BAB II - Elib Unikom

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam BAB II ini, penulis memaparkan teori-teori dan konsep-konsep
yang relevan dengan penelitian berdasarkan keterkaitan terhadap variabel
dependen maupun variabel independen. Tinjauan Pustaka yang disusun bersifat
deduktif yakni penyusunan teori maupun konsep-konsep yang bersifat umum
dilanjutkan pada konsep-konsep yang bersifat khusus.
2.1 Hubungan Internasional
Hubungan Internasional merupakan cabang dari Imu Politik mengenai
hubungan antar unit-unit politik pada tingkat nasional terutama yang berhubungan
dengan politik luar negeri, organisasi, dan fungsi wakil-wakil pemerintahan yang
berkaitan dengan politik luar negeri serta faktor-faktor yang menentukan politik
luar negeri. Definisi yang lebih luas mengenai Hubungan Internasional adalah
studi tentang seluruh interaksi manusia yang melewati batas-batas negara dan
faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi tersebut yang meliputi interaksi antara
state actors dan non state actor.(Evans dan Newnham, 1998: 22-23)
Hubungan internasional bertujuan untuk mempelajari perilaku para aktor
nagara maupun non negara dalam arena internasional. Perilaku ini dapat berwujud
perang, konflik, kerjasama, pembentukan aliansi, interaksi dalam organisasi
internasionaldan sebagainya. Lebih khusus lagi salah satu dari sekian kajian
hubungan internasional termasuk di dalamnya adalah mengenai hubungan
30
31
interaksi antara bangsa-bangsa di dunia serta perang dan damai. (Mas’oed,
1990:28).
Hubungan Internasional mencangkup barbagai macam hubungan atau
interaksi yang melintasi batas-batas wilayah negara dan melibatkan pelaku-pelaku
yang berbeda kewarganegaraan dan berkaitan dengan segala bentuk kegiatan
manusia. Hubungan ini dapat berlangsung baik secara kelompok, maupun secara
individualisme dari suatu negara atau bangsa yang melakukan interaksi baik
secara resmi maupun tidak resmi dengan kelompok ataupun individualisme dari
bangsa atau negara lain. (Rudy. T May, 1993:3)
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa konsepsi hubungan internasional
diatas mencangkup hubungan interaksi antar aktor negara maupun non negara
yang menjangkau batas-batas wilayah kenegaraan dalam ruang lingkup global.
Hubungan interaksi yang dilakukan oleh anggota masyarakat internasional dapat
bersifat langsung maupun tidak langsung yang didasarkan pada ketentuan Sistem
Internasional.
2.2 Politik Internasional
Politik
Internasional
berkaitan
dengan
hubungan-hubungan
antar
pemerintah dan kontrak-kontrak lain antara individu dan organisasi. Jika politik
adalah studi tentang who gets what, when, and how, maka politik internasional
adalah studi mengenai who gets what, when, and how yang berada dalam arena
internasional yang mencangkup interaksi-interaksi militer, diplomatik, sosial,
32
ekonomi, budaya, psikologis, hukum, teknik, dan interaksi lainnya yang saling
mempengaruhi atau dipengaruhi aktor lainnya. (Spiegel, 1995:21)
Politik Internasional merupakan salah satu wujud dari bentuk interaksi
dalam Hubungan Internasional, yang membahas permasalahan internasional
dalam arti sempit yaitu dengan berfokus pada diplomasi dan hubungan antar
negara dan kesatuan politik lainnya. Politik Internasional memandang tindakan
suatu negara sebagai respon atas tindakan negara lain. Dalam proses interaksi
yang berlangsung dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan proses interplay antar
aktor dalam lingkungannya yang diklasifikasikan menjadi 3 hal yaitu :
1. Lingkungan fisik, yang mencangkup lokasi geografi suatu negara beserta
sumber daya alam yang dimiliki dan tekhnologi dalam suatu bangsa.
2. Penyebaran sosial dan perilaku, yang memuat tentang proses hasil
pemikiran manusia yang dapat menghasilkan budaya politik
3. Lahirnya
lembaga-lembaga
politik
dan
ekonomi
juga
semakin
berkembangnya organisasi-organisasi internasional (Nasution, 1991:32)
K.J Holsti menyebutkan bahwa Politik Internasional dalam studi
Hubungan Internasional merupakan suatu pola tindakan negara terhadap
lingkungan eksternal sebagai sebuah reaksi atau sambutan (respon) kepada negara
lain. Di dalamnya mencangkup unsur power, kepentingan, dan tindakan politik
internasional yang memuat perhatian terhadap sistem internasional, deterrence,
dan perilaku para pembuat keputusan dalam situasi konflik. Sehingga dapat
dikatakan bahwa Politik Internasional menggambarkan hubungan politik antara
33
dua negara atau lebih, hubungan dua arah bukan hanya satu arah yang
menggambarkan suatu reaksi (respon) dan bukan merupakan aksi (1992:26)
2.3 Politik Luar Negeri
Pada dasarnya Hubungan Internasional merupakan interaksi politik luar
negeri dari masing-masing aktor internasional baik aktor negara maupun non
negara. Politik Luar negeri merupakan tindakan suatu negara terhadap hubungan
eksternalnya serta berbagai kondisi domestik yang menopang formulasi tindakan.
Tindakan-tindakan tersebut merupakan respon terhadap perubahan-perubahan dan
tuntutan-tuntutan yang muncul di lingkungannya. (Holsti, 1992:18)
Perilaku Politik Luar Negeri suatu negara juga dihasilkan oleh campuran
berbagai elemen-elemen yang secara acak/random, dan perilaku Politik luar
negeri tidaklah merupakan suatu deterministik dengan dipengaruhi single factors
saja.
