analisa strategi peningkatan kayu ekspor kayu olahan di jawa timur

advertisement
ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN
EKSPOR KAYU OLAHAN DI JAWA TIMUR
Djawoto*)
ABSTRAK
Dalam perkembangan dunia bisnis, persaingan adalah bukan suatu hal yang baru.
Perkembangan sektor industri tidak luput dari masalah persaingan. Persaingan dapat
mendorong atau menghambat perkembangan suatu industri. Banyak industri yang
bangkrut akibat persaingan yang ketat tapi tidak sedikit pula yang mampu bertahan
bahkan terus berkembang. Persaingan dalam industri berakar dalam struktur ekonomi
yang mendasarinya dan berjalan diluar perilaku pesaing-pesaing yang ada. Keadaan
persaingan dalam suatu industri bergantung pada lima kekuatan pokok yaitu : pendatang
baru potensial, produk pengganti, pemasok, pembeli, para pesaing industri. Kelima
kekuatan persaingan tersebut menentukan itensitas persaingan dan kemampuan untuk
menghasilkan laba dalam industri. Kekuatan yang paling besar akan menentukan dan
menjadi sangat penting dari sudut pandang perumusan strategi.
1. LATAR BELAKANG
Dengan dikeluarkannya kebijaksanaan Pemerintah yang antara lain berupa Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri Tahun 1980 yang menentukan bahwa produksi Kayu Bulat
60 % harus disediakan untuk pasar didalam negeri dan hanya 40 % dari produksi Kayu
Bulat Ekspor. Kemudian ketentuan ini masih diikuti dengan penentuan jatah ekspor kayu
bulat yang tiap tahun makin lama makin menurun hingga pada tahun 1985 ekspor kayu
bulat tidak diperbolehkan lagi dan disisi lain terbentuklah Badan Pemasaran Bersama
Kagerindo ISA sehingga diharapkan pemasaran kayu gergajian olahan termasuk
didalamnya furniture tetap dan kontinuitasnya terjaga.
Adanya kebijaksanaan Pemerintah dan kebijaksanaan-kebijaksanaan ISA (Interna -tional
Sawntimber Association) tersebut, mengakibatkan menurunnya volume kayu ekspor
karena antara lain :
1. Resesi ekonomi dunia.
2. Pengenaan pajak ekspor terhadap beberapa jenis produk kayu tertentu.
*)
Drs.Ec. Djawoto, MM., adalah dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

20
Ekuitas Vol.3 No.1 Maret 1999 : 15-23
3. Timbulnya negara pesaing ekspor kayu gelondongan yakni Malaysia.
4. Memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadikan barang menjadi kayu.
5. Agar kelancaran produksi tetap lancar suatu pabrik / industri dituntut untuk
mempunyai peralatan / sarana lengkap, sehingga ketepatan waktu untuk jadwal
pengiriman barang ke luar negeri tetap terjaga.
Untuk melengkapi sarana pabrik tersebut tentunya diperlukan dana investasi yang cukup
besar dan pengadaan untuk hal tersebut terbentur pada adanya tight money policy dari
pihak Perbankan / Pemerintah.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, akan membuat perusahaan / industri kayu untuk
mencari jalan agar bisa lebih mengembangkan diri atau minimal bisa bertahan dan
menunggu saat yang tepat untuk mengadakan ekspansi usahanya.
Disamping hal-hal tersebut diatas BPB Kage rindo ISA juga membina para anggotanya
dalam mewujudkan dan mengembangkan pembinaan kelestarian hutan me-lalui TPTI
(Sistim Tebang Pilih dan Tanam Industri) dan HTI(Hutan Tanaman Industri).
Perkembangan Volume Ekpor
Kayu Olahan Jawa Timur.
Tahun
1994
1995
1996
1997
Volume (000 ton)
182.984
183.214
230.548
285.111
Dalam USD (000)
135.929
142.476
475.390
590.465
Sumber : Bank Indonesia Surabaya.
Dari tabel diatas maka sebenarnya permintaan kayu olahan Indonesia khususnya Jawa
timur masih cukup tinggi namun dengan bentuk-bentuk tertentu yang bisa memungkinkan pihak importir luar negeri untuk membentuk kembali.
Hal inilah yang cukup meresahkan pihak eksportir kita karena apabila yang dibentuk
hanya sebagian dari kayu misalnya ujung-ujungnya saja, maka dikategorikan belum
merupakan barang jadi, sehingga untuk produk ekspor tersebut dikenakan Pajak Ekspor
yang berarti akan mengurangi pendapatan para eksportir.
Selain hal tersebut dari nilai volume ekspor dalam equivalent US dollar semakin lama
semakin meningkat hal ini disebabkan karena adanya depresiasi rupiah terhadap US
dollar.

