pengaruh edukasi cbia (cara belajar ibu aktif) terhadap tingkat

advertisement
p-ISSN: 2088-8139
e-ISSN: 2443-2946
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi
PENGARUH EDUKASI CBIA (CARA BELAJAR IBU AKTIF) TERHADAP
TINGKAT PENGETAHUAN OBAT COMMON COLD DI DESA
THE INFLUENCES OF EDUCATION CBIA (MOTHER ACTIVE LEARNING METHOD) ON
KNOWLEDGE OF COMMON COLD DRUG IN THE VILLAGE
Okti Ratna Mafruhah, Diesty Anita Nugraheni, Sita Ririn Safitri
Prodi Farmasi, Fakultas MIPA, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
ABSTRAK
Common cold atau biasa disebut pilek merupakan salah satu penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bagian atas.
Obat common coldmerupakan golongan obat bebas terbatas yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Pengetahuan yang baik dalam
swamedikasi dapat menciptakan penggunaan obat yang tepat, sehingga meminimalisir medication error. Penelitian yang dilakukan di
Desa Umbulmartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh edukasi CBIA (Cara Belajar Ibu Aktif) terhadap tingkat pengetahuan obat common cold. Metode yang digunakan adalah
Quasi Experimental dengan rancangan pretest-postest design with control group. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang
dibagikan sebelum dan sesudah intervensi. Data yang telah didapatkan dianalisis secara statistik dengan Wilcoxon dan MannWhitney test. Tingkat pengetahuan kelompok perlakuan meningkat secara signifikan dengan p value 0,000. Perbedaan tingkat
pengetahuan yang signifikan juga terjadi anatara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dengan p value 0,000. Kategori baik
pada kelompok perlakuan meningkat menjadi 81,6%.
Kata kunci: CBIA,common cold, pengetahuan, swamedikasi
ABSTRACT
Common cold or commonly called as cold was one of the Acute Respiratory Infection (ARI) upside diseases. Common cold
medications including limited free drug classes that can be purchased without a prescription or as self medication. Appropriate
knowledge in self medication may create the proper use of drugs, thus minimizing medication errors. Research conducted in the
village of Umbulmartani, Ngemplak subdistrict, Sleman, Yogyakarta aims to the influences of education CBIA (Mother Active Learning
Method) to the level knowledge of common cold drug. The method used was Quasi Experimental with pretest-posttest design with
control group. Measuring tool used wasa questionnaire distributed before and after the intervention. The data have been obtained
were statistically analyzed with Wilcoxon and Mann-Whitney test. The level of knowledge of the treatment group increased
significantly with p value of 0.000. Significant differences in the level of knowledge was also occurring between the control group and
the treatment group with a p value of 0.000. Both categories in the treatment group increased to 81.6%.
Keywords: CBIA, common cold, knowledge, self medication
PENDAHULUAN
Common cold merupakan salah satu jenis
penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
dan dapat menyerang semua manusia tanpa
mengenal usia(Calamusa, 2011 ; Gitawari, 2014).
Common cold memiliki peringkat pertama
sebagai penyakit yang paling sering didiagnosa
sekabupaten Sleman, Yogyakarta pada tahun
2013 yakni sebanyak 87.093 kasus(DINKES
Sleman, 2013). Common cold atau biasa disebut
pilek merupakan penyakit yang paling sering
ditemukan dalam swamedikasi (DINKES
Sleman, 2013). Swamedikasi merupakan salah
satu upaya masyarakat untuk mengobati dirinya
sendiri (Meriati, 2013). Obat common cold yang
KORESPONDENSI:
Sita Ririn Safitri, S.Farm.
Prodi Farmasi FMIPA UII Yogyakarta
Email
: [email protected]
digunakan dalam swamedikasi adalah obat
tanpa resep (OTR) meliputi golongan obat
bebas dan obat bebas terbatas (Arenatha, 2014).