Dalam kenyataannya suatu fenomena adalah hasil interaksi baragam faktor
dalam jumlah besar yang didalamnya tidak hanya memuat kepentingan nasional,
tetapi juga dipengaruhi oleh ideologi, letak geografis, latar belakang historis,
struktur sistem internasional, kondisi politik domestik, artinya Politik Luar Negeri
yang dibentuk oleh setiap unsur dipengaruhi oleh multiple factors. (Rossenau,
1976:118)
Politik Luar negeri suatu negara ditujukan untuk mencapai kepentingan
nasional masing-masing negara. Secara konseptual terdapat 6 jenis kategori bagi
penentuan sikap setiap negara dalam menentukan jenis politik luar negeri yang
34
dilaksanakan dalam proses penyesuaian denga kepentingan dan kebutuhan
nasionalnya, antara lain (Nasution, 1991:48) :
1. Pertahanan diri dari lingkungan eksternal
2. Keamanan
3. Kesejahteraan
4. Prestise atau Martabat
5. Ideologi
6. Kekuatan (Power)
Sementara, Rossenau membedakan politik luar negeri pada tiga konsepsi,
yaitu :
1. Suatu kelompok orientasi (a set of orientations), yang mengacu pada
sikap, persepsi, dan nilai-nilai yang berasal dari pengalaman sejarah dan
lingkungan yang strategis yang menandai posisi suatu negara dalam politik
global.
2. Suatu perangkat komitmen dan rencana untuk bertindak (a set of
commitments and plan for actions) yang mengacu pada strategi, keputusan
atau kebijakan yang merupakan rencana-rencana dan komitmen-komitmen
yang ditujukan untuk meningkatkan atau mempertahankan situasi luar
negeri konsisten dengan dasarnya. Rencana dan komitmen ini merupakan
respon terhadap kesempatan (chance) dan peluang (opportunities) yang
terdapat di lingkungan eksernal.
3. Suatu bentuk tingkah laku (a form of behaviour) yang merupakan langkah
konkrit yang diambil oleh para pembuat keputusan dalam hubungannya
35
dengan kejadian dan situasi eksternal. Perilaku eksternal ini merupakan
implementasi dan orientasi dari komitmen tertentu yang telah diputuskan
sebelumnya. (1976: 16-17)
Tujuan politik luar negeri menggambarkan keadaan suatu negara, dimana
adanya peran pemerintah sebagai perumus kebijakan nasional mampu untuk
meluaskan pengaruhnya terhadap negara lain.
Holsti mengklasifikasikan tujuan politik luar negeri sebagai berikut :
1. Memiliki Nilai (Values) yang menjadi tujuan para pembuat keputusan
untuk merumuskan politik luar negeri suatu negara
2. Jangka waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan dapat ditetapkan
dengan pembagian jangka pendek (short term), jangka menengah (middle
term), dan jangka panjang (long term)
3. Menentukan type tuntutan yang diajukan suatu negara terhadap negara lain
(1992:21)
Collumbus menyatakan dalam proses penelaahan pembentukan politik luar
negeri menghasilkan keputusan-keputusan politik luar negeri yang terbagi dalam
3 kategori, yakni (1999:129) :

Keputusan yang bersifat pragmatis (terencana) adalah keputusan
besar yang mempunyai konsekuensi jangka panjang yang terdiri dari
pertimbangan dan evaluasi yang mendalam mengenai seluruh opsi
alternatif.
36

Keputusan yang bersifat krisis yakni keputusan yang dibuat dalam
situasi terancam, terbatas, dan adanya elemen yang membutuhkan
respon yang direncanakan.

Keputusan yang bersifat taktis adalah keputusan penting yang
biasanya bersifat pragmatis, memerlukan revaluasi, revisi dan perbaikan
Politik luar negeri sebagai suatu sistem dipandang sebagai seperangkat
komponen yang dikategorikan dalam suatu input, proses, dan output. Menurut
Rosenau, terdapat faktor-faktor yang membentuk tingkah laku suatu negara dan
keunggulan dari masing-masing faktor diperlukan untuk menghipotesis tingkah
laku luar negeri yang seringkali terjadi di dalam situasi tertentu, kemudian faktorfaktor ini akan dijadikan sebagai input :
Systemic sources, Societal Sourcies, Govermental Sources, Role Sources,
Idiosyncratic/indivudual Sources. Ke lima input diatas akan dijelaskan sebagai
berikut :
Variabel Sistemik (Systemic Sources)
Variabel sistemik memperhatikan kondisi eksternal yang dijadikan
pengaruh dalam pembentukan politik luar negari dalam suatu negara. Variabel
sistemik meliputi kebijaksanaan-kebijaksanaan dantindakan negra lain yang bisa
merangsanga respon politik negara lain (Rossenau, 1976:18).
Rosenau memilah beberapa bagian yanga akan dipaparkan sebagai sumber
sistemik, diantaranya :
a) Size (Ukuran)
37
Secara konseptual maupun empiris, ukuran suatu negara dan jumlah
penduduknya telah menjadi suatu keadaan secara psycological environment
ataupun operational environment yang sebagian besar dipengaruhi oleh penguasa
dan rakyatnya.
