BAB II - Repository IAIN Pekalongan

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Keterampilan Menghafal
1. Pengertian Keterampilan
Keterampilan adalah kemampuan untuk melakukan tugas secara
fisik atau mental.1 Keterampilan intelek yaitu kapabilitas yang berupa
keterampilan yang membuat seseorang mampu dan berguna di masyarakat.
Keterampilan intelek berhubungan dengan pendidikan formal dari mulai
tingkat dasar dan seterusnya. Keterampilan intelek ini terdiri atas empat
keterampilan yang berhubungan dan bersifat sederhana sampai yang rumit,
yaitu belajar diskriminasi, belajar konsep konkrit dan konsep menurut
difinisi, belajar kaidah dan belajar kaidah yang tarafnya lebih tinggi.2
Hakikat pengajaran keterampilan menurut Ahmat Tafsir ialah
melatih otot sehingga terbentuk gerakan otot secara otomatis. Jadi
keterampilan pada hakikatnya ialah keterampilan fisik yaitu kemampuan
melakukan gerakan otot secara otomatis, tanpa dipikir. Istilah asingnya
ialah motor skill.3
1
Ali Nugraha, dkk. Kurikulum dan Bahan Belajar TK, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2009), hlm. 4-5.
2
Udin S. Winataputra, dkk. Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2009), hlm. 3-31
3
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya), hlm. 101
27
28
2. Macam-Macam Keterampilan
Pada masa pertumbuhannya, anak akan berusaha mempelajari dan
menguasai lima wilayah keterampilan dasar. Lima keterampilan dasar
yang dimaksud adalah :
a. Keterampilan berfikir dan menggunakan kecerdasannya untuk
memecahkan masalah (perkembangan kognitif).
b. Keterampilan berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain dan
lingkungan dengan mengasah kemampuannya mengontrol dirinya
sendiri (perkembangan sosial emosi).
c. Keterampilan berkomunikasi (perkembangan berbahasa).
d. Keterampilan motorik halus (fine motor skills)
e. Keterampilan motorik kasar (gross motor skills).4
Keterampilan yang hendak dikembangkan melalui berbagai
program kegiatan dapat dibedakan atas pengembangan keterampilan
kognitif, bahasa, kreativitas, motorik, dan emosi serta pengembangan
sikap hidup. Untuk mengembangkan berbagai keterampilan tersebut, dapat
kita pilih metode yang paling cocok untuk tiap-tiap aspek tersebut.5
Menurut Krulik dan Rudrick di dalam artikel Idris Harta,
keterampilan berfikir terdiri dari empat tingkat, yaitu menghafal (recall
thinking), dasar (basic thingking), kritis (critical thinking), dan kreatif
(creative thingking).
4
Agnes Tri Harjaningrum, Peranan Orangtua dan Praktisi dalam Membantu Tumbuh
Kembang Anak Berbakat Melalui Pemahaman Teori dan Tren Pendidikan, (Jakarta: Prenada,
2007), hlm. 66
5
Ali Nugroho, Op.Cit, hlm. 10-15
29
a. Keterampilan menghafal (recall thinking) adalah tingkat berfikir
paling rendah. Keterampilan ini hampir otomatis dan refleksif sifatnya.
b. Keterampilan dasar (basic thinking), keterampilan ini meliputi
memahami konsep-konsep seperti penjumlahan dan pengurangan,
termasuk aplikasinya dalam soal-soal.
c. Berfikir kritis adalah analisis dan refleksif berfikir kreatif yang
sifatnya orisinil dan reflektif. Hasil dari keterampilan berfikir ini
adalah sesuatu yang kompleks. Kegiatan yang dilakukan diantaranya
menyatakan ide, menciptakan ide baru dan menentukan efektifitasnya.
d. Berfikir kreatif meliputi kemampuan menarik kesimpulan yang
biasanya menelorkan hasil akhir yang baru.6
Dilihat dari segi metode pengajarannya, keterampilan ada dua yaitu
keterampilan fisik dan ketrampilan psikis. Keterampilan fisik dalam
pengajaran agama Islam dapat berupa ketrampilan wudlu, keterampilan
shalat, keterampilan mengurus jenazah, dan keterampilan manasik haji.
