BAB II TINJAUAN PUSAKA 2.1. Komunikasi Interpersonal

advertisement
7
BAB II
TINJAUAN PUSAKA
2.1.
Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara
seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang
yang dapat langsung diketahui balikannya1.
Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah penyampaian
pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok
kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan
umpan balik segera2.
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara
tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain
secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal. Komunikasi interpersonal ini
adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua
sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya3.
Menurut Effendi, pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah
komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap
paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang,
karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung,
komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada saat
komunikasi
dilancarkan,
komunikator
1
mengetahui
Muhammad, Komunikasi Interpersonal, hal 158-159, 2005.
Effendy, Komunikasi Interpersonal, hal 30, 2003
3
Mulyana, Komunikasi Interpersonal, hal 73, 2000
2
7
secara
pasti
apakah
8
komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia dapat
memberikan kesempatan pada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya4.
2.1.1. Klasifikasi Komunikasi Interpersonal
Redding
yang
dikutip
5
mengembangkan
klasifikasi
komunikasi
interpersonal menjadi interaksi intim, percakapan sosial, interogasi atau
pemeriksaan dan wawancara.
a.
Interaksi intim termasuk komunikasi di antara teman baik, anggota famili,
dan orang-orang yang sudah mempunyai ikatan emosional yang kuat.
b.
Percakapan sosial adalah interaksi untuk menyenangkan seseorang secara
sederhana. Tipe komunikasi tatap muka penting bagi pengembangan
hubungan informal dalam organisasi. Misalnya dua orang atau lebih bersamasama dan berbicara tentang perhatian, minat di luar organisasi seperti isu
politik, teknologi dan lain sebagainya.
c.
Interogasi atau pemeriksaan adalah interaksi antara seseorang yang ada dalam
kontrol, yang meminta atau bahkan menuntut informasi dari yang lain.
Misalnya seorang karyawan dituduh mengambil barang-barang organisasi
maka atasannya akan menginterogasinya untuk mengetahui kebenarannya.
d.
Wawancara adalah salah satu bentuk komunikasi interpersonal di mana dua
orang terlibat dalam percakapan yang berupa tanya jawab. Misalnya atasan
yang mewawancarai bawahannya untuk mencariinformasi mengenai suatu
pekerjaannya.
4
5
Sunanto, Komunikasi Interpersonal, hal 13, 2003
Muhammad, Komunikasi Interpersonal hal 159-160, 2004
9
2.1.2. Tujuan Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal mungkin mempunyai beberapa tujuan. Di sini
akan dipaparkan 6 tujuan, antara lain6:
a.
Menemukan diri sendiri salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah
menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan
interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita
maupun orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan
kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri
kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai
perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri
kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada
perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.
b.
Menemukan dunia luar hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita
dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang
berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari
komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang
kepada kita dari media massa hal itu seringkali didiskusikan dan akhirnya
dipelajariatau didalami melalui interaksi interpersonal.
c.
Membentuk
dan
menjaga
hubungan
yang
penuh
arti
salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan
memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan
dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga
6
Muhammad, Komunikasi Interpersonal hal 165-168, 2004
10
hubungan sosial dengan orang lain.
d.
Berubah sikap dan tingkah laku banyak waktu kita pergunakan untuk
mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal.
Kita boleh menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba
diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca
buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau
salah. Kita banyakmenggunakan waktu waktu terlibat dalam posisi
interpersonal.
e.
Untuk bermain dan kesenangan bermain mencakup semua aktivitas yang
mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan
teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pecan, berdiskusi mengenai
olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah
merupakan pembicaraan
yang untuk menghabiskan waktu.
Dengan
melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan
keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari
semua keseriusan di lingkungan kita.
f.
Untuk membantu ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi
menggunakkan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka
untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang
lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan
seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang
mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya.
11
2.1.3. Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Efektivitas komunikasi interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum
yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap
mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan
(equality)7.
a.
Keterbukaan (Openness) kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga
aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal
yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini
tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua
riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak
membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri
mengungkapkan
informasi
yang
biasanya
disembunyikan,
asalkan
pengungkapan diri ini patut. Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada
kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang
datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya
merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi
secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak
mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk dari pada ketidak acuhan,
bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan.Kita memperlihatkan
keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.Aspek
ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly,
1974).Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan
7
Devito, Komunikasi Interpersonal hal 259-264, 1997
12
pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda
bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab
ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang
pertama tunggal).
b.
Empati (empathy) Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai
”kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang
lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui
kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi
orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan
sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan
merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama.Orang yang empatik
mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap
mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang.Kita
dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal.
Secara
nonverbal,
kita
dapat
mengkomunikasikan
empati
dengan
memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi
wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi komtak
mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3)
sentuhan atau belaian yang sepantasnya.
c.
Sikap mendukung (supportiveness) hubungan interpersonal yang efektif
adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Suatu
konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb.
Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam
13
suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung
dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic,
dan (3) provisional, bukan sangat yakin.
d.
Sikap positif (positiveness) Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam
komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap
positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita
berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari
komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika
seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.Kedua,
perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting
untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada
berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak
bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.
e.
Kesetaraan (Equality) dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan.
Salah seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik,
atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benarbenar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi
interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya,, harus ada
pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan
berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting
untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh
kesetaraan,ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya
untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan
14
untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima
dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain.
Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers,
kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak
bersyarat” kepada orang lain.
2.2.