Besarnya wilayah dan jumlah penduduk mempengaruhi pandangan dari
para elit dan rakyat untuk memiliki tanggung jawab khusus dalam hubungan
internasional, dan sebagaian besar tingkah laku eksternalnya cenderung
mengakibatkan konflik internasional.
b) Letak Geografi
Letak geografi merupakan konfigurasi jalur daratan, kesuburan tanah,
iklim, lokasi pemukiman dan jalur air. Faktor geografis merupakan input yang
penting bagi kebijakan luar negeri karena faktor ini membentuk persepsi dan
pilihan bagi elit masyarakatnya. Ditinjau dari letak geografis terletak adanya
perbedaan kondisi suatu negara untuk dikuasai oleh kekuatan eksternal dalam
menentukan perkembangan kondisi negaranya.
c) Great Power Structure (Struktur Kedaulatan Tertinggi)
Stuktur kedaulatan tertinggi merupakan pola hubungan yang terjadi
diantara negara-negara yang paling berpengaruh dalam era sejarah. Struktur
tersebut membentuk pola hubungan yang dapat berubah yang bergantung pada
jumlah kekuatan yang terlibat dalam distribusi kapabilitas suatu negara tertentu.
d) Aliansi
Aliansi adalah bagian dari struktur kekuatan adidaya. Aliansi juga
merupakan bagian dari variabel sistemik yang cenderung berlangsung terus dan
38
dapat berlaku sebagai input yang penting. Aliansi dapat mencangkup
permasalahan yang kuat dengan komitmen untuk melakukan aksi di masa yang
akan datang, juga merupakan mekanisme formal dalam pembuat keputusan.
e) Tekhnologi
Teknologi merupakan bentuk perubahan yang ditimbulkan sebagai sumber
kebijakan luar negri yang berfungsi sebagai sistem sistemik dan sosial. Kemajuan
tekhnologi ditandai dengan adanya perkembangan dalam persenjataan militer
hingga alat pertanian. Teknologi telah ditempa secara periodik dalam perubahan
kehidupan manusia. Perubahan tersebut dapat merubah kapabilitas ekonomi dan
militer suatu masyarakat juga status perananya dalam masyarakat internasional.
Variabel Masyarakat (Societal Sources)
Variabel Societal merupakan aspek non pemerintah yang mempengaruhi
negara terhadap lingkungan eksternalnya. Aspek non pemerintah merupakan
aspek masyarakat yang berhubungan dengan fungsinya sebagai sumber daya
material, tingkat kohesi sosial, tingkat industrialisasi serta usaha lain yang
dilakukan oleh masyarakat untuk mempengaruhi perilaku sebuah negara dalam
menyikapi kondisi eksternalnya. (Rosenau, 1976:20)
Rosenau mengemukakan sumber-sumber yang turut mempengaruhi
pembentukan politik luar negeri suatu negara yang berasal dari sumber societal,
yaitu :
a) Economic Development (Pembangunan Ekonomi)
39
Merupakan tahapan dari pergerakan kegiatan ekonomi suatu negara yang
telah bergerak dari sektor pertanian menuju struktur industri yang dijadikan
penelitian intensif sebagai sumber kebijakan luar negeri.
b) Cultural and History (Budaya dan warisan sejarah)
Budaya dan warisan sejarah merupakan faktor yang meliputi norma-norma
dan tradisi yang mendasari hubungan diantara masyarakat, interpretasi masyarakat
terhadap masa lalu dan warisan sejarah.
Faktor budaya dan sejarah bukanlah faktor yang konstan dalam
pembentukan suatu politik luar negeri, namun faktor budaya dan sejarah tidak
dapat dirubah oleh siapapun
c) Societal Sources (Sumber-sumber Kemasyarakatan)
Struktur sosial dari suatu masyarakat dan berbagai peruahan yang
ditimbulkan merupakan faktor yang berpengaruh pada terjadinya tingkatan
konflik internal dan harmonisasi dari suatu masyarakat. Hal ini termasuk dalam
sebuah input dalam pembuatan suatu politik luar negeri suatu negara.
d) Moods of Opinion
Merupakan suatu pergantian dan pergeseran penilaian masyarakat dalan
kondisi eksternalnya. Pembuatan politik luar negeri harus meliputi opini publik
yang mengikuti dan mengarahkan proses pembuatan kebijakan bukan berdasarkan
rancangan yang ditimbukan oleh aktivitas suatu kelompok tertentu.
Variabel Pemerintahan
Variabel ini menyangkut struktur dan proses pemerintahan serta efek yang
ditimbulkan terhadap politik luar negeri yang menghasilkan suatu kompleksitas
40
birokratis yang merupakan karakteristik dalam skala normal dan terdapat pada
setiap unsur kenegaraan termasuk negara-negara terbelakang (Collombus,
1999:131-132)
Rosenau menyatakan bahwa berbagai macam struktur dan prosedur dalam
pengambilan keputusan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap substansi dan
bentuk dalam pembentukan politik luar negari, sehingga terdapat beberapa hal
yang membengaruhi pembentukan politik luar negeri dari sumber govermental,
yaitu (1976:23) :
a) Political Accountability (Pertanggungjawaban secara politik)
Peran pemerintahan yang bertanggung jawab terhadap warganya dapat
memiliki konsekuensi penting bagi waktu dan isi perencanaan yang dibuat
berdasarkan aktivitas dalam berbagai kegiatan pemerintahan bagi proses
kemasyarakatan.
b) Governmental Structure (Struktur pemerintahan)
Struktur pemerintahan yang memiliki pola berbeda memiliki tingkat
konsekuensi dari struktur pembuat kebijakan dan dapat dijadikan input penting
dalam mengkonstribusikan berbagai aktivitas pemerintahan.
