KOMUNIKASI ORGANISASI INTERNAL PADA

advertisement
KOMUNIKASI ORGANISASI INTERNAL PADA KARYAWAN KANTOR
PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA
*Yunisa Mutiara ** Muh. Zein Abdullah *** Saidin
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Halu Oleo, Kampus Bumi Thridharma Anduonohu, Kendari.
e-mail : [email protected]
ABSTRAK
Latar belakang dalam penelitian ini adalah Bank seringkali cenderung
lebih memerhatikan tentang ekonomi sehingga komunikasi yang terjalin di antara
karyawan terabaikan. Karyawan hanya bekerja untuk mencapai target dan tujuan
Bank tanpa adanya komunikasi yang baik terjadi. Rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana bentuk komunikasi organisasi internal pada
karyawan kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sultra. Adapun tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan menganalisis bentuk-bentuk komunikasi
organisasi internal pada karyawan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov.
Sultra.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif serta metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diperoleh
hasil yaitu penilaian jawaban informan mengenai pengelolaan komunikasi internal
yang mana terdiri dari komunikasi vertikal dan horizontal yang dilakukan oleh
karyawan di Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Provinsi Sulawesi
Tenggara berada pada kategori baik. Hal serupa juga berlaku pada semua bidang
atau bagian yang ada pada KPw Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara.
Kata kunci : Komunikasi Internal, Karyawan Kantor Perwakilan BI Sultra.
1
PENDAHULUAN
Bank Indonesia merupakan Bank Sentral Negara Indonesia dimana Bank
Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi kestabilan
perekonomian Indonesia. Bank Indonesia mempunyai peran dan tugasnya sendiri
dalam mencapai tujuan dan bertanggung jawab dalam menghadapi ketidakstabilan
ekonomi yang terjadi. Bank Indonesia yang merupakan pusat dari perbankan di
Indonesia memerlukan komunikasi yang berjalan dengan baik demi mencapai
tujuan utamanya. Dimana setiap tindakan dari Bank Indonesia menjadi sorotan
bagi seluruh bank dan masyarakat di Indonesia. Untuk itu Bank Indonesia
memerlukan pengelolaan konsep komunikasi organisasi internal yang lebih baik
terlebih dahulu.
Namun, seringkali pengelolaan konsep komunikasi organisasi internal
terabaikan dikarenakan adanya pemikiran dan bentuk pengumpulan informasi di
dalam organisasi yang dianggap tidak penting. Hal ini bisa jadi menyebabkan
terjadinya suatu masalah. Salah satu masalah yang bisa muncul jika mengabaikan
pengelolaan komunikasi adalah misalnya kasus Bank Century. Bank Century
bukanlah Bank Indonesia namun kasus yang dialami oleh Bank Century
terjadinya karena adanya campur tangan dari pihak Bank Indonesia.
Krisis yang dialami Bank Century bukan disebabkan karena adanya krisis
global,
tetapi
karena
disebakan
permasalahan
internal
bank
tersebut.
Permasalahan internal tersebut adalah adanya penipuan yang dilakukan oleh pihak
manajemen bank terhadap nasabah menyangkut:
1. Penyelewengan dana nasabah hingga Rp 2,8 Trilliun (nasabah Bank
Century sebesar Rp 1,4 Triliun dan nasabah Antaboga Deltas Sekuritas
Indonesia sebesar Rp 1,4 Triliiun)
2. Penjualan reksa dana fiktif produk Antaboga Deltas Sekuritas Indonesia.
Dimana produk tersebut tidak memiliki izin BI dan Bappepam LK.
Realitas tersebut, kasus yang menimpa Bank Century kita bisa lihat
bagaimana Bank Indonesia bisa terkait. Karena kasus yang menimpa Bank
2
century tersebut banyak nasabah yang melakukan aksi protes. Protes ini bukan
hanya ditujukan kepada Bank Century tetapi juga ditujukan kepada Bank
Indonesia. Para nasabah mengusut kinerja Bank Indonesia yang dinilai tidak
bekerja dengan baik, karena Bank Indonesia tidak tegas dan menutup mata dalam
mengusut investasi fiktif Bank Century yang telah dilakukan sejak tahun 2000
silam. Kasus tersebut pun dapat berimbas kepada bank-bank lain, dimana
masyarakat tidak akan percaya lagi terhadap sistem perbankan nasional. Sehingga
kasus Bank Century ini dapat merugikan dunia perbankan Indonesia.
Kasus lain yang terjadi dilingkup Bank Indonesia ialah yang baru-baru ini
menjadi kontroversi, yaitu munculnya uang baru yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia. Terbitnya uang baru ini banyak dikritik oleh masyarakat Indonesia,
salah satu kritikannya ialah mengapa desain uang baru tersebut sama dengan mata
uang Yuan China? Gubernur Bank Indonesia, menjawab bahwa beliau
mengimbau kepada semua masyarakat agar tidak mudah terpancing dengan isuisu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan, semua wawasannya ditambah lagi.
Bukan cuma seperti yuan uang NKRI ini, tapi juga mirip uang ringgit, dollar
singapura, dollar brunei, dan bath. Bahannya anti minyak dan tidak gampang
kucel seperti uang sebelumnya, jadi tidak ada istilah konspirasi.
