaan yakni kemampuan mengelola
1. Hotel bintang 4 berjumlah 4.
dalam bidang administrasi 3)Pelayanan
2. Hotel bintang 3 berjumlah 4
yakni kemampuan dalam memberikan
3. Hotel bintang 2 berjumlah 2
pelayanan.
4. Hotel bintang 1 berjumlah 4
Ternyata dari penelitian yang
5. Hotel melati 3 berjumlah 16
dilakukan pada tahun 2000 banyak hotel
6. Hotel melati 2 berjumlah 35
kelas Melati yang kelasnya turun dan ini
7. Hotel melati 1 berjumlah 54
banyak dialami oleh kelas Melati 3 yang
8. Belum terklasifiklasi ada 4
turun ke kelas melati 2. Sedang pada hotel
9. Pondok wisata ada 8
berbintang kelas hotel tidak turun karena
ketiga syarat penilaian tetap mereka
HASIL DAN PEMBAHASAN
pertahankan walaupun dalam kondisi tamu
1. Hotel dan Klasifikasi
yang menurun sekalipun. Hal ini disebabkan
Setiap hotel yang berdiri mempunyai
stratifikasi karena sebenarnya klasifikasi itu
membedakan antara hotel kelas kecil
dengan hotel kelas atas dan menengah.
Dengan konsekwensi hotel kelas kecil
mempunyai fasilitas paling sederhana
oleh pengusaha hotel berbintang
mempunyai usaha yang bervariasi sehingga
usaha yang maju dapat menopang usaha
yang surut seperti pada hotel Ks krt (bintang
2) hotel ini bergerak di bidang retail yang
pada saat langkanya barang kebutuhan
pokok mereka dapat kesempatan untuk
100
Sri Hilmi Pujihartati “Tingkat Hunian Hotel Dan
Strategi Kelangsungan Usaha”
ISSN : 0215 - 9635, Vol. 18 No. 2 Th. 2006
mendapat untung pada waktu masyarakat
Karena pariwisata dapat menghasilkan
khawatir akan pasokan kebutuhan pokok.
devisa, memberikan kesempatan kerja,
Selain itu di hotel berbintang banyak
meningkatkan pendapatan masyarakat,
menyediakan fasilitas sehingga bukan hanya
meningkatkan ekspor dan menunjang
kamar hotel saja yang bisa dijual tetapi
pembangunan daerah.
masih banyak fasilitas lain seperti kolam
Akibat dari krisis ekonomi yang
renang, pusat kebugaran, ruang pertemuan,
dimulai sejak tahun 1997 dan mencapai
jasa laundry dan lain lain oleh karena itu
puncaknya tahun 1998 maka berakibat pula
usaha yang ada di hotel makin bervariasi
pada kehidupan pariwisata. Kondisi yang
yang bisa dijual untuk melangsungkan
demikian mempengaruhi dunia usaha
usahanya. Dari fasilitas yang makin banyak
misalnya yang terjadi pada usaha perhotelan
makin diperlukan tenaga yang lebih
terutama hotel kelas atas dan hotel kelas
profesional maka pelayanan sebagai salah
menengah. Namun demikian hotel kelas
satu syarat penilaian makin terpenuhi. Hal
atas mempunyai fasilitas yang lebih lengkap
ini juga nampak dalam struktur
dibanding hotel kelas kecil karenanya
organisasinya karena makin lengkap fasilitas
mereka tidak hanya menjual kamar tetapi
makin rumit struktur organisasi karena hotel
memberdayakan fasilitas yang ada di hotel
berbintang berkembang setahap demi
semisal gedung pertemuan, laundry, pusat
setahap untuk itu struktur organisasinyapun
kebugaran, restoran dan lain-lain. Dari
berkembang setahap demi setahap pula
penjualan fasilitas ini ternyata dapat
seperti nampak pada hotel Ks Krt (bintang
mendongkrak pemasukan hotel karena
dua) pada waktu berdiri tahun 1992 hanya
misalnya gedung pertemuan, gedung ini bisa
ada 47 orang tetapi dengan bertambahnya
digunakan untuk bermacam-macam
kamar dan fasilitas yang lain maka hotel
keperluan misalnya untuk acara perhelatan
pada tahun 1996 menjadi 70 orang
pernikahan, seminar atau pun untuk
otomatis dalam struktur organisasinyapun
meeting bagi lembaga yang membutuhkan
ikut berubah.
refresing sekaligus mengadakan rapat di
2. Tingkat Hunian Hotel dan Strategi
Kelangsungan Usaha
hotel.
