Unnes Journal of Public Health

advertisement
UJPH 3 (3) (2014)
Unnes Journal of Public Health
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN DIIT PASIEN HIPERTENSI
(Studi Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Tahun
2013)
Arista Novian
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia
Info Artikel
Abstrak
________________
___________________________________________________________________
Sejarah Artikel:
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diit pasien
hipertensi (studi pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang). Penelitian ini
merupakan penelitian explanation research dengan pendekatan secara cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah pasien diit hipertensi rawat jalan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
Sampel berjumlah 24 pasien. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji Chi
Square dengan nilai signifikansi alpha 5% ( = 0,05) dengan uji fisher sebagai alternatifnya. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah adanya hubungan antara tingkat pendidikan ( p=0,036), tingkat pengetahuan
(p=0,022), peran keluarga (p=0,008), peran petugas kesehatan (p=0,011) dengan kepatuhan diit
pasien hipertensi dan tidak ada hubungan antara umur (p=0,240), jenis kelamin (p=0,421), pekerjaan
(p=0,403) dengan kepatuhan diit pasien. Saran bagi keluarga yaitu selalu memberikan motivasi dan
kepedulian terhadap kesembuhan pasien. Kesembuhan pasien ini harus ditunjang dengan partisipasi
petugas kesehatan dalam meningkatkan pemahaman pasien terhadap diit hipertensi .
Diterima Agustus 2013
Disetujui September
2013
Dipublikasikan Septe,ber
2014
________________
Keywords:
Faktor, Kepatuhan Diit
Hipertensi, Rawat Jalan
____________________
Abstract
___________________________________________________________________
The aims of this research were to know the factors correlated to diet adherence of hypertension patients
(study in outpatients at Hospital Islam Sultan Agung Semarang). This research was explanatory research
with cross sectional approach. Population in this research was diit hypertensive patients in outpatient
hospital Islam Sultan Agung Semarang. Sample was 24 patients. The data were analyzed univariantly and
bivariantly using Chi-Square test by the significance score of alfa 5% ( = 0,05) with the fisher as an
alternative test. The conclusion of this research is that there was a significant correlations between the
level of education (p = 0.036), the level of knowledge (p = 0.022), the role of the family (p = 0.008), the
role of health workers (p = 0.011) with diet adherence of hypertension patients and there wasn’t
correlation between age (p = 0.240), gender (p = 0.421), occupation (p = 0.403) with diet adherence of
hypertension patients. Advice for the family that always gives motivation and concern for the patient's
recovery. This patient recovery should be support with health staff participation in increasing the
patient understanding toward the importance hypertension diet.
© 2014 Universitas Negeri Semarang
Alamat korespondensi:
Gedung F1 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: [email protected]
ISSN 2252-6528

1
Arista Novian / Unnes Journal of Public Health 3 (3) (2014)
PENDAHULUAN
diet dan merubah gaya hidup yang sesuai
dengan petunjuk medis (Caplan dkk, 1997).
Makanan yang dimakan secara langsung
atau tidak langsung berpengaruh terhadap
kestabilan tekanan darah. Kandungan zat gizi
seperti lemak dan sodium memiliki kaitan yang
erat
dengan
munculnya
hipertensi.
Pelaksaanaan diet yang teratur dapat
menormalkan
hipertensi,
yaitu
dengan
mengurangi makanan dengan tinggi garam,
makanan yang berlemak, mengonsumsi
makanan yang tinggi serat dan melakukan
aktivitas olahraga (Julianti, 2005).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan
pada tanggal 25-28 April 2013 sebanyak 11
pasien (18,96%) dari 24 pasien (41,37%) diit
hipertensi pada pasien rawat jalan dengan
keseluruhan jumlah pasien sebanyak 58 pasien
(100%) diit hipertensi di Rumah Sakit Islam
Sultan Agung Semarang (Bg. Instalasi Gizi RSI.