Kritikan lain yang muncul ialah bahwa uang baru yang diluncurkan ini
terlihat seperti uang mainan dan gambar pahlawan yang tertera pada uang tersebut
bukan merupakan pahlawan yang terkenal. Hal ini disikapi oleh Gubernur Bank
Indonesia bahwa uang baru ini dijamin sangat aman. Sistem pengamanannya
sudah ada, dan banyak sekali sensornya. Kalau mudah rusak, semua uang kertas
jika tak dirawat dengan baik, apalagi terkena air pasti rusak. Makanya harus
dirawat baik-baik, jangan ditekuk-tekuk. Uang itu jangan dilipat, diremas, dicoret.
Jangan dibasahin karena masyarakat kita di beberapa daerah itu uang baru begitu
diterima dimasukin di air supaya jangan terbang tapi uangnya cepat rusak. Soal
pahlawan sebenarnya banyak yang belum tahu kan di muka uang NKRI ini ada
gambar pahlawan-pahlawan baru yang tujuannya sebagai nilai penghargaan dan
aspirasi buat para pahlawan baru yang belum ada di mata uang. Tapi seperti Tjut
3
Meutia sepertinya bukan pahlawan yang tak terkenal, justru anak SD juga hafal.
Nah dengan adanya uang baru ini, juga ada nilai pelajaran baru juga kan, yang
tadinya tidak kenal Sultan Mahmud Badaruddin, jadi kenal kan?”tukasnya
Contoh kasus tersebut merupakan sebagian kecil kritik masyarakat
Indonesia mengenai terbitnya uang baru di Indonesia, kita dapat menyimpulkan
bahwa masyarakat di negara kita masih banyak yang tidak tahu mengenai
kebijakan-kebijakan apa saja yang dilakukan oleh Bank Indonesia agar uang
kertas menjadi lebih baik lagi dan kedepannya tidak ada lagi oknum yang
memalsukan uang. Bank Indonesia sendiri sudah menyiapkan tim untuk
peluncuran alat pembayaran yang sah yaitu uang baru agar terciptanya uang baru
yang sah dan lebih unggul dari uang yang sebelumnya. Tim inilah yang
mendesain dan membuat uang baru sedemikian rupa agar uang ini juga dapat
dipakai oleh penyandang tuna netra dan agar masyarakat kita lebih mengetahui
pahlawan yang lain.
Namun, seperti yang terlihat di contoh kasus diatas bahwa masyarakat kita
masih banyak yang belum paham dengan benar apa kebijakan yang dilakukan
oleh Bank Indonesia tetapi sudah mengkritik habis-habisan.
Masalah yang terjadi di Bank Century dan masalah peluncuran uang baru
tersebut bisa saja terjadi di bank-bank lain dan tidak menutup kemungkinan bisa
terjadi di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sultra. Contoh kasus bank
Century diatas terjadi bukan karena masalah global ataupun karena pihak dari
luar, tetapi terjadi karena permasalahan internal yang pelaku-pelakunya sudah
pasti merupakan karyawan di bank tersebut. Sedangkan masalah banyaknya kritik
oleh masyarakat terhadap peluncuran uang baru karena kurangnya sosialisasi dan
penjelasan secara publik mengapa Bank Indonesia meluncurkan alat pembayaran
yang baru dan bagaimana sistemnya sehingga bisa muncul uang baru tersebut.
Realitanya terlihat bahwa pengelolaan komunikasi internal karyawan
sedikit terabaikan karena lebih mementingkan kestabilan perekonomian negara
sehingga hubungan internal organisasi yang kurang baik merembes ke hubungan
4
eksternal organisasi yang notabenenya merupakan masyarakat. Pengelolaan
komunikasi organisasi internal di dalam suatu Bank, khususnya Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sultra (KPw) mesti diketahui oleh masyarakat
luas. Meskipun Bank merupakan lembaga yang tertutup setidaknya sistem
pengelolaan komunikasi mereka diketahui oleh masyarakat agar masyarakat tidak
mempertanyakan lagi bagaimana kinerja mereka ketika ada masalah yang terjadi.
Departemen yang terdapat pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan Departemen Regional yang terdiri dari
tim-tim. Tim-tim ini yaitu Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi dan Tim
Layanan Administrasi, Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah.
Komunikasi Organisasi Internal antar tim inilah yang mesti diketahui oleh
masyarakat, tugas-tugas apa saja yang mereka kerjakan, bagaimana komunikasi
internal membantu mereka menyelesaikan masalah yang ada sehingga masyarakat
tidak lagi meragukan sistem kerja KPw Bank Indonesia dan dapat percaya dengan
sistem kerja perbankan nasional.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penelitian ini akan
menganalisis bentuk pengelolaan komunikasi organisasi internal pada karyawan
Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Prov. Sultra. Bank seringkali
cenderung lebih memerhatikan tentang ekonomi sehingga komunikasi yang
terjalin di antara karyawan terabaikan. Karyawan hanya bekerja untuk mencapai
target dan tujuan Bank tanpa adanya komunikasi yang baik terjadi. Karena
karyawan hanya mementingkan perekonomian negara yang harus selalu stabil dan
bagaimana tujuan KPw Bank Indonesia Prov. Sultra tercapai sehingga komunikasi
cenderung terabaikan, hal ini juga terjadi karena adanya pemikiran dan bentuk
pengumpulan informasi dari karyawan yang dianggap tidak penting di dalam
organisasi. Jika hal tersebut terus menerus terjadi, hal yang terjadi selanjutnya
adalah timbulnya kesalahpahaman antar karyawan karena saling menganggap
bahwa informasi yang disampaikan tidaklah penting. Padahal tujuan dari
pengelolaan komunikasi organisasi internal adalah meningkatkan kinerja sumber
daya manusia di dalam organisasi
5
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian
ini adalah bagaimana bentuk komunikasi organisasi internal pada karyawan
kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sultra?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis bentukbentuk komunikasi organisasi internal pada karyawan Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Prov. Sultra.
Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat membantu perusahaan atau organisasi tertentu sebagai
bahan
perbandingan,
pertimbangan
dalam
menentukan
langkah-langkah
selanjutnya, sehingga dapat lebih meningkatkan kualitas pelayanan dan
meningkatkan citranya di masa mendatang.
2. Manfaat Praktis
Merupakan tambahan pengetahuan dari dunia praktisi dan sebagai
pembelajaran mengenai bagaimana bentuk komunikasi organisasi internal dalam
meningkatkan produktivitas kerja karyawan suatu perusahaan.
3. Manfaat Metodologis
Sebagai bahan informasi tambahan bagi peneliti selanjutnya dalam rangka
memperkaya literatur hasil penelitian khususnya yang berkaitan dengan bentuk
komunikasi organisasi internal suatu perusahaan atau organisasi.
Landasan Teori
Berangkat dari permasalahan dan tujuan penelitian, maka teori yang
digunakan untuk menjawab permasalahan tersebut, adalah Teori Redding dan
Sanborn (dalam Muhammad Arni, 2009). Teori ini akan menelaah tentang bentuk6
bentuk komunikasi organisasi karyawan KPw Bank Indonesia Prov. Sultra agar
masyarakat dapat mengetahui apakah pengelolaan komunikasi didalam organisasi
terjadi dengan baik sehingga tidak akan ada masalah yang timbul ataukah
komunikasi cenderung diabaikan sehingga menyebabkan kesalahpahaman antar
karyawan yang akhirnya menimbulkan masalah.
Menurut Redding dan Sanborn, Komunikasi Organisasi adalah pengiriman
dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam
bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan
pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan dan bawahan,
komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan ke atasan, komunikasi
horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama level atau tingkatnya
dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan,
menulis dan komunikasi evaluasi program.
1.
Komunikasi Internal
Komunikasi internal merupakan penyampaian informasi dari seseorang
kepada orang lain. Komunikasi akan berhasil dengan baik apabila timbul saling
pengertian. Komunikasi yang baik dimaksudkan ialah jalinan pengertian antara
pihak yang satu ke pihak yang lain, sehingga apa yang dikomunikasikan dapat
dimengerti, dipikirkan dan dilaksanakan. Tanpa adanya komunikasi yang baik
pekerjaan akan menjadi simpang siur dan kacau balau sehingga tujuan organisasi
kemungkinan besar tidak akan tercapai. Jadi dengan komunikasi maka seseorang
akan menerima berita dan informasi sesuai dengan apa yang ada dalam pikiran
atau perasaan sehingga orang lain dapat mengerti. Komunikasi internal terdiri dari
Komunikasi Vertikal dan Horizontal yang diuraikan sebagai berikut.
a)
Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertikal yakni komunikasi dari atas ke bawah (downward
communication) dan dari bawah ke atas (upward communication), adalah
7
komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan
secara timbal balik (two-way traffic communication).
1. Komunikasi Downward (Komunikasi Ke Bawah)
Komunikasi ini diprakarsai oleh manajemen organisasi tingkat atas dan
kemudian ke bawah melewati rantai perintah. Komunikasi yang mengalir dari satu
tingkat dalam suatu kelompok atau organisasi ke suatu tingkat yang lebih.
Kegunaan dari pada komunikasi ini memberikan penetapan tujuan, memberikan
instruksi pekerjaan, menginformasikan kebijakan dan prosedur pada bawahan,
menunjukkan masalah yang memerlukan perhatian dan mengemukakan umpan
balik terhadap kinerja.
Flippo (dalam Mangkunegara 2008:152) mengemukakan komunikasi
yang digunakan atasan kepada bawahan adalah “perintah berantai, buletin dinding
dan poster, majalah perusahaan, surat kepada pegawai, buku pedoman pegawai,
rak informasi, sistem pegeras suara, laporan tahunan, pertemuan kelompok atau
bagian”.
2. Komunikasi Upward (Komunikasi Ke Atas)
Komunikasi ke atas proses penyampaian gagasan, perasaan dan pandangan
pegawai tingkat bawah kepada atasannya dalam organisasi. Ironisnya, meskipun
dianggap penting, komunikasi ke atas tidak selalu dianjurkan oleh manajemen.
Salah satu alasannya adalah karena suara yang didengar atasan dari bawahannya
tidak selalu menyenangkan atau menyanjung atasan.
Komunikasi ke atas lebih jarang terjadi jika ada hambatan psikologis
antara atasan dan bawahan. Menurut Gemmil (dalam Tubbs 1996:183)
menyatakan tiga hambatan psikologis utama yang mempengaruhi komunikasi ke
atas yaitu :
8
a. Jika bawahan percaya bahwa pengungkapan perasaan, opini, atau
kesukaran mengakibatkan atasan menutup atau menghindarkan pencapaian
tujuan pribadinya, bawahan akan menyembunyikan atau membelokannya.
b. Semakin sering atasan memberi ganjaran atas pengungkapan perasaan,
opini, dan kesulitan oleh bawahan, semakin besar keinginan bawahan
mengungkapkannya.
c. Semakin sering atasan mau mengungkapkan perasaan, opini, dan
kesukaran kepada bawahannya dan atasannya, semakin besar pula
kemungkinan keterbukaan dari pihak bawahan.