Budaya Komunikasi
Budaya Komunikasi di Organisasi Komunikasi adalah sebuah tindakan
untuk berbagi informasi, gagasan atau pun pendapat dari setiap partisipan
komunikasi yang terlibat didalamnya guna mencapai kesamaan makna, Tindak
komunikasi tersebut dapat dilakukan dalam berbagai konteks.Tindak komunikasi
dalam suatu organisasi berkaitan dengan pemahaman mengenai peristiwa
komunikasi yang terjadi didalamnya, seperti apakah instruksi sudah dilaksanakan
dengan benar oleh bikers atau punbagaimana bikers mencoba menyampaikan
imformasi kepada bikers lainnya, memungkinkan tujuan organisasi yang telah
ditetapkan dapat tercapai sesuai denganhasil yang diharapkan
Ini hanya satu contoh sederhana untuk memperlihatkan bahwa komunikasi
merupakan aspek penting dalam suatu organisasi, baik organisasi yang mencari
keuntungan ekonomi maupun organisasi yang bersifat sosial kemasyarakatan.
Miscommunication senantiasa menghantui proses dialogis antaraindividudalam
sebuah organisasi. Perselisihan dan perbedaan paham di kalangan karyawan
dalam kelompok-kelompok heterogen di organisasi. Perbedaan persepsi sering
mengganjal ekspresi komunikasi antara bikersdan bikers lainnya atau satu
15
organisasi. Perang dingin pun menjadi kabel penghantar konflik individu dalam
organisasi.
Permusuhan dan sentimen pribadi mewarnai interaksi kerjasama bikers,
Pertanyaan klasiknya, bagaimana mungkin sebuah organsasi akan bangkit dari
keterpurukan jika pengelola dan pimpinannya tidak membudayakan budaya
komunikasi dan menunjukkan integritasnya secara positif dan proaktif? Para
pemimpin perusahaan pasti mengaplikasikan konsep kekuasaan adiguna dengan
tatastruktur yang rapi. Pengejawantahannya, lebih mengedepankan sikap arogan
karena merasa paling baik. Kemudian muncullah sikap egoisme, egosentris,
egoelitisme, dan gogolongan. Ketika sikap hidup sebagai makhluk individual
lebih ditonjolkan, maka tidak pernah ada jalan tengah untuk mengakhiri konflik
egoisme prinsip yang tidak berprinsip dan akhirnya berpengaruh kepada
perkembangan organisasi.
Lewat strategi dan budaya komunikasi yang baik, setiap individu dalam
organisasi dapat mencari solusi atas permasalahan yang ada didalamnya secara
cerdas, dan cepat, dengan mengutamakan rasa keadilan antarpihak. Para
pemimpin organsiasiharus melakukan dialog terus menerus dengan yang lainnya
untuk mendapatkan hasil positif berdasarkan kebenaran hakiki. Mereka
diharapkan mendengarkan penuhperhatian, mau menjawab pertanyaan dan
keluhan, bersedia menjelaskan situasi dankondisi yang ada secara kontekstual.
Langkah bersahabat di atas ditindaklanjuti guna membuat keputusan
berasaskan kebenaran hakiki.Jangan malah sebaliknya, mereka merasa paling
benar dan senantiasa menghindarkan diri dari realitas tanggung jawab yang ada
16
sebagaipanutan perusahaan. Seorang pemimpin perusahaan yang bijak adalah
harus mampu membudayakan budaya komunikasi secara efektif dan komunikatif
kepada sesama di dalamnya. Sebab kehandalan melakukan proses komunikasi
merupakan inti dari segala macam pekerjaan yang ada di setiap kemajuan
organisasi.
Komunikasi sangat penting untuk organisasi. Informasi juga sangat
penting untuk komunikasi yang efektif. Sebuah komputer memungkinkan kita
untuk membaca buku apapun dengan cepat dan dapat disimpan dalam file yang
kita
inginkan.
Informasi
telah
menjadi
aset
vital
untuk
sebuah
organisasi.Perusahaan Palnners membutuhkan informasi tentangperkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, politik, dan kecenderungan sosial,
pergeseran perilaku konsumen, kepadatan penduduk dan data pasokan pasar dunia
pada bahan baku.
Sebagai bukti pentingnya komunikasi di organisasi telah disebut bahwa
komunikasi sebagai ”darah kehidupan organisasi, lem yang mengikat organisasi,
minyak yang menghaluskan fungsi organisasi, benang yang mengikat sistem
bersama, menjadi kekuatan yang meliputi organisasi, , dan agen mengikat yang
semua hubungan.” Sebuah hasil penelitian menilai bahwa komunikasi di
organisasi memiliki hubungan antara sistem komunikasi yang efektif dan kinerja
organisasiyang tinggi secara keseluruhan.
Aspek Budaya Komunikasi di Organisasi Pada tahun 1981, Pace dan Ross
merilis hasil survei nasional tentang komunikasi organisasi, diantaranya sebagai
berikut:
17
a.
Komunikasi dan departemen komunikasi adalah yang paling mungkin untuk
menawarkan kursus dasar tentang komunikasi organisasi
b.
Program ini diperlukan oleh sepertiga dari departemen untuk dewasa dan
anak sekolah.
c.
Buku-buku primer dan sekunder yang digunakan dalam kursus ini yang
paling sering diterbitkan setelah 1976.
d.
Isi tentu saja yang paling mencakup jaringan komunikasi, komunikasi
informal,
iklim
komunikasi,
teori
komunikasi,
teori
organisasi,
kepemimpinan, gaya manajemen, teori komunikasi organisasi, teori motivasi,
dan manajemen konflik.
Dalam budaya komunikasi, ada dua aspek yang perlu diketahui, yaitu:
a.
Aspek teknologi komunikasi di organisasi Teknologi jauh lebih dari sekedar
mesin dan artefak material.Teknologi adalah penerapan logika secara spesifik
tentang teknik dari aktivitas dan perilaku manusia. Karena teknologi
komunikasi berubah sangat cepat, kita harus berhati-hati untuk tidak
menganggap bahwa kita mengetahui perkembangan teknologi dan apa yang
dapat dilakukan oleh teknologi itu. Sebaliknya, kita harus mengambil
perspektif yang lebih luas dan lebih abstrak. Dalam rangka untuk memahami
teknologi
komunikasi
yang
signifikan
dalam
kehidupan
organisasi
kontemporer, hal ini bergunauntuk melihat sejarah sosial dari gagasan
teknologi dan gagasan yang lebih mendasardari teknik. Menurut sosiolog
Prancis, Cornelius Castoriadis, isitlah teknik berasal dari bahasa Yunani.