Sedangkan keterampilan psikis yaitu keterampilan dalam bentuk hafalan.7
3. Pengertian Hafalan
Pengetahuan hafalan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata
“knowledge” dari Bloom. Cakupan dalam pengetahuan hafalan termasuk
pula pengetahuan yang sifatnya faktual, samping pengetahuan yang
6
http://ginanjarabdurrahman.blogspot.com/2012/10/higher-order-thinking-skillshots.html/ diakses3/2/2014 08.00 pm
7
Ahmad Tafsir, Op.Cit, hlm. 102
30
mengenai hal-hal yang perlu diingat kembali seperti batasan, peristilahan,
pasal, hukum, bab, ayat, rumus dan lain-lain.8
Belajar dengan cara menghafal adalah cara yang biasa dipakai pada
bangsa-bangsa kuno dan bangsa-bangsa modern. Ulama-ulama Islam
mengutamakan sekali penghafalan Al Qur’an dan hadits-hadits. Beberapa
filosofi Islam mengembalikan kuatnya daya ingat dari orang-orang
tersebut pada faktor-faktor psikologis dan materi, yaitu terus menerus
menghafal dan mengulang-ulangi serta mencek selalu hafalan mereka,
mengorbankan seluruh waktu untuk belajar, tidak ada kesibukankesibukan lain ataupun pikiran-pikiran lain sehingga dapat 100% belajar
dalam suasana yang tenteram disertai keimanan.9
Memori yang dimiliki seseorang anak masih sangat jernih belum
dipenuhi berbagai macam pikiran ataupun pertimbangan seperti layaknya
seorang dewasa, daya ingat seorang anak sangat luar biasa bagaikan
sebuah mesin penghafal yang jitu, dapat mengingat berbagai hal dan tidak
mudah lupa walaupun hafalan tersebut tidak disertai dengan pemahaman
hikmah ataupun makna yang terkandung.10
4. Pengertian Keterampilan Menghafal
Sebenarnya hafalan bukan keterampilan, biasanya dimaksukkan ke
dalam ranah ingatan (cognitive sub-recall). Tetapi, dilihat dari segi
8
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
1998), hlm. 50
9
M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1993), hlm. 214
10
Syaikh Muhammad Said Mursi, Seni Mendidik Anak, Cetakan ke-1, (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2003), hlm. 93
31
pelatihannya, ia sama dengan latihan dalam keterampilan fisik, lebih-lebih
untuk hafalan-hafalan yang tidak dipahami (hafalan verbal). Hafalan yang
tidak dipahami memang ada di dalam pengajaran agama Islam, misalnya
hafalan-hafalan pada tingkat sekolah dasar.11
Keterampilan
menghafal
termasuk
keterampilan
berfikir
(perkembangan kognitif). Tetapi dalam pengajaran agama Islam,
menghafal termasuk keterampilan psikis yang dilihat dari segi metode
pengajarannya. Jadi keterampilan menghafal merupakan kemampuan
psikis anak untuk mengingat-ingat kembali suatu materi yang telah diingat
dan suatu saat dapat diproduksikan (diingat) kembali secara harfiah sesuai
dengan materi yang asli tanpa mengetahui makna yang sebenarnya
(hafalan yang tidak difahami/hafalan verbal).