Variabel Peran
Variabel peranan didefinisikan sebagai sebagai gambaran pekerjaan atau
sebagai aturan-aturan perilaku yang diharapkan oleh berbagai peranan atas elemen
birokrasi
di
kebijaksanaan.
dalam
mempengaruhi,
merumuskan,
dan
melaksanakan
41
Variabel Individual
Variabel ini mencangkup beberapa aspek nilai, bakat, pengalaman, dan
personalitas dari elit politik yang mempengaruhi persepsi dan perilaku terhadap
politik
luar
negeri.
Rosenau
menyebutkan
beberapa
ketentuan
yang
mempengaruhi proses pembentukan politik luar negeri yang berasal dari proses
idiosinkratik, yaitu :
a) Personality
b) Experience (pengalaman)
c) Leadership Style (Gaya Kepemimpinan)
Sehingga tindakan luar negeri mengacu pada perilaku politik. Secara
umum perilaku politik luar negeri suatu negara dapat berbentuk pernyataanpernyataan politik luar negeri pemerintah, dan juga tindakan-tindakan politik luar
negeri yang dilakukan pemerintah. (Holsti 1992:26).
Franz Magnis mengungkapkan bahwa proses pelaksanaan Politik Luar
Negeri suatu negara dapat diukur dalam konsistensi yang memiliki karakteristik
khusus, diantaranya :
a) Ekstraktif
Merupakan suatu proses pengajuan untuk pembentukan kebijaksanaan oleh
suatu negara berdasarkan sumber daya alam dan kapabilitas sumber daya
manusia. Proses ini mengungkapkan kemampuan suatu negara dalam
mengkoordinir tahapan kebutuhan nasionalnya yang bersinggungan dengan
kehidupan birokrasi negaranya dalam lingkungan internasional.
42
b)
Akomodatif
Merupakan suatu tahapan bagi formulasi pembentukan politik luar negeri
suatu negara yang dirumuskan dalam suatu kebijakan yang memiliki ciri
khusus
dalam
pelaksanaan
setiap
unsur-unsur
kenegaraan.
Proses
penganalisaan yang bersifat menyeluruh merupakan suatu pembuktian
secara empirik yang dapat ditinjau secara observasional.
c)
Regulatif
Merupakan suatu ketentuan dalam bentuk pengawasan terhadap tingkah laku
yang ditujukan pada individu atau kelompok yang tercangkup kedalam suatu
sistem politik dari suatu negara. Pandangan ini mengarahkan pada berbagai
bentuk aktivitas yang dilaksanakan guna memberikan arahan yang positif
bagi setiap pembentukan politik luar negeri yang dijalankan.
d)
Responsif
Suatu ketentuan dalam sistem politik suatu negara yang mengharapkan suatu
tanggapan terhadap serangkaian hubungan yang timbul dalam lingkungan
intra masyarakat maupun lingkungan ekstra masyarakat yang dapat
berbentuk tekanan secara konkrit ataupun dalam wujud tuntutan-tuntutan
yang membawa menuju iklim demokratisasi (1988:265-267).
2.4 Kepentingan Nasional
Kepentingan nasional didefinisikan sebagai konsep abstrak yang meliputi
berbagai kategori atau keinginan suatu negara yang berdaulat. Kepentingan
nasional dalam hal ini terbagi kedalam 3 jenis (Agung&Yanyan, 2005:52) :
43
1. Core/basic/vital interest, merupakan kepentingan yang sangat tinggi
nilainya sehingga suatu negara bersedia untuk berperang dalam
mencapainya, termasuk melingdungi seluruh cakupan wilayahnya dan
melestarikan nilai-nilai hidup yang dianut suatu negara .
2. Secondary Interest, meliputi segala macam keinginan yang hendak dicapai
oleh masing-masing negara, namun jalan perang bukan merupakan
prioritas
dimana
masih
terdapat
kemungkinan
untuk
mencapai
perundingan.
Kepentingan nasional menjadikan dasar bagi penjelasan perilaku luar
negeri suatu negara yang dinilai sebagai tujuan fundamental dan faktor penentu
akhir yang mengarahkan para pembuat kebijakan luar negeri dari suatu negara.
Kepentingan nasional suatu negara secara khas merupakan unsur-unsur yang
membentuk kebutuhan negara sacara vital, seperti pertahanan, keamanan, militer,
dan kesejahteraan ekonomi. (Plano&Olton, 1982:66)
Sedangkan menurut Spiegel, kepentingan nasional adalah tujuan utama
yang merupakan awal sekaligus akhir perjuangan suatu bangsa. Kepentingan
nasional pada dasarnya terbagi atas (1995:236) :
1. Kepentingan nasional yang menyangkut konteks ideologi suatu bangsa
2. Kepentingan nasional sebagai penggerak motif ekonomi
3. Kepentingan nasional yang diarahkan bagi pertahanan keamanan suatu
negara secara internal
4. Kepentingan nasional yang di usung suatu negara dapat menentukan
prestise/ kedudukan suatu negara dalam interaksinya dengan negara lain
44
2.5 Interaksi Internasional
Interaksi internasional merupakan keseluruhan proses komunikasi dan
pertukaran yang berkaitan dengan aspek-aspek politis antara aktor-aktor di dalam
sistem internasional, dimana di dalam proses tersebut akan terlihat tujuan-tujuan,
sumber-sumber, dan perilaku dari aktor-aktor tersebut yang akan dipengaruhi oleh
konteks dan tingkatan (level) di mana proses tersebut muncul dan bekerja.
Bentuk-bentuk interaksi dapat dibedakan berdasarkan keterlibatan pihakpihak yang melakukan interaksi, ditinjau dari jumlah intensitas interaksi, dan pola
interaksi yang dijalankan oleh masing-masing pihak (Agung&Yahya, 2005:42).