Sultan Agung Semarang), dari hasil wawancara
terdapat pasien rawat jalan yang tidak
mematuhi diit hipertensi yaitu sebanyak 8,62 %
karena pasien tidak menghabiskan obat yang
dianjurkan dokter, 3,44 % pasien masih
merokok, 6,89% pasien tidak pernah
berolahraga, dan sebanyak 15,51 % pasien
belum ada yang datang kembali untuk kontrol
atau rutin check up ke Rumah Sakit untuk
konseling gizi.
Berdasarkan pada latar belakang yang
telah
dijelaskan
secara
rinci,
maka
permasalahan utama yang dikemukakan dalam
proses pelaksanaan penelitian ini adalah
mengenai “Faktor apa yang berhubungan
dengan kepatuhan diit pasien hipertensi (Studi
Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Islam
Sultan Agung Semarang)?”
Tujuan yang ingin dicapai dari
pelaksanaan penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor apa yang berhubungan
dengan kepatuhan diit pasien hipertensi (Studi
Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Islam
Sultan Agung Semarang).
Derajat Hipertensi atau yang lebih
dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi
adalah suatu keadaan dimana tekanan darah
seseorang berada diatas batas normal atau
optimal yaitu 120 mmHg untuk sistolik dan 80
mmHg
untuk
diastolik.
Penyakit
ini
dikategorikan sebagai the silent disease karena
penderita tidak mengetahui dirinya mengidap
hipertensi sebelum memeriksakan tekanan
darahnya. Hipertensi yang terjadi dalam jangka
waktu lama dan terus menerus bisa memicu
stroke, serangan jantung, gagal jantung dan
merupakan penyebab utama gagal ginjal kronik
(Purnomo, 2009).
Peningkatan
tekanan
darah
juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko antara
lain meliputi umur, jenis kelamin, riwayat
keluarga, obesitas, kadar garam tinggi, dan
kebiasaan hidup seperti merokok dan minuman
beralkohol. Bagi yang memiliki faktor resiko ini
seharusnya lebih waspada dan lebih dini dalam
melakukan upaya-upaya preventif, contohnya
yang paling sederhana adalah rutin kontrol
tekanan darah lebih dari satu kali, serta
berusaha menghindari faktor-faktor pencetus
hipertensi (Baradiro, 2008 : 50).
Prevalensi kasus hipertensi primer di
Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebesar
1,96% menurun bila dibandingkan dengan
tahun 2010 sebesar 2,00%. Kasus tertinggi
penyakit tidak menular tahun 2011 pada
kelompok penyakit jantung dan pembuluh
darah adalah penyakit hipertensi, yaitu
sebanyak 634.860 kasus (72,13%) (Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2011, hlm.35)
Kepatuhan adalah derajat dimana pasien
mengikuti anjuran klinis dari dokter yang
mengobatinya. Kepatuhan berasal dari kata
patuh yaitu suka menurut perintah, taat kepada
perintah/aturan dan disiplin yaitu ketaatan
melakukan sesuatu yang dianjurkan atau yang
ditetapkan, kepatuhan adalah secara sederhana
sebagai perluasan perilaku individu yang
berhubungan dengan minum obat, mengikuti
2
Arista Novian / Unnes Journal of Public Health 3 (3) (2014)
METODE PENELITIAN
kuesioner. Kuesioner yang dirancang untuk
digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam
jenis kuesioner wawancara (form for
quesioning)
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan data melalui wawancara.
Analisis data hasil penelitian dilakukan
menggunakan teknik analisis data univariat dan
analisis data bivariat. Analisis univariat
dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian. Analisis ini digunakan untuk
mendeskripsikan variabel penelitian yang
disajikan dalam distribusi frekuensi dalam
bentuk persentase dari tiap variabel (Soekidjo
Notoatmodjo, 2005: 188). Tabel distribusi
frekuensi dibuat dengan mengacu pada data
yang diperoleh dari hasil penelitian. Analisis ini
menggunakan analisis dari variabel bebas yang
diduga mempunyai hubungan dengan variabel
terikat. Analisis bivariat bertujuan untuk
melihat hubungan antara variable terikat.
