Hubungan Antara Disiplin Belajar Siswa Dengan Prestasi Belajar

advertisement
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Disiplin Belajar
2.1.1.1 Pengertian Disiplin
Disiplin merupakan hal yang harus diterapkan dalam setiap usaha
manusia untuk mencapai suatu tujuan. Disiplin terkait dengan perilaku dan
mental seseorang dalam kemampuannya menyesuaikan dengan kehidupan
dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Menurut Singgih D.
Gunarsa dalam Bekti Ari (2006) disiplin berarti sikap mental yang
mengandung kerelaan untuk mematuhi semua ketentuan peraturan dan
norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab.
Menurut Bernadib (1982) dalam Dwi Palupi (2004) disiplin adalah
masalah pengawasan diri dalam hubungannya dengan keseimbangan
antara disiplin yang ditumbuhkan oleh diri sendiri dengan pengawasan dari
luar. Disiplin yang wajar seperti memberikan arahan untuk melakukan hal
sesuai dengan pemanfaatan waktu, kegiatan, dan pekerjaan secara cermat.
Memanfaatkan waktu secara teratur dan terstruktur merupakan hal yang
terdapat dalam displin yang diawasi oleh diri sendiri. Disiplin merupakan
syarat
penting
dalam
pendidikan
pendidikan.
6
yang
menentukan
berhasilnya
7
Dari segi positif konsistensi disiplin mempunyai beberapa beberapa
nilai yang dan penting dan dapat memacu proses belajar serta membantu
anak belajar peraturan dan membantu anak dalam belajar peraturan.
Dengan demikian anak yang mendapat disiplin yang konsisten mempunyai
semangat dan motivasi belajar yang lebih kuat untuk berperilaku sesuai
standar yang disesuaikan secara sosial, dari pada mereka yang tidak
disiplin dan tidak konsisten.
Disiplin adalah suatu sikap yang menunjukan kesediaan untuk
menepati dan mematuhi peraturan dan mendukung ketentuan tata tertib,
peraturan serta nilai kaidah yang berlaku. Disiplin bukanlah sesuatu yang
dibawa sejak lahir. Perkembangan pada anak sangat dipengaruhi oleh
faktor “ajar” atau pendidikan. Disiplin selalu berkaitan dengan sikap, yaitu
kesediaan bereaksi atau bertindak terhadap obyek atau keadaan tertentu.
Disipin selain berkaitan dengan penguasaan diri juga berkaitan dengan
rasa tanggung jawab. Orang yang disiplin cenderung patuh, mendukung,
dan mempertahankan peraturan dan nilai yang berlaku. Disiplin
dikembangkan dengan menumbuhkan kesadaran untuk selalu mematuhi
peraturan dan nilai yang selalu dianutnya, walau tanpa pengawasan atau
sanksi (Ensiklopedia, 1989), dalam Bekti Ari (2006).
Dari semua pendapat mengenai disiplin yang telah dikemukakan,
maka dari situ dapat ditarik sebuah rumusan mengenai disiplin adalah
suatu sikap yang menjunjung ketaatan dan ketertiban dalam menggunakan
7
8
waktu dengan penuh tanggung jawab sehingga dapat mencapai segala
sesuatu dalam waktu yang telah ditentukan atau ditargetkan.
2.1.1.2 Unsur-unsur Disiplin
Hurlock (1999) dalam Herli Febriana (2005) menyatakan bahwa
disiplin terdiri dari empat unsur yaitu: peraturan, hukuman, penghargaan
dan konsistensi.
1.
Peraturan
Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola
tersebut ditetapkan oleh orang tua, guru atau teman bermain. Tujuan
peraturan adalah untuk menjadikan anak lebih bermoral dengan
membekali pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu.
