PERSEPSI PETERNAK SAPI PERAH TERHADAP PEMANFAATAN

advertisement
PERSEPSI PETERNAK SAPI PERAH TERHADAP PEMANFAATAN TEKNOLOGI
BIOGAS DI KABUPATEN ENREKANG SULAWESI SELATAN
Yusriadi
Universitas Muhammadiyah Pare-Pare
[email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini mengidentifikasi persepsi peternak sapi perah terhadap adopsi
peternak sapi perah tentang teknologi biogas di Kabupaten Enrekang, Sulawesi
Selatan. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi dalam pengembangan
teknologi biogas, bahan masukan kepada pihak yang terkait, khususnya Dinas
Peternakan dan Pertanian serta Dinas Pertambangan yang selama ini membantu
peternak dalam pemanfaatan limbah ternak.
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode survei. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara
dan pengisian kuesioner. Data diambil dari sampel dengan tujuan untuk membuat
generalisasi dari observasi yang dilakukan, sehingga perlu mempertimbangkan teknik
pengumpulan data secara benar. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan
data skunder baik itu data kualitatif maupun data kuantitatif. Data kualitatif
merupakan data yang disajikan bukan dalam bentuk angka, seperti jenis kelamin,
agama, status dan lain-lain sebagainya, sedangkan data kuantitatif diperoleh dalam
bentuk mentah dari kuesioner dan catatan. Realibilitas instrument yang diperoleh
melalui Cronbach Alpha. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan
prosedur korelasi dengan bantuan program SPSS. Pengukuran persepsi peternak sapi
perah terhadap teknologi biogas yaitu keuntungan menggunakan biogas,
kompatibilitas (keterkaitan teknologi dengan kondisi peternak), tingkat kerumitan
teknologi biogas, kemudahan dalam pembuatan dan penggunaan. Dari kelima fariabel
tersebut diketahui bahwa semuanya hubungan sangat lemah terhadap pemanfaatan
teknologi biogas. Namun secara keseluruhan jika kesemua variable diukur pada
kondisi dan waktu yang bersamaan maka akan berhubungan cukup kuat sebesar
0,69%.
Kata kunci: Persepsi Peternak Sapi Perah, Adopsi Teknologi Biogas
PENDAHULUAN
Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan
kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Perilaku
individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada
kenyataan itu sendiri. Faktor-faktor yang memengaruhi persepsi bisa terletak dalam
diri pembentuk persepsi, dalam diri objek atau target yang diartikan, atau dalam
konteks situasi di mana persepsi tersebut dibuat. Asumsi yang didasarkan pada
pengalaman masa lalu dan persepsi yang dipengaruhi oleh asumsi-asumsi yang
didasarkan pada pengalaman masa lalu. Persepsi merupakan suatu proses yang
329
ditempuh individu-individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera
mereka agar memberi makna kepada lingkungan. Namun apa yang merupakan
persepsi seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang objektif. Karena perilaku orang
didasarkan pada persepsi mereka akan realitas, dan bukan pada realitas itu sendiri,
maka persepsi sangat penting pula dipelajari dalam perilaku organisasi. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu: (1) Pelaku persepsi : penafsiran seorang
individu pada suatu objek yang dilihatnya akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik
pribadinya sendiri, diantaranya sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman
masa lalu, dan pengharapan. (2) Target : Gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut
lain dari target akan membentuk cara kita memandangnya. (3) Situasi : Situasi juga
berpengaruh bagi persepsi.
Terbentuknya persepsi pada diri individu dipengaruhi oleh banyak hal,
diantaraya: (a) Perhatian, biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada
disekitar sekaligus, tetapi memfokuskan perhatian pada satu atau dua objek saja.
Perbedaan fokus perhatian antara satu orang dengan orang yang lain akan
menyebabkan perbedaan persepsi. (b) Set, adalah harapan seseorang akan rangsang
yang akan timbul. Perbedaan set akan menyebabkan adanya perbedaan persepsi. (c)
Kebutuhan, baik kebutuhan sesaat maupun menetap pada diri individu akan
mempengaruhi persepsi orang tersebut. Kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan
persepsi bagi tiap individu. (d) Sistem Nilai, dimana sistem nilai yang berlaku dalam
suatu masyarakat juga berpengaruh pula terhadap persepsi. (e) Ciri Kepribadian,
dimana pola kepribadian yang dimiliki oleh individu akan menghasilkan persepsi
yang berbeda.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan seberapa besar hubungan persepsi
peternak sapi perah tentang pemanfaatan teknologi biogas di Kabupaten Enrekang,
Sulawesi Selatan. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai: 1) bahan informasi
dalam pengembangan teknologi biogas, sehingga dalam pengembangannya dapat
diketahui bagaimana persepsi peternak sapi perah dalam mengadopsi teknologi
Biogas di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, 2) bahan masukan kepada pihak
yang terkait, khususnya Dinas Peternakan dan Pertanian serta Dinas Pertambangan
yang selama ini membantu peternak dalam pemanfaatan limbah ternak. Sehingga feses
yang selama ini tidak dimanfaatkan dapat memberikan nilai tambah bagi peternak
sapi perah, 3) bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya, sehingga biogas tidak
hanya memanfaatkan feses ternak, tetapi juga memanfaatkan limbah rumah tangga
dan pertanian untuk biogas, khususnya di Kabupaten Enrekang dan Sulawesi Selatan
pada umunya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Enrekang yang merupakan salah satu
kabupaten yang memiliki populasi ternak perah terbesar di Sulawesi Selatan, dengan
populasi ternak perah kurang lebih 2000 ekor. Unit analisis adalah peternak sapi perah
yang telah menggunakan biogas sebanyak 53 orang. Dengan menggunakan rumus
Slovin, maka secara proporsional dapat ditentukan ukuran sampel peternak sebesar 39
reesponden.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.