Dalam hubungan internasional, interaksi yang terjadi antar aktor dapat
dikenali karena adanya faktor-faktor reccurent, accommodate, ignore, pretend,
bargain, dan resist dari berbagai macam aksi negara lain (Holsti, 1992:122)
Untuk dapat memahami pola-pola interaksi yang terjadi diantara para
pelaku/negara, maka dapat ditinjau melalui (Smith dan Brian, Hocking. 1990:221223) :
1. Scale, berhubungan dengan jumlah dan tipe aktor-aktor yang terlibat
dalam arena geografis, dimana interaksi tersebut bekerja secara cakupan
isu yang menjadi objek interaksi.
2. Directions, berhubungan dengan arah mana interaksi tersebut cenderung
memihak.
3. Internsity, berhubungan dengan intensitas dan interaksi pada jumlah yang
continity hal tersebut dilaksanakan.
45
4. Duration, berhubungan dengan masa interaksi tersebut berlangsung
apakah berlangsung secara permanen, terinstruksi secara formal ataukah
hanya secara temporer dan trasier.
Sedangkan Keohane, Robert, and Joseph S Nye menyatakan bahwa
interaksi internasional sebagai pergerakan berbagai hal yang membahas tapal
batas negara dimana terdapat sekurang-kurangnya salah satu aktor yang mewakili
suatu organisasi pemerintah atau antar pemerintah. Untuk itu terdapat
pengelompokkan interaksi internasional pada tiga bentuk, yaitu :
1. Interaksi antara negara dengan negara.
2. Interaksi antara negara dengan aktor bukan negara
3. Interaksi antar aktor bukan negara dengan aktor bukan negara. (1972:121)
Dalam interaksi antar negara terdapat hubungan pengaruh dan respons.
negara memberikan pengaruh langsung ataupun tidak langsung yang dituntut
harus dapat menentukan sikap melalui respons, manifestasi dalam hubungannya
dengan negara lain untuk mempengaruhi atau memaksa pemerintah untuk
memaksa keinginan politik negara bersangkutan (Collumbus, 1999:181)
Menyangkut keinginan politik dari masing-masing negara, didasarkan
pada kepentingan nasional masing-masing negara, baik kepentingan yang berasal
dari lingkungan internal maupun eksternal. Bentuk interaksi yang dilaksanakan
suatu negara untuk tujuan memenuhi kepentingan nasional, maka suatu negara
tidak dapat terlepas dari kebijakan yang ditujukan ke luar negara (politik luar
negeri), maupun politik yang menjangkau kondisi domestik (politik dalam negeri)
(Rosenau, 1974:28).
46
2.6 Hubungan Bilateral
Dalam Hubungan Internasional dikenal akan hubungan kerjasama antar
negara yang merupakan pertemuan beragamnya kepentingan nasional dari
beberapa negara yang sifatnya tidak dapat dipenuhi oleh bangsanya sendiri.
T. May Rudy mengungkapkan bahwa kerjasama yang terbentuk dari
berbagai komitmen sebagaian individu untuk mencapai kesejahteraan secara
kolektif yang merupakan sebagai hasil adanya persamaan kepentingan (2003:5).
Hakekat dari pelaksanaan kerjasama yang dilaksanakan oleh setiap negara
memiliki sifat universal (global) guna membentuk suatu wadah yang dapat
dilaksanakan guna menghindari berbagai pembenturan kepentingan dan
menghindari konflik yang bersifat internasional.
Bentuk-bentuk interaksi dan kerjasama dapat dibedakan berdasarkan pihak
yang melakukan hubungan antar negara yang menjadi hubungan bilateral,
hubungan trilateral, hubungan regional, dan hubungan multilateral/internasional.
Hubungan bilateral merupakan keadaan yang menggambarkan hubungan
timbal balik antara dua pihak yang terlibat, juga meliputi adanya aktor utama
dalam
pelaksanaan
hubungan
bilateral
ini
adalah
“negara”
(state
actors).(Agung&Yanyan.2005:28)
Dalam proses pelaksanaan Hubungan Bilateral Spiegel menyatakan bahwa
dapat ditemukan 3 motiv, yaitu (1995:67) :
1. Memelihara Kepentingan Nasional
2. Memelihara Perdamaian
3. Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi
47
2.7 Diplomasi
Diplomasi merupakan salah satu praktek dalam Hubungan internasional
antar negara melalui perwakilan-perwakilan resmi. Praktek diplomasi dapat
meliputi keseluruhan proses hubungan luar negeri dan formasi kebijakan.
Disebutkan bahwa diplomasi juga diartikan alat atau mekanisme kebijakan luar
negeri yang dijadikan sebagai tujuan akhir, juga diartikan sebagai teknik-teknik
operasional yang akan dilakukan oleh sebuah negara untuk memperjuangkan
kepentingannya melalui hukum (Plano&Olton, 1982:24).
Kegiatan diplomasi berkaitan erat dengan pelaksanaan politik luar negeri
suatu negara dalam hubunganya dengan negara lain karena diplomasi merupakan
suatu tahapan dalam menjalankan politk luar negeri suatu negara. Dalam
mempelajari diplomasi pada umumnya harus ditinjau hubungan antar negara dan
politik luar negerinya, sehingga hubungan diplomasi dan politik luar negeri suatu
negara mempunyai interelasi yang saling mempengaruhi satu sama lain (Cantori,
1976:105).