Setiap individu memiliki tingkat pemahaman yang berbeda. Hal ini
disebabkan oleh tingkat perkembangan individu yang berbeda
meskipun usianya sama.oleh karena itu dalam memberikan peraturan
harus melihat usia individu dan tingkat pemahaman masing-masing
individu. Untuk hal ini individu lebih ditekankan pada siswa.
2.
Hukuman
Hukuman berasal dari kata kerja latin, “punier”. Hukuman
berarti menjatuhkan pada seseorang karena suatu kesalahan,
perlawanan atau pelanggaransebagai ganjaran atau pembalasan.
8
9
3.
Penghargaan
Penghargaan merupakan setiap bentuk hadiah untuk suatu
hasilyang baik. Penghargaan. Penghargaan tidak harus berbentuk
materi tetapi dapat berupakata-kata pujian, senyuman atau tepukan di
punggung. Banyak orang yang merasa bahwapenghargaan itu tidak
perlu dilakukan karena bisa melemahkan anak untuk melakukan apa
yang dilakukan. Sikap guru yang memandang enteng terhadap hal ini
menyebabkan anak kurang termotivasi untuk belajar. Oleh karena itu
guru harus sadar tentang betapa pentingnya memberikan penghargaan
atau ganjaran kepada anak khususnya jika mereka berhasil.
Bentuk penghargaan harus disesuaikan dengan perkembangan
anak. Bentuk penghargaan yang efektif adalah penerimaan sosial
dengan diberi pujian. Namun dalam penggunaannya harus dilakukan
secara bijaksana dan mempunyai nilai edukatif, sedangkan hadiah
dapat diberikan sebagai penghargaan untuk perilaku yang baik dan
dapat menambah rasa harga diri anak.
4.
Konsistensi
Konsisten
berarti
tingkat
keseragaman
atau
stabilitas.
Konsistensi tidak sama dengan ketetapan dan tiada perubahan.
Dengan demikian konsistensi merupakan suatu kencenderungan
menuju kesamaan. Disiplin yang konstan akan mengakibatkan
tiadanya perubahan untuk menghadapi keburtuhan perkembangan
yang berubah. Konsisten mempunyai nilai mendidik yang besar yaitu
9
10
peraturan yang konsisten bisa memacu proses belajar anak. Dengan
adanya konsistensi anak akan terlatih dan terbiasa dengan segala yang
tetap sehingga mereka akan termotivasi untuk melakukan hal yang
benar dan menghindari hal yang salah.
Menurut Bekti Ari (2006) beberapa unsur yang terkandung
dalam disiplin adalah sebagai berikut:
1. Taat
Taat artinya selalu patuh pada peraturan yang berlaku. Ketaatan di
dalam disiplin belajar diperlukan supaya setiap waktu yang ada
hanya untuk belajar dengan diimbangi dengan kegiatan lain.
2. Tetib
Tertib berarti mengerjakan kegiatan dengan kesadaran secara
sistematis (terarah) yaitu di dalam kegiatan belajar sebaiknya siswa
menentukan arah tujuan dari belajarnya sehingga dengan begitu
akantercapai hasil yang efektif dan efisien
3. Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah kegiatan yang dikerjakan dengan penuh
rasa memiliki dan rasa menjaga agar setiap kegiatan yang
dikerjakan betul-betul dapat dipercaya kebenarannya.Pada saat
belajar diperlukan adanya rasa tanggung jawab dari dalam diri
siswa supaya pada saat belajar menumbuhkan rasa meliki
10
11
kewajiban untuk belajar sehingga akan membuat siswa lebih fokus
pada pelajaran bukan hal lain.
Jadi dapat pahami bahwa unsur dari disiplin adalah
peraturan, hukuman, penghargaan, dan konsistensi dan dalam
disiplin siswa akan memiliki sikap yang menjunjung ketaatan,
ketertiban dalam menggunakan waktu dengan penuh tanggung
jawab.