B. Metode Pembiasaan
1. Pengertian Metode
Metode berasal dari bahasa Greek – Yunani, yaitu metha yang
berarti melalui atau melewati dan hodos yang berarti jalan atau cara. Dari
asal makna kata tersebut dapat diambil pengertian secara sederhana
metode adalah jalan atau cara yang ditempuh seorang guru dalam
menyampaikan ilmu pengetahuan pada anak didiknya sehingga dapat
mencapai tujuan tertentu. Ahmad Tafsir, sebagaimana yang dipaparkan
kembali
11
oleh
Thoifuri
Ahmad Tafsir, Op.Cit, hlm. 102
mendefinisikan
metode
dalam
interaksi
32
pembelajaran adalah cara yang tepat dan cepat melakukan sesuatu.12
Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang artinya suatu cara
kerja yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan dalam
mencapai suatu tujuan.13 Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan.
Metode dipilih berdasarkan strategi kegiatan yang suidah dipilih dan
ditetapkan. Metode merupakan cara, yang dalam bekerjanya merupakan
alat untuk mencapai tujuan kegiatan.14
Metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam
mengadakan
hubungan
dengan
siswa
pada
saat
berlangsungnya
pengajaran.15 Metode pengajaran sesuai dengan yang diungkapkan oleh
Thoifuri bahwa metode pengajaran adalah cara yang ditempuh guru dalam
menyampaikan bahan ajar kepada siswa secara tepat dan cepat
berdasarkan waktu yang telah ditentukan sehingga diperoleh hasil yang
maksimal.16 Metode pembelajaran dapat pula diartikan sebagai suatu cara
yang sistematis untuk melakukan aktivitas atau kegiatan pembelajaran
yang tujuannya mempermudah dalam mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan.17
12
Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran, (Pekalongan: STAIN Press,
2011), hlm. 112
13
Ahmad Munji Nasih dan Lilik Nur Khalidah, Metode dan Teknik Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Refrika Aditama, 2009), hlm. 29
14
Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1999), hlm. 7
15
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 1998), hlm. 76
16
Zaenal Mustakim, Ibid, hlm. 113
17
Muhammad Fadhillah, Desain Pembelajaran PAUD Tinjauan Teoretik & Praktik,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, Cetakan 1, 2012), hlm. 161
33
2. Kedudukan Metode Dalam Belajar Mengajar
Metode turut menentukan tercapai tidaknya tujuan pembelajaran,
sehingga seorang pendidik dituntut untuk mengetahui dan memahami
kedudukan metode dalam kegiatan belajar mengajar. Kedudukan metode
dalam belajar mengajar yaitu :
a. Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik
Penggunaan metode yang tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan
sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah.
b. Metode sebagai strategi pengajaran
Metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk
mencapai tujuan yang diharapkan.
c. Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan
Pendidik sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang
kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang
efektif untuk mencapai tujuan pengajaran.18
3. Pemilihan dan Penentuan Metode
Guru selalu menggunakan metode yang lebih dari satu. Pemakaian
metode yang satu digunakan untuk mencapai tujuan yang satu, sementara
penggunaan metode yang lain, juga digunakan untuk mencapai tujuan
yang lain, sesuai dengan kehendak tujuan pengajaran yang telah
18
Zaenal Mustakim, Op.Cit., hlm. 113-115
34
dirumuskan. Pemilihan dan penentuan metode dalam pembelajaran harus
memiliki :
a. Nilai Strategi Metode
Metode adalah suatu cara yang memiliki nilai strategis dalam
kegiatan belajar mengajar. Nilai strategisnya adalah metode dapat
mempengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar. Pengalaman
membuktikan bahwa kegagalan pengajaran salah satunya disebabkan
oleh pemilihan metode yang kurang tepat.
b. Efektifitas Penggunaan Metode
Efektifitas penggunaan
metode dapat
terjadi
bila ada
kesesuaian antara metode dengan semua komponen pengajaran yang
telah diprogramkan dalam satuan pelajaran, sebagai persiapan tertulis.
Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan
menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
c. Pentingnya Pemilihan dan Penentuan Metode
Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah melakukan
pemilihan dan penentuan metode yang bagaimana yang akan dipilih
untuk mencapai tujuan pengajaran. Pemilihan dan penentuan metode
didasari adanya metode-metode tertentu yang tidak bisa dipakai untuk
mencapai tujuan tertentu.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode
Makin baik metode ini, makin efektif pula pencapaian tujuan
pembelajaran. Setiap metode mempunyai sifat masing-masing, baik
35
mengenai kebaikan-kebaikannya maupun mengenai kelemahankelemahannya.19
Faktor-faktor Pemilihan Metode Belajar Mengajar Menurut Muh. Zein
yang dikemukakan kembali oleh Abdul Khobir ada tiga faktor yaitu :
1) Unsur peserta didik menentukan kecakapan dalam menerima
pelajaran
2) Keadaan sekitar
3) Sifat bahan pelajaran.20
Menurut Winarno Surakhmad mengatakan bahwa pemilihan
dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :
1) Peserta didik
Setiap peserta didik berbeda dari aspek biologis, intelektual
dan psikologis. Perbedaan tersebut mempengaruhi pemilihan dan
penentuan metode yang sesuai, sehingga tercipta lingkungan
belajar yang efektif dan menyenangkan yang akhirnya tercapai
pula tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
2) Tujuan
Penyeleksian metode yang harus pendidik pilih harus
sejalan dengan taraf kemampuan yang hendak diisi ke dalam diri
peserta didik. Metode harus tunduk kepada kehendak tujuan dan
19
Syaiful Bahri Djamarah, Awan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2002), hlm. 85-89
20
Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pengajaran, (Pekalongan: STAIN Press, 2011),
hlm. 115-116
36
bukan sebaliknya. Kemampuan yang dikehendaki oleh tujuan harus
didukung sepenuhnya oleh metode.
3) Situasi
Situasi kegiatan belajar mengajar yang pendidik ciptakan
selalu bervariasi dari hari ke hari. Situasi yang diciptakan pendidik
mempengaruhi pemilihan penentuan metode mengajar.
4) Fasilitas
Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar
peserta didik di sekolah. Lengkap tidaknya fasilitas belajar akan
mempengaruhi pemilihan metode mengajar.
5) Pendidik
Kepribadian, latar belakang dan pengalaman mengajar
adalah masalah intern pendidik yang dapat mempengaruhi
pemilihan dan penentuan metode mengajar.21
Sebagai acuan dalam menentukan metode pembelajaran,
berikut beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam menggunakan
metode pembelajaran yaitu :
1) Didasarkan pada pandangan bahwa manusia dilahirkan dengan
potensi bawaan tertentu dna dengan itu ia mampu berkembang
secara aktif dengan lingkungannya.
2) Metode pembelajaran didasarkan pada karakteristik masyarakat
madani, yaitu manusia yang bebas berekspresi dari kekuatan.
21
Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Mengajar Belajar : Dasar dan Teknik
Metodologi Pengajaran, Edisi V, (Bandung: Tarsito, 1994), hlm. 97
37
3) Metode pembelajaran didasarkan pada prinsip learning kompetensi.
Dimana siswa akan memiliki seperangkat pengetahuan, keterampilan,
sikap, wawasan dan penerapannya sesuai dengan kriteria atau tujuan
pembelajaran.22
4. Penggunaan Metode di Taman Kanak-kanak
Faktor-faktor yang mendukung pemilihan metode dalam program
kegiatan anak di Taman Kanak-Kanak yaitu karakteristik tujuan kegiatan
dan karakteristik anak yang diajar. Karakteristik tujuan adalah
pengembangan
kognitif,
pengembangan
kreativitas,
pengembangan
bahasa, pengembangan emosi, pengembangan motorik dan pengembangan
nilai serta sikap.