Strategi Peningkatan Ekspor Kayu Olahan (Djawoto)
23
Jadi dengan demikian faktor perubahan kurs pun dapat mendorong perkembangan ekspor
pada umumnya dan kayu olahan pada khususnya.
2. PENGERTIAN STRATEGI.
Strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi yang menghubungkan
keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk
memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan itu dapat melalui pelaksanaan yang
tepat oleh organisasi (Glueck dan Jauch, 1984 : 69). Atau strategi berarti penetuan tujuan
tujuan dan sasaran sasaran jangka panjang, haluan haluan dan tindakan dan alokasi
sunber sumber yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan tujuan itu,baik yang berkaitan
dengan bisnis sekarang maupun yang akan datang.(Christensen, 1973 : 112).
Dilihat dari luas scope strategi maka strategi dapat dibedakan menjadi dua kelompok taitu
strategi pada tingkat industri sejenis sebagai keseluruhan dan strategi pada tingkat unit
bisnis yang melaksanakan strategi agar penggunaan sumber sumber penggunaan dapat
efisien sesuai dengan lingkungan yang dihadapi perusahaan.
Dengan demikian strategi perusahaan atau industri adalah suatu kesatuan rencana
perusahaan atau industri yang komprehensip dan terpadu yang diperlukan untuk
mencapai tujuan perusahaan atau industri.
3. ALTERNATIF STRATEGI
Dalam menyusun strategi perusahaan atau industri perlu dihubungkan dengan lingkungan
perusahaan atau industri, sehingga dapat disusun dan dipilih alternatif strategi. Alternatifalternatif strategi adalah alternatif strategi stabilitas, alternatif strategi ekspansi (perluasan), alternatif strategi penciutan dan alternatif strategi kombinasi.
Strategi stabilitas adalah strategi yang dilakukan perusahaan atau industri, bila : (1)
perusahaan atau industri tetap melayani masyarakat dalam sektor produk atau jasa yang
serupa, sektor pasar, dan sektor fungsi sebagai yang ditetapkan dalam definisi bisnisnya
atau dalam sektor yang sangat serupa dan (2) keputusan strategi utamanya difokuskan
pada penambahan perbaikan terhadap pelaksanaan fungsinya.
Sebagai ekspansi adalah strategi yang dilakukan perusahaan atau industri, bila : (1)
perusahaan atau industri melayani masyarakat dalam sektor produk atau jasa tambahan
atau menambah pasar atau fungsi pada definisi mereka dan (2) perusahaan atau industri

22
Ekuitas Vol.3 No.1 Maret 1999 : 15-23
memfokuskan keputusan strateginya pada peningkatan ukurannya dalam langkah
kegiatan dalam definisi bisnisnya sekarang.
Strategi penciutan adalah strategi yang dilakukan perusahaan atau industri, bila (1)
perusahaan atau industri merasakan perlunya untuk mengurangi lini produk atau jasa,
pasar dan fungsi mereka dan (2) perusahaan atau industri memusatkan keputusan
strateginya pada peningkatan fungsional melalui pengurangan kegiatan dalam unit-unit
yang mempunyai arus kas yang negatif.
Strategi kombinasi adalah strategi yang dilakukan perusahaan atau industri, bila : (1)
keputusan strategi pokoknya difokuskan pada berbagai strategi besar secara sadar
(strategi stabilitas, strategi ekspansi, strategi penciutan) pada waktu yang sama (secara
simultan) dalam berbagai SBU perusahaan (2) perusahaan atau industri merencanakan
menggunakan beberapa strategi besar pada masa depan yang berbeda (secara berurutan).
4. PENDEKATAN EKSPOR.
Analisa tentang faktor-faktor yang menentukan perkembangan ekspor dikelompokkan
menjadi dua pendekatan yakni pendekatan market share dan export performance
(Yotopoulos dan Nugent, 1976 : 75).
Pendekatan market share merupakan ratio ekspor negara yang bersangkutan pada suatu
komoditi tertentu dengan jumlah ekspor secara keseluruhan per-regional atau ekspor
dunia. Pendekatan tersebut merupakan studi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan-perubahan pangsa ekspor suatu negara.
Fakto-faktor tersebut muncul dari sisi permintaan yaitu (1) efek komoditi (commodity
effect) menerangkan pertumbuhan permintaan suatu komoditi tertentu berbanding dengan
ekspor rata-rata komoditi tertentu disuatu region tertentu atau dunia secara keseluruhan,
(2) efek persaingan (the competitive effect), menerangkan pengaruh perubahan dinegara
eksportir terhadap pasar ekspor.
Pendekatan kedua, merupakan pendekatan ekspor performance yang mana pada dasarnya
adalah perluasan dari pendekatan market share. Pendekatan export performance
memasukkan faktor-faktor perekonomian seperti exchange rate negara importir, GNP
negara importir, dan jumlah penduduk negara importir.
Dengan demikian dari kedua pendekatan ekspor tersebut (pendekatan market share dan
pendekatan export performance), maka pada penelitian ini yang paling tepat adalah
menggunakan export performance.