Kemudian tulisan-tulisan Homer, teknik dimaksudkan untuk memalsukan,
18
untuk menghasilkan, atau untuk membangun. Sebaliknya, filsafat Barat telah
melihat teknik sebagai imitasi atau, dalam kata-kata Castoriadis, kekuatan
untuk mengatur ulang atau menyatukan elemen yang ada dengan cara yang
tidak alami (George. 2004, 349). Teknik, dengan kata lain, berarti aktualisasi
non-alami dan kemungkinan melekat dalam dunia fisik.Salah satu teknologi
saat ini adalah komputer. Para ahli teknik mengatakan komputer berguna
untuk memfasilitasi perluasan dan pertukaran informasi. Industrikomputer
sangat menarik dalam hal orientasi. Banyak profesional berbicara seolah-olah
mereka hanya berurusan dengan elektronik,
informasi, dan bahan
pengetahuan sistem. Sikap ini mendukung etos umum dari segala abad bahwa
informasi sebagai suatu periode yang mendunia. Alat komunikasi seperti
telepon, mesin faks, atau pager dapat mengubah organisasi menjadi hidup
modern ketika mereka diperkenalkan dengan teknologi tersebut. Hari ini, alat
ini jarang dianggap sebagai teknologi komunikasi. Jadi apa yang biasanya
kita ketahui ketika kita berbicara tentang teknologi komunikasi dalam
kerangka organisasi? Biasanya istilah untuk media elektronik, seperti email,
voice mail, intranet, internet, sistem konferensi audio dan video. Jika kita
lebih luas, sistem informasi manajemen, kelompok pengambil keputusan dan
dukungan, dan berbagai jenis sistem pendukung lainnya disebutsebagai
sesuatu yang menyediakan informasi teknis yang berkaitan dengan tugastugas tertentu dan proses kerja organisasi. Meskipun teknologi komunikasi
belum mempersoalkan mengenai kendala waktu dan perbedaan waktu dalam
penyampaian informasi, teknologi ini muncul untuk dapat digunakan dalam
19
banyak hal penting. Sedangkan media komunikasi, seperti telepon ataupun
percakapan langsung (tatap muka) memerlukan kehadiran simultan dari
pengirim dan penerima, teknologi seperti email dan voice mail membebaskan
kita dari kendala tersebut. Dalam aktivitas komunikasi terdapat perbedaan
penting antara komunikasi langsung dan tidak langsung. Walaupun kita
sering mungkin lebih suka komunikasi langsung karena memungkinkan kita
untuk mendapatkan umpan balik langsung, namun tetap saja memiliki
keterbatasan. Teknologi, bagaimanapun, jarang digunakan sesuai seperti yang
dibayangkan oleh para ahli, desainer, atau para pengambil keputusan dalam
organisasi atau seperti yang ditakuti oleh para teknisi. Masih sebagian besar
teknologi telah sesuai dalam hal keuntungan dan kerugian. Saat ini, jarang
dilakukan implementasi dan penggunaan teknologi dalam kehidupan
organisasi sesuai dengan ramalan atau kritik yang memprediksi tentang
perkembangan teknologi komunikasi di organisasi.
b.
Aspek mengenai worldview tentang komunikasi di organisasi, mengenai
pengetahuannya, kepercayaannya, dan bahasa serta praktiknya. Pendekatan,
definisi dan persepsi tentang komunikasi organisasi sangat banyak.
Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks
yang dipengaruhi oleh lingkungan, baik internal dan eksternal. Organisasi
melibatkan komunikasi sebagai aliran pesan mereka, tujuan, arah, dan media
yang mereka gunakan. Komunikasi organisasi melibatkan orang dan
bagaimana sikap mereka, perasaan, hubungan, dan keterampilan. Komunikasi
organisasi adalah proses menciptakan dan pertukaran pesan dalam jaringan
20
hubungan dan saling ketergantungan untuk mengatasi ketidakpastian
lingkungan. Bernstein (1976), meringkas temuan dari survei Komunikasi
Industri Council, mengidentifikasi bahwa perhatian yang paling penting dari
komunikator organisasi adalah komunikasi agar menjadi interaksi antara
manajemen dan organisasi, karyawan, dan publik eksternal. Falcione dan
Greenbaum
(1976)
mengembangkan
taksonomi
untuk
seri
berikut
komunikasi organisasi abstrak: interpersonal, intragroup, dan antargolongan
komunikasi dalam organisasi, faktor komunikasi dan tujuan organisasi,
peningkatan keterampilan dan pelatihan, media komunikasi, analisis sistem
komunikasi dan metodologi penelitian, dan tinjauan umum lapangan (Gerald.
1994, 16). Akhirnya, pada tahun 1981, Foltz mengatakan komunikasi
organisasi didefinisikan sebagai menukar informasi, gagasan, perasaan
bawah, atas dan lintas organisasi.
Wiio menyatakan bahwa komunikasi memiliki empat kemungkinan,
seperti:
a.
Jika komunikasi bisa gagal. Ini berarti bahwa jika Anda dalam berkomunikasi
memberi kesempatan untuk gagal, maka akan gagal.
b.
Jika komunikasi tidak bisa gagal, meskipun demikian biasanya tidak gagal.
Bahkan dengan niat baik, komunikasi Anda pasti akan gagal karena alam dan
jika
menggunakan
kelicikan
yang
tersembunyi,
kekurangan,
dan
kesalahpahaman untuk mengalahkan Anda.
c.
Jika komunikasi tampaknya berhasil dengan cara yang dimaksudkan, itu
harus dengan cara yang tidak dimaksudkan. Jika semuanya tampaknya
21
berjalan baik, berhati-hatilah, mungkin keberhasilan menjadi ilusi.
d.
Jika Anda puas bahwa komunikasi Anda terikat untuk sukses, itu akan gagal.