Pada pelaksanaannya swamedikasi
dapat menjadi sumber terjadinya kesalahan
pengobatan
(medication
error)
karena
pengetahuan masyarakat yang terbatas tentang
obat dan penggunaannya (Meriati, 2013). Salah
satu cara dalam penyampaian informasi tentang
obat dan penggunaannya adalah edukasi CBIA.
CBIA (Cara Belajar Ibu Aktif) merupakan
metode yang digunakan untuk menyampaikan
informasi obat dengan melibatkan subjek secara
aktif yaitu mendengar, melihat, menulis dan
melakukan evaluasi tentang pengenalan jenis
obat dan bahan aktif yang terkandung serta
informasi lain seperti indikasi, kontraindikasi,
dan efek samping (Widayati, 2008).Metode CBIA
69
Volume 6 Nomor 1 – Maret 2016
juga dapat meningkakan pengetahuan siswa di
Kota Metro tentang obat common coldsebanyak
62% (Noerdianingsih, 2014).
Penelitian yang dilakukan kepada ibuibu sebagai provider dalam kesehatan ini
bertujaun untuk mengetahui pengaruh edukasi
CBIA
terhadap
tingkat
pengetahuan
penggunaan
obatcommon
cold
di
Desa
Umbulmartani Kabupaten Sleman Yogyakarta.
METODE
Desain penelitian menggunakan metode
Quasy Experiment dengan rancangan pretestpostest design with control group. Penelitian
dilakukan pada 49 kelompok kontrol dan 49
kelompok perlakuan yang dilakukan pada bulan
Juni hingga Agustus 2015. Responden dalam
penelitian yakni ibu yang berusia 18 – 59 tahun.
Kriteria inklusi yakni Ibu yang pernah atau
sedang menggunakan obat common cold,
sedangkan kriteria eksklusi yakni Ibu yang tidak
bisa membaca dan menulis, danIbu yang
merupakan
tenaga
medis.
Alat
ukur
menggunakan kuesioner yang telah divalidasi
dan diberikan kepada responden saat pre-test
dan post-test.
Pada kelompok perlakuan, dilakukan
pengisian kuesioner pre-test, kemudian edukasi
CBIA, setelah itu dilakukan lagi pengisian
kuesioner post-test. Kelompok kontrol sama
dengan kelompok perlakuan, hanya saja antara
pengisian kuesioner pre-test dan post-test tidak
diberikan edukasi. Edukasi CBIA diberikan oleh
apoteker sebagai narasumber dan dilakukan
selama ± 2 jam.
Edukasi
dilakukan
dengan
cara
mengelompokkan ibu-ibu dengan anggota 3-5
orang tiap kelompok. Selama kegiatan CBIA
berlangsung,
diskusi
antar
anggota
dimaksimalkan yang didampingi oleh tutor
tanpa kegiatan tulis menulis.
Kegiatan pertama yang dilakukan yakni
mengamati
dan
mengelompokkan
obat
berdasarkan nama bahan aktif yang tertera pada
masing-masing kemasan obat. Kegiatan kedua
yakni mengurutkan nama bahan aktif obat,
nama obat yang mengandung bahan aktif yang
70
sama,
menjelaskan
aturan
pakai
obat,
mengetahui adanya peringatan efek samping
dan kontraindikasi. Informasi efek samping dan
kontraindikasi yang belum ditemukan dalam
kemasan obat selama diskusi kegitan kedua bisa
langsung ditanyakan pada tutor atau apoteker
sebagai narasumber.
Aspek yang diukur dalam penelitian adalah
tingkat pengetahuan pre-test dan post-test serta
pengaruh edukasi CBIA terhadap tingkat
pengetahuan obat common cold. Penilaian tingkat
pengetahuan dibagi menjadi tiga kategori, baik
jika skor >80% ; sedang jika skro 60-80% ; buruk
jika skor <60% (Notoatmodjo, 2012).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Tingkat Pengetahuan Kelompok
Perlakuan
Gambar 1 menunjukkan bahwa hasil
pre-test lebih tinggi pada kategori sedang
sedangkan hasil post-test lebih tinggi pada
kategori baik.