Analisis data bivariat dilakukan dengan cara
melakukan korelasi antara variabel bebas
dengan variabel terikat yang digunakan dalam
penelitian. Uji statistik yang tepat digunakan
untuk melakukan analisis bivariat dalam
penelitian ini adalah uji Chi Square. Apabila
tidak dapat terpenuhi, maka uji alternatif yang
dapat digunakan adalah uji Fisher (Soekidjo
Notoatmodjo, 2005: 188).
Interpretasi hasil uji hipotesis
korelasi didasarkan pada nilai p value, kekuatan
korelasi dan juga arah korelasinya. Jika hasil
penghitungan
dalam
analisi
bivariat
menunjukkan nilai p < 0,05, maka terdapat
korelasi yang bermakna antara kedua variabel
yang dihubungkan. Namun jika hasil
penghitungan
dalam
analisi
bivariat
menunjukkan nilai p > 0,05, maka tidak
terdapat korelasi yang bermakna antara kedua
variabel yang dihubungkan. Analisis data
melalui uji chi square hanya dapat dipakai
untuk mencari ada atau tidaknya hubungan
antara dua variabel dan tidak dapat digunakan
untuk melihat seberapa besar hubungannya
(Wiratna, 2002: 151).
Adapun ketentuan uji Chi Square yaitu
(1) jumlah frekuensi yang diharapkan sama
Penelitian
mengenai
faktor
yang
berhubungan dengan kepatuhan diit pasien
hipertensi (Studi Pada Pasien Rawat Jalan di
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang).ini
termasuk dalam penelitian explanatory
research dengan pendekatan cross sectional.
Survey cross sectional merupakan suatu bentuk
penelitian yang digunakan untuk mempelajari
bagaimana dinamika korelasi antara berbagai
macam faktor risiko dengan efek yang dapat
ditimbulkannya melalui cara pendekatan,
obsevasi dan pengumpulan data yang dilakukan
secara sekaligus pada suatu saat yang
bersamaan, jenis penelitian ini dikenal juga
dengan istilah “Point time approach” (Soekidjo
Notoatmodjo, 2002).
Populasi adalah keseluruhan subyek
penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono
(2005:55), menyatakan bahwa populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini
sebanyak 24 orang pasien hipertensi rawat
jalan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang. Sampel yang dipilih untuk
selanjutnya digunakan dalam penelitian ini
berasal dari populasi pasien hipertensi rawat
jalan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang. Penentuan sampel dalam penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan total
sampling ( Soekidjo Notoatmodjo, 2005).
Banyaknya sampel yang akan digunakan dalam
penelitian ini dihitung dengan menggunakan
rumus perhitungan jumlah sampel minimal
yang dikemukakan oleh Soekidjo Notoatmodjo
(2005:92). Dari perhitungan jumlah sampel
minimal menggunakan rumus tersebut,
diperoleh jumlah sampel yang akan digunakan
dalam proses penelitian yaitu sebanyak 24
responden.
Instrumen penelitian yang digunakan
dalam pengumpulan data untuk keperluan
penelitian ini meliputi dua instrument, yaitu
3
Arista Novian / Unnes Journal of Public Health 3 (3) (2014)
dengan jumlah frekuensi yang diamati, (2)
Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai
harapan kurang dari 5 (lima) lebih dari 20%
dari jumlah keseluruhan sel, (3) Untuk tabel
2x2, tidak boleh ada nilai ekspektasi yang
sangat kecil, bila nilai yang diharapkan dalam 1
sel (<5) dapat menimbulkan taksiran yang
berlebih (over estimate) (Eko Budiarto, 2002).
variabel penelitian, baik variabel bebas dan juga
variabel terikat.