Hambatan psikologis di atas dapat diatasi dengan cara mengetahui
keterampilan dalam menyampaikan pesan secara efektif. Sebagaimana menurut
Johnson (dalam Supratiknya 2006:35) yaitu:
1. Kita harus mengusahakan agar pesan-pesan yang kita kirimkan mudah
dipahami
2. Sebagai pengirim pesan, kita harus memiliki kredibilitas dimata penerima
3. Kita harus berusaha mendapatkan umpan balik secara optimal tentang
pengaruh pesan kita dalam diri penerima.
b)
Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal yaitu komunikasi antara sesama seperti dari
karyawan kepada karyawan, manajer kepada manajer. Berbeda dengan
komunikasi vertikal yang sifatnya lebih formal, komunikasi horizontal seringkali
berlangsung tidak formal. Mereka berkomunikasi satu sama lain bukan pada
waktu sedang bekerja, melainkan pada saat istirahat, sedang rekreasi, atau pada
waktu pulang kerja. Dalam situasi komunikasi seperti ini, desas-desus cepat sekali
menyebar dan menjalar, dan yang didesas-desuskan sering kali mengenai hal-hal
yang menyangkut pekerjaan atau tindakan pimpinan yang merugikan mereka.
Goldhaber (dalam Tubbs 1996:186) mengemukakan empat fungsi komunikasi
horizontal dalam satu organisasi, yaitu:
9
1.
Koordinasi petugas; para kepala departemen bertemu setiap bulan untuk
mendiskusikan kostribusi tiap-tiap departemen terhadap tujuan sistem.
2.
Penyelesaian
masalah;
anggota
sebuah
departemen
berkumpul
mendiskusikan bagaimana menangani minimalisasi anggaran, mereka
dapat menerapkan teknik brainstorming
3.
Berbagi informasi; anggota satu departemen bertemu dengan anggota
departemen lain untuk menginformasikan data baru.
4.
Penyelesaian
konflik;
anggota
sebuah
departemen
rapat
untuk
mendiskusikan konflik dalam atau antar departemen.
2. Hubungan Manusia
a)
Hubungan Manusia dalam Arti Luas
Hakikat hubungan manusia adalah interaksi antara seseorang dengan orang
lain dalam segala situasi di semua bidang kehidupan. Secara kodrat manusia
sebagai makhluk yang berfikir ( homo sapiens ) sehingga membedakan dengan
hewan,juga sebagai makhluk social ( homo sosius ) sehingga dalam hidupnya
selalu berhubungan dengan masyarakat dan lingkungannya. Menurut Ferdinand
Tonnies manusia yang hidup bermasyarakat ini mempunyai dua jenis pergaulan
yaitu Gemeinscafi dan Gesellscafi.
Gemeinscafi adalah seseprang yang bergaul sangat akrab,sehingga yang
dialami orang lain dirasakan pula sebagaimana terjadi pada dirinya. Adapun sifat
pergaulan ini adalah statis (tidak banyak mengalami perubahan dan dinamika),
bersifat pribadi,tidak rasional (tidak ada tata cara atau peraturan yang mengatur
pergaulan tersebut).
Gesellscafi adalah pergaulan yang mempertimbangkan untung dan ruginya
sehingga anggotanya bebas keluar masuk dari kelompok tersebut. Adapun
sifatnya adalah dinamis ( hubungan dengan orang banyak secara bergantian ),
tidak pribadi, rasional ( mempunyai, aturan – aturan ketatyang mengikat ).
Pergaulan hidup bersifat tak pribadi maka komunikasi seringkali tidak
10
berlangsung mulus disebabkan hubungan psikologis, sosiologis atau antropologis.
(Handayani, Kusmiyati & Tyastuti, 2010 : 25-26)
b)
Hubungan Manusia dalam Arti Sempit
Hubungan manusia adalah interaksi antara seseorang dengan orang lain
dalam situasi kerja dan dalam organisasi kekaryaan. Dipandang dari
kepemimpinannya, yang bertanggungjawab dalam suatu kelompok merupakan
interaksi orang- orang menuju situasi kerja yang memotivasi untuk bekerja sama
secara produktif, sehingga dicapai kepuasan ekonomis,psikologis, dan social (
keith Davis “ Human Relation at Work ” ). (Handayani, Kusmiyati & Tyastuti,
2010 : 26)
Secara umum hubungan antar manusia dapat di artikan sebagai
kemampuan mengenali sifat, tingkah laku, pribadi seseorang. Hakikat dari
Hubungan antar manusia adalah komunikasi antar pribadi. Hubungan antar
manusia
Sebenarnya
dilandaskan
pada
adanya
kepentingan-kepentingan
individual.
Penjelasan
mengenai
hubungan
manusia
tersebut,
kita
dapat
menyimpulkan bahwa hubungan manusia memegang peranan penting dalam
kehidupan organisasi khususnya pengelolaan komunikasi organisasi internal
dalam sebuah lembaga. Hubungan manusia disini yaitu apabila interaksi antar
karyawan dalam situasi kerja maupun dalam hal memotivasi karyawan untuk
bekerja sama secara produktif sehingga dapat mencapai tujuan organisasi
bersama.