Untuk mengembangkan kognisi anak dapat dipergunakan metodemetode yang mampu menggerakkan anak agar menumbuhkan kemampuan
berpikir untuk dapat menalar, menarik kesimpulan dan membuat
generalisasi. Untuk mengembangkan kreativitas anak, metode-metode
yang dipilih adalah metode yang dapat menggerakkan anak untuk
meningkatkan motivasi rasa ingin tahu dan mengembangkan imajinasi.
Untuk mengembangkan kemampuan bahasa anak dengan menggunakan
metode yang dapat meningkatkan perkembangan kemampuan berbicara,
mendengar, membaca dan menulis. Untuk mengembangkan emosi anak
dengan
22
menggunakan
metode
yang
menggerakkan
anak
untuk
Ahmad Munji Nasih dan Lilik Nur Khalidah, Metode dan Teknik Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, hlm. 30
38
mengekspersikan perasaan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan
secara verbal dan tepat. Untuk mengembangkan kemampuan motorik anak
dapat menggunakan metode yang menjamin anak tidak mengalami cedera.
Untuk mengembangkan nilai sikap anak dapat menggunakan metodemetode yang memungkinkan terbentuknya kebiasaan-kebiasaan yang
didasari oleh nilai-nilai agama dan moral agar anak dapat menjalani hidup
sesuai dengan norma yang dianut masyarakat.
Selain dari tujuan kegiatan, karakteristik anak juga ikut
menentukan pemilihan metode. Anak TK pada umumnya adalah anak
yang selalu bergerak, mempunyai rasa ingin tahu yang kuat, senang
bereksperimen dan menguji, mampu mengekspresikan diri secara kreatif,
mempunyai imajinasi dan senang berbicara.
Selain tujuan kegiatan dan karakteristik anak TK, ada 4 faktor lain
yang ikut berpengaruh dalam pemilihan metode, yakni kegiatan dilakukan
di dalam atau di luar kelas, keterampilan yang hendak dikembangkan
melalui berbagai kegiatan, tema yang dipilih dalam kegiatan tersebut dan
pola kegiatan itu sendiri.23
5. Pengertian Pembiasaan
Secara etimologi, pembiasaan asal katannya adalah “biasa”.
Dengan adanya prefiks “pe” dan sufiks “an” menunjukkan arti proses.
Sehingga pembiasaan dapat diartikan dengan proses membuat sesuatu atau
23
Ali Nugroho, dkk. Kurikulum dan Bahan Belajar TK, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2005), hlm. 10.11 – 10.14
39
seseorang menjadi terbiasa. Dalam kaitannya dengan metode pengajaran
dalam pendidikan Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah
sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir,
bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.24
Pembiasaan (habituation) merupakan proses pembentukan sikap
dan perilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis melalui proses
pembelajaran yang berulang-ulang. Sikap atau perilaku yang menjadi
kebiasaan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Perilaku tersebut relatif menetap.
b. Pembiasaan umumnya tidak memerlukan fungsi berfikir yang tinggi,
misalnya untuk dapat mengucapkan salam cukup fungsi berpikir
berupa mengingat atau meniru saja.
c. Kebiasaan bukan sebagai hasil dari proses kematangan, tetapi sebagai
akibat atau hasil pengalaman atau belajar.
d. Perilaku tersebut tampil secara berulang-ulang sebagai respons
terhadap stimulus yang sama.25
Bidang pengembangan kemampuan pembiasaan dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
a. Kegiatan rutin adalah kegiatan yang dilakukan lembaga PAUD setiap
hari, misalnya berbaris, berdo’a sebelum dan sesudah melakukan
kegiatan, menyanyi lagu-lagu yang dapat membangkitkan patriotisme,
24
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pres,
2002), hlm. 110
25
Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah, Direktorat Pembinaan TK dan SD, Pedoman Pembelajaran Bidang
Pengembangan Pembiasaan di Taman Kanak-kanak, (Jakarta , 2007), hlm. 4
40
lagu-lagu religius, menggosok gigi, berjabat tangan dan mengucapkan
salam baik kepada sesama anak maupun kepada pendidik, dan
mengembalikan mainan pada tempatnya.
b. Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dilakukan secara spontan,
meminta tolong dengan baik, menawarkan bantuan dengan baik,
memberi ucapan selamat kepada teman yang mencapai prestasi baik
dan menjenguk teman yang sakit.
c. Pemberian teladan adalah kegiatan yang dilakukan dengan memberi
teladan atau contoh yang baik kepada anak, misalnya memungut
sampah yang dijumpai di lingkungan TK, mengucapkan salam bila
bertemu dengan orang lain, rapi dalam berpakaian, hadir di TK tepat
waktu, santun dalam bertutur kata, dan tersenyum ketika bertemu
dengan siapapun.
d. Kegiatan terprogram adalah kegiatan yang diprogram dalam kegiatan
pembelajaran (perencanaan semester, satuan kegiatan mingguan dan
satuan kegiatan harian) di TK, misalnya makan bersama, menggosok
gigi, menjaga kebersihan lingkungan dan lain-lain.26
6. Pengertian Metode Pembiasaan
Metode pembiasaan merupakan metode pembelajaran yang
membiasakan suatu aktivitas kepada seorang anak atau peserta didik.
Pembiasaan artinya melakukan sesuatu secara berulang-ulang. Artinya,
26
Sertifikasi Guru Taman Kanak-kanak, Op.Cit., hlm. B2.1.14
41
apa yang dilakukan anak dalam pembelajaran diulang terus menerus
sampai ia dapat betul-betul memahaminya dan dapat tertanam di dalam
hatinya.27 Metode ini mengutamakan proses untuk membuat seseorang
menjadi terbiasa. Metode pembiasaan hendaknya diterapkan pada peserta
didik sedini mungkin, sebab ia memiliki daya ingat yang kuat dan sikap
yang belum matang, sehingga mudah mengikuti, meniru dan membiasakan
aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, metode
pengajaran pembiasaan ini merupakan cara yang efektif dan efisien dalam
menanamkan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik
dengan sendirinya.
Kelebihan-kelebihan metode pengajaran pembiasaan adalah :
a. Dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik.
b. Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan aspek lahiriyah tetapi juga
berhubungan dengan aspek bathiniyah.
c. Pembiasaan dalam sejarah tercatat sebagai metode yang paling berhasil
dalam pembentukan kepribadian anak didik.28
Adapun kekurangan-kekurangan metode ini adalah :
a. Untuk awal-awal pembiasaan anak akan merasa bosan melakukannya.
b. Bila suatu kebiasaan sudah tertanam pada diri anak, sulit untuk
dihilangkan.
27
Muhammad Fadlillah, Desain Pembelajaran PAUD, Tinjauan Teoretik dan Praktik,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 166
28
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
Cet. 1, 2002), hlm. 115
42
c. Anak belum dapat mengidentifikasi antara yang benar (baik) dan salah
(buruk).
d. Membutuhkan guru yang dapat dijadikan teladan dan mempunyai
kepribadian yang baik di mata anak.
e. Membutuhkan waktu bertahap untuk dapat menanamkan suatu
kebiasaan pada anak.29
Untuk meningkatkan keterampilan anak dalam menghafal Al
Qur’an hadits pada anka TK, metode yang lebih sesuai adalah metode
pembiasaan. Melalui metode pembiasaan anak akan mudah menghafal
ayat-ayat dan hadits-hadits pilihan (sabar dan menjaga kebersihan) serta
mengerti bagaimana cara sabar dan menjaga kebersihan. Disamping itu
metode pembiasaan merupakan metode yang sangat tepat diterapkan untuk
anak TK. Karena melalui metode pembiasaan anak akan mudah mengikuti,
meniru, dan membiasakan aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari.
29
Muhammad Fadlillah, Op.Cit., hlm. 166-167
Download