Desain proses komunikasi sesuai dengan selera Anda sendiri dan tidak
mempertimbangkan keinginan komunikan. Harry Levinson mengatakan bahwa 90
persen dari semua orang yang bekerja dalam organisasi adalah laki-laki.Namun
saat ini, bila waktu kita habiskan di lembaga sipil dan sosial, agama dan
pendidikan, rumah sakit, dan bank, hal ini relatif sederhana untuk menyimpulkan
bahwa dalam organisasi dapat ditemui banyak laki-laki dan perempuan.Sejak
tahun 1938, Chester Barnard menyatakan tugas utama seorang eksekutif adalah
komunikasi.Telah dibuktikan bahwa anggota organisasi, baik itu laki-laki atau
perempuan yang terus berkomunikasi.
Untuk meningktkan komunikasi dalam organisasi setiap komunikator
harus menilai kelemahan dan kelebihan diri dengan memperhatikan pengalaman
dan lainnya.Komunikator sebaiknya sering melakukan latihan dan praktik.
Ketrampilan yang dibutuhkan untuk komunikasi yang baik adalah membaca.,
mendengar, membuat percakapan yang menarik, wawacara, diskusi, presentasi,
dan menulis surat ata memo. Pada kegiatan rutin banyak digunakan kertas untuk
berkomunikasi.
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi di organisasi, Bahasaadalah
alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi
atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat),
dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepadalawan bicaranya
atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat
22
istiadat, tingkah laku, tata krama yang ada di lingkungan tempat dia berada,
termasuk dalam organisasi, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan
segala bentuk latar belakang orang lain. Bahasa memiliki beberapa fungsi yang
dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus.
Fungsi
bahasa
berekspresi,berkomunikasi,
secara
dan
umum
alat
adalah
untuk
sebagai
mengadakan
alat
untuk
integrasidan
adaptasisosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan
hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari
naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuandan teknologi.
Hirsch & Andrews (1983) mengatakan jika "bahasa adalah budaya yang
paling sentral di organisasi. Ini termasuk simbol, jargon, atau kosa kata khusus
yang digunakan oleh anggota organisasi "(Gerard.1995, 107). Artinya hanya dapat
dikaitkan dengan kata atau tanda dalam konteks organisasi dan sejarahnya. Shared
mengatakan bahwa melalui sistem simbol organisasi mengkomunikasikan nilai,
perilaku,
harapan,
pengalaman
umum,
dan
citra
diri
di
antara
karyawannya.Termasuk dalam kategori ini bagaimana pertumbuhan dan
perkembangan organisasi.
Ini adalah indikasi bagaimana pengalaman sebuah struktur organisasi
anggotanya. Perbedaan budaya merefleksikan dirinya dalam cara yang beragam.
Misalnya saja, satu dari norma budaya mungkin memiliki sebuah konsepsi
berbeda terhadap waktu daripada hal lain secara signifikan, atau sebuah ide yang
berbeda dari apa yang mengkonstitusikan body language, dan jarak personal
ketika melakukan percakapan.Tetapi kebanyakan peneliti, karyawan, dan pemilik
23
bisnis sependapat bahwa elemen yang paling penting dalam intercultural
communication yang efektif menitikberatkan pada bahasa (language)8.
Wenger dan Snyder menekankan bahwa praktek organisasi yang muncul,
tidak diciptakan. Namun, organisasi yang memiliki nilai, inovasim dan saling
berbagi pengetahuan harus menciptakan kondisi yang baik bagi mereka agar
berkembang pesat dan memelihara pertumbuhan individu didalamnya.Sering
diabaikan dalam diskusi tentang komunikasi antar budaya, terkadang hal
signifikan
yang
terjadi
adalah
perbedaan
budaya
mengenai
praktek
mendengarkan. Tips tentang bagaimana mengembangkan sensitivitas budaya
verbal dan praktek-praktek komunikasi tertulis dalam sebuah organisasi sangat
berlimpah, tapi dalam banyak kasus, relatif sedikit perhatian diberikan kepada
perbedaan budaya dalam mendengarkan. Itulah sisi lain dari komunikasi. "Kode
etik yang menentukan bagaimana harus dibuktikan mendengarkan didasarkan
pada asumsi-asumsi budaya tertentu tentang apa yang dianggap sebagai
mendengarkan," kata Milburn.
Tapi sementara norma-norma yang berlaku komunikasi dalam sebuah
organisasi mungkin panggilan untuk para pendengar untuk diam dan menawarkan
bahasa tubuh (kontakmata yang mantap, misalnya) dimaksudkan untuk
memastikan bahwa si pembicara atau kata-katanya sedang diperhatikan, banyak
kebudayaan memiliki standar yang berbeda dapat menyerang belum tahu sebagai
kasar atau membingungkan. "Seseorang yang berkomunikasi dengan bersandar ke
depan dan semakin dekat mungkin sangat mengancam pada seseorang yang
8
John P. Fernandez, Managing a Diverse Work Force: Regaining the Competitive
Edge, "A great deal of ethnocentrism is centered around language." Hal 58, 2000
24
menghargai ruang pribadi," dikatakan oleh Oregon Business's Megan Monson.
"Dan orang itu bisa dianggap sebagai bermusuhan dan tidak ramah, hanya
karena kurangnya kontak mata. "Kuncinya, mengatakan analis, adalah untuk
memastikan bahwa organisasi Anda mengakui bahwa perbedaan budaya
berlimpah dalam mendengarkan serta berbicara praktik, dan untuk membangun
komunikasi antar praktek yang sesuai”. Istilah "intercultural communication"
sering digunakan untuk menjelaskan isu-isu komunikasi dalam arti yang luas yang
akan selalu meningkat dalam organisasi yang tersusun atas individu dari
bermacam-macam kepercayaan, sosial, etnik dan latar belakang pendidikan.
Masing-masing dari individu tersebut membawa pengalaman dan nilai-nilai yang
unik ke lingkungan tempat dia bekerja.
2.3.