11
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Tenggara. Lokasi ini dipilih karena seperti yang kita ketahui
bersama Bank Indonesia merupakan satu-satunya bank yang bekerja sama dengan
pemerintah untuk menstabilkan perekonomian negara. Prestasi-prestasi yang
diraih oleh BI sampai saat ini banyak, salah satunya ialah Peringkat Pertama Arsip
Nasional Republik Indonesia (ANRI) Award 2016 untuk kategori Unit Kearsipan
Terbaik Kategori Lembaga Negara Non Kementerian/Lembaga Negara. Prestasi
inilah yang membuat peneliti ingin meneliti Kantor Perwakilan Wilayah Bank
Indonesia Prov. Sultra selain karena objek ini terletak di Sulawesi Tenggara
tempat dimana peneliti berada, lokasi ini juga dianggap peneliti memenuhi kriteria
yang sesuai dengan apa yang akan di teliti.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah 40 orang sesuai dengan jumlah keseluruhan
karyawan Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia Provinsi Sulawesi
Tenggara saat ini.
Informan
Informan dalam penelitian ini merupakan informan kunci sebanyak 6
orang. 6 orang yang akan menjadi informan kunci saya terdiri dari Kepala Tim
Advisory dan Pengembangan Ekonomi dan Kepala Tim Layanan Administrasi,
Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah yang membawahi Satuan
Layanan Administrasi, Unit Pengelolaan Uang Rupiah (PUR), Unit Operasional
Sistem Pembayaran (SP), Unit Pengawasan SP, PUR, dan Keuangan Inklusif.
Informan ini diyakini oleh peneliti dapat memberikan informasi yang akurat yang
dibutuhkan oleh peneliti.
12
Teknik Penentuan Informan
Penentuan informan dilakukan dengan cara purposive sampling (secara
sengaja), yaitu informan ditentukan berdasarkan tujuan dan kebutuhan peneliti,
dengan mempertimbangkan bahwa informan mampu memberikan keterangan
terhadap permasalahan yang diteliti.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang empirik maka penulis akan mengadakan
penelitian langsung pada objek/lokasi penelitian dengan menggunakan beberapa
teknik yaitu:
a.
Observasi adalah observasi yang melibatkan peneliti atau observer secara
langsung dalam kegiatan pengamatan di lapangan. Jadi, peneliti bertindak
secara observer, artinya peneliti melakukan bagian dari kelompok yang
ditelitinya. Keuntungan cara ini adalah peneliti merupakan bagian yang
integral dari situasi yang dipelajarinya sehingga kehadirannya tidak
mempengaruhi situasi penelitian.
b.
Wawancara (interview) adalah proses memperoleh atau orang yang
diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara, di mana keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya
jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan
pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif
lama. Hal ini dilakukan dengan wawancara secara lisan menyangkut hal
hal yang berhubungan dengan permasalahan.
c.
Dokumentasi yaitu kegiatan pengumpulan data melalui berbagai sumber
data yang tertulis, baik yang berhubungan dengan masalah kondisi
objektif, juga silsilah dan pendukung data lainnya.
Sumber Data
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang di peroleh melalui wawancara dengan
beberapa informan yang suda ditentukan sebelumnya.
13
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang dipeoleh melalui buku-buku referensi,
laporan, jurnal dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan fokus yang
dibahas dalam penelitian ini.
Jenis Data
a.Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang diperoleh berdasarkan bahan informasi atau
temuan dari objek yang diteliti.
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang di peroleh dalam bentuk angka-angka atau
persentase.
Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisa dengan
menggunakan bentuk analisis kualitatif. Analisis ini akan mendeskripsikan hasil
penelitian berdasarkan temuan dilapangan dan selanjutnya diberi penafsiran dan
kesimpulan. Data secara kualitatif ini diuraikan dengan menggunakan kalimat
secara logis dan kemudian merelevansikannya dengan teori yang mendukung.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Sulawesi Tenggara yang terletak di Jl. Sultan Hasanuddin No. 150 Tipulu Kendari
Barat, Sulawesi Tenggara. Berdasarkan data yang telah terkumpul pada hasil
wawancara yang telah dipaparkan di hasil wawancara maka hasil pembahasan
mengenai pengelola komunikasi organisasi internal adalah yang diuraikan sebagai
berikut.
Sesuai dengan rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, maka
yang menjadi landasan teori untuk menelaah rumusan masalah diatas adalah
dengan menggunakan teori Komunikasi Organisasi menurut Redding dan Sanborn
14
(1995). Peneliti menggunakan teori komunikasi organisasi Redding dan Sanborn
karena ingin memaparkan bagaimana bentuk komunikasi organisasi karyawan
KPw Bank Indonesia Prov. Sultra dengan tujuan agar masyarakat dapat
mengetahui apakah pengelolaan komunikasi didalam organisasi terjadi dengan
baik sehingga tidak akan ada masalah yang timbul ataukah komunikasi cenderung
diabaikan sehingga menyebabkan kesalahpahaman antar karyawan yang akhirnya
menimbulkan masalah.
Menurut Redding dan Sanborn, Komunikasi Organisasi adalah pengiriman
dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam
bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan
pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan dan bawahan,
komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan ke atasan, komunikasi
horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama level atau tingkatnya
dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan,
menulis dan komunikasi evaluasi program.
1.