Analisis bivariat menghasilkan data
yang berkaitan dengan hubungan atau korelasi
antara dua variabel. Analisis bivariat dilakukan
dengan cara menghubungkan masing-masing
variabel bebas yang terdiri umur, jenis kelamin,
tingkat
pendidikan,
pekerjaan,
tingkat
pengetahuan, peran keluarga, dan peran
petugas kesehatan yang dihubungkan dengan
variabel terikat yaitu kepatuhan diit pasien
hipertensi. Analisis bivariat digunakan untuk
melihat hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat (Soekidjo Notoatmodjo,
2005:188). Uji statistik Chi Square tidak dapat
digunakan untuk melakukan analisis bivariat
karena ada beberapa syarat yang tidak
terpenuhi, sehingga digunakanlah uji alternatif
yang telah direncanakan sebelumnya untuk
melakukan analisis bivariat dari hasil penelitian
ini, yaitu menggunakan uji Fisher.
Pengujian
hipotesis
mengenai
hubungan antara umur dengan kepatuhan diit
pasien hipertensi tersaji dalam Tabel 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang diperoleh sebagai hasil dari
penelitian ini kemudian diolah melalui analisis
univariat dan analisis bivariat. Hasil dari
analiisis yang dilakukan kemudian digunakan
untuk
selanjutnya
dilakukan
penarikan
kesimpulan penelitian. Analisis univariat
menghasilkan data yang berupa distribusi
frekuensi dan persentase dari masing-masing
variabel penelitian. Analisis univariat bertujuan
untuk menggambarkan karakteristik sampel
dengan cara membuat table distribusi untuk
masing-masing variabel bebas dan terikat.
Analisis univariat dilakukan terhadap setiap
Tabel 1. Hubungan Umur dengan Kepatuhan Diit Pasien Hipertensi
Kepatuhan
Diit
Umur
Total
Total
%
Tidak
Patuh
%
Patuh
%
≥46 tahun
7
53,8
6
46,2
13
100
≤45 tahun
3
10
27,3
41,7
8
14
72,7
58,3
11
24
100
100
Berdasarkan Tabel 1 diatas, dapat
diketahui bahwa dari 10 responden yang tidak
patuh terhadap diit hipertensi adalah berusia
≥46 tahun (53,8%) dan berusia ≤45 tahun
sebanyak (27,3%) sedangkan dari 14
responden yang patuh terhadap diit hipertensi
berusia ≥46 tahun (46,2 %) dan responden
yang berusia ≤45 tahun (72,7%).
Berdasarkan hasil analisis data
bivariat yang telah dilakukan menggunakan uji
Fisher’s, diperoleh nilai p value = 0,240 (p
value > 0,05), sehingga Ha ditolak yang artinya
Nilai
P
0,240
tidak ada hubungan antara umur dengan
kepatuhan diit pasien hipertensi (Studi Pada
Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Islam Sultan
Agung Semarang).
Semakin tua usia kejadian tekanan darah
semakin tinggi. Hal ini dikarenakan pada usia
tua perubahan struktural dan fungsional pada
system pembuluh perifer bertanggung jawab
pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan
ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos
4
Arista Novian / Unnes Journal of Public Health 3 (3) (2014)
pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya
regang pembuluh darah (Smeltzer & Bare,
2001, hlm.899).
Pengujian
hipotesis
mengenai
hubungan antara jenis kelamin dengan
kepatuhan diit pasien hipertensi tersaji dalam
Tabel 2.
Tabel 2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kepatuhan Diit Hipertensi
Kepatuhan
Diit
Jenis
Kelamin
Total
Total
%
Tidak
Patuh
%
Patuh
%
Laki-laki
3
30,0
7
70,0
10
100
Perempuan
7
10
50,0
41,7
7
14
50,0
58,3
14
24
100
100
Berdasarkan Tabel 2 diatas, dapat
diketahui bahwa sebagian besar responden
yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak
yaitu 14 orang (58,3%) dibandingkan
responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu
10 orang (41,7%).
Berdasarkan hasil analisis data bivariat
yang telah dilakukan menggunakan uji
alternative, yaitu uji Fisher’s, diperoleh nilai p
value = 0,421 (p value > 0,05), sehingga Ha
ditolak, yang artinya tidak ada hubungan antara
jenis kelamin dengan kepatuhan diit pasien
hipertensi (Studi Pada Pasien Rawat Jalan di
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang).
