Definisi Disfagia merupakan gejala atau keluhan yang

advertisement
ASKEP DISFAGIA
Ditulis pada Kamis, 24 Oktober 2013 15:35 WIB oleh fatima dalam katergori Keperawatan tag
http://fales.co/blog/askep-disfagia.html
Definisi
Disfagia merupakan gejala atau keluhan yang diakibatkan adanya kelainan di dalam
saluran pencernaan yang paling atas, yaitu orofaring dan esophagus.
Masalah ini paling sering terjadi pada orang yang memiliki kelainan pada otot volunter
(otot kerangka) atau persarafannya, yaitu penderita :
-
Dermatomiositis (polimiosiis yang disertai dengan peradangan pada kulit)
Miastenia gravis (kelemahan otot)
Distrofi otot (penyakit otot turunan dimana serat-serat otot sangat rentan rusak)
Polio
labil)
Kelumpuhan pseudobulbar (kelumpuhan otot mata, kesulitan menelan, emosi
Kelainan otak dan sumsum tulang belakang seperti penyakit parkinson dan
sklerosis lateral amiotropik
Orang yang meminum fenotiazin (obat antipsikosa) juga bisa memiliki kesulitan
menelan karena obatnya mempengaruhi otot tenggorokan.
Gejala dan Tanda
-
Sulit menelan.
-
Batuk dan sering tersedak.
-
Merasa lebih mudah untuk makan perlahan-lahan.
-
Menyimpan makanan di mulut cukup lama.
Etiologi
Disfagia mekanik, terjadi karena sumbatan rongga esophagus oleh masa,
peradangan, penyempitan, atau penekanan dari luar.
Disfagia motorik, karena adanya kelainan pada system saraf yang berperan
dalam proses menelan.
-
Disfagia karena gangguan emosi berat/disfagia psikogenik
-
Kelainan congenital (bawaan)
-
Trauma
-
Benda asing
-
Penyakit degenerative
Fisiologi Menelan
Selama proses menelan, otot-otot diaktifkan secara berurutan dan secara teratur dipicu
dengan dorongan kortikal atau input sensoris perifer. Begitu proses menelan dimulai,
jalur aktivasi otot beruntun tidak berubah dari otot-otot perioral menuju kebawah.
Jaringan saraf, yang bertanggung jawab untuk menelan otomatis ini, disebut dengan
pola generator pusat. Batang otak, termasuk nucleus tractus solitarius dan nucleus
ambiguus dengan formatio retikularis berhubungan dengan kumpulan motoneuron
kranial, diduga sebagai pola generator pusat.
Patofisiologi
Gangguan pada proses menelan dapat digolongkan tergantung dari fase menelan yang
dipengaruhinya.
Fase Oral
Gagguan pada fase Oral mempengaruhi persiapan dalam mulut dan fase pendorongan
oral biasanya disebabkan oleh gangguan pengendalian lidah. Pasien mungkin memiliki
kesulitan dalam mengunyah makanan padat dan permulaan menelan. Ketika meminum
cairan, psien mungki kesulitan dalam menampung cairan dalam rongga mulut sebelum
menelan. Sebagai akibatnya, cairan tumpah terlalu cepat kadalam faring yang belum
siap, seringkali menyebabkan aspirasi.
Logemann's Manual for the Videofluorographic Study of Swallowing mencantumkan
tanda dan gejala gangguan menelan fase oral sebagai berikut:
Tidak mampu menampung makanna di bagian depan mulut karena
tidak rapatnya pengatupan bibir.
Tidak dapat mengumpulkan bolus atau residu di bagian dasar mulut
karena berkurangnya pergerakan atau koordinasi lidah.
Tidak dapat menampung bolus karena berkurangnya pembentukan
oleh lidah dan koordinasinya.
Tidak mampu mengatupkan gigi untukmengurangi pergerakan
madibula.