Komunikasi Internal
Komunikasi Internal yang terdapat pada organisasi yaitu komunikasi
vertikal yang termasuk di dalamnya komunikasi ke bawah (downward) dan
komunikasi ke atas (upward). Komunikasi ke bawah dan komunikasi ke atas ini
merupakan komunikasi yang terjadi dengan selaras dan akhirnya membentuk
rantai yang saling terikat dan terkait satu sama lain. Hal ini peneliti temui dengan
jelas pada bentuk komunikasi ke bawah (downward) dan komunikasi ke atas
(upward) yang terjadi di lingkungan KPw BI Sultra. Komunikasi ke bawah
terlihat dengan jelas manakala ketika peneliti mengunjungi KPw BI Sultra untuk
pertama kalinya melakukan penelitian, peneliti diarahkan oleh satpam untuk
bertemu dengan Ibu Rahayu yang mana selaku karyawan KPw BI Sultra di tim
Fungsi Koordinasi dan Komunikasi Kebijakan. Peneliti menyampaikan surat izin
penelitian kepada Ibu Rahayu namun peneliti tidak bisa langsung begitu saja
melakukan penelitian. Ibu Rahayu mengarahkan peneliti untuk berkunjung lagi
15
nanti karena surat izin penelitian peneliti akan diberikan dahulu atau didisposisi
langsung oleh Kepala Pimpinan KPw BI Sultra untuk ditindak lanjuti.
Hari berikutnya peneliti kemudian bertemu lagi dengan ibu Rahayu, Ibu
Rahayu mengatakan bahwa surat penelitian yang peneliti ajukan telah di disposisi
oleh Pimpinan dan peneliti boleh melakukan penelitian karena telah mendapat izin
dari kepala Pimpinan. Pada hal ini telihat dengan jelas bahwa komunikasi yang
terjadi adalah komunikasi ke atas bukannya ke bawah namun seperti yang telah
peneliti paparkan diatas bahwa komunikasi downward dan komunikasi upward
merupakan komunikasi yang membentuk rantai yang saling terkait satu sama lain.
Satpam mengarahkan peneliti untuk bertemu Ibu Rahayu dan Ibu Rahayu
menyampaikan surat peneliti kepada Kepala Pimpinan yang mana disini terjadi
komunikasi dari bawahan ke atasan bukannya atasan ke bawahan. Dikatakan
atasan ke bawahan ketika Kepala Pimpinan telah mendisposisi surat peneliti dan
menyampaikan ke Ibu Rahayu bahwa peneliti telah mendapat izin dari beliau
untuk melakukan penelitian.
Dengan terjadinya hal ini terlihat dengan jelas bahwa bentuk komunikasi
internal KPw BI Sultra terjalin dengan saling keterikatan pengertian yang baik
antar atasan maupun bawahan. Komunikasi ke bawah dan komunikasi ke atas
yang ada di lingkup Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi
Tenggara tersebut terjadi secara terus-menerus untuk mencapai tujuan bersama.
Hal ini selaras dengan yang dinyatakan oleh Onong U. Effendy (dalam Suprapto,
2011:105) yang menyatakan bahwa organisasi sebagai suatu sistem yang mapan
dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama melalui jenjang
kepangkatan dan pembagian tugas.
Temuin lain mengenai komunikasi ke atas dan komunikasi ke bawah yang
peneliti temukan di KPw BI Sultra juga terlihat dengan jelas manakala ketika
peneliti mengunjungi KPw BI Sultra untuk pertama kalinya melakukan penelitian,
peneliti disambut oleh satpam dimana peneliti ataupun pengunjung lainnya harus
wajib lapor kepada satpam yang bertugas memberitahu apa keperluan peneliti atau
16
pengunjung yang datang ke KPw BI Sultra. Peneliti memberitahu bahwa peneliti
merupakan mahasiswa yang melakukan penelitian dan perlu bertemu dengan Ibu
Rahayu dan kemudian satpam yang juga merupakan karyawan KPw BI Sultra
menyampaikan ke Ibu Rahayu kedatangan peneliti begitupun dengan pengunjung
lainnya akan diarahkan kemana.
Kejadian ini terlihat bahwa seorang bawahan yaitu satpam yang
merupakan petugas keamanan mengetahui dengan baik tugasnya dan alur
komunikasi yang terjadi sehingga dia dengan mudahnya memyampaikan sesuatu
kepada atasannya agar segera ditindak lanjuti. Ibu Rahayu yang merupakan selaku
atasan di kejadian ini merespon dengan baik apa yang disampaikan oleh bawahan
dan memberikan arahan. Di kejadian ini terlihat dengan sangat jelas bagaimana
selarasnya komunikasi upward dan komunikasi downward yang terjadi sehingga
penyampaian informasi berlangsung dengan feedback baik yang berpengaruh satu
sama lain.
Temuan lainnya yang peneliti temukan dalam hal Komunikasi Upward
atau komunikasi ke atas yang terjadi di Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu pada saat peneliti sedang melakukan
wawancara langsung dengan Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi
bapak Harisudin, salah satu karyawan menemui pak Harisudin dan bertanya serta
berkonsultasi mengenai pekerjaannya yang tidak dia mengerti. Bapak Harisudin
menanggapinya dan memberikan respon dengan baik dari pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan karyawan tersebut. Dari temuan ini terlihat bahwa karyawan tidak
segan menanyakan apa yang tidak dimengerti mengenai tugasnya kepada atasan.