Berdasarkan 12 pertanyaan yang
diajukan, sebagian besar responden menjawab
dengan jawaban tidak tahu pada pertanyaan
mengenai pengertian swamedikasi, pertanyaan
mengenai tanda golongan obat pada kemasan
obat. Pertanyaan lain yang dijawab dengan
jawaban
tidak
tahu
adalah
tentang
kontraindikasi, dan pertanyaan tentang interaksi
obat. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian Hermawati (2012), yang menyatakan
bahwa pengetahuan masyarakat mengenai
tanda golongan obat masih terbatas. Bagi
sebagian responden, istilah swamedikasi dan
tanda golongan obat merupakan hal yang baru
mereka ketahui (dilihat dari pertanyaan yang
diajukan responden). Walaupun informasi
tentang kedua hal tersebut pernah didengar
sebelumnya oleh sebagian responden lain,
namun pengertian dan penjelasannya tidak
diingat (Notoatmodjo, 2012). Kontraindikasi dan
interaksi obat dalam kemasan obat sangat jarang
dibaca oleh masyarakat, sehingga sebagian besar
masyarakat tidak mengetahui
tentang
kontraindikasi
yang
tertera
didalamnya.
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi
90
81.6
80
70
60
49
Pre-test Perlakuan
50
40
Post-test Perlakuan
30.6
30
18.4
20.4
20
10
0
0
Baik
Sedang
Buruk
Gambar 1. Gambaran Tingkat Pengetahuan Kelompok Perlakuan dari Hasil Pre-Test Dan Post-Test
46.9
50
49
45
38.8
40
35
30
26.5
24.5
Pre-test Kontrol
25
Post-test Kontrol
20
14.3
15
10
5
0
Baik
Sedang
Buruk
Gambar 2. Gambaran Tingkat Pengetahuan Kelompok Kontrol dari Hasil Pre-Test Dan Post-Test
Pengetahuan
responden
mengenai
penyebab pilek, dosis obat, hal yang harus
dilakukan ketika mengalami efek samping, dan
penyimpanan obat sudah cukup baik. Ini
ditunjukkan dengan banyakknya jawaban benar
pada pertanyaan tersebut.
Hasil post-test menunjukkan bahwa
hampir semua pertanyaan dapat dijawab
dengan
benar oleh responden. Terdapat
beberapa pertanyaan dengan jawaban tidak
tahu yang masih ditemukan pada pertanyaan
tentang kontraindikasi dan interaksi obat.
Gambaran Tingkat Pengetahuan Kelompok
Kontrol
Paga Gambar 2. kategori yang paling
tinggi pada hasil pre-test adalah kategori sedang,
sedangkan pada hasil post-test yang paling tinggi
adalah kategori baik.
Berdasarkan hasil pret-test, jawaban
tidak tahu pada kelompok kontrol hampir sama
dengan kelompok perlakuan yakni paling
banyak pada pertanyaan terkain pengertian
swamedikasi,
tanda
golongan
obat,
kontraindikasi dan interaksi obat. Jawaban yang
71
Volume 6 Nomor 1 – Maret 2016
benar pada kelompok kontrol dari hasil pre-test
berbeda dengan kelompok perlakuan. Padahasil
post-testmenunjukkan bahwa pada kelompok
kontrol memiliki pengetahuan yang baik tentang
penyebab pilek, dosis obat dan efek samping
obat pilek.