Bahan makanan jatuh ke sulcus anterior atau terkumpul pada sulcus
anterior karena berkurangnya tonus otot bibir.
-
Posisi penampungan abnormal atau material jatuh ke dasar mulut
karena dorongan lidah atau pengurangan pengendalian lidah.
Penundaan onset oral untuk menelan oleh karena apraxia menelan
atau berkurangnya sensibilitas mulut.
Pencarian gerakan atau ketidakmampuan unutkmengatur gerakan
lidah karena apraxia untuk menelan.
-
Lidah bergerak kedepan untuk mulai menelan karena lidah kaku.
Sisa-sisa makanan pada lidah karena berkurangnya gerakan dan
kekuatan lidah.
-
Gangguan kontraksi (peristalsis) lidah karena diskoordinasi lidah.
Kontak lidah-palatum yang tidaksempurna karena berkurangnya
pengangkatan lidah.
Tidak mampu meremas material karena berkurangnya pergerakan
lidah keatas.
Melekatnya makanan pada palatum durum karena berkurangnya
elevasi dan kekuatan lidah.
-
Bergulirnya lidah berulang pada Parkinson disease.
Bolus tak terkendali atau mengalirnya cairan secara prematur atau
melekat pada faring karena berkurangnya kontrol lidah atau penutupan
linguavelar.
-
Piecemeal deglutition.
-
Waktu transit oral tertunda
Fase Faringeal
Jika pembersihan faringeal terganggu cukup parah, pasienmungkin tidak akan mampu
menelan makanan dan minuman yang cukup untuk mempertahankan hidup. Pada orang
tanpa dysphasia, sejumlah kecil makanan biasanya tertahan pada valleculae atau sinus
pyriform setelah menelan. Dalam kasus kelemahan atau kurangnya koordinasi dari
otot-otot faringeal, atau pembukaan yang buruk dari sphincter esofageal atas, pasien
mungkin menahan sejumlah besar makanan pada faring dan mengalami aspirasi aliran
berlebih setelah menelan.
Logemann's Manual for the Videofluorographic Study of Swallowing mencantumkan
tanda dan gejala gangguan menelan fase faringeal sebagai berikut:
-
Penundaan menelan faringeal
Penetrasi Nasal pada saat menelan karena berkurangnya penutupan
velofaringeal
Pseudoepiglottis (setelah total laryngectomy) – lipata mukosa
pada dasar lidah
-
Osteofit Cervical
Perlengketan pada dinding faringeal setelah menelan karena
pengurangan kontraksi bilateral faringeal
Sisa makanan pada Vallecular karena berkurangnya pergerakan
posterior dari dasar lidah
Perlengketan pada depresi di dinding faring karena jaringan parut atau
lipatan faringeal
Sisa makanan pada puncak jalan napas Karena berkurangnya elevasi
laring
penetrasi dan aspirasi laringeal karena berkurangnya penutupan jalan
napas
-
Aspirasi pada saat menelan karena berkurangnya penutupan laring
Stasis atau residu pada sinus pyriformis karena berkurangnya tekanan
laringeal anterior
Fase Esophageal
Gangguan fungsi esophageal dapat menyebabkan retensi makanan dan minuman
didalam esofagus setelah menelan. Retensi ini dapat disebabka oleh obstruksi mekanis,
gangguan motilitas, atau gangguan pembukaan Sphincter esophageal bawah.
Logemann's Manual for the Videofluorographic Study of Swallowing mencantumkan
tanda dan gejala gangguan menelan pada fase esophageal sebgai berikut:
-
Aliran balik Esophageal-ke-faringeal karena kelainan esophageal
-
Tracheoesophageal fistula
-
Zenker diverticulum
-
Reflux
Aspirasi
Aspirasi adalah masuknya makanan atu cairan melalui pita suara. Seseorang yang
mengalami aspirasi beresiko tinggi terkena pneumonia. Beberapa faktormempengaruhi
efek dari aspirasi : banyaknya, kedalaman, keadaan fisik benda yang teraspirasi, dan
mekanisme pembersihan paru. Mekanisme pembersihanpasu antara lain kerja silia dan
reflek batuk. Aspirasi normalnya memicu refleks batuk yang kuat. Jika ada gangguan
sensosris, aspirasi dapat terjadi tanpa gejala.