Pengambilan data dilakukan melalui wawancara dan pengisian kuesioner. Data
diambil dari sampel dengan tujuan untuk membuat generalisasi dari observasi yang
dilakukan, sehingga perlu mempertimbangkan teknik pengumpulan data secara benar.
330
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data skunder baik itu data
kualitatif maupun data kuantitatif. Data kualitatif merupakan data yang disajikan
bukan dalam bentuk angka, seperti jenis kelamin, agama, status dan lain-lain
sebagainya, sedangkan data kuantitatif diperoleh dalam bentuk mentah dari kuesioner
dan catatan. Realibilitas instrument yang diperoleh melalui
Cronbach Alpha.
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Mei 2010.
Keseluruhan data yang dikumpulkan, ditabulasi dan dianalisis sesuai dengan
kebutuhan dalam pembahasan. Langkah awal yaitu mencari koofisien korelasi setiap
variabel dengan menggunakan program SPSS.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hubungan persepsi peternak sapi perah tentang pemanfaatan teknologi biogas
Keuntungan relatif, kompatibilitas, kompleksitas, trialibilitas serta observabilitas
berhubungan sangat lemah terhadap pemanfaatan teknologi biogas pada peternak sapi
perah di Kabupaten Enrekang. Hal ini terlihat pada Tabel 1
Tabel 1. Nilai koefisien korelasi persepsi peternak sapi perah tentang pemanfaatan
teknologi biogas
No
1
2
3
4
5
6
Variabel
Keuntungan Relatif
Kompatibilitas
Kompleksitas
Trialibilitas
Observabilitas
R Square
Koeficien Korelasi
Sig.
0.258
0.103
0.398
-0.102
-0.314
0.69
0.088
0.208
0.117
-0.168
-0.073
Keterangan: Signifikan (alpha 0.05)
Tabel 1 menunjukkan bahwa hubungan pervariabel persepsi peternak sapi
perah tentang pemanfaatan teknologi biogas sangat lemah dan tidak berpengaruh
secara nyata. Namun secara bersama-saba varibel persepsi cukup kuat dalam
pemanfaatan teknologi biogas. Hal ini terlihat dari nilai R2 sebesar 0.69. artinya dalam
penelitian ini variable persepsi memiliki pengaruh 69%, selebihnya 31% merupakan
pengaruh dari luar penelitian.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Pareek dalam Seribulan (2003), bahwa
persepsi didefinisikan sebagai peroses penerimaan, menyeleksi, mengorganisasikan,
mengartikan, menguji dan memberikan reaksi kepada rangsangan panca indera dan
data. Sedangkan Subagyo et al. (2005), persepsi merupakan proses pembuatan
penilaian atau pembangunan kesan mengenai berbagai macam hal yang terdapat di
lapangan pengindraan seseorang.
Lebih lanjut ditegaskan pula oleh Kunthi (2005), bahwa terbentuknya persepsi
pada diri individu dipengaruhi oleh banyak hal, diantaraya: (a) Perhatian, biasanya
kita tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada disekitar sekaligus, tetapi
memfokuskan perhatian pada satu atau dua objek saja. Perbedaan fokus perhatian
331
antara satu orang dengan orang yang lain akan menyebabkan perbedaan persepsi. (b)
Set, adalah harapan seseorang akan rangsang yang akan timbul. Perbedaan set akan
menyebabkan adanya perbedaan persepsi. (c) Kebutuhan, baik kebutuhan sesaat
maupun menetap pada diri individu akan mempengaruhi persepsi orang tersebut.
Kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan persepsi bagi tiap individu. (d) Sistem
Nilai, dimana sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat juga berpengaruh
pula terhadap persepsi. (e) Ciri Kepribadian, dimana pola kepribadian yang dimiliki
oleh individu akan menghasilkan persepsi yang berbeda.