2.1.1.3
Pengertian Disiplin Belajar
Dalam berdisiplin belajar seorang siswa perlu menerapkan
beberapa hal yang wajib dilaksanakannya yaitu seorang siswa wajib
mengikuti proses belajar mengajar yang terjadi di dalam lingkungan
belajarnya (sekolah) sesuai jam belajar yang telah ditetapkan karena
dengan mengikuti proses belajar mengajar sepenuhnya maka hal tersebut
tidak akan membuat siswa ketinggalan pelajaran. Dalam hal ini di
harapkan siswa dapat bersikap aktif sehingga akan terbentuk interaksi
yang seimbang antara guru dengan siswa. Dengan demikian siswa akan
lebih mudah dalam memahami pelajaran yang di ajarkan akan tetapi di
perlukan adanya ketaatan terhadap tata-tertib sehingga meskipun di
dalam kelas para siswa bersikap aktif akan tetapi keaktifan para siswa
tersebut tidak keluar dari jalur pokok bahasan yang sedang diajarkan.
11
12
Disiplin merupakan suatu cara yang digunakan oleh guru untuk
mendidik dan membentuk perilaku siswa menjadi orang yang berguna
dan berprestasi dalam bidang pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari
pengertian disiplin menurut Hurlock (1999) dalam Herli Febriana (2005)
yaitu suatu cara masarakat untuk mengajarkan anak perilaku moral yang
disetujui kelompok. Menurut Prijodarminto (1994) dalam Herli Febriana
(2005) disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui
proses serangkaian perilaku yang menunjukkan ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Belajar menurut Effendi dan Praja
(1985) dalam Herli Febriana (2005) adalah suatu proses yang dilakukan
individu untuk memperoleh kebiasaan, pengetahuan, sikap dan sesuatu
yang baru sebagai hasil pengalaman.
Para siswa kirannya juga perlu berdisiplin dalam waktu sehingga
para siswa dapat membagi waktu yang secara seimbang antara waktu
untuk belajar dengan waktu untuk hal yang lain seperti waktu untuk
bermain dengan pembagian waktu yang tepat. Siswa tidak akan merasa
bosan di dalam belajar sehingga siswa akan lebih mudah dalam
memahami bahan pembelajaran yang dipelajarinya.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dipahami bahwa
disiplin
belajar
adalah
keteraturan
dan
ketaatan
siswa
dalam
menggunakan dan memanfatkan waktu belajar baik disekolah maupun di
rumah meliputi mendengarkan, membaca, dan mengamati yang mana hal
tersebut dapat menghasilkan perubahan perilaku yang baru sebagai hasil
12
13
dari interaksi dengan lingkungannya. Menurut Hurlock (1999) dalam
Herli Febriana (2005) indikator disiplin belajar adalah sebagai berikut:
Disiplin belajar di sekolah memiliki indikator sebagai berikut:
1) Patuh dan taat terhadap tata tertib belajar di sekolah
2) Persiapan belajar
3) Perhatian terhadap kegiatan pembelajaran
4) Menyelesaikan tugas tepat waktu
Disiplin belajar di rumah memiliki indikator sebagai berikut:
1) Memiliki rencan atau jadwal belajar
2) Belajar dalam tempat dan suasana yang mendukung
3) Ketaatan dan keteraturan dalam belajar
4) Perhatian terhadap materi pelajaran
2.1.2 Prestasi Belajar
2.1.2.1
Belajar
Whittaker dalam Gunartomo (2003) dalam Dwi Palupi (2004)
mengatakan bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana
perilaku ditimbulkan atau diubah melalui latiham atau pengalaman.
Selanjutnya Purwanto (1999) mengemukakan belajar adalah setiap
perubahan yang relative menetap dalam perilaku yang terjadi sebagai
suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Supaya perubahan yang dialami
seseorang sebagai hasil belajar dan bersifat menetap karena itu perubahan
13
14
yang terjadi berupa sesuatu yang baru atau sebagai penyempurnaan
terhadap hal yang dihadapi.
