BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada Era

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada Era Globalisasi saat ini, negara-negara berkembang dituntut untuk
menerapkan sistem yang baru dan lebih baik dalam pengelolaan bisnis yang
berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik atau sering disebut
Good Corporate Governance. Dengan adanya sistem tata kelola perusahaan yang
lebih baik, maka bisnis akan lebih mampu bersaing dan lebih cepat berkembang
karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring
untuk meminimalisir kerugian. Corporate governance diperlukan untuk
mengendalikan perilaku pengelola perusahaan agar bertindak
tidak hanya
menguntungkan dirinya sendiri, tetapi juga menguntungkan pemilik perusahaan,
atau dengan kata lain untuk menyamakan kepentingan antara pemilik perusahaan
dengan mengelola perusahaan.
Faktor utama berkembangnya kebutuhan akan tata kelola perusahaan adalah
karena banyaknya kebangkrutan yang terjadi di perusahaan-perusahaan ternama di
dunia, baik di sektor keuangan maupun non keuangan seperti Word Com di
Amerika Serikat dan One-tel di Australia. Kejadian yang sama juga terjadi di Asia
pada tahun 1997, banyaknya perusahaan yang bangkrut memicu terjadinya krisis
ekonomi yang diyakini karena kegagalan sistem tata kelola perusahaan, krisis
tersebut juga dialami di Indonesia yang menjadikan corporate governance sebagai
sebuah isu penting di kalangan para eksekutif, konsultan korporasi, akademis, dan
regulator (pemerintah) di berbagai dunia. Corporate governance merupakan hal
yang sangat diperlukan bagi perusahaan dalam upaya membantu memecahkan
masalah pengelolaan dan pertanggungjawaban perusahaan.
Perusahaan yang tidak menerapkan corporate governance dapat mengalami
kesulitan kinerja bahkan dapat mengalami kemunduran. Corporate governance
adalah suatu mekanisme yang digunakan untuk mengatur dan mengelola
perusahaan, meningkatkan efisiensi perusahaan, dan menjembatani hubungan
antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, pemegang saham, dan
shareholder lainnya.
Adanya utilitas, keinginan, dan motivasi yang berbeda antara pihak
manajemen dan pemegang saham menimbulkan kemungkinan bagi manajemen
untuk melakukan tindakan yang merugikan pemegang saham, seperti perilaku
tidak etis ataupun kecurangan akuntansi. Tindakan pihak manajemen perusahaan
ini jelas sangat bertentangan dengan kepentingan pemegang saham. Menurut teori
keagenan (agency theory), ketidaksejajaran kepentingan antara agent (pihak
manajemen)
dan
principal
(pemilik/pemegang
saham)
tersebut
dapat
menyebabkan munculnya agency problem, yaitu konflik kepentingan antara pihak
manajemen dan pemegang saham
yang didalamnya
pihak manajemen
menggunakan keuntungan perusahaan untuk memenuhi kepentingan dirinya
sendiri.
Permasalahan ini dapat menimbulkan biaya keagenan (agency cost) dan
dapat pula mendorong timbulnya perilaku menyimpang (dysfunctional behavior)
dari pihak manajemen yang salah satu bentuknya adalah opportunistic earnings
management, yaitu manajer mendistorsi kebenaran kinerja keuangan untuk
memenuhi kepentingan pribadinya.
Manajemen selaku pengelola perusahaan memiliki informasi tentang
perusahaan lebih banyak dan lebih dahulu daripada pemegang saham sehingga
terjadi asimetri informasi yang memungkinkan manajemen melakukan praktik
akuntansi dengan orientasi pada laba untuk mencapai suatu kinerja tertentu
(Herawaty, 2008).
Pertanggungjawaban manajer kepada stakeholder akan diimplementasi dalam
penerbitan
laporan
keuangan
perusahaan.
Namun
sering
pula
terjadi
keterlambatan publikasi laporan keuangan yang mengindikasi adanya masalah
dalam pelaporan keuangan emiten sehingga memerlukan waktu penyelesaian yang
lebih lama. Ada tiga kondisi yang menyebabkan komunikasi melalui laporan
keuangan tidak sempurna dan tidak transparan yaitu: (1) dibandingkan dengan
investor, manajer memiliki informasi lebih banyak tentang strategi dan operasi
bisnis yang dikelolanya, (2) kepentingan manajer tidak selalu selaras dengan
kepentingan investor, dan (3) ketidaksempurnaan dari aturan akuntansi dan audit
(Healy dan Palepu, 1993). Informasi asimetris ini akan memberi kesempatan
kepada manajemen untuk melakukan manajemen laba/earnings management.
Tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen ini dapat
diminimalisasi dengan adanya penerapan good corporate governance (GCG) pada
perusahaan.