Wanita penderita hipertensi diakui lebih
banyak dari pada laki-laki. Tetapi wanita lebih
Nilai
P
0,421
tahan dari pada laki-laki tanpa kerusakan
jantung dan pembuluh darah. Pria lebih banyak
mengalami kemungkinan menderita hipertensi
dari pada wanita. Pada pria hipertensi lebih
banyak disebabkan oleh pekerjaan, seperti
perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan.
Sampai usia 55 tahun pria beresiko lebih tinggi
terkena hipertensi dibandingkan wanita (Lanny
Sustrani, 2004:25).
Pengujian
hipotesis
mengenai
hubungan antara tingkat pendidikan dengan
kepatuhan diit pasien hipertensi tersaji dalam
Tabel 3.
Tabel 3. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kepatuhan Diit Pasien Hipertensi
Kepatuhan
Diit
Tingkat
Pendidikan
Total
Tidak tamat SLTP
(rendah ≤ 9 tahun)
Tamat SLTP
(tinggi ≥ 9 tahun)
Total
%
Tidak
Patuh
%
Patuh
%
8
66,7
4
33,3
12
100
2
16,7
10
83,3
12
100
10
41,7
14
58,3
24
100
Berdasarkan Tabel 3 diatas, dapat
diketahui bahwa dari 10 responden yang tidak
Nilai
P
0,036
patuh terhadap kepatuhan diit hipertensi
berpendidikan rendah tidak tamat SLTP
5
Arista Novian / Unnes Journal of Public Health 3 (3) (2014)
(66,7%) dan berpendidikan tamat SLTP
(16,7%), sedangkan dari 14 responden yang
patuh terhadap kepatuhan diit hipertensi
berpendidikan rendah tidak tamat SLTP
(33,3%) dan berpendidikan tamat SLTP
sebanyak (83,3).
Berdasarkan hasil analisis data bivariat
yang telah dilakukan menggunakan uji
alternative, yaitu uji Fisher’s, diperoleh nilai p
value = 0,036 (p value < 0,05), sehingga Ha
diterima. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa
ada hubungan antara tingkat pendidikan
dengan kepatuhan diit pasien hipertensi (Studi
Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Islam
Sultan Agung Semarang).
Hasil penelitian tersebut diperkuat
penelitian yang dilakukan oleh Murdiyanto
pada fokus penelitian yang berbeda yaitu
tentang hubungan tingkat pendidikan dan
pengetahuan dengan kecepatan pencarian
bantuan ke pelayanan kesehatan masyarakat di
Puskesmas Taman III, Kecamatan Taman,
Kabupaten 8 Pemalang (2002). Dari penelitian
tersebut didapatkan hasil bahwa terdapat
hubungan yang positif antara tingkat
pendidikan dengan tingkat kecepatan pencarian
bantuan artinya jika tingkat pendidikan
dinaikkan maka akan terjadi kenaikan pula
pada tingkat kecepatannya. Motivasi responden
yang tinggi dalam menjalani pengobatan ini
ternyata sesuai dengan analisa awal peneliti.
Pengujian
hipotesis
mengenai
hubungan antara pekerjaan dengan kepatuhan
diit pasien hipertensi tersaji dalam Tabel 4.
Tabel 4. Hubungan Pekerjaan dengan Kepatuhan Diit Pasien Hipertensi
Kepatuhan
Diit
Pekerjaan
Total
Total
%
Tidak
Patuh
%
Patuh
%
Tidak Bekerja
5
55,6
4
44,4
9
100
Bekerja
5
10
33,3
41,7
10
14
66,7
58,3
15
24
100
100
Berdasarkan Tabel 4 diatas, dapat
diketahui bahwa dari 10 responden yang tidak
patuh terhadap kepatuhan diit hipertensi
adalah pekerja (33,3%) dan yang tidak bekerja
(55,6%), sedangkan dari 14 responden yang
patuh terhadap diit hipertensi terdiri dari
pekerja (66,6%) dan tidak bekerja (44,4%).