Belajar menurut Slameto (1995) adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh sutu perubahan perilaku yang
baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri dan
berinteraksi dengan lingkungan. Sardiman dalam Sunarto (2009)
mengemukakan belajar dalam pengertian luas adalah kegiatan psiko fisik
menuju perkembagan pribadi seutuhnya. Sedangkan menurut Syaiful B.
Djamarah (2002) mengungkapkan bahwa belajar adalah rangkaian
kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi manusia
seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa, ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Belajar harus menghasilkan perubahan yaitu dapat menyesuaikan
diri, sikap, dan tingkah laku. Suatu perubahan yang dapat menyesuaikan
diri, sikap, dan tingkah laku tersebut merupakan hasil upaya yang
dilakukan individu secara sadar dan disengaja.
Dari beberapa pendapat diatas dapat dirumuskan bahwa belajar
adalah suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan yaitu dapat
menyesuaikan diri, sikap, dan tingkah laku, yang pada prinsipnya
individu mempunyai sesuatu yang baru.
14
15
2.1.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Slameto (1998) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar menjadi faktor intern dan eksteren sebagai berikut:
a.
Faktor interen
Adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang sedang
belajar. Faktor Interen meliputi:
1.
Faktor Jasmaniah
Proses belajar siswa akan terganggu apabila kesehatan siswa
terganggu. Selain siswa tersebut akan merasa cepat lelah,
kurang konsentrasi, mudah pusing ataupun gangguan indera
lainnya, cacat tubuh juga dapat mempengarhui belajarnya.
2. Faktor Psikologis
Faktor psikologis meliputi: intelegensi, perhatian, minat, bakat
dan kematangan.
3. Faktor Kelelahan
Kelelahan dapat di bedakan menjadi dua macamyaitu kelelahan
jasmani dan kelelahan rohani, kelelahan jasmani terlihat
dengan lemah lunglainya tubuh, sedangkan kelelahan rohani
dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga
minat dan dorongan untuk memperhatikan sesuatu hilang.
b.
Faktor Ekstern
15
16
Adalah faktor yang mempengaruhi siswa yang berasal
dari
lingkungan meliputi:
1.
Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga
berupa cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga,
suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
2.
Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup
metode mengajar, kurikulum,relasi guru dengan siswa, reasi
antar siswa, disiplin sekolah serta tugas-tugas.
3.
Faktor Masyarakat
Faktor masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga
berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh ini terjadi
karena keberadaan siswa dalam masyarakat.
Kemudian menurut Winkel (1989) belajar merupakan aktivitas
mental psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan
yang
menghasilkan
perubahan
dan
pengetahuan,
pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap. Menurut Garry dan Kingley (1970) dalam
Bekti Ari (2006) menyatakan belajar adalah proses perubahan perilaku
yang orisinil melalui pengalaman dan latihan-latihan.
16
17
Dari pengertian di atas maka dapat dirumuskan bahwa belajar
merupakan proses perubahan perilaku secara keseluruhan setelah
berinteraksi dengan lingkungan.
2.1.2.3 Cognitif Domain (ranah kognitif)
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental
(otak). Menurut Bloom upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah
termasuk dalam dalam ranah kognitif. Ranah ini berisikan perilakuperilaku yang menekannkan aspek intelektual, seperti pengetahuan,
pengertian, dan keterampilan berpikir. Bloom dalam Sudjono (2008)
membagi domain kognitif kedalam enam tingkatan. Domain ini terdiri
dari dua bagian: bagian pertama berupa pengetahuan (kategiri 1) dan
bagian kedua berupa kemampuan dan keterampilan intelektual (katergori
2-6).
a) Mengingat (remember)
Mengingat adalah kemampuann seseorang untuk mengingatingat kembali atau mengenali kembali. Berisikan kemampuan
untuk mengingat istilah, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola,
urutan, metodologi, prinsip dasar. Sebagai contoh, ketika
diminta menjelaskan disiplin belajar siswa, orang yang berada di
level ini bisa menguraikan dengan baik definisi kualitas,
karakteristik disiplin yang baik, standar dari disiplin.