Walaupun hotel sebenarnya
Negara yang banyak menerima tamu
disediakan untuk wisatawan baik itu para
sebagai wisatawan bisa dipastikan bahwa
usahawan, para peserta seminar, para
negara tersebut akan menjadi makmur.
peserta yang ingin menikmati liburan
Sri Hilmi Pujihartati “Tingkat Hunian Hotel Dan
Strategi Kelangsungan Usaha”
101
Jurnal Sosiologi DILEMA
bersama keluarga dan juga menggunakan
ditunjukkan dengan contoh beberapa
hanya fasilitas yang ada di gedung semisal
negara yang mengalami penurunan devisa
kolam renang, gedung pertemuan dan lain-
akibat menurunnya pemasukan di sektor
lain. Tetapi kadang dan seringkali hotel
pariwisata. Misal Mesir yang kaya dengan
digunakan sebagai tempat para Pekerja
beberapa peninggalan Fir’aun karena
Sex Komersial atau sebagai tempat
adanya pembantaian 58 wisman pada bulan
berselingkuh hanya frekwensinya berbeda
November 1997 setelah itu berturut-turut
antara hotel kelas kecil dibanding hotel
lagi terbunuhnya 18 orang wisatawan asal
kelas atas dan menengah di lain pihak
Yunani dan 9 orang wisatawan asal Jerman
karena sebagai hotel kelas atas dan
yang ditembak mati maka menyebabkan
menengah harus tetap menjaga citra sebagai
pemasukan dari sektor utama yakni
hotel kelas bintang. Hal ini berbeda dengan
pariwisata tahun 1997 yang mencapai 4
hotel kelas kecil kegiatan semacam itu lebih
millyar dollar AS menurun menjadi 3 milyar
mudah dilhat oleh semua orang yang
dollar AS pada tahun 1998. (Suara Karya
berkunjung ke hotel. Oleh sebab itu di masa
25 Oktober 2001)
krisis pun hotel kelas atas dan menengah
Sejalan dengan yang telah
tidak dapat berharap banyak dari segmen
dikemukakan di atas maka Indonesia
ini karena hotel harus tetap menjaga citra
sebagai negara yang merupakan tujuan
sebagai hotel kelas bintang.
wisata tervavorit di Asia menurut majalah
Lain halnya dengan hotel kelas kecil
Time tahun 2001 terkena musibah yang
pada saat krisis mereka justru makin dapat
mengejutkan yakni ledakan bom di Kuta
memperbanyak pelanggan dari segmen
tanggal 12 Oktober 2002 yang
semacam ini karena selain terkait harga yang
menewaskan 180 orang. Dari peristiwa
lebih murah mereka sering juga
berdarah itu Bali yang dulu dijuluki “Pulau
menyediakan waktu yang bisa digunakan
Dewata” berubah julukan dengan “Pulau
hanya untuk beberapa jam dalam sehari.
Neraka” dan saat itu tingkat hunian hotel di
Kondisi yang demikian ini dibuktikan tidak
kawasan Tanjung Benua yang semula bisa
ada hotel kelas kecil di Solo yang
mencapai 74 % merosot menjadi tinggal 43
menyatakan sepi di waktu krisis melanda
%.
kota Solo.
102
Seperti juga di Bali Solo pun pernah
Faktor keamanan menjadi penentu
terjadi amuk masa tahun 1998 yang
maju mundurnya pariwisata, hal ini
menyebabkan semua bidang kehidupan
Sri Hilmi Pujihartati “Tingkat Hunian Hotel Dan
Strategi Kelangsungan Usaha”
ISSN : 0215 - 9635, Vol. 18 No. 2 Th. 2006
termasuk pariwisata menjadi terkena
KESIMPULAN
dampaknya hingga tingkat hunian pada
Semua hotel di Solo mempunyai
waktu itu turun drastis bahkan tidak ada
klasifikasi, pengklasifikasian itu berguna untuk
penghuni sama sekali hingga 2 minggu
memberikan gammbaran bagi konsumen
setelah itu karena pada saat kerusuhan itu
tentang kualitas produk dan pelayanan dalam
terjadi melibatkan ratusan ribu warga yang
rangka memenuhi kebutuhan konsumen.
menewaskan 29 orang dan kurang lebih 307
Sehingga dapat dibedakan antara Hotel Bintang
bangunan hangus terbakar termasuk 2 Plaza
dan Non Bintang yang dihubungkan dengan
Matahari, Show Room dan juga Bank.
fasilutas yang ada di hotel.
Bahkan tidak hanya itu saja kota Solo
masih juga dilanda kerusuhan yakni tahun
1999 yang menyebabkan hancurnya
gedung Pemerintah yang menjadi pusat
kebanggaan warga Solo itu juga hancur.