Berdasarkan hasil analisis data bivariat
yang telah dilakukan menggunakan uji
alternative, yaitu uji Fisher’s, karena terdapat
sel yang nilai expected kurang dari lima
(>20%) dari jumlah keseluruhan sel, diperoleh
nilai p value = 0,403 (p value > 0,05), sehingga
Ha ditolak yang artinya tidak ada hubungan
antara pekerjaan dengan kepatuhan diit pasien
Nilai
P
0,403
hipertensi (Studi Pada Pasien Rawat Jalan di
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang).
Menurut
Notoatmodjo
(2005)
menyatakan ada beberapa aspek sosial yang
mempengaruhi status kesehatan seseorang,
antara lain adalah: umur, jenis kelamin,
pekerjaan dan sosial ekonomi. Artinya keempat
aspek sosial tersebut dapat mempengaruhi
status kesehatan responden salah satunya
adalah kepatuhan diit hipertensi.
Pengujian
hipotesis
mengenai
hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
kepatuhan diit pasien hipertensi tersaji dalam
Tabel 5.
6
Arista Novian / Unnes Journal of Public Health 3 (3) (2014)
Tabel 5. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Diit Pasien Hipertensi
Kepatuhan
Diit
Tingkat
Pengetahuan
Total
%
Tidak
Patuh
%
Patuh
%
Kurang-Cukup
9
50,0
9
50,0
18
100
Baik
1
10
16,7
41,7
5
14
83,3
58,3
6
24
100
100
Total
Berdasarkan Tabel 5 diatas, dapat
diketahui bahwa dari 10 responden yang tidak
patuh terhadap kepatuhan diit hipertensi
dengan pengetahuan kurang-cukup adalah
(50,0%) dan berpengetahuan baik (16,7%),
sedangkan dari 14 responden yang patuh
terhadap
kepatuhan
diit
hipertensi
berpengetahuan kurang-cukup (50,0%) dan
berpengetahuan baik adalah (83,3%).
Berdasarkan hasil analisis data bivariat
yang telah dilakukan menggunakan uji
alternative, yaitu uji Fisher’s, karena terdapat
sel yang nilai expected kurang dari lima
(>20%) dari jumlah keseluruhan sel, diperoleh
nilai p value = 0,022 (p value < 0,05), sehingga
Ha diterima, yang artinya bahwa ada hubungan
antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan
diit pasien hipertensi (Studi Pada Pasien Rawat
Jalan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang).
Penelitian Kharisna (2010), yang
menghubungkan
jus
mentimun
dengan
hipertensi, menunjukkan bahwa penderita yang
rajin mengonsumsi jus mentimun secara teratur
Nilai
P
0,022
dapat menurunkan tekanan darah. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Mardiyati
(2009) juga menunjukan bahwa kepatuhan
penderita hipertensi dalam menjalankan diet
hipertensi seperti diet rendah garam dapat
mencegah timbulnya penyakit hipertensi. Dari
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa,
perilaku berkaitan dengan kebiasaan yang
dapat menghasilkan suatu yang bersifat positif
maupun negatif. Sehingga perilaku penderita
hipertensi yang secara rutin mengonsumsi jus
mentimun dapat menurunkan tekanan darah
dalam tubuh penderita hipertensi, dan perilaku
penderita yang menghindari konsumsi garam
setiap harinya dapat mencegah timbulnya
penyakit hipertensi. Begitu juga dalam
penelitian
ini,
menunjukkan
bahwa
pengetahuan
dan
sikap
mempengaruhi
penderita
hipertensi
untuk
berperilaku/bertindak patuh tidaknya terhadap
diet hipertensi.
Pengujian hipotesis mengenai hubungan
antara peran keluarga dengan kepatuhan diit
pasien hipertensi tersaji dalam Tabel 6.