Hasil post-test dengan jawaban tidak
tahu masih ditunjukkan pada pertanyaan yang
sama seperti jawaban pada saat pre-test yakni
tentang
istilah
swamedikasi,
tentang
penggolongan obat, tentang kontraindikasi,
tentang
interaksi
obat,
dan
tentang
penyimpanan obat. Jawaban yang paling banyak
benar adalah pertanyaan tentang penyebab
pilek.
Responden memilih jawaban tidak tahu
pada pertanyaan tentang istilah swamedikasi
dan golongan obat dikarenakan istilah
swamedikasi dan tanda golongan obat
merupakan hal yang baru bagi responden.
Kontraindikasi obat juga merupakan hal yang
baru diketahui oleh responden sehingga hal
tersebut yang paling diperhatikan dan
dipertanyakan pada saat edukasi. Pada
kelompok kontrol, hasil jawaban pada saat
pretest dan postest mengalami sedikit
peningkatan, hal tersebut dikarenakan pada
kelompok kontrol tidak diberikan edukasi
sehingga jawaban responden berdasarkan
pengetahuan dan ingatan mereka saja.
Pengaruh
Edukasi
Terhadap
Tingkat
Pengetahuan
Berdasarkan tabel I, hasil p value > 0,05
yakni 0,571. Hal tersebut berarti tidak ada
perbedaan yang signifikan antara hasil pre-test
pada kelompok kontrol dan hasil pre-test
padakelompok perlakuan. Hasil
post-test
kelompok kontrol dan hasil post-test kelompok
perlakuan memiliki perbedaan yang signifikan.
Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil p value yang
kurang dari 0,05 yakni 0,000. Salah satu faktor
yang menyebabkan perbedaan hasil signifikan
adalah adanya edukasi CBIA. Edukasi hanya
diberikan pada kelompok perlakuan sehingga
hasil post-test perlakuan lebih tinggi daripada
hasil post-test kelompok kontrol yang kemudian
menyebabkan hasil signifikan.
72
Tingkat Pengetahuan Kelompok Kontrol dan
Perlakuan
Uji
yang
dilakukan
untuk
membandingkan antara hasil pre-test dan posttest pada kelompok kontrol menghasilkan data
yang signifikan dengan p value 0,015 yakni
kurang dari 0,050. Pada kelompok kontrol tidak
diberikan edukasi, namun hasil yang signifikan
bisa disebabkan oleh cara responden menjawab
pertanyaan dalam kuesioner. Pengisian pre-test
dilakukan
sendiri-sendiri,
namun
ketika
pengisian post-test dilakukan secara bersamasama dengan responden lain sehingga hasil posttest dan hasil pre-testdapat berbeda signifikan.
Berdasarkan
p
value
yang
menunjukkan hasil 0,000 yakni kurang dari 0,05
sehingga hasil tingkat pengetahuan sebelum dan
sesudah
diberikan
penyuluhan
berbeda
signifikan. Hasil yang signifikan tidak bisa
langsung disimpulkan sebagai pengaruh dari
pemberian edukasi CBIA, namun juga karena
adanya
kesadaran
responden
untuk
mendengarkan dan memahami edukasi yang
diberikan (Supardi, 2006). Jarak waktu antara
pengisian pre-test dan post-test cukup dekat,
sehingga kemungkinan responden masih
mengingat pertanyaan yang diberikan ketika
pre-test. Beberapa hal tersebut diduga sebagai
faktor
lain
yang
dapat
menyebabkan
peningkatan pengetahuan responden.
Common cold merupakan penyakit yang
sering terjadi, bisa terjadi kapan saja dan pada
siapa saja (Gitawari, 2014). Lebih dari 80%
responden di Desa Umbulmartani pernah
mengalami dan mengkonsumsi obat common
cold. Informasi pada kemasan obat yang tidak
selalu dibaca menyebabkan responden tidak
mengetahui adanya interaksi dan kontraindikasi
dalam obat common cold, begitu juga istilahistilah dan tanda golongan obat yang
merupakan hal baru bagi responden. Hal itu
dikarenakan belum adanya pemberitahuan atau
penyuluhan terkait obat common cold dan istilah
tersebut. Edukasi CBIA yang memberikan
informasi terkait obat common cold mulai dari
penyebab penyakit, tanda golongan obat, dosis
obat, kontraindikasi, interaksi obat serta
penyimpanan
obat
dapat
meningkatkan
pengetahuan
responden
menjadi
81,6%.