Pemeriksaan Fisik
Pada Pemeriksaan fisik, periksa mekanisme motoris oral dan laryngeal.
Pemeriksaan nervus V dan VII-XII penting dalam menentukan bukti fisik dari
disfagia orofaringeal.
Pengamatan langsung penutupan bibir, rahang, mengunyah, pergerakan
dan kekuatan lidah, elevasi palatal dan laryngeal, salivasi, dan sensitifitas oral.
Periksa kesadaran dan status kognitif pasien karena dapat mempengaruhi
keamanan menelan dan kemampuan kompensasinya.
Dysphonia dan dysarthria adalah tanda disfungsi motoris struktur-struktur
yang terlibat pada menelan.
-
Periksa mukosa dan gigi geligi mulut
-
Periksa reflek muntah.
-
Periksa fungsi pernapasan
Tahap terakhir adalah pengamatan langsung aktivitas menelan. Setelah
menelan, amati pasien selama 1 menit atau lebih jika ada batuk tertunda.
Pemeriksaan Penunjang Penting
Pemeriksaan spesifik untuk menilai adanya kelainan anatomi atau sumbatan mekanik :
Penunjang
1. Barium
Swallow
(Esofagogram)
1. CT Scan
2. MRI
1. Laringoskopi direk
2. Esofagoskopi
3. Endoskopi ultrasound
Kegunaan
Menilai anatomi dan fs otot faring/esofagus, deteksi
sumbatan o/k tumor, striktur,web, akalasia,
divertikulum
Kelainan anatomi di kepala, leher dan dada
Deteksi tumor, kalainan vaskuler/stroke, degeneratif
proses diotak
Menilai keadaan dan pergerakan otot laring
Menilai lumen esofagus, biopsi
Menilai lesi submukosa
Pemeriksaan penunjang untuk menilai fungsi menelan :
Penunjang
1.
Modified barium swallow
Keguna
Menilai
Menilai
2.
Leksible fiber optic faringoskop
3.
Video floroscopy recording
Menilai
(Gastro
4.
Scintigraphy
Menilai
5.
EMG
Menilai
Menilai
Pemerik
6.
Manometri pHmetri 24 jam
No
Penya
1
Atresia
2
Fistula
3
Stenos
4
Diverti
5
Korpal
6
Disfag
7
Akalas
8
Spasm
9
Striktu
10
Esofag
11
Karsin
12
Globus
13
Serebr
14
GERD
Penatalaksanaan
Terdapat pengobatan yang berbeda untuk berbagai jenis dysphagia. Pertama dokter
dan speech-language pathologists yang menguji dan menangani gangguan menelan
menggunakan berbagai pengujian yang memungkinkan untuk melihat bergagai fungsi
menelan. salah satu pengujian disebut dengan, laryngoscopy serat optik, yang
memungkinkan dokter untuk melihat kedalam tenggorokan. Pemeriksaan lain, termasuk
video fluoroscopy, yang mengambil video rekaman pasien dalam menelan dan
ultrasound, yang menghasikan gambaran organ dalam tubuh, dapat secara bebas nyeri
memperlihakab tahapan-tahapan dalam menelan.
Setelah penyebab disfagia ditemukan, pembedahan atau obat-obatan dapat diberikan.
Jika dengan mengobati penyebab dysphagia tidak membantu, dokter mungkin akan
mengirim pasien kepada ahli patologi hologist yang terlatih dalam mengatasi dan
mengobati masalah gangguan menelan.