Strategi Peningkatan Ekspor Kayu Olahan (Djawoto)
23
Karena dengan pendekatan export performance dapat diketahui faktor-faktor yang
mempengaruhi volume ekspor komoditi suatu negara adalah perekonomian negara-negara
importir.
5. STRATEGI PEMASARAN INTERNASIONAL.
Perusahaan atau industri di dalam melaksanakan strategi pemasaran internasional
mempunyai beberapa alasan-alasan yang berbeda. Alasan-alasan tersebut antara lain :
1. Sebuah produk mungkin sudah mendekati akhir dari putaran kehidupannya pada
pasar domestik.
2. Persaingan pasar luar negeri mungkin lebih kecil dari pasar domestik.
3. Perusahaan atau industri kelebihan kapasitas produksi atau kapasitas pasarnya.
4. Perusahaan atau industri dapat melindungi dirinya pada waktu mundurnya ekonomi
beberapa negara yang disebabkan oleh bermacam-macam keadaan geografis.
5. Untuk pertumbuhan dan memperoleh laba potensial lebih besar dipasar luar negeri
dari pada di pasar domestik.
6. Biaya-biaya dapat diturunkan dari hasil insentif pajak, subsidi atau menurunkan biaya
tenaga kerja.
7. Produk baru mungkin dengan kecepatan lebih besar dari pada di pasar domestik.
8. Kedelapan pasar luar negeri mungkin memberikan pengembangan jalan masuknya
kemajuan tehnologi (Gultinan dan Paul, 1988 : 124).
Bila perusahaan atau industri memilih untuk memasarkan produknya kepasaran
internasional, maka tanggung jawabnya akan bertambah luas. Beberapa dari faktor-faktor
yang dianggap sukses pada pasar domestik mungkin variabel-variabel yang sangat
kompleks bila dioperasikan di pasar internasional.
Walaupun prinsip-prinsip dan konsep-konsep pemasaran mungkin tidak berubah bila
perusahaan atau industri memutuskan dengan pasar internasional, maka bentuk dari
program-program pemasaran akan terikat pada orientasi perusahaan atau industri
terhadap pemasaran internasional.
Ada empat pokok pendekatan untuk menentukan tingkatan-tingkatan program pemasaran
yang akan menjadi batasan untuk kondisi-kondisi lingkungan yang berbeda dan
karakteristik-karakteristik dari pemasaran internasional, yaitu home country strategy, host
country strategy, regional strategy, dan global strategy (Guiltinan dan Paul, 1988 : 128).

22
Ekuitas Vol.3 No.1 Maret 1999 : 15-23
6. HOME COUNTRY STRATEGY
Pendekatan ini memandang pasar luar negeri sebagai tambahan dari pasar domestik, dan
oleh karena itu pasar luar negeri terutama digunakan untuk melimpahkan kelebihan
produksinya. Orientasi dari ekspor ini meliputi membuat produk domestik untuk negaranegara dimana konsumen mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan karakteristikkarakteristik yang sama.
Home Country Strategy ini membutuhkan tambahan investasi kecil atau keahlian pasar
luar negeri. Pasar luar negeri dikelola oleh devisi ekspor yang mengandalkan agen-agen
ekspor.
7. HOST COUNTRY STRATEGY
Pendekatan ini luas tanggung jawabnya berada diluar negeri. Cabang cabang pemasaran
telah didirikan diluar neger dan juga fasilitas fasilitas produksi akan didirikan. Hal pokok
yang mendasari pendekatan ini adalah anggaran tentang karakteristik pemasaran dan
konsumen yang berbeda beda diantara negara negara importir.
Oreientasi host country digunakan untuk menyesuaikan program pemasaran pada kondisi
yang tidak sama dinegara negara importir.bermacam macam harga dan pesan promosi
sesuai dengan kecocokannya dan saluran distribusi direncanakan untuk menjangkau yang
tepat pada pembelian produknya.
Walaupun pendekatan ini menunjukkan perbedaabn perbedaan nasional dan
mengandalkan segmentasi pasar, tetapi dapat mengakibatkan banyaknya kegiatan
kegiatan pemasaran dan kesulitan kesulitan dalam mengkoordinasikan. Dan lagi
pentingnya juga memodifikasi beberapa produk,sehingga dapat menaikkan biaya
produksinya.
8. REGIONAL INTERNATIONAL STRATEGY
Didalam pendekatan ini perusahaan atau industri memandang region atau seluruh dunia
sebagai pasar yang potensial. Kebijaksanaan kebijaksanaan dan kegiatan kegiatan diatur
atas dasar meliputi saluran dunia. Menstandarisasi product line pada region tidak bisa
dipungkiri sedikir bervariasi yang mencerminkan perbedaan yang kecil pada ciri ciri
produk yang diinginkan, seperti adanya bau harum pada produk.
Program program promosi berkembang pada region region untuk merangsang kesan yang
sama dari perusahaan atau industri dan produk. Strategi ini akan menghasilkan didalam
menaikan efisiensi pemasaran bilamana menggunakan pendekatan menstandarisasi harga,
promosi dan saluran distribusi.