Komunikasi dan Budaya
Budaya dan komunikasi memiliki hubungan timbal balik. Budaya
mempengaruhi komunikasi dan sebaliknya komunikasi mempengaruhi budaya.
Karena itulah menjelaskan keterkaitan kedua unsur ini menjadi sedikit rumit.
Martin dan Nakayama (2003:86) menjelaskan bahwa melalui budaya dapat
mempengaruhi proses dimana seseorang mempersepsi suatu realitas. Semua
komunitas dalam semua tempat selalu memanifestasikan atau mewujudnyatakan
apa yang menjadi pandangan mereka terhadap realitas melalui budaya. Sebaliknya
pula, komunikasi membantu kita dalam mengkreasikan realitas budaya dari suatu
komunitas.
25
2.4.
Cara Budaya Mempengaruhi Komunikasi
Porter dan Samovar (1993:26) menyatakan bahwa hubungan reciprocal
(timbal balik) antara budaya dan komunikasi penting untuk dipahami bila ingin
mempelajari komunikasi antar budaya secara mendalam. Hal ini terjadi karena
melalui budayalah orang-orang dapat belajar berkomunikasi.Selanjutnya Porter
dan Samovar kembali menegaskan, kemiripan budaya dalam persepsi akan
memungkinkan pemberian makna yang cenderung mirip pula terhadap suatu
realitas sosial atau peristiwa tertentu. Sebagaimana kita memiliki latar belakang
budaya yang berbeda-beda maka dengan sendirinya akan mempengaruhi cara dan
praktek berkomunikasi kita.
Banyak aspek / unsur dari budaya yang dapat mempengaruhi perilaku
komunikasi seseorang. Pengaruh tersebut muncul melalui suatu proses persepsi
dan pemaknaan suatu realitas.
Berikut kita akan membicarakan beberapa unsur sosial budaya sebagai
bagian dari komunikasi antar budaya, yang dapat berpengaruh secara langsung
terhadap makna-makna yang kita bangun dalam persepsi kita sehingga
mempengaruhi perilaku komunikasi kita9.
1.
Sistem kepercayaan (belief), nilai (values), dan sikap (attitude). Mari kita
tinjau satu per satu. Kepercayaan dalam pandangan Mulyana (2004) adalah
suatu persepsi pribadi. Kepercayaan merujuk pada pandangan dimana sesuatu
memiliki ciri-ciri atau kualitas tertentu, tidak peduli apakah sesuatu itu dapat
dibuktikan secara empiris (logis) atau tidak. Berikut dicontohkan Mulyana:
9
Porter dan Samovar, budaya komunikasi hal 28-32, 2003
26
a.
Berdoa membantu menyembuhkan penyakit.
b.
Bersiul di malam hari mengundang setan, terutama di tempat ibadah.
c.
Menabrak kucing hitam akan membawa kemalangan.
d.
Angka 9 adalah angka keberuntungan, dll.
Hal senada juga disampaikan Porter dan Samovar, kepercayaan merupakan
kemungkinan-kemungkinan subyektif yang diyakini individu bahwa suatu
obyek
atau
peristiwa
memiliki
karakteristik-karakteristik
tertentu.
Kepercayaan melibatkan hubungan antara objek yang dipercayai dan
karakteristik-karakteristik yang membedakannya. Selanjutnya ditegaskan lagi,
budaya ternyata memainkan peranan yang sangat kuat dalam pembentukan
kepercayaan.Dalam konteks komunikasi antar budaya, kita tidak bisa
memvonis bahwa suatu kepercayaan itu salah dan benar. Bila kita ingin
membangun suatu komunikasi yang memuaskan dan sukses maka kita harus
menghargai kepercayaan dari lawan bicara kita yang sekalipun apa yang
dipercayainya itu tidak sesuai dengan apa yang kita percayai. Sementara nilainilai dijelaskan Porter dan Samovar sebagai aspek evaluatif dari sistemsistem kepercayaan. Dimensi evaluatif dari nilai-nilai ini meliputi kualitas
kemanfaatan, kebaikan, estetika, kemampuan memuaskan kebutuhan dan
kesenangan.Dalam
pandangan
Mulyana
(2004:43),
nilai
merupakan
kepercayaan yang relatif bertahan lama akan suatu benda, peristiwa, dan
fenomena berdasarkan kriteria tertentu. Nilai-nilai budaya tersebut kemudian
dipakai oleh seseorang menjadi rujukan dalam mempersepsi apa yang baik
dan apa yang buruk, apa yang benar dan yang salah, sejati dan palsu, positif
27
dan negatif, dll. Nilai-nilai rujukan ini kemudian akan mempengaruhi
perilaku komunikasi seseorang sehingga dapat membedakan atau mentaati
perilaku yang mana yang harus dilakukan dan perilaku komunikasi yang
seperti apa yang harus dihindari (Porter dan Samovar, 1993:29). Nilai-nilai
dalam suatu budaya tampak dalam bentuk perilaku-perilaku para anggota
budaya
sebagaimana
dituntut
atau
disyaratkan
oleh
budaya
yang
bersangkutan. Misalnya, umat muslim dituntut untuk menjalankan ibadah
puasa dalam bulan Ramadhan, umat katholik dituntut untuk menghadiri misa,
dsb. Nilai-nilai ini disebut oleh Porter dan Samovar sebagai nilai-nilai
normatif. Selanjutnya, kepercayaan dan nilai ini berkontribusi pada
pengembangan sikap. Sikap dalam pandangan Porter dan Samovar dipahami
sebagai suatu kecenderungan yang diperoleh dengan cara belajar untuk
merespons suatu objek atau realitas secara konsisten. Sikap tersebut dipelajari
dalam suatu konteks budaya. Kepercayaan dan nilai-nilai yang kita anut
sehubungan dengan suatu objek akan mempengaruhi sikap kita terhadap
objek tersebut. Misalnya, jika kita percaya bahwa mandi malam tidak baik
untuk kesehatan tubuh, maka kita akan menghindari untuk mandi malam.
2.