17
18
b) Memahami (understand)
Memahami adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau
memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.
Memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat
melihatnya dari berbagai segi. Dikatakan memahi apabila dapat
memberikan penjelasan atau memberikan uraian lebih rinci
mengenai suatu hal dengan menggunakan kata-katannya sendiri.
Aspek ini satu level di atas pengetahuan dan merupakan tingkat
berfikir yang rendah.
c) Menerapkan (apply)
Menerapkan adalah kesanggupan untuk menerapkan atau
menggunakan gagasan. Di tingkat ini, seseorang memiliki
kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode,
rumus, teori, yang terdapat dalam penerapan kerja. Sebagai
contoh informasi tentang penyebab siswa tidak sering terlambat
masuk kelas, seseorang yang berada dalam tingkat ini akan
mampu merangkum dan menggabarkan penyebab turunnya
disiplin siswa dalam belajar dalam bentuk mean.
d) Analisis (analyze)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian
yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara
bagian-bagian yang satu dengan bagian-bagian yang lain.
18
19
Analisis
terdiri
mengorganisir,
dari
menyusun
mengurikan,
ulang,
membandingkan,
mengubah
struktur,
mengerankkan, menyusun outline, mengintegrasikan.
e) Evaluasi/menilai (evaluate)
Menilai adalah kemampuan untuk membuat pertimbangan
terhadap suatu kondisi. Dalam tahap ini siswa akan mampu
menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji
membenarkan, menyalahkan. Dalam jenjang ini dihadapkan
pada beberapa pilihan sehingga siswa akanmemilih satu pilihan
yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteris yang
ada.
f) Mencipta (create)
Mencipta adalah kemampuan untuk merancang, membangun,
menrencanaka, menemukan, membaharui, menyempurnakan,
memperkuat, memperindah, dan mengubah.
2.1.2.4 Pengertian Prestasi Belajar
Belajar di sekolah merupakan suatu proses produksi dengan
berbagai tahapan di mana setiap tahapan akan menghasilkan produk
dengan berbagai ciri, sifat dan kualitas yang mempengaruhi dari
tahapan berikutnya. Keefektifan proses belajar di sekolah di jadikan
tolok ukur untuk mengetahui keberhasilan belajar mengajar. Hasil dari
19
20
usaha belajar inilah yang lazimnya disebut prestasi belajar. Prestasi
belajar menurut Dewanto (1976) dalam Bekti Ari (2006) menjadi
sasaran evaluasi bagi murid yang meliputi: sikap (ranah afektif),
penguasaan materi pelajaran (ranah kognitif), dan kecakapankecakapan atau skill (ranah Psikomotor) secara lebih spesifik. Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2000) menyebutkan prestasi adalah hasilyang
telah dicapai (dari yang telah dilakukan dan dikerjakan).
Menurut W.J.S Purwadarminto dalam Sunarto (2009) prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya menurut kemampuan
anak pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau
dilakukan. Arif Gunarso dalam Setyowati (2006) mengemukakan
bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh
seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan
Suryabrata (1988) menyatakan bahwa prestasi belajar diwujudkan
dengan nilai baik, dengan menggunakan lambang A, B, C, D, dan E
untuk menunjukan kelakuan, kerajinan, kerapian, dan kegiatan
ekstrakulikuler. Untuk penilaian kemampuan atau prestasi dalam
dalam mata pelajaran dengan menggunakan skala 0 sampai 10.
Jadi dapat dirumuskan bahwa prestasi belajar adalah hasil
belajar yang telah dicapai menurut kemampuan yang dimiliki dan
ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri
seseorang yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, prestasi
belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian.