Rahmat dalam Aryanti, (2008) mengemukakan bahwa persepsi juga ditentukan
juga oleh faktor fungsional dan struktural. Beberapa faktor fungsional atau faktor yang
bersifat personal antara kebutuhan individu, pengalaman, usia, masa lalu,
kepribadian, jenis kelamin, dan lain-lain yang bersifat subyektif. Faktor struktural atau
faktor dari luar individu antara lain: lingkungan keluarga, hukum-hukum yang
berlaku, dan nilai-nilai dalam masyarakat. Jadi, faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi terdiri dari faktor personal dan struktural. Faktor-faktor personal antara lain
pengalaman, proses belajar, kebutuhan, motif dan pengetahuan terhadap obyek
psikologis. Faktor-faktor struktural meliputi lingkungan keadaan sosial, hukum yang
berlaku, nilai-nilai dalam masyarakat.
Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu-individu untuk
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna
kepada lingkungan. Namun apa yang merupakan persepsi seseorang dapat berbeda
dari kenyataan yang objektif. Karena perilaku orang didasarkan pada persepsi mereka
akan realitas, dan bukan pada realitas itu sendiri, maka persepsi sangat penting pula
dipelajari dalam perilaku organisasi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
persepsi, yaitu: (1) Pelaku persepsi : penafsiran seorang individu pada suatu objek
yang dilihatnya akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya sendiri,
diantaranya sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan
pengharapan. (2) Target : Gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain dari target
akan membentuk cara kita memandangnya. (3) Situasi : Situasi juga berpengaruh bagi
persepsi (Robbins, 2008).
Menurut David, et al. (1985), persepsi manusia didominasi dua asumsi,
diantaranya (1) Proses pembentukan kesan dianggap bersifat mekanis dan cendrung
hanya membentuk sifat manusia yang member stimulus. (2) Proses itu berada pada di
bawah dominasi perasaan atau evaluasi dan bukan oleh pikiran atau kognisi.
Pembentukan tersebut bukan pada pendekatan teori belajar. Pembentukan tersebut
secara mekanis menentukan terkumpulnya informasi tentang pemberi stimulus.
Informasi yang diterima secara selektif lalu mengorganisasinya mejadi perilaku.
Implikasi pokok dari pembentukan kesan adalah memproses tindak mekanis
melainkan melibatkan usaha untuk melihat arti yang melekat pada objek pemberi
stimulus. Secara umum manusia memiliki kemampuan khusus untuk memproses
informasi dibanding dengan binatang. Oleh karenai itu, analisis terhadap persepsi
manusia dimulai dari kemampuan memperoses informasi dalam diri.
Beberapa teori tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi indivudu
merupakan pemahaman individu tentang suatu objek yang telah diketahui
sebelumnya. Persepsi seseorang muncul setelah mengetahui kekurangan atau
kelebihan suatu objek dan persepsri setiap orang berbeda-beda. Adanya perbedaan
tersebut disebabkan karakteristik individu, motivasi atau dorongan yang berikan, dan
lain sebagainya.
332
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut: secara per variabel persepsi peternak hubungannya sangat lemah terhadap
adopsi biogas peternak, namun secara bersama-sama hubungan persepsi cukup kuat
terhadap adopsi Biogas. Masih perlu banyak pendampingan bagi peternak sapi perah
di Kab. Enrekang dalam memanfaatkan fesers, selain itu untuk mengukur persepsi
peternak sapi perah harus dilaksanakan secara bersama-sama, pada kondisi dan waktu
yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Aryanti. 2008. Pengertian Persepsi. http://teori-psikologi.blogspot.com /2008/05/pengertianpersepsi.html [4 November 2010]
David. O. Sears, Jonathan L. Freedam dan L. Anne Peplau. 1985. Psikilogi Sosial. Jilid 1.
Erlangga. Jakarta.
Kunthi. P. S. 2005. Persepsi Klien tentang Keefektifan Konselor dalam Melaksanakan Konseling
Individual Ditinjau dari Tingkat Pendidikan, Pengalaman Kerja dan Gender Konselor
di SMA Negeri se-kota Semarang Tahun Ajaran 2004/2005. Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang.
Robbins. R. Stephen. 2008. Perilaku Organisasi. Prentice Hall, 2001, Jilid 1 Bab5.
http://yasinta.wordpress.com/2008/09/04/persepsi-dan-pengambilan-keputusanindividual/[4 November 2010]
Seribulan. 2003. Persepsi dan sikap siswa smu 69 pulau pramuka terhadap pelestarian
pemanfaatan ekosistem sumber daya pesisir dan laut [tesis]. Bogor. Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Subagyo, Rusidi, dan Sekarningsih R. 2005. Kajian faktor-faktor sosial yang berpengaruh
terhadap adopsi inovasi usaha perikanan laut di Desa Pantai Selatan Kabupaten Bantul,
Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
18(2):313.
333
Download