Tabel 6. Hubungan Peran Keluarga dengan Kepatuhan Diit Pasien Hipertensi
Kepatuhan
Diit
Peran Keluarga
Total
Total
%
Tidak
Patuh
%
Patuh
%
Kurang-Cukup
9
50,0
8
47,1
17
100
Baik
1
10
14,3
41,7
6
14
85,7
58,3
7
24
100
100
7
Nilai
P
0,008
Arista Novian / Unnes Journal of Public Health 3 (3) (2014)
Berdasarkan Tabel 6 diatas, dapat
diketahui bahwa dari 10 responden yang tidak
patuh terhadap kepatuhan diit hipertensi
adalah yang mendapatkan dukungan keluarga
secara kurang-cukup (52,9%) dan secara baik
(14,3%), sedangkan dari 14 responden yang
patuh terhadap kepatuhan diit hipertensi yaitu
yang mendapatkan dukungan keluarga secara
kurang-cukup (47,1%) dan secara baik
sebanyak (85,7%).
Berdasarkan hasil analisis data bivariat
yang telah dilakukan menggunakan uji
alternative, yaitu uji Fisher’s, karena terdapat
sel yang nilai expected kurang dari lima
(>20%) dari jumlah keseluruhan sel, diperoleh
nilai p value = 0,008 (p value < 0,05), sehingga
Ha diterima yang artinya bahwa ada hubungan
antara peran keluarga dengan kepatuhan diit
pasien hipertensi (Studi Pada Pasien Rawat
Jalan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang).
Keluarga berfungsi sebagai sistem
pendukung bagi anggotanya. Anggota keluarga
juga memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung
selalu
siap
memberikan
pertolongan dan bantuan jka diperlukan.
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan
penerimaan keluarga terhadap penderita yang
sakit. Dukungan keluarga merupakan suatu
bentuk perhatian, dorongan yang didapatkan
individu dari orang lain melalui hubungan
interpersonal
yang
meliputi
perhatian,
emosional dan penilaian. Keluarga dipandang
sebagai suatu sistem, jika terjadi gangguan pada
salah
satu
anggota
keluarga
dapat
mempengaruhi seluruh sistem. Sebaliknya
disfungsi keluarga dapat pula menjadi salah
satu penyebab terjadinya gangguan pada
anggota keluarga (Purwanto, 2005).
Pengujian hipotesis mengenai hubungan
antara peran petugas kesehatan dengan
kepatuhan diit pasien hipertensi tersaji dalam
Tabel 7.
Tabel 7. Hubungan Peran Petugas Kesehatan dengan Kepatuhan Diit Pasien Hipertensi
Kepatuhan
Diit
Peran Petugas
Kesehatan
Total
Total
%
Tidak
Patuh
%
Patuh
%
Kurang-Cukup
10
55,6
8
44,4
18
100
Baik
0
10
0
41,7
6
14
100
58,3
6
24
100
100
Berdasarkan Tabel 7 diatas, dapat
diketahui bahwa dari 10 responden yang tidak
patuh terhadap kepatuhan diit hipertensi yaitu
yang
mendapatkan
dukungan
petugas
kesehatan secara kurang-cukup (55,6%) dan
secara baik (0%), sedangkan yang patuh
terhadap kepatuhan diit hipertensi yaitu yang
mendapatkan dukungan petugas kesehatan
secara kurang-cukup (44,4%) dan secara baik
sebanyak (100%).
Berdasarkan hasil analisis data bivariat
yang telah dilakukan menggunakan uji
alternative, yaitu uji Fisher’s, karena terdapat
sel yang nilai expected kurang dari lima
Nilai
P
0,011
(>20%) dari jumlah keseluruhan sel, diperoleh
nilai p value = 0,011 (p value < 0,05), sehingga
Ha diterima yang artinya bahwa ada hubungan
antara peran petugas kesehatan dengan
kepatuhan diit pasien dengan hipertensi (Studi
Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Islam
Sultan Agung Semarang).
Dukungan petugas kesehatan sangatlah
besar bagi penderita, dimana petugas adalah
pengelola penderita sebab petugas adalah yang
paling
sering
berinteraksi,
sehingga
pemahaman terhadap kondisi fisik maupun
psikis menjadi lebih baik dengan sering baik.