Pengobatan dapat melibatkan latihan otot ntuk memperkuat otot-otot facial atau untuk
meninkatkan koordinasi. Untuk lainnya, pengobatan dapat melibatkan pelatihan
menelan dengan cara khusus. Sebagai contoh, beberapa orang harus makan denan
posisi kepala menengok ke salah satu sisi atau melihat lurus ke depan. Meniapkan
makanan sedemikian rupa atau menghindari makanan tertentu dapat menolong orang
lain. Sebagai contoh, mereka yang tidak dapat menelan minuman mungkin memerlukan
pengental khusus untukminumannya. Orang lain mungkin garus menghindari makanan
atau minuman yang panan ataupun dingin.
Untuk beberapa orang, namun demikian, mengkonsumsi makanan dan minuman lewat
mulut sudah tidak mungkin lagi. Mereka harus menggunakan metode lain untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi. Biasanya ini memerlukan suatu system pemberian
makanan, seperti suatu selang makanan (NGT), yang memotong bagian menelan yang
tidak mampu bekerja normal.
Berbagai pengobatan telah diajukan untuk pengobatan disfagia orofaringeal pada
dewasa. Pendekatan langsung dan tidak langsung disfagia telah digambarkan.
Pendekatan langsung biasnya melibatkan makanan, pendekatan tidak langsung
biasanya tanpa bolus makanan.
Modifikasi diet
Merupakan komponen kunci dalam program pengobatan umum disfagia. Suatu diet
makanan yang berupa bubur direkomendasikan pada pasien dengan kesulitan pada
fase oral, atau bagi mereka yang memiliki retensi faringeal untuk mengunyah makanan
padat. Jika fungsi menelan sudah membaik, diet dapat diubah menjadi makanan lunak
atau semi-padat sampai konsistensi normal.
Suplai Nutrisi
Efek disfagia pada status gizi pasien adalah buruk. Disfagia dapat menyebabkan
malnutrisi.
Banyak produk komersial yang tersedia untuk memberikan bantuan nutrisi.
Bahan-bahan pengental, minuman yang diperkuat, bubur instan yang diperkuat,
suplemen cair oral. Jika asupan nutrisi oral tidak adekuat, pikirkan pemberian
parenteral.
Hidrasi
Disfagia dapat menyebabkan dehidrasi. Pemeriksaan berkala keadaan hidrasi pasien
sangat penting dan cairan intravena diberikan jika terapat dehidrasi
Pembedahan
-
Pembedahan gastrostomy
Pemasangan secara operasi suatu selang gastrostomy memerlukan laparotomy
dengan anestesi umum ataupun lokal.
-
Cricofaringeal myotomy
Cricofaringeal myotomy (CPM) adalah prosedur yang dilakukan untuk mengurangi
tekanan pada sphicter faringoesophageal (PES) dengan mengincisi komponen otot
utama dari PES.
Injeksi botulinum toxin kedalam PES telah diperkenalkan sebagai ganti dari CPM.
Pohon Masalah Disfagia
Konsep ASKEP Disfagia
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Disfagia
A.
Pengkajian Keperawatan
-
Batasan keluhan disfagia (rongga mulut, orofaring, esofagus)
-
Lama dan progresifitas keluhan disfagia
Saat timbulnya keluhan disfagia dalam proses menelan (makan padat,
cair, stress psikis dan fisik)
Keluhan penyerta : odinofagi, BB turun cepat, demam, sesak nafas,
batuk, perasaan mengganjal/menyumbat di tenggorokan.
Penyakit penyerta : eksplorasi neurologik degeneratif, autoimun,
kardiovaskuler dll)
Penggunaan obat-obat yg mengganggu proses menelan (anastesi,
muskulorelaksan pusat)
B.
-
Evaluasi pola hidup, usia, hygiene mulut, pola makanan
-
Riwayat operasi kepala dan leher sebelumnya
Pemeriksaan Fisik
Pada Pemeriksaan fisik, periksa mekanisme motoris oral dan
laryngeal. Pemeriksaan nervus V dan VII-XII penting dalam menentukan bukti
fisik dari disfagia orofaringeal.