20
21
2.1.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Perbedaan kemampuan dari tiap-tiap siswa merupakan salah
satu faktor yang menyebabkan berbeda-bedanya prestasi. Faktor lain
yang mempengaruhi prestasi belajar adalah (Winkel, 1989).
1.
Faktor Internal
Faktor internal adalah segala sesuatu yang berasal dari
dalam diri subyek yang belajar, seperti faktor psikologis
meliputi kecerdasan, minat, motivasi, perhatian,ingatan, dan
berfikir. Apabila ada salah satu bagian dari faktor psikologis
tersebut makla dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar
anak.
Sedang
faktor
fisiologis
meliputi
penglihatan,
pendengaran, kesehatan, gizi. Apabila ada salah satu faktor
yang terganggu maka dapat mempengaruhi prestasi anak.
2.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah segala sesuatu yang bersumber
dari luar subyek yang belajar, seperti instruksional yang
meliputi kurikulum, bahan pelajaran, guru pengajar, metode
penyajian serta lingkungan belajar yang meliputi lingkungan
alam, lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
21
22
3.
Faktor Situasional
Faktor situasional antara lain:
1) Keadaan musim atau iklim sering menciptakan kondisi
psikis dan atau kondisi fisik pada gurudan siswa yang
kurang menguntungkan.
2) Keadaan waktu yang mencakup jumlah hari dan jumlah jam
setiap hari dimana kegiatan belajar mengajar berlangsung.
3) Keadaan politik ekonomi
Keadaan yang labil dan berubah-ubah membuat guru dan
murid menjadi gelisah dan cemas, sehingga timbul kondisi
psikis yang tidak menguntungkan.
Jadi faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada tiga
yaitu: internal atau yang berasal dari subyek belajar, eksternal atau
yang berasal dari luar subyek, dan situasional atau keadaan waktu,
musim, dan keadaan politik.
22
23
2.1.3
Pendidikan Kewarganegaraan di SMP
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu
pelajaran yang penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Pendidikan
Kewarganegaraan menjadi penting dikarenakan merupakan pendidikan
moral, budi pekerti, serta tinkah laku sebagai anak bangsa Indonesia.
Pendidikan
tingkah
laku
menyangkut
kepribadian
siswa
yang
menunjukan kedisiplinan sebagai seorang siswa yang menjadi bagian
dari bangsa dan Negara ini.
Menurut
Mawardi
(2009)
mata
pelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban warganegara yang baik,
cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan pada pancasila dan
UUD 1945.
Mata pelajaran PKn yang ada dalam KTSP 2006 mempunyai
tujuan mata (BNSP, 2006) adalah sebagai berikut:
1. Memiliki kemampuan berfikir secara rasional, kritis, dan kreatif,
sehingga mampu memahami berbagai wacana kewarganegaraan.
2. Mimiliki keterampilan intelektual dan keterampilan berpartisipasi
secara demokratis dan bertanggung jawab.
3. Memiliki watak dan kepribadian yang baik, sesuai dengan normanorma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakatdan bernegara.
23
24
4. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan pada karakter masyarakat Indonesia.
5. Berinteraksi denganbangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam pendidikan terkusus
sebagai salah satu mata pelajaran yang digunakan dalam pendidikan
formal di sekolah memiliki peran untuk membangun watak, karakter,
sikap dan potensi lain termasuk pengetahuan dan keterampilan demi
terwujudnya tujuan bangsa. Adanya permasalahan yang terjadi dalam
pendidikan dewasa ini, salah satu permasalahan adalah menurunnya
tatakarma kehidupan sosial, etika moral dalam praktek kehidupan
sekolah yang menimbulkan akibat negativ yang merisaukan masyarakat.