Istilah diplomasi mengandung beberapa pengertian, diantaranya :

Diplomasi sebagai politik luar negeri

Diplomasi sebagai sarana perundingan

Diplomasi sebagai dinas luar negeri

Diplomasi sebagai perjuangan
Dalam arti luas, diplomasi meliputi seluruh kegiatan politik luar negeri
suatu negara dalam hubungannya dengan bangsa-bangsa yang mencangkup
beberapa hal yakni :
48

Menentukan dan mempergunakan semua daya atau kemampuan manusia
untuk mencapai tujuan.

Menyesuaikan kepentingan bangsa lain dengan kepentingan nasional,
sesuai dengan kemampuan dan tenaga yang ada.

Menentukan apakah tujuan nasional sejalan dengan kepentingan bangsa
atau negara lain

Mempergunakan sarana dan kesempatan dengan sebaik-baiknya (Litbang
Deplu, 1988:33-35)
Dasar dari diplomasi adalah komunikasi yaitu pemikiran dan ide-ide yang
berasal dari berbagai negara. Tujuan utama suatu negara mengadakan hubungan
diplomasi adalah untuk mendapatkan keuntungan yang lebih dari negara lain,
menjaga hubungan dengan negara lain, dan menjaga keserasian antar negara.
Dalam diplomasi tingkat tinggi, dilakukan pertahapan yang biasanya dilakukan
oleh aktor negara yang diwakili oleh para kepala negara yang dilakukan secara
langsung dalam sebuah forum diskusi dengan aktivitas berupa penukaran
ide/gagasan. Namun seiring dengan kompleksitas masalah yang dihadapi dalam
perkembanganya maka secara umum hubungan diplomatik saat ini dilakukan
secara tidak langsung yaitu melalui tahapan yakni pengiriman utusan berupa duta
ataupun perwakilan-perwakilan yang dikirim oleh negaranya. (Feiltham,
1988:124)
Dalam pelaksanaan diplomasi pada umumnya tercakup beberapa faktor
utama, yaitu:
49
1. Apa yang hendak diperjuangkan agar pihak lain memahami dan
mendukungnya
2. Cara untuk mengupayakan dan mengusahakan pengertian dan dukungan
tersebut berupa taktik dan tekhnik pelaksanaan diplomasi
3. Adanya kemampuan untuk meyakinkan pihak lain untuk menyampaikan
pandangan disertai dengan pengetahuan bahasa yang pantas dan
disesuaikan dengan situasi internasional.
Diplomasi dijadikan sebagai instrumen utama dari kebijakan politik suatu
negara, yang menjadi badan utama yang menjalankan tingkah laku masyarakat
internasional. Diplomasi biasanya dilakukan dalam bentuk negosiasi antar negara
yang merupakan cara mudah untuk menyelesaikan persaingan kepentingan yang
berbeda-beda, sehingga dapat dikatakan bahwa diplomasi sebagai metode
sederhana untuk menciptakan penyelesaian konflik secara damai (Frankel,
1988:137).
Diplomasi berjalan melalui departemen-departemen atau kementriankementrian luar negeri, kedutaan-kedutaan besar, legasi-legasi, konsulat-konsulat
dan misi-misi khusus di seluruh dunia. Diplomasi dapat meliputi berbagai macam
kepentingan mulai dari hal yang sederhana dalam hubungan antar dua negara
sampai masalah-masalah vital seperti perang dan perdamaian. Jika diplomasi
gagal maka akan muncul suatu krisis yang mengarah pada bahaya perang (Roy,
SL, 1991:2)
50
2.8 Kedaulatan
Kedaulatan negara diartikan bahwa negara tersebut talah memiliki
kemerdekaan dan adanya kedaulatan terhadap warga-warga negaranya dalam
urusan-urusan
kenegaraan
serta
penjelasan
dalam
batas-batas
wilayah
teritorialnya. Pengertian kedaulatan mengalami penyempitan makna yang pada
awalnya kedaulatan haknya dimiliki oleh negara-negara merdeka yang ditandai
dengan munculnya negara-negara nasionalis yang hanya mengenal kedaulatan
dalam pembatasan-pembatasan terhadap ekonomi negara yang telah berkembang
menuju tidak adanya pembatasa-pembatasan yang dikenakan terhadap kebebasan
bertindaknya, Sehingga kedaulatan suatu negara dianggap sebagai sisa (residiuun)
dari kekuasaan yang dimiliki oleh suatu negara dalam batas-batas yang di
tetapkan oleh hukum internasional. (T. May Rudy, 2002:27).
Mochtar.K mendefinisikan kedaulatan sebagai suatu sifat dan karakteristik
hakiki dari sebuah negara, sedangkan negara yang berdaulat dimaksudkan bahwa
konsisi struktur suatu negara dalam posisi atau kekuasaan tertinggi (1999:11)
Selain itu T May Rudy, mengungkapkan suatu kedaulatan teritorial
sebagai salah satu unsur esensial dari negara yakni penguasaan suatu daerah
teritorial, dimana terdapat hukum yang beroperasi atas wilayah teritorialnya
sehingga wewenang tertinggi atas kekuasaan teritorialnya berada pada negara
tersebut. Kedaulatan teritorial berarti bahwa di kawasan tersebut yuridiksi atau
aturan hukum yang berlaku ditentukan oleh negara tersebut atas orang (warga
negaranya) dan harta benda (Sumber daya alam) yang terkandung didalamnya.
Sehinnga dijelaskan cara-cara memperoleh kedaulatan teritorial, diantaranya
51
pendudukan (occupation), penaklukan (annexation), akresi (accretion), sesi
(cession), preskripsi (prescription), Integrasi (integration), Revolusi (revolution)
a)
Pendudukan (Occupation)
Proses pendudukan ialah proses penegakan kedaulatan atas wilayah yang
bukan di bawah wewenang negara lain, kondisi atas kedaulatan suatu wilayah
dalam proses pendudukan dapat diketahui ketika dalam kondisi tertentu, seperti
wilayah tersebut baru ditemukan, ataupun proses peninggalan oleh negara yang
sebelumnya menguasai kawasan tersebut.