Pandangan Dunia (world view) Unsur sosial budaya kedua yang
mempengaruhi persepsi kita terhadap suatu objek atau realitas dan akhirnya
mempengaruhi perilaku komunikasi yakni pandangan dunia. Menurut Porter
dan Samovar (1993:30), pandangan dunia merupakan salah satu unsur
terpenting dalam aspek-aspek perseptual komunikasi antarbudaya. Pandangan
dunia berkaitan erat dengan orientasi suatu budaya terhadap hal-hal seperti
28
Tuhan, kemanusiaan, alam semesta, dll. Deddy Mulyana (2004:32-4)
kemudian menegaskan, pandangan dunia mempengaruhi pemaknaan suatu
pesan. Sebagai salah satu unsur budaya, jelas bahwa pandangan dunia
mempengaruhi komunikasi kita dengan orang lain. Dicontohkan Mulyana,
karena kepercayaan seseorang yang teguh akan agamanya maka akan
mendorongnya untuk bertindak hati-hati, tidak berbohong, menghina atau
memfitnah orang lain, karena meyakini semua tindakan komunikasinya itu
kelak harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Menurut Mulyana,
salah satu kategori pandangan dunia adalah agama. Hal ini terjadi karena
agama lazimnya terdapat ajaran mengenai bagaimana seharusnya manusia
berhubungan dengan dirinya sendiri, orang lain, alam semesta, dan Tuhan.
3.
Organisasi sosial (social organization) Porter dan Samovar (1993:31-32)
berpendapat, cara bagaimana suatu budaya mengorganisasikan dirinya dan
lembaga-lembaganya
juga
mempengaruhi
bagaimana
anggota-anggota
budaya mempersepsi dunia dan bagaimana mereka berkomunikasi. Menurut
Porter dan Samovar, ada dua institusi atau organisasi sosial yang berperanan
penting dalam kaitannya dengan persepsi. Pertama keluarga, yang meskipun
merupakan organisasi sosial terkecil dalam suatu budaya, ia juga mempunyai
pengaruh penting. Keluarga memberi banyak pengaruh budaya kepada anak.
Keluargalah yang membimbing anak dalam menggunakan bahasa untuk
berkomunikasi, mulai dari cara memperoleh kata hingga dialek.Kedua,
sekolah dimana diberi tanggung jawab besar
untuk mewariskan dan
memelihara suatu budaya. Sekolah memelihara budaya dengan cara
29
memberitahu murid tentang apa yang telah terjadi di dunia sekitar, apa yang
penting, dan apa yang harus diketahui sebagai anggota dari suatu komunitas
budaya.
2.5.
Cara Komunikasi Mempengaruhi Budaya
Martin dan Nakayama (2004:97-99) mengulas bagaimana komunikasi
mempengaruhi budaya. Dijelaskan, bahwa budaya tidak akan bisa terbentuk tanpa
komunikasi. Pola-pola komunikasi yang tentunya sesuai dengan latar belakang
dan nilai-nilai budaya akan menggambarkan identitas budaya seseorang.
Contoh yang paling sederhana, Wilibrodus, seorang mahasiswa yang
berasal dari Manggarai berbicang-bincang dengan Andre dari suku Rote.Dialek
yang terdengar baik dari Wilibrodus maupun Andre tersebut setidaknya
mencerminkan identitas budaya masing-masing. Dari dialek Manggarai yang
disampaikan Wilibrodus setidaknya memberi gambaran bahwa ia adalah seorang
anggota dari komunitas budaya Manggarai. Begitu pun dengan Andre.
Jadi jelaslah bahwa perilaku-perilaku komunikasi yang sudah terbangun
dan terpola sedemikian rupa sehingga melahirkan suatu kharakteristik yang khas
akan membentuk suatu kebiasaan/budaya komunikasi bagi suatu komunitas
budaya tertentu. Singkatnya, aktivitas komunikasi dari seorang anggota budaya
dapat merepresentasikan kepercayaan, nilai, sikap dan bahkan pandangan dunia
dari budayanya itu. Selain itu, melalui komunikasi dapat pula memperkuat nilainilai dasar dan esensial suatu budaya
30
2.6.
Teori Organisasi Dan Komunikasi Organisasi
Asumsi-asumsi perspektif organisasi meliputi
a.
Modern berasumsi prganisasi sebagai sebuah jaringan sistem yang terdiri dari
setidak-tidaknya 2 orang atau lebih dengan kesaling tergantungan, input,
proses dan output. Menurut pandangan ini, orang-orang (komunikator)
bekerjasama dalam sebuah sistem untuk menghasilkan suatu produk dengan
menggunakan energi, informasi dan bahan-bahan dari lingkungan.
b.
Interpretasi Simbolik berasumsi organisasi memproduksi situasi / lingkungan
/ budaya / realitas sosial melalui pemaknaan atas interaksi dalam organisasi.
Organisasi terbentuk karena adanya interaksi (komunikasi) yang terjadi antar
anggota melalui pemaknaan atas simbol-simbol, baik simbol verbal maupun
non verbal.
Perkembangan Teori Organisasi (Menurut Wayne Pace Di antara 2
Paradigma)
1.
Teori Tradisional meliputi teori perilaku dengan teori komunikasi
kewenangan Chester Barnard, Organisasi formal suatu sistem kegiatan dua
orang atau lebih yang dilakukan secara sadar dan terkoordinasikan.
Menitikberatkan konsep sistem dan konsep orang. Eksistensi organisasi
bergantung pada kemampuan manusia untuk berkomunikasi dan kemauan
untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan yang sama. Fungsi utama
pimpinan adalah mengembangkan & memelihara suatu sistem komunikasi.