Sehingga dapat mempengaruhi rasa percaya
8
Arista Novian / Unnes Journal of Public Health 3 (3) (2014)
Dinkes Propinsi Jawa Tengah, 2011, Profil Propinsi
Jawa Tengah Tahun 2011, Semarang : Dinkes
Jateng.
Julianti, D, dkk., 2005, Bebas Hipertensi Dengan
Terapi Jus, Puspa Swara, Jakarta.
Kharisna, D., 2010, Efektifitas Konsumsi Jus
dan menerima kehadiran petugas kesehatan
dapat ditumbuhkan dalam diri penderita
dengan baik.
SIMPULAN
Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Pasien Hipertensi. Universitas
Simpulan yang diperoleh dari hasil
penelitian ini adalah: 1) Tidak ada hubungan
antara umur dengan kepatuhan diit pasien
hipertensi (Studi Pada Pasien Rawat Jalan di
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang) (p
value 0,240), 2) Tidak ada hubungan antara
jenis kelamin dengan kepatuhan diit pasien
hipertensi (Studi Pada Pasien Rawat Jalan di
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang) (p
value 0,421), 3) Ada hubungan antara tingkat
pendidikan dengan kepatuhan diit pasien
hipertensi (Studi Pada Pasien Rawat Jalan di
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang) (p
value 0,036), 4) Tidak ada hubungan antara
pekerjaan dengan kepatuhan diit pasien
hipertensi (Studi Pada Pasien Rawat Jalan di
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang) (p
value 0,403), 5) Ada hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan kepatuhan diit pasien
hipertensi (Studi Pada Pasien Rawat Jalan di
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang) (p
value 0,022), 6) Ada hubungan antara peran
keluarga dengan kepatuhan diit pasien
hipertensi (Studi Pada Pasien Rawat Jalan di
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang) (p
value 0,008), 7) Ada hubungan antara peran
petugas kesehatan dengan kepatuhan diit
pasien hipertensi (Studi Pada Pasien Rawat
Jalan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang) (p value 0,011).
Riau
Lanny Sustarini. 2004. Hipertensi. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Mardiyati, Y., 2009, Hubungan Tingkat Pengetahuan
Penderita Hipertensi Dengan Sikap Menjalani
Diet Hipertensi di Puskesmas Ngawen I
Kabupaten Gunung Kidul Provinsi D.I.Y.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Murdiyanto, 2002. Hubungan Tingkat Pendidikan
dan
Pengetahuan
dengan
Kecepatan
Pencarian Bantuan ke Pelayanan Kesehatan
Masyarakat di Puskesmas `Taman HI,
Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang.
Notoatmodjo, S., 2002. 'Metodologi Penelitian
Kesehatan. Edisi Revisi, Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S., 2005. 'Metodologi Penelitian
Kesehatan. Edisi Revisi, Jakarta : Rineka Cipta.
Purnomo, H., 2009, Pencegahan dan Pengobatan
Penyakit Yang Paling Mematikan, Buana
Pustaka, Yogyakarta.
Purwanto, H., 2005. Pengantar Perilaku Manusia
untuk Perawat. Jakarta : EGC.
RSI. Sultan Agung Semarang. 2012 . Pedoman
Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Semarang.
Smeltzer S dan Bare B., 2001. Buku ajar keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth edisi 8.
Volume 2. Jakarta: penerbit Buku Kedokteran
Indonesia EGC.
Wiratna Sujarweni, 2002, Belajar Mudah SPSS untuk
Penelitian, Yogyakarta: Ardana Medika.
DAFTAR PUSTAKA
Mary,
2008,
Klien
Gangguan
Kardiovaskuler: Seri Asuhan Keperawatan,
Baradiro,
Jakarta ; EGC.
Budiarto, Eko, 2002. Biostatitiska Untuk Kedokteran
dan Kesehatan Masyarakat,Jakarta : EGC.
Caplan NM., 1997. clinical hypertension, 8 Ed.
Lippincott: williamas dan Wilkins.
9
Download