Proses pendudukan menentukan sejauh mana wilayah tersebut dikuasai.
Oleh karena itu terdapat beberapa teori yang berhubungan dengan pengakuan
kedaulatan dalam hubungan pernyataan klaim beberapa negara dalam suatu
wilayah tertentu, diantaranya:
1. Teori Kontinuitas (continuity), dimana suatu tindakan pendudukan
di suatu wilayah memperpanjang kedaulatan negara yang
menduduki sejauh diperlukan untuk keamanan atau pengembangan
alam wilayah yang di klaim tersebut.
2. Teori Hubungan (contiguity), dimana kedaulatan negara yang
menduduki itu mencapai wilayah-wilayah yang berdekatan secara
geografis dan tentunya berhubungan dengan wilayah yang di klaim
tersebut.
b)
Aneksasi
Aneksasi adalah suatu metode memperoleh kedaulatan teritorial yang
digunakan dalam dua perangkat keadaan
52
1. Dimana wilayah yang dianeksasi itu telah ditaklukan oleh negara
yang menganeksasi.
2. Dimana wilayah yang dianeksasi itu benar-benar berada dalam
posisi lebih rendah dari pada negara penganeksasi pada waktu
pengumuman maksud negara penganeksasi
c)
Akresi
Hak kedaulatan atas prinsip akresi terjadi apabila suatu negara bertambah
wilayahnya, karena faktor-faktor perubahan alam (melalui sebab-sebab alamiah)
yang mungkin terjadi oleh pelebaran aliran sungai atau faktor alam lain ke
wilayah yang telah berada di bawah kedaulatan negara yang memperolah
kedaulatan tersebut.
d)
Sesi
Sesi (penyerahan) merupakan suatu metoda penting untuk memperoleh
kedaulatan teritorial. Metode ini bersandar pada prinsip bahwa hak mengalihkan
teritorialnya memiliki sifat fundamental dari kedaulatan suatu negara
e)
Preskripsi
Hak dengan preskripsi (preskripsi akuistif) adalah hasil pelaksanaan
kedaulatan de facto secara damai untuk jangka yang relatif lama atas wilayah
yang tunduk pada kedaulatan negara yang lainnya.
f)
Integrasi
Proses integrasi merupakan penggambungan sebuah wilayah ke dalam
suatu negara yang mana biasanya negara yang akan diajak bergabung atau
53
berintegrasi tersebut lokasi dan letaknya berdekatan dengan wilayah yang akan
berintegrasi tersebut.
Tujuan untuk mengadakan proses integrasi ini untuk memudahkan antar
wilayah yang akan berintegrasi dengan negara yang berintegrasi yang biasanya
merupakan sebuah wilayah yang pernah dijajah dan berada dalam kondisi yang
ditelantarkan/dibiarkan oleh negara penjajahnya. Oleh karena ditelantarkan maka
wilayah tersebut
menuntut
untuk
memerdekakan diri
dan membentuk
pemerintahan sendiri, tetapi karena kurangnya fasilitas maupun sumber daya
manusia, maka negara atau wilayah tersebut berintegrasi dengan wilayah atau
negara yang berada di dekatnya untuk mendapatkan bantuan dan sebagai
akibatnya wilayah tersebut akan menjadi bagian dari negara yang diajak
berintegrasi.
g)
Revolusi
Sebuah negara independen merupakan sebuah negara yag berdiri sendiri
tanpa ada bantuan dari negara lain maupun campur tangan dari pihak lain. Negara
Independen biasanya mendapatkan kemerdekaanya dari tangan penjajah melalui
revolusi
atau
perjuangan
untuk
menggulingkan
kekuasaan
pemerintah
penjajahnya untuk mendirikan sebuah negara baru walaupun tidak diakui oleh
negara penjajahnya. (2001:73-77).
Dalam memperoleh kedaulatan dalam suatu negara yang memegang
kekuasaan tertinggi suatu negara, maka dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Kekuasaan yang terbatas pada batas wilayah negara yang memiliki
kekuasaan tersebut.
54
2. Terdapat sebuah kekuasaan yang yang berakhir dimana terdapat
kekuasaan negara lain yang memulai berkuasa di wilayah tersebut.
(Mochtar.K, 1999:13)
Dalam perkembangan konteporer cara pengakuan kedaulatan teritorial
wilayah dapat dilakukan melalui Suatu keputusan Konvensi negara-negara, hal ini
biasanya dilakukan di dalam sutu konvensi negara-negara yang menang pada
akhir suatu perang, menyerahkan wilayah kepada suatu negara mengingat suatu
penyelesaian perdamaian umum. Terdapat pula beberapa tahapan penyelesaian
pengakuan kedaulatan teritorial wilayah, antara lain(T. May Rudy. 2001:77-78)
1. Wilayah diperoleh suatu negara karena penentuan perbatasan yang
dilakukan oleh suatu komisi demarkasi campuran, atau dihadiahkan ex
aequo et bono oleh suatu pengadilan arbitral yang menangani suatu
perselisihan perbatasan
2. Pemberian hak-hak teritorial kepada suatu negara berdasarkan suatu traktat
antara negara ini dan suatu suku atau komunitas pribumi, yang
sebelumnya menduduki wilayah yang bersangkutan
3. Pengakuan yang lama dan berkesinambungan oleh negara-negara lain
terhadap kedaulatan teritorial suatu negara, walaupun ada ketidakjelasan
dan keraguan tentang lahirnya klaim negara itu, sebagai pihak yang berhak
4. Suksesi suatu negara baru atas wilayah negara pendahulunya.
5. Wilayah dibagikan sebagai akibat dari suatu traktat kompromi atau
penyelesaian berkenaan dengan bekas tanah sengketa.