Pada waktu krisis maka tingkat hunian
hotel kelas atas dan menengah sangat terpukul
karena wisatawan banyak lari ke hotel kelas
kecil dilihat harga. Tetapi pada saat itu pula
maka hotel kelas atas dan menengah justru
Oleh karena itu kondisi Solo sangat
menggunakakn fasilitas lain di hotel dalam
terpukul karena dua peristiwa yang
mendongkrak pendapatan agar kelangsungan
mengakibatkan lumpuhnya kehidupan
usaha hotel tetap berjalan. Seperti banyak
pariwisata. Hal ini terbukti lagi ketika ada
gedung pertemuan yang memang berlokasi di
isu sweeping yang melanda kota Solo
hotel atau kolam renang yang disediakan di hotel
akibatnya tingkat hunian hotel kelas atas
sehingga lebih memberdayakan fasilitas laian
yang paling terkena dampaknya. Lain lagi
selain kamar hotel.
dengan hotel kelas menengah yang tidak
begitu terpengaruh ketika ada isu sweeping
kerana ternyata isu itu hanya ditujukan
kepada warga asing AS. Karena warga
asing adalah penghuni hotel kelas atas maka
hotel kelas menengah tidak terpengaruh
karena adanya isu itu apalagi hotel kelas
kecil karena hotel kelas melati fasilitas yang
ada memang tidak ditujukan kepada
wisman.
Sri Hilmi Pujihartati “Tingkat Hunian Hotel Dan
Strategi Kelangsungan Usaha”
Selain lebih memberdayakan usaha
selain kamar hotel, hotel kelas atas dan
menengah dipunyai lebih dari seorang sehingga
usahanyapun juga lebih bervariasi sehingga
saling dapat menutup kerugian di saat ada
penurunan di slah satu bidang usaha.
Berbeda dengan hotel kelas atas dan
menengah hotel kelas kecil justru lebih mendapat
berkah karena adanya masa krisis karena itu
pula tidak ada hotel kelas melati yang merasa
103
Jurnal Sosiologi DILEMA
sepi. Hal ini disebabkan harga hotel kelas kecil
lebih murah dibandiing hotel kelas atas dan
menengah. Hotel kelas melati ternyata juga
memberi daya tarik tersendiri bagi para Pekerja
Sex Komersial karena hotel kelas kecil banyak
digunakan sebagai tempat mangkalnya. Hal ini
berbeda dengan hotel elas atas dan memnengah
sebab selain harga yang lebih tinggi dari kelas
melati juga hotel kelas atas lebih dituntut untuk
lebih menjaga nama agar tidak tercemar dan
diberi merek sebagai hotel kelas kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Oka A Yoeti, 1999, “Hotel Marketing”, PT
Pertja, Jakarta.
Oka A Yoeti, 2000, “Sejarah, Perkembangan
dan Prospeknya”, PT Pertja,
Jakarta.
Potret Kota Surakarta, 2001, kerjasama
Lembaga Penelitian Universitas
Muhammadiyah Surakarta dengan
BUILD ( Breakthrough Urban
Initiatives For Local Development)
Spillane, James J, 1994, “Pariwisata
Indonesia”, Kanisius, Yogyakarta.
Soekanto, Soerjono, 1999, “Sosiologi Suatu
Pengantar”, Grafindo Persada,
Jakarta.
S Pendit, Nyoman, 1999, “Ilmu Pariwisata”,
Pradnya Paramita, Jakarta.
Soekadijo, RG, 1997, “Anatomi
Pariwisata”, PT Gramedia, Jakarta.
Agus Soelastiyono, 2001, “Manajemen
Penyelenggaraan Hotel”, Alfabeta,
Bandung.
Heru Nugroho, 2001, “Negara, Pasar dan
Keadilan Sosial”, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Lokakarya Penataran Kepariwisataan Dalam
Menyongsong Indonesia Baru, jawa
Barat 3 September 1999.
Oka A Yoeti, 1997, “Perencanaan dan
Pengembangan Pariwisata”,
Pradnya Paramita, Jakarta.
104
Seminar Kepariwisataan Yogyakarta 2000,
Jakarta 25 Januari 2000.
Statistik BPS Indonesia th 2000.
Suara Karya 25 Oktober 2000.
Media Indonesia 11 Desember 2000.
Suara Pembaruan 19 September 2001.
Bisnis Indonesia 8 Desember 2001.
Suara Pembaruan 26 Desember 2001.
Sri Hilmi Pujihartati “Tingkat Hunian Hotel Dan
Strategi Kelangsungan Usaha”
Download