Teori Penerimaan Kewenangan. Empat syarat seseorang mau menerima pesan
otoritatif. 1. Orang tersebut memahami pesan yang dimaksud. 2. Orang
31
tersebut percaya bahwa pesan itu tidak bertentangan dengan tujuan
organisasi. 3. Orang tersebut percaya (pada saat memutuskan bekerja sama)
bahwa pesan yang dimaksud sesuai dengan minatnya. 4. Orang tersebut
memiliki kemampuan fisik dan mental untuk melaksanakan pesan (sesuai
dengan kompetensi dirinya). Teori Hubungan Manusia Elton Mayo,
Melakukan penelitian di kompleks Hawthorne milik Western Electric
Company Efek Hawthorne Perhatian terhadap orang-orang boleh jadi
mengubah sikap & perilaku pekerja. Moral dan produktifitas dapat meningkat
apabila para pegawai mempunyai kesempatan untuk berinteraksi satu sama
lain. “kondisi kerja yang menyenangkan, bebas dan membahagiakan dapat
meningkatkan produktifitas”. Teori Fusi Bakke, Proses Fusi Organisasi,
hingga tahap tertentu, mempengaruhi individu, sementara pada saat yang
sama
individupun
mempengaruhi
organisasi.
Organisasi
yang
dipersonalisasikan oleh setiap ndividu pegawai dan individu yang
disosialisaikan oleh organisasi. Karena itu setiap pegawai menunjukkan ciriciri organisasi, dan setiap jabatan tampak unik seperti individu yang
mendudukinya. Setelah fusi, setiap pegawai tampak menyerupai organisasi,
dan setiap jabatan dalam organisasi dimodifikasi sesuai dengan minat khusus
individu. Teori Peniti Penyambung (The Linking Pin Model) Rensis Likert
Konsep ini berkaitan dengan kelompok yang tumpang tindih dalam peran
(sebagai pemimpin untuk unit yang lebih rendah dan sebagai anggota unit
yang lebih tinggi) Menunjukkan hubungan antar kelompok. Organisasi
berorientasi pada hubungan ke atas dalam hal komunikasi, pengaruh
32
pengawasan dan pencapaian tujuan organisasi. Teori Sistem “Satu-satunya
cara yang bermakna untuk mempelajari organisasi adalah sebagi suatu
sistem” (Scott, 1961) Bagian-bagian dalam organisasi merupakan sebuah
sistem, berupa individu dan kepribadiannya, struktur formal, pola interaksi
informal, pola status & peranan, lingkungan fisik pekerjaan. Inilah yang
disebut sistem organisasi. Konsep sistem fokus pada pengaturan, interakis,
pola komunikasi dan hubungan antara bagian-bagian & dinamika hubungan
tersebut yang menumbuhkan kesatuan / keseluruhan Dalam sistem terdapat
hubungan interdependensi diantara komponen / bagian suatu sistem
(subsistem) Suatu perubahan pada suatu bagian/komponen akan membawa
perubahan pada setiap komponen lainnya dalam keseluruhan sistem. Salah
satu tokoh Teori Sistem Umum Bertalanffy, mengindentifikasina beberapa
prinsip yang berlaku bagi semua jenis sistem yakni bahwa mesin, organisme
dan organisasi memiliki proses serupa dan dapat diuraikan dengan prinsipprinsip yang sama. Ciri-Ciri Sistem, 1. Nonsumativitas, yaitu suatu sistem
tidak sekedar jumlah dari bagian-bagiannya. Namun dia akan memperoleh
identitas yang terpisah dari masing-masing hubungan. 2. Unsur-unsur
struktur, fungsi dan evlusi. Sturktur merujuk pada hubungan antarkomponen
suatu sistem. Struktur mencerminkan keteraturan. 3. Keterbukaan. Organisasi
adalah sistem sosial. Batas-batasnya dapat ditembus, yang memungkinkan
organisasi berinteraksi dengan lingkungannya sehingga memperoleh energi
dan informasi. 4. Hierarki. Suatu sistem merupakan suatu suprasistem bagi
sistem-sistem lain di dalamnya, atau sebagai subsistem bagi suatu sistem
33
yang lebih besar. Teori Sistem Sosial Katz & Kahn Kebanyakan interaksi kita
dengan orang lain merupakan tindakan komunikatif (verbal/non verbal, bicara
/ diam). “komunikasi – pertukaran informasidan transmisi makna – adalah
inti suatu sistem sosial atau suatu organisasi. Termasuk dalam bentuk-bentuk
interaksi sosial seperti penggunaan pengaruh, kerja sama penularan sosial
atau peniruan dan kepemimpinan yang dimasukkan dalam konsep organisasi.
2.
Teori Mutakhir (Subjektivisme) teori pengorganisasian Carl Weick proses
pengorganisasiaan akan menghasilkan organisasi. Pengorganisasian adalah
sebuah proses dan aktivitas/kegiatan. Walaupun organisasi memiliki struktur
namun bagaimana organisasi bertindak dan bagaimana organisasi tersebut
tampil ditentukan oleh struktur yang ditetapkan oleh pola-pola reguler
perilaku yang saling bertautan. (Weick, 1979, hal 90). Komunikasilah yang
merupakan proses penting. Proses menghasilkan struktur. Suatu sistem jelas
manusia. Manusia tidak hanya menjalankan organisasi, manusia merupakan
organisasi itu sendiri. Pengorganisasian adalah suatu gramatika (aturan,
konvensi, praktik organisasi) yang disahkan secara mufakat untuk
mengurangi
ketidakpastian
dengan
menggunakan
perilaku
bijaksana
(pengalaman) yang saling bertautan. (pengalaman dilalui bersama dengan
orang
lain
melalui
sistem
lambing
/
simbol),
Proses
/
Tahap
Pengorganisasian, 1. Tahap Enactment secara sederhana berarti bahwa
paraanggota organisasi menciptakan ulang lingkungan mereka dengan
menentukan dan merundingkan makna khusus bagi suatu peristiwa, 2. Tahap
seleksi,aturan-aturan dan siklus komunikasi digunakan untuk menentukan
34
pengurangan
yang
sesuai
dengan
ketidakjelasan,
3.