55
2.9 Sengketa
Sengketa merupakan Perselisihan atau pertengkaran dalam suatu keadaan
yang tidak dikehendaki oleh setiap orang sehat akal dan Pikiran manusia (Evans
and Newnham. 1998:121). Konsep sengketa juga lahir dalam ilmu sosiologi. Paul
B Horton dalam bukunya Sociology mendefinisikan bahwa Sengketa dapat
disebabkan oleh hal tertentu, dan dapat mengakibakan konsekuensi hukum,
seperti perbedaan pendapat dalam kehidupan bermasyarakat mengenai beberapa
persoalan yang dapat menjadi persoalan serius dan mempunyai akibat hukum,
misalnya tentang batas tanah atas kepemilikan seseorang atau perselisihan atas
perjanjian yang telah dibuat sebelumnya (Horton dan Hunt, 1987: 120).
Pertentangan
kepentingan
akan
suatu
hal
dapat
menyebabkan
perselisihan/persengketaan dan untuk menghindari gejala tersebut, maka dibuat
suatu aturan, yaitu dengan membuat ketentuan atau kaedah hukum, yang harus
ditaati oleh setiap anggota masyarakat, agar dapat mempertahankan hidup
bermasyarakat. Dalam kaedah hukum yang ditentukan itu, setiap orang
diharuskan untuk bertingkah laku sedemikaian rupa, sehingga kepentingan
anggota masyarakat lainnya akan terjaga dan dilindungi. Apabila kaedah hukum
itu dilanggar, maka kepada yang bersangkutan akan dikenakan sanksi atau
hukuman (http://www.sinarharapan.co.id/berita/0606/03/opi01.html).
KJ Holsti mengidentifikasi Jenis-jenis konflik yang bersinggungan dengan
teritorial suatu negara kedalam 7 jenis, yaitu :
1. Konflik Teritorial Terbatas, merupakan suatu konflik mengenai
pertentangan posisi yang menyangkut pemilikan teritorial, Seperti klaim
56
suatu negara terhadap suatu negara atau dekat dengan wilayah lain yang
dapat diakibatkan oleh masalah kedaulatan atas minoritas etnis, juga
sering dihubungkan dengan klaim suatu negara untuk mengontrol wilayah
tersebut.
2. Konflik
dengan
menggunakan
peranan
suatu
pemerintahan
dan
penggunaan ideologi sebagai basis utama pelaksanaan konflik.
3. Konflik yang diakibatkan oleh usaha suatu negara untuk mempertahankan
hak mereka atau suatu kawasan teritorial dengan tujuan untuk melindungi
aspek keamanan negaranya.
4. Konflik karena kehormatan nasional, dimana pemerintah melakukan
bentuk ancaman yang diperuntukan bagi orientasi keamanan global
dengan dilakukannya peningkatan insiden yang relatif berada dalam
kondisi krisis menjadi konflik besar.
5. Konflik Imperialisme terbatas, dimana adanya peranan pemerintah yang
ongin menghancurkan keutuhan negara lain dengan penggunaan
kombinasi ideologi keamanan.
6. Konflik
yang
terjadi
karena
pembebasan
suatu
negara
untuk
membebaskan masyarakat negara lain.
7. Konflik yang timbul sebagai akibat dari usaha suatu negara untuk
mempersatukan negara yang terpecah (1992:597-598)
Sedangkan Boer Mauna menyatakan bahwa sengketa terbagi dalam 2 jenis
yang berspesifikasi pada konteks politik dan hukum, pertama Sengketa Politik
yang merupakan sengketa suatu negara yang mendasarkan tuntutannya atas
57
pertimbangan non yuridis seperti dasar politik yang memiliki keterikatan dengan
kepentingan nasional. Kedua, Sengketa Hukum dimana terdapat kondisi pada
suatu negara yang mendasarkan sengketa atau tuntutannya atas ketentuan yang
terdapat dalam suatu perjanjian dan telah diakui oleh Hukum Internasional.
(2000:188).
Salah satu upaya dalam penyelesaian sengketa dilakukan dalam pola-pola
resolusi konflik untuk membangun masyarakat yang demokratis, harmonis,
menghargai kemajemukan dan kesetaraan serta mengembangkan pola-pola
penyelesaian sengketa yang mencerminkan keadilan prosedural dan subtansial.
Mediasi merupakan bentuk dari dari proses alternatif dispute resolution
(ADR) atau alternatif penyelesaian sengketa. Penyebutan alternatif penyelesaian
sengketa ini dikarenakan mediasi merupakan satu alternatif penyelesaian sengketa
disamping pengadilan yang bersifat tidak memutus, cepat, mudah pelaksanaannya
dan memberikan akses kepada para pihak yang bersengketa memperoleh keadilan
atau penyelesaian yang memuaskan. Dalam proses mediasi ini juga dibantu oleh
pihak ketiga yang netral (mediator) yang dipilih oleh para pihak. Proses mediasi
berjalan lebih informal dan dikontrol oleh para pihak. Dalam proses mediasi
dianggap dapat lebih merefleksikan kepentingan prioritas para pihak dan
mempertahankan
kelanjutan
hubungan
(http://news.bbc.co.uk/2/hi/science/nature/4267245.stm).
para
pihak
Download