Akibat tersebut antara lain semakin maraknya penyimpangan norma
kehidupan agama dan social kemasyarakatan yang terwujud dalam
bentuk perlakuan siswa yangkurang hormat kepada guru dan staf
sekolah, kurang disiplin dan kurang menaati tata tertib sekolah, kurang
menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan, terjadi perkelahian antar
pelajar, dan lain-lain. Dari kejadian tersebut, maka misi pendidikan yang
hendak diwujudkan saat ini adalah mengembangkan budi pekerti luhur
yang terintegrasikan dalam setiap mata pelajaran yang ada termasuk
salah satunya PKn supaya dapat dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari
di sekolah.
24
25
Dari berbagai pendapat diatas maka dapat dirumuskan bahwa
PKn adalah mata pelajaran yang didalamnya mencakup aspek
pengetahuan kewarganegaraan, aspek keterampilan kewarganegaraan,
watak atau karakter kewarganegaraan, serta dapat digunakan untuk
membentuk peserta didik menjadi warga negara yang mengetahui
kepribadian bangsa dan negara ini.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Holoman Manurung (1998)
dengan judul “Signifikan Antara Kedisiplinan Dengan Prestasi
Belajar” menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
motif prestasi belajar dan disiplin belajar dengan koefisiensi korelasi
0,85 dalam kontribusi motivasi internal dan disiplin belajar terhadap
prestasi belajar matematika PLTP FPM ikim Medan.
2. Penelitian yang lain dilakukan oleh Riningsih (2001) menyatakan
korelasi positif yang signifikan antara keteraturan belajar dengan
prestasi belajar. Dalam penelitan tersebut diperoleh koefisiensi korelasi
sebesar 0,908 yang menunjukan bahwa apabila seseorang teratur dan
disiplin dalam belajar akan memperoleh prestasi yang baik.
3. Dalam penelitian Liliek Rahayu (2009) dengan judul Hubungan gaya
pengasuhan orangtua, disiplin belajar, dan motivasi belajar dengan
prestasi belajar siswa SMA N di kota Malang menyatakan ada
hubungan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar belajar pada
siswa dengan harga koefisien korelasinya sebesar 0,60.
25
26
2.3 Kerangka Berfikir
Disiplin
Prestasi
belajar di
belajar
kelasa dan
PKn
di rumah
Gambar 4.1
Disiplin belajar sangat penting peranannya bagi siswa dalam usaha
untuk mendaptkan prestasi yang tinggi. Siswa yang memiliki disiplin
belajar yang tinggi, akan mampu untuk bertanggung jawab dalam
mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Siswa dapat membagi waktu
dengan baik saat belajar, bermain, dan melaksanakan kegiatan lain.
Pembagian waktu yang rumit ini dapat dijanlankan dengan baik saat siswa
mempunyai manajemen waktu yang baik yaitu dengan disiplin.
Ketika diisiplin sudah tertanam didalam kehidupan siswa atau
peserta didik maka dalam mengikuti proses belajar maka siswa tidak akan
kesulitan untuk menyesuaikan dengan proses pembelajaran. Siswa yang
memiliki disiplin belajar akan lebih aktif di kelas dan memiliki mental
yang lebih kuat. Hal ini dikarenakan siswa sudah memiliki persiapan saat
26
27
harus berhadapan dengan pembelajaran. Lain hanya dengan siswa yang
tidak memiliki disiplin belajar akan terlihat lalai dalam proses
pembelajaran misalnya lupa mengerjakan pekerjaan rumah (PR). Siswa
akan kurang dapat menyesuaikan dengan proses pembelajaran dikarenakan
siswa belum mempunyai persiapan untuk menyesuaikan dengan
pembelajaran yang ada. Dari sini akan terlihat hubungan antara disiplin
belajar dengan prestasi belajar. Prestasi belajar adalah hasil belajar yang
telah dicapai menurut kemampuan yang dimiliki dan ditandai dengan
perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri sendiri seseorang
yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, dan prestasi ini dapat
dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes.
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah ada
hubungan yang signifikan dan positif antara disiplin belajar dengan
prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngadirejo Tahun Ajaran
2011/2012.
27
Download