Konsep GCG menekankan dua hal, yaitu pentingnya hak pemegang saham untuk
memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya serta
kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat,
tepat waktu, dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan,
kepemilikan, dan stakeholder, dapat disimpulkan bahwa terdapat empat kunci
utama yang diperlukan dalam konsep GCG ini, yaitu fairness, transparency,
accountability, dan responsibility. Keempat komponen tersebut penting karena
penerapan prinsip GCG secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas
laporan keuangan. Teori tersebut didukung oleh penelitian Klein (2002) yang
menggunakan variabel komite audit dan dewan komisaris dalam penelitiannya dan
menemukan bukti bahwa komite audit yang memiliki sedikit dewan komisaris
mempunyai besaran discretionary accruals (DA) yang tinggi, sehingga DA yang
tinggi mengindikasi tingkat earnings management yang tinggi pula, dapat
disimpulkan bahwa perilaku manipulasi laba yang dilakukan manajemen sangat
tergantung pada karateristik dewan direksi dan jumlah komite audit yang dimiliki
oleh perusahaan.
Penelitian mengenai pengaruh corporate governance terhadap praktik
manajemen laba juga telah dilakukan di Indonesia. Ujiyantho dan Pramuka (2007)
meneliti mekanisme corporate governance, manajemen laba, dan kinerja
perusahaan, dan proporsi dewan komisaris menjadi salah satu mekanisme
corporate governance yang dimasukkan dalam variabel penelitian. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris berpengaruh positif
terhadap manajemen laba. Veronica dan Utama (2006) menunjukkan bahwa
proporsi komisaris independen dan keberadaan komite audit tidak terbukti
mempengaruhi praktik manajemen laba pada perusahaan. Hal tersebut bertolak
belakang dengan hasil penelitian Wedari (2004) yang menunjukkan bahwa
keberadaan komite audit dan proporsi dewan komisaris independen berpengaruh
negatif signifikan terhadap manajemen laba.
1.2 Rumusan Masalah
Aktivitas
manajemen
laba
merupakan
kegiatan
menyesuaikan
laba
perusahaan pada laporan keuangan yang biasanya dilakukan oleh pihak manajer
yang bertindak selaku pengelola perusahaan. Salah satu mekanisme yang
dianggap berpengaruh dalam membatasi aktivitas manajemen laba yaitu dengan
mekanisme
good
corporate
governance. Berdasarkan beberapa penelitian
sebelumnya dan mengingat pentingnya corporate governance pada perusahaan,
maka penelitian ini berupaya melakukan pengujian kembali pengaruh mekanisme
good corporate governance terhadap praktik manajemen laba. Variabel-variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran dewan direksi,
ukuran dewan komisaris, kualitas audit, dan transparansi komite audit sedangkan
variabel dependen yang digunakan adalah manajemen laba.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah: apakah mekanisme corporate governance
berpengaruh terhadap penerapan praktik manajemen laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menguji pengaruh mekanisme corporate
governance terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari data dan informasi yang dikumpulkan dari hasil penelitian, maka
diharapkan memberi manfaat bagi:
a)
Kontribusi Praktis
Hasil penelitian ini diharap dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk
mencapai efektifitas organisasi/instansi pemerintah dalam hubungannya
dengan good governance.
b) Kontribusi Teoretis
1) Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan refrensi dan
pertimbangan bagi pembaca yang akan melakukan penelitian pada
bidang yang sama.
2) Untuk peneliti hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang
corporate governance dan praktik manajemen laba serta dapat
mempelajari lebih dalam mengenai materi dan teori yang telah diperoleh
selama perkuliahan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Dari berbagai prinsip-prinsip good corporate governance yang banyak
diungkap dan ditulis oleh berbagai penulis maupun yang lainnya, maka penulis
membatasi prinsip-prinsip good governance yang akan diteliti yaitu: teori-teori
yang dibahas antara lain mengenai asimetri informasi, teori keagenan, teori
akuntansi positif, konsep manajemen laba, pengukuran manajemen laba, konsep
corporate governance, asas corporate governance, serta prinsip-prinsip good
corporate governance. Corporate governance dalam penelitian ini meliputi
ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, kualitas audit, dan transparansi
komite audit.
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui penerapan prinsip-prinsip good
governance terhadap manajemen laba. Obyek yang diteliti yaitu perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
BAB 2
TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Tinjauan Teoretis
2.1.1 Asimetri Informasi
Adanya pemisahan fungsi kepemilikan dengan pengelolaan pada perusahaan
dapat menciptakan permasalahan seperti asimetri informasi antara pihak internal
dan eksternal perusahaan. Asimetri informasi adalah suatu keadaan manajer
Download