Tahap
retensi,memungkinkan organisasi menyimpan informasi mengenai cara
organisasi itu memberi respon atas berbagai situasi, 4. Teori kultural
Organisasi. Akan dibahas dalam kajian tersendiri, metaphora organisasi
gareth morgan. Organisasi dapat dilihat dari berbagai perspektif. Perspektif
pertama sebagaimana yang diungkapkan oleh Gareth Morgan melihat
organisasi dalam 8 metafora1. Antara lain : 1. Organisasi ibarat mesin
(machine). Organisasi mengolah segala sumber daya yang ada dan memiliki
bagian-bagian yang menghasilkan produk dan jasa. 2. Organisasi ibarat
organisme (organism). Seperti tumbuhan atau hewan, organisasi lahir,
tumbuh,
berfungsi dan
beradaptasi terhadap
perubahan-
perubahan
lingkungan dan pada akhirnya ia mati. 3. Organisasi ibarat otak (brain). Ia
memproses informasi, ia memiliki intelegensi, ia mengkonseptualisasi dan ia
membuat perencanaan. 4. Organisasi ibarat budaya (culture) karena ia
mencipta pengertian, memiliki nilai dan norma, dan diperkuat dengan ceritacerita dan ritual-ritual bersama. 5. Organisasi seperti sebuah sistem politik
(political system) , dimana kekuasaan dibagi, pengaruh dijalankan, dan
keputusan-keputusan dibuat. 6. Organisasi sebagai penjara supranatural
(psychic prisons) karena ia dapat membentuk dan membatasi kehidupan
anggota-anggotanya. 7. Organisasi sebagai perubahan dan transformasi (flux
and transformation), karena ia menyesuaikan diri, berubah, tumbuh atas dasar
informasi, umpan balik dan kekuatan logika. 8. Organisasi sebagai instrumen
dominasi (instrument of domination) karena ia mengandung kepentingan-
35
kepentingan yang bersaing, yang beberapa di antaranya mendominasi yang
lain. Gareth Morgan, Image of Organization, Beverly Hills, CA : Sage, 1986.
Tradisi studi organisasi menurut little jhon, Stephen W Little john
memberikan satu bentuk metafora lain yang mengibaratkan bahwa organisasi
adalah sebagai sebuah jaringan (Organizational Network). Jaringan adalah
struktur-struktur sosial yang diciptakan melalui komunikasi di antara
individu-individu dan kelompok-kelompok. Sewaktu orang berkomunikasi
dengan orang lain, sebenarnya ia sedang membuat kontak-kontak dan polapola hubungan dan saluran-saluran ini menjadi instrumen dalam semua
bentuk fungsi sosial, dalam organisasi-organisasi dan dimasyarakat luas.
Organisasi dipahami mampu membangun realita sosial. Jaringan adalah
saluran-saluran melalui mana pengaruh dan kekuasaan dijalankan, tidak
hanya oleh manajemen dengan cara formal tetapi juga informal diantara para
anggota organisasi. Sementara itu, Peter Monge dan Eric Eisenberg melihat
teori jaringan sebagai suatu cara untuk mengintegrasikan tiga tradisi dalam
studi organisasi. Pertama tradisi posisional, relasional, dan kultural.
Stephen W Littlejohn, Teories of Human Communication, Thomson
Learning,USA. 7th.ed. 2001. 3 ibid..p.282 1. Tradisi Posisional, Tradisi ini
memberikan perhatian pada struktur dan peran-peran formal dalam
organisasi. Organisasi dalam pandangan tradisi ini dipandang sebagai
sekumpulan posisi seperti administrator, pimpinan dan anggota. Setiap posisi
memiliki fungsi-fungsi tertentu. Pendekatan yang dipergunakan oleh tradisi
ini adalah pendekatan struktural, yang mendefinisikan sebuah organisasi
36
sebagai sebuah kumpulan yang stabil dari hubungan-hubungan yang
didefinisikan secara formal. Tradisi posisional terdiri dari beberapa teori
tentang jaringan-jaringan komunikasi formal. Teori-teori ini cenderung
meneliti cara-cara manajemen menggunakan jaringan-jaringan formal untuk
mencapai tujuannya. 2. Tradisi Relasional Tradisi ini dibangun diatas asumsi
dasar bahwa organisasi terbentuk karena adanya interaksi timbal balik antar
individu. oleh karena itu tradisi ini memberikan perhatian pada cara-cara
organisasi terbentuk melalui interaksi antar individu-individu. tradisi ini
berhubungan
dengan
cara-cara
hubungan-hubunga
yang
umumnya
berkembang dikalangan para partisipan di dalam sebuah organisasi dan
bagaimana jaringan muncul dari hubungan-hubungan tersebut. Disini,
organisasi dipandang sebagai sebuah sistem yang yang hidup dan mengalami
perubahan yang terus menerus dibentuk dan diberi arti melalui interaksi
antara anggota-anggotanya. 3. Tradisi Kultural, Kajian sentral dalam tradisi
ini adalah tentang simbol-simbol dan pengertian yang membentuk suatu
organisasi. Tradisi ini memahami bahwa dunia organisasi diciptakan oleh
anggotanya dalam cerita-cerita, ritual-ritual, dan pekerjaan tugas. Struktur
organisasi sesunguhnya tidak dirancang sebelumnya tetapi muncul dari
tindakan-tindakan anggotanya secara informal dalam aktifitas mereka seharihari. Pengelompokkan teori komunikasi organisasi melurut little jhon. 1.
Tradisi Posisional, termasuk dalam tradisi ini Teori Birokrasi dari Max
Weber, yang merupakan bagian dari teori organisasi klasik, dan kedua Teori
Empat Sistem dari Likert. 2. Tradisi Relasional, termasuk dalam tradisi ini
37
The Process of Organizing oleh Carl Weick dan pengembangan teori ini
Conversation And Text In The Process Of Organizing dari James W Taylor,
serta Structuratio in Organizations oleh Marshall Scott Poole & Robert
McPhee dan pengembangan dari teori ini Structuration in Organizational,
Control and Identity oleh George Cheney & Philip Tompkins. 3. Tradisi
Kultural, termasuk dalam tradisi ini Domain of Organizational Culture oleh
John Van Maanen dan Stephen Barley.
Download