Atasan pun tidak arogan dalam memberikan jawaban. Dan juga tidak terjadi yang
namanya suara bawahan itu tidak didengar oleh atasan ataupun suara yang
didengar atasan dari bawahan itu tidak menyenangkan. Justru sebaliknya
dilingkup KPw Provinsi Sulawesi Tenggara terjadi feedback komunikasi ke atas
dan ke bawah yang saling berpengaruh satu sama lain.
17
Komunikasi horizontal yaitu komunikasi antara sesama seperti dari
karyawan kepada karyawan, manajer kepada manajer. Berbeda dengan
komunikasi vertikal yang sifatnya lebih formal, komunikasi horizontal seringkali
berlangsung tidak formal. Mereka berkomunikasi satu sama lain bukan pada
waktu sedang bekerja, melainkan pada saat istirahat, sedang rekreasi, atau pada
waktu pulang kerja. Dalam situasi komunikasi seperti ini, desas-desus cepat sekali
menyebar dan menjalar, dan yang didesas-desuskan sering kali mengenai hal-hal
yang menyangkut pekerjaan atau tindakan pimpinan yang merugikan mereka.
Komunikasi horizontal yang terjadi di lingkup Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara juga berlangsung dengan baik dimana
temuan yang dapat peneliti simpulkan yaitu ketika sedang melakukan wawancara
langsung dengan Bapak Harisudin dan Bapak Dedy terjadi komunikasi atau
pembicaraan yang diselingi dengan bahan candaan dan pembicaraan pribadi
selayaknya teman dengan seorang teman.
Hasil temuan yang peneliti dapatkan ini menjelaskan dengan jelas pada
kita semua bahwa komunikasi vertikal dan horizontal yang terjadi di lingkup
kantor perwakilan Bank Indonesia terjadi dengan sangat baik dimana feedback
yang terjadi saling terkait dan berpengaruh satu sama lain yang akhirnya
membentuk rantai dan terjadi secara terus-menerus dan berulang. Hal ini selaras
dengan apa yang dipaparkan oleh Redding dan Sanborn (1995) bahwa komunikasi
organisasi merupakan penyampaian dan penerimaan informasi yang kompleks.
2. Hubungan Manusia
Penjelasan
mengenai
hubungan
manusia
tersebut,
kita
dapat
menyimpulkan bahwa hubungan manusia memegang peranan penting dalam
kehidupan organisasi khususnya pengelolaan komunikasi organisasi internal
dalam sebuah lembaga. Hubungan manusia disini yaitu apabila interaksi antar
karyawan dalam situasi kerja maupun dalam hal memotivasi karyawan untuk
18
bekerja sama secara produktif sehingga dapat mencapai tujuan organisasi
bersama.
Temuan yang peneliti dapatkan mengenai hubungan manusia antar
karyawan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu
hubungan manusia yang terjadi secara formal maupun informal. Temuan formal
dalam hubungan manusia antar karyawan KPW BI Sultra yang peneliti dapat
simpulkan yaitu ketika peneliti sedang melakukan wawancara langsung dengan
Bapak Harisudin salah satu karyawan menemui dan menanyakan tentang tugas
yang diberikan kepadanya dan berdiskusi dengan bapak Harisudin. Hubungan
manusia yang terjalin disini terjadi dengan baik dimana atasan tidak lagi arogan
dalam memberikan perintah ataupun memberikan tugas begitu pula dengan
bawahan yang tidak lagi segan bertanya dan bertanya dengan santun apabila tidak
memahami tugas yang diberikan atasannya.
Temuan informal yang peneliti temui di KPW BI Sultra yaitu ketika
peneliti berkunjung secara intens sedang berlangsung kegiatan olahraga
PORSEBANK yang diadakan oleh KPW BI Sultra dan yang menjadi peserta
kegiatan tersebut adalah bank-bank nasional maupun swasta yang ada di daerah
kota Kendari. KPW BI Sultra mempunyai komunitas yang bernama IPBI (Ikatan
Pegawai Bank Indonesia) yang mana selalu membuat kegiatan-kegiatan diluar
pekerjaan seperti arisan, kegiatan seni, olahraga, sosial maupun doa dan pengajian
yang dilakukan bersama para karyawan. Temuan ini menyimpulkan bahwa
hubungan manusia antar atasan ke bawahan dan sebaliknya terjadi dengan baik
sehingga tugas-tugas dan tujuan organisasi kantor perwakilan selama ini dapat
terlaksana dengan baik. Hubungan manusia antar karyawan juga terjalin dengan
baik sehingga meningkatkan kinerja antar karyawan.