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi
Tabel I. Hasil Perbandingan Kelompok Kontrol dan Perlakuan dari Hasil Pre-Test dan Post-Test
Asymp, Sig. (2-tailed)
Nilai Pre-test
Nilai Post-test
,571
0,000
Keterangan: Uji menggunakan Mann-Whitney Test
Penelitian CBIA sebagai metode edukasi
juga pernah dilakukan oleh Noerdianingsih
(2014).
Hasil
penelitian
tersebut
juga
menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan
responden. Akan tetapi, sampel yang digunakan
serta waktu pre-test dan post-test berbeda
sehingga hasilnya tidak sepenuhnya disertakan
DAFTAR PUSTAKA
Arenatha, F.T., 2014, Analisis Pelayanan
Kefarmasian Pengobatan Swamedikasi
Diukur Dari Penerapan Pendekatan
Diagnosa Deferensial dan 8 Kriteria KIE
Ideal,Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas
Surabaya, 3(1).
Calamusa, A.,et al., 2011, Factor That Influence
Italian Consumers’ Understanding of
Over-the-counter Medicines and Risk
Perception,
Patient Education and
Counseling, Italia.
Dinas Kesehatan Sleman, 2013Profil Kesehatan
Sleman Tahun 2013, Dinas Kesehatan
Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Gitawari, R., 2014, Bahan Aktif Dalam Kombinasi
Obat Flu dan Batuk-Pilek, dan Pemilihan
Obat Flu yang Rasional,Media Litbangkas.
Vol. 24 No. 1. p. 10-18.
Hermawati,D.,2012,
Pengaruh
Edukasi
Terhadap Pengetahuan dan Rasionalitas
Penggunaan Obat Swamedikasi di Dua
Apotek
Kecamatan
Cimanggis.
Depok,Skripsi. Universitas Indonesia.
Jakarta.
Meriati, N.W.E, Goenawi, L.R, Wiyono, W.,
2013,
Dampak
Penyuluhan
Pada
dan dibandingkan dengan hasil dari penelitian
ini.
KESIMPULAN
Edukasi CBIA dapat meningkatkan
pengetahuan ibu tentang obat common cold yang
dilakukan secara swamedikasi sebesar 81,6%.
Pengetahuan Masyarakat Terhadap
Pemilihan dan Penggunaan Obat Batuk
Swamedikasi Di Kecamatan Malalayang.
Jurnal Ilmiah Farmasi, 2 No. 03. 23022493.
Noerdianingsih,
E.,
2014,
Peningkatan
Pengetahuan dan Perilaku Siswa SMA
Di Kota Metro Dalam Swamedikasi
Common Cold Dengan Metode Cara
Belajar
Insan
Aktif
(CBIA),Tesis.
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Notoatmodjo, S., 2012,Metodologi Penelitian
Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. p.58-62,
125,126, 162-168, 176-179.
Supardi, S. Notosiswoyo, M., 2006, Pengaruh
Penyuluhan Obat Menggunakan Leaflet
Terhadap Perilaku Pengobatan Sendiri
di Tiga Kelurahan Kota Bogor, Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan, Bogor. Vol. 9,
4. p. 213-219.
Widayati, A., Suryawati, S., Crespigny, C.,
Hiller, J.E., 2008. Identifying Key Beliefs of
Self Medication with Antibiotics in
Yogyakarta
City
Indonesia,
http://www.inrud.org, diakses 28Februari
2015.
73
Volume 6 Nomor 1 – Maret 2016
74
Download