20
Ekuitas Vol.3 No.1 Maret 1999 : 15-23
9. GLOBAL STRATEGY
Didalam pendekatan ini sangat mendapat perhatian, global strategy memandang
memandang dunia sebagai pasar dari pada kumpulan beberapa pasar regional. Oreintasi
dari global strategy menggunakan pendekatan pemasaran dengan standar produksi yang
sama. Keuntungan dari menstandarisasi ini, yaitu menurunkan biaya produksi, menikkan
kualitas produk dan kegiatan pemasaran lebih efisien.
10. PERKEMBANGAN PERDAGANGAN KAYU OLAHAN
Perkembangan perdagangan kayu olahan di Jawa Timur ke luar negeri dimulai tahun
1970 dimana pada saat itu ekspor kayu dilaksanakan dalam bentuk kayu gelondong atau
sawn timber.Negara tujuan ekspor kayu tersebut masih diseputar Asia tenggara
diantaranya adalah Singapura, Taiwan dan Hongkong. Dimana negara tersebut kayu kayu
asal Jawa Timur diolah dan diproduksi kembali untuk menjadi barang jadi atau diekspor
kembali kenegara negara lain seperti USA dan Eropa.
Menjelang dasa warsa delapan puluh, dipasaran Eropa terkenal dengan persekutuan Trio
Korea Selatan-Maysia-Singapura dengan sebutan KOMASI. Trio tersebut menguasai
pasaran Eropa dan mendikte harga dengan dengan menetapkan harga bersama yang
dikenal dengan sebutan Komasi Price.
Dengan perkembangan industri industri kayu olahan di Jepang, Taiwan, Hongkong dan
tidak ketinggalan Korea Selatan tidak terlepas dari peranan Indonesia sebagai supplier
bahan baku kayu yang berupa kayu gelondongan atau sawn timber. Namun demikian
penerobosan penerobosan pasar ekspor tidak selalu mulus. Dipasaran ekspor tersebut
Jawa Timur menghadapi saingan saingan produsen produsen kayu gelondongan dari
negara Malaysia.
Selanjutnya untuk memberikan nilai tambah kepada para produsen kayu maka pada tahun
1985 pemerintah melarang ekspor kayu dalam bentuk gelondongan. Dampak dari adanya
aturan tersebut volume ekspor kayu dari Jatim menurun, karena agar bisa di ekspor harus
dibentuk menjadi sawn timber dan pembentukan tersebut butuh waktu yang cukup lama.
Namun demikian permintaan terhadap produk kayu dari Jawa Timur tetap meningkat
dimana hal ini berarti kualitas kayu olahan dari Indonesia cukup bagus. Industri kayu
olahan dengan dukungan dari pemerintah pada periode 1980-1990 berkembang melaju
dengan cepat, sehingga membutuhkan ruang pasar yang lebih luas pula.
Tetapi bersamaan dengan itu dunia dilanda resesi ekonomi sehingga bertentangan dengan
yang diharapkan,justru ruang pasar semakin menyempit sebagai akibat negqra pengimpor