Pengamatan langsung penutupan bibir, rahang, mengunyah,
pergerakan dan kekuatan lidah, elevasi palatal dan laryngeal, salivasi, dan
sensitifitas oral.
Periksa kesadaran dan status kognitif pasien karena dapat
mempengaruhi keamanan menelan dan kemampuan kompensasinya.
Dysphonia dan dysarthria adalah tanda disfungsi motoris
struktur-struktur yang terlibat pada menelan.
-
Periksa mukosa dan gigi geligi mulut.
-
Periksa reflek muntah.
-
Periksa fungsi pernapasan.
Tahap terakhir adalah pengamatan langsung aktivitas menelan.
Setelah menelan, amati pasien selama 1 menit atau lebih jika ada batuk
tertunda.
C.
Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1.
Gangguan menelan karena penyempitan esofagus akibat
peradangan, trauma
D.
2.
Gangguan menelan karena kelemahan/kelainan saraf menelan
3.
Gangguan menelan karena pengaruh psikis
Intervensi Keperawatan
1.
Ganguan menelan b/d penyempitan esofagus akibat peradangan,
trauma
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 X 24 jam tidak
terjadi gangguan intake nutrisi
Kriteria hasil:
-
Tingkat energy pasien adekuat
-
Intake nutrisi cukup
-
Nyeri pasien berkurang atau hilang
-
Tidak terjadi infeksi lanjutan
-
Pasien mampu melakukan perawatan diri di rumah
Intervensi:
-
2.
Menyarankan pasien untuk
•
Mengunyah makanan dengan lembut
•
Makan dengan posisi semi fowler/duduk
•
Jika perlu makan sambil mimun air
•
Makan dengan porsi sedikit tapi sering
•
Makan makanan yang tidak iritatif
•
Tetap duduk setelah makan
-
Memposisikan pasien semi fowler
-
Mempersiapkan makanan dengan sajian menarik
-
Memberikan makanan dengan suhu yang optimal
-
Melakukan manajemen nyeri
-
Menjaga kebersihan mulut untuk mencegah infeksi
-
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik
Gangguan menelan karena kelemahan/kelainan saraf menelan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 2 x 24 jam pasien
mampu mempertahankan status nutrisi yang adekuat
Intervensi:
-
Menyarankan pasien untuk
•
Mengunyah makanan dengan lembut
•
Makan dengan posisi semi fowler/duduk
•
Jika perlu makan sambil mimun air
•
Makan dengan porsi sedikit tapi sering
•
Makan makanan yang tidak iritatif
-
Memposisikan pasien semi fowler
-
Mempersiapkan makanan dengan sajian menarik
-
Memberikan makanan dengan suhu yang optimal
-
Menjaga kebersihan mulut untuk mencegah infeksi
-
Kaji tingkat nyeri pasien
-
Melakukan manajemen nyeri
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
terhadap gangguan menelan pasien
3.
Gangguan menelan karena pengaruh psikis
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 2 x 24 jam pasien
mampu mempertahankan status nutrisi yang adekuat
Intervensi:
-
Menyarankan pasien untuk
•
Mengunyah makanan dengan lembut
•
Makan dengan posisi semi fowler/duduk
•
Jika perlu makan sambil mimun air
•
Makan dengan porsi sedikit tapi sering
•
Makan makanan yang tidak iritatif
•
Tetap duduk setelah makan
-
Memposisikan pasien semi fowler
-
Mempersiapkan makanan dengan sajian menarik
-
Memberikan makanan dengan suhu yang optimal
-
Menjaga kebersihan mulut untuk mencegah infeksi
-
Kaji tingkat nyeri pasien
-
Melakukan manajemen nyeri
-
Kaji tingkat stress pasien
-
Lakukan manajemen stres
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
psikotropika
Download