Hal-hal seperti kesalahpahaman yang biasanya terjadi antar karyawan
dapat diselesaikan dengan baik. Hubungan Manusia ini tidak hanya terjadi di
lingkup kantor perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sultra namun bisa saja terjadi
hubungan manusia antar Kantor perwakilan dengan bank-bank nasional maupun
19
swasta lainnya. Semenjak terbentuknya OJK (Otoritas Jasa Keuangan)
kesalahpahaman yang terjadi antar Bank Indonesia dengan bank nasional ataupun
swasta ditangani dengan baik oleh OJK.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara melayani
secara langsung penukaran uang lama menjadi uang baru dari masyarakat setiap
hari Rabu dan penukaran juga dilayani oleh bank-bank yang terdapat di daerah
masing-masing, Tindakan yang diambil oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Tenggara dalam rangka penanganan uang rusak atau uang tidak
layak edar yaitu mereka memusnahkan uang tersebut dan diganti dengan uang
baru. Uang rusak atau uang tidak layar edar yaitu uang yang sepertiganya rusak
dan tidak lagi memiliki nomor seri. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Sulawesi Tenggara juga terus melakukan peningkatan pelayanan dari uang kartal
dan meminimalkan peredaran uang palsu.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pengelolaan
Komunikasi Organisasi Internal Pada Karyawan Kantor Perwakilan (KPw) Bank
Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara, maka dapat diperoleh kesimpulan yaitu
penilaian jawaban informan mengenai pengelolaan komunikasi internal yang
mana terdiri dari komunikasi vertikal dan horizontal yang dilakukan oleh
karyawan di Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Provinsi Sulawesi
Tenggara berada pada kategori baik. Hal serupa juga berlaku pada semua bidang
atau bagian yang ada pada KPw Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara.
Temuan yang telah peneliti simpulkan dapat dilihat sebagai berikut :
1) Komunikasi Internal yang terdapat pada organisasi yaitu komunikasi
vertikal yang termasuk di dalamnya komunikasi ke bawah (downward)
dan komunikasi ke atas (upward). Komunikasi ke bawah dan komunikasi
ke atas ini merupakan komunikasi yang terjadi dengan selaras dan
akhirnya membentuk rantai yang saling terikat dan terkait satu sama lain.
20
2) Bentuk komunikasi internal KPw BI Sultra terjalin dengan saling
keterikatan pengertian yang baik antar atasan maupun bawahan.
Komunikasi ke bawah dan komunikasi ke atas yang ada di lingkup Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara tersebut terjadi
secara terus-menerus dan berulang membentuk feedback yang saling
berpengaruh satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama.
3) Hubungan manusia antar atasan ke bawahan dan sebaliknya terjadi dengan
baik sehingga tugas-tugas dan tujuan organisasi kantor perwakilan selama
ini dapat terlaksana dengan baik. Hubungan manusia antar karyawan juga
terjalin dengan baik sehingga meningkatkan kinerja antar karyawan dan
mempengaruhi karyawan untuk bekerja sama secara produktif dan dapat
mencapai tujuan organisasi bersama.
Saran
Setelah
melakukan
penelitian
mengenai
pengelolaan
komunikasi
organisasi internal pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi
Tenggara maka peneliti melihat bahwa pengelolaan komunikasi organisasi
internal sudah baik akan tetapi peneliti melihat kurangnya efektivitas dan efisiensi
dalam penyampaian informasi. Maka peneliti menyarankan agar memperbaharui
alat dan teknologi komunikasi agar informasi yang diberikan lebih cepat dan
dapat dikerjakan lebih dini.
Selanjutnya mengenai informasi dan data umum tentang profil Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara yang masih sangat
terbatas. Peneliti menyarankan untuk penyediaan informasi, profil perusahaan dan
data umum yang lebih baik dan lengkap lagi untuk masyarakat luas khususnya
Sulawesi Tenggara.
21
DAFTAR PUSTAKA
AA. Prabu Mangkunegara. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Cangara, Hafied, 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung :
PT.Remaja Rosdakarya Bandung.
Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu komunikasi Teori & Praktik. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Heath, Robert L., and Jennings Brytant. 2000. Human Communication
Theory and Research Concept, context, and Challenges.
London : Lawrence Erbaum Associates.
Husaini Usman. 2009. Motivasi Dalam Bekerja Karyawan. Jakarta :
PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Lubis, Suwardi. 2007. Sistem Komunikasi Indonesia. Medan : Bartong
Raya.
Muhammad, Arni. (2009). Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Muhsthan, Zulkifli. 2014. Teori-teori Komunikasi. Jakarta : Mazhab
Ciputat.
Mulyana, Deddy. 2000. Human Communication, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
---------------------. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Purba, Amir, Dkk. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Medan : Pustaka
Bangsa.
Robbins, S. P. 2002. Organizational Behavior. Concepts, Controversies,
Applications. Edisi ke-7. New Jersey : Prentice Hall.
Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta.
Sumarsono, Sonny. 2003. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan
Ketenagakerjaan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
----------------------. 2009. Teori dan Kebijakan Publik Ekonomi Sumber
Daya Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Supratiknya, A. 2006. Komunikasi antar pribadi : tinjauan psikologis.
22
Yogyakarta: Kanisius.
Soedjaja, S. Djuarsa. 1999. Teori Komunikasi. Jakarta : Universitas
Terbuka.
Suprapto, Tommy. 2006. Pengantar Teori Komunikasi. Yogyakarta :
Media Pressindo.
-----------------------. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi dan Peran
Manajemen dalam Komunikasi. Yogyakarta : CAPS.
Tubbs, L. Stewart, dan Syilvia Moss. 1996. Human Communication:
Konteks-
konteks Komunikasi, alih Bahasa: Deddy Mulyana.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Uchana, Effendy Onong. 1990. Ilmu Komunikasi dan Praktek. Jakarta :
PT. Rajawali Press Jakarta.
-----------------------------. 2009. Human Relations dan Public Relations.
Bandung : Mandar Maju.
--------------------------. 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung
: Remaja Rosdakarya.
Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT Grasindo: Jakarta.
-------------. 2006. Ilmu Komunikasi. Jakarta : Grasindo.
23
Download