Strategi Peningkatan Ekspor Kayu Olahan (Djawoto)
23
menata kembali dananya mengarah kepada sektor sekto yang lebih vital. Permintaan
menjadi relatif lebih rendah dari penawaran sehingga pasara kayu olahan berkembang
menjadi pasarnya pembeli (buyer’s market).
Menghadapi keadaan demikian para produsen atau eksportir menjadi panik berusaha
untuk tetap bisa menjual karena didesak oleh posisi cash flow yang tidak boleh berhenti.
Kemudian berkembangnya persaingan persaingan yang tidak sehat mendorong justru
harga terus merosot yang mengamcam kelangsungan hidup industri kayu olahan .
Dalam keadaan demikian pemerintah tidak kehilangan kendali dan kemudian mengambil
dan menerapkan kebijaksanaan kebijaksanaan yang tepat yakni membentuk 7 (tujuh)
Badan Pemasaran Bersama Kayu Gergajian Indonesia ISA.
Pelaksanaan kebijaksanaan terebut tidak begitu saja dapat berjalan dengan lancar tetapai
penuh hambatan dan tantangan. Namun akhirnya kebijaksanaan kebijaksanaan tersebut
dapat berjalan dan berangsur angsur membuahkan hasil yang dapat dinikmati bersama.
Dan akhirnya pasaran ekspor dapat berkembang kembali menjadi seller’s market.
11. SISTEM PERDAGANGAN KAYU DIPASARAN INTERNASIONAL
Order pembelian berupa letter of credit yang diterbitkan oleh bank di negara importir
,ditujukan kepada Badan Pemasaran Bersama Kagerindo ISA qq….(nama eksportir)…..
Letter of credit yang diterima oleh eksportir harus dicountersigned oleh Badan Pemasaran
Bersama Kagerindo ISA. Setlah itu maka kayu olahan dapat dikapalkan/dikirim ke luar
negeri. Dengan demikian Badan Pemasaran Bersama Kagerindo ISA harus mengadakan
pengawasan terhadap ekspor yang dilakukan para anggotanya dengan mengawasi kontrak
kontrak penjualan atau letter of creditnya , apakah telah sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan. Eksportir anggota ISA haru membayar iuran sebesar kayu olahan yang
diekspor pada bulan tersebut sebesar 1 m³seharga USD 1,-.
12. SIMPULAN
(1) Bahwa perkembangan perekonomian negara pengimpor kayu olah jawa timur seperti
exchange rate negara importir dan jumlah penduduk negar importir secara bersama
sama mempunyai pengaruh yang signifikan ,ini dibuktikan kebenaran volume ekspor
kayu olahan sebesar 97 % selebihnya 3 % dijelaskan oleh faktor faktor ekonomi lain
yang tidak teridentifikasi kedalam model.
(2) Perkembangan perekonomian negara negara importir ini akan memberikan peluang
bagi ekspor kayu olahan dari Indonesia pada umumnya dan dari Jawa Tumur pada
khususnya.

22
Ekuitas Vol.3 No.1 Maret 1999 : 15-23
13. SARAN
(1) Bahwa kebijaksanaan dan strategi para eksportir di Jwa Timur selama ini adalah
strategi ekspansi eksteren yakni untuk merebut pangsa pasar di luar negeri karena
adanya peluang peningkatan permintaan dari negara negara importir kayu olahan
yang semakin maju perekonomiannya. Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri tahun
1980 tetap dipertahankan, mengungat manfaat SKBTM tersebut dapat menunjang
strategi stabilitasnya yakni dengan adanya larangan ekspor kayu bulat, maka dapat
menumbuhkan industri pengolahan kayu di Jawa Timur.
(2) Mengingat industri kayu olahan di Jawa Timur memperoleh bahan baku dengan
harga yang relatif cukup murah, sehingga mempunyai keunggulan bersaing dengan
negara negara lain dipasaran Internasional maka saat ini harus diperkirakan lebih
lanjut tentang kesinambungan dalam penghasilan bahan baku yakni dengan
peningkatan pengawasan terhadap penebangan hutan dan proses reboisasi terhadap
hutan kayu tersebut.
14. KEPUSTAKAAN
Bank Indonesia, Perkembangan Ekonomi Keuangan Daerah ,Tahun 1992/1993 Propinsi
Jawa Timur.
Bank Indonesia, Laporan Mingguan Ekspor Impor Jawa Timur.
Glueck, Jauch, Bussines Policy and Strategy Management,Fourth Edition, Mc Graw-Hill
International Book Company, New York,1985
Lipsey R, G, P.,O, Steiner,D.,D.,Purvis, Micro Economics Theory, 1986
Warta Ekonomi No.24/th.1/23 April 1993
Yotopoulus, PA and J.B. Nugent,1976 Economics of Development Empirical
Investigations, Harper International Edition.


Strategi Peningkatan Ekspor Kayu Olahan (